SERTIFIKASI KOMPETENSI DALAM RANGKA UJI …bpdikjur.pdkjateng.go.id/userfiles/SERTIFIKASI KOMP_ GURU...

59
SERTIFIKASI KOMPETENSI DALAM RANGKA UJI KOMPETENSI TEKNIS BAGI GURU SMK SE JAWA TENGAH Disampaikan Oleh : SULISTYO 21 April 2014

Transcript of SERTIFIKASI KOMPETENSI DALAM RANGKA UJI …bpdikjur.pdkjateng.go.id/userfiles/SERTIFIKASI KOMP_ GURU...

SERTIFIKASI KOMPETENSI

DALAM RANGKA UJI KOMPETENSI TEKNIS

BAGI GURU SMK SE JAWA TENGAH

Disampaikan Oleh :

SULISTYO

21 April 2014

PERLUNYA

COMPETENCY BASED TRANING

KONSEKUENSI INTERNASIONAL

1. Kesepakatan Indonesia dalam meratifikasi WTO tahun 1994 dalam

Globalisasi.

2. Globalisasi pasar kerja,- APEC,AFTA, CAFTA, ANAFTA, KAFTA,

IAFTA dll akan diwarnai PERSAINGAN KUALITAS dan

PROFESIONALISME tenaga kerja.

3. Indonesia termasuk negara G20 tahun 1999

4. Asean Economic Community (AEC) 2015

5. Ketertinggalan Indonesia dalam menyongsong SDM 2015-2020

(ASEAN/GLOBAL) yang berkualitas, saat ini berimbas pada

rendahnya kualitas SDM dibanding dengan negara-negara lain.

PARADIGMA BARU PERDAGANGAN DUNIA 2015-2020

BILATERAL

ASEAN 2015

GLOBAL 2020

(157 NEGARA WTO)

NASIONAL

Competency Based Training

• Suatu pendekatan pelatihan dan assessment yang diarahkan pada outcomes yang spesifik. Pendekatan ini membantu individu untuk menguasai keterampilan, pengetahuan dan sikap sehingga mereka mampu menunjukkan hasil kerjanya pada standar di tempat kerja dan kondisi tertentu.

PELATIHAN MENURUT STANDAR KOMPETENSI INDUSTRI TERTENTU DENGAN PENEKANAN PADA HAL-HAL YANG DILAKUKAN SESEORANG DI TEMPAT KERJA SEBAGAI HASIL PELATIHAN

MATA DIKLAT TERDIRI DARI KOMPETENSI YANG BERLAKU DI DUNIA KERJA.

ADA KORELASI LANGSUNG ANTARA PENGUASAAN KOMPETENSI DENGAN PEKERJAAN DAN PENJENJANGAN JABATAN DI INDUSTRI

COMPETENCY BASED TRAINING ( CBT):

DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI SECARA OTOMATIS AKAN MENERAPKAN PENDEKATAN MASTERY LEARNING ATAU PEMBELAJARAN TUNTAS

PENILAIAN DINYATAKAN DENGAN KOMPETEN ATAU BELUM KOMPETEN, BUKAN KEBERHASILAN SESEORANG DIBANDINGKAN DENGAN YANG LAIN DALAM SUATU KELOMPOK

( CBT) :

KOMPONEN CBT

CBT

KERANGKA KUALIFIKASI

STANDAR KOMPETENSI

STRATEGI DAN MATERI

BELAJAR

PENILAIAN

knowledge, skills, attitute

Yang dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan

Proses bagaimana seseorang

memperoleh

knowledge, skills, attitute

Proses penilaian apakah

seseorang memiliki

knowledge, skills, attitute

Sistem pengakuan

Kompetensi

(KKNI)

CBT

Standar

Kompetensi

Assessmen

(C B A )

Strategi dan

Materi Belajar

Kerangka

Kualifikasi

SUB-SUB SISTEM DALAM

SISTEM CBT Keterampilan dan

pengetahuan yang

dibutuhkan untuk

melakukan suatu

pekerjaan

Proses untuk menilai

apakah seseorang

memiliki keterampilan dan

pengetahuan yang

dibutuhkan

Bagaimana seseorang

mendapatkan

keterampilan dan

pengetahuan

Sistem untuk pengakuan

keterampilan dan

pengetahuan

SKKNI

KKNI

LEARNING GUIDE LEARNING PACKAGE

L S P

KRITIK THDP PELATHAN KONVENSIONAL

• Seringkali tingkat kompetensi tdk sesuai dg kebutuhan industri

• Peserta harus mengikuti seluruh program, walaupun mungkin sdh kompeten pada beberapa bagian

• Penekanan terhadap “belajar melakukan tugas” sangat sedikit

• Pelaksanaan pelatihan tidak fleksibel

• Umpan balik pada peserta selama proses pelatihan sangat sedikit

• Transkrip serta nama pelatihan tidak menunjukkan kompetensi yang sebenarnya dicapai peserta

PERBANDINGAN KONVENSIONAL DAN CBT

KONVENSIONAL CBT

1. Penekanan pada waktu dan proses

2. Penekanan pada proses pembelajaran

3. Tidak perlu pendekatan individu

4. Waktu penyajian tetap 5. Ujian pada akhir pelatihan 6. Sebagian besar ujian

dilakukan off the job 7. Kurikulum baku

1. Penekanan pada luaran 2. Penekanan pada apa

yang harus dikerjakan 3. Perlu pendekatan

individu 4. Penyajian fleksibel 5. Ujian selama pelatihan

berlangsung 6. Pengujian on dan off the

job 7. Materi bisa disesuaikan

MANFAAT CBT BAGI PESERTA

• MEMBERI KESEMPATAN PADA PESERTA UNTUK BEKERJA DENGAN KECEPATAN YANG BERBEDA

• MEMPERSINGKAT WAKTU PELATIHAN UNTUK SEBAGIAN PESERTA

• MEMBERI WAKTU YANG CUKUP BAGI PESRTA UNTUK MENGUASAI SUATU KOMPETENSI

• MENINGKATKAN MOTIVASI PESERTA MELALUI PELATIHAN YANG LEBIH BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA KERJA

• MENGARAHKAN PESERTA AGAR LEBIH AKTIF DAN BERORIENTASI TERHADAP TUGASNYA

• MELIBATKAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PELATIHAN

MANFAAT CBT BAGI PELATIH

• HASIL PELATIHAN COCOK DENGAN KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM SUATU PEKERJAAN

• MENAWARKAN WAKTU MASUK DAN KELUAR LEBIH FLEKSIBEL , PROGRAM DIRANCANG SESUAI KEBUTUHAN INDIVIDU DAN PELAKSANAAN PELATIHAN MENGGUNAKAN BERBAGAI ALTERNATIF STRATEGI

• PENYEDERHANAAN PROSEDUR PENGUJIAN KARENA PENGUJIAN DIDASARKAN PADA PERNYATAAN HASIL SECARA MENYELURUH

MANFAAT CBT BAGI INDUSTRI

• KOMPETENSI KARYAWAN SESUAI DENGAN STANDAR YANG DIBUTUHKAN PADA SUATU PEKERJAAN

• MENGURANGI BIAYA PERUSAHAAN KARENA WAKTU PELATIHAN LEBIH SINGKAT

• MEMBERI PELUANG BAGI INDUSTRI UNTUK IKUT BERPARTISI AKTIF DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM PELATIHAN DAN PENGUJIANNYA

Kompetensi dibutuhkan untuk mencapai Kinerja yang Efektif

dalam melaksanakan Pekerjaan

Satu unit Kompetensi terdiri dari Spesifikasi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan serta Penerapan yang Efektif dari Sikap, Pengetahuan dan Keteramilan tersebut terhadap Standar – standar yang ditetapkan di Tempat Kerja (workplace)

PENGERTIAN KOMPETENSI

KOMPETENSI

3 ASPEK KOMPETENSI

THE SIX RINGS OF COMPETENCY BASED PERFORMANCE

E

A

S

R A

K

A S K E R A’s

A = ACCOUNTABILITY

A = ATTITUDE

S = SKILLS

K = KNOWLEDGE

E = EXPERIENCE

R = RESPONSIBILITY

SDM YANG KOMPETEN

KOMPETENSI ? Karakteristik dasar manusia yang dari pengalaman nyata (nampak dari perilaku) ditemukan mempengaruhi, atau dapat dipergunakan untuk memperkirakan (tingkat) performansi di tempat kerja atau kemampuan mengatasi persoalan pada situasi tertentu. (Spencer, 1993, hlm. 9)

HARD COMPETENCY

SOFT COMPETENCY

1. Pendidikan Formal

2. Pengetahuan Teknis

3. Pengetahuan Bidang Keahlian IT, Bahasa Asing

1. INTEGRITAS

2. CUSTOMER SERVICES ORIENTED

3. ACHIEVEMENT

4. CONCERN FOR ORDER

K s

A C

a

s k KOMPETENSI

Task Skills - mampu

melakukan tugas per tugas

Task Management Skills -

mampu mengelola beberapa

tugas yang berbeda dalam

pekerjaan

Contingency Management

Skills - tanggap terhadap

adanya kelainan dan

kerusakan pada rutinitas

kerja.

Job Role / Environment Skills

- mampu menghadapi

tanggung jawab dan harapan

dari lingkungan kerja.

Transfer Skills- Mampu

mentransfer kompetensi

yang dimiliki dalam setiap

situasi yang berbeda (situasi

yang baru/ tempat kerja yang

baru)

MENGUMPULKAN INFORMASI

MENGKOMUNIKASIKAN IDE

DAN INFORMASI

MERENCANAKAN DAN MENGATUR KEGIATAN

BEKERJASAMA DENGAN ORANG LAIN

DAN DALAM KELOMPOK

MENGGUNAKAN IDE DAN TEKNIK MATEMATIKA

MEMECAHKAN MASALAH

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

Seseorang yang kompeten

DIAGRAM PENYELENGGARAAN DIKLAT

MASYARAKAT DAN

PENGGUNA TENAGA KERJA KOMPETENSI

KURIKULUM BAHAN AJAR

FASILITAS SESUAI DG KOMPETENSI

INSTRUKTUR

PROSES DIKLAT

SDM KOMPETEN

KARAKTER SDM

PESERTA

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KKNI

1. Skema sertifikasi yang bersifat Nasional, yang ditetapkan

oleh otoritas kompeten.

2. Skema ini mengidentifikasi jenjang kualifikasi berdasarkan 9 level KKNI.

3. Identifikasi unit-unit kompetensi dalam setiap jenjang berdasarkan diskripsi dalam KKNI.

4. Jenjang KKNI pada umumnya dapat digunakan sebagai acuan jenjang fungsional/golongan pada suatu industri/orgtanisasi.

5. Setiap LSP yang melakukan kegiatan ini harus dilisensi oleh Lembaga Otoritas Sertifikasi Profesi (BNSP).

6. Mampu telusur dengan standar nasional dan/atau internasional.

7. Pada skema ini, dapat diidentifikasi unit-unit kompetensi inti dan pilihan, yang diverifikasi oleh BNSP.

8. Dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi Komite Standardisasi Instansi Teknis

S2

S1

S3

Sekolah Menengah

Umum 1

2

3

4

5

7

8

9

6

Profesi

Spesialis

D I

D IV

D III

D II

Sekolah Menengah Kejuruan

Subspesialis

AHLI

TEKNISI/ANALIS

OPERATOR

Skema Sertifikasi KKNI ( Perpres 08/2012 )

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(alinea 1 disetiap level)

(alinea 2 disetiap level) (alinea 3 & 4 disetiap level)

(deskripsi umum)

Unit kompetensi

Karasteristik Pemaketan unit

Analisis Pembidangan Sub bidang Pekerjaan

KKNI

Alur pikir pemaketan unit kedalam kualifiksi

Kualifikasi sektoral

1

2

3

8

9

PENYANDINGAN DAN PENYETARAAN KUALIFIKASI JABATAN

KE LEVEL KKNI (CONTOH)

JOB

TITLE

UNIT KOMPETENSI

PARAMETER DESKRIKSI KKNI

LEVEL

KKNI KEMAMPUAN

BIDANG KERJA

PENGETAHUAN

YANG DIKUASAI

KEMAMPUAN

MANAJERIAL

Teknisi

JTM

1. Menerapkan K3

2. Menggelar SKTM

3. Memasang kotak

sambung dan kotak

ujung SKTM

4. Mendirikan Tiang

5. Memasang SUTM

6. Memasang SKUTM

7. Memasang peralatan

hubung

8. Memasang kotak

sambung dan kotak

ujung SKUTM

9. Memasang instalasi

pembumian

Mampu melaksanakan

pemasangan

jaringan/saluran

tegangan menengah

(JTM) untuk SKTM,

SUTM dan SKUTM

mulai dari mendirikan

tiang sampai

pemasangan instalasi

pembumian, dengan

menggunakan ,

peralatan, gambar

kerja dan metode

kerja yang sesuai

dengan SOP, serta

mampu menunjukkan

kinerja dengan mutu

dan kuantitas yang

sesuai dengan

spesifikasi yang telah

ditetapkan , dibawah

pengawasan tidak

langsung.

Memiliki

pengetahuan

tentang :

• Teori dasar Listrik

• Bahan listrik

saluran JTM

• Instalasi JTM

• PUIL

Mampu bekerja

sama dan

melakukan

komunikasi

ditempat kerja

Memimpin

kelompok kerja

dan

Bertanggung

jawab atas

pencapaian

mutu dan

kuantitas

pekerjaan

pemasangan

saluran JTM

secara utuh

LEVEL

3

SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI NASIONAL

1. Skama sertifikasi yang bersifat Nasional, yang ditetapkan

oleh otoritas kompeten / Sektor

2. Dapat berupa, okupasi/ jabatan :

• Jabatan struktural atau jabatan fungsional dalam rangka standardisasi kompetensi nasional.

• Setiap LSP yang melakukan kegiatan ini harus dilisensi oleh Lembaga Otoritas Sertifikasi Profesi (BNSP).

• Dibuat atas Kebutuhan industri/organisasi untuk standardisasi pada suatu fungsi terbatas, atau fungsi utama (major) dalam sistem industri, atau standar jabatan/fungsi okupasi khusus yang mampu telusur dengan standar nasional dan/atau internasional.

• Pada skema ini, dapat diidentifikasi kompetensi inti dan pilihan yang diverifikasi oleh BNSP.

• Dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi Komite Standardisasi Instansi Teknis/sektor

SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI NASIONAL

Jabatan Fungsional Contoh Asesor Analis

Jabatan Struktural Contoh: Manager Direktur Supervisor Team Leader

• Dibuat oleh Otoritas

nasional

• Berlaku nasional dan

harmonis dengan skema

sertifikasi internasional

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

Identifikasi unit-unit mandiri yang biasanya

dibutuhkan :

1. Untuk bisnis mandiri yang membutuhkan

kelompok unit kompetensi untuk membuka suatu bisnis terbatas.

2. Kebutuhan industri/organisasi pada suatu

fungsi terbatas, atau fungsi utama (major)

dalam sistem industri, atau standar

jabatan/okupasi khusus pada suatu indudtri.

3. Jumlah unit pada skema ini dapat berbeda antar

kebutuhan industri/organisasi.

4. Dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi LSP

ANALISIS KEBUTUHAN KOMPETENSI

JABATAN KERJA/PEKERJAAN YANG

ADA DI INDUSTRI (JOB DES)

STANDAR KOMPETENSI

UNIT-UNIT KOMPETENSI

SEJUMLAH UNIT KOMPETENSI

SEJUMLAH UNIT KOMPETENSI DALAM CLUSTER

LANJUTAN.....

5. Struktur Skema Sertifikasi disusun dan memuat hal-hal sebagai berikut : • Jastifikasi • Ruang Lingkup skema sertifikasi • Tujuan Sertifikasi • Acuan Normatif • Organisasi pengusul • Lingkup Persyaratan Kompetensi • Persyaratan Dasar. • Permohonan Sertifikasi • Evaluasi. • Keputusan Sertifikasi • Penggunaan Sertifikat dan Logo / Tanda • Surveilan Pemegang Sertifikat • Sertifikasi Ulang

PENGERTIAN DASAR

SERTIFIKASI KOMPETENSI

SERTIFIKASI

SERTIFIKASI merupakan suatu proses

untuk mendapatkan pengakuan resmi

(keabsahan) atas produk, proses, keterangan,

kepemilikian barang, atau orang

SERTIFIKASI kepemilikan, misalnya untuk

mendapatkan bukti pengakuan kepemilikan atas

sebidang tanah.

Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah

SERTIFIKAT TANAH tersebut.

SERTIFIKASI produk, misalnya untuk

mendapatkan pengakuan HALAL atas produk

makanan tertentu.

Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah

SERTIFIKAT HALAL atas produk makanan

tersebut

SERTIFIKASI dan SERTIFIKAT

SERTIFIKASI untuk orang diberikan karena

yang bersangkutan mempunyai KOMPETENSI

atas suatu tugas/pekerjaan/jabatan.

Proses ini dikenal juga dengan

SERTIFIKASI KOMPETENSI

Bila yang bersangkutan telah mendapatkan

pengakuan atas kompetensinya, maka ia akan

mendapatkan SERTIFIKAT KOMPETENSI

SERTIFIKASI KOMPETENSI

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh LSP

untuk menetapkan bahwa seseorang

memenuhi persyaratan kompetensi yang

ditetapkan, mencakup :

o permohonan,

o evaluasi,

o keputusan sertifikasi,

o survailen,

o sertifikasi ulang, dan

o penggunaan sertifikat.

KELEMBAGAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2004 : BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP), merupakan badan otoritas Sertifikasi di Indonesia BNSP dapat memberikan otoritas penerbitan SERTIFIKAT KOMPETENSI kepada Lembaga SertifikASI Profesi (LSP)

RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA

Sertifikasi

Profisiensi

Profesi: • Memenuhi

Persyaratan Surveilance LSP

• Menjaga Kompetensi

Sertifikasi

Kompetensi

Industri tertentu

Profesi di Perusahaan:

Memastikan Kompetensi Tenaga Kerjanya

Sertifikasi

Kompetensi

Diklat tertentu

Profesi di Diklat: Memastikan Kompetensi Peserta Didiknya

Sertifikasi

Kompetensi

Industri tertentu utk

Industri tertentu

Profesi di Perusahaan: Memenuhi Permintaan Asesmen dari Klien

Sertifikasi

Kompetensi

Kerja

Profesi: • Memenuhi Bukti

Kompetensi • Memenuhi

Permintaan Klien • Memenuhi

Regulasi

Lisensi LSP

LSP: III

Lisensi Provider Uji

Profisiensi Tenaga

LSP PROFISIENSI

Lisensi 1st

Certification

LSP PIHAK I : INDUSTRI

Lisensi

2nd Certification

LSP PIHAK II

Lisensi 1st

Certification

LSP PIHAK I : DIKLAT

RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA

Pemberlakuan: • Wajib (Compulsary): Pemerintah boleh mewajibkan sertifikasi bila berkaitan dengan

sefety, security, dan mempunyai potensi perselisihan besar dimasyarakat. • Disarankan (advisory): Biasanya diterapkan untuk mendorong penerapan untuk

mencapai efisiensi dan efektivitas pengembangan SDM, atau transisi menuju wajib. • Sukarela (Voluntary) Lisensi LSP • LSP Pihak 1 Industri: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi karyawannya

sendiri. • LSP Pihak 1 Pendidikan Vokasi: LSP yang dibentuk oleh Lembaga Pendidikan Vokasi

berdurasi panjang utk sertifikasi siswanya selama belajar disekolah. • LSP Pihak 2: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi tenaga pemasok produk

atau jasa pada industrinya. Atau LSP yang dibentuk pemerintah (otoritas kompeten) untuk mensertifikasi jejaring otoritasnya.

• LSP Pihak 3: LSP yang dibentuk oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi untuk sertifikasi masyarakat umum.

• LSP Profisiensi: LSP untuk memberikan pelayanan sertifikasi profifiensi untuk tujuan pemeliharaan kompetensi dengan berbasis NORM.

Pelaksanaan sertifikasi: harus dilakukan oleh LSP atau PTUK BNSP.

PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI

PENERAPAN SKEMA SERTIFIKASI

Lisensi LSP Pihak 1, 2, & 3.

Lisensi Lembaga

Profisiensi

Sertifikasi Kompetensi

HARMONISASI Notifikasi

Kerjasama

Perbaikan Berlanjut

VERIFIKASI STANDAR

KOMPETENSI

Regulasi: •Wajib, •Disarankan •Sukarela

SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI NASIONAL

MRA (Mutual Recognition Arrangement)

• APA ITU ? Kesepakatan diantara dua pihak atau lebih untuk saling

mengakui atau menerima beberapa atau keseluruhan

• Tujuan Memfasilitasi perdagangan dan menstimulir aktifitas

ekonomi antar berbagai pihak melalui keberterimaan

kompetensi SDM dalam hal satu standar, satu pengujian,

satu sertifikasi, dan apabila sesuai, satu penandaan

SUBSISTEM SERTIFIKASI DAN KETELUSURAN KESESUAIAN

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PP, ISO 17011, PEDOMAN BNSP

PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN BNSP, ISO 17024

Lisensi akreditasi

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65

Uji kompetensi/

Sertifikasi

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65

verifikasi

TEMPAT UJI KOMPETENSI PEDOMAN BNSP, QMS

Asesor Lisensi ISO 19011, ISO 17024, ISO 17011

Peedoman BNSP 201 & 202

Asesor Kompetensi TAA, SKKNI

Pedoman BNSP

Asesor Lisensi ISO 19011, ISO 17024, Standar spesifik

Pedoman BNSP

Departemen/

Instansi Teksnis Pembinaan

Kordinasi

2. Memilih TUK

L S P

KOMITE TEKNIK* *apabila diperlukan

6.Mem

ben

tuk

4. Asesmen

9.Su

rvailen

5. Laporan

Asesmen

3. Menunjuk

Asesor

1. Mengajukan

Permohonan

7.Reko

men

dasi

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI GENERIK

PESERTA UJI KOMPETENSI

PESERTA DI TUK

TIM ASESOR KOMPETENSI

Unit – unit kompetensi

Elemen Kompetensi

Kriteria Unjuk Kerja

Batasan Variabel

Panduan Penilaian

Aktifitas Pekerjaan/fungsi

dasar Rincian

Langkah – langkah Dapat berupa proses

manajemen atau proses produksi

Produk / Jasa

Instruksi Kerja pada Industri yang Terukur dan dapat

diobservasi

Kontekstual di tempat kerja

Deskripsi aspek kritis pengetahuan dan

ketrampilan penting untuk asesmen

DASAR HUKUM

SERTIFIKASI KOMPETENSI

47

UNDANG-UNDANG SISDIKNAS

20 TAHUN 2003

PASAL 61

1. Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.

2. Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pangakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

3. Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

4. Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

48

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 32 TAHUN 2013 Ttg

Perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 ttg Standar Nasional

Pendidikan

PASAL 89

1. Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik dinyatakan dalam dokumen Ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.

2. Ijazah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Satuan Pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai tanda bahwa peserta Didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan.

5. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi mandiri yang dibertuk oleh organisasi profesi yang diakui pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 Ttg

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2004 : BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP), merupakan badan otoritas Sertifikasi di Indonesia BNSP dapat memberikan otoritas penerbitan SERTIFIKAT KOMPETENSI kepada Lembaga SertifikASI Profesi (LSP)

50

Bab IV

KEWENANGAN DAERAH

Pasal 7

1. Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

2. Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi nasional.

UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH

22 TAHUN 1999

51

Bagian Kedua

Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan

Pasal 8 Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang

berbentuk badan usaha harus:

a. Memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi;

b. Memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi;

Pasal 9 1. perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus

memiliki sertifikat keahlian.

2. pelaksana konstruksi orang perorangan harus memiliki sertifikat keterampilan

kerja dan sertifikat keahlian kerja.

3. orang perorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana

konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha

pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.

4. tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada

pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI

No. 18 Tahun 1999

52

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

No. 13 Tahun 2003

PASAL 10

• Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

• Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja

• Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang

• Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri

53

UU No.13 tahun 2003

PASAL 18

1. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.

2. Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.

3. Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman.

4. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang independen.

5. Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

No. 13 Tahun 2003

54

UU No.13 tahun 2003 UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN

No. 30 Tahun 2009

Pasal 16

(1) Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 huruf a meliputi:

a. Konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga

listrik;

b. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan

tenaga list;

c. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;

d. Pengoperasian instalasi tenaga listrik;

e. Pemeliharaan instalasi tenaga listrik;

f. Penelitian dan pengembangan;

55

UU No.13 tahun 2003 UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN

No. 30 Tahun 2009

Pasal 16

h. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga

listrik;

i. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;

j. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan;

atau

k. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan

penyediaan tenaga listrik.

56

UU No.13 tahun 2003

PASAL 44

(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib

memiliki sertifikat laik operasi.

(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib

memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia.

(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan

wajib memiliki sertifikat kompetensi.

(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,

sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia,

dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan

PeraturanPemerintah.

UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN

No. 30 Tahun 2009

57

PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 02 TAHUN 2007

TENTANG PEDOMAN TEKNIS & PERSYARATAN KOMPETENSI

PELAKSANAAN RETROFIT & RECYCLE PADA SISTEM REFRIGERASI

Pasal 8

Uji Kompetensi dan Sertifikat kompetensi

4. Uji kompetensi diikuti oleh:

a. tenaga teknik/calon teknisi refrigerasi yang telah menyelesaikan

pelatihan kompetensi;

b. teknisi refrigerasi yang melalui Pendidikan Umum atau Kejuruan /

Profesi serta pengalaman kerja, memiliki kompetensi setara dengan

yang dipersyaratkan; atau

c. pemilik sertifikat kompetensi yang telah habis masa berlakunya.

58

5. Prasyarat untuk mengikuti uji kompetensi adalah kompeten untuk unit

kompetensi SKKNI, sesuai dengan lingkup kompetensi yang diperlukan,

yaitu sebagai berikut:

a. Unit Kompetensi SKKNI logam dan mesin Nomor LOG.OO18.030.00

menguji, mengosongkan dan mengisi sistem pendingin; atau

b. Unit Kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor

OTO.KR05.016 memasang sistem A/C (Air Conditioner) dan unit

kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor OTO.KR05.018

memperbaiki/retrofit sistem A/C (Air Conditioner)

PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 02 TAHUN 2007

TERIMA KASIH

Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan (BP DIKJUR) Provinsi Jawa Tengah

Jl. Brotojoyo No. 1 Semarang