Serat Kasar

4
96 ProsidingTemuTeknisNasionalTenagaFungsionalPertanian 2005 PENETAPANSERATKASARDALAMPAKANTERNAK TANPAEKSTRAKSILEMAK SAULINASITOMPULDANMARTINI BalaiPenelitianTernak,POBox221 .Bogor16002 RINGKASAN Pakanternakmengandungserat yang komposisinyabervariasi .Komposisiserattersebutdapatditentukandengan menghidrolisisataumengekstrakcontohdalamlarutanasamdanbasapanas .Komponenakhir yang tersisaadalahserat . Metodeumum yang dilakukan dalarn penetapanseratmengharuskancontohbebasdarikandunganlemakatau paling tidakkomposisilemaknyakurangdari I % . Percobaanuntukmenetapkankadarseratkasartanpaekstraksiatau menghilangkanlemakterlebihdahuludilakukanterhadapcontoh yang mengandunglemakkecildari 10 % . Penetapan seratdilakukanpadabeberapacontoh,yaitubungkilkedele, 4 contohcampuranpakan, I contohpeletdan 3 contohpakan hasilfermentasi .Contohbungkilkedelaidigunakansebagaikontrol,dilakukanjugaujivalidasidengan 8 kaliulangan sertaujiprofisiensidilaboratorium yang sudahdiakreditasidalamhalinilaboratoriumBalaiBesarIndustriAgro(BBIA) . Contoh-contohuntukpercobaaninididapatdaricontoh yang dikirimkelaboratoriumBalitnakCiawidantelahditetapkan komposisiseratnyadengancaramengekstraklemaknyaterlebihdahulu .PercobaandilakukandilaboratorimPelayanan AnalisisBalitnakCiawipadabulanMeisampaidenganJuli, 2005 . Hasilpercobaanmenunjukkankomposisiserat yang didapatdenganmetodeekstraksilemakpadacontohdibandingkandengantanpaekstraksirelatifmendekatisama .Hasil ujivalidasidaricontohkontrolmenunjukkankomposisiseratdarisetiapulangan yang dilakukanjugamendekatisama . Katakunci : Seratkasar,Ekstraksi,Lemak . PENDAHULUAN Seratmerupakansenyawakarbohidrat yang tidakdapatdicerna,fungsiutamanyauntukmengatur kerjausus .Komponenutamadariseratadalahselulosa,terdapatsebagianbesarpadadindingselkayu .Salah satucontohdariselulosamurniyaitukapas .Komposisiseratdalampakanternaksangatbervariasi, tergantungpadabahandasar yang digunakanuntukmenyusunpakantersebut .Kandunganseratdalampakan jugaberbedatergantungpadajenishewan yang mengkonsumsinya,misalnyapadaunggasdibedakan berdasarkanjenisdanusianya .Sedangkanuntukpakanruminansiakandunganseratnyarelatiflebihtinggi . Seratdalammakananmanusiaakhir-akhirinimendapatperhatiankhusus,karenaseratantara lain dapatmencegahterjadinyakankerusus .Bagiternakruminansiafraksiseratdalammakanannyaberfungsi sebagaisumberenergiutama,dimanasebagianbesarselulosadanhemiselulosadariseratdapatdicernaoleh mikroba yang terdapatdalamsistemperncernaannya(Wickes, 1983) . Ruminansiadapatmencernaserat denganbaik,dimana 70 - 80 % darikebutuhanenerginyaberasaldariserat(Ranjanan, 1977) . Seratataupunsenyawa-senyawa yang termasukdalamseratmempunyaisifatkimia yang tidaklarut dalam air, asamataubasameskipundenganpemanasanatauhidrolisis(KantasubratadanSumartini, 1989) . Mutupakanternaksangatditentukanolehkomposisikimianya,walaupunkomposisitersebuttidak menentukanketersediaannyabagiternak .Penentuankomposisiseratmerupakanhal yang umumdilakukan disampingpenetapan protein, lemak,karbohidratatau mineral . Analisisseratmempunyaiperananpenting dalammenentukanpakanternakterutamauntukruminansia . Kandunganseratdalamcontohditentukandenganmenghidrolisisnyadalamasamsulfatencerdan amoniumhidroksidaencer(AOAC, 1995 danAOAC, 2000) . Mengingatsifatserat yang tidaklarutdalam senyawatersebut,makakomponen yang tersisasetelahtahapanekstraksiyaituserat .Contoh yang digunakan untukpenetapanseratbiasanyamempunyaibatasankandunganlemaklebihkecildari I % (AOAC, 1995) ataucontoh yang lemaknyasudahdibebaskanataudihilangkanterlebihdahuludengancaraekstraksidalam petrolium ether (AOAC, 2000) . Percobaaninibertujuanuntukmenentukankomposisiseratdalampakantanpamenghilangkanatau membebaskanlemakterlebihdahuludengancaraekstraksi .Contohpakandengankandunganlemaklebih kecildari 10 % masihdapatdianalisisseratnyadengancaraini(Chuzaemi,dkk ., 1983) . Hasiltersebut dibandingkandenganhasilpenetapanseratdaricontoh yang lemaknyadibebaskanterlebihdahulu(AOAC, 2000) .

description

pengujian serat kasar makanan

Transcript of Serat Kasar

  • 96

    Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005

    PENETAPAN SERAT KASAR DALAM PAKAN TERNAK

    TANPA EKSTRAKSI LEMAK

    SAULINA SITOMPUL DAN MARTINI

    Balai Penelitian Ternak, PO Box 221. Bogor 16002

    RINGKASAN

    Pakan ternak mengandung serat yang komposisinya bervariasi. Komposisi serat tersebut dapat ditentukan dengan

    menghidrolisis atau mengekstrak contoh dalam larutan asam dan basa panas . Komponen akhir yang tersisa adalah serat .

    Metode umum yang dilakukan dalarn penetapan serat mengharuskan contoh bebas dari kandungan lemak ataupaling

    tidak komposisi lemaknya kurang dari I % . Percobaan untuk menetapkan kadar serat kasar tanpa ekstraksi atau

    menghilangkan lemak terlebih dahulu dilakukan terhadap contoh yang mengandung lemak kecil dari 10% . Penetapan

    serat dilakukan pada beberapa contoh, yaitu bungkil kedele, 4 contoh campuran pakan, I contoh pelet dan 3 contoh pakan

    hasil fermentasi . Contoh bungkil kedelai digunakan sebagai kontrol, dilakukan juga uji validasi dengan8 kali ulangan

    serta uji profisiensi di laboratorium yang sudah diakreditasi dalam hal ini laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA).

    Contoh-contoh untuk percobaan ini didapat dari contoh yangdikirim ke laboratorium Balitnak Ciawi dan telah ditetapkan

    komposisi seratnya dengan cara mengekstrak lemaknya terlebih dahulu. Percobaan dilakukan di laboratorim Pelayanan

    Analisis Balitnak Ciawi pada bulan Mei sampai dengan Juli, 2005 . Hasil percobaan menunjukkan komposisi seratyang

    didapat dengan metode ekstraksi lemak pada contoh dibandingkan dengan tanpa ekstraksi relatif mendekati sama . Hasil

    uji validasi dari contoh kontrol menunjukkan komposisi serat dari setiap ulangan yang dilakukan juga mendekati sama .

    Kata kunci : Serat kasar, Ekstraksi, Lemak .

    PENDAHULUAN

    Serat merupakan senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna, fungsi utamanya untuk mengatur

    kerja usus. Komponen utama dari serat adalah selulosa, terdapat sebagian besar pada dinding sel kayu . Salah

    satu contoh dari selulosa murni yaitu kapas. Komposisi serat dalam pakan ternak sangat bervariasi,

    tergantung pada bahan dasar yang digunakan untuk menyusun pakan tersebut. Kandungan serat dalam pakan

    juga berbeda tergantung pada jenis hewan yang mengkonsumsinya, misalnya pada unggas dibedakan

    berdasarkan jenis dan usianya . Sedangkan untuk pakan ruminansia kandungan seratnya relatif lebih tinggi.

    Serat dalam makanan manusia akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus, karena serat antara lain

    dapat mencegah terjadinya kanker usus . Bagi ternak ruminansia fraksi serat dalam makanannya berfungsi

    sebagai sumber energi utama, dimana sebagian besar selulosa dan hemi selulosa dari serat dapat dicerna oleh

    mikroba yangterdapat dalam sistem perncernaannya (Wickes, 1983) . Ruminansia dapat mencerna serat

    dengan baik, dimana 70 - 80 %dari kebutuhan energinya berasal dari serat (Ranjanan, 1977) .

    Serat ataupun senyawa-senyawa yang termasuk dalam serat mempunyai sifat kimia yangtidak larut

    dalam air,asam atau basa meskipun dengan pemanasan atau hidrolisis (Kantasubrata dan Sumartini, 1989) .

    Mutu pakan ternak sangat ditentukan oleh komposisi kimianya, walaupun komposisi tersebut tidak

    menentukan ketersediaannya bagi ternak . Penentuan komposisi serat merupakan hal yangumum dilakukan

    disamping penetapan protein, lemak, karbohidrat atau mineral. Analisis serat mempunyai peranan penting

    dalam menentukan pakan ternak terutama untuk ruminansia .

    Kandungan serat dalam contoh ditentukan dengan menghidrolisisnya dalam asam sulfat encer dan

    amonium hidroksida encer (AOAC, 1995 dan AOAC, 2000) .Mengingat sifat serat yang tidak larut dalam

    senyawa tersebut, maka komponen yangtersisa setelah tahapan ekstraksi yaitu serat . Contoh yang digunakan

    untuk penetapan serat biasanya mempunyai batasan kandungan lemak lebih kecil dari I % (AOAC, 1995)

    atau contoh yanglemaknya sudah dibebaskan atau dihilangkan terlebih dahulu dengan cara ekstraksi dalam

    petrolium ether (AOAC, 2000) .

    Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisi serat dalam pakan tanpa menghilangkan atau

    membebaskan lemak terlebih dahulu dengan cara ekstraksi . Contoh pakan dengan kandungan lemak lebih

    kecil dari 10 % masih dapat dianalisis seratnya dengan cara ini (Chuzaemi, dkk., 1983) . Hasil tersebut

    dibandingkan dengan hasil penetapan serat dari contoh yang lemaknya dibebaskan terlebih dahulu (AOAC,

    2000) .

  • 2005 .

    Materi

    Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu sebagai berilut :

    H 2SO4 0,3 N (8,33 ml H2SO4 diencerkan hingga volume I I dengan air suling); NaOH 1,5 N (60 gr

    NaOH dilarutkan dalam 1 I air suling); HCI 0,3 N (25,86 ml HCI diencerkan menjadi I I dengan air suling) ;

    Ethylenediaminetetraacetic acid Trisodium salt dihydrate (EDTA); aseton ; air suling panas ; bungkil kedele ;

    pakan dan beberapa produk fermentasi .

    Alat

    Peralatan laboratorium yang digunakan dalarn percobaan ini yaitu :

    Neraca analitik 4 desimal, beker 600 ml, gelas ukur 100 ml, alat refluks, penangas, pemanas

    listrik,oven, cawan masir, desikator dan tanur.

    Metode

    Contoh kering seberat I gram dimasukkan kedalam labu refluks, ditambahkan 50 ml H2SO 4 0,3 N,

    didihkan selama 30 menit (tepat) dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan didihkan lagi selama 25

    menit tepat, ditambahkan lagi 0,5 gram EDTA, didihkan kembali selama 5 menit, ditambahkan air suling

    secukupnya, disaring dengan cawan masir yang bobotnya sudah diketahui, labu dibersihkan dengan air suling

    panas sesedikit mungkin hingga semua larutan masuk dalam cawan masir, lalu dimasukkan 50 ml HCI 0,3 N

    kedalam cawan masir, didiamkan I menit dan kemudian dihisap dengan pompa vakum, kemudian

    ditambahkan 10 ml air suling panas (dilakukan sampai 5 kali), ditambahkan 1 ml aseton dan dihisap dengan

    pompa vakum, ditambahkan 40 ml aseton, diamkan I menit lalu dihisap dengan pompa vakum hingga kering,

    cawan masir diletakkan dalam oven 140 C selama 1 V2 jam, dimasukkan dalam eksikator hingga mencapai

    suhu ruang, ditimbang, lalu dimasukkan kedalam tanur pada suhu 550 - 600 C selama 2 jam, setelah

    pembakaran selesai cawan masir dipindahkan dalam eksikator, didinginkan selama 1 jam dan ditimbang

    kembali .

    Perhitungan

    B-C

    Kadar SK =

    x 100

    A

    SK

    = serat kasar, B = bobot cawan + contoh setelah pengeringan 140 C

    C= bobot cawan+ abu , A = bobot contoh .

    Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005

    MATERI DAN METODE

    Percobaan dilakukan di Laboratorium Pelayanan Analisis Balitnak Ciawi pada bulan Mei hingga Juli,

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengamatan dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juli, 2005 di Laboratorium Pelayanan

    Analisis Balitnak Ciawi . Contoh bungkil kedelai, pakan, pelet dan beberapa hasil fermentasi yang ditentukan

    komposisi seratnya didapat dari contoh yang masuk ke laboratorium Balitnak Ciawi . Contoh bungkil kedelai

    digunakan sebagai kontrol dan dilakukan juga uji profisiensinya dengan cara mengirimkan contoh kontrol

    tersebut ke laboratorium yang sudah terakreditasi dalam hal ini laboratorium Balai Besar Industri . Umumnya

    bungkil kedelai mengandung protein kasar sekitar 43-46 %, lemak kasar 0,5-2,0 % serta serat kasar 5,0--8,0

    (Boniran, 1999) .

    Dilakukan 8 kali ulangan untuk contoh kontrol dimana komposisi serat yang didapatkan adalah 6,8

    +/-0,111 % (Tabel 1) sedangkan dari hasil uji profisiensi didapat hasil sebesar 6,42 %.

    97

  • 98

    Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005

    Tabel 1 . Hasil uji validasi pada contoh kontrol (bungkil kedelai)

    Tabel 2 . Kandungan Serat Kasar Beberapa Contoh Pakan

    Hal ini menunjukkan hasil uji yang dilakukan di laboratoriumBalitnak Ciawi relatif sama dengan

    hasil yang diperoleh dari laboratorium BBIA. Uji validasi contoh kontrol dapat dilihat pada tabel 1 . dengan

    standard deviasi 0,111, yang menunjukkan bahwa ulangan serta metoda yang dilakukan untuk setiap

    penetapan relatif baik . Penentuan serat dari beberapa contoh pakan disajikandalam tabel 2 . Hasil penetapan

    serat yang didapat dari contoh yanglemaknya diekstraksi terlebih dahulu maupun dari contoh tanpa ekstraksi

    lemak hampir sama . Hal ini menunjukkan metode penetapan serat tanpa ekstraksilemak untuk contoh yang

    mengandung lemak dibawah 10 % sudah baik. Cara penetapan tersebut biladitinjau dari segi waktu lebih

    efisien . Pada pengamatan dalam mengerjakan penetapan serat dengan metode ini ialah kesulitan dalam

    penyaringan, tetapi hal ini dapat diatasi dengan penambahan EDTA dalam proses analisis yang berfungsi

    sebagai chelating agent, sehingga memperlancar penyaringan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penetapan serat kasar dalam

    pakan ternak tanpa diawali dengan ekstraksi lemak dapat dilakukan untuk berbagai jenis pakan yang

    mengandung lemak dibawah 10 % . Dari segi waktu cara ini lebih efisien bila dibandingkandengan penetapan

    yang diawali dengan ekstraksi lemak .

    DAFTAR BACAAN

    AOAC.1995 . Official Methods of Analysis of The Association of Official AnalyticalChemists . 978 .10 .

    AOAC. 2000 . Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists.920 .39 .

    Ulangan Bobot

    Contoh

    (gram)

    Bobot Cawan + Contoh

    Setelah Pengeringan 140 C

    (gram)

    Bobot Cawan +

    Abu

    (gram)

    Serat Kasar

    1 0,5027 48,6396 48,6055 6,76

    2 0,5026 48,6394 48,6049 6,86

    3 0,5035 49,7847 49,7505 6,79

    4 0,5044 37,4769 37,4423 6,86

    5 0,5091 51,3511 51,3163 6,84

    6 0,5078 36,5077 36,4729 6,85

    7 0,5082 49,1971 49,1639 6,53

    8 0,5081 49,2185 49,1837 6,85

    N 8

    X 6,80

    STD DEV 0,111

    Cv 1,629

    Jenis Contoh

    Serat Kasar (%)

    Dengan ekstraksi lemak Tanpa Ekstraksi lemak

    Bungkil Kedelai 6,58 6,80

    Campuran Pakan A 12,3912,27

    Campuran Pakan B 4,21 4,27

    Campuran Pakan C 3,10 3,12

    Campuran Pakan D 2,872,86

    Pakan Hasil Fermentasi I 22,07 21,07

    Pakan Hasil Fermentasi 2 19,6720,23

    Pakan Hasil Fermentasi 3 19,44 20,04

    Pelet 7,09 7,33

  • Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005

    Boniran, S . 1999. Quality Control Untuk Bahan Dan Produk Akhir Pakan Ternak . h .1-7 . Dalam Kumpulan

    Makalah American Soybean Association . Balai Penelitian Ternak Dan American Soybean

    Association .

    Chuzaemi, S., Hartutik, S . dan Saleh Susanto . 1983 . Petunjuk Analisa Bahan Makanan Ternak. NUFFIC -

    Universitas Brawijaya, Malang . h .17-18 .

    Ranjhan, S.K. 1977, Animal Nutrition and Feeding Practice in India, Vikas Publishing House Pvt Ltd ., New

    Delhi

    Wickes, R .B. 1983 . Feeding Experiments with Dairy Cattle . h .70-73 . Dalam Penyunting Ternouth, J

    .H. Dairy

    Cattle Research Techniques . Department of Primary Industries . Queensland .

    99

    page 1page 2page 3page 4