SENIN, 2 MEI 2011 Masih Jauh Panggang dari Api fileibu kota negara. Bagaimana ... guru tidak sekadar...

1
SENIN, 2 MEI 2011 17 H ARI PENDIDIKAN SYARIEF OEBAIDILLAH H ARI ini, tepat tanggal 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Sejumlah tantangan dan ha- rapan mencuat dalam upaya pencapaian pemerataan pen- didikan Indonesia yang masih jauh panggang dari api. Aktivis Koalisi Pendidikan Retno Listyarti menilai peme- rataan pendidikan belum ter- penuhi. Ia mencontohkan klaim pemerintah dalam pemerataan pendidikan wajib belajar sem- bilan tahun yang telah berhasil. Menurut dia, secara kuantitas memang telah tercapai dengan terjadinya pengurangan buta aksara. Namun, pemerataan pen- didikan bukan hanya berdasar- kan orang bisa bersekolah, melainkan juga pemerataan kualitas pendidikan. Dari laporan singkat pen- capaian Millenium Develop- ment Goals (MDGs) Indonesia 2009 yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) disebut- kan bahwa pemerintah telah mencapai pendidikan dasar untuk semua. Indikatornya ialah angka partisipasi murni (APM) seko- lah dasar (SD)/madrasah ibti- daiah (MI) (7-12 tahun) dan angka partisipasi kasar (APK) sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah sanawiah (MTs) mendekati 100%. Te- patnya, APM SD/MI (7-12 tahun) mencapai 95,1% dan APK SMP/MTs 96,2%. Data itu dikeluarkan pada 2008. Retno mengatakan salah satu standar kualitas yang disoroti ialah sarana atau fasilitas per- pustakaan yang merupakan jantung hati sekolah. Ia menyebutkan syarat berdi- rinya perpustakaan tingkat sekolah menengah atas (SMA) dengan standar minimal adalah 2.000 judul buku dan tingkat SMP 1.000 judul buku. Namun, ia melihat hal itu jarang ia temui di sekolah-sekolah. Ironisnya lagi, lanjut Retno, yang juga Ketua Forum Guru Jakarta, saat ini sedikitnya 282 SD negeri di Jakarta masih menumpang tempat belajar alias belum mempunyai ge- dung sendiri. Hal itu sangat memprihatin- kan karena terletak di wilayah ibu kota negara. Bagaimana halnya dengan daerah-daerah yang jauh dari ibu kota negara atau provinsi, tentu kondisinya lebih memprihatinkan lagi. Setali tiga uang, dalam hal kualitas guru pun ia nilai be- lum ada upaya serius dari pemerintah untuk membangun kapasitas guru. Justru yang ada membangun kapasitas kepala sekolah dan pengawas. Namun, ia mengakui upaya pemberian sertifikasi guru sebagai hal positif dari Ke- mendiknas walau belum cukup untuk meningkatkan kapasitas guru. Di lain pihak, anggota Komisi X DPR bidang pendidikan Dedi Gumelar alias Miing berpenda- pat sistem pendidikan mesti diperbaiki secara berkeadilan yang berstandar nasional tanpa diskriminasi sesuai UUD 45. “Mutu guru ditingkatkan de- ngan meningkatkan pendidik- an guru agar yang menjadi guru tidak sekadar mengejar tunjangan. Setiap guru harus berdasarkan pendidikan guru yang benar, bukan asal comot menjadi guru,” tandasnya. Miing, yang juga anggota Fraksi PDIP DPR, mengusul- kan pola anggaran harus diper- baiki dengan diiringi kontrol penggunaan dan peruntukan yang mengacu pada prioritas perbaikan mendasar dan pe- rubahan kurikulum mengacu pada potensi peserta didik. Regulasi pemerataan Sementara itu, pakar pen- didik an Arief Rahman ber- pendapat pemerataan pen- didikan harus dilihat dari pe- merataan mutu, pemerataan se- cara geogras, dan pemerataan finansial atau keuangan. Itu harus dikendalikan melalui regulasi, baik peraturan di daerah maupun di pusat. Ia menilai pem- bangunan pendidikan pada era otonomi, ke- bijakan berada pada pemerintah daerah. “Untuk itu, mereka harus berperan mem- bangun pendidikan di wilayah masing-ma- sing,” tandasnya. Menurut dia, dana ban- tuan operasional sekolah (BOS) cukup membantu da- lam pemerataan nansial. Na- mun, itu harus diiringi dengan pemerataan mutu pendidikan, seperti pemerataan mutu para guru. “Pemerataan guru yang ber- mutu harus tersebar di seluruh pelosok daerah, “tegasnya. Pada bagian lain, Menteri Pendidikan Nasional (Mendik- nas) M Nuh mengatakan pe- merataan pendidikan atau aksesibilitas pendidikan meli- puti fungsi ketersediaan dan keterjangkauan. Dari sisi pembiayaan, pihaknya telah menggelon- torkan dana untuk beasiswa melalui program Bidik Misi. Sebanyak 20 ribu mahasiswa miskin setiap tahun menda- patkan beasiswa. Selain itu, pemerintah juga telah meng- gelontorkan dana BOS. Menurut M Nuh, program itu ternyata ditiru negara-negara lain dalam upaya memajukan pendidikan. “Rupanya BOS di Indonesia menjadi model oleh UNESCO. Kita disebut menjadi percontoh- an sebagai bentuk pemerataan pendidikan bagi semua warga yang punya kesempatan sama,“ kata M Nuh, saat silaturahim dengan sejumlah media na- sional, beberapa waktu lalu. Dalam pemerataan kualitas, Kemendiknas berupaya me- ningkatkan kualitas para guru dan dosen. Pemenuhan sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan membangun laborato- rium, kesejahteraan guru, dan perbaikan kurikulum terus- menerus. Adapun salah satu terobos- an pemerataan pendidikan dilakukan dengan gerakan pendidikan anak usia dini (PAUD). Ia optimistis, dalam jangka panjang PAUD dapat menciptakan generasi muda Indonesia yang andal. “Kita mendorong agar ada lompatan setiap 5 hingga 10 tahun ke depan,” ungkapnya. (S-1) [email protected] Masih Jauh Panggang dari Api Sistem pendidikan nasional mesti diperbaiki secara berkeadilan yang berstandar nasional tanpa diskriminasi, sesuai dengan UUD 45. Sedikitnya 282 SD negeri di Jakarta masih menumpang tempat belajar alias belum mempunyai gedung sendiri.” Retno Listyarti Ketua Forum Guru Jakarta S EBAGAI sebuah korporasi yang dibesarkan masyarakat Indonesia, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (Sampoerna) meyakini betul sebuah institusi bisnis yang baik seyogianya mampu menularkan aura positif korporasi kepada masyarakat dan bangsa. Artinya, segala denyut korporasi hen- daknya memiliki porsi yang seimbang antara mengejar laba perusahaan, memberdayakan masyarakat, dan menjaga lingkungan hidup. Guna mencapai porsi seimbang tersebut, perseroan memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berkelanjutan yang menjadi bagian integral dari sebuah korporasi. Dalam memantapkan dan mempertegas komitmen untuk mendukung dunia pendidik- an di Indonesia, Sampoerna bekerja sama dengan Pu- tera Sampoerna Foundation (PSF) memperkenalkan Pu- tera Sampoerna Foundation- School Development Outreach (PSF-SDO) pada pertengahan April. Sebagaimana diakui Ke- menterian Pendidikan Na- sional (Kemendiknas), potret dunia pendidikan di Indone- sia sejatinya memang masih buram. Dalam hal sarana dan prasarana pendidikan mi- salnya, bangunan sekolah di negara ini masih banyak yang berada dalam kondisi memprihatinkan. Data yang dilansir Kemendiknas pada 2009 menya- takan, hampir 45% ruang kelas, khususnya di tingkat SD, dalam kondisi rusak. Kendati dana pendidikan sudah mencapai 20% dari APBN, sebagian besar terserap untuk memenuhi pembayaran gaji guru sehingga biaya untuk pengembangan sekolah masih minim. Berkaca dari situasi tersebut, sudah dirasa tepat jika Sampoerna menggulirkan PSF-SDO. “Untuk menciptakan pemimpin masa depan yang berkualitas dibutuhkan personel pendidik, proses belajar, sarana, dan sumber belajar yang berkualitas pula. Karena itu, PSF memilih program yang memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia,” terang Managing Director Putera Sampoerna Foundation (PSF) Nenny Soemawinata. Kualitas Pendidikan PSF-SDO terdiri dari tiga program, yaitu Professional Development Program (PDP) yang memusatkan pada pengembangan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya dalam menangani kelas dan me- nyuguhkan pembelajaran yang bermakna serta berkualitas. Lalu ada School Development Program (SDP)yang bertujuan meningkatkan kualitas sekolah mencakup pengembangan kurikulum. Program terakhir yakni Education Recovery Program (ERP) yang memusatkan pada pembangunan, perbaikan infrastruktur, dan sumber belajar serta kualitas pendidik- an. Menurut Nenny, PSF-SDO merupakan per- luasan ketiga program tersebut, yang didirikan PSF pada 2006. Dengan infrastruktur dan jang- kauan operasional yang luas serta didukung tenaga profesional, model program itu telah dipercaya lebih dari 27 korporasi, baik lokal maupun internasional, untuk menjalankan program CSR secara strategis di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain PSF-SDO, perusa- haan merilis program pem- berdayaan di kampus, yang merupakan bentuk dukungan lain Sampoerna bagi pen- didikan tinggi di Indonesia. Program itu menawarkan ber- bagai kegiatan, seperti diskusi interaktif, workshop kewirausa- haan, dan manajemen di tujuh lokasi perpustakaan kampus yang dinamakan Sampoerna Corner, serta program kun- jungan studi Sampoerna Best Student Visit. Eddy Henry, selaku Edu- cation Programs Director Putera Sampoerna Foundation, menjelaskan PSF adalah sebuah organisasi lantropi profesional yang berdedi- kasi untuk menciptakan pemimpin Indo- nesia yang kompeten dan bermoral melalui pendidikan berkualitas. Sejak 2001 PSF telah memberikan lebih dari 32.000 beasiswa mulai tingkat SD hingga S2, baik di dalam maupun luar negeri, kepada siswa yang memiliki kemampuan terbaik, tapi mengalami kesulitan keuangan. Sejak 2005, PSF pun mengolah program pengembangan sekolah dengan mengadopsi 17 sekolah dan 5 madrasah di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Program itu, ungkap Eddy, memiliki sema- ngat positif yang tidak hanya ditujukan untuk siswa, tetapi juga untuk guru, kepala sekolah, dan sistem pendidikan. Pada 2006, PSF telah meluncurkan Sam- poerna Foundation Teacher Institute (SFTI) dan menyediakan layanan pinjaman biaya pendidikan (student loan). Pada tahun 2009, PSF juga meluncurkan program sekolah ber- taraf internasional berasrama, yang bernama Sampoerna Academy. (Ccr/S-2) Sampoerna Berkomitmen Terus Menata Dunia Pendidikan Karena itu, PSF memilih program yang memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.” Nenny Soemawinata Managing Director Putera Sampoerna Foundation (PSF)

Transcript of SENIN, 2 MEI 2011 Masih Jauh Panggang dari Api fileibu kota negara. Bagaimana ... guru tidak sekadar...

SENIN, 2 MEI 2011 17HARI PENDIDIKAN

SYARIEF OEBAIDILLAH

HA R I i n i , t e p a t tanggal 2 Mei , kita memperingati Hari Pendidikan

Nasional.Sejumlah tantangan dan ha-

rapan mencuat dalam upaya pencapaian pemerataan pen-didikan Indonesia yang masih jauh panggang dari api.

Aktivis Koalisi Pendidikan Retno Listyarti menilai peme-rataan pendidikan belum ter-penuhi. Ia mencontohkan klaim pemerintah dalam pemerataan pendidikan wajib belajar sem-bilan tahun yang telah berhasil. Menurut dia, secara kuantitas memang telah tercapai dengan terjadinya pengurangan buta aksara.

Namun, pemerataan pen-didikan bukan hanya berdasar-kan orang bisa bersekolah, melainkan juga pemerataan kualitas pendidikan.

Dari laporan singkat pen-capaian Millenium Develop-ment Goals (MDGs) Indonesia 2009 yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) disebut-kan bahwa pemerintah telah mencapai pendidikan dasar untuk semua.

Indikatornya ialah angka partisipasi murni (APM) seko-lah dasar (SD)/madrasah ibti-daiah (MI) (7-12 tahun) dan angka partisipasi kasar (APK) sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah sanawiah

(MTs) mendekati 100%. Te-patnya, APM SD/MI (7-12 tahun) mencapai 95,1% dan APK SMP/MTs 96,2%. Data itu dikeluarkan pada 2008.

Retno mengatakan salah satu standar kualitas yang disoroti ialah sarana atau fasilitas per-pustakaan yang merupakan jantung hati sekolah.

Ia menyebutkan syarat berdi-rinya perpustakaan tingkat sekolah menengah atas (SMA) dengan standar minimal adalah 2.000 judul buku dan tingkat SMP 1.000 judul buku. Namun, ia melihat hal itu jarang ia temui di sekolah-sekolah.

Ironisnya lagi, lanjut Retno, yang juga Ketua Forum Guru Jakarta, saat ini sedikitnya 282 SD negeri di Jakarta masih menumpang tempat belajar alias belum mempunyai ge-dung sendiri.

Hal itu sangat memprihatin-kan karena terletak di wilayah ibu kota negara. Bagaimana halnya dengan daerah-daerah yang jauh dari ibu kota negara atau provinsi, tentu kondisinya lebih memprihatinkan lagi.

Setali tiga uang, dalam hal kualitas guru pun ia nilai be-lum ada upaya serius dari pemerintah untuk membangun kapasitas guru. Justru yang ada membangun kapasitas kepala sekolah dan pengawas.

Namun, ia mengakui upaya pemberian sertifikasi guru sebagai hal positif dari Ke-mendiknas walau belum cukup untuk meningkatkan kapasitas

guru.Di lain pihak, anggota Komisi

X DPR bidang pendidikan Dedi Gumelar alias Miing berpenda-pat sistem pendidikan mesti diperbaiki secara berkeadilan yang berstandar nasional tanpa

diskriminasi sesuai UUD 45. “Mutu guru ditingkatkan de-

ngan meningkatkan pendidik-an guru agar yang menjadi guru tidak sekadar mengejar tunjangan. Setiap guru harus berdasarkan pendidikan guru

yang benar, bukan asal comot menjadi guru,” tandasnya.

Miing, yang juga anggota Fraksi PDIP DPR, mengusul-kan pola anggaran harus diper-baiki dengan diiringi kontrol penggunaan dan peruntukan

yang mengacu pada prioritas perbaikan mendasar dan pe-rubahan kurikulum mengacu pada potensi peserta didik.

Regulasi pemerataanSementara itu, pakar pen-

didik an Arief Rahman ber-pendapat pemerataan pen-didik an harus dilihat dari pe-me rataan mutu, pemerataan se-cara geografi s, dan peme rataan finansial atau keuangan. Itu harus dikendalikan melalui regulasi, baik peraturan di

daerah maupun di pusat. I a m e n i l a i p e m -bangun an pendidikan pada era otonomi, ke-bijakan berada pada pemerintah daerah. “Untuk itu, mereka harus berperan mem-bangun pendidikan

di wilayah masing-ma-sing,” tandasnya.

Menurut dia, dana ban-tuan operasional sekolah

(BOS) cukup membantu da-lam peme rataan fi nansial. Na-mun, itu harus diiringi dengan peme rataan mutu pendidikan, se perti pemerataan mutu para guru.

“Pemerataan guru yang ber-mutu harus tersebar di seluruh pelosok daerah, “tegasnya.

Pada bagian lain, Menteri Pendidikan Nasional (Mendik-nas) M Nuh mengatakan pe-merataan pendidikan atau aksesibilitas pendidikan meli-puti fungsi ketersediaan dan keterjangkauan.

Dar i s i s i pembiayaan , pihaknya telah menggelon-torkan dana untuk beasiswa melalui program Bidik Misi. Sebanyak 20 ribu mahasiswa miskin setiap tahun menda-patkan beasiswa. Selain itu,

pemerintah juga telah meng-gelontorkan dana BOS.

Menurut M Nuh, program itu ternyata ditiru negara-negara lain dalam upaya memajukan pendidikan.

“Rupanya BOS di Indonesia menjadi model oleh UNESCO. Kita disebut menjadi percontoh-an sebagai bentuk pemerataan pendidikan bagi semua warga yang punya kesempatan sama,“ kata M Nuh, saat silaturahim dengan sejumlah media na-sional, beberapa waktu lalu.

Dalam pemerataan kualitas, Kemendiknas berupaya me-ningkatkan kualitas para guru dan dosen.

Pemenuhan sarana dan pra sarana sekolah dilakukan dengan membangun laborato-rium, kesejahteraan guru, dan perbaikan kurikulum terus-menerus.

Adapun salah satu terobos-an pemerataan pendidikan dilakukan dengan gerakan pendidikan anak usia dini (PAUD). Ia optimistis, dalam jangka panjang PAUD dapat menciptakan generasi muda Indonesia yang andal. “Kita mendorong agar ada lompatan setiap 5 hingga 10 tahun ke depan,” ungkapnya. (S-1)

[email protected]

Masih Jauh Panggang dari ApiSistem pendidikan nasional mesti diperbaiki secara berkeadilan yang berstandar nasional tanpa diskriminasi, sesuai dengan UUD 45.

Sedikitnya 282 SD negeri di Jakarta

masih menumpang tempat belajar alias belum mempunyai gedung sendiri.”

Retno ListyartiKetua Forum Guru Jakarta

SEBAGAI sebuah korporasi yang dibesarkan masyarakat Indonesia, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (Sampoerna) meyakini betul sebuah

institusi bisnis yang baik seyogianya mampu menularkan aura positif korporasi kepada masyarakat dan bangsa.

Artinya, segala denyut korporasi hen-daknya memiliki porsi yang seimbang antara mengejar laba perusahaan, memberdayakan masyarakat, dan menjaga lingkungan hidup. Guna mencapai porsi seimbang tersebut, perseroan memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berkelanjutan yang menjadi bagian integral dari sebuah korporasi.

Dalam memantapkan dan mempertegas komitmen untuk mendukung dunia pendidik-an di Indonesia, Sampoerna bekerja sama dengan Pu-tera Sampoerna Foundation (PSF) memperkenalkan Pu-tera Sampoerna Foundation-School Development Outreach (PSF-SDO) pada pertengahan April.

Sebagaimana diakui Ke-menterian Pendidikan Na-sional (Kemendiknas), potret dunia pendidikan di Indone-sia sejatinya memang masih buram. Dalam hal sarana dan prasarana pendidikan mi-salnya, bangunan sekolah di negara ini masih banyak yang berada dalam kondisi memprihatinkan. Data yang dilansir Kemendiknas pada 2009 menya-takan, hampir 45% ruang kelas, khususnya di tingkat SD, dalam kondisi rusak.

Kendati dana pendidikan sudah mencapai 20% dari APBN, sebagian besar terserap untuk memenuhi pembayaran gaji guru sehingga biaya untuk pengembangan sekolah masih minim. Berkaca dari situasi tersebut, sudah dirasa tepat jika Sampoerna menggulirkan PSF-SDO.

“Untuk menciptakan pemimpin masa depan yang berkualitas dibutuhkan personel pendidik, proses belajar, sarana, dan sumber belajar yang berkualitas pula. Karena itu, PSF memilih program yang memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia,” terang Managing Director Putera Sampoerna Foundation (PSF) Nenny Soemawinata.

Kualitas PendidikanPSF-SDO terdiri dari tiga program, yaitu

Professional Development Program (PDP) yang memusatkan pada pengembangan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan,

khususnya dalam menangani kelas dan me-nyuguhkan pembelajaran yang bermakna serta berkualitas. Lalu ada School Development Program (SDP)yang bertujuan meningkatkan kualitas sekolah mencakup pengembangan kurikulum. Program terakhir yakni Education Recovery Program (ERP) yang memusatkan pada pembangunan, perbaikan infrastruktur, dan sumber belajar serta kualitas pendidik-an.

Menurut Nenny, PSF-SDO merupakan per-luasan ketiga program tersebut, yang didirikan PSF pada 2006. Dengan infrastruktur dan jang-kauan operasional yang luas serta didukung tenaga profesional, model program itu telah dipercaya lebih dari 27 korporasi, baik lokal maupun internasional, untuk menjalankan program CSR secara strategis di berbagai

daerah di seluruh Indonesia.Selain PSF-SDO, perusa-

haan merilis program pem-berdayaan di kampus, yang merupakan bentuk dukungan lain Sampoerna bagi pen-didikan tinggi di Indonesia. Program itu menawarkan ber-bagai kegiatan, seperti diskusi interaktif, workshop kewirausa-haan, dan manajemen di tujuh lokasi perpustakaan kampus yang dinamakan Sampoerna Corner, serta program kun-jungan studi Sampoerna Best Student Visit.

Eddy Henry, selaku Edu-cation Programs Director Putera Sampoerna Foundation, menjelaskan PSF adalah sebuah organisasi filantropi profesional yang berdedi-kasi untuk menciptakan pemimpin Indo-nesia yang kompeten dan bermoral melalui pendidik an berkualitas.

Sejak 2001 PSF telah memberikan lebih dari 32.000 beasiswa mulai tingkat SD hingga S2, baik di dalam maupun luar negeri, kepada siswa yang memiliki kemampuan terbaik, tapi mengalami kesulitan keuangan.

Sejak 2005, PSF pun mengolah program pengembangan sekolah dengan mengadopsi 17 sekolah dan 5 madrasah di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.

Program itu, ungkap Eddy, memiliki sema-ngat positif yang tidak hanya ditujukan untuk siswa, tetapi juga untuk guru, kepala sekolah, dan sistem pendidikan.

Pada 2006, PSF telah meluncurkan Sam-poerna Foundation Teacher Institute (SFTI) dan menyediakan layanan pinjaman biaya pendidikan (student loan). Pada tahun 2009, PSF juga meluncurkan program sekolah ber-taraf internasional berasrama, yang bernama Sampoerna Academy. (Ccr/S-2)

Sampoerna Berkomitmen Terus Menata Dunia Pendidikan

Karena itu, PSF memilih

program yang memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pendidikandi Indonesia.”Nenny SoemawinataManaging Director Putera Sampoerna Foundation (PSF)