STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKITARNYA, KEC. PANGGANG,...
-
Upload
hidayat-muhammad -
Category
Science
-
view
117 -
download
15
Transcript of STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKITARNYA, KEC. PANGGANG,...
SEMINAR GEOLOGI
TIPE 1 A
OLEH :
MUHAMMAD HIDAYAT
410012219
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT
SEBAGAI PENENTU LINGKUNGAN PENGENDAPAN DI DAERAH
NAWUNGAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PANGGANG,
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DAFTAR ISI1. BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Maksud dan Tujuan
• Batasan Masalah
• Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian
• Manfaat Penelitian
2. BAB II METODE PENELITIAN
• Tahap Pendahuluan
• Tahap Penelitian
• Tahap Penyelesaian
• Peralatan Yang Digunakan
3. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
• Geologi Regional
• Karakteristik Batuan Karbonat
• Klasifikasi Batuan Karbonat
• Diagenesis Batuan Karbonat
• Mikrofasies Batuan Karbonat
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
• Lokasi Pengamatan 1
• Lokasi Pengamatan 2
• Lokasi Pengamatan 3
• Pembahasan
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
• Saran
6. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Permukaan bumi sebagian besar tertutup oleh batuan sedimen sebesar 75% dari luas permukaan
bumi, mekipun begitu volume batuan sedimen hanya mencapai 5% dari volume litosfer. Kehadiran
batuan karbonat mencapai 20-25% dari total batuan sedimen yang ada di bumi. Dalam prakteknya
batuan karbonat adalah batugamping dan dolomit.
Diagenesis pada batuan karbonat meliputi beberapa proses yang berlangsung segera setelah
batuan tersebut terendapkan hingga batuan tersingkap di permukaan. Sedangkan lingkungan
pengendapan merupakan suatu tempat di mana material-material sedimen diendapkan dan
penentuannya dicirikan oleh kumpulan beberapa fasies yang menyusunnya.
Dalam pengkajian dan pemahaman dari studi mikrofasies dan diagenesis seperti yang
disebutkan di atas, penulis mencoba untuk mengambil contoh kasus di daerah Nawungan dan
sekitarnya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan peta geologi regional, pada daerah penelitian ini termasuk dalam Formasi Wonosari.
PENDAHULUAN2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis menentukan rumusan masalah yang akan diteliti. Rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana variasi fasies batuan karbonat di daerah penelitian?
b. Bagaimana kondisi lingkungan pengendapan batuan karbonat terbentuk di daerah penelitian?
c. Proses diagenesis apa saja yang bekerja pada batuan karbonat di daerah penelitian?
d. Bagaimana kondisi lingkungan diagenesis batuan karbonat di daerah penelitian?
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan seminar ini adalah untuk melakukan analisis petrografi, analisis
mikrofasies, dan analisis proses diagenesis terhadap sayatan tipis batuan karbonat di Formasi
Wonosari tepatnya di daerah Nawungan dan sekitarnya.
Tujuan dari penulisan seminar ini adalah untuk mengetahui variasi fasies batuan karbonat,
mengetahui proses dan lingkungan terjadinya diagenesis serta mengetahui lingkungan pengendapan
batuan karbonat di daerah penelitian.
PENDAHULUAN4. Batasan Masalah
Sesuai dengan judul yang diajukan sebagai topik penelitian, yaitu : “Studi Mikrofasies dan
Diagenesis Batuan Karbonat Sebagai Penentu Lingkungan Pengendapan di Daerah Nawungan dan
Sekitarnya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Topik
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini meliputi :
a. Analisis petrografi pada sayatan tipis menggunakan klasifikasi batuan karbonat yang mengacu
pada klasifikasi Dunham (1962).
b. Analisis mikrofasies menggunakan pembagian mikrofasies berdasarkan standard microfacies
types (SMF) menurut Flugel (1982) serta model sabuk fasies paparan karbonat tertutup (rimmed)
berdasarkan facies zones (FZ) menurut Wilson (1975).
c. Analisis rekaman proses dan lingkungan diagenesis yang terjadi pada batuan karbonat di daerah
penelitian.
d. Studi mikrofasies dan diagenesis batuan karbonat ini dibatasi hanya pada Formasi Wonosari.
PENDAHULUAN5. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian
Daerah penelitian berada ke arah tenggara Kota Yogyakarta, terletak pada Desa Nawungan,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Posisi daerah
penelitian berada pada koordinat X : 435.200,00 – 436.700,00 dan Y : 9.117.800,00 – 9.119.200,00
berdasarkan angka grid Universal Transverse Mercator (UTM).
Gambar 1. Lokasi Penelitian. Peta topografi dengan skala sebenarnya 1:10.000.
PENDAHULUAN6. Manfaat Penelitian
Penulis mengambil judul seminar geologi dengan judul tersebut diharapkan dapat mengungkap
variasi fasies batuan karbonat dan proses diagenesa yang bekerja. Apabila macam-macam fasies
batuan karbonat dapat diketahui melalui analisis mikrofasies, maka dapat mengungkap dimana
lingkungan pengendapan batuan karbonat tersebut dan juga dapat diketahui sejarah geologi berupa
proses-proses diagenesis yang telah dialami oleh batuan karbonat serta lingkungan dimana proses-
proses diagenesis tersebut berlangsung.
Selain itu, dapat juga menjadi referensi bagi peneliti berikutnya dalam menentukan fasies dan
model lingkungan pengendapan serta proses diagenesa yang bekerja pada batuan karbonat di daerah
lain dengan kondisi geologi yang sama.
METODE PENELITIAN1. Tahap Pendahuluan
a. Studi Pustaka
b. Reconaissance
2. Tahap Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
3. Tahap Penyelesaian
a. Penyusunan Laporan
b. Penyajian Data
4. Alat Yang Digunakan
a. Di Lapangan
• Peta Topografi
• Palu Geologi
• Kompas
• GPS (Global Positioning System)
• Larutan HCL
• Meteran
• Clipboard
• Buku Lapangan
• Loupe
• Kamera
• Plastik Sampel
• Alat Tulis
b. Di Laboratorium
• Mikroskop Polarisasi
• Sayatan Tipis
TINJAUAN PUSTAKA1. Geologi Regional
a. Fisiografi Regional
Gambar 2. Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (modifikasi dari van Bemmelen, 1949 dalam
Hartono, 2010).
TINJAUAN PUSTAKA1. Geologi Regional
b. Stratigrafi Regional
Gambar 3. Sebagian Peta Geologi Lembar Yogyakarta beserta stratigrafi regional
(Rahardjo dkk., 1995).
TINJAUAN PUSTAKA1. Geologi Regional
c. Struktur Geologi Regional
Gambar 4. Struktur geologi utama di DIY dan Jawa Tengah (Prihatmoko dkk.,
2002; dalam Rizqi, 2014).
TINJAUAN PUSTAKA2. Karakteristik Batuan Karbonat
a. Pengertian Batuan Karbonat
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari
50% dan tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Reijer, 1986). Sedangkan batugamping itu sendiri adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95%, sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan
batugamping (Reijer dan Hsu, 1986).
Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang jumlah fraksi karbonatnya lebih
besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya (>50%). Dalam prakteknya
batuan karbonat adalah batugamping dan dolomit.
TINJAUAN PUSTAKA2. Karakteristik Batuan Karbonat
b. Mineralogi dan Komposisi Kimia Batuan Karbonat
Tabel 1. Mineral-mineral
penyusun batuan karbonat
beserta sistem kristal, rumus
kimia dan keterdapatannya
pada batuan (Reeder, 1983
dan Tucker & Wright, 1990;
dalam Boggs, Jr., 2006).
TINJAUAN PUSTAKA2. Karakteristik Batuan Karbonat
c. Tekstur Batuan Karbonat
1) Skeletal Grains/Bioklasts
2) Non-skeletal Grains
a) Ooid : bulat-lonjong, berlapis, 0,25-2 mm
b) Pisoid : bulat, berlapis, 2-10 mm
c) Oncoid : bulat, lapisan alga, >2 mm
d) Intraclast : klastika dari dalam daerah pengendapan
e) Extraclast : klastika dari luar daerah pengendapan
f) Pellet : bola-bulat telur, 0,03-0,3 mm
g) Peloid :bulat/lonjong/runcing, tanpa struktur dalam, tidak jelas
3) Carbonate Matrix
Gambar 5. Variasi bentuk umum pada ooid
(Tucker, 1981; dalam Scholle dan Ulmer-
Scholle, 2003).
TINJAUAN PUSTAKA2. Karakteristik Batuan Karbonat
c. Tekstur Batuan Karbonat
4) Carbonate Cement
Morfologi Semen
a) Acicular : ratio P:L = 10:1, marine
b) Fibrous : ratio P:L = 6:1, marine
c) Botryoidal : berbentuk kipas, burial
d) Dog tooth : memanjang ke satu titik, marine
e) Bladed : ratio P:L = 1,5:1 – 6:1, marine
f) Meniscus : berbentuk kurva, meteoric
g) Drusy : anhedral-subhedral, >10 μm, bertambah ke pusat pori, meteoric & burial
h) Granular : kristal-kristal kecil, meteoric & burial
i) Blocky : kristal-kristal kasar (μm-mm), bentuk batas kristal berbeda, meteoric & burial
Gambar 6. Bentukan morfologi semen karbonat
(Flugel, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA2. Karakteristik Batuan Karbonat
d. Tipe-tipe Porositas Batuan Karbonat
Gambar 7. Diagram klasifikasi utama dari tipe porositas fabric selective, not fabric selective, dan fabric selective
or not (Chorquette dan Pray, 1970; dalam Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).
TINJAUAN PUSTAKA3. Klasifikasi Batuan Karbonat
a. Klasifikasi Dunham (1962)
Gambar 8. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan pada kehadiran lumpur dan
butiran (Dunham, 1962).
TINJAUAN PUSTAKA3. Klasifikasi Batuan Karbonat
a. Klasifikasi Dunham (1962)
Mudstone, fasies ini memiliki karakteristik dari ukuran butir yang halus,
keterdapatan fragmen (<10%).
Wackstone, fasies ini memiliki karakteristik terdiri dari ukuran butir yang sangat
halus (lumpur atau kalsilutit), tetapi masih memiliki asosiasi dengan fragmen klastik
yang lebih besar tetapi tidak dominan.
Packstone, fasies ini memiliki karakteristik mulai melimpahnya lumpur karbonat
(>15%), tetapi fasies ini masih tetap didominasi oleh butiran.
Grainstone, merupakan fasies batugamping klastik yang penyusun utamanya
merupakan butiran yang ukurannya tidak lebih besar dari 2 mm, keterdapatan matrik
di fasies ini tidak ada.
Boundstone, merupakan fasies batugamping dengan komponen yang saling terikat
satu sama lainnya atau tersusun oleh organisme dengan fabrik yang
mengindikasikan asal-usul komponen yang direkatkan bersama selama proses
deposisi.
Crystalline, fasies ini memiliki karakteristik yang tidak lagi memperlihatkan tekstur
pengendapannya.
TINJAUAN PUSTAKA3. Klasifikasi Batuan Karbonat
b. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
Gambar 9. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan,
tipe butiran dan ukuran butiran oleh Embry dan Klovan (1971).
TINJAUAN PUSTAKA3. Klasifikasi Batuan Karbonat
b. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
Floatstone, fasies ini memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari fragmen
kerangka organik (<10%) yang tertanam dalam matrik karbonat.
Rudstone, fasies ini merupakan batugamping klastik yang memiliki ukuran butir
paling kasar dimana merupakan hasil rombakan dari batugamping terumbu yang
mengalami transportasi dan terakumulasi di tempat tertentu. Fasies ini tidak
dimasukkan pada fasies batugamping terumbu tetapi berasosiasi dengan terumbu.
Bafflestone, fasies ini memiliki karakteristik butiran terdiri dari kerangka organik
seperti koral yang sedang dalam posisi tumbuh berdiri (growth position) dan
diselimuti oleh lumpur karbonat yang mengisi rongga-rongga pada koral. Koral
tersebut berperan sebagai (baffle) yang menjebak lumpur karbonat.
Bindstone, fasies ini memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari kerangka
ataupun pecahan yang telah mengalami pengikatan oleh kerak-kerak lapisan
gamping (encrusting) yang dikeluarkan oleh ganggang merah dan lainnya.
Framestone, fasies ini memiliki karakteristik hampir seluruhnya terdiri dari
kerangka organik seperti koral, alga dan lainnya. Sedangkan komposisi matriknya
(<10%), antara kerangka tersebut biasanya terisi oleh sparry calcite.
TINJAUAN PUSTAKA4. Diagenesis Batuan Karbonat
a. Proses Diagenesis Batuan Karbonat
Bioturbasi
Aktivitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis seperti setelah material sedimen mengalami
pengendapan. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang sangat kecil
(mikroba) dimana aktivitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses dekomposisi material
organik.
Pelarutan
Proses meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen terutama pada batuan yang
mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit. Pelarutan akan terbantu oleh adanya mineral
karbonat yang tidak stabil seperti aragonit dan Mg-kalsit. Fluida air pori yang ada dalam ruang antar
butiran pada batuan karbonat biasanya akan sangat melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Pelarutan yang paling intensif batuan karbonat
terangkat kepermukaan, karena konsentrasi CO2 yang banyak di permukaan.
TINJAUAN PUSTAKA4. Diagenesis Batuan Karbonat
a. Proses Diagenesis Batuan Karbonat
Neomorfisme
Proses perubahan suatu mineral menjadi mineral lain dengan rumus (senyawa kimia) yang sama,
namun struktur kristalnya berbeda (polimorf) dari mineral tersebut. Inversi dapat terjadi pada kondisi
kering atau tidak ada air sekalipun, karena murni hasil proses pertukaran ion saja. Ketika transformasi
aragonit menjadi kalsit terjadi pada lingkungan yang berair, misalnya air di dalam pori, maka ketika
aragonit terlarutkan secara simultan kalsit akan terpresipitasi menggantikan aragonit.
Sementasi
Merupakan proses presipitasi kimia yang membentuk mineral baru. Ketika mineral-mineral baru yang
terpresipitasi ini mengisi pori dan sudah menjadi keras, maka layak disebut sebagai batu. Semen
karbonat yang paling umum di laut modern adalah aragonit, sedikit sisa lainnya adalah magnesian
calcite.
TINJAUAN PUSTAKA4. Diagenesis Batuan Karbonat
a. Proses Diagenesis Batuan Karbonat
Penggantian
Merupakan proses dimana suatu mineral baru mengganti fase mineral lama yang sudah ada
sebelumnya. Replacement ini dapat bersifat neomorfik, yaitu butiran mineral baru yang mengganti
mineral yang sudah ada dengan jenisnya sama. Jenis ini biasanya dinamakan sebagai polimorf,
dimana mineral baru akan memiliki bentuk dan struktur kristal yang berbeda dari mineral
sebelumnya, tetapi memiliki rumus kimia yang sama, misalnya aragonit tergantikan oleh kalsit.
Namun, bisa juga bersifat allomorfik, misalnya replacement fase baru dengan berbagai bentuk dari
kristalnya juga berubah semua, salah satu contohnya adalah dolomit yang menggantikan kalsit.
Kompaksi
Kompaksi merupakan proses berkurangnya volume ruang antar butiran akibat pembebanan oleh
batuan diatasnya. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena adanya penyusunan
ulang dari butiran-butiran yang tidak bersentuhan menjadi saling bersentuhan atau semakin rapat.
TINJAUAN PUSTAKA4. Diagenesis Batuan Karbonat
a. Proses Diagenesis Batuan Karbonat
Autigenesasi
Proses dimana fase mineral baru terkristalisasi dalam sedimen atau batuan selama atau setelah proses
diagenesis berlangsung. Mineral baru ini dapat dihasilkan melalui reaksi di dalam batuan sedimen
yang sudah ada sebelumnya. Mineral autigenik meskipun banyak, tetapi sifatnya tidak merekatkan
atau bahkan bisa terlihat seperti butiran ketika mengisi ruang antar butir yang besar.
Rekristalisasi
Rekristalisasi dapat terjadi bila terdapat larutan atau mineral yang terlarut dan represipitasi dari fase
mineral terlarut ini. Fluida yang melewati sedimen atau batuan yang mengandung mineral-mineral
tidak stabil dan mudah larut jika suatu waktu fluida dapat melarutkan mineral-mineral ini.
Dolomitisasi
Merupakan proses penggantian mineral kalsit menjadi dolomit. Pembentukannya bisa setelah sedimen
terendapkan, contohnya saat penggantian dolomit menjadi kalsit, bisa juga selama proses
pengendapan sampai pengendapannya benar-benar selesai.
TINJAUAN PUSTAKA4. Diagenesis Batuan Karbonat
b. Lingkungan Diagenesis Batuan Karbonat
Gambar 10. Diagram skematik yang menggambarkan
lingkungan diagenesis (Chorquette dan Pray, 1970).
TINJAUAN PUSTAKA5. Mikrofasies Batuan Karbonat
a. Pengertian Mikrofasies
Istilah mikrofasies sendiri pertama kali didefinisikan oleh Brown (1943) dan kemudian
dikemukakan kembali oleh Cuvillier (1952) yang menerangkan bahwa istilah mikrofasies hanya
diperuntukan untuk kriteria pembelajaran (pemerian) pada batuan sedimen berdasarkan pada
pengamatan petrografi (microphoto), tetapi istilah ini lebih banyak digunakan khususnya pada batuan
karbonat, yaitu batugamping dan dolomit untuk menentukan proses diagenesis serta lingkungan
pengendapan.
Studi mikrofasies dianggap sebagai titik berat dan bagian penting dalam analisis dan interpretasi
pada batuan karbonat serta merupakan bagian dari studi sedimentologi dengan tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui karakteristik batuan karbonat berupa material penyusunnya yang
berhubungan dengan penamaan genetik dari fasies batuan karbonat yang sesuai dengan standar jenis
mikrofasies (SMF) dan asosiasinya dalam lingkungan pengendapan (FZ) yang telah dikembangkan
oleh Wilson (1975) serta proses diagenesis yang mempengaruhi batuan karbonat itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA5. Mikrofasies Batuan Karbonat
b. Facies Zones (FZ) Menurut Wilson (1975)
Fasies model yang paling sering digunakan oleh para ahli adalah yang mengacu pada model
paparan tertutup (rimmed). Paparan karbonat adalah sistem dinamis yang berubah melalui ruang dan
waktu. Paparan dapat tumbuh ke luar untuk memperluas tepiannya dan tumbuh ke atas sementara
tepinya tetap tidak berubah, atau mundur ke tepi belakang (Jansa, 1981 dan Blendinger, 1986).
Variabel utama yang mempengaruhi evolusi paparan adalah tektonik setting dan subsidence,
fluktuasi muka air laut, produktivitas karbonat dan transportasi sedimen, sifat sedimentasi di tepi
paparan, evolusi organisme terumbu sepanjang waktu, dan variasi dalam proses diagenesis.
Pembagian jalur fasies pada paparan karbonat tertutup (rimmed) di daerah tropis digunakan oleh
Wilson (1975) untuk mendirikan sebuah model standar dari fasies karbonat yang digambarkan
sebagai penampang melintang mulai dari cekungan sampai pantai (FZ 1 – FZ 10) dan terdiri dari
asosiasi fasies berdasarkan zona standar fasies.
TINJAUAN PUSTAKA5. Mikrofasies Batuan Karbonat
b. Facies Zones (FZ) Menurut Wilson (1975)
FZ 1: Adanya foram bentik dan plangton, silika, karbonat ooze, lumpur hemipelagik.
FZ 2: Salinitas normal, bioturbasi, matrik mikrit.
FZ 3: Lereng >1,5o, material pelagis dan klastika halus bercampur.
FZ 4: Lereng 5o, material rework dari paparan bercampur pelagis.
FZ 5: Bentukan dari komplek terumbu.
FZ 6: Berada di dalam zona eufotik, di pengaruhi pasang-surut air laut.
FZ 7: Masih terhubung laut terbuka, material pasir berlumpur.
FZ 8: Kurang terhubung laut terbuka, material pasir berlumpur.
FZ 9: Jarang terhubung dengan laut terbuka, kondisi kering/evaporit, kadang air payau.
FZ 10 : Lingkungan meteorik, karst.
TINJAUAN PUSTAKA5. Mikrofasies Batuan Karbonat
c. Standard Microfacies Types (SMF) Menurut Flugel (1972)
Fasies batuan karbonat dipelajari pada skala yang berbeda. Hubungan stratigrafi dari tubuh
batuan, struktur sedimen, lithofacies dan biofacies adalah target utama dari studi singkapan.
Mikrofasies berdasarkan studi sayatan tipis membagi fasies ke satuan aspek komposisi serupa yang
mencerminkan kontrol lingkungan pengendapan tertentu. Hal ini dapat dilakukan apabila memenuhi
kriteria tekstur, komposisi dan fosil dari batugamping yang sering disebut sebagai standard
microfacies types (SMF).
Standar jenis mikrofasies merupakan kategori virtual yang meringkas mikrofasies dengan
kriteria yang identik. Kriteria ini sederhana, non atau semi-kuantitatif, dan mudah untuk dikenali.
Kebanyakan Jenis SMF didasarkan hanya pada beberapa karakteristik yang dominan terdiri dari jenis
butiran, biota atau tekstur pengendapan. Konsep SMF muncul dari pengenalan pada kesamaan
komposisi dan tekstur dari batugamping yang memiliki usia berbeda dibentuk pada lingkungan yang
sama. Awalnya dikembangkan untuk mengkategorikan secara umum paparan Trias Akhir dan terumbu
karbonat, dan berdasarkan kombinasi tekstur dan kriteria paleontologi (Flugel, 1982).
TINJAUAN PUSTAKA5. Mikrofasies Batuan Karbonat
c. Standard Microfacies Types (SMF) Menurut Flugel (1972)
Tabel 2. Distribusi dari mikrofasies
di daerah penelitian menggunakan
Standard Microfacies Types (SMF)
menurut Flugel (1982) serta model
sabuk fasies paparan karbonat
tertutup (rimmed) berdasarkan
facies zone (FZ) menurut Wilson
(1975).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 12. Peta lokasi pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Lokasi Pengamatan 1
Lokasi pengamatan 1 ini berada pada daerah
Nawungan I dengan koordinat X: 435.972, Y:
9.119.161. Pada lokasi pengamatan ini keterdapatan
singkapan yang berada pada dinding tebing. Kondisi
singkapan pada lokasi pengamatan 1 ini cukup baik
walaupun sebagian telah banyak mengalami
pelapukan dan telah mengalami fase diagenesis yang
cukup kuat seperti lubang-lubang hasil pelarutan.
Berdasarkan dari pengukuran stratigrafi rinci
ketebalan keseluruhan dari singkapan ini adalah 14,9
meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
a. Sampel DT 01
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir kasar hingga sangat kasar dengan ketebalan 2,2 meter
dan kedudukan perlapisan batuan adalah N 65o E/ 6o. Tampak warna segar kuning kecokelatan, warna
lapuk cokelat kehitaman, struktur berlapis dengan tebal perlapisan 40 hingga 90 cm serta
mengandung bioklas, urat-urat kalsit, dan rongga pelarutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
a. Sampel DT 01
Analisis Petrografi
Batuan ini memiliki butiran karbonat berupa bioklas
foraminifera besar bentonik dan ganggang merah dengan
ukuran aneka ragam 0,5–1 mm dan pecahan fosil yang
tidak teridentifikasi serta sebagian telah tergantikan oleh
mineral sekunder seperti pseudosparite. Terdukung oleh
butiran yang berukuran pasir kasar hingga sangat kasar
dengan bentuk butiran yang meruncing tanggung hingga
membundar tanggung, pemilahan buruk, kemasnya masih
tertutup, dan hubungan antar butir memanjang serta titik.
Penyemenan berupa semen orthosparit. Keporian batuan
yang bernilai sedang dari tipe gerowong (vug).
Bioklas (40%)
Orthosparit (25%)
Pseudosparit (30%)
Keporian (5%)
Grainstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
a. Sampel DT 01
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 18 : grainstone or
packstone with abundant foraminifera or algae menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari
FZ 8 : Platform Interior - Restricted, pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat tertutup
(rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Neomorfisme, adanya penggantian pada struktur dalam dari fosil oleh pseudosparit yang berasal
dari lingkungan meteoric phreatic.
Pelarutan, adanya porositas tipe gerowong (vug) yang berasal dari lingkungan meteoric vadose.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
b. Sampel DT 02
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir sedang hingga kasar dan kedudukan perlapisan adalah
N 65o E / 6o. Tampak warna segar cokelat cerah, warna lapuk cokelat kehitaman, struktur berlapis
sedang-tebal dengan ketebalan 30 hingga 90 cm, mengandung bioklas, urat-urat kalsit, dan rongga
pelarutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
b. Sampel DT 02
Analisis Petrografi
Batuan ini bertekstur bioklastika yang terpilah buruk,
terdukung oleh lumpur, kemasnya terbuka, hubungan antar
butir mengambang dan titik yang berukuran butir pasir
sedang hingga kasar yang berbentuk meruncing tanggung
hingga membundar tanggung. Hadirnya peloid yang hampir
menyebar secara merata pada sayatan. Semua butiran
tersebut mengambang dalam lumpur karbonat, penyemenan
batuan adalah orthosparit. Komponen mineral sekunder hadir
berupa mikrosparit yang menggantikan sebagian lumpur
karbonat dan keporian sangat jarang seperti tipe gerowong
pelarutan (vug) yang terisi oleh semen orthosprit dengan
bentuk kristal mosaik drusi. keporian sangat jarang seperti
tipe gerowong pelarutan (vug).
Bioklas (35%)
Pellet/peloid (10%)
Lumpur karbonat (25%)
Orthosparit (15%)
Mikrosparit (15%)
Packstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
b. Sampel DT 02
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 18 : grainstone or
packstone with abundant foraminifera or algae menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari
FZ 8 : Platform Interior - Restricted, pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat tertutup
(rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Kompaksi, memperlihatkan adanya orientasi atau penajajaran butiran. Berasal dari lingkungan
burial.
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Neomorfisme, adanya penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
c. Sampel DT 03
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir kasar yang kadang-kadang berkembang menjadi
batugamping bioklastika berukuran butir pasir sedang dengan ketebalan keseluruhannya adalah 6,9
meter dan kedudukan perlapisan adalah N 73o E / 8o. Warna segar kuning kecokelatan, warna lapuk
cokelat kehitaman, struktur berlapis dengan ketebalan perlapisan 30 hingga 70 cm. Mengandung
bioklas, urat-urat kalsit, dan rongga pelarutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
c. Sampel DT 03
Analisis Petrografi
Batuan ini bertekstur klastika berukuran butir pasir sedang
hingga kasar, kemas terbuka, hubungan antar butir
mengambang dan titik yang berbentuk meruncing tanggung
hingga membundar tanggung. Butiran berupa bioklas yang
diduga masih merupakan foram bentik besar dan kecil,
pecahan ganggang, cangkang kerang, dan fosil lain yang
tidak terdefinisikan berukuran 0,25–0,5 mm yang sebagian
telah terekristalisasi serta adanya peloid yang menyebar
dengan distribusi yang tidak beraturan. Lumpur karbonat
telah tergantikan menjadi mikrosparit yang berukuran
sangat halus hingga sedang, semen orthosparit dengan
struktur mosaik drusi yang mengisi rongga tipe gerowong.
Bioklas (20%)
Pellet/peloid (17%)
Lumpur karbonat (20%)
Orthosparit (10%)
Mikrosparit (15%)
Pseudosparit (10%)
Keporian (8%)
Packstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
c. Sampel DT 03
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 16 : peloid grainstone or
packstone; subtypes differentiate non-laminated and laminated rocks menurut Flugel (1982) yang
merupakan penciri dari FZ 8 : Platform Interior - Restricted, pada model lingkungan pengendapan
paparan karbonat tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Pelarutan, adanya porositas tipe gerowong (vug) yang berasal dari lingkungan meteoric vadose.
Neomorfisme, adanya penggantian pada struktur dalam dari fosil oleh pseudosparit dan
penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari lingkungan meteoric
phreatic.
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
d. Sampel DT 04
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir kasar hingga sangat kasar dengan ketebalan 40 cm dan
kedudukan perlapisan adalah N 70o E / 11o. Memiliki warna segar kuning keruh, warna lapuk kuning
kecokelatan, banyak mengandung bioklas.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
d. Sampel DT 04
Analisis Petrografi
Batuan ini memiliki bioklas yang sangat banyak berukuran
0,25–1,5 mm, berupa foraminifera besar bentik dan
plangtonik, akumulasi peloid dengan bentuk dan ukuran yang
beragam, pecahan ganggang, dan pecahan fosil yang sulit
untuk didefinisikan serta diikat oleh semen orthosparit
berbentuk mosaik drusi berukuran halus hingga sangat halus
dengan distribusi tidak teratur yang mendominasi. Ukuran
butir berupa pasir sedang hingga sangat kasar dengan bentuk
butiran yang meruncing tanggung hingga membundar,
pemilahan buruk, kemas tertutup dan hubungan antar butir
mengambang dan titik. Keporian dengan intensitas yang
sangat buruk dari tipe gerowong (vug).
Bioklas (45%)
Pellet/peloid (20%)
Orthosparit (30%)
Keporian (5%)
Grainstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Lokasi Pengamatan 1
d. Sampel DT 04
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 16 : peloid grainstone or
packstone; subtypes differentiate non-laminated and laminated rocks menurut Flugel (1982) yang
merupakan penciri dari FZ 8 : Platform Interior - Restricted, pada model lingkungan pengendapan
paparan karbonat tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Pemikritan, adanya lumpur karbonat sebagai hasil pemikritan yang terkonsentrasi di bagian
pinggir butiran atau fosil foraminifera besar bentik. Berasal dari lingkungan meteoric phreatic.
Pelarutan, adanya porositas tipe gerowong (vug) yang berasal dari lingkungan meteoric vadose.
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
Lokasi pengamatan 2 ini berada pada
daerah Nawungan I, tepatnya dipinggir
pertigaan jalan desa dan dekat rumah warga
dengan koordinat X: 436.144, Y: 9.118.628.
Pada lokasi pengamatan ini ditemukan
singkapan batugamping berlapis tebal hingga
masif dengan kondisi yang masih cukup segar
dan baik untuk dilakukan pengamatan
walaupun sebagian besar telah mengalami
pelapukan yang intensif dan juga karena
proses diagenesis berupa pelarutan yang
membentuk lubang-lubang serta berdasarkan
hasil pengukuran stratigrafi rinci, ketebalan
keseluruhan yang di dapat dari singkapan ini
adalah sekitar 6,5 meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
a. Sampel DT 05
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir sedang hingga kasar dengan ketebalan keseluruhan
singkapan ini adalah 4,5 meter yang memiliki ciri-ciri warna segar putih cerah keabu-abuan, warna
lapuk abu-abu kehitaman, struktur masif, mengandung bioklas.
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
a. Sampel DT 05
Analisis Petrografi
Batuan ini memiliki bioklas yang sangat banyak, umumnya
berupa foraminifera besar bentik dan plangtonik serta
ganggang dengan kondisi yang telah usang dengan ukuran
aneka ragam ukuran 0,25–1 mm. Terdapat juga pecahan fosil
yang sulit untuk didefinisikan, ukuran butir berupa pasir
sedang hingga kasar dengan bentuk butiran yang meruncing
tanggung hingga membundar, pemilahan buruk, terdukung
oleh lumpur karbonat yang sebagian telah tergantikan
menjadi mikrosparit, kemasnya masih tertutup, tetapi lebih
mendominasi kemas terbuka serta hubungan antar butir
mengambang dan titik. Keporian batuan bernilai sangat
buruk dari tipe gerowong (vug).
Bioklas (35%)
Pellet/peloid (15%)
Lumpur karbonat (25%)
Orthosparit (10%)
Mikrosparit (11%)
Keporian (4%)
Packstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
a. Sampel DT 05
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 10 : bioclastic packstone
or wackestone with worn skeletal grains menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari FZ 7 :
Platform Interior – Normal Marine (Open Marine), pada model lingkungan pengendapan paparan
karbonat tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Pelarutan, adanya porositas tipe gerowong (vug) yang berasal dari lingkungan meteoric vadose.
Neomorfisme, adanya penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
b. Sampel DT 06
Kenampakan Lapangan
Batugamping bioklastika berukuran butir pasir sedang hingga kasar dengan ketebalan keseluruhan
singkapan adalah 2 meter yang kadang-kadang berkembang menjadi batugamping berukuran butir
pasir sedang yang memiliki ciri-ciri warna segar putih cerah kekuningan, warna lapuk abu-abu
kehitaman, struktur masif, mengandung bioklas.
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
b. Sampel DT 06
Analisis Petrografi
Batuan ini memiliki bioklas yang sangat banyak, umumnya
berupa foraminifera besar bentik, dan ganggang serta
terdapat juga pecahan fosil yang sulit untuk didefinisikan
dengan ukuran 0,25–1 mm, umumnya kondisi fosil tersebut
telah usang. Kehadiran pelet sangat sedikit dan telah
terekristalisasi. Ukuran butir berupa pasir sedang hingga
kasar dengan bentuk butiran yang meruncing tanggung
hingga membundar, pemilahan buruk, hubungan antar butir
mengambang dan titik, serta kemas terbuka. Penyemenan
berupa semen orthosparit berstruktur mosaik drusi, lumpur
karbonat yang sebagian tergantikan menjadi mikrosparit
serta fosil yang batas pinggirnya rancu dengan matriks
karena terhablur ulang oleh sparit semu (pseudosparite).
Bioklas (28%)
Pellet/peloid (10%)
Lumpur karbonat (20%)
Orthosparit (10%)
Mikrosparit (15%)
Pseudosparit (15%)
Keporian (2%)
Packstone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN2. Lokasi Pengamatan 2
b. Sampel DT 06
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 10 : bioclastic packstone
or wackestone with worn skeletal grains menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari FZ 7 :
Platform Interior – Normal Marine (Open Marine), pada model lingkungan pengendapan paparan
karbonat tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Neomorfisme, adanya penggantian pada struktur dalam dari fosil oleh pseudosparit dan
penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari lingkungan meteoric
phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
Lokasi pengamatan 3 ini berada pada
daerah Nawungan I, tepatnya pinggir jalan
Siluk – Panggang dengan koordinat X: 435.634,
Y: 9.117.990. Pada lokasi pengamatan ini
ditemukan singkapan batugamping yang
cenderung memiliki fasies yang seragam.
Kondisi singkapan pada lokasi pengamatan 3
ini telah mengalami pelapukan yang intensif
dan adanya hasil proses diagenesis yang
tercermin oleh lubang-lubang, tetapi pada
bagian dalam singkapan batuan ini masih cukup
segar dan baik untuk dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil pengukuran stratigrafi rinci,
maka didapatkan ketebalan keseluruhan dari
singkapan ini adalah 11,4 meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
a. Sampel DT 07
Kenampakan Lapangan
Batugamping klastika berukuran butir pasir halus hingga sangat halus yang memiliki ciri-ciri warna
segar kuning keputihan, warna lapuk cokelat kehitaman, struktur masif dan telah mengalami
rekristalisasi menjadi lebih keras. Kadang-kadang juga di suatu tempat masih mengandung bioklas
dengan jumlah sangat sedikit dan susah untuk terdefinisikan. Banyak terdapat rongga-rongga hasil
pelarutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
a. Sampel DT 07
Analisis Petrografi
Batuan ini masih mengandung ganggang merah yang
masih utuh berukuran 1,5 mm, pecahan cangkang, dan
beberapa fosil lain yang sulit teridentifikasi berukuran 0,1–
0,25 mm serta keterdapatannya yang sangat langka.
Tekstur bioklastika berukuran butir pasir halus hingga
sangat halus dengan butiran bioklastika yang telah
terekristalisasi, terdukung lumpur karbonat yang sebagian
telah tergantikan menjadi mikrosparit dengan ukuran halus
hingga sangat halus, kemasnya terbuka, pemilahan buruk,
berbentuk meruncing tanggung hingga membundar serta
hubungan antar butir yang mengambang. Penyemenan
berupa semen orthosparit berukuran halus hingga sedang
dan tidak tampak adanya keporian dalam tipe apapun.
Bioklas (15%)
Lumpur karbonat (35%)
Orthosparit (10%)
Mikrosparit (28%)
Pseudosparit (12%)
Wackestone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
a. Sampel DT 07
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 8 : wackestone or
floatstone with whole fossils menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari FZ 7 : Platform
Interior – Normal Marine (Open Marine), pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat
tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Neomorfisme, adanya penggantian pada struktur dalam dari fosil oleh pseudosparit dan
penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari lingkungan meteoric
phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
b. Sampel DT 08
Kenampakan Lapangan
Batugamping klastika berukuran butir pasir halus hingga sangat halus. Kenampakan batuan ini hampir
sama dengan sampel DT 07, yang memiliki ciri-ciri warna segar kuning keputihan cerah, warna lapuk
cokelat kehitaman, struktur masif dan telah mengalami rekristalisasi sehingga menjadi lebih keras.
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
b. Sampel DT 08
Analisis Petrografi
Batuan ini mengandung fosil sangat langka yang masih
diduga berupa foraminifera plangtonik dan bentik besar
yang masih utuh dengan ukuran 1 mm terisolasi pada
lumpur karbonat, pecahan cangkang kerang, dan fosil lain
yang sulit teridentifikasi. Tekstur bioklastika berukuran
butir pasir halus hingga sangat halus, terdukung lumpur
karbonat yang sebagian telah tergantikan oleh mikrosparit
berukuran halus hingga sangat halus. Adanya pecahan fosil
berukuran halus hingga sangat halus yang tersebar pada
lumpur karbonat. Butiran berbentuk meruncing tanggung
hingga membundar tanggung, kemas terbuka, pemilahan
sedang, dan hubungan antar butir mengambang. Tidak
tampak adanya keporian dalam tipe apapun.
Bioklas (15%)
Lumpur karbonat (35%)
Orthosparit (8%)
Mikrosparit (25%)
Pseudosparit (17%)
Wackestone (Dunham, 1962)
HASIL DAN PEMBAHASAN3. Lokasi Pengamatan 3
b. Sampel DT 08
Analisis Mikrofasies
Karakter batugamping yang seperti ini pada umumnya sesuai dengan SMF 8 : wackestone or
floatstone with whole fossils menurut Flugel (1982) yang merupakan penciri dari FZ 7 : Platform
Interior – Normal Marine (Open Marine), pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat
tertutup (rimmed) menurut Wilson (1975).
Analisis Diagenesis
Sementasi, adanya semen orthosparit sebagai pengisi rongga pelarutan yang berasal dari
lingkungan meteoric phreatic.
Neomorfisme, adanya penggantian pada struktur dalam dari fosil oleh pseudosparit dan
penggantian matriks lumpur karbonat oleh mikrosparit yang berasal dari lingkungan meteoric
phreatic.
HASIL DAN PEMBAHASAN4. Pembahasan
a. Lingkungan Pengendapan
Sampel DT 01 dan DT 02
SMF 18 : Grainstone or packstone with abundant foraminifera or algae -- FZ 8 : Platform Interior - Restricted
Sampel DT 03 dan DT 04
SMF 16 : Peloid grainstone or packstone; subtypes differentiate non-laminated and laminated rocks -- FZ 8 :
Platform Interior - Restricted
Sampel DT 05 dan DT 06
SMF 10 : Bioclastic packstone or wackestone with worn skeletal grains -- FZ 7 : Platform Interior – Normal
Marine
Sampel DT 07 dan DT 07
SMF 8 : Wackestone or floatstone with whole fossils -- FZ 7 : Platform Interior – Normal Marine
SMF 16
SMF 18 SMF 10
SMF 8
HASIL DAN PEMBAHASAN4. Pembahasan
a. Lingkungan Pengendapan
HASIL DAN PEMBAHASAN4. Pembahasan
a. Lingkungan Diagenesis
Perjalanan diagenesis batugamping yang terjadi, yaitu : lingkungan diagenesis marine phreatic, burial, meteoric
phreatic, dan meteoric vadose. Proses diagenesis ini telah berlangsung segera sesudah batuan terendapkan
hingga batuan tersingkap di permukaan seperti sekarang ini.
1
2
3
4
KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Runtunan stratigrafi di daerah penelitian yang merupakan penyusun Formasi Wonosari sebagian
besar adalah batugamping bioklastika berukuran butir sedang hingga sangat kasar dengan struktur
berlapis dengan ketebalan setiap perlapisan 40 hingga 90 cm dan juga masif. Lokasi pengamatan
dan pengambilan sampel terbagi menjadi tiga lokasi dengan keseluruhan hasil pengujian petrografi
terhadap delapan sampel batuan menunjukkan beberapa fasies batugamping, yaitu : grainstone,
packstone, dan wackestone.
b. Berdasarkan hasil analisis mikrofasies terhadap delapan sampel batugamping di daerah penelitian,
maka terdapat dua lingkungan pengendapan di daerah penelitian. Pertama, lingkungan
pengendapan berada pada paparan laut dangkal dengan sirkulasi terbatas (SMF 18 dan SMF 16 –
FZ 8; restricted marine), kemudian setelah itu kondisi muka air laut mengalami kenaikan,
sehingga lingkungan pengendapan bergeser ke paparan dangkal dengan sirkulasi terbuka (SMF 10
dan SMF 8 – FZ 7; open marine).
KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan
c. Berdasarkan hasil analisis diagenesa batugamping daerah penelitian, maka terdapat beberapa
rekaman proses diagenesa yang bekerja, yaitu : penyemenan, kompaksi, neomorfisme, pemikritan,
dan pelarutan. Proses diagenesis tersebut telah berlangsung segera sesudah batuan terendapkan
hingga batuan tersingkap di permukaan sekarang ini. Proses diagenesis yang satu berlangsung
bersamaan atau menyusul mengikuti proses diagenesis lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN2. Saran
Berdasarkan kegiatan penelitian lapangan dan analisis sayatan tipis yang telah dilakukan, maka
peneliti mempunyai beberapa saran untuk peneliti-peneliti selanjutnya, antara lain :
a. Menambah titik lokasi penelitian, agar didapatkan variasi fasies yang lebih beragam dan lebih
mudah dalam penentuan asosiasinya terhadap zonasi fasies lingkungan pengendapan.
b. Pemilihan dan pengambilan sampel sebaiknya pada singkapan yang masih ideal dan belum terlalu
mengalami diagenesa yang kuat.
c. Sebaiknya dapat lebih hati-hati ketika melakukan pemerian komponen butiran pada batugamping,
karena sangat berpengaruh dalam penentuan fasies dan asosiasinya terhadap lingkungan
pengendapan.
DAFTAR PUSTAKAArisandy, M., Mardiana, U., dan Isnaniawardhani, V., 2014. Implikasi Diagenesis Batugamping
Terhadap Touching Vuggy dan Kualitas Reservoar Formasi Ngimbang Cekungan Jawa Timur.
Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Bathurst, R. G. C., 1971. Carbonate Sediment and Their Diagenesis, Development in Sedimentology
12. London: Elsevier Publishing Company.
Boggs, Jr., 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy Fourth Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Chorquette, P. W. And James N. P., 1984. Diagenetic 9 – Limestone – The Meteoric Diagenetic
Environment. Geoscie. Can., 11: 161-194.
Chorquette, P. W. and Pray L. C., 1970. Geologic Nomenclature and Classification of Porosity in
Sedimentary Carbonates. Am. Assoc. Petrol. Geol. Bull., 54: 207-250.
Dunham, R. J., 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture, in Ham
W. E., ed., classification of Carbonate Rocks, AAPG Memoir 1.
Einsele, G., Ricken, W., dan Seilacher, A., 1991. Cycle and Event in Stratigraphy. Berlin: Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Embry, A. F. and J. E. Klovan, 1971. A Late Devonian Reef Tract in Northwestern Banks Island
Nortwest Territories, Can. Petr. Geology Bull, v.19.
Flugel, E., 2004. Microfacies of Carbonate Rocks; Analysis, Interpretation and Application. Berlin:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Folk, R. L., 1959. Practical Petrographic Classification of Limestone. Am. Assoc. Petrol. Geol.
Bull., 43: 1-38.
DAFTAR PUSTAKAFolk, R. L., 1974. Petrology of Sedimentary Rocks: Hemphill, Austrin, Tx., 182 p.
Gilluly, J., Waters, A. C., Woodford, A. O., 1968. Principles of Geology Third Edition. Singapore:
Toppan Printing.
Hsu, K. J., 1989, Physical Principles of Sedimentology: Springer-Verlag, Berlin, 233 p.
Longman, M. W., 1980. Carbonate Diagenetic Texture From Nearsurface Diagenetic Environment.
Am. Assoc. Petrol. Geol. Bull., 64: 561-487.
Maryanto, S., 2012. Rekaman Proses Diagenesis Berdasarkan Data Petrografi Pada Batugamping
Formasi Sentolo di Lintasan Hargorejo, Kokap Kulomprogo. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 7,
No. 2, pp. 87-99.
Maryanto, S., 2013. Sedimentologi Batugamping Formasi Jonggrangan di Sepanjang Lintasan Gua
Kikendo, Girimulyo, Kulonprogo. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol. 23, No. 2,
pp. 89-103.
Maryanto, S., 2014. Mikrofasies dan Diagenesis Batugamping Formasi Baturaja di Lintasan Air
Kiti, Oku, Sumatera Selatan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol. 15, No. 2, pp. 89-
103.
Maryanto, S., Jamal, Kusumah K. D., 2014. Mikrofasies Batugamping Formasi Batununggal di
Daerah Binuang, Kalimantan Selatan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol. 15, No.
4, pp. 195-204.
Maryanto, S., Permana, A. K., 2014. Mikrofasies dan Diagenesis Batugamping Berdasarkan Data
Petrografi Pada Formasi Nakfunu Di Daerah Timor Tengah Selatan. Jurnal Geologi dan
Sumberdaya Mineral, Vol. 23, No. 3, pp. 139-151.
DAFTAR PUSTAKAMoore, C. H., 1997. Carbonate Diagenesis and Porosity, Developments in Sedimentology 46.
Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Praptisih dkk., 2012. Fasies Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat Formasi Parigi di Daerah
Palimanan, Cirebon. Riset Geologi dan Pertambangan, Vol. 22, No. 1, pp. 33-43.
Prasetya, A. N., 2015. Evolusi Porositas Batuan Karbonat. Seminar. Tidak dipublikasikan.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
Premonowati, 2010. Optimalisasi Metode Pendiskripsian Batugamping untuk Karakteristik
Reservoar Hidrokarbon dalam Pemodelan Geologi. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H. M., 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa,
skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Raymond, L. A., 2002. Petrology: The Story of Igneous, Sedimentary, and Metamorphic Rocks. New
York: McGraw-Hill.
Reeder, R. J. (Ed.), 1983. Carbonate: Mineralogy and chemistry: Rev. In Mineralogy, v. 11, 395 p.
Rizqi, A. F., 2014. Geologi dan Analisis Sesar Opak Berdasarkan Data Gravitasi Daerah
Selopamioro dan Sekitarnya, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogykarta: Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
Said, S., 2010. Pembentukan Reservoar Daerah Karst Pegunungan Sewu, Pegunungan Selatan
Jawa. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 1.
Scholle, P. A., Ulmer-Scholle, D. S., 2003. A Color Guide to The Petrography of Carbonate Rocks:
Grains, Textures, Porosity, Diagenesis. Oklahoma: The American Association of Petroleum
Geologists.
DAFTAR PUSTAKAShima, J., 2014. Analisis Fasies dan Permodelan Sikuen Stratigrafi Batuan Karbonat Lintasan
Korindo, Formasi Wainukendi, Kabupaten Supiori, Papua. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Semarang: Universitas Dipenogoro.
Sundawa, A., 2012. Geologi dan Studi Penyebaran Lithofasies Batugamping Formasi Punung
Daerah Girikikis dan Sekitarnya, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
Tengah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”.
Thekoist, 2012. Diagenesis Pada Batuan-batuan Sedimen - Diagenesis Part II. https://thekoist
.wordpress.com/2012/07/25/diagenesis-pada-batuan-batuan-sedimen-diagenesis-part-ii/. Di
akses pada tanggal 28 September 2015.
Thekoist, 2012. Diagenesis Part I. https://thekoist.wordpress.com/2012/07/17/ diagenesis-part-i/. Di
akses pada tanggal 29 September 2015.
Tucker, M. E. and Wright V. P., 1990. Carbonate Sedimentology, Blackwell Science Ltd., United
Kingdom.
Tucker, M. E., Wright, V. P., dan Dickson, J. A. D., 1990. Carbonate Sedimentology. London:
William Clowes Ltd.
Walker, R. G., 1984. Facies Models. Canada: Geological Association of Canada.
Wilson, J. L., 1975, Carbonate Facies in Geologic History: Springer-Verlag, Berlin, 471 p.
Wiratama, K., 2012. Lingkungan Pengendapan Karbonat Menurut M. E. Tucker 1985.
http://khariswiratama.blogspot.co.id/2013/10/lingkungan-pengendapan-karbonat-menurut.
html. Di akses pada tanggal 29 September 2015.
DISKUSI DAN PERTANYAAN
TERIMA KASIHOlo Manin Aso Buen Siolo Endo