Semantik

39
Semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan di bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda sengan hal yang ditandai. Selain istilah semantik, di dalam sejarah linguistik, ada pula istilah semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah lainnya memiliki objek yang cukup luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya, seperti makna tanda lalu lintas, kode mors,tanda-tanda dalam ilmu matematika, sedangkan cakupan semantik hanya berkanaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

Transcript of Semantik

Page 1: Semantik

Semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yangberarti tanda atau lambang. Kata kerjanya semaino yang berartimenandai atau melambangkan.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yangdigunakan di bidang linguistik yang mempelajari hubunganantara tanda sengan hal yang ditandai.

Selain istilah semantik, di dalam sejarah linguistik, ada pulaistilah semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semikyang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda ataulambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakandalam studi linguistik karena istilah-istilah lainnya memilikiobjek yang cukup luas, yakni mencakup makna tanda ataulambang pada umumnya, seperti makna tanda lalu lintas, kodemors,tanda-tanda dalam ilmu matematika, sedangkan cakupansemantik hanya berkanaan dengan bahasa sebagai alatkomunikasi verbal.

Page 2: Semantik

Menurut Ferdinand de Saussure, setiap tanda linguistik

memiliki dua unsur, yakni yang diartikan (signifie) dan

yang mengartikan (signifiant).

Signifie merupakan konsep atau makna dari suatu

tanda, sedangkan signifiant merupakan bunyi-bunyi

yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang

bersangkutan.

Apakah semua kata memiliki referen? Kata-kata

berkelas verba, adjektiva, dan nomina memang selalu

memiliki referen, tetapi preposisi, konjungsi.

Page 3: Semantik

Dengan demikian, kata-kata yang memilikireferen disebut sebagai kata yang bermaknareferensial, sedangkan kata yang tidak memilikireferen disebut sebagai kata yang tidakbermakna referensial

Bagaimana dengan referen kata kaki dalam kakigunung, kaki meja? Verhaar mengungkapkanbahwa referen kata kaki tetap kaki sebagaianggota tubuh.

Pada kata kaki gunung, kata kaki digunakanuntuk merujuk pada sesuatu yang lain secarametaforis (secara perbandingan). Dengandemikian, referen sebuah kata selalu bersifattetap atau tidak berubah.

Page 4: Semantik

Pada dasarnya, antara makna dan informasi

merupakan dua hal yang berbeda. Makna

merupakan gejala dalam ujaran (utterance-

internal phenomenon), sedangkan informasi

merupakan gejala dalam ujaran (utterance-

external phenomenon), misalnya kata ayah

dan bapak yang keduanya memiliki informasi

yang sama, yakni ’orang tua laki-laki’ tetapi

maknanya jelas berbeda. Bandingkan makna

antara kata bapak presiden dengan # ayah

presiden.

Page 5: Semantik

Selain informasi sebagai bagian dari gejala luar

ujaran, maksud pun pada dasarnya merupakan

gejala luar ujaran. Kalau informasi dilihat dari

objeknya, maksud dilihat segi konteks

pembicaraan, misalnya bagus sekali nilaimu

nak!

Page 6: Semantik

TIGA PANDANGAN FILOSOFISRealisme beranggapan bahwa manusia selalu memilikijalan pikiran tersendiri terhadap duania luar danmenusia selalu memberi gagasan tertentu terhadapdunia luar sehingga antara makna dan wujuddimaknai memiliki hubungan yang hakiki.Konseptualis beranggapan bahwa makna dan katadapat dilepaskan dari dunia luar karena pemakaiansepenuhnya ditentukan oleh adanya asosiasi(gambaran dalam angan-angan) dan konseptualisasipemakainya.Nominalis berangggapan bahwa makna dan katadengan dunia semata-mata bersifat arbitrer. Meskipundemikian penentuan hubungan oleh para penuturharus dilatari oleh adanya konvensi.

Page 7: Semantik

Aspek makna dalam hal ini dibedakan dengan aspek sebagai

kategori gramatikal sebuah verba yang biasanya mengungkapkan

lama dan jenis kegiatan. Oleh karena itu, aspek makna yang

dimaksud di sini lebih cederung mengarah kepada aspek makna

tertentu dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa pada

konteks situasi dan sosial tertentu.

Dilihat dari fungsinya, aspek semantik kata, kelompok

kata, frasa, klausa, dan kalimat dibedakan menjadi empat

macam, yakni: (1) Aspek makna pengertian (Sense), (2) Aspek

makna perasaan (Feeling), (3) Aspek makna nada (Tone), dan (4)

Aspek makna tujuan (Intension). Keempat aspek makna tersebut

akan dipaparkan di bawah ini.

Page 8: Semantik

Aspek makna pengertian disebut juga tema karena ketikaseseorang berbicara menggunakan kata-kata yangmengandung ide atau pesan tertentu. Perhatikan contohberikut:

Hari ini hujan

Hari ini mendung

Ketika komunikasi berjalan dengan tema di atas, tentuterdapat unsur pembicara dan pendengan dalam ragam lisan,unsur penulis dan pembaca pada ragam tulisan yang memilikipengetahuan atau pengertian yang sama terhadap satuan-satuan: hari, ini, hujan, dan mendung. Pada perinsipnya, aspekmakna pengertian dalam hal ini baru bisa tercapai apabilapembicara dan pendengar, penulis dan pembaca memilikibahasa yang sama dalam arti saling memahami tentang apayang disampaikan melalui bahasa yang digunakan.

Page 9: Semantik

Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicaraterhadap situasi pembicaraan, misalnya perasaan sedih,gembira, panas, dingin, dan lain-lain. Pernyataan dalam bentukbahasa yang sesuai untuk megungkapkan situasi-situasiseperti itu disebut mengandung makna aspek perasan.

Aspek makna nada merupakan aspek makna yangmengungkapkan sikap pembicara terhadap mitra wicara dalamkomunikasi lisan atau sikap penyair/penulis terhadap pembacadalam komunikasi tulisan.

Aspek makna nada dalam sebuah proses komunikasimelibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuaidengan pembicara dan mitra wicara. Kata-kata yang dipilihsesuai dengan nada-nada yang dianggap sesuai setelahmemperhitungkan siapa yang bicara, siapa mitra wicara, dalamsituasi sosial budaya seperti apa (usia yang sama atauberbeda, daerah yang sama atau berbeda, status sosial yangsama atau berbeda, dan lain-lain.

Page 10: Semantik

Aspek makna nada ini berhubungan dengan aspek maknaperasaan, karena jika kita jengkel terhadap seseorangmaka sikap kita akan berlainan dan hal itu mempengaruhipula pilihan kata yang sesuai dengan nadanya.

Aspek makna tujuan menekankan bahwa apa yang kitaungkapkan dalam bentuk tuturan itu mengandung tujuantertentu, misalnya dengan mengatakan penipu kaubertujuan agar mitra wicara merubah kelakuannya yang tidak diinginkan tadi.

Ada beberapa jenis sifat-sifat pernyataan yang bisadigunakan dalam mengungkapkan aspek makna tujuan ini, antara lain:

#deklaratif > Pemeliharaan kesehatan dapat menunjangprogram pemerintah di dalam memelihara lingkungandan meningkatkan taraf kehidupan bangsa

#persuasif/membujuk> Dengan pola makan empat sehatlima sempurna di tiap kampung akan menjaminkesehatan masyarakat

Page 11: Semantik

# Imperatif > Halaman-halaman rumah di tiap tempat agar

ditanami dengan apotek hidup

# Naratif > Manusia hidup panjang dengan memelihara

kesehatan dan memeperhatikan sikap pemerintah

dalam meningkatkan taraf hidup sehat

# Politis > Rakyat bersatu, negara maju

# Paedagogis > Membina hidup sehat supaya kita selamat

Page 12: Semantik

Bagian-bagian dari tataran analisis yang

mengandung makna menurut Verhaar (1978)

sebagai berikut:

Semantik bahasa=> 1. tatabahasa gramatikal =

a. sintaksis= fungsi kosong dari arti, katagori

dan peran semantik gramatikal; b.

morfologi=semantik gramatikal. 2.

fonemik(tidak ada semantik tetapi setiap fonem

membedakan makna, fonetik (tidak ada

semantik). 3. leksikon=semantik leksikal.

Page 13: Semantik

Kalau yang menjadi objek kajiannya adalah

leksikon, jenis semantiknya adalah semantik

leksikal.

Dalam semantik leksikal ini diselidiki makna

yang ada dari masing-masing leksem bahasa

tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada

pada leksem-leksem disebut makna leksikal.

Leksem adalah istilah yang lazim digunakan

dalam studi semantik untuk menyebut satuan-

satuan bermakna.

Istilah leksem kurang lebih dapat dipadankan

dengan istilah kata yang lazim

Page 14: Semantik

digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis

yang lazim didefinisikan sebagai satuan

gramatikal bebas terkecil.

Sebagai satuan semantik, leksem dapat

berupa sebuah kata dan juga berupa

gabungan kata, seperti meja hijau, bertekuk

lutut.

Dalam studi morfologi, sering diartikan

sebagai satuan abstrak yang setelah melalui

proses morfologi akan membentuk kata,

misalnya ANGKAT =>mengangkat, angkati,

angkatkan (Lihat Lyons, 1975 dan Matthews,

1974).

Page 15: Semantik

Tataran garamatikal digolongkan menjadi dua,

yakni morfologi dan sintaksis. Satuan-satuan

morfologi meliputi kata dan morfem,

sedangkan satuan-satuan kalimat meliputi

frasa, kalausa, dan kalimat. Keseluruhan

satuan-satuan tersebut seluruhnya

mengandung makna.

Secara tersendiri, terdapat pula istilah

semantik sintaktikal yang sasarannya

tertumpuh pada hal-hal yang berkaitan dengan

sintaksis.

Di dalam sintaksis, ada pula tataran bawaan

berupa fungsi gramatikal,

Page 16: Semantik

katagori gramatikal, dan peran gramatikal.

Fungsi gramtikal berupa kotak-kotak kosong

yang diberi nama subjek, predikat, objek,

keterangan, pelengkap yang keseluruhannya

tidak bermakna karena berupa kotak kosong

atau tempat yang kosong.

Yang memiliki makna adalah pengisi kotak-

kotak itu yang disebut katagori, seperti nomina,

verba, adjektiva, dan sebagainya.

Katagori-katagori inilah yang sesungguhnya

telah memiliki makna

Page 17: Semantik

Leksikal dan memiliki peran gramatikal, seperti

peran agentif, pasien, objek, benefaktif, lokatif,

instrumental, dan sebagainya.

Adapun masalah-masalah yang terkait dengan

semantik dan bukan termasuk semantik

gramatikal, seperti topikalisasi kalimat. Verhaar

(1978:126) memberi wadah sendiri yang disebut

semantik kalimat. Semantik kalimat menurut

Verhaar belum mendapat perhatian para ahli

bahasa.

Page 18: Semantik

Ada juga satu jenis semantik yang lain, yakni

semantik maksud. Semantik ini berkenaan

dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya

bahasa, seperti metafora, ironi, litotes, dan

sebagainya.

Apakah seluruh maksud yang berbeda dengan

makna ujaran yang kita ungkap termasuk

semantik maksud?

Menurut Verhaar, selama masih menyangkut

masalah lingual tentu dapat dijawab iya,

misalnya ketika ada orang bertanya dan kita

tidak menjawab dengan maksud

memberitahukan bahwa

Page 19: Semantik

Pertanyaannya kasar. Hal itu tidak termasuk

semantik maksud.

Semantik maksud yang diungkapkan Verhaar

sama dengan semantik pragmatik yang

dikemukakan pakar lain dan lazim diartikan

sebagai bidang studi yang mempelajari makna

sesuai dengan konteksnya.

Page 20: Semantik

Secara kontenporer kita dapat menelusuri sebab-sebab atau hal-hal yang melatarbelakangipenamaan atau penyebutan terhadap sejumlahkata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Berikut akan dibicarakan beberapa di antaranya.

1. Peniruan Bunyi (Anomatope)

Di dalam bahasa Indonesia, terdapat sejumlahkata yang terbentuk dari hasil peniruanbuyi, misalnya cecak, tokek, meong, gukguk.

Selain itu, terdapat pula bentuk kata kerja ataunama perbuatan dari tiruan bunyi itu, misalnya

Page 21: Semantik

menggonggong, berkotek, mendesis, meringkik, berdering, mencicit, dan sebagainya.

2. Penyebutan Bagian

Dalam bidang Sastra terdapat istilah pars pro toto= gaya bahasa yang menyebutkan bagian darisuatu benda atau hal padahal yang dimaksudkeseluruhan benda itu. Adapun yang lain, yaknitotem pro parte = keseluruhan untuk sebagian.

3. Penyebutan Sifat Khas

Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata-katayang diberi nama sesuai dengan sifatkhasnya, seperti si kikir, si botak, sigendut, golongan kiri, si hitam, dan sebaginya.

Page 22: Semantik

4. Penemu dan Pembuat

Banyak nama yang lahir berdasarkan namapenemu dan pembuatnya. Kata-kata yang dimaksud, seperti kondom = Dr. Condom, mujairyang mula-mula ditemukan oleh seorang petanibernama Mujair di Kediri, Jawa Timur, volt darinama penciptanya seorang ahli fisika bangsaItalia, bayangkara dari nama pasukan pengawalkerajaan pada zaman Majapahit, laksamana namaseorang tokoh dalam cerita Ramayana, boikotdari nama seorang tuan tanah di Inggris yang memiliki tindakan yang keras pada tahun 1880.

Page 23: Semantik

5. Tempat Asal

Magnet berasal dari nama suatu tempat yakniMagnesia, burung kenari dari nama pulau Kenari diAprika, sarden dari nama pulau Sardenia di Italia.

6. Bahan

Kata goni berasal dari nama serat di dalam tumbuh-tumbuhan, kaca adalah nama bahan. Benda lain yang terbuat dari kaca disebut kaca, misalnya kacamata, perak sebagai nama bahan kemudian munculuang perak.

7. Keserupaan

Kaki gunung, kaki meja, kaki kursi. Dalam hal ini, katakaki memiliki keserupaan makna yakni sebagaipenopang tubuh. Raja dangdut, raja makan, dsb.

Page 24: Semantik

8. Pemendekan

Abri dari Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia, KONI = komite olahraga nasionalIndonesia, dll.

9. Penamaan Baru

Pariwisata mengganti torisme, suku cadangmengganti onderdil, darmawisata menggantipiknik. Penggantinya lebih nasionalis.

10. Peristilahan

Tangan yang secara kedokteran terbagi menjadilengan dan tangan. Lengan dari ketiak sampaipergelangan, tangan dari pergelangan sampaijari.

Page 25: Semantik

11. Pendifinisian

Difinisi yang dibuat oleh manusia digolongkanmenurut taraf kejelasannya. Taraf paling rendahdisebut difinisi sinonimis. Ketidakjelasan yang dimaksud dalam hal ini karena difiinisi yang diberikan bersifat putar balik, misalnya antaraayah dengan bapak. Kedua difinis logis= adalahsuatu difinisi yang dibuat secara tegas sehinggaobjek tersebut berbeda secara nyata denganobjek-objek lainnya, difinisi dalam bidang ilmutertentu. Ketiga difinisi ensiklopedi= difinisi inilebih jelas dari difinisi logis karenamenerangkan secara lengkap, jelas, dan cermatberkenaan dengan kata yang didefinisikan.

Page 26: Semantik

Adapun difinisi lain, yakni difinisioprasional/batasan= difinisi ini digunakan untukmembatasi konsep yang digunakan dalam suatutulisan atau pembicaraan, misalnya: 1) Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah cairanuntuk keperluan hidup sehari-hari; 2. Yang dimaksuddengan air dalam tulisan ini adalah segala zat cair yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan baik yang terdapatdi dalam batang (seperti air tebu), maupun yang terdapat di dalam buah.

Page 27: Semantik

Misalnya: kata amplop yang pada konstruksitertentu mengandung makna denotatif(kognitif), pada konstruksi tertentu dapatmengandung makna konotatif. Perhatikan contohberikut:

Saya membeli amplop di warung.

Beri saja dia amplop, persoalannya akan beres.

Makna denotatif (kognitif) kita jumpai padakalimat (1) sedangkan makna denotatif kita jumpaipada kalimat (2).

Page 28: Semantik

Semantik Leksikal merupakan bidang Semantik yangmeneliti makna leksikal menurut azas-azas dinamisleksikologi. Makna leksikal dalam diskripsi Linguistiklazimnya ditandai dengan tanda petik tunggal,misanya kita mengatakan kata rumah memiliki makna‘rumah’. Oleh karena itu, makna leksikal sebenarnyamerupakan makna dari satuan terkecil sebuahleksikon.

Semantik leksikal secara leksikologis mencakupbeberapa segi, yakni: (a) makna dan referensi, (b)denotasi dan konotasi, (c) analisis ekstensional dananalisis intensional, (d) analisis komponensi, (e) maknadan pemakaiannya, (f) senonim, (g) antonim, (h)homonim, (i) hiponim, dan (j) polisemi.

Page 29: Semantik

Makna refrensial lazimnya dipandang sebagai sifatkata. Misalnya kata roti memiliki makna tertentu, akantetapi selain dari makna tersebut, kata roti memilikisifat yang namanya referensi, yaitu kemapuan kata rotiuntuk mengacu pada benda tertentu atau referen.

Istilah referensi membawa dua arti yang agak berbeda,yakni referensi ekstralingual seperti contoh di atas,karena referen dari kata roti adalah sesuatu di luarbahasa dan referensi intralingual, karena referensi tadimenujuk sesuatu yang ada di dalam tuturan, misalnyaRoti yang kita beli kemarin, saya sudah memakannya. Kataganti –nya pada kata memakannya bereferensi pada kataroti yang ditemukan pada sebagai kata pertamatuturan tadi

Page 30: Semantik

Selain penunjukan yang bersifat anaforis tadi,dijumpai pula penunjukan yang bersifat kataforisyakni penunjukan pada teks yang mengikutinya,misalnya kata orang dalam klausa orang yangmendaptarkan diri harus membawa kartu penduduk.

Ektoforis

(Ekstralingual)

(Semantik leksikal hampir seluruhnya)

Referensi

Endoforis

(Intralingual)

(Semantik gramatikal hampir seluruhnya)

Page 31: Semantik

Makna denotasi adalah referensi pada suatuyang ekstralingual menurut makna kata yangbersangkutan.

Makna konotasi adalah makna yang dapatmuncul pada penutur akibat penilaian afektif(perasaan) atau emosional. Misalnya denotasikata penjara adalah kemampuan kata tersebutuntuk mereferensi pada sebuah penjara.Sedangkan konotasi kata penjara adalah negatifuntuk semua penutur karena penghuni penjarasudah tidak memiliki kebebasan lagi untukhidup menurut kehendaknya sendiri (sebagaialasan dari pandangan penutur).

Page 32: Semantik

Makna Komponensial > makna suatu kata dalamhubungannya dengan makna yang lain.

Misalnya penamaan seorang anak dengan kataanak memiliki hubungan yang sestematis dengankata-kata bapak, ibu, adik, kakak, keluarga, dan lain-lain.

Katakanlah sistem kekerabatan yang sepsrti adik,kakak di dalam bahasa Indonesia penamaannyaberdasarkan usia sedangkan penamaan brother,sister di dalam bahasa Inggris berdasarkan jeniskelamin

Page 33: Semantik

Makna Kontekstual > makna kata sesuai denganpemakaiannya. Misalnya: ketika kita memakaikata mimbar dalam referensinya tehadap sebuahmimbar sebagai makna harafiah dari kata tadi.Pada sisi lain kata mimbar tadi dapat puladigunakan dalam makna kiasan seperti tampakpada ungkapan kebebasan mimbar. Pada contohterakhir tadi kata mimbar tidak lagi bereferensiterhadap sebuah mimbar akan tetapi lebihbereferensi terhadap sebuah kebebasan berbicaradi depan umum.

Makna Gramatikal > makna sebuah kata yangditentukan oleh adanya pembentukan kata baru.

Page 34: Semantik

Polisemi merupakan suatu bentuk bahasa yang mengandungmakna lebih dari satu, misalnya frasa orang tua yang dapatbermakna; (1) Ayah dan Ibu, (2) orang yang sudah tua, dan (3)orang yang dituakan atau dihormati.

Polisemi pada sebuah bahasa dapat ditimbulkan oleh beberapafaktor, antara lain: (1) spesifikasi dalam ilmu, misalnya katabentuk dalam bidang bahasa berbeda maknanya dengan katabentuk dalam bidang seni rupa, dan bidang arsitektur, (2)spesialisai pemakaian dalam kehidupan sosial masyarakatyang beraneka ragam, misalnya kata jalan bagi seorang sopirangkot atau bus kota dapat berarti bekerja, bagi seorangpedagang dapat berarti laris, atau dalam sebuah seminar dapatberarti berlangsung dengan lancar, (3) adanya pemakaiandalam kesastraan misalnya penggunaan kata kaki gunung, kakilangit, dan kaki tangan.

Page 35: Semantik

Homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’ danhomo ‘sama’.Secara Semantik, Verhaar (1978) mengungkapkanbahwa homonim merupakan ungkapan (berupa kata, frasa, ataukalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata, frasa,atau kalimat) tetapi memiliki makna yang tidak sama. Misalnya :antara kata bisa yang ‘racun’ dengan bisa ‘dapat, baku ‘standar’dengan baku ‘ saling’, bandar ‘pelabuhan’ dengan bandar ‘pemeganguang dalam perjudian’.

Homonim dengan polisemi memiliki perbedaan pada derajatkesamaan makna.

Contoh polisemi:

Jangan berdiri di jalan masuk!

Jalanlah lebih dahulu, sebentar lagi saya menyusul!

Page 36: Semantik

Ada beberapa faktor yang menyebabkanterjadinya hominim, yakni : (1) kata-kata ataubentuk-bentuk yang berhomonim tadi berasaldari dialek atau bahasa yang berlainan, misalnyakata bisa ‘racun’ berasal dari bahasa Melayu,sedangkan kata bisa ‘sanggup’ berasal daribahasa Jawa, (2) kata-kata yang berhomonim tadimuncul karena adanya proses morfologi,misalnya : kata mengukur ‘memarut’ denganmengukur ‘menghitung’.

Page 37: Semantik

Homonim selain terjadi dalam tataran kata juga terjadi dalamtataran frasa maupun kalimat, misalnya : cinta anak ‘cintaterhadap anak’ dengan cinta anak ‘cinta anak terhadap…’, isterilurah yang baru itu cantik ‘isteri lurah yang baru diangkat itucantik’, isteri lurah yang baru itu cantik ‘isteri baru dari lurah itucantik’.

Secara garis besar, homonim dibedakan menjadi dua macam,yakni: (1) homofon dan (2) homograf. Homofon adalah duakata yang memiliki makna dan bentuk penulisan yang berbedaakan tetapi dilafalkan dengan bunyi yang sama, misalnyaanatara sah dan syah, syarat dan sarat, antara bang dan bank.

Pada sisi lain, homograf merupakan dua kata yang memilikiperbedaan makna dan cara pelafalan akan tetapi memilikikesamaan dalam cara penulisan, misalnya antara tahu ‘sesuatumakanan’ dengan tahu ‘mengerti’, antara teras ‘bagian rumah’dengan teras ‘inti’.

Page 38: Semantik

Hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’dan hypo ‘di bawah. Verhaar, (1993) mengungkapkan bahwasecara semantis, hiponim merupakan ungkapan (kata, frasa,atau kalimat) yang meknanya dianggap merupakan bagiandari ungkapan lain. Ungkapan yang maknanya menjadibagian dari ungkapan lain disebut hiponim sedangkanungkapan yang membawahi makna hiponim tadi disebut

superordinat. Perhatikan contoh berikut.Warna

hijau kuning merah ungu putihbiru

merah jambu merah hati merah muda

Page 39: Semantik

Dari bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa kata-kata hijau, kuning, merah, ungu, putih, dan biruberhiponim terhadap kata warna. Dengandemikian, maka hubungan antara hiponimterhadap superordinatnya bersifat searah. Akantetapi, perlu dicatat bahwa kata yang menjadihiponim dari sebuah kata yang superordinat dapatpula menjadi superordinat bagi semua hiponim dibawahnya.