B Indonesia-Aspek Semantik

25
BAB I PENDAHULUAN Dalam konteks mempelajari bahasa Indonesia, selain kita harus memahami struktural, kosa kata, pragmatik, bahkan dari membaca dan mengapresiasikan bahasa dan sastra Indonesia, yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pengetahuan ejaan bahasa Indonesia itu sendiri. Karena, penentuan benar dan tidaknya teks bahasa Indonesia, bukan dilihat dari indahnya gaya bahasa yang disampaikan, akan tetapi dilihat dari benar tidaknya ejaan yang dipakai. Oleh sebab itu, pengetahuan ejaan bahasa Indonesia perlu dipahami lebih mendalam karena hal ini bisa menentukan bahwa seseorang mahir dalam kebahasa- indonesiaan. Penulisan kata dalam bahasa Indonesia adalah suatu uraian penting yang harus diketahui. Maka dari itu, di dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang macam-macam atau bagian-bagian dari penulisan kata. Di samping itu juga, perlu diketahui bahwa di dalam penulisan kata tersebut, terdapat bagian-bagian yang terdapat catatan- catatan yang akan lebih mengenalkan dan lebih dalam, apa- apa sajakah penjelasan atau perbedaaan dalam pembahasan 1

Transcript of B Indonesia-Aspek Semantik

Page 1: B Indonesia-Aspek Semantik

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam konteks mempelajari bahasa Indonesia, selain kita harus memahami

struktural, kosa kata, pragmatik, bahkan dari membaca dan mengapresiasikan bahasa

dan sastra Indonesia, yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pengetahuan

ejaan bahasa Indonesia itu sendiri. Karena, penentuan benar dan tidaknya teks bahasa

Indonesia, bukan dilihat dari indahnya gaya bahasa yang disampaikan, akan tetapi

dilihat dari benar tidaknya ejaan yang dipakai.

Oleh sebab itu, pengetahuan ejaan bahasa Indonesia perlu dipahami lebih

mendalam karena hal ini bisa menentukan bahwa seseorang mahir dalam kebahasa-

indonesiaan.

Penulisan kata dalam bahasa Indonesia adalah suatu uraian penting yang harus

diketahui. Maka dari itu, di dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang macam-

macam atau bagian-bagian dari penulisan kata. Di samping itu juga, perlu diketahui

bahwa di dalam penulisan kata tersebut, terdapat bagian-bagian yang terdapat catatan-

catatan yang akan lebih mengenalkan dan lebih dalam, apa-apa sajakah penjelasan

atau perbedaaan dalam pembahasan ini. Maka dari itu, untuk mengetahui lebih dalam

pembahasan penulisan kata dalam arti yang lebih luas, maka hal ini akan dibahas

dalam makalah ini, dengan dibatasi pada permasalahan aspek semantik peristilahan,

penulisan huruf kapital dan huruf miring.

1

Page 2: B Indonesia-Aspek Semantik

BAB II

ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN

A. Penerjamahan

Istilah baru dapat disusun dengan menerjemahkan istilah asing. Misalnya:

Natural law hukum alam

Samenwerking kerjasama

Balnced budget anggaran berimbang

B. Asas Penerjemahan

Dalam penerjemahan istilah asing itu tidak selalu diperoleh dan tidak

selalu perlu dihasilkan bentuk yang berimbang satu-lawan-satu. Yang pertama-

tama harus diusahakan adalah kesamaan dan kesepadanan makna konsep, bukan

kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya. Dalam pada ini medan makna

(semantic field) dan ciri makna istilah bahasa masing-masing perlu diperhatikan.

Misalnya: waste water treatment pengolahan limbah cair

medical treatment pengobatan

network jaringan

dry well rumah pompa

mother-in-law ibu mertua

(begrotings) post mata anggaran

Istilah dalam bentuk positif sebaiknya tidak diterjemahkan dengan istilah

dalam bentuk negatifnya, dan sebaiknya.

Misalnya: bound morpheme diterjemahkan denagn morfem terikat bukan

morfem tak bebas.

2

Page 3: B Indonesia-Aspek Semantik

C. Perangkat Istilah yang Bersistem

Dalam bidang tertentu deret konsep yang berkaitan dilambangkan dengan

perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan bentuk yang berkaitan

secara konsisten.

Misalnya: a. morpheme morfem

phoneme fonem

sememe semem

b. eigendomsrecht hak milik

kiesrecht hak pilih

monopolie hak monopoli

stakingrecht hak mogok

c. power daya

horse power daya kuda

d. force gaya

torque momen gaya

e. sysmtem sistem

systematic sistematika

f. linear momentum momentum linear;

momentum lurus

angular momentum momentum sudut

moment of momentum momen momentum

g. energy tenaga, energi

electric energy tenaga listrik

potential energy energi potensial, tenaga diam

mechanic energy tenaga gerak

h. aphoteek apotek

apotheker apoteker

3

Page 4: B Indonesia-Aspek Semantik

D. Sinonim dan Kesinoniman

Dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,

tetapi berlainan bentuk luarnya, disebut sinonim. Apabila ada kesinoniman, dalam

praktik pemakaian istilah perlu diusahakan seleksi. Di dalam hubungan dengan

kesinoniman ini ada empat macam golongan istilah, yaitu:

1. Istilah yang diutamakan, yaitu istilah yang paling sesuai dengan prinsip

pembentukan istilah dan yang pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku.

2. Istilah yang diizinkan, yaitu istilah yang timbul karena adanya istilah asing

yang diakui dan istilah Indonesia secara bersama. Baik istilah asing maupun

istilah Indonesia itu dapat digolongkan ke dalam istilah yang diizinkan

sebagai sinonim istilah yang diutamakan.

Misalnya: absorb serab, absorb

diameter garistengah, diameter

frequency frekuensi, kekerapan

relative relatif, nisbi

temperature suhu, temperatur

3. Istilah yang diselangkan, yaitu istilah yang diizinkan, tetapi yang sedapat-

dapatnya dihindari karena dianggap berlebihan. Pemakaiannya lambat laun

perlu ditinggalkan.

Misalnya: micro- micro-, lebih baik daripada renik

acceleration percepatan, lebih baik daripada akselerasi

particle partikel, lebih baik daripada ziara.

4. Istilah yang dijauhkan, yaitu istilah yang sinonim sifatnya, tetap yang

menyalahi asas penamaan dan pengistilahan. Karena itu perlu segera

ditinggalkan.

Misalnya: matematika lebih baik daripada ilmu pasti

autosugesti lebih baik daripada saran dari

oksigen lebih baik daripada zat asam

hidrogen lebih baik daripada zat air

4

Page 5: B Indonesia-Aspek Semantik

nitrogen lebih baik daripada zat lemas

kimia lebih baik daripada ilmu pisah

valensi lebih baik daripada martabat

Sinonim asing yang benara-benar sama diterjemahkan denagn satu istilah

Indonesia.

Misalnya: average, mean rata-rata

Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan

istilah yang berlainan.

Misalnya: rule kaidah

law hukum

axiom aksioma

postulate postulat

E. Homonim dan Kehomoniman

Homonim adalah kata yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi yang

mengungkapkan makna yang berbeda-beda karena berasal dari sumber yang

berlainan. Suatu homonim disebut homograf atau homofon adalah bergantung

kepada keidentikan dalam ejaan atau lafal dan maknanya.

1. Homograf

Homograf adalah bentuk istilah yang sama ejaannya, tetapi mungkin lain

lafalnya.

Misalnya: teras (teras kayu)

teras (teras rumah)

pedologi (paedology = ilmu didik)

pedologi (paedology = ilmu tanah)

ketam (hewan di sawah)

ketam (alat penghalus kayu)

5

Page 6: B Indonesia-Aspek Semantik

2. Homofon

Homofon adalah bentuk istilah yang sama lafalnya, tetapi berlainan ejaan dan

maknanya.

Misalnya: bank bang

sanksi sangsi

massa masa

F. Hiponim dan Kehiponiman

Hiponim adalah istilah yang maknanya terangkum oleh makna yang lebih

luas, yaitu superordinatnya. Untuk kata-kata mawar, cempaka, melati, kenanga

misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga, yang jadi

superordinatnya.

1. Di dalam terjemahan, istilah superordinat pada umumnya tidak disalin dengan

salah satu hiponimnya, kecuali kalau di dalam bahasa Indonesia tidak terdapat

istilah superordinatnya. Kata poltry, misalnya, diterjemahkan dengan unggas

dan bukan dengan ayam atau bebek.

2. Apabila tidak ada pasangan istilah superordinat dalam bahasa Indonesia,

konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan

makna hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice, misalnya, dapat

diterjemahkan dengan padi, gabah, beras atau nasi, tergantung pada

konteksnya.

G. Kepoliseman

Istilah yang mempunyai makna yang berbeda-beda, tetapi yang masih

berkaitan, menunjukkan gejala kepoliseman. Keanekaragaman makna itu timbul

karena pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda.

Misalnya: kepala (jawatan), kepala (orang), kepala (sarung).

6

Page 7: B Indonesia-Aspek Semantik

Istilah asing yang polisem harus diterjemahkan sesuai dengan artinya

dalam bahasa Indonesia, karena medan makna yang berbeda, satu kata asing tidak

selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama.

Misalnya: a. cushion head topi tiang-pancang

had gate pintu air atas

velocity head tinggi tenaga kecepatan

b. fuse sekring

detonating fuse sumbu detonasi

to fuse melebur, berpadu

7

Page 8: B Indonesia-Aspek Semantik

BAB III

PEMAKAIAN HURUP KAPITAL DAN HURUP MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal

kalimat.

Contoh: Anak-anak itu sedang belajar.

Mengapa harus terjadi?

Matahari bersinar terang.

Permohonan itu telah dikabulkan.

2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan

langsung.

Contoh: Ayah bertanya, “Kapan kita pergi ke Filipina?”

“Kemarin aku naik kereta api,” katanya.

Guru menasihatkan, “Belajarlah dengan rajin.”

3. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam

ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci,

nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Contoh: Allah Yang Mahakuasa

Yang Maha Esa

Yang Maha Pengasih

Quran

Alkitab

Weda

Islam

Katolik

Kristen

Hindu

Budha

8

Page 9: B Indonesia-Aspek Semantik

Tuhan selalu mengasihi semua hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, yang Tuhan, ke jalan yang Engkau beri

rahmat.

4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam gelar

kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh: Haji Abdul Kadir

Imam Maliki

Nabi Ismail

Sultan Ageng Tirtoyoso

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contoh: Tahun lalu dia pergi naik haji.

Dia diangkat menjadi sultan.

5. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam nama

jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.

Contoh: Presiden Soeharto

Gubernur Basofi Soedirman

Perdana Menteri Nehru

Profesor Dr. Stijadi

Akan tetapi huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang.

Contoh: Siapakah perdana menteri yang baru dilantik?

Kolonel Sugondo baru dilantik menjadi brigadir jenderal.

6. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama orang.

Contoh: Halim Perdanakusumah

Wage Rudolf Supratman

Husein Sastranegara

Dewi Sartika

9

Page 10: B Indonesia-Aspek Semantik

7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

suku, bahasa.

Contoh: bangsa Indonesia

suku Jawa

bahasa Inggris

Akan tetapi, perhatikan penulisan di bawah ini:

mengindonesiakan kata-kata asing

kebelanda-belandaan

keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama hari,

bulan, tahun, hari raya dan peristiwa sejarah.

Contoh: Senin Galungan

Maret Perang Salib

Maulid Perang Candu

Hijriah Masehi

Saka Proklamasi Kemerdekaan

Natal Lebaran

Waisak Nyepi

9. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama geografi

Contoh: Asia Tenggara Terusan Suez

Jakarta Tanjung Harapan

Surabaya Teluk Benggala

Danau Toba Selat Bali

Gunung Kawi Laut Jawa

Bukit Barisan Kali Brantas

Lampung Tengah Jazirah Arab

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang

tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya pergi ke arah tenggara; madi di

sungai; berlayar ke teluk; menyebrangi selat.

10

Page 11: B Indonesia-Aspek Semantik

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang

digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang ambon, jeruk bali, apel

batu, gula jawa, kacang bogor, garam inggris, dodol garut, tahu kediri.

10. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama resma

badan, lembaga pemerintahan ketatanegaraan serta nama dokumen.

Contoh: Universitas Terbuka

Kerajaan Saudi Arabia

Dewan Perwakilan Rakyat

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia

11. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata

untuk nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata

partikel seperti di, ke, dari, untuk dan yang yang tidak terletak pada posisi

awal

Contoh: Layar Terkembang

Salah Asuhan

Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Umum

12. Huruf kapital atau huruf besar dipakai dalam singkatan nama, gelar, sapaan.

Contoh:

Contoh: Tn. Tuan S.E. Sarjana Ekonomi

Ny. Nyonya S.H. Sarjana Hukum

Nn. Nona S.S. Sarjana Sastra

Sdr. Saudara M.A. Master of Arts

Prof. Profesor dr. dokter

Ir. Insinyur Dr. Doktor

Catatan: Singkatan di atas selalu diikuti tanda titik.

11

Page 12: B Indonesia-Aspek Semantik

13. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, adik, saudara, kakak dan paman

yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Contoh: Kapan Ibu berangkat?

Itu siapa, Pak?

Besok Paman akan datang. (untuk dirinya)

Mereka pergi ke rumah Pak Bupati.

Kakak dan adik berkunjung ke rumah Ibu Muhammad.

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama kata

petunjuk hubungan kekerabatan yang tak dipakai sebagai kata ganti atau

sapaan.

Contoh: Semua guru mengikuti upacara.

Semua lurah dan camat hadir di pendapa kabupaten

Kita wajib menghormati ibu dan ayah kita.

B. Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:

1. Menulis buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.

Contoh: surat kabar Jawa Pos

Sutasoma karangan Mpu Tantular

Majalah Olahraga dan Kesehatan

2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata.

Contoh: Pasal itu tidak memuat ketentuan hukum.

Buatlah kalimat dengan berkecak pinggang.

Huruf pertama kata benci adalah b.

3. Menuliskan kata nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah

disesuaikan ejaannya.

Contoh: Vok populi, vok Dei bermakna suara rakyat adalah suara Tuhan.

12

Page 13: B Indonesia-Aspek Semantik

Penggunaan kata training centre sebaiknya diganti dengan kata pusat

pelatihan

Oryza sativa nama Latin tanaman padi.

Ora et labora berarti berdoa dan bekerja.

Catatan: Dalam penulisan tangan atau ketika, huruf atau kata yang akan

dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

13

Page 14: B Indonesia-Aspek Semantik

BAB IV

PENUTUP

Sebagai penutup dari uraian makalah ini, penulis memberikan kesimpulan,

bahwa penggunaan semantik peristilahan, penulisan huruf kapital dan huruf miring

harus disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan,

sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian istilah dan penulisan huruf atau kata.

Terakhir dari penulis, sebagai saran kepada para pembaca, sebagai bangsa

yang menghormati budaya dan potensi negaranya seyogyanya untuk menggunakan

bahasa Indonesia dengan dan benar, serta bangga berbicara memakai bahasa

Indonesia di hadapan orang asing.

Semoga makalah ini sedikit banyak memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

14

Page 15: B Indonesia-Aspek Semantik

DAFTAR PUSTAKA

Meimunah, Siti Aniyat, dkk. 1993. Kamus Istilah Tata Bahasa Indonesia. Surabaya:

Indah.

--------------------. 1994. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan. (Edisi ke-2 berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI, No. 0543 a/V/1987, tanggal 09

September 1987). Bandung: Pustaka Setia.

Suharto & Iryanto, Tata. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Indah.

15

Page 16: B Indonesia-Aspek Semantik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam

semoga selalu tercurah atas Nabi akhir zaman, Muhammad rahmat bagi seluruh alam,

juga kepada para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat pertolongan dari Allah Swt. akhirnya penulis dapat menyelesaikan

sebuah makalah bahasa Indonesia, dengan memfokuskan pembahasannya pada

“Aspek Semantik Peristilahan, Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring”

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Allah Swt.

membalas dengan balasan yang setimpal. Besar harapan penulis kepada pembaca,

terutama kepada Bapak Dosen, kiranya untuk memeriksa dan memberikan kritik serta

saran atas isi makalah ini supaya tercapai kesempurnaan di dalam penyusunan

makalah-makalah selanjutnya.

Cipasung, Januari 2009

Penyusun

16i

Page 17: B Indonesia-Aspek Semantik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN............................................... 2

A. Penerjamahan.................................................................................. 2

B. Asas Penerjemahan......................................................................... 2

C. Perangkat Istilah yang Bersistem.................................................... 3

D. Sinonim dan Kesinoniman.............................................................. 4

E. Homonim dan Kehomoniman......................................................... 5

F. Hiponim dan Kehiponiman............................................................. 6

G. Kepoliseman.................................................................................... 6

BAB III PEMAKAIAN HURUP KAPITAL DAN HURUP MIRING.............. 8

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar...................................................... 8

B. Huruf Miring................................................................................... 12

BAB IV PENUTUP............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

17ii

Page 18: B Indonesia-Aspek Semantik

ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN PENULISAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:

AHMADI

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNGSINGAPARNA TASIKMALAYA

2009

18