SELASA, 6 DESEMBER 2011 Sulitnya Bahas Skandal Century di ... fileSELASA, 6 DESEMBER 2011 POLKAM 5...

1
SELASA, 6 DESEMBER 2011 5 P OLKAM DISKUSI DIBUBARKAN: Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Maruli Gultom (kedua dari kiri) meminta seluruh peserta dan pembicara diskusi skandal Century Rp6,7 triliun untuk membubarkan diri karena tidak memiliki izin, di Cawang, Jakarta, kemarin. Saksi Bantah Ada Money Politics di Pemilu Kada Mappi MAHKAMAH Konstitusi (MK) kembali menggelar sidang pa- nel perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah Kabu- paten Mappi, Papua. Sebanyak 28 saksi dihadirkan baik dari pemohon, termohon, maupun pihak terkait, kemarin. Dalam kesaksiannya di sidang yang digelar di Gedung MK itu, Paskalis Letsoin, kuasa hukum pasangan pemohon Aminadab Jumame dan Mari- nus Kwamtakai, menuduh KPU Mappi membiarkan pasangan terpilih melakukan politik uang (money politics). Ia mengaku mengantongi sejumlah bukti adanya praktik bagi-bagi uang di beberapa kampung dengan jumlah yang bervariasi. “Praktik money politics di- lakukan sejak sebelum hingga setelah berlangsungnya pe- mungutan suara, terutama selama masa kampanye, pada masa tenang, dan saat pencob- losan, maupun setelah pencob- losan,” paparnya. Dalam catatannya, modus politik uang dilakukan dengan membagi-bagi uang kisaran Rp100 ribu hingga Rp1 juta kepada pemilih. Tidak hanya itu, tambahnya, pasangan terpilih diduga telah mengintimidasi masyarakat di seluruh kampung di 10 distrik se-Kabupaten Mappi untuk memilih mereka. Bahkan se- jumlah warga di Kampung Mememu diancam diusir dari kampung mereka kalau tidak memilih pasangan nomor urut satu tersebut. Selain itu, lanjut dia, ada pemuka agama yang mengan- cam akan mengutuk warga yang nekat memilih pemohon. Ia juga menuding pasangan pemenang melibatkan aparat kampung dan birokrasi yang mengarahkan masyarakat memilih pasangan terpilih. Berdasarkan bukti pelang- garan tersebut, ia meminta MK membatalkan hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu kada Mappi pada 17 November itu. Semua tuduhannya itu lang- sung dibantah oleh Stefanus Kaisma-Benjamin Ngali selaku pasangan terpilih. Lewat para saksi yang mereka hadirkan, keduanya membantah ada poli- tik uang selama pemilu kada. Salah satu saksi yang me- reka bawa, Yosephus Sima- tauw, membantah jika dituduh membawa kartu pemilih dalam jumlah banyak dan menge- rahkan massa. “Saya mem- bantah tuduhan itu. Saya tidak membagi-bagi uang. Memang pada hari itu saya membawa tas, tapi isinya rokok,” ujarnya dalam sidang yang diketuai M Akil Mochtar itu. Saksi lain yang diajukan pasangan terpilih, Benedictus Tori Paliling, juga mengajukan bantahan serupa. “Tidak benar saya memberikan uang sebesar Rp15 juta. Sama sekali saya tidak memberikan uang. Ke- pada yang lain juga saya tidak berikan uang. Saya memban- tah,” tandasnya. (*/P-2) KIP Dianggap Langgar Kekhususan Aceh DPR Aceh (DPRA) menggugat Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. Dalam sidang pengujian sengketa kewenangan antar- lembaga negara (SKLN) di Gedung Mahkamah Konstitusi pada Jumat (2/12), pemohon yang merupakan Ketua DPR Aceh Hasbi Abdullah meminta MK untuk memutuskan bahwa KIP tidak berwenang mene- tapkan tahapan pemilu kada. Pasalnya, menurut dia, hal itu bertentangan dengan kanun yang berlaku di Aceh. “Meminta MK membatalkan seluruh tahapan pemilu kada yang sudah dilaksanakan oleh KIP Aceh dan KIP kabupaten/ kota di Aceh karena melang- gar konstitusi,” tegas Hasbi di depan majelis panel yang dipimpin hakim konstitusi Harjono. Pemohon menilai, sebagai lembaga yang diberi kewenang- an oleh Undang-Undang No- mor 11 Tahun 2006 tentang Pe- merintahan Aceh, pelaksana— an tugas KIP harus mengacu kepada peraturan yang ada. “KIP merupakan salah satu kekhususan Aceh jika diban- dingkan dengan daerah lain, baik dari jumlah anggota mau- pun mekanisme kerja mereka. Tindakan KIP Aceh yang men- etapkan tahapan pemilu kada 2011 telah melanggar ketentuan hukum dan kewenangan yang diberikan kepada mereka. Per- buatan KIP Aceh sudah jelas bertentangan dengan konsti- tusi,” lanjutnya. Hasbi juga menambahkan, Komisi Pemilihan Umum de- ngan surat Nomor 235/2011 tanggal 2 Mei 2011 telah meng- ganggu mekanisme pengaturan pemilu kada di Aceh, karena mengeluarkan peraturan pemi- lu kada. “Padahal wewenang tersebut merupakan tugas pe- merintahan Aceh, dalam hal ini DPR Aceh dan pemerintah,” terangnya. Menurut dia, KIP Aceh hanya berpedoman kepada peraturan KPU yang telah menetapkan beberapa tahapan pemilu kada. Namun, menurut dia, tahapan itu hanya dapat dilaksanakan setelah penuntasan kanun ten- tang pemilu kada. “Sehingga, KIP Aceh harus menaati kanun tentang pemilu kada dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka,” kata dia. Gugatan sengketa kewenang- an tersebut didaftarkan di MK dengan Nomor 6/SKLN- IX/2011. Menurut Hasbi, gu- gatan tersebut dilayangkan karena KIP Aceh dinilai telah melanggar kewenangan da- lam menetapkan tahapan dan jadwal pemilihan pemilu kada tanpa berkoordinasi dengan DPRA. “KIP dalam menetapkan tahapan pemilu kada mengacu kepada UU secara nasional, sedangkan DPR Aceh mengacu kepada UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,” tuturnya. Ia menyebutkan, substansi pokok gugatan itu ialah KIP tidak mengoordinasikan ter- lebih dahulu tahapan pemilu kada, tapi langsung menetap- kan tanpa persetujuan DPRA. (*/P-1) Karena penyelenggaranya bukan organisasi kemahasiswaan, diskusi soal korupsi disebut pesanan dari luar. Sulitnya Bahas Skandal Century di Kampus UKI EMIR CHAIRULLAH R EKTOR Universi- tas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Maruli Gultom, kemarin, se- cara mendadak membubarkan sebuah diskusi bertema skandal Century yang digelar di kam- pusnya. Selain membubarkan paksa, ia juga mengancam akan mem- berhentikan mahasiswanya jika tetap memaksakan diri meng- gelar diskusi itu. “Saya melarang diskusi itu diadakan di kampus ini kare- na yang mengadakan bukan merupakan organisasi resmi mahasiswa. Saya khawatir diskusi itu merupakan pesanan dari luar. Saya tidak keberatan jika diskusi diadakan oleh senat mahasiswa,” ujarnya. Pembubaran dilakukan pi- hak rektor saat diskusi Meng- urai Skandal Century Rp6,7 Triliun serta Keterlibatan SBY- Boediono itu sudah berjalan sekitar 1 jam. Sejumlah panelis yang hadir, yakni mantan Mensesneg Yus- ril Ihza Mahendra, anggota Komisi III DPR Bambang Soe- satyo, Fuad Bawazier, Adhie Massardi, dan M Misbakhun, bahkan sudah terlibat dalam perbincangan yang kritis. Tiba-tiba acara yang berlang- sung di lobi Kampus FISIP UKI Jakarta itu dibubarkan. “Diskusi ini tidak sesuai dengan prosedural kampus. Yang di aturan tidak ada seperti itu. Para mahasiswa itu (panitia diskusi) tidak mau mengikuti tatanan organisasi kemaha- siswaan. Kami ingin tatanan organisasi ini ditegakkan,” kata Maruli Gultom. Ia menolak jika disebut ada tekanan dari luar universi- tas sehingga mendorongnya harus membatalkan diskusi itu. Sebagai bukti, pihaknya bahkan sudah mengagenda- kan diskusi dengan tema skandal Century pada Januari mendatang. “Cuma saya mau meng- ingatkan, mahasiswa itu ha- rusnya independen. Kalau alumninya kan sudah memi- liki kepentingan masing-ma- sing,” ujarnya. Diskusi yang dinilainya se- bagai pelanggaran itu, kata Maruli, dapat berimplikasi pada drop out-nya 2-3 maha- siswa yang bertindak seba- gai penyelenggara diskusi. Ia mengatakan pihak kampus telah memberikan peringatan mengenai larangan acara dis- kusi itu beberapa kali, tapi tidak diindahkan penyelenggara. Pindah ke kantin Menurut ketua panitia diskusi Gemsius Fransiskus, pihaknya sudah meminta izin rektorat sejak beberapa pekan lalu. Na- mun hingga hari pelaksanaan, izin itu tak kunjung keluar. “Se- mentara para undangan sudah menyanggupi akan datang,” ungkapnya. Akhirnya para pembicara memutuskan untuk melanjut- kan diskusi di kantin kampus. Menurut mereka, kebebasan berpikir tidak mengenal batas waktu dan tempat. Sejumlah mahasiswa yang sejak awal mengikuti diskusi itu pun akhirnya berbondong-bondong pindah ke kantin. Bagi aktivis Gerakan Indo- nesia Bersih Adhie Massardi, kejadian itu menjadi preseden buruk bagi penuntasan kasus Century. Hal itu dibuktikan lewat dibatasinya kebebasan berpikir dan berpendapat di lingkungan kampus yang se- lama ini mengusung jargon steril dari kepentingan. “Sekarang lihat saja, mau bicara soal Century saja sudah tidak bisa,” ujarnya. Padahal, menurutnya, diskusi tersebut bertujuan menggugah dan membedah kasus Century agar mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa. “Ini jadi preseden buruk dan makin menguatkan bahwa penuntasan Century memang dikooptasi pihak tertentu,” ujar Adhie. Yusril lebih kalem menyikapi insiden itu. “Tidak apa-apa, ini dinamika. Kita patuh saja. Kita kan yang diundang tidak mengerti peraturan internal- nya UKI. Kita di sini terima undangan, ya kita datang saja,” ujarnya. Hanya saja ia sempat mem- pertanyakan maksud Rektor UKI yang menyebutkan diskusi soal korupsi tidak akan berim- plikasi signikan. Menurutnya, hukuman matilah yang bisa menyelesaikan persoalan ko- rupsi.(*/P-2) [email protected] PAKAI KARTU TAMU: Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru terpilih Bambang Widjojanto memegang kartu tamu yang ditukar dengan identitas KTP miliknya saat memasuki Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Bambang datang untuk bersilaturahim dengan rekannya. Demokrat Usung Capres Sendiri PARTAI Demokrat enggan untuk mengusung sosok calon presiden (capres) pada 2014 yang berasal dari partai politik lain. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua, di Jakarta, kemarin, menegaskan kader Partai Demokrat tidak akan rela bila Partai Demokrat memberikan dukungan kepada calon lain. Sebab, lanjut dia, hal itu sama saja dengan menggadaikan nama besar partai. “Masak kami menumpang kepada yang lain? Tidak mungkin kami menumpang. Kader Partai Demokrat harus menggalang kekuatan agar partai ini tidak tergadaikan. Apalagi partai ini adalah partai terbesar,” kata Max. Ia juga meyakini Ketua De- wan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono juga tidak akan menggadaikan eksistensi Partai Demokrat de- ngan mendukung capres dari parpol lain. “Pak SBY tidak otoriter dan akan mendengarkan semua masukan dari kader partai. Kalau ada keputusan dari ma- jelis tinggi partai, tidak bisa dibantah,” kata Max. Max tidak bisa melarang spekulasi Partai Demokrat akan mengusung Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa yang juga besan SBY. “Sah-sah saja kalau orang beropini Hatta akan didukung oleh SBY dan Partai Demokrat. Tapi, partai kami eksistensinya harus ditegakkan. Belum tentu Hatta akan didukung oleh Par- tai Demokrat. Kami, sebagai partai terbesar, harus memi- liki capres sendiri, tidak akan memberikan dukungan kepada yang lain,” tegas Max. Sekjen PAN Tauk Kurniawan mengakui penetapan peng- ajuan Hatta Rajasa sebagai capres harus menanti silatura- him nasional (silatnas) dan rapat kerja nasional (rakernas) PAN yang digelar di Jakarta pada 9 hingga 11 Desember. “Hatta di 2014 cukup re- presentatif dengan ada penga- laman di partai dan pemerin- tahan. Desakan dari daerah agar Pak Hatta menjadi capres sangat kuat. Tapi, kami menye- rahkan keputusan terakhir kepada beliau,” kata Tauk. Selain isu capres, lanjut dia, rakernas juga akan mendengar- kan desakan dari daerah terkait sikap PAN dalam sekretariat gabungan (setgab) partai pen- dukung pemerintah. “Desakan di daerah sudah sangat kuat. Mengharapkan betul mengambil sikap. Ini masih dilematis. Harus ada pertemuan besar mau dibawa ke mana ini. Modelnya seperti apa, kita lihat nanti,” tandas- nya. (HZ/*/P-1) MI/M IRFAN MI/ANGGA YUNIAR

Transcript of SELASA, 6 DESEMBER 2011 Sulitnya Bahas Skandal Century di ... fileSELASA, 6 DESEMBER 2011 POLKAM 5...

Page 1: SELASA, 6 DESEMBER 2011 Sulitnya Bahas Skandal Century di ... fileSELASA, 6 DESEMBER 2011 POLKAM 5 DISKUSI DIBUBARKAN: Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Maruli Gultom (kedua

SELASA, 6 DESEMBER 2011 5POLKAM

DISKUSI DIBUBARKAN: Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Maruli Gultom (kedua dari kiri) meminta seluruh peserta dan pembicara diskusi skandal Century Rp6,7 triliun untuk membubarkan diri karena tidak memiliki izin, di Cawang, Jakarta, kemarin.

Saksi Bantah Ada Money Politics di Pemilu Kada Mappi

MAHKAMAH Konstitusi (MK) kembali menggelar sidang pa-nel perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah Kabu-paten Mappi, Papua. Sebanyak 28 saksi dihadirkan baik dari pemohon, termohon, maupun pihak terkait, kemarin.

Dalam kesaksiannya di sidang yang digelar di Gedung MK itu, Paskalis Letsoin, kuasa hukum pasangan pemohon Aminadab Jumame dan Mari-nus Kwamtakai, menuduh KPU Mappi membiarkan pasangan terpilih melakukan politik uang (money politics). Ia mengaku mengantongi sejumlah bukti adanya praktik bagi-bagi uang di beberapa kampung dengan jumlah yang bervariasi.

“Praktik money politics di-

lakukan sejak sebelum hingga setelah berlangsungnya pe-mungutan suara, terutama selama masa kampanye, pada masa tenang, dan saat pencob-losan, maupun setelah pencob-losan,” paparnya.

Dalam catatannya, modus politik uang dilakukan dengan membagi-bagi uang kisaran Rp100 ribu hingga Rp1 juta kepada pemilih.

Tidak hanya itu, tambahnya, pasangan terpilih diduga telah mengintimidasi masyarakat di seluruh kampung di 10 distrik se-Kabupaten Mappi untuk memilih mereka. Bahkan se-jumlah warga di Kampung Mememu diancam diusir dari kampung mereka kalau tidak memilih pasangan nomor urut

satu tersebut. Selain itu, lanjut dia, ada

pemuka agama yang mengan-cam akan mengutuk warga yang nekat memilih pemohon. Ia juga menuding pasangan pemenang melibatkan aparat kampung dan birokrasi yang mengarahkan masyarakat memilih pasangan terpilih.

Berdasarkan bukti pelang-garan tersebut, ia meminta MK membatalkan hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu kada Mappi pada 17 November itu.

Semua tuduhannya itu lang-sung dibantah oleh Stefanus Kaisma-Benjamin Ngali selaku pasangan terpilih. Lewat para saksi yang mereka hadirkan, keduanya membantah ada poli-tik uang selama pemilu kada.

Salah satu saksi yang me-reka bawa, Yosephus Sima-tauw, membantah jika dituduh membawa kartu pemilih dalam jumlah banyak dan menge-rahkan massa. “Saya mem-bantah tuduhan itu. Saya tidak membagi-bagi uang. Memang pada hari itu saya membawa tas, tapi isinya rokok,” ujarnya dalam sidang yang diketuai M Akil Mochtar itu.

Saksi lain yang diajukan pasangan terpilih, Benedictus Tori Paliling, juga mengajukan bantahan serupa. “Tidak benar saya memberikan uang sebesar Rp15 juta. Sama sekali saya tidak memberikan uang. Ke-pada yang lain juga saya tidak berikan uang. Saya memban-tah,” tandasnya. (*/P-2)

KIP Dianggap Langgar Kekhususan AcehDPR Aceh (DPRA) menggugat Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah.

Dalam sidang pengujian sengketa kewenangan antar-lembaga negara (SKLN) di Gedung Mahkamah Konstitusi pada Jumat (2/12), pemohon yang merupakan Ketua DPR Aceh Hasbi Abdullah meminta MK untuk memutuskan bahwa KIP tidak berwenang mene-tapkan tahapan pemilu kada. Pasalnya, menurut dia, hal itu bertentangan dengan kanun yang berlaku di Aceh.

“Meminta MK membatalkan seluruh tahapan pemilu kada yang sudah dilaksanakan oleh KIP Aceh dan KIP kabupaten/kota di Aceh karena melang-gar konstitusi,” tegas Hasbi

di depan majelis panel yang dipimpin hakim konstitusi Harjono.

Pemohon menilai, sebagai lembaga yang diberi kewenang-an oleh Undang-Undang No-mor 11 Tahun 2006 tentang Pe-merintahan Aceh, pelaksana—an tugas KIP harus mengacu kepada peraturan yang ada.

“KIP merupakan salah satu kekhususan Aceh jika diban-dingkan dengan daerah lain, baik dari jumlah anggota mau-pun mekanisme kerja mereka. Tindakan KIP Aceh yang men-etapkan tahapan pemilu kada 2011 telah melanggar ketentuan hukum dan kewenangan yang diberikan kepada mereka. Per-buatan KIP Aceh sudah jelas bertentangan dengan konsti-tusi,” lanjutnya.

Hasbi juga menambahkan,

Komisi Pemilihan Umum de-ngan surat Nomor 235/2011 tanggal 2 Mei 2011 telah meng-ganggu mekanisme pengaturan pemilu kada di Aceh, karena mengeluarkan peraturan pemi-lu kada. “Padahal wewenang tersebut merupakan tugas pe-merintahan Aceh, dalam hal ini DPR Aceh dan pemerintah,” terangnya.

Menurut dia, KIP Aceh hanya berpedoman kepada peraturan KPU yang telah menetapkan beberapa tahapan pemilu kada. Namun, menurut dia, tahapan itu hanya dapat dilaksanakan setelah penuntasan kanun ten-tang pemilu kada. “Sehingga, KIP Aceh harus menaati kanun tentang pemilu kada dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka,” kata dia.

Gugatan sengketa kewenang-

an tersebut didaftarkan di MK dengan Nomor 6/SKLN-IX/2011. Menurut Hasbi, gu-gatan tersebut dilayangkan karena KIP Aceh dinilai telah melanggar kewenangan da-lam menetapkan tahapan dan jadwal pemilihan pemilu kada tanpa berkoordinasi dengan DPRA.

“KIP dalam menetapkan tahapan pemilu kada mengacu kepada UU secara nasional, sedangkan DPR Aceh mengacu kepada UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,” tuturnya.

Ia menyebutkan, substansi pokok gugatan itu ialah KIP tidak mengoordinasikan ter-lebih dahulu tahapan pemilu kada, tapi langsung menetap-kan tanpa persetujuan DPRA. (*/P-1)

Karena penyelenggaranya bukan organisasi kemahasiswaan, diskusi soal korupsi disebut pesanan dari luar.

Sulitnya BahasSkandal Centurydi Kampus UKI

EMIR CHAIRULLAH

REKTOR Universi-tas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Maruli Gultom, kemarin, se-

cara mendadak membubarkan sebuah diskusi bertema skandal Century yang digelar di kam-pusnya.

Selain membubarkan paksa, ia juga mengancam akan mem-berhentikan mahasiswa nya jika tetap memaksakan diri meng-gelar diskusi itu.

“Saya melarang diskusi itu diadakan di kampus ini kare-na yang mengadakan bukan merupakan organisasi resmi mahasiswa. Saya khawatir diskusi itu merupakan pesanan dari luar. Saya tidak keberatan jika diskusi diadakan oleh senat mahasiswa,” ujarnya.

Pembubaran dilakukan pi-hak rektor saat diskusi Meng-urai Skandal Century Rp6,7 Triliun serta Keterlibatan SBY-Boediono itu sudah berjalan sekitar 1 jam.

Sejumlah panelis yang hadir, yakni mantan Mensesneg Yus-ril Ihza Mahendra, anggota Komisi III DPR Bambang Soe-satyo, Fuad Bawazier, Adhie Massardi, dan M Misbakhun, bahkan sudah terlibat dalam perbincangan yang kritis.

Tiba-tiba acara yang berlang-sung di lobi Kampus FISIP UKI Jakarta itu dibubarkan.

“Diskusi ini tidak sesuai dengan prosedural kampus. Yang di aturan tidak ada seper ti itu. Para mahasiswa itu (panitia diskusi) tidak mau meng ikuti

tatanan organisasi kemaha-siswaan. Kami ingin tatanan organisasi ini ditegakkan,” kata Maruli Gultom.

Ia menolak jika disebut ada tekanan dari luar universi-tas sehingga mendorongnya harus membatalkan diskusi itu. Sebagai bukti, pihaknya bahkan sudah mengagenda-kan diskusi dengan tema skandal Century pada Januari mendatang.

“Cuma saya mau meng-ingatkan, mahasiswa itu ha-rusnya independen. Kalau alumninya kan sudah memi-liki kepenting an masing-ma-sing,” ujarnya.

Diskusi yang dinilainya se-bagai pelanggaran itu, kata Maruli, dapat berimplikasi pada drop out-nya 2-3 maha-siswa yang bertindak seba-gai penyelenggara diskusi. Ia mengatakan pihak kampus telah memberikan peringatan mengenai larang an acara dis-kusi itu beberapa kali, tapi tidak diindahkan penyelenggara.

Pindah ke kantinMenurut ketua panitia diskusi

Gemsius Fransiskus, pihaknya sudah meminta izin rektorat sejak beberapa pekan lalu. Na-mun hingga hari pelaksanaan, izin itu tak kunjung keluar. “Se-mentara para undangan sudah menyanggupi akan datang,” ungkapnya.

Akhirnya para pembicara memutuskan untuk melanjut-kan diskusi di kantin kampus. Menurut mereka, kebebasan berpikir tidak mengenal batas

waktu dan tempat. Sejumlah mahasiswa yang sejak awal mengikuti diskusi itu pun akhirnya berbondong-bondong pindah ke kantin.

Bagi aktivis Gerakan Indo-nesia Bersih Adhie Massardi, kejadian itu menjadi preseden buruk bagi penuntasan kasus Century. Hal itu dibuktikan lewat dibatasinya kebebasan berpikir dan berpendapat di lingkungan kampus yang se-lama ini mengusung jargon steril dari kepentingan.

“Sekarang lihat saja, mau bicara soal Century saja sudah tidak bisa,” ujarnya.

Padahal, menurutnya, diskusi tersebut bertujuan menggugah dan membedah kasus Century agar mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa.

“Ini jadi preseden buruk dan makin menguatkan bahwa penuntasan Century memang dikooptasi pihak tertentu,” ujar Adhie.

Yusril lebih kalem menyikapi insiden itu. “Tidak apa-apa, ini dinamika. Kita patuh saja. Kita kan yang diundang tidak mengerti peraturan internal-nya UKI. Kita di sini terima undangan, ya kita datang saja,” ujarnya.

Hanya saja ia sempat mem-pertanyakan maksud Rektor UKI yang menyebutkan diskusi soal korupsi tidak akan berim-plikasi signifi kan. Menurutnya, hukuman matilah yang bisa menyelesaikan persoalan ko-rupsi.(*/P-2)

[email protected]

PAKAI KARTU TAMU: Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru terpilih Bambang Widjojanto memegang kartu tamu yang ditukar dengan identitas KTP miliknya saat memasuki Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Bambang datang untuk bersilaturahim dengan rekannya.

Demokrat Usung Capres SendiriPARTAI Demokrat enggan untuk mengusung sosok calon presiden (capres) pada 2014 yang berasal dari partai politik lain.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua, di Jakarta, kemarin, menegaskan kader Partai Demokrat tidak akan rela bila Partai Demokrat memberikan dukungan kepada calon lain.

Sebab, lanjut dia, hal itu sama saja dengan menggadaikan nama besar partai. “Masak kami menumpang kepada yang lain? Tidak mungkin kami menumpang. Kader Partai Demokrat harus menggalang kekuatan agar partai ini tidak tergadaikan. Apalagi partai ini

adalah partai terbesar,” kata Max.

Ia juga meyakini Ketua De-wan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono juga tidak akan menggadaikan eksistensi Partai Demokrat de-ngan mendukung capres dari parpol lain.

“Pak SBY tidak otoriter dan akan mendengarkan semua masukan dari kader partai. Kalau ada keputusan dari ma-jelis tinggi partai, tidak bisa dibantah,” kata Max.

Max tidak bisa melarang spekulasi Partai Demokrat akan mengusung Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa yang juga besan

SBY. “Sah-sah saja kalau orang

beropini Hatta akan didukung oleh SBY dan Partai Demokrat. Tapi, partai kami eksistensinya harus ditegakkan. Belum tentu Hatta akan didukung oleh Par-tai Demokrat. Kami, sebagai partai terbesar, harus memi-liki capres sendiri, tidak akan memberikan dukungan kepada yang lain,” tegas Max.

Sekjen PAN Taufi k Kurniawan mengakui penetapan peng-ajuan Hatta Rajasa sebagai capres harus menanti silatura-him nasional (silatnas) dan rapat kerja nasional (rakernas) PAN yang digelar di Jakarta pada 9 hingga 11 Desember.

“Hatta di 2014 cukup re-

presentatif dengan ada penga-laman di partai dan pemerin-tahan. Desakan dari daerah agar Pak Hatta menjadi capres sangat kuat. Tapi, kami menye-rahkan keputusan terakhir kepada beliau,” kata Taufi k.

Selain isu capres, lanjut dia, rakernas juga akan mendengar-kan desakan dari daerah terkait sikap PAN dalam sekretariat gabungan (setgab) partai pen-dukung pemerintah.

“Desakan di daerah sudah sangat kuat. Mengharapkan betul mengambil sikap. Ini masih dilematis. Harus ada pertemuan besar mau dibawa ke mana ini. Modelnya seperti apa, kita lihat nanti,” tandas-nya. (HZ/*/P-1)

MI/M IRFAN

MI/ANGGA YUNIAR