SELASA, 5 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Rousseff Harus fileRepresentasi Jerman Timur masih kurang...

1
POLITIKUS anti-Islam Geert Wilders mulai diadili di Penga- dilan Distrik Amsterdam terkait dengan tuduhan menimbulkan kebencian terhadap Islam. Wilders tiba di pengadilan dikawal polisi yang menjaga- nya selama 24 jam karena men- dapat ancaman pembunuhan. Sidang itu di- langsungkan ha- nya 2 hari setelah koalisi terbentuk antara partainya Wilders, Partai untuk Kebebasan (PVV), Partai Liberal (VVD), dan Partai Kris- ten Demokrat (CDA). Pada sidang itu, Wilders menghadapi tiga tuduhan ter- masuk menyulut kebencian dan diskriminasi terhadap muslim. Jika terbukti, Wilders bisa dipenjara setahun atau denda 7.600 euro. Komentar-komentar pedas- nya beredar di media-media massa setempat. Wilders bah- kan membandingkan keya- kinan Islam dengan paham Nazisme. “Saya menjadi tersangka karena mengekspresikan pen- dapat sebagai wakil rakyat,” ujar pemimpin PVV itu di awal sidang. “Saya telah menga- takannya dan saya tidak akan menarik kembali satu kata pun.” Setelah menyampaikan pen- dapat awal, Wilders menolak menjawab semua pertanya- an hakim. Hakim Jan Moors me- nilai tampaknya Wilders menolak berdiskusi. Na- mun, pendapat Moors itu diban- tah pengacara Wilders, Bram Moszkowicz. Me- reka pun meminta sidang ditunda. Sementara itu, selama sidang, para pengunjuk rasa anti-Wilders berkumpul di luar pengadilan. “Kami tidak mendesak agar Wilders dipenjara, kami hanya ingin pernyataannya dikore- ksi,” kata Mohamed Rabbae, Ketua Dewan Nasional Warga Maroko di Belanda. Sidang Wilders ini akan ber- langsung selama beberapa hari dalam bulan ini sebelum pe- merintahan terbentuk sekitar 4 November nanti. (Yan/AP/Reuters/I-2) S ALAH satu perempuan paling berpengaruh di salah satu negara terkaya di Eropa ternyata gemar menimbun makanan. Kanselir Jerman Angela Merkel membawa kebiasaan itu karena sejak kecil ia tumbuh di bagian komunis Jerman sebelah timur Tembok Berlin. Merkel harus menunggu 35 tahun untuk bersentuhan dengan kapitalisme. Sampai dengan reunikasi Jerman, ia harus mengantre beberapa jam hanya untuk membeli pisang atau jeruk. Ternyata, ketakutan sang kanselir kehabisan makanan masih menghantuinya hingga 20 tahun setelah Tembok Berlin diruntuhkan. “Saya masih membeli apa pun yang saya lihat, walaupun saya mungkin tidak membutuhkannya. Ini kebiasaan yang keluar dari fakta bahwa ketika terjadi kelangkaan dalam ekonomi, Anda terbiasa membeli apa yang bisa dan dapat Anda dapatkan,” kata Merkel. Pada era Perang Dingin, setelah rezim Nazi jatuh pada Perang Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua wilayah, Jerman Timur yang komunis dan Jerman Barat yang kapitalis. Ketika komunisme runtuh, Jerman Timur bergabung dengan saudaranya, Jerman Barat, pada 3 Oktober 1990. Namun, sisa-sisa ketimpangan ekonomi antara bekas komunis dan wilayah kapitalis ternyata tak mampu diruntuhkan begitu saja. Masih banyak kesenjangan antara Jerman Timur dan saudaranya. Representasi Jerman Timur masih kurang dalam banyak hal, termasuk di kabinet pemerintahan Merkel, walaupun ia sendiri berasal dari timur. Tak ada seorang pun pemain timur bermain di Bundesliga, liga sepak bola Jerman. Pun hanya segelintir warga Jerman Timur yang berhasil menjadi pejabat tinggi, pengusaha besar, atau menduduki jabatan penting di tentara. Ossis dan Wessis, nama panggilan bagi anak-anak Jerman Timur dan Barat, bahkan belum mampu mengubah cara berpikir mereka. Keduanya tinggal bersama di kota-kota di Jerman. Namun, kelompok- kelompok sosial dengan percampuran Ossis dan Wessis masih jarang ditemui. “Mungkin masih dibutuhkan dua atau tiga generasi lagi sampai kita dapat mengatakan lagi ‘Kita ini satu’,” kata Doreen Kinzel, pria 39 tahun yang pindah ke barat. Ia kini bekerja sebagai event organizer. “Bagaimanapun, kita tidak seharusnya terus-terusan bicara mengenai apa yang membedakan kita. Pada akhirnya, kita semua Jerman.” Bagaimanapun reunikasi ini membawa dampak positif, seperti yang dinyatakan Merkel. “Setelah reunikasi, ada semacam rasa asing karena kehidupan sehari-hari Jerman Timur benar-benar diputar balik, dari dunia konsumsi, birokrasi, sampai dunia kerja,” ujarnya. Jerman Timur memang sudah jauh lebih maju. Tingkat pengangguran turun dari 18,7% pada 2005 hingga 11% saat ini, sementara tingkat pengangguran di barat 6,2%. Pemerintah federal juga menginvestasikan miliaran euro ke lima wilayah timur, Brandenburg, Mecklenberg-Western Pomerania, Saxony, Saxony- Anhalt, dan Thuringia. Sementara itu, pajak lebih banyak dialokasikan untuk membangun timur sebagai apa yang disebut pajak solidaritas. Mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl berkomentar tentang reunikasi, mengatakan penyatuan kedua bagian masyarakat ternyata memakan waktu lama. “Tentu saja, seluruh proses (unikasi) memakan waktu lebih lama dari perkiraan awal kita, tapi semuanya hanya masalah waktu,” katanya. (*/AP/I-4) mulai dari nol,” ujar Alexandre Barros dari kelompok kajian risiko politik Early Warning. “Saya kira Dilma bakal me- nang. Tapi semuanya ditentu- kan oleh fakta-fakta baru yang muncul selama kampanye.” Meroket Nama Rousseff baru muncul Juli lalu saat ia dipilih Presi- den Lula da Silva, yang kini popularitasnya mencapai 80%, untuk menjadi kandidat pe- mimpin Partai Buruh. Dengan mewarisi popularitas seniornya itu, nama Rousseff langsung meroket dan digadang-gadang bakal memenangi pemilu pada putaran pertama. Namun, skandal yang me- libatkan salah satu pembantu Rousseff, yang menggantikan posisinya sebagai kepala staf presiden, telah mencoreng popularitasnya. Akibatnya, hasil pemilu berkata lain. Banyak rakyat Brasil sendiri masih berharap pada kepe- mimpinan Presiden Lula da Silva, yang selama delapan tahun pemerintahannya berha- sil mengangkat 20,5 juta rakyat- nya dari kemiskinan. Mereka berharap Dilma bakal mewarisi keberhasilan tersebut. “Saya memilih Dilma supaya dia bisa melanjutkan apa yang dilakukan Lula dalam delapan tahun ini--mengurangi ke- miskinan dan meningkatkan ekonomi,” ujar Marcelo Gus- mao, 32, seorang mekanik. Adapun warga lainnya, mes- ki mengapresiasi keberhasilan tersebut, mengharapkan terja- dinya perubahan. “Jika Dilma menang, saya rasa negeri ini tidak mengalami perubahan,” kata Fred Vani, pengusaha di Sao Paulo. “Kami membutuh- kan presiden yang dapat beker- ja keras melakukan reformasi struktur, terutama reformasi pajak.” (AP/Reuters/I-1) heryadi@ mediaindonesia.com 12 | Internasional SELASA, 5 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA HASIL awal dari pemilu Bosnia kemarin menunjukkan belum adanya perubahan sikap politik dari tiap-tiap etnik di negara tersebut. Stagnasi ini mengan- cam peluang Bosnia untuk bisa masuk menjadi anggota Uni Eropa maupun NATO. Minggu (3/10), warga mem- berikan suaranya untuk pemi- lihan anggota dewan kepre- sidenan Serbia, Kroasia, dan Bosnia serta para wakil rakyat di parlemen sentral, regional, dan daerah. Suara itu juga menentukan yang akan terpilih sebagai presiden dan wakil pre- siden baru Republik Serbia. Penghitungan lebih dari se- tengah jumlah suara bagi par- lemen sentral menunjukkan Partai Demokratik Sosial (SDP) yang multietnik meraih suara terbesar. Sementara itu, Bakir Izetbegovic, anak presiden era perang Alija Izetbegovic, dari Partai Aksi Demokratik (SDA), memenangi kursi presiden muslim Bosnia dengan suara 90% lebih. Bakir dianggap mo- derat dan bisa lebih bekerja sama dengan kelompok etnik lain ketimbang incumbent Haris Silajdzic. Hasil lainnya, Aliansi Sosial Demokrat Independen (SNSD) pimpinan Milorad Dodik, yang sempat mengancam memisah- kan diri dari Bosnia, juga ung- gul. Kandidat SNSD, Nebojsa Radmanovic, memenangi kursi Serbia di dewan kepresiden- an. Zeljko Komsic, kandidat SDP, memenangi kembali kursi Kroasia meskipun kelompok nasionalis Kroasia menganggap kemenangannya lebih karena dukungan warga muslim. Perjanjian damai Dayton membagi Bosnia menjadi dua wilayah semiindependen; Fe- derasi Muslim-Kroasia serta Republik Serbia. Masing-ma- sing memiliki pemerintahan tersendiri dan dihubungkan melalui pemerintahan pusat yang lemah di Sarajevo. Perekonomian Bosnia, yang sempat tumbuh dua digit pas- caperang karena mengalirnya bantuan internasional, kini melambat dalam beberapa tahun terakhir akibat korup- si, lambannya birokrasi, dan pertengkaran para politikus. (War/AP/Reuters/I-4) REUTERS/THOMAS PETER REUTERS/RICARDO MORAES Rousseff Harus Melalui Putaran Kedua L ANGKAH Dilma Rousseff untuk menjadi perempuan pertama yang menjabat Presiden Brasil harus tertunda. Kandidat Partai Buruh yang berkuasa ini gagal meraih suara mayoritas dalam pemilihan presiden yang digelar Minggu (3/10) dan harus menjalani putaran kedua. Rousseff--yang didukung Presiden Luiz Inacio Lula da Silva--hanya meraih 46,9% suara. Sementara pesaing ter- dekatnya, Jose Serra, tokoh kiri kawakan, mengantongi 32,6% suara. Lula da Silva sendiri dilarang untuk ikut pemilu karena telah dua perio- de menjabat meski kini sangat populer berkat keberhasilannya mengangkat ekonomi negeri Amerika Selatan itu. Saat menanggapi hasil pemilu ini, Rousseff selaku mantan milisi Marxis yang pernah mendekam tiga tahun di penjara saat Brasil dikuasai diktator itu mengatakan siap untuk maju ke putaran kedua. Pasalnya, hal yang sama pernah dialami Lula da Silva pada pemilu 2002 dan 2006. “Kami terbiasa menghadapi tantangan. Secara tradisional, kami siap maju ke putaran ke- dua,” ujar Rousseff di depan para pendukungnya di Kota Brasilia. “Saya yakin putaran kedua akan memberikan pro- ses penting bagi penjelasan dan dialog dengan perwakilan masyarakat.” Kini, harapan mantan kepala staf Lula da Silva untuk men- jadi perempuan pertama men- jabat presiden di Brasil itu bergantung pada Marina Silva, kandidat perempuan presiden dari Partai Hijau. Silva berada di urutan ketiga dengan pero- lehan 19,4% suara. Silva mengatakan partainya akan menggelar rapat untuk memutuskan ke arah mana suara mereka akan diberikan, Rousseff atau Serra. Namun ia menegaskan, keputusan terbe- sar ada pada para pendukung partainya. Seperti juga Rousseff, Serra optimistis bakal memenangi pemilu putaran kedua yang rencananya bakal digelar pada 31 Oktober. Mantan Gubernur Sao Paolo yang dikalahkan Lula da Silva pada pemilu 2002 ini yakin Partai Sosial Demokrat yang ia pimpin bakal mengam- bil alih kursi kepresidenan. Ter- akhir kali partai itu memimpin Brasil pada 1994-2002 di bawah kepemimpinan Fernando Hen- rique Cardoso. Namun, para pakar me- nyangsikan bakal tersedia Semuanya ditentukan oleh fakta-fakta baru yang muncul selama kampanye. Heryadi Sarodji MELAMBAIKAN TANGAN: Calon presiden Brasil dari Partai Buruh, Dilma Rousseff, melambaikan tangan saat pemilihan umum di Brasilia, Minggu (3/10). Wilders Diadili karena Sulut Kebencian Islam Kanselir Tetap Terbawa Kebiasaan Lama nya belum memiliki program yang jelas. Selama kampanye sebelumnya, mereka sama-sa- ma berjanji bakal melanjutkan program-program Presiden Lula da Silva. “Pemilu bakal berlanjut ke putaran kedua. Semuanya di- RAYAKAN UNIFIKASI: Gedung parlemen Bundestag disorot lampu selama perayaan ulang tahun ke-20 bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur di Berlin, Minggu (3/10). waktu yang cukup bagi kedua kandidat untuk menggelar kampanye pemilu putaran kedua. Mereka juga meng- harapkan Rousseff dan Serra dapat menyampaikan rencana- rencana kebijakan yang konkret jika terpilih. Sejauh ini, kedua- Politik Bosnia masih Mandek REUTERS Pemilu bakal berlanjut ke putaran kedua. Semuanya dimulai dari nol.” Alexandre Barros Pengamat politik Brasil Geert Wilders Pemimpin Partai PVV

Transcript of SELASA, 5 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Rousseff Harus fileRepresentasi Jerman Timur masih kurang...

Page 1: SELASA, 5 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Rousseff Harus fileRepresentasi Jerman Timur masih kurang dalam banyak hal, termasuk di kabinet pemerintahan Merkel, ... Jerman. Namun, kelompok-kelompok

POLITIKUS anti-Islam Geert Wilders mulai diadili di Penga-dilan Distrik Amsterdam terkait dengan tuduhan menimbulkan kebencian terhadap Islam. Wilders tiba di pengadilan dikawal polisi yang menjaga-nya selama 24 jam karena men-dapat ancaman pembunuhan.

Sidang itu di-langsungkan ha-nya 2 hari setelah koalisi terbentuk antara partainya Wilders, Partai untuk Kebebasan ( P V V ) , P a r t a i Liberal (VVD), dan Partai Kris-t e n D e m o k r a t (CDA).

Pada sidang itu, Wilders menghadapi tiga tuduhan ter-masuk menyulut kebencian dan diskriminasi terhadap muslim.

Jika terbukti, Wilders bisa dipenjara setahun atau denda 7.600 euro.

Komentar-komentar pedas-nya beredar di media-media massa setempat. Wilders bah-kan membandingkan keya-kinan Islam dengan paham Nazisme.

“Saya menjadi tersangka karena mengekspresikan pen-

dapat sebagai wakil rakyat,” ujar pemimpin PVV itu di awal sidang. “Saya telah menga-takannya dan saya tidak akan menarik kembali satu kata pun.”

Setelah menyampaikan pen-dapat awal, Wilders menolak menjawab semua pertanya-

an hakim. Hakim Jan Moors me-nilai tampaknya Wilders menolak berdiskusi. Na-mun, pendapat Moors itu diban-tah pengacara Wilders, Bram Moszkowicz. Me-reka pun meminta sidang ditunda.

Sementara i tu , se lama sidang, para pengunjuk rasa anti-Wilders berkumpul di luar pengadilan.

“Kami tidak mendesak agar Wilders dipenjara, kami hanya ingin pernyataannya dikore-ksi,” kata Mohamed Rabbae, Ketua Dewan Nasional Warga Maroko di Belanda.

Sidang Wilders ini akan ber-langsung selama beberapa hari dalam bulan ini sebelum pe-merintahan terbentuk sekitar 4 November nanti.(Yan/AP/Reuters/I-2)

SALAH satu perempuan paling berpengaruh di salah satu negara

terkaya di Eropa ternyata gemar menimbun makanan. Kanselir Jerman Angela Merkel membawa kebiasaan itu karena sejak kecil ia tumbuh di bagian komunis Jerman sebelah timur Tembok Berlin.

Merkel harus menunggu 35 tahun untuk bersentuhan dengan kapitalisme. Sampai dengan reunifi kasi Jerman, ia harus mengantre beberapa jam hanya untuk membeli pisang atau jeruk. Ternyata, ketakutan sang kanselir kehabisan makanan masih menghantuinya hingga 20 tahun setelah Tembok Berlin diruntuhkan.

“Saya masih membeli apa pun yang saya lihat, walaupun saya mungkin tidak membutuhkannya. Ini kebiasaan yang keluar dari fakta bahwa ketika terjadi kelangkaan dalam ekonomi, Anda terbiasa membeli apa yang bisa dan dapat Anda dapatkan,” kata Merkel.

Pada era Perang Dingin, setelah rezim Nazi jatuh pada Perang Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua wilayah, Jerman Timur yang komunis dan Jerman Barat yang kapitalis. Ketika komunisme runtuh, Jerman

Timur bergabung dengan saudaranya, Jerman Barat, pada 3 Oktober 1990.

Namun, sisa-sisa ketimpangan ekonomi antara bekas komunis dan wilayah kapitalis ternyata tak mampu diruntuhkan begitu saja. Masih banyak kesenjangan antara Jerman Timur dan

saudaranya. Representasi Jerman Timur

masih kurang dalam banyak hal, termasuk di kabinet pemerintahan Merkel, walaupun ia sendiri berasal

dari timur. Tak ada seorang pun pemain timur bermain di Bundesliga, liga sepak bola Jerman. Pun hanya segelintir warga Jerman Timur yang berhasil menjadi pejabat tinggi, pengusaha besar, atau menduduki jabatan penting di tentara.

Ossis dan Wessis, nama

panggilan bagi anak-anak Jerman Timur dan Barat, bahkan belum mampu mengubah cara berpikir mereka. Keduanya tinggal bersama di kota-kota di

Jerman. Namun, kelompok-kelompok sosial dengan percampuran Ossis dan Wessis masih jarang ditemui.

“Mungkin masih dibutuhkan dua atau tiga generasi lagi sampai kita dapat mengatakan lagi ‘Kita ini satu’,” kata Doreen Kinzel, pria 39 tahun yang pindah

ke barat. Ia kini bekerja sebagai event organizer. “Bagaimanapun, kita tidak seharusnya terus-terusan bicara mengenai apa yang membedakan kita. Pada

akhirnya, kita semua Jerman.”Bagaimanapun reunifi kasi

ini membawa dampak positif, seperti yang dinyatakan Merkel. “Setelah reunifi kasi, ada semacam rasa asing karena kehidupan sehari-hari Jerman Timur benar-benar diputar balik, dari dunia konsumsi, birokrasi, sampai dunia kerja,” ujarnya.

Jerman Timur memang sudah jauh lebih maju. Tingkat pengangguran turun dari 18,7% pada 2005 hingga 11% saat ini, sementara tingkat pengangguran di barat 6,2%.

Pemerintah federal juga menginvestasikan miliaran euro ke lima wilayah timur, Brandenburg, Mecklenberg-Western Pomerania, Saxony, Saxony-Anhalt, dan Thuringia. Sementara itu, pajak lebih banyak dialokasikan untuk membangun timur sebagai apa yang disebut pajak solidaritas.

Mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl berkomentar tentang reunifi kasi, mengatakan penyatuan kedua bagian masyarakat ternyata memakan waktu lama. “Tentu saja, seluruh proses (unifi kasi) memakan waktu lebih lama dari perkiraan awal kita, tapi semuanya hanya masalah waktu,” katanya. (*/AP/I-4)

mulai dari nol,” ujar Alexandre Barros dari kelompok kajian risiko politik Early Warning. “Saya kira Dilma bakal me-nang. Tapi semuanya ditentu-kan oleh fakta-fakta baru yang muncul selama kampanye.”

Meroket

Nama Rousseff baru muncul Juli lalu saat ia dipilih Presi-den Lula da Silva, yang kini popularitasnya mencapai 80%, untuk menjadi kandidat pe-mimpin Partai Buruh. Dengan mewarisi popularitas seniornya itu, nama Rousseff langsung meroket dan digadang-gadang bakal memenangi pemilu pada putaran pertama.

Namun, skandal yang me-libatkan salah satu pembantu Rousseff, yang menggantikan posisinya sebagai kepala staf presiden, telah mencoreng popularitasnya. Akibatnya, hasil pemilu berkata lain.

Banyak rakyat Brasil sendiri masih berharap pada kepe-mimpinan Presiden Lula da Silva, yang selama delapan

tahun pemerintahannya berha-sil mengangkat 20,5 juta rakyat-nya dari kemiskinan. Mereka berharap Dilma bakal mewarisi keberhasilan tersebut.

“Saya memilih Dilma supaya dia bisa melanjutkan apa yang dilakukan Lula dalam delapan tahun ini--mengurangi ke-miskinan dan meningkatkan ekonomi,” ujar Marcelo Gus-mao, 32, seorang mekanik.

Adapun warga lainnya, mes-ki mengapresiasi keberhasilan tersebut, mengharapkan terja-dinya perubahan. “Jika Dilma menang, saya rasa negeri ini tidak mengalami perubahan,” kata Fred Vani, pengusaha di Sao Paulo. “Kami membutuh-kan presiden yang dapat beker-ja keras melakukan reformasi struktur, terutama reformasi pajak.” (AP/Reuters/I-1)

[email protected]

12 | Internasional SELASA, 5 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

HASIL awal dari pemilu Bosnia kemarin menunjukkan belum adanya perubahan sikap politik dari tiap-tiap etnik di negara tersebut. Stagnasi ini mengan-cam peluang Bosnia untuk bisa masuk menjadi anggota Uni Eropa maupun NATO.

Minggu (3/10), warga mem-berikan suaranya untuk pemi-lihan anggota dewan kepre-sidenan Serbia, Kroasia, dan Bosnia serta para wakil rakyat di parlemen sentral, regional, dan daerah. Suara itu juga menentukan yang akan terpilih sebagai presiden dan wakil pre-siden baru Republik Serbia.

Penghitungan lebih dari se-tengah jumlah suara bagi par-lemen sentral menunjukkan Partai Demokratik Sosial (SDP) yang multietnik meraih suara terbesar. Sementara itu, Bakir Izetbegovic, anak presiden era perang Alija Izetbegovic, dari Partai Aksi Demokratik (SDA), memenangi kursi presiden muslim Bosnia dengan suara 90% lebih. Bakir dianggap mo-derat dan bisa lebih bekerja sama dengan kelompok etnik lain ketimbang incumbent Haris

Silajdzic.Hasil lainnya, Aliansi Sosial

Demokrat Independen (SNSD) pimpinan Milorad Dodik, yang sempat mengancam memisah-kan diri dari Bosnia, juga ung-gul. Kandidat SNSD, Nebojsa Radmanovic, memenangi kursi Serbia di dewan kepresiden-an. Zeljko Komsic, kandidat SDP, memenangi kembali kursi Kroasia meskipun kelompok nasionalis Kroasia menganggap kemenangannya lebih karena dukungan warga muslim.

Perjanjian damai Dayton membagi Bosnia menjadi dua wilayah semiindependen; Fe-derasi Muslim-Kroasia serta Republik Serbia. Masing-ma-sing memiliki pemerintahan tersendiri dan dihubungkan melalui pemerintahan pusat yang lemah di Sarajevo.

Perekonomian Bosnia, yang sempat tumbuh dua digit pas-caperang karena mengalirnya bantuan internasional, kini melambat dalam beberapa tahun terakhir akibat korup-si, lambannya birokrasi, dan pertengkaran para politikus.(War/AP/Reuters/I-4)

REUTERS/THOMAS PETER

REUTERS/RICARDO MORAES

Rousseff Harus Melalui Putaran Kedua

LA N G K A H D i l m a R o u s s e f f u n t u k menjadi perempuan pertama yang menjabat

Presiden Brasil harus tertunda. Kandidat Partai Buruh yang berkuasa ini gagal meraih suara mayoritas dalam pemilihan presiden yang digelar Minggu (3/10) dan harus menjalani putaran kedua.

Rousseff--yang didukung Presiden Luiz Inacio Lula da Silva--hanya meraih 46,9% suara. Sementara pesaing ter-dekatnya, Jose Serra, tokoh kiri kawakan, mengantongi 32,6% suara. Lula da Silva sendiri dilarang untuk ikut pemilu karena telah dua perio-de menjabat meski kini sangat populer berkat keberhasilannya mengangkat ekonomi negeri Amerika Selatan itu.

Saat menanggapi hasi l pemilu ini, Rousseff selaku mantan milisi Marxis yang pernah mendekam tiga tahun di penjara saat Brasil dikuasai diktator itu mengatakan siap untuk maju ke putaran kedua. Pasalnya, hal yang sama pernah dialami Lula da Silva pada pemilu 2002 dan 2006.

“Kami terbiasa menghadapi tantangan. Secara tradisional, kami siap maju ke putaran ke-dua,” ujar Rousseff di depan para pendukungnya di Kota Brasilia. “Saya yakin putaran kedua akan memberikan pro-ses penting bagi penjelasan dan dialog dengan perwakilan masyarakat.”

Kini, harapan mantan kepala staf Lula da Silva untuk men-jadi perempuan pertama men-jabat presiden di Brasil itu bergantung pada Marina Silva, kandidat perempuan presiden dari Partai Hijau. Silva berada di urutan ketiga dengan pero-lehan 19,4% suara.

Silva mengatakan partainya akan menggelar rapat untuk memutuskan ke arah mana suara mereka akan diberikan, Rousseff atau Serra. Namun ia menegaskan, keputusan terbe-sar ada pada para pendukung partainya.

Seperti juga Rousseff, Serra optimistis bakal memenangi pemilu putaran kedua yang rencananya bakal digelar pada 31 Oktober. Mantan Gubernur Sao Paolo yang dikalahkan Lula da Silva pada pemilu 2002 ini yakin Partai Sosial Demokrat

yang ia pimpin bakal mengam-bil alih kursi kepresidenan. Ter-akhir kali partai itu memimpin Brasil pada 1994-2002 di bawah kepemimpinan Fernando Hen-rique Cardoso.

Namun, para pakar me-nyangsikan bakal tersedia

Semuanya ditentukan oleh fakta-fakta baru yang muncul selama kampanye.

Heryadi Sarodji

MELAMBAIKAN TANGAN: Calon presiden Brasil dari Partai Buruh, Dilma Rousseff, melambaikan tangan saat pemilihan umum di Brasilia, Minggu (3/10).

Wilders Diadili karena Sulut Kebencian Islam

Kanselir Tetap Terbawa Kebiasaan Lama

nya belum memiliki program yang jelas. Selama kampanye sebelumnya, mereka sama-sa-ma berjanji bakal melanjutkan program-program Presiden Lula da Silva.

“Pemilu bakal berlanjut ke putaran kedua. Semuanya di-

RAYAKAN UNIFIKASI: Gedung parlemen Bundestag disorot lampu selama perayaan ulang tahun ke-20 bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur di Berlin, Minggu (3/10).

waktu yang cukup bagi kedua kandidat untuk menggelar kampanye pemilu putaran kedua. Mereka juga meng-harapkan Rousseff dan Serra dapat menyampaikan rencana-rencana kebijakan yang konkret jika terpilih. Sejauh ini, kedua-

Politik Bosnia masih Mandek

REUTERS

Pemilu bakal berlanjut ke putaran kedua. Semuanya dimulai dari nol.”Alexandre BarrosPengamat politik Brasil

Geert WildersPemimpin Partai PVV