SPT Jerman
-
Upload
ardi-maulana -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
description
Transcript of SPT Jerman
I. Pengertian Pendaftaran Tanah
Sehubungan dengan Pendaftaran Tanah, saat ini berlaku ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
menggantikan ketentuan dalam Peraturan pemerintah Nomor 10/1961 tentang
Pendaftaran Tanah. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 24/1997, Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data
fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Kata-kata “suatu rangkaian kegiatan” menunjuk kepada adanya berbagai
kegiatan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah, yang berkaitan satu
dengan yang lain, berurutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara
pada tersedianya data yang diperlukan dalam rangka memberikan jaminan
kepastian hukum di bidang pertanahan bagi rakyat. Kata-kata “terus-menerus”
menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali dimulai tidak akan ada
akhirnya. Data yang sudah terkumpul dan tersedia harus selalu dipelihara,
dalam arti disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian,
hingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir. Kata “teratur”
menunjukkan bahwa semua kegiatan harus berlandaskan peraturan
perundang-undangan yang sesuai, karena hasilnya akan merupakan data bukti
1
menurut hukum, biarpun daya kekuatan pembuktiannya tidak selalu sama
dalam hukum negara-negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah.
Pendaftaran Tanah yang dimaksud di atas adalah Pendaftaran Tanah yang
diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum dibidang
pertanahan (suatu Rechts cadaster atau Legal cadastre atau Juridical
cadaster). Disamping pengertian pendaftaran tanah dalam arti Rechts cadaster
sebagaimana tersebut di atas, terdapat pengertian pendaftaran tanah dalam arti
fiscal cadaster dimana pendaftaran tanah dilakukan dalam rangka pemungutan
pajak.
Kegiatan Pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia. Pendaftaran tanah
untuk pertama kali (initial registration) adalah kegiatan mendaftar untuk
pertama kalinya sebidang tanah yang semula belum didaftar menurut
ketentuan peraturan pendaftaran tanah yang bersangkutan yang meliputi tiga
bidang kegiatan yaitu ; bidang fisik, bidang yuridis dan penerbitan dokumen
tanda-bukti hak. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu secara sistematik dan sporadik. Pendaftaran
tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah
yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau
kelurahan. Sedangkan Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau
2
kelurahan secara individual atau massal, yang dilakukan atas permintaan
pemegang/penerima hak atas tanah yang bersangkutan.Kegiatan Pendaftaran
Tanah tidak berakhir dengan selesainya Pendaftaran Tanah untuk pertama
kali, karena data fisik dan data yuridis itu kemudian bisa berubah. Perubahan
itu perlu dicatat, kegiatan ini disebut Pemeliharaan Data yang dilakukan agar
data-data yang ada tetap sesuai dengan kenyataan (up to date).
Skema yang dapat digambarkan dari uraian di atas adalah sebagai berikut :
Kegiatan Pendaftaran Tanah
Pertama kali Pemeliharaan Data
Sistematik Sporadik Fisik Yuridis
Adapun Peraturan dasar untuk Pendaftaran Tanah adalah sebagai berikut :
A. Pasal 19 Undang-undang No.5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria.
B. Peraturan Pemerintah No.24/1997 tentang Pendaftaran Tanah.
C. Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA)/Kepala BPN No.3/1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24/1997.
D. Peraturan Pemerintah No.37/1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT).
E. Peraturan Kepala BPN No.1/2006 tentang Peraturan Pelaksanaan
PP.No.37/1998.
3
II. Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan Pendaftaran Tanah Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997, yaitu:
A. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan ;
B. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenal bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar ;
C. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Adapun untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak
yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah, untuk melaksanakan
fungsi informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf b data fisik
dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah
terdaftar terbuka untuk umum, serta untuk mencapai tertib administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah dan
satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak
atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.
4
III. Sistem Pendaftaran Tanah
Sistem Pendaftaran Tanah terkait dengan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan dan penyajian data yuridis. Sistem Pendaftaran
Tanah mempermasalahkan :
A. Apa yang didaftar?
B. Bagaimana bentuk pengolahan sampai dengan penyajian data yuridisnya?
C. Bagaimana bentuk surat tanda bukti haknya?
Ada dua macam sistem pendaftaran tanah, yaitu sistem pendaftaran akta
(registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak (registration of titles).
III.1. Sistem Pendaftaran Akta (Registration of Deeds)
Sistem ini yang semula dikenal :
1. Akta merupakan sumber data yuridis;
2. Kegiatan pengumpulan data yuridisnya dilakukan dengan mengambil
akta tersebut;
3. Kegiatan pengolahan data yuridis hanya terbatas pada pemberian
nomor dan tanggal pendaftarannya, dimana akta tersebut yang didaftar
oleh Kantor Pendaftaran Tanah dengan membubuhkan nomor dan
tanggal pendaftarannya, untuk selanjutnya akta yang didaftar tersebut
menjadi surat tanda buktinya;
4. Kegiatan penyimpanan dan penyajian data yuridisnya di Kantor
Pendaftaran Tanah dilakukan dengan penyimpanan dan penyajian akta
tersebut, sedangkan kepada pemegang haknya diberikan salinan akta
yang sudah didaftar.
5
5. Jika terjadi perubahan data yuridis, misalnya karena pemindahan hak
yang dibuktikan dengan akta pemindahan hak, maka akta pemindahan
hak tersebut sebagai sumber datanya kemudian akta pemindahan hak
tersebut didaftar dengan dibubuhi nomor dan tanggal pendaftaran,
selanjutnya kepada pemegang haknya diberikan salinan akta
pemindahan hak yang sudah didaftar. Sehingga pemegang hak yang
terakhir memiliki lebih dari satu akta.
Dari uraian tersebut di atas, maka timbul suatu pertanyaan dari sekian
banyak akta yang terkumpul pada pemegang hak yang terakhir, bagaimana
dapat diketahui secara pasti data yuridis bidang tanah yang bersangkutan
padahal tidak mungkin dilihat dari akta yang terakhir karena keabsahan isi
dari suatu akta ditentukan oleh keabsahan isi dari akta-akta sebelumnya.
Sehingga diperlukan title search, yang memerlukan keahlian, waktu dan
biaya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, oleh Robert Richard Torrens
diciptakanlah sistem baru yang lebih sederhana dan memungkinkan orang
memperoleh keterangan dengan cara yang mudah, tanpa harus mengadakan
title search pada akta-akta yang ada. Torrens pernah menjabat sebagai
Registrar General Of Deeds di Adelaide (South Australia) pada tahun 1853
sehingga dalam kedudukannya sebagai pejabat tertinggi pendaftaran itu ia
menciptakan sistem Registration Of Titles, yang kemudian dikenal sebagai
Sistem Torrens.
6
III.2. Sistem Pendaftaran Hak (Registration of Titles)
Sistem ini dikenal :
1. Akta merupakan sumber data yuridis;
2. Kegiatan pengumpulan data yuridisnya dilakukan dengan mengambil
data yuridisnya yang ada didalam akta untuk dicatat, sedangkan akta
tersebut untuk selanjutnya tersimpan di Arsip Kantor Pendaftaran Tanah.
Dimana petugas pendaftaran tanah bersifat aktif, yaitu dengan melakukan
pemeriksaan/penelitian mengenai kelengkapan dan keabsahan data
yuridisnya.
3. Data yuridis tersebut diolah menjadi suatu dokumen yang disebut
dengan Buku Tanah.
4. Buku Tanah tersebut kemudian disimpan dan disajikan di Kantor
Pendaftaran Tanah, sedangkan kepada pemegang haknya diberikan
salinannya.
5. Jika terjadi perubahan misalnya karena pemindahan hak yang
dibuktikan akta pemindahan hak, maka akta pemindahan hak tersebut
sebagai sumber datanya, kemudian kegiatan pengumpulan data yuridisnya
dilakukan dengan mengambil perubahan data yuridisnya sedangkan akta
pemindahan hak tersebut tersimpan di Arsip Kantor Perndaftaran Tanah.
Data perubahan tersebut diolah dengan mencatat pada Buku Tanah yang
ada di Kantor Pendaftaran Tanah dan salinannya yang disimpan oleh
7
pemegang haknya. Begitu seterusnya jika terjadi perubahan-perubahan,
sehingga semua perubahan-perubahan yang terjadi kemudian terdapat
dalam Buku Tanah dan salinannya.
IV. Sistem Publikasi
Data yang sudah dituangkan dalam bentuk tanda bukti hak dan disajikan
dalam Kantor Pendaftaran Tanah, jika kemudian dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang tanah yang sudah didaftar dimana orang
menggunakan data yang disediakan di Kantor Pendaftaran Tanah, apakah
akibat hukumnya bagi yang menggunakan itu jika kemudian ternyata bahwa
datanya tersebut tidak benar. Inilah yang merupakan masalah yang dikenal
dengan masalah SISTEM PUBLIKASI. Ada dua macam sistem publikasi,
yaitu :
IV.1. Sistem Publikasi Negatif
Kepentingan pemegang hak yang sebenarnya yang lebih didahulukan dan
dilindungi. Biarpun pihak lain sudah terdaftar sebagai pemegang hak, pihak
yang berhak sebenarnya masih tetap diberi kesempatan untuk mengajukan
gugatan pembatalan pendaftarannya ke pengadilan.
Biarpun sudah diteliti lebih dahulu kebenaran data yang didaftar, tetapi
karena negara tidak menjamin kebenarannya maka orang tidak dapat secara
mutlak percaya akan kebenaran data yang disajikan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mengatasi kelemahan
sistem publikasi negatif maka Hukum Barat menyediakan lembaga
Acquisitieve Verjaring, yang tidak dikenal dalam hukum adat. Hukum adat
8
sendiri telah menyediakan lembaga yang dikenal dengan lembaga
rechtsverwerking, yang menyebabkan pemegang hak yang sebenarnya
kehilangan haknya untuk mengajukan haknya dalam waktu yang wajar.
Lembaga Rechtsverwerking dimuat dalam Peraturan Pemerintah No.24/1997,
tetapi tidak secara otomatis digunakan karena lembaga rechtsverwerking
hanya dapat digunakan apabila diajukan sendiri oleh para pihak yang
berkepentingan. Dalam kenyataanya, lembaga rechtsverwerking telah
digunakan oleh Mahkamah Agung dalam berbagai keputusan sejak tahun
1955.
IV.2. Sistem Publikasi Positif
Sistem Publikasi positif diciptakan oleh Robert Richard Torrens. Semula
sistem publikasi positif digunakan di Negara Bagian Australia. Sistem
Publikasi positif diciptakan dalam rangka memberikan kepastian hukum
kepada pihak yang sudah terdaftar sebagai pemegang hak, dengan kata lain
orang yang namanya sudah terdaftar didahulukan kepentingannya. Dengan
didaftar sebagai pemegang hak yang bidang tanahnya diperoleh dengan
iktikad baik dan dengan pembayaran (the purchaser in good faith and for
value) maka dia menjadi pemegang haknya (title by registration), dengan
memiliki hak yang tidak dapat diganggu gugat (indefeasible title).
Negara menjamin kebenaran data yang disajikan dalam Buku Tanah yang
disebut dengan register, karena sebelum didaftar pejabat pendaftarannya wajib
terlebih dahulu meneliti kebenaran data yang disajikan, sehingga orang boleh
secara mutlak percaya akan kebenaran data yang disajikan dalam register,
9
sebagaimana dalam sistem pendaftaran hak. Untuk memperoleh kepastian
data yang diperlukan, cukup dengan melihat data yang termuat dalam register
(The register is everything). Sehubungan dengan hal tersebut, maka pihak
yang sebenarnya berhak tidak lagi diberi kesempatan mengajukan gugatan
pembatalan pendaftarannya ke pengadilan dan hanya mempunyai hak untuk
menuntut ganti kerugian kepada negara, jika terbukti kesalahan pendaftaran
diakibatkan karena kelalaian dari pejabat pendaftaran tanah. Untuk itulah oleh
negara disediakan dana khusus.
Negara Indonesia sendiri menganut sistem publikasi negatif yang
bertendensi positif, hal ini ditunjukkan dengan :
1. Pendaftaran menghasilkan alat pembuktian yang “kuat” (Pasal 19 ayat 2
(c), Pasal 23, pasal 32, Pasal 38 UU No.5/1960). UU No.5/1960 tidak
menjelaskan lebih lanjut mengenai pengertian kuat, tetapi dalam
penjelasan Pasal 32 PP No.24/1997, “kuat”dalam arti selama tidak dapat
dibuktikan sebaliknya, maka data fisik dan data yuridis yang tercantum
dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam
perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam berperkara di pengadilan.
Pihak yang menyangkal kebenarannya itulah yang wajib
membuktikannya. Hal ini diperkuat dengan adanya lembaga
rechtsverwerking yaitu lampaunya waktu sebagai sebab kehilangan hak
atas tanah, jika tanah yang bersangkutan selama waktu yang lama tidak
diusahakan sendiri oleh pemegang haknya dan telah dikuasai pihak lain,
melalui perolehan hak dengan iktikad baik.
10
2. Pejabat Pendaftaran tanah bersifat aktif
Dalam sistem publikasi negatif, biarpun sudah diteliti lebih dahulu
kebenaran data yang didaftar, tetapi karena negara tidak menjamin
kebenarannya maka orang tidak secara mutlak percaya akan kebenaran
data yang disajikan. Di Indonesia, melalui kegiatan pendaftaran tanah,
negara berusaha untuk memperoleh dan menyediakan data yang benar,
oleh karenanya pejabat pendaftaran tanahnya bersifat aktif dengan
meneliti terlebih dahulu kebenaran data yang didaftar.
3. Sistem Pendaftaran tanah yang dianut adalah Sistem Pendaftaran hak
Sistem pendaftaran hak digunakan dalam sistem publikasi positif, dengan
buku tanah sebagai tempat penyimpanan dan penyajian data yuridis, dan
sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya. Hal ini yang tidak dijumpai
dalam sistem publikasi negatif. Di Indonesia sendiri, bentuk pengumpulan
dan penyajian data yuridis adalah buku tanah yang disimpan di Kantor
Pertanahan dan penerbitan surat tanda bukti haknya berupa Sertifikat yang
diberikan kepada pemegang haknya.
V. Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Pendaftaran Hak dan Sistem Pendaftaran Akta
No Sistem Pendaftaran Hak Sistem PendaftaranAkta
Sistem Campuran (Akta dan Hak)
1. Amerika Serikat2. Bangladesh
3. India4. Argentina
11
5. Belgia6. Hongkong7. United Mexican State8. Mexico (Espanol)9. Namibia10. Nepal11. Netherland12. South Africa13. Srilanka14. Austria15. Australia16. Brunei17. Kamboja18. China19. Cyprus20. Denmark21. Jerman
22. Finlandia23. Indonesia24. Israel25. Jepang26. Yordania27. Chech Republik
28. Fiji29. Kribati30. Korea
31. Latvia
32. Malaysia
33. NewZealand
34. Norwegia
35. Filipina
36. Swedia
37. Switzerland
38. Tanzania
39. Turki
40. Uzbekistan
41. Venezuela
12
42. Lithuania
43. Macao
44. Iran
VI. Daftaran Tanah di Jerman
VI.1. Sejarah Pendaftaran Tanah di Negara Jerman
1Kepemilikan tanah di Jerman memiliki tradisi beberapa abad. Bentuk
pendaftaran tanah berabad-abad telah beraneka ragam yang berlaku di sejumlah
besar negara merdeka di wilayah yang sekarang bernama Republik Federal
Jerman.
Sistem pendaftaran tanah di Jerman mulai terbentuk pada tanggal 1
Januari 1900 bersamaan dengan terbentuknya hukum perdata yang berlaku secara
nasional. Sistem pendaftaran tanah di Jerman yang disebut dengan “Grundbuch”
berisi segala hak kepemilikan dan hak-hak lainnya atas tanah dan bangunan.
Deskripsi bidang tanah (tanda pengenal dan peta yang berhubungan dengan
kadaster) menjadi resmi sebagai bagian dari tanah register. Kadaster
dikembangkan dari sistem perpajakan tanah ke sebuah register untuk menjamin
hak kepemilikan tanah.
Hak kepemilikan atas tanah dan bangunan merupakan hak yang mutlak,
hal ini dibuktikan dengan pencatatan pada Kantor Pendaftaran Tanah. Kantor
Pendaftaran Tanah di Jerman merupakan bagian dari Pengadilan Negeri. Kantor
tersebut bertanggung jawab atas pendaftaran tanah dan kepemilikan tanah di
daerahnya. Pejabat Kantor Pendaftaran Tanah terdiri dari: Hakim pengadilan
1 Cadastraltemplate.org
13
negeri yang bertindak pula sebagai hakim pendaftaran tanah; Pejabat
Administrasi; Pejabat yang Dipilih untuk Kantor Pendaftaran Tanah; Pejabat
Sertifikasi Kantor Pendaftaran Tanah.
Setelah tahun 1934, hasil penilaian tanah resmi direkam dalam kadaster. Ini
adalah langkah pertama ke arah multi-bertujuan kadaster. Saat ini kadaster
memenuhi semua tuntutan hukum dan tuntutan administrasi bagi masyarakat
maupun pihak swasta. Kadaster ini menggunakan dasar Sistem Informasi
Pertanahan (LIS) yang sangat beragam dan fleksibilitas dalam perencanaan,
perlindungan lingkungan hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kadaster
Maps dan catatan di sebagian besar wilayah Jerman disimpan dalam sistem
komputer. Sistem ini adalah peta yang berhubungan dengan kadaster otomatis
(alk) dan properti otomatis untuk mendaftar (ALB).
VI.2. Tujuan Pendaftaran Tanah di Jerman
Mendaftarkan tanah menunjukkan status hukum dari semua properti riil
khususnya untuk memastikan status kepemilikan dan hal-hal penting lainnya,
serta untuk pinjaman hipotek.
VI.3. Jenis Kadaster
Di Jerman hanya terdapat satu jenis kadaster yang meliputi semua wilayah
lengkap dengan segala macam pemilik tanah (swasta dan negara) dan semua jenis
penggunaan lahan (perkotaan, pedesaan, hutan dsb). Tidak ada masalah yang
berhubungan dengan kadaster seperti permukiman informal atau ilegal. Kadaster
14
di Jerman didefinisikan sebagai daftar dari semua paket dan bangunan di sebuah
negara, di mana semua paket digambarkan dengan grafik dan data tekstual.
Kadaster properti yang sebenarnya dirancang, menunjukkan secara de facto status
properti yang dimiliki dan merupakan bagian dari permukaan bumi dan
perluasannya. Semua fakta-fakta yang relevan, seperti peruntukan, lokasi, dan
ukuran, digunakan dengan menambah batas-batas yang disurvei oleh lembaga
pemerintah yang berwenang dan surveyor berlisensi.
Kadaster adalah satu-satunya register di mana semua paket dan bangunan
diuraikan dan juga mengandung informasi tambahan, seperti hasil penilaian tanah
resmi. Di beberapa bagian dari isinya, kadaster menciptakan kepercayaan bagi
publik, seperti paket-identifier peta dan catatan. Kadaster menjadi elemen dasar
dari semua jenis sistem informasi geografis dan merupakan bagian dari SDI-
proyek di daerah dan tingkat nasional.
VI.4. Konsep Kadaster
Pendaftaran Tanah di Jerman memiliki peran penting dengan memegang
dua prinsip hukum, yaitu:
1. Pengalihan hak atas tanah tidak akan berlaku jika belum didaftarkan pada
Kantor Pertanahan;
2. Seluruh hak yang terdaftar pada Kantor Pertanahan dijamin kebenarannya,
kecuali dibuktikan sebaliknya. Kantor Pendaftaran Tanah mengemban
kepercayaan publik (“public faith”), yang berarti bahwa segala hal yang dicatat
pada Kantor Pendaftaran Tanah dapat dianggap benar oleh siapapun yang akan
15
melakukan pengambilalihan hak atas tanah (membeli tanah), kecuali ada pihak
yang menyatakan dan membuktikan bahwa pencatatan tersebut salah.
Pendaftaran tanah dilakukan berdasarkan perjanjian yang dibuat di bawah
tangan dan disertifikasi oleh Notaris. Pendaftaran tanah di Jerman bukan
merupakan sistem pendaftaran akta, namun perjanjian di bawah tangan tersebut
disimpan pada dokumen pendaftaran tanah yang bersangkutan. Pendaftaran
tanah dilakukan oleh pemohon, oleh karena itu Kantor Pertanahan tidak aktif
melakukan pendaftaran tanah.
Sistem kadaster di Jerman dilakukan berdasarkan persil, yaitu bahwa
informasi dan data-data diatur secara geografis menjadi bagian-bagian tanah.
Bagian-bagian tanah tersebut dijabarkan dengan batas-batas yang menandakan
keberadaan suatu tanah. Setiap persil diberikan suatu nomor persil. Kadaster ini,
yang dibuat berdasarkan survei kadaster, menunjukkan pembagian tanah dalam
bentuk persil dan berisi keterangan mengenai status tanah dan bangunan secara
“de facto”, misalnya lokasi atau letak tanah, luas tanah serta peruntukkan tanah.
Daftar tanah berisi penjabaran atas bagian-bagian kadaster. Oleh karenanya,
gabungan antara Daftar Tanah dan Kadaster akan memberikan keterangan
lengkap mengenai status hukum dan fakta (de facto) atas suatu tanah. Kedua
daftar tersebut harus senantiasa diperbaharui dan dikorespondensikan satu
dengan lainnya.
16
VI.5. Hak-Hak Atas Tanah yang Dapat Didaftarkan Dalam Daftar Tanah
Hak-Hak Atas Tanah yang Dapat Di daftarkan Dalam Daftar Tanah adalah :
1. Hak milik;
1. Hak milik bersama;
2. Hak milik atas bangunan tanpa hak milik atas tanah (sewa jangka panjang);
3. Hak milik penuh atas rumah susun (apartemen) digabungkan dengan hak
milik sebagian atas tanah;
4. Hak terbatas atas kemudahan yang diberikan bagi pemilik persil untuk
menggunakan atau mencegah penggunaan persil yang bersebelahan, misalnya
hak pekarangan (hak servituut atau right-of-ways);
5. Hak terbatas atas kemudahan yang diberikan kepada orang atau
masyarakat, seperti hak bagi Pemerintah Daerah untuk memasang pipa gas pada
tanah milik pribadi;
6. Hipotek dalam berbagai bentuk untuk jaminan atas suatu pinjaman;
7. Hak istimewa untuk membeli tanah dan bangunan;
8. Hak istimewa untuk membeli kembali tanah dan bangunan.
VI.6. Cara Pemindahan Hak Atas Tanah dan Bangunan
17
Tata cara pemindahan hak atas tanah dan bangunan di Jerman diatur
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jerman (Bürgerliches Gesetzbuch).
Seluruh perjanjian sehubungan dengan tanah dan bangunan harus
disertifikasi/dinotarisasi oleh Notaris. Umumnya, isi perjanjian dirancang oleh
para pihak (penjual dan pembeli) atau konsultan hukumnya. Rancangan perjanjian
tersebut akan diperiksa oleh Notaris. Notaris berkewajiban untuk memeriksa
seluruh data tentang tanah terkait pada Kantor Pendaftaran Tanah dan juga
mendaftarkan perjanjian itu pada Kantor Pendaftaran Tanah. Kewajiban Notaris
ini terbatas pada pemeriksaan hak dan jaminan-jaminan yang membebani tanah
dan bangunan tersebut. Calon pembeli harus melakukan sendiri pemeriksaan
sehubungan dengan sewa, rencana tata kota, lingkungan dan pajak dan hal-hal
lain yang terkait dengan tanah yang akan dibeli.
Cara perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan di Jerman dapat
dilakukan secara langsung atau dengan membeli saham. Perolehan hak secara
langsung adalah dengan membeli tanah dan/atau bangunan tersebut secara
langsung, sedangkan membeli saham maksudnya adalah perolehan hak atas tanah
dan/bangunan dengan cara membeli saham perusahaan pemilik tanah dan/atau
bangunan. Cara pembelian ini dapat dilakukan tergantung pada situasi hukum saat
itu dan bentuk transaksinya.
Pada perolehan hak secara langsung, dibuat perjanjian jual beli tanah
dan/atau bangunan. Dalam perjanjian tersebut disebutkan bahwa penjual setuju
untuk mengalihkan hak atas tanah dan pembeli setuju untuk membayar harga
18
pembelian. Namun demikian, hak baru akan beralih apabila pendaftaran atas hak
atas tanah dan/atau bangunan atas nama pemilik baru sudah dilakukan di Kantor
Pendaftaran Tanah. Dalam perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui
pembelian saham perusahaan yang memiliki suatu tanah dan/atau bangunan.
Dengan memiliki saham perusahaan tersebut, pembeli akan memiliki kontrol
terhadap tanah dan/atau bangunan tersebut. Pendaftaran atas pembelian saham
oleh pembeli tidak perlu dilakukan karena tidak terjadi pengalihan atas hak atas
tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini, hak atas tanah dan/atau bangunan tetap
dimiliki oleh perusahaan.
Dari deskripsi diatas dapat kita simpulkan bahwa system pendaftaran
tanah di Jerman merupakan system pendaftaran tanah yang yang bersifat positif
atau sering disebut pendaftaran tanah dengan Positive System. Bagi pemegang
sertifikat pada Positive System kekuataannya mutlak. tidak dapat diganggu gugat
walau terbukti ada penipuan.
2Sistem pendaftaran ini merupakan perbaikan atau penyempurnaan atas
system pendaftaran negative. Sistem ini merupakan suatu pencatatan hak baik
pencatatannya maupun penyimpanannya menjadi kewenangan dari lembaga
publik. Karakter yuridis yang spesifik dari system pendaftaran positif, ini adalah
bahwa:
1. Bidang tanah yang didaftarkan menurut sistem ini dianggap belum ada
haknya. Hak baru akan lahir setelah dilakukan pengujian atau penelitian dan
diumumkan. Seperti yang dikemukakan oleh Stein bahwa dalam pendaftaran
2 Sertifikattanah.blogspot.com
19
hak ini hak hanya dapat diperoleh melalui atau pada saat dilakukan
pendaftaran atau tercatat dalam register.
2. Negara memberikan jaminan penuh bagi pemegang haknya yang tercatat
( terdaftar ) dalam daftar umum terhadap tuntutan – tuntutan atau claim pihak
ketiga atau siapapun. Jaminan kerugian dari Negara bagi pemilik yang
mungkin dirugikan atau adanya kekeliruan atau kesalahan dalam pendaftaran
haknya bersifat " Indefeasible". Atau menurut Eugene C. Massie bersifat
absolute dan tidak dapat diganggu gugat. Setidaknya ada 3 ( tiga ) jaminan
keamanan bagi tanah yang terdaftar yakni: pertama, berkaitan dengan
bendanya (property ) atau tanahnya yang terdaftar ( the property register);
kedua, berkaitan dengan kepemilikan atau penguasaannya ( the proprietorship
register); ketiga, berkaitan dengan jaminan hak-hak yang ada ( the charges
register).
3. Dalam sistem pendaftaran tanah positif ini pejabat yang diberikan
kewenangan melakukan pendaftaran yang disebut " Barister and
Conveyancer" yang dikenal sebagai pejabat penguji atau peneliti yang disebut
" examiner of title”( pemeriksa alas hak). dalam PP No. 10 tahun 1961 disebut
sebagai Panitya A atau B, atau semacam panitia Ajudikasi dalam PP No. 24
tahun 1997.
4. Dalam sistem pendaftaran positif ini adalah diterbitkannya tanda bukti
sekaligus alat bukti yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah yang
didaftarkan yaitu berupa " sertifikat hak atas tanah" atau " sertificate of title".
20
DAFTAR PUSTAKA
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan, Undang-
Undang Pokok Agraria, isi dan pelaksanannya, Jakarta : Djambatan, cetakan
ke-10, 2005.
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia : Himpunan Peraturan-Peraturan
Hukum Tanah, Jakarta : Djambatan, cetakan ke-17, 2006.
www.google.com
www.wikipedia.com
Sertifikattanah.blogspot.com
Cadastraltemplate.org
21
22
23