SELASA, 12 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA Siam Banjar ... · Siam Banjar Bertahan di Tengah Anomali...

1
Nusantara | 7 SELASA, 12 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA Hal serupa dikemukakan Haji Fadli, 60, seorang petani jeruk di Desa Pasar Jati, Keca- matan Astambul, Kabupaten Banjar. Dalam beberapa tahun ter- akhir, areal pertanian termasuk tanaman jeruk petani kerap dilanda banjir. “Cuaca buruk membuat hasil panen menurun dan kualitas buah jeruk pun tidak sebagus dulu,” tuturnya. Haji Fadli, yang menjadikan komoditas jeruk sebagai mata pencaharian utama keluarga- nya di lahan seluas 4 hektare, mengaku hasil panen jeruknya merosot sampai 50%. Dulu saat iklim masih nor- Siam Banjar Bertahan di Tengah Anomali Cuaca buruk berupa banjir dan anomali cuaca yang memengaruhi panen buah lokal sangat berdampak pada kegiatan pasar terapung Lokbaintan. Denny Susanto mal, tiap pohon jeruk siam banjar berbuah hampir sepan- jang tahun dan mampu meng- hasilkan hingga 1,5 kuintal buah jeruk. Di samping itu, cuaca buruk menyebabkan tanaman jeruk terutama usia muda rentan se- rangan penyakit seperti jamur dan mati kering karena akar terendam banjir. Sukandi, 45, warga trans- migran asal Pulau Jawa yang sukses dengan menanam jeruk siam banjar di Kecamatan Man- dastana, Barito Kuala, mengata- kan menjadi petani jeruk cukup menjanjikan walau dihadapkan pada masalah penyakit dan cuaca buruk. S UASANA pasar tera- pung Lokbaintan, Ka- bupaten Banjar, Kali- mantan Selatan, tetap ramai meski hujan yang turun sejak malam tak kunjung ber- henti. Puluhan pedagang dengan menumpang jongkong seolah tidak menghiraukan guyuran hujan membasahi tubuh dan barang bawaan mereka. Guyuran hujan membuat permukaan Sungai Tabuk, anak Sungai Martapura yang menja- di lokasi pasar terapung, sedikit bergelombang. Kondisi ini mengharuskan para pedagang yang mayoritas adalah kaum perempuan ekstra hati-hati agar tidak terbalik. Berbeda dengan pasar tera- pung Kuin di Banjarmasin, pasar terapung Lokbaintan merupakan tempat transaksi dan barter hasil bumi serta buah-buahan lokal. Bulan-bulan seperti sekarang, berbagai buah lokal seperti je ruk, nanas, kwini (sejenis mangga), buah kapul, hingga kecapi adalah komoditas utama yang diperdagangkan. Siam banjar, nama jeruk lokal yang berasal dari kebun rakyat di wilayah Kabupaten Ban- jar dan Barito Kuala, begitu mendominasi. Dijual dengan harga Rp45 ribu-Rp50 ribu per keranjang, jeruk siam banjar banyak dibeli para pengumpul maupun pengunjung pasar terapung. “Tahun ini musim panen jeruk tidak sebanyak tahun lalu, begitu juga dengan buah- buahan hutan lainnya,” ucap Hamsiah, 50, pedagang pasar terapung. Padahal keberadaan pasar terapung sendiri sangat bergan- tung pada musim panen buah- buahan lokal. Cuaca buruk berupa banjir dan anomali cuaca yang mem- pengaruhi panen sangat ber- pengaruh pada kegiatan pasar terapung. Siam banjar punya ciri khas tersendiri dan dapat bersaing dengan buah jeruk daerah lain, bahkan produk impor. Di berbagai ajang kontes buah, siam banjar kerap memenangi kejuaraan.” Yonanes Sriyono Kepala Dinas Pertanian Kalsel Buah andalan Jeruk siam banjar merupakan komoditas buah lokal andalan Kalimantan Selatan. Walau belum setenar nama jeruk pon- tianak, produksi jeruk siam ban- jar sudah mempunyai pangsa pasar di kota besar di Jawa se- perti Surabaya dan Bandung. “Siam banjar punya ciri khas tersendiri dan dapat bersaing dengan buah jeruk daerah lain, bahkan produk impor. Di berbagai ajang kontes buah, siam banjar kerap memenangi kejuaraan,” tutur Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan, Yonanes Sriyono. Jeruk siam banjar banyak digemari karena jeruk ini me- miliki kandungan air buah yang tinggi, sehingga mempunyai cita rasa buah manis dan segar. Performa fisik buah yang besar, kulit buah luar mengi- lap dan mudah dilepas dari dagingnya, serta warna buah matang kekuningan mengilap menjadikan buah ini menjadi pilihan konsumen. Di Kalimantan Selatan, pe- ngembangan komoditas jeruk siam banjar sudah ada sejak 2003. Empat kabupaten yaitu Barito Kuala, Banjar, Tapin, dan Hulu Sungai Selatan merupakan sen- tra pengembangan komoditas jeruk dan dicanangkan sebagai wilayah agropolitan. Hingga kini luas tanaman jeruk di Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 10.000 hektare. Pengembangan ko- moditas jeruk siam banjar terbesar berada di Barito Kuala dengan luasan tanam diper- kirakan 7.094 hektare. “Tanaman jeruk yang sudah panen seluas 4.023 hektar de- ngan produksi 740.514 kuintal per tahun,” ucap Zulkifli, Ke- pala Dinas Pertanian dan Tana- man Pangan, Barito Kuala. Diakuinya, selain serangan hama, ancaman gangguan iklim menjadi momok bagi sekitar 5.000 petani jeruk di wilayah tersebut. (N-4) denny_susanto @mediaindonesia.com JERUK BANJAR: Buah lokal asal Kalimantan Selatan, jeruk siam banjar, menjadi komoditas perdagangan utama di pasar terapung Lokbaintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Produksinya kini turun karena terpengaruh oleh kondisi anomali iklim. Enam hektare tanaman jeruk miliknya sepanjang 2010 ini su- dah menghasilkan tidak kurang dari 100 ton jeruk yang dipasar- kan hingga ke luar Kalimantan Selatan dengan harga Rp4.000 per kilogram. MI/DENNY SUSANTO

Transcript of SELASA, 12 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA Siam Banjar ... · Siam Banjar Bertahan di Tengah Anomali...

Nusantara | 7SELASA, 12 OKTOBER 2010 I MEDIA INDONESIA

Hal serupa dikemukakan Haji Fadli, 60, seorang petani jeruk di Desa Pasar Jati, Keca-matan Astambul, Kabupaten Banjar.

Dalam beberapa tahun ter-akhir, areal pertanian termasuk tanaman jeruk petani kerap dilanda banjir.

“Cuaca buruk membuat hasil panen menurun dan kualitas buah jeruk pun tidak sebagus dulu,” tuturnya.

Haji Fadli, yang menjadikan komoditas jeruk sebagai mata pencaharian utama keluarga-nya di lahan seluas 4 hektare, mengaku hasil panen jeruknya merosot sampai 50%.

Dulu saat iklim masih nor-

Siam Banjar Bertahan di Tengah AnomaliCuaca buruk berupa banjir dan anomali cuaca yang memengaruhi panen buah lokal

sangat berdampak pada kegiatan pasar terapung Lokbaintan.

Denny Susanto

mal, tiap pohon jeruk siam banjar berbuah hampir sepan-jang tahun dan mampu meng-hasilkan hingga 1,5 kuintal buah jeruk.

Di samping itu, cuaca buruk menyebabkan tanaman jeruk terutama usia muda rentan se-rangan penyakit seperti jamur dan mati kering karena akar terendam banjir.

Sukandi, 45, warga trans-migran asal Pulau Jawa yang sukses dengan menanam jeruk siam banjar di Kecamatan Man-dastana, Barito Kuala, mengata-kan menjadi petani jeruk cukup menjanjikan walau dihadapkan pada masalah penyakit dan cuaca buruk.

SUASANA pasar tera-pung Lokbaintan, Ka-bu paten Banjar, Kali-mantan Selatan, tetap

ramai meski hujan yang turun sejak malam tak kunjung ber-henti.

Puluhan pedagang dengan menumpang jongkong seolah tidak menghiraukan guyuran hujan membasahi tubuh dan barang bawaan mereka.

Guyuran hujan membuat per mukaan Sungai Tabuk, anak Sungai Martapura yang menja-di lokasi pasar terapung, sedikit bergelombang. Kondisi ini meng haruskan para pedagang yang mayoritas adalah kaum perempuan ekstra hati-hati agar tidak terbalik.

Berbeda dengan pasar tera-pung Kuin di Banjarmasin, pasar terapung Lokbaintan me rupakan tempat transaksi dan barter hasil bumi serta buah-buahan lokal.

Bulan-bulan seperti sekarang, berbagai buah lokal seperti je ruk, nanas, kwini (sejenis mang ga), buah kapul, hingga kecapi adalah komoditas utama yang diperdagangkan.

Siam banjar, nama jeruk lokal yang berasal dari kebun rakyat di wilayah Kabupaten Ban-jar dan Barito Kuala, begitu mendominasi. Dijual dengan harga Rp45 ribu-Rp50 ribu per keranjang, jeruk siam banjar banyak dibeli para pengumpul maupun pengunjung pasar terapung.

“Tahun ini musim panen jeruk tidak sebanyak tahun lalu, begitu juga dengan buah-buahan hutan lainnya,” ucap Hamsiah, 50, pedagang pasar terapung.

Padahal keberadaan pasar terapung sendiri sangat bergan-tung pada musim panen buah-buahan lokal.

Cuaca buruk berupa banjir dan anomali cuaca yang mem-pengaruhi panen sangat ber-pengaruh pada kegiatan pasar terapung.

“Siam banjar punya ciri khas tersendiri dan dapat bersaing dengan buah jeruk daerah lain, bahkan produk impor. Di berbagai ajang kontes buah, siam banjar kerap memenangi kejuaraan.” Yonanes SriyonoKepala Dinas Pertanian Kalsel

Buah andalanJeruk siam banjar merupakan

komoditas buah lokal an dalan Kalimantan Selatan. Walau belum setenar nama jeruk pon-tianak, produksi jeruk siam ban-jar sudah mempunyai pangsa pasar di kota besar di Jawa se-perti Surabaya dan Bandung.

“Siam banjar punya ciri khas tersendiri dan dapat bersaing dengan buah jeruk daerah lain, bahkan produk impor. Di berbagai ajang kontes buah, siam banjar kerap memenangi kejuaraan,” tutur Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan, Yonanes Sriyono.

Jeruk siam banjar banyak digemari karena jeruk ini me-miliki kandungan air buah yang tinggi, sehingga mempunyai cita rasa buah manis dan segar.

Performa fisik buah yang besar, kulit buah luar mengi-lap dan mudah dilepas dari da gingnya, serta warna buah matang kekuningan mengilap menjadikan buah ini menjadi pilihan konsumen.

Di Kalimantan Selatan, pe-

ngembangan komoditas jeruk siam banjar sudah ada sejak 2003.

Empat kabupaten yaitu Barito Kuala, Banjar, Tapin, dan Hulu Sungai Selatan merupakan sen-tra pengembangan komoditas jeruk dan dicanangkan sebagai wilayah agropolitan.

Hingga kini luas tanaman je ruk di Kalimantan Selatan di perkirakan mencapai 10.000 hektare. Pengembangan ko-moditas jeruk siam banjar terbesar berada di Barito Kuala dengan luas an tanam diper-kirakan 7.094 hektare.

“Tanaman jeruk yang sudah panen seluas 4.023 hektar de-ngan produksi 740.514 kuintal per tahun,” ucap Zulkifl i, Ke-pala Dinas Pertanian dan Tana-man Pangan, Barito Kuala.

Diakuinya, selain serangan hama, ancaman gangguan iklim menjadi momok bagi se kitar 5.000 petani jeruk di wilayah tersebut. (N-4)

[email protected]

JERUK BANJAR: Buah lokal asal Kalimantan Selatan, jeruk siam banjar, menjadi komoditas perdagangan utama di pasar terapung Lokbaintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Produksinya kini turun karena terpengaruh oleh kondisi anomali iklim.

Enam hektare tanaman jeruk miliknya sepanjang 2010 ini su-dah menghasilkan tidak kurang dari 100 ton jeruk yang dipasar-kan hingga ke luar Kalimantan Selatan dengan harga Rp4.000 per kilogram.

MI/DENNY SUSANTO