Selaput Dan Cairan Amnion

download Selaput Dan Cairan Amnion

of 3

Transcript of Selaput Dan Cairan Amnion

Selaput dan cairan amnionSelaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asal nya ectoderm. Jaringa ini berhubungan dengan lapisan interstitial mengandung kolagen I III dan IV. Bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan amnion ini berhubungan dengan corion leave.Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfr cairan metabolic. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat metalloproteinase-1. Sel mesenkim berfungsi menghasilkan kolagen sehingga selaput menjadi lentur dan kuat. Disamping itu, jaringan itu menghasilkan sitokin IL-6,IL-8, MCP-1 : zat ini bermanfaat melawan bakteri. Disamping itu, selaput amnion menghasil zat vasoaktif : endotelin-1 (vasokonstriktor), dan PHRP (parathyroid hormone related protein), suatu vasorelaksan. Dengan demikian, selaput amnion mengatur peredaran darah dan tonus pembuluh local.Selaput amnion jugan meliputi tali psat. Sebagian cairan akan berasal pula dari difusi pada tali pusat. Pada kehamilan kembar dikorionik-diamniotik terdapat selaput amnion dari masing-masing yang bersatu. Namun, ada jaringan korion leave ditengahnya (pada dikorion monoamniotik(kembar satu telur)tidak aka nada jaringan korion diantara kedua amnion (pada USG tampak gambaran huruf T).Masalah pada klinik adalah pecahnya ketuban berkatan dengan kekuatan selaput. Pada perokok dan infeksi terjadi pelemahan pada ketahanan selaput sehingga pecah. Pda kehamilan normal hanya ada sedikit magrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk kedalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan terjadnya infeksi.Sejak awal kehamilan cairan amnion telah terbentuk. Cairan amnion merupakan pelidung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar di cairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks kaseosa). Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.

Pembentukan cairan Selaput amnion yng meliputi permukaan plasenta akan mendapatkan difusi dari pembuluh darah korion di permukaan. Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata ialah 800ml, cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,008. Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya cairan amnion juga berasal dari rembesan kulit, selaput amnion dan plasenta. Janin juga meminum cairan amnion (diperkirakan 500ml/hari). Selain itu, cairan ada yang masuk ke paru sehingga penting untuk perkembangannya.

Makna klinikSecara klinik cairan amnion akan dapat bermanfaat untuk deteksi dini kelainan kromosom dan kelainan DNA dari 12minggu sampai 20 minggu.Cairan amnion yang terlalu banyak disebut polihidramnion (>2liter) yang mungkin berkaitan dengan diabetes atau trisomi 18. Sebaliknya, cairan yang kurang disebut oligohidramniom yang berkaitan dengan kelainan ginjal janin, trisomi 21 atau 13, atau hipoksia janin. Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5cm. Setelah 38 minggu volume akan berkurang, tetapi post term oligohidramnion merupakan penanda serius apalai bila bercampur mekonium.Pada cairan amnion juga terdapat alfa feto protein (AFP) yang berasal dari janin, sehingga dapat dipakai untuk menentukan defek tabung saraf. Mengingat FP cukup spesifik, pemeriksaan serum ibu dapat dlakukan pada kehamilan trismester 2. Namun, sangat disayangkan kelaina tersebut terlambat diketahui.Sebaliknya, kadar AFP yang rendah, estriol, dan kadar tinggi Hcg merupakan penanda sindrom Down. Gabungan penanda tersebut dengan usia ibu > 35 tahun akan mampu meningkatkan likelihood ratio menjadi 60% untuk deteksi sindrom Down. Gabungan dengan penanda PAPP-A dan pemeriksaan nuchal translucency (NT) yaitu pembengkakan leher janin 3mm pada usia kehamilan 10-14 minggu memungkinkan deteksi sindrom Down lebih dini.Pada akhir kehamilan dan persalinan terjadi pneingkatan corticotrophin-releasing hormone (CHR), sehingga diduga hormone ini (dihasilkan di hipotalamus, adrenal, plasenta, korion, selapt amnion) berperan pada persalinan.