Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan...

16
Vol. V, Edisi 14, Agustus 2020 Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum Optimal p. 8 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Menakar Permasalahan Insentif Pajak Dunia Usaha p. 12 Dana BOK Tambahan dan Potensi Masalah yang Perlu Diwaspadai Pemerintah p. 3

Transcript of Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan...

Page 1: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

Vol. V, Edisi 14, Agustus 2020

Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum

Optimalp. 8

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Menakar Permasalahan Insentif Pajak Dunia Usaha

p. 12

Dana BOK Tambahan dan Potensi Masalah yang Perlu

Diwaspadai Pemerintahp. 3

Page 2: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

2 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

DI tengah pandemi, kinerja sektor pertanian tetap tumbuh positif dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Meskipun memiliki peranan besar bagi perekonomian nasional, investasi sektor pertanian masih memperlihatkan share yang rendah terhadap total investasi, bahkan saat ini mengalami tren penurunan pada investasi asing. Mengevaluasi serta melakukan penyesuaian kebijakan dan regulasi yang dapat menghambat investasi di sektor pertanian merupakan upaya yang sangat penting untuk dilakukan pemerintah bersama kementerian/lembaga terkait. Pemerintah juga perlu mengakselerasi investasi pada daerah yang memiliki keunggulan di sektor ini.

DALAM rangka menjaga perekonomian dan kemampuan badan usaha di tengah pandemi COVID-19, pemerintah memberikan insentif pajak dunia usaha sebesar Rp123,01 triliun. Namun hampir lima bulan berjalan, realisasi penyaluran insentif ini baru mencapai Rp15,67 triliun atau setara 12 persen dari jumlah yang dianggarkan. Pemerintah mengakui penyebab utama dari lambatnya penyaluran ini ialah minimnya sosialisasi dan proses pendampingan kepada pelaku usaha yang sangat terbatas. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya minat pelaku usaha atas skema yang kurang menarik dan prosedur yang rumit.

Kritik/Saran

http://puskajianggaran.dpr.go.id/kontak

Dewan RedaksiRedaktur

Dwi Resti PratiwiRatna Christianingrum

Martha CarolinaAdhi Prasetio SW.

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

PANDEMI Covid-19 yang melanda Indonesia membuat sumber daya manusia di bidang Kesehatan mendapatkan insentif khusus untuk mengompensasi beban kerja berlebih yang telah dijalani. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Ketentuan Menteri Kesehatan (KMK) 278 yang kemudian direvisi dengan KMK 392. Artikel ini membandingkan antara dua KMK tersebut dan menjelaskan potensi masalah yang mungkin terjadi dari berlakunya KMK 392. Potensi masalah yang ditimbulkan adalah kelebihan pembayaran, adanya tenaga non medis yang belum ter-cover dan konflik kepentingan fasilitas kesehatan (faskes) dalam proses verifikasi.

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Slamet Widodo

Dana BOK Tambahan dan Potensi Masalah yang Perlu Diwaspadai Pemerintah p.3

Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum Optimalp.8

Menakar Permasalahan Insentif Pajak Dunia Usaha p.12

Page 3: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

3Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Dana BOK Tambahan dan Potensi Masalah yang Perlu Diwaspadai Pemerintah

oleh Rendy Alvaro*)

Mochammad Rizal Firmansyah**)

Pandemi Covid-19 menyebabkan sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan kewalahan

baik secara fisik maupun mental. Untuk mengompensasi dampak tersebut, pemerintah memberikan insentif kepada tenaga kesehatan (nakes) sebesar Rp408 miliar. Kemenkes mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. HK.O1.07/MENKES/278/2020 tentang Pemberian Insentif dan Santuan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (KMK 278) yang menjadi dasar hukum pemberian insentif kepada nakes. Insentif tersebut disalurkan melalui Bantuan Operasional Kesehatan Tambahan (BOK Tambahan) yang saat ini masih cukup rendah penyerapannya yaitu sebesar 4 persen dari anggaran. Oleh karena itu, Kemenkes kembali menerbitkan KMK No. HK.01.07/MENKES/392/2020 revisi dari KMK No. HK.01.07/MENKES/278/2020 (KMK 392) Yang mengubah tata cara prosedur pemberian insentif dan santunan tenaga kesehatan Covid-19. Melalui KMK ini diharapkan dapat mempercepat penyerapan anggaran insentif tersebut. Muncul permasalahan baru bersamaan dengan keluarnya KMK 392. Tulisan ini mengidentifikasi potensi masalah yang timbul dengan berlakunya KMK 392.

Permasalahan Pengelolaan BOK Sepanjang pelaksanaan pengelolaan dana BOK, khususnya BOK Tambahan, ditemui beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan pengelolaan dana BOK Tambahan adalah persyaratan administrasi yang terlalu banyak dan proses administrasi yang panjang sehingga menyulitkan bagi daerah1. Selain itu, menurut Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Negara Kementerian Keuangan (DJPK Kemenkeu) menyatakan bahwa rendahnya realisasi anggaran BOK Tambahan disebabkan oleh adanya kebijakan refocusing anggaran. Hal ini menyebabkan daerah terlebih dahulu menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memberikan insentif kepada nakes sebelum dana BOK dicairkan. Adanya permasalahan tersebut menjadi latar belakang Menkes melakukan revisi KMK 278 tentang petunjuk teknis (juknis) penggunaan Dana BOK Tambahan menjadi KMK 392. Adapun perbedaan KMK 278 dan KMK 392 secara ringkas ditampilkan dalam Tabel 1. Potensi Permasalahan Akibat Penerapan KMK 392Dengan adanya perubahan petunjuk teknis Dana BOK Tambahan melalui

AbstrakPandemi Covid-19 yang melanda Indonesia membuat sumber daya manusia

di bidang Kesehatan mendapatkan insentif khusus untuk mengompensasi beban kerja berlebih yang telah dijalani. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) 278 yang kemudian direvisi dengan KMK 392. Artikel ini membandingkan antara dua KMK tersebut dan menjelaskan potensi masalah yang mungkin terjadi dari berlakunya KMK 392. Potensi masalah yang ditimbulkan adalah kelebihan pembayaran, adanya tenaga non medis yang belum ter-cover dan konflik kepentingan fasilitas kesehatan (faskes) dalam proses verifikasi.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected] **) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]) Disampaikan oleh Menteri Kesehatan dalam Rapat Bersama Banggar tanggal 15 Juli 2020.

belanja transfer ke daerah

Page 4: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

4 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Sumber: KMK 278 dan 392 Tahun 2020 (olahan penulis)

Tabel 1. Perbandingan KMK 278 dan 392Perubahan KMK 278 KMK 392

KMK 392 Tahun 2020 merupakan “penyempurnaan” dari KMK 278 Tahun 2020.

Fasilitas yang berhak mendapatkan insentif

RS Pusat yang khusus menangani Covid-19, RS Pusat termasuk RS milik TNI/Polri dan BUMN, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Kemenkes

Terdapat penambahan RS lapangan yang didirikan khusus untuk penanganan Covid-19 dan RS swasta serta laboratorium yang ditetapkan oleh Kemenkes.

Mekanisme Pengajuan

Mekanisme Penyaluran Penyaluran BOK didasarkan pada proses verifikasi final di Kemenkes sehingga dana yang diterima adalah fixed sesuai verifikasi terakhir.

Penyaluran BOK diberikan secara gelondongan dan bertahap pada dua tahap yakni sebesar 60 persen (tahap 1) dan 40 persen (tahap 2)

Mekanisme Pengawasan Pengawasan dilakukan melalui verifikasi berjenjang di Dinkes Kab/Kota lalu Dinkes Provinsi kemudian ke PPSDM Kemenkes

Pengawasan dilakukan melalui verifikasi di masing-masing Dinkes Prov/Kab/Kota.

KMK 392, pemerintah menargetkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pencairan dana BOK dapat terselesaikan. Namun, KMK 392 menimbulkan permasalahan baru seperti: pertama, peluang verifikasi yang tidak akurat dan potensi konflik kepentingan. Dalam KMK 278 dan 392, adanya proses verifikasi yang tidak akurat dan transparan membuat dana BOK menjadi rawan untuk

disalahgunakan dan menimbulkan potensi kurang/lebih bayar. Menurut hasil audit pendahuluan yang dikeluarkan oleh Indonesia Professional Audit and Control Association (IPACA), salah satu potensi fraud dalam pengelolaan dana BOK yaitu pemberian insentif yang tidak tepat sasaran bersumber dari proses verifikasi yang kurang akurat. Selain itu, menurut IPACA potensi kurang/lebih bayar dana

Page 5: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

5Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

APBN digunakan untuk membiayai tenaga back office yang memiliki risiko lebih rendah terpapar penyakit.Ketiga, belum meng-cover tenaga non medis. KMK 278 dan 392 sudah mengatur mengenai siapa yang berhak menerima insentif dan santunan seperti dokter, perawat dan tenaga medis lainnya. Namun, KMK 278 dan 392 belum mengatur insentif bagi nakes non medis yang bekerja di RS seperti sopir ambulans, petugas penguburan jenazah dan koki rumah sakit dan lain-lain. Padahal, risiko nakes non medis tersebut terkena penyakit juga tinggi. Menurut Yuantari (2018), risiko terkena penyakit yang diakibatkan bakteri dan virus dihadapi nakes non medis masuk ke dalam kategori risiko tinggi. Selain itu, terdapat risiko psikologis yang dialami oleh semua nakes seperti perundungan dan pengucilan (WHO, 2020). Meskipun demikian, nakes non medis yang memiliki risiko kerja yang sama dengan nakes medis tidak mendapatkan insentif. Seharusnya Kemenkes dan RS mengikuti ketentuan Pasal 11 PMK No. 30/2019 tentang Klasifikasi dan Jenis Rumah Sakit yang berisi “Pelayanan penunjang nonmedik terdiri atas laundry/binatu, pengolah makanan, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, sistem informasi dan komunikasi, dan pemulasaran jenazah” sehingga yang termasuk kategori tersebut turut mendapatkan BOK Tambahan.Keempat, belum adanya mekanisme pengembalian kelebihan dalam pemberian insentif nakes. Mekanisme pemberian insentif yang baru dilakukan dengan cara gelondongan melalui dua tahap dapat memberikan peluang timbulnya kelebihan pemberian insentif. Oleh karena itu, perlu dibuat satu mekanisme khusus pengembalian kelebihan insentif ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dengan ketentuan jangka waktu sekian hari harus sudah disetor. Seharusnya Kemenkes dan Kemenkeu prosedur pengembalian insentif bersama dengan daerah. Prosedur tersebut menjadi dasar untuk mengembalikan kelebihan dan menyalurkan kembali ke nakes yang belum mendapatkan insentif

BOK tersebut dapat terjadi karena ketidaksesuaian jumlah jam kerja yang diambil dengan dokumen hasil verifikasi. KPK (2020) sudah mengeluarkan surat edaran yang mengingatkan akan korupsi di bidang pengadaan alat kesehatan dan bantuan sosial yang diakibatkan oleh proses verifikasi yang tidak transparan. Selain itu, keikutsertaan unsur internal fasilitas kesehatan (faskes) dalam tim verifikator menimbulkan impresi adanya kasus baru yang “bodong” dan ditambah-tambah untuk mendapatkan dana BOK. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kasus klaim palsu pada BPJS Kesehatan yang terbanyak dilakukan oleh internal faskes. Padahal, baik verifikator ataupun auditor seharusnya berasal dari eksternal RS yang independen, dalam hal ini APIP. Seharusnya Kemenkes melibatkan APIP secara penuh dalam melakukan verifikasi untuk menghindari adanya konflik kepentingan. Selain itu, APIP sudah memiliki instrumen yang diperlukan dalam menjalankan verifikasi melalui SE Kepala BPKP No. SE-6/K/D2/2020.Kedua, potensi pembayaran ganda dengan daerah yang telah menyalurkan dana bantuan hasil refocusing. Sebelum terbitnya KMK 392 mengenai insentif tenaga medis, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menginstruksikan kepada daerah untuk melakukan refocusing APBD di bidang kesehatan. Salah satu bentuknya adalah pemberian insentif kepada RS yang menangani Covid-19 beserta seluruh tenaga medis didalamnya. Insentif tersebut menutupi permintaan nakes selama KMK belum terbit. Namun setelah KMK terbit tidak ada peraturan yang mencabut instruksi Kemendagri tersebut. Akibatnya, menurut Kepala PPSDM Kemenkes, terdapat potensi tenaga medis menerima insentif ganda dari APBD maupun APBN. Seharusnya Kemenkes dan Kemendagri berkoordinasi lebih awal pada waktu mengeluarkan instruksi refocusing kepada daerah dengan memasukkan klausal APBD dimanfaatkan untuk membiayai tenaga medis yang berisiko bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19 agar lebih cepat untuk dicairkan. Sementara,

Page 6: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

6 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

RekomendasiDana BOK Tambahan digunakan untuk insentif bagi nakes namun penyalurannya berpotensi menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: pertama, Kemenkes perlu berkoordinasi dengan stakeholder khususnya KPK, BPKP, Kemendagri dan RS dalam mengeluarkan ketentuan mengenai BOK Tambahan dengan mengutamakan akuntabilitas dan menyentuh seluruh tenaga kesehatan medis dan non-medis. Kedua, Kemenkes harus membuat proses verifikasi lebih transparan dengan menggandeng BPKP bersama APIP daerah sebagai auditor internal pemerintah. Ketiga, Kemenkes perlu melakukan verifikasi terhadap faskes daerah lebih ketat dengan melihat apakah daerah sudah mengeluarkan alokasi APBD untuk tenaga medis. Keempat, Kemenkes perlu merevisi KMK dengan menambahkan kriteria tenaga non medis sebagai penerima BOK Tambahan dan Kemenkes perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD.

Daftar PustakaBadan Pengelola Keuangan dan Pembangunan, 2020. Surat Edaran Nomor SE-6/K/D2/2020 Tentang Tata Cara Reviu Oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah Atas Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19). Jakarta. BPKPKadir, Abdul. 2020. Penyaluran Insentif Bagi Tenaga Kesehatan Daerah Terkait Penanganan Covid-19. Makalah disampaikan pada acara Kemenkeu Corporate Talk Tanggal 17 Juli. Jakarta. Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kementerian Dalam Negeri, 2020. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Penyebaran Dan Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah. Jakarta. KemendagriKementerian Kesehatan, 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 278 Tahun 2020 Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Covid-19. Jakarta. KemenkesKementerian Kesehatan, 2020, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 392 Tahun 2020 Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Covid-19. Jakarta. KemenkesKementerian Kesehatan, 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta. KemenkesKomisi Pemberantasan Korupsi, 2020. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Penggunaan Anggaran Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) Terkait Dengan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta. KPKKontan, 2019. Catat, Ini Daftar Tindakan Kecurangan Alias Fraud Dalam Pelaksanaan Program JKN. Jakarta Lampung Post, 2020. KPK Endus Celah Korupsi Penanganan Covid-19. JakartaLiputan 6.com, 2020. Anggaran Rendah, DPR sentil Menteri Terawan. JakartaPoerwadi, Albertus Yudha, 2020. Pengawasan Intern Atas Pemberian Insentif Dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID-19. Makalah disampaikan pada acara Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tanggal 3 Agustus. Jakarta. IPACAYuantari, MG Catur. Hafizhatun Nadia, 2018. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan di Rumah Sakit. Semarang. Universitas Dian Nuswantoro

Page 7: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

7Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Gambar 1. Ekspor Indonesia Menurut Sektor Jan-Jun 2019 dan 2020 (miliar USD) & Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDB 2014-2019 (persen)

Melemahnya perekonomian nasional akibat wabah pandemi Covid-19 menyebabkan

penurunan kinerja sektor ekonomi secara umum. Namun kinerja sektor pertanian menunjukkan keadaan yang berkebalikan dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang berhasil tumbuh positif di atas 6 persen pada kuartal I-2020, sehingga menjadi penyangga pertumbuhan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor pertanian tumbuh positif secara kuartalan yaitu

mencapai 9,46 persen. Selanjutnya, data ekspor menurut sektor yang dirilis BPS juga memperlihatkan bahwa ekspor pertanian Juni 2020 masih memiliki performa positif yaitu tumbuh 34,36 persen dibandingkan periode sama tahun 2019, dengan nilai ekspor sebesar USD280 juta. Apabila dilihat lebih jauh, ekspor Indonesia menurut sektor di periode Januari-Juni 2020 menunjukkan bahwa hanya sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan positif, yaitu tumbuh 9,60 persen (Gambar 1). Hal ini memberikan implikasi bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan

Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum Optimal

oleh Dahiri*)

Hikmatul Fitri**)

AbstrakDi tengah pandemi, kinerja sektor pertanian tetap tumbuh positif dibandingkan

sektor ekonomi lainnya. Meskipun memiliki peranan besar bagi perekonomian nasional, investasi sektor pertanian masih memperlihatkan share yang rendah terhadap total investasi, bahkan saat ini mengalami tren penurunan pada investasi asing. Mengevaluasi serta melakukan penyesuaian kebijakan dan regulasi yang dapat menghambat investasi di sektor pertanian merupakan upaya yang sangat penting untuk dilakukan pemerintah bersama kementerian/lembaga terkait. Pemerintah juga perlu mengakselerasi investasi pada daerah yang memiliki keunggulan di sektor ini.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected] **) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

makroekonomi

Page 8: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

8 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

relatif lebih besar di masa ekonomi sulit dibandingkan sektor ekonomi lainnya serta dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.Investasi Salah Satu Faktor Kunci Meningkatkan Peranan Sektor PertanianPeningkatan peran sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi nasional dapat ditempuh melalui peningkatan kapasitas produksi dan nilai tambah yang diwujudkan dengan investasi. Investasi juga dipandang sebagai salah satu faktor penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor perekonomian khususnya sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional yang menempati urutan ketiga setelah manufaktur dan perdagangan (Gambar 1). Meskipun menempati posisi ketiga dalam kontribusinya terhadap PDB, namun pertumbuhannya masih bersifat fluktuatif. Data statistik juga menunjukkan kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional cenderung menurun dengan laju pertumbuhan di bawah PDB nasional. Pada tahun 2014 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 13,2 persen, kemudian turun menjadi 12,4 persen pada tahun 2019. Pada tahun 2019 tingkat produksi dan nilai tambah yang terjadi di sektor ini mencapai Rp1.355 triliun atau 12,4 persen dari PDB nasional. Selain itu di sejumlah daerah di Indonesia, pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi, terutama di daerah pedesaan. Pertanian juga dipandang sebagai sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity). Sektor pertanian yang maju dapat meningkatkan permintaan produk industri serta sebagai penyedia bahan baku dan menyediakan tambahan devisa melalui ekspor hasil pertanian. Melihat potensi strategis serta performa

yang tetap baik pada masa krisis, hal ini memberi makna bahwa sektor pertanian Indonesia memiliki peran penting serta pengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, meningkatkan peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi adalah upaya penting yang harus terus dilakukan. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko menjelaskan bahwa terdapat banyak faktor yang masih menghambat perkembangan sektor pertanian di Indonesia termasuk investasi. Selain ketersediaan lahan, permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian saat ini di antaranya ialah tingkat produksi yang belum optimal (Kontan.co.id, 2020). Hal tersebut tidak lepas dari kemampuan permodalan yang dimiliki oleh pelaku sektoral, sehingga berdampak pada tingkat inovasi dan penguasaan teknologi relatif rendah. Hal tersebut berefek pada belum optimalnya sektor pertanian dalam melipatgandakan produksi. Melalui investasi, kegiatan peningkatan kapasitas produksi dapat diupayakan dalam perspektif jangka panjang, sebagai akibat meningkatnya stok kapital sehingga akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan meningkatnya produksi pertanian maka dapat menghasilkan lebih banyak komoditas ekspor, berkontribusi bagi peningkatan devisa serta PDB sektor pertanian juga meningkat.Pemerintah telah berkomitmen meningkatkan pertumbuhan investasi tersebut melalui berbagai program kebijakan berupa kemudahan dalam pengurusan investasi baik dari dalam maupun luar negeri, serta kebijakan yang ditujukan untuk menarik minat investor. Hal ini terlihat dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pertanian No. 41/PERMENTAN/TI. 120/11/2017 sesuai dengan ketentuan PP No. 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Hal tersebut juga dilakukan paralel

Page 9: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

9Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

dengan deregulasi terhadap aturan yang dapat mempersulit investor dalam berinvestasi. Berdasarkan evaluasi kebijakan peraturan perundangan yang dilakukan pemerintah melalui Kementan, hingga 2018 terdapat 241 peraturan/kepmen yang telah disesuaikan dengan perkembangan dan memberikan kemudahan pelayanan serta terdapat 50 peraturan/kepmen yang dicabut, 191 aturan yang menghambat investasi juga dideregulasi. Upaya tersebut mulai menunjukkan hasil, dimana investasi sektor pertanian mengalami peningkatan. Sebagai contoh, berdasarkan data BPKM (Tabel 1), kontribusi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan menunjukkan peningkatan nilai investasi sebelum dan sesudah deregulasi meningkat yaitu Rp17,78 triliun rata-rata per tahun (2014-2017) menjadi rata-rata Rp43,77 triliun selama 2018-2019.Meskipun investasi domestik sektor pertanian secara umum mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun pangsanya masih relatif rendah, hanya berkisar

8-14 persen dari total PMDN. Sektor kehutanan dan perikanan merupakan dua subsektor pertanian yang memiliki pertumbuhan investasi yang rendah, pada tahun 2019 total investasi domestik kedua subsektor tersebut secara berturut hanya sebesar 2,42 persen dan 0,06 persen dari total PMDN dengan nilai investasi masing-masing sebesar Rp9,4 triliun dan Rp0,25 triliun. Sejalan dengan itu, investasi asing pada sektor pertanian juga memperlihatkan tingkat realisasi yang rendah bahkan memiliki tren penurunan. Rata-rata investasi PMA sektor pertanian selama periode 2014-2018 bernilai USD2,0 miliar terus mengalami penurunan rata-rata menjadi USD1,41 miliar selama 2018-2019. Dari kedua kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sektor pertanian belum menjadi pertimbangan utama bagi para investor untuk berinvestasi. Bila dilihat lebih jauh berdasarkan potensi, daerah yang kegiatan ekonominya mengandalkan sektor pertanian serta berkontribusi terhadap pendapatan daerah lebih tinggi akan menarik minat investor untuk berinvestasi. Namun pada praktiknya

Sumber: BKPM, 2014-2019, diolah

Tabel 1. Realisasi Investasi PMA dan PMDN Sektor Pertanian 2014-2019

Page 10: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

10 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

tidak menunjukkan hal yang demikian. Sebagai contoh, berdasarkan data BPS, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Jambi termasuk 10 besar provinsi dengan PDRB sektor pertanian tertinggi. Pada periode tahun 2015-2018, rata-rata PDRB sektor pertanian ketiga provinsi tersebut adalah Rp81,1 triliun, Rp72,5 triliun, dan Rp43,4 triliun. Potensi besar sektor pertanian yang berada di kawasan provinsi tersebut ternyata belum menjadi pertimbangan dan menarik minat investor untuk melakukan penanaman modal di wilayah tersebut. Data BKPM menunjukkan kontribusi PMA tahun 2019 di ketiga provinsi tersebut sangat rendah yaitu secara berturut-turut sebesar 0,51 persen, 1,1 persen, dan 0,2 persen dari total realisasi investasi (atau dengan nilai USD155,2 miliar, USD302,6 miliar, dan USD54,6 miliar).Hal lain dapat dilihat di Jawa Tengah dimana provinsi tersebut merupakan wilayah penghasil pertanian lima terbesar Indonesia. Jawa Tengah menghasilkan PDRB sektor pertanian rata-rata sebesar Rp144,4 triliun periode 2014-2018. Namun kebijakan di sektor lain dan revisi peraturan di level daerah yang berpotensi mengubah status lahan menjadi kawasan luar pertanian telah menyebabkan lahan produktif Jawa Tengah kian berkurang. Tergerusnya lahan pertanian menyebabkan penurunan produktivitas di provinsi tersebut. Sebagaimana data BPS yang menunjukkan produktivitas pada Jawa Tengah 2019 turun 8,04 persen atau 9,66 juta ton akibat penyusutan lahan sebesar 143.500 Ha atau 7,88 persen. Fenomena yang kontradiktif ini berpotensi memberi sinyal atau indikasi bagi calon pemodal bahwa berinvestasi di sektor pertanian Indonesia masih memiliki risiko ketidakpastian yang tinggi.Beberapa peraturan dianggap masih menghambat investasi pertanian, peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) menjelaskan regulasi saat ini belum ramah terhadap investasi

di sektor pertanian, salah satunya di subsektor hortikultura yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura. Terdapat beberapa pasal yang mempersulit penggunaan sarana luar negeri. Pasal 100 UU Hortikultura membatasi penanaman modal asing hanya untuk usaha besar hortikultura dengan jumlah modal maksimal 30 persen. Sejalan dengan hal itu, UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan juga mengatur hal yang serupa yaitu mengutamakan penanaman modal dalam negeri dan besaran penanaman modal asing yang dibatasi sesuai kepentingan nasional dan pekebun. Beberapa praktisi dan pengamat hukum menjelaskan bahwa seringnya kebijakan pemerintah yang tidak menunjukkan konsistensi. Permasalahan utama investasi juga ada pada perizinan teknis yang butuh koordinasi berkali-kali di daerah. Berdasarkan survei Schwab 2016, kerumitan proses birokrasi masih menjadi salah satu hambatan investasi pertanian di Indonesia. Bank Dunia (2019) juga menegaskan hal serupa, bahwa rumitnya kondisi peraturan salah satu hambatan besar bagi investor khususnya investor asing.Hambatan investasi sektor pertanian juga datang dari sisi usaha atau yang melekat pada produk yaitu produktivitas yang rendah. Pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menjelaskan rendahnya produktivitas masih menjadi kendala investasi akibat tidak terdapat jaminan ketersediaan bahan baku untuk keberlanjutan usaha. Hal ini menjadi pertimbangan utama sebelum investor menanamkan investasi sebab perusahaan harus memastikan memiliki rantai pasok yang pasti.

RekomendasiSektor pertanian memiliki peranan besar bagi perekonomian nasional, tercermin pada kinerja positif selama pandemi serta kontribusinya yang besar terhadap PDB

Page 11: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

11Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Daftar PustakaBisnis.com. 2020. Investasi Dibuka, Penyusutan Lahan Ancam Produksi Pangan Jateng, diakses di https://semarang.bisnis.com/read/20200303/536/1208370/investasi-dibuka-penyusutan-lahan-ancam-produksi-pangan-jateng pada tanggal 25 Juli 2020BPS. 2020. Berita Resmi Statistik, 2020. Ekspor dan Impor Juni 2020. BPS: JakartaBPS. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2014-2018, 2019. BPS: JakartaBKPM.go.id. 2020. Realisasi Penanaman Modal, 2014-2019. Diakses di www.bkpm.go.id

Kontan.co.id. 2020. HKTI: Tantangan Pertanian Saat ini Adalah Masalah Ketersediaan Lahan, diakses di https://industri.kontan.co.id/news/hkti-tantangan-pertanian-saat-ini-adalah-masalah-ketersediaan-lahan?page=2 pada tanggal 14 Juli 2020KPPOD. 2019. KPPOD Temukan 347 Perda Hambat Investasi, diakses di https://www.kppod.org/berita/view?id=744 pada tanggal 31 Juli 2020Panturu & Surianta. 2020. Menarik Penanaman Modal Asing Pasca Covid-19 Melalui Penyederhanaan Kerangka Kerja Peraturan Indonesia. Center for Indonesian Policy Studies. Diakses di https://id.cips-indonesia.org/ pada tanggal 14 Juli 2020

nasional. Namun hal tersebut belum sejalan dengan realisasi investasinya yang berfungsi mengakselerasi pengembangan sektor pertanian guna peningkatan peran lebih besar terhadap pembangunan ekonomi. Pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki iklim investasi sektor pertanian dengan berbagai kebijakan dan deregulasi yang menghambat realisasi investasi baik asing maupun domestik. Upaya tersebut mulai menunjukkan hasil di satu sisi namun masih perlu perbaikan di sisi yang lain. Pemerintah dapat mempertimbangkan beberapa poin berikut: pertama, meskipun telah banyak mengalami perbaikan, tidak dapat dipungkiri permasalahan rumitnya perizinan dan tumpang tindih regulasi bahkan ada yang bertentangan dengan aturan di atasnya, masih menjadi isu terhambatnya investasi. Hasil kajian Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) 2019 menemukan 347 peraturan daerah bermasalah dan menghambat investasi dan terkait perizinan sebanyak 18 persen. Hal ini memberi dampak negatif seperti biaya produksi dan tambahan biaya lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan dan regulasi yang butuh penyesuaian dan berpotensi menghambat investasi pada sektor pertanian harus senantiasa dievaluasi oleh pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait, penyelarasan regulasi di level pusat dan daerah juga terus dilakukan.Kedua, melalui kementerian/lembaga terkait, pemerintah secara bertahap dan berkelanjutan membuat prospektus sektor pertanian terkait potensi unggul daerah yang kegiatan ekonomi utamanya ditopang sektor pertanian agar dapat didorong investasinya dalam kegiatan yang menciptakan nilai tambah dan peningkatan kapasitas produksi melalui skema dan kebijakan yang menarik minat investor untuk berinvestasi.

Page 12: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

12 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Upaya pemerintah dalam meredam dampak dari pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

terus dilakukan tidak hanya pada masyarakat, tetapi juga dunia usaha. Adanya penurunan kinerja ekspor dan perubahan struktur ekonomi menjadi indikator bahwa dunia usaha cukup terimbas dari adanya pandemi ini. Untuk meredam dampak lebih dalam, pemerintah menciptakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dimana salah satunya ialah pemberian insentif perpajakan bagi dunia usaha. Secara umum, jumlah alokasi insentif perpajakan dunia usaha ini mencapai Rp123,01 triliun, atau sekitar 17 persen dari jumlah anggaran dalam penanganan Covid-19 dan Program PEN. Insentif pajak dunia usaha merupakan strategi pemerintah dari sisi penawaran (supply) dalam menjaga perekonomian. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi kewajiban perpajakan badan usaha sehingga dapat menjaga kinerja perusahaan dan meningkatkan pengembangan usaha di tengah pandemi Covid-19. Besarnya peran dunia usaha terhadap perekonomian mengharuskan penyaluran insentif dilakukan dengan cepat. Dari sisi penerimaan negara, lambannya penyaluran insentif pajak

dapat berakibat pada kehilangan basis pajak secara permanen akibat penutupan kegiatan bisnis ataupun peralihan struktur ekonomi. Hal ini akan memberi tekanan yang lebih besar bagi perekonomian dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan penyaluran insentif ini dilakukan secara cepat, tepat, dan terarah.Permasalahan lain yang muncul dari kebijakan ini ialah masih rendahnya serapan penyaluran insentif pajak. Sampai dengan 22 Juli 2020, jumlah realisasi insentif ini baru mencapai Rp15,67 triliun atau setara 12 persen dari jumlah yang dianggarkan (DDTC, 2020). Padahal, menurut catatan Kementerian Keuangan, jumlah penerima manfaat sesuai Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) untuk dua jenis insentif telah mencapai 80 persen dari jumlah pelaku usaha yang layak menerima insentif (eligible). Hal ini dapat mengindikasikan beberapa hal, antara lain rendahnya sosialisasi kepada pelaku usaha, kemungkinan adanya hambatan dalam prosedur pelaksanaan, serta adanya sektor-sektor terdampak yang belum memanfaatkan fasilitas ini.Ketentuan penyaluran insentif ini semula diatur dalam Peraturan Menteri

AbstrakDalam rangka menjaga perekonomian dan kemampuan badan usaha di

tengah pandemi Covid-19, pemerintah memberikan insentif pajak dunia usaha sebesar Rp123,01 triliun. Namun hampir lima bulan berjalan, realisasi penyaluran insentif ini baru mencapai Rp15,67 triliun atau setara 12 persen dari jumlah yang dianggarkan. Pemerintah mengakui penyebab utama dari lambatnya penyaluran ini ialah minimnya sosialisasi dan proses pendampingan kepada pelaku usaha yang sangat terbatas. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya minat pelaku usaha atas skema yang kurang menarik dan prosedur yang rumit. Untuk itu, pemerintah sebaiknya meningkatkan sosialisasi dan pengawasan secara intensif kepada pelaku usaha, termasuk dengan memberikan informasi praktis guna meningkatkan minat pelaku usaha.

Menakar Permasalahan Insentif Pajak Dunia Usaha

oleh Deasy Dwi Ramiayu*)

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

pendapatan & pembiayaan

Page 13: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

13Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Keuangan (PMK) No. 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Covid-19, dimana penyaluran dilakukan sampai dengan Masa Pajak September 2020. Namun dengan pertimbangan masih rendahnya penyaluran insentif ini, pemerintah menerbitkan PMK No. 86/PMK.03/2020 pada 16 Juli 2020. Dalam aturan ini, pemerintah memperluas jumlah Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang berhak menerima insentif dan masa penyaluran insentif pajak diperpanjang hingga Desember 2020. Rencana ini merupakan langkah yang tepat bagi pemerintah, hanya jika diikuti dengan solusi dari permasalahan saat ini. Tulisan ini akan membahas beberapa permasalahan dan solusi dalam pelaksanaan insentif pajak dunia usaha .Insentif Pajak Dunia UsahaInsentif pajak dunia usaha merupakan bentuk stimulus pemerintah kepada pelaku usaha untuk meminimalisasi dampak dari pandemi Covid-19. Ketentuan insentif ini diatur dalam PMK No. 86/PMK.03/2020, yang merupakan

pembaruan dari aturan sebelumnya. Hal-hal yang membedakan dengan aturan sebelumnya antara lain perluasan klasifikasi lapangan usaha, kemudahan prosedur serta pelaporan, dan perpanjangan jangka waktu pemberian insentif sampai dengan Masa Pajak Desember 2020. Jumlah insentif pajak dunia usaha mencapai Rp123,01 triliun yang terbagi dalam enam jenis insentif pajak dan stimulus lainnya (Tabel 1). Alokasi insentif dan jumlah sektor terbesar yaitu PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah (DTP) yang harus diajukan oleh pelaku usaha terkait. Alokasi terbesar selanjutnya diikuti oleh penurunan tarif PPh Badan, pembebasan PPh Pasal 22 Impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25, pengembalian pendahuluan PPN, dan PPh Final UMKM sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23/2018. Permasalahan Insentif Pajak Dunia UsahaPenyaluran insentif pajak kepada pelaku usaha kenyataannya masih dihadapi oleh berbagai permasalahan. Hal ini ditandai oleh serapan insentif yang masih jauh di bawah target. Hingga 30 Juni 2020, realisasi penyaluran insentif tertinggi yaitu Restitusi PPN Dipercepat baru mencapai 62 persen, diikuti oleh PPh 22 Impor sebesar 20,05 persen, PPh 25 sebesar 10 persen, PPh Final PP 23 sebesar 5,37 persen, dan PPh 21 DTP sebesar 1,73 persen (Gambar 1).

Tabel 1. Rincian Insentif Pajak Dunia Usaha

Sumber: Kementerian Keuangan, diolah*) Jenis insentif potongan angsuran PPh 25

Gambar 1. Anggaran dan Realisasi Insentif Pajak Dunia Usaha (triliun Rp)

Sumber: Kementerian Keuangan, 2020

No. Jenis Insentif Sektor terkait PMK No. 86/PMK.03/2020

Jumlah (triliun

Rp)

1PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah (DTP)

Sektor tertentu (1.189 KLU); WP KITE; dan WP Kawasan Berikat)

39,66

2 Pembebanan PPh Pasal 22 Impor

Sektor tertentu (721 KLU); WP KITE; dan WP Kawasan Berikat

14,75

3Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30 persen

Sektor tertentu (1.013 KLU); WP KITE; dan WP Kawasan Berikat

14,40

4Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan Nilai

Sektor tertentu (716 KLU); WP KITE; dan WP Kawasan Berikat

5,80

5Penurunan Tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen

- 20,00

6PPh Final UMKM Ditanggung Pemerintah (DTP)

WP yang memiliki peredaran bruto tertentu dan dikenai PPh Final berdasarkan PP No. 23/2018

2,40

7

Stimulus lainnya (dalam rangka perluasan dan perpanjangan insentif

- 26

Jumlah 123,01

Page 14: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

14 Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

Dalam KLU sesuai PMK No. 44/PMK.03/2020, jumlah penerima manfaat untuk jenis PPh 21 DTP telah mencapai 89,4 persen dari pihak yang berhak menerima insentif (eligible). Namun jumlah insentif yang disalurkan baru mencapai Rp688 miliar atau sekitar 2 persen dari jumlah yang dianggarkan. Adapun pada jenis pengurangan angsuran PPh 25 dengan capaian 83,1 persen dan pembebasan PPh 22 Impor dengan capaian 72,6 persen, jumlah yang disalurkan berkisar sebesar 23 dan 20 persen dari jumlah anggaran. Jika memperhitungkan perluasan jumlah sektor sesuai dengan PMK No. 86/PMK.03/2020, maka jumlah pelaku usaha eligible akan meningkat serta persentase capaian akan semakin kecil. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu, salah satu permasalahan lambatnya pemanfaatan insentif ini disebabkan oleh sosialisasi yang belum optimal (DDTC, 2020). Sosialisasi ini pada umumnya dilakukan oleh DJP, ataupun melalui informasi dari jasa konsultan pajak. Di DJP Kanwil Jatim II misalnya, jumlah penerima insentif mencapai 12 ribu Wajib Pajak (WP), namun angka ini kurang dari 1 persen dari WP yang terdaftar sebanyak 1,9 juta (Bisnis, 2020). Hal ini semakin mengindikasikan kemungkinan masih banyaknya pelaku usaha ataupun pegawai yang tidak mengetahui bahwa sektornya masuk ke dalam KLU yang berhak menerima insentif, misalnya pelaku usaha UMKM. Dengan demikian, pencapaian kebijakan ini sangat bergantung pada kemampuan DJP dalam menyosialisasikan kepada pelaku usaha. Untuk itu, DJP perlu menyosialisasikan secara masif melalui dukungan dari asosiasi bisnis, jasa konsultan pajak, atau kementerian/lembaga lainnya kepada pelaku usaha agar penyaluran insentif lebih efektif.Selain sosialisasi, permasalahan lain dalam pelaksanaan insentif ini yaitu adanya skema insentif yang dianggap kurang menarik pelaku usaha. Misalnya, pada pemotongan angsuran PPh 25

sebesar 30 persen yang berlaku untuk 1.013 sektor, WP Kemampuan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan Kawasan Berikat. Dalam skema ini, potongan angsuran antar sektor dikenakan tarif yang sama yaitu sebesar 30 persen. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi pemerintah, mengingat risiko dan dampak antar sektor berbeda. Misalnya memberlakukan tarif pemotongan angsuran yang lebih tinggi di sektor yang paling terdampak seperti industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Selain itu, dalam PMK No. 86/PMK.03/2020, prosedur pelaporan dilakukan setiap bulan, Aturan ini berbeda dengan PMK sebelumnya, yaitu PMK No. 44/PMK.03/2020 dimana menggunakan sistem pelaporan per 3 (tiga) bulan, yang bertujuan untuk mempermudah akurasi pemantauan dan kecepatan realisasi insentif (DDTC, 2020). Walaupun sistem pelaporan bulanan dilakukan melalui aplikasi DJP, hal ini dapat mengganggu aktivitas perusahaan sehingga insentif ini semakin dianggap kurang menguntungkan bagi pelaku usaha. Untuk itu, pemerintah sebaiknya mengkaji kembali seluruh skema dan mekanisme insentif pajak agar insentif ini tepat sasaran.Kegiatan pelayanan kantor pajak, termasuk prosedur pengajuan insentif, saat ini dilakukan secara daring melalui website pajak ataupun email kantor pajak bersangkutan. Langkah awal prosedur pengajuan memang dilakukan secara daring ataupun pengiriman berkas ke kantor pajak bersangkutan. Namun jika WP memerlukan layanan konsultasi atau pendampingan, maka diharuskan untuk membuat janji tatap muka terlebih dahulu melalui saluran komunikasi kantor pelayanan terkait dan dilaksanakan sesuai dengan ketetapan oleh kantor pajak (DJP, 2020). Adapun pendampingannya dilakukan oleh account representative (AR) yang diklasifikasikan menjadi AR pelayanan dan AR pengawasan wajib pajak. Walaupun AR mengetahui profil

Page 15: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

15Buletin APBN Vol. V. Ed. 14, Agustus 2020

RekomendasiPerpanjangan waktu penyaluran insentif dan perluasan sektor perusahaan merupakan langkah yang tepat bagi pemerintah. Namun tujuan utama penyaluran insentif hanya akan tercapai jika pemerintah memperbaiki permasalahan yang ada saat ini. beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangani masalah tersebut, antara lain: pertama, meningkatkan sosialisasi prosedur pengajuan dan pelaksanaan yang praktis dan mudah dipahami bagi pelaku usaha untuk meningkatkan minat pemanfaatan insentif secara masif kepada pelaku usaha, termasuk melalui dukungan asosiasi bisnis dan jasa konsultan pajak. Selain itu, DJP perlu meningkatkan jenis pelayanan secara daring yang lebih komprehensif sehingga prosedur pelaksanaan insentif pajak menjadi efisien. Kedua, mengkaji kembali skema yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha serta prosedur pelaporan yang lebih mudah. Ketiga, mempercepat proses pendataan pelaku usaha eligible berdasarkan perluasan KLU yang tercantum dalam PMK No. 86/PMK.03/2020 dan mendampingi pelaku usaha dalam pengajuan insentif tersebut agar penyaluran lebih cepat dilaksanakan.

Daftar PustakaBisnis.com. 2020. Pengakses Stimulus Perpajakan Rendah, DJP Jatim II Gandeng Kadin. Diakses dari https://surabaya.bisnis.com/read/20200721/531/1269354/pengakses-stimulus-perpajakan-rendah-djp-jatim-ii-gandeng-kadin-, tanggal 24 Juli 2020.DDTC, 2020. Alasan DJP Ubah Pelaporan Diskon Angsuran PPh Pasal 25 Jadi Bulanan. Diakses dari https://news.ddtc.co.id/alasan-djp-ubah-pelaporan-diskon-angsuran-pph-pasal-25-jadi-bulanan-22481?page_y=800, tanggal 4 Agustus 2020.DDTC. 2020. Realisasi Insentif Pajak Dunia Usaha Baru 13 Persen, Jokowi Minta Terobosan. Diakses dari: https://news.ddtc.co.id/realisasi-insentif-pajak-dunia-usaha-baru-13-jokowi-minta-terobosan-22637?page_y=800, tanggal

WP pemohon insentif, persyaratan, dan sebagainya, pelayanan yang diberikan kepada WP masih belum optimal. Hal ini dikarenakan rasio WP yang ditangani oleh AR masih cukup tinggi. Menurut DJP, jumlah AR tahun 2018 tercatat sebanyak 10.382 orang, sementara jumlah NPWP yang tercatat sebagai WP Badan sebanyak 3,3 juta. Artinya, setiap 1 AR menanggung 317 WP Badan tanpa memperhitungkan jumlah WP

orang pribadi. Hal ini tentunya dapat menghambat kegiatan administrasi perpajakan, terlebih lagi sosialisasi dan informasi yang dimiliki pelaku usaha sangat terbatas. Untuk itu diperlukan penyampaian informasi yang praktis dan mudah dipahami kepada pelaku usaha, sehingga pelaku usaha dapat memanfaatkan insentif ini tanpa banyak mengandalkan konsultasi dan pelayanan dari jumlah AR yang masih terbatas.

24 Juli 2020.DDTC. 2020. Pemanfaatan Insentif Pajak Minim, Ini Kata Kepala BKF. Diakses dari: https://news.ddtc.co.id/pemanfaatan-insentif-pajak-minim-ini-kata-kepala-bkf-22680, tanggal 26 Juli 2020. Direktorat Jenderal Pajak. DJP Terapkan Protokol Kenormalan Baru. Diakses dari: https://www.pajak.go.id/covid19, tanggal 30 Juli 2020.Kementerian Keuangan. Realisasi Semester I 2020 dan Outlook APBN 2020.Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019.

Page 16: Sektor Pertanian: Berperan Besar, Realisasi Investasi Belum ......perlu membuat SOP terkait dengan pengembalian insentif yang kelebihan ke RKUD. Daftar Pustaka Badan Pengelola Keuangan

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

Twitter: @puskajianggaranInstagram: puskajianggaran_dprri