SEKILAS FILSAFAT HUKUM

7

Click here to load reader

Transcript of SEKILAS FILSAFAT HUKUM

Page 1: SEKILAS FILSAFAT HUKUM

SEKILAS FILSAFAT HUKUM

Hakekat & Filsafat Hukum

Pemb I : Peri keadilan à aliran hukum alam

II : Adil dan makmur à aliran utility

III : berkat rahmat Allah à aliran tomas Aquino

IV : Pancasila à teori hukum Prof Otje dan Anton

Filsafat hukum Indonesia à sistem agamais à alinea 3 ( alquran ) à alinea 4 sila 1 : KeTuhanan yang Maha Esa

Filsafat hukum :

1. Hakekat Hukum à keberadaan didalam hukum itu dilihat dari 1. Imperative : 2. perintah à Tuhan à Thomas Aquino 157teori otje 1. Lex aeterna à suatu ekspresi peraturan alam semesta secara rasional dari Tuhan (10 perintah Tuhan) 2. Lex divina à membimbing manusia menuju tujuan supranatural, hukum Tuhan yang diwahyukan melalui kitab suci (taurat, injil) 3. Lex naturalis à membimbing manusia menuju tujuan alamiahnya, hasil partisipasi manusia dalam hukum kosmik. Diseluruh dunia ada keadilan, hanya ukuran yang berbeda beda sebagai pengaruh pandangan hidup masing masing bangsa maupun Negara (Deklarasi Human Right) 4. les positive à mengatur hub antara manusia dalam suatu masyarakat tertentu dalam kerangka tuntuntan khusus dalam masyarakat tersebut (UUD’45). Hukum yang dibuat manusia bersifat positif sebagai hukum yang berlaku 5. hukum yang berlaku 1. tertulis : UUD, UU, PP ( dibuat pejabat yg berwenang ) 2. tdk tertulis : 1. Adat : adat istiadat yg dapat pengukuhan dari adat istiadat ( teori keputusan ) 2. Kebiasaan : kebiasaan yang berulang2 yg kemudian mengikat pihak ( H. Internasional = konversi ; H Tata Negara = ttg jwb presiden ) 3. Traktat : perjanjian antar negara 4. Doktrin : ahli hukum terkemuka 5. Yurispudensi : Hakim memutuskan putusan hakim sebelumnya

Page 2: SEKILAS FILSAFAT HUKUM

3. penguasa yang berdaulat à Pandangan teori Austin : hukum merupakan perintah dari penguasa à buat undang2

1. 1. Hakekat Indikatif : tentang kenyataan2 sosoal mendalam

1. i. Volksgeist : Carl von Savigny ( Mazhab sejarah : hukum itu tidak dibuat, akan tetapi tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat

Contoh : Hukum kebiasaan Germania yang beraneka ragam

1. ii. Living Law : Eugen Ehrlich ( hukum yang dibuat, harus sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat

Contoh : UU Ps 28 ttg kehakiman, Hakim wajib menggali tetang kehidupan

1. 1. Oktative : tujuan hukum

1. keadilan : H Alam 2. kepastian : H Positifisme 3. kegunaan : H Pragmatic legal realisme 4. kebahagiaan : H Utility ( greatest happinest for greatest number )

1. Masalah filsafat hukum dilihat dari konsep hukum dan aliran 1. Aliran Alam : KeTuhanan, filsafat keadilan, teori plato / aristoteles, Thomas Aquino

1. i. Plato : pandangan tentang harmoni à suasana yang alami – tentram 2. ii. Aristoteles : (membagi 2 hukum alam dan hukum positif) teori dualisme , sebagai kontribusi ( manusia bagian dari alam, manusia adalah majikan dari alam ) 3. iii. Thomas Aquino : “Summa Theologica” dan De Regimene Principum”. Membagi asas hukum alam 2 : 1. Principia Prima : asas yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir dan bersifat mutlak. 2. Principia Secundaria : asas yang tidak mutlak dan dapat berubah menurut tempat dan waktu 4. iv. Immanuel Kant : hukum kodrat metafisis yaitu tentang kodrat dan kebebasan. Kodrat : lapangan dari akal budi, yang tersusun atas kategori kategori pikiran, yang terdiri atas empat komponen dasar, yaitu kualitet, kuantitet, relasi dan modalitet, tetapi dibatasi ruang dan waktu. Kebebasan : lapangan dari dan bagi akal budi praktis, wilayah moralitas, yaitu kebebasan normative etis dari manusia, yang menampilkan ideal kepribadian manusia. 5. i. Bawah : putusan badan pengadilan

Page 3: SEKILAS FILSAFAT HUKUM

6. ii. Atas : grundnorm ( bersifat meta-yuridis )

1. 1. A. Positifisme : Hans Kelsen & Stufenbau des Recht ( hukum itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya :

John Austin : 2 bentuk hukum

* Positif law * Positif morality

1. 1. A. Mazhab sejarah : Carl von Savigny ( Volk geist ) hukum kebiasaan sumber hukum formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama sama dengan masyarakat

1. 1. A. Sociological Yurisprudence ( living law ) : dipelopori Eugen Ehrlich ( german ) tapi berkembang di AS ( Roscoe ) konsep hukum, hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Mengakui sumber hukum formal baik undang undang maupun bukan undang undang asal. Dipengaruhi oleh aliran positif sosiologis dan August Comte yang orientasinya sosiologis

Inti pemikiran : hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Berpegang kepada pendapat pentingnya, baik akal maupun pengalaman.

1. 1. A. Pragmatic Legal Realism : Roscoe Pound konsep hukumnya ( Law as a tool of social engineering ) sub aliran positivisme hukum. Wiliam James dan Dewey mempengaruhi lahirnya aliran ini. Titik tolaknya pada pentingnya rasio atau akal sebagai sumber hukum. 2. A. Antropolitica Yurisprudence : Northrop dan Mac Dougall. Northrop : hukum mencerminkan nilai sosial budaya. Mac dougall : Values system , hukum mengandung sistem nilai. Mempengaruhi pendapat Mochtar Kusumaatmadja 3. A. Utility : Jeremy Bentham memegang prinsip manusia akan melakukan tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan ( hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat, guna mencapai hidup bahagia. Merupakan aliran yang meletakkan dasar dasar ekonomi bagi pemikiran hukum, prinsip utamanya adalah tujuan dan evaluasi hukum. Tujuan alinea terakhir. 4. A. Mazhab Unpad à Mazhab Negara oleh Friedrich Karl von Savigny : hukum itu tidak dibuat, akan tetapi tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat ( volkgeist )

Page 4: SEKILAS FILSAFAT HUKUM

Kekurangan : kurang memberi arti penting terhadap perundang undangan.

Kebaikannya : menempatkan kedudukan hukum kebiasaan sejajar dengan undang undang yang tertulis

1. Aliran mazhab 1. Aliran Hukum Alam : aliran ini berpendapat hukum itu berlaku universal dan abadi. (Friedmann) sejarah tentang hukum alam adalah sejarah umat manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang dinamakan absolute disamping sejarah tentang kegagalan umat manusia dalam keadilan tersebut

1. i. Yang Irrasional ( hukum alam yang bersumber dari Tuhan) 2. ii. Yang Rasional ( hukum alam yang bersumber dari rasio manusia ) 3. i. Pandangan (analitis) Austin : hukum merupakan perintah dari penguasa à buat undang2. Austin membagi 2 hukum atas :

1. 1. Aliran Hukum Positif

* Hukum yang diciptakan oleh Tuhan untuk manusia * Hukum yang disusun dan dibuat oleh manusia

1. ii. Pandangan (murni) Hans Kelsen : tegas tidak menganut berlakunya suatu hukum alam. Ada 2 teori:

* Tentang hukum yang bersifat murni * Tentang adanya hierarkis daripada perundang-undangan

Inti ajaran Hans Kelsen : bahwa hukumm itu harus dibersihkan dari anasir anasir yang tidak yuridis seperti etis, sosiologis, politis. Etis berarti konsepsi hukum Hans Kelsen tidak memberikan tempat bagi berlakunya suatu hukum alam. Etika memberikan suatu penilaian tentang baik dan buruk. Ajaran stufentheorio berpendapat bahwa suatu sistem hukum adalah suatu hierarkis dari hukum dimana suatu ketentuan hukum tertentu bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi.

Kelemahan :

* Peraturan hukum sebagaimana yang dahulu ada dan sekarang sudah ada serta akan juga ada dimasa yang akan dating adalah dibuat oleh dan diperuntukkan bagi manusia. * Terhadap peraturan peraturan hukum tadi perlu dilakukan penggarapan secara terus menerus

1. iii. Analitis 2. iv. Murni

Page 5: SEKILAS FILSAFAT HUKUM

1. 1. Aliran Utilitarianisme 2. Mazhab Sejarah 3. Sociological Jurisprudence 4. Pragmatic Legal Realism 2. Friendmann dalam Legal Theory membagi aliran : 1. Aliran didasarkan atas hukum 2. Aliran yang didasarkan filsafat masalah keadilan 3. Aliran yang didasarkan atas pengaruh perkembangan masyarkat terhadap hukum 4. Aliran positivisme dan positivisme hukum 5. Aliran yang didasarkan atas kegunaan dan kepentingan 3. F.S.G. Northrop : 1. Legal Positivsm 2. Pragmatic Legal Realism 3. Neo Kantian and Kelsenian Ethical Jurisprudence 4. Functional Anthropological or Sociological Jurisprudence 5. Natural Jurisprudence