Sejarah Xi

45
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Perhatikan gambar berikut ini Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia. Diposkan oleh Let's see my blog !! di 21:48 0 komentar

description

......

Transcript of Sejarah Xi

Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Perhatikan gambar berikut ini

Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.Diposkan oleh Let's see my blog !! di 21:48 0 komentar Teori Tentang Masuk dan Menyebarkan Hindu-Buddha Ke Kepulauan Riau Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa Teori yaitu antara lain:

1. Teori Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.gambar Dr.N.J Krom

2. Teori Ksatria, diutarakan oleh F.D.K Bosch berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria.Adanya raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia dan menghindukan penduduknya.

3. Teori Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.

4. Teori Sudra ,teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra.Mereka yang datang ke Indonesia bertujuan untuk mengubah kehidupan mereka karena di India hanya hidup sebagai budak.

5. Teori Gabungan ,Teori ini beranggapan bahwa kaum brahmana,bangsawan,dan para pedagang bersama-sama menyebarkan agama Hindu sesuai dengan peranan masing-masing.

Pada dasarnya teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut: Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia. Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorangJadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).

1PERKEMBANGANAGAMA DAN KEBUDAYAANHINDU-BUDDHA DI INDONESIA(Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 9)(Sumber: Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, halaman 520)2Munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesiatidak terlepas dari pengaruh persentuhan kebudayaan antara daerah Nusantaradengan India sebagai tempat kelahiran kedua agama tersebut. Persentuhankebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari hubungan yang dilakukanantara orang-orang India dengan orang-orang yang ada di Nusantara, terutamakarena daerah Nusantara merupakan jalur perdagangan strategis yangmenghubungkan antara India dan Cina. Hubungan perdagangan yang semakinlama semakin intensif menimbulkan pengaruh terhadap masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan India di Nusantara. Dengan kata lain, terjadi prosesakulturasi antara kebudayaan India dengan kebudayaan Nusantara. Demikianjuga dengan agama Hindu-Buddha menjadi agama yang dianut oleh pendudukdi Nusantara dan menjadi pendorong muncul dan berkembangnya negara-negara kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia.Gambar 1.1Peta pengaruh para pelaut Cina(Sumber: Chalid Latif: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 7)A.TEORI TENTANG MASUK DAN BERKEMBANGNYA KE-BUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIAUntuk memahami bagaimana prosesmasuk dan berkembangnya agama dan ke-budayaan Hindu-Buddha di Indonesia, kitaperlu mengkaji pendapat yang dikemukakanoleh para ahli. Pendapat yang dikemukakanoleh para ahli tersebut merupakan sebuahhipotesis (dugaan sementara) yang masihmemerlukan pembuktian yang akurat. AkanKata-kata kunciteori kolonialisasihipotesis Waisyahipotesis Ksatriahipotesis Brahmanateori Arus Balik3tetapi hipotesis-hipotesis tersebut sangat berguna dalam memberikan pemahamanpada kita tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama dankebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Tugas kamu untuk menganalisislebih lanjut hipotesis-hipotesis tersebut, sehingga kamu dapat memilih salahsatu hipotesis yang menurut kamu paling mendekati kebenaran. Tentu sajapilihan kamu harus dilandaskan pada argumentasi dan logika yang kuat disertaidengan data, fakta dan bukti-bukti yang akurat.Berikut ini adalah hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh beberapaahli tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Hipotesis-hipotesis tersebut dibagi ke dalam dua kelompokbesar yaitu teori kolonisasi dan teori arus balik.1.Teori kolonisasiTeori ini berusaha menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agamadan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dengan menekankan pada peranaktif dari orang-orang India dalam menyebarkan pengaruhnya di Indonesia.Berdasarkan teori ini, orang Indonesia sendiri sangat pasif, artinya merekahanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tersebut. Teorikolonisasi ini terbagi dalam beberapa hipotesis, yaitu sebagai berikut.a.Hipotesis WaisyaMenurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesiakarena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datangke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadipada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masihbanyak tergantung pada angin musim. Hal ini mengakibatkan dalam prosestersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentusampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkanperjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinandengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaanIndia menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Pendapat Krom tersebut didasarkan penelaahan dia pada proses Islamisasidi Indonesia yang dilakukan oleh para pedagang Gujarat. Bukan hal yangmustahil, proses masuknya budaya Hindu-Buddha di Indonesia dilakukandengan cara yang sama. Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu parapedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sanskertadan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana. Namunbila menilik peninggalan prasasti yang dikeluarkan oleh negara-negara kerajaanHindu-Buddha di Indonesia, sebagian besar menggunakan bahasa Sanskertadan berhuruf Pallawa. Dengan demikian, timbul pertanyaan: Mungkinkah4para pedagang India mampu membawa pengaruh kebudayaan yang sangattinggi ke Indonesia, sedangkan di daerahnya sendiri kebudayaan tersebuthanya milik kaum Brahmana? Selain itu, terdapat kelemahan lain dalam hipotesisini yaitu dengan melihat peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddhadi Indonesia yang lebih banyak berada di pedalaman. Namun apabila pengaruhtersebut dibawa oleh para pedagang India, tentunya pusat kerajaan-kerajaanHindu-Buddha akan lebih banyak berada di daerah pesisir pantai.b.Hipotesis KsatriaAda tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses penyebaranagama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria, yaitusebagai berikut.1)C.C BergC.C. Berg mengemukakan bahwagolongan yang turut menyebarkankebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah para petualang yangsebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yangterlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuanyang diberikan oleh para Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenanganbagi salah satu kelompok atau suku yang bertikai. Sebagai hadiah ataskemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salahseorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinannyaini memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi HinduBuddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisiHindu-Buddha dalam masyarakat Indonesia.2)MookerjiDiamengatakan bahwa golongan Ksatria (tentara) dari India yang membawapengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Para Ksatria inikemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadisebuah kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubunganperdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan paraseniman yang berasal dari India untuk membangun candi-candi di Indonesia.3)J.L MoensDia mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaandi Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di Indiapada abad yang sama. Perlu diketahui bahwa sekitar abad ke-5, banyakkerajaan-kerajaan di India Selatan yang mengalami kehancuran. Adadi antara para keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yang5melarikan diri ke Indonesia. Mereka ini selanjutnya mendirikan kerajaandi kepulauan Nusantara.Kekuatan hipotesis Ksatria terletak pada kenyataan bahwa semangatberpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria (keluargakerajaan). Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg,Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India dalamproses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal sebagaiberikut, yaitu:1)Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;2)Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti) yangmenggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupunIndonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjoreyang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salahsatu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yangmemperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadipada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkanpada kurun waktu yang lebih awal.c.Hipotesis BrahmanaHipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesiadibawa oleh golongan Brahmana. Pendapat ini dikemukan oleh JC.Van Leur.Berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, maka sangatjelas itu adalah pengaruh Brahmana. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwakaum Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu, sehingga pantasjika mereka yang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agamadan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.Akan tetapi, bagaimana mungkin para Brahmana bisa sampai ke Indonesiayang terpisahkan dengan India oleh lautan. Dalam tradisi agama Hindu terdapatpantangan bagi kaum Brahmana untuk menyeberangi lautan, sehingga hal inimenjadi kelemahan hipotesis ini.2.Teori Arus BalikPendapat yang dikemukakan tersebut di atas mendapat kritikan dariF.D.K Bosch.Adapun kritikan yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.a.Berdasarkan pada peninggalan-peninggalan yang ada, ternyata teori kolonisasitidak mempunyai bukti yang kuat. Untuk hipotesa Waisya, tidak terbukti6bahwa kerajaan awal di Indonesia yang bercorak Hindu-Buddha ditemukandi pesisir pantai, melainkan terletak di pedalaman. Kritikan untuk hipotesaKsatria, ternyata tidak ada jaya prasasti yang menyatakan daerah ataukerajaan yang ada di Indonesia pernah ditaklukkan atau dikuasai olehpara Ksatria dari India.b.Bila ada perkawinan antara golongan Ksatria dengan putri pribumi dariIndonesia, seharusnya ada keturunan dari mereka yang ditemukan diIndonesia. Pada kenyataannya, hal itu tidak ditemukan.c.Dilihat dari hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antaracandi-candi yang dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangundi India.d.Kritikan yang lain adalah dilihat dari sudut bahasa. Bahasa Sanskertahanya dikuasai oleh para Brahmana, tetapi kenapa bahasa yang digunakanoleh masyarakat pada waktu itu adalah bahasa yang digunakan olehkebanyakan orang India.Selanjutnya, F.D.K Bosch punya pendapat lain. Teori yang dikemukakanoleh Bosch ini dikenal dengan teori Arus Balik. Menurut teori ini, yang pertamakali datang ke Indonesia adalah mereka yang memiliki semangat untukmenyebarkan Hindu-Buddha, yaitu para intelektual yang ikut menumpangkapal-kapal dagang. Setelah tiba di Indonesia, mereka menyebarkan ajarannya.Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untukmengikuti ajarannya tersebut. Pada perkembangan selanjutnya banyak orangIndonesia sendiri yang pergi ke India untuk berkunjung dan belajar agamaHindu-Buddha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yangmengajarkannya kepada masyarakat Indonesia yang lain.Bukti-bukti dari pendapat di atas adalah adanya prasasti Nalanda yangmenyebutkan bahwa Balaputradewa (raja Sriwijaya) telah meminta kepadaraja di India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimbailmu para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan raja Sriwijaya itu ternyata dikabulkan.Dengan demikian, setelah para tokoh atau pelajar itu menuntut ilmu di sana,mereka balik ke Indonesia. Merekalah yang selanjutnya menyebarkan pengaruhHindu-Buddha di Indonesia.Kegiatan 1.1Buatlah dalam bentuk tabel tentang teori-teori masuknya agama Hindu danBuddha serta cantumkan ketepatan dan kelemahan dari masing-masing teoritersebut.7B.BENTUK-BENTUK KEBUDAYAAN HINDU- BUDDHA YANGMASUK KE INDONESIAMasuknya kebudayaan India keIndonesia telah membawa pengaruh terhadapperkembangan kebudayaan di Indonesia.Bangsa Indonesia yang sebelumnya memilikikebudayaan asli, banyak mengadopsi danmengembangkan budaya India dalamkehidupan sehari-hari. Namun, masyarakattidak begitu saja menerima budaya-budayabaru tersebut. Kebudayaan yang datang dariIndia mengalami proses penyesuaian dengankebudayaan yang ada di Indonesia yangdisebut dengan proses akulturasi ke-budayaan.Dalam bidang agama juga lahir sinkretisme, yaitu perpaduan antara agamaHindu-Buddha dengan kepercayaan yang telah ada dan berkembang di masyarakatIndonesia pada saat itu. Sehingga agama Hindu-Buddha yang dianut olehbangsa Indonesia pada aman kerajaan-kerajaan sangat berbeda dengan agamaHindu-Buddha yang ada di India. Masuknya agama Hindu dan Buddha tidakserta merta menghilangkan unsur budaya lama yang telah berkembang dalammasyarakat Indonesia. Salah satu contoh yang sangat mencolok dalam kehidupanmasyarakat Hindu di Indonesia misalnya dalam sistem kasta. Sistem kastadi Indonesia yang mengadopsi dari agama Hindu tidak sama dengan sistemkasta yang berkembang dari tanah kelahiran agama tersebut yaitu India. Baikdari ciri-ciri maupun keketatannya tidak menggambarkan keadaan sepertisistem kasta di India. Bangsa Indonesia melaksanakan teori tentang kasta,tetapi tidak memindahkan wujudnya seperti yang berkembang di India, melainkandisesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sudah berlaku sebelumnya.Beberapa unsur kebudayaan yang berkembang pada aman kerajaanHindu-Buddha antara lain, seni bangunan, seni ukir, seni sastra, dan senipatung. Salah satu hasil seni bangunan yang paling penting dalam perkembanganseni bangunan di Indonesia adalah candi. Demikian juga halnya dalam senipembuatan candi yang merupakan pengaruh dari India, akan tetapi dalampenerapannya menggunakan unsur-unsur budaya yang telah berkembangsebelumnya di tanah Indonesia. Pembuatan candi yang secara teoritismenggunakan dasar-dasar yang tercantum dalam kitab Silpasastra akan tetapipada tahap pelaksanaan dan hasilnya memperlihatkan corak budaya asli Indonesia.Silpasastra ialah sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjukuntuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.Kata-kata kuncibentuk kebudayaancandiseni sastrapendidikanpolitik dan pemerintahanreliefarcawayangseni tariprasasti8Pembuatan candi di India selalu menunjukkan fungsinya yang utama yaitusebagai tempat peribadatan. Sementara candi-candi yang terdapat di Indonesiatidak hanya difungsikan sebagai tempat peribadatan tetapi juga tempat pemakamanraja atau orang-orang yang dimuliakan. Hal ini tampaknya dipahami olehmasyarakat Indonesia bahwa kata candi berasal dari nama Durga sebagaiDewi Maut yaitu Candika. Dari kata Candika menunjukkan bahwa candimerupakan tempat untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khususnyauntuk para raja dan orang-orang terkemuka.Terdapat perbedaan fungsi candi antara agama Hindu dan Buddha. Dalamagama Hindu, candi adalah tempat penguburan abu jenaah. Di Bali upacarapembakaran mayat dinamakan Ngaben. Di dalam candi Hindu biasanya terdapatpatung-patung dari para penguasa (raja) atau orang-orang terkenal yangdijelmakan sebagai dewa. Dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagaitempat pemujaan. Arca yang ada dalam candi Buddha bukanlah arca perwujudandari raja.Candi-candi yang bercorak agama Hindu-Buddha banyak ditemukandi Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Bali.1.Candi di Jawa Tengah dan YogyakartaDi Jawa Tengah dan Yogyakarta banyak ditemukan candi, baik yangbercorak Hindu maupun Buddha, di antaranya sebagai berikut.a. Candi Borobudur terletak di desa Budur, Magelang. Candi ini bercorakBuddha dan didirikan oleh keluarga Syailendra pada aman MataramLama. Bentuk candi Borobudur yang berupa punden berundak-undakmenggambarkan adanya akulturasi antara budaya India dengan budayaasli Indonesia dari aman megalithikum. Berdasarkan ajaran BuddhaMahayana, candi Borobudur merupakan Dasya-bodhisatwa-bhumi,artinya tempat mencapai kebuddhaan melalui sepuluh tingkat bodhisatwa.Borobudur terdiri atas sepuluh tingkat yang terbagi dalam tiga bagianyaitu kamadhatu (merupakan tingkatan paling rendah atau disebut kakicandi, pada tingkatan manusia masih terpengaruh oleh keduniawian),Rupadhatu (merupakan bagian lorong-lorong dengan dinding-dindingyang penuh dengan hiasan dan relief, pada tingkat ini manusia masihterikat pada bentuk keduniawian, tetapi telah insyaf untuk mencarikebenaran), A-rupadhatu (bagian ini terdiri atas lantai yang bulat, disini terdapat 72 stupa dan stupa induk dipuncaknya yang sekaligusmerupakan mahkota candi Borobudur. Hal ini menggambarkan manusiatelah dapat membebaskan diri sama sekali dari nafsu keduniawian danhanya satu keinginan, yaitu mencapai moksa).9Gambar 1.2Candi Borobudur dibangun pada masapemerintahan Raja Samaratungga(Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 9)b. Candi Mendut dan candi Pawon terletak tidak jauh dari candi Borobudur.Kedua candi ini bercorak Buddha dan merupakan candi tiga serangkaidengan candi Borobudur. Ketiga candi ini terletak pada satu garis lurus,hal ini sengaja dilakukan berdasarkan ajaran Buddha Mahayana. Menurutajaran agama Buddha Mahayana, untuk mencapai tujuan terakhir (moksa),yaitu mencapai kedudukan sebagai Buddha harus melalui jalan secarabertahap. Tahap-tahap tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Dasya-bodhisatwabhumi disebut tingkat lokattara (tingkat di atas dunia), sebelumsampai ke tingkat lokattara lebih dahulu harus menjalani tingkat persiapan.Tingkat persiapan tersebut terdiri atas dua tahap pula, yaitu Sambharamargadan Prayogamarga. Kedua tahap ini merupakan tahap kehidupan didunia atau laukika. Jadi dari paham tersebut dapat diterangkan bahwaGambar 1.3 Candi Mendut(Sumber: Suprihadi, dkk, 1999,Atlas Sejarah, halaman cover belakangbagian dalam)Gambar 1.4Candi Pawon(Sumber: Chalid Latif, 2000,Atlas Sejarah Indonesia danDunia, halaman 16)10candi Borobudur yang bersifat lokattara dibangun di atas bukit, sedangkancandi Mendut dan candi Pawon yang bersifat laukika dan masing masingmenggambarkan Sambharamarga dan Prayogamarga dibangun di ataspermukaan bumi (daerah pedataran).c. Candi Prambanan dikenal pula dengannama Candi Lorojonggrang, bercorakHindu dan terletak di desa Prambanan.Relief candi Prambanan mengambil kisahRama dari kitab Ramayana. Relief iniditatahkan pada dinding lorong di atascandi pertama, yang mengelilingi kaki candikedua.d.Kelompok candi Dieng, yang terdapat di Pegunungan Dieng letaknyasekitar 25 kilometer dari kota Wonosobo. Candi-candi ini bercorak Hindu.Di dataran tinggi Dieng terdapat beberapa buah candi antara lain CandiBima, Candi gatotkaca, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi,Candi Puntadewa, dan Candi Subadra.Gambar 1.6 Kelompok Candi Dieng(Sumber: us4.pixagogo)e.Candi lainnya adalah Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Latu, KarangAnyar, Candi Sarjiwan terletak di selatan Prambanan, Candi Lumbungdi selatan Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah lokasinyatidak jauh dari Candi KalasanGambar 1.5Candi Prambanan(Sumber: Suprihadi, dkk. 1999,Atlas Sejarah, halaman 20)112.Candi-candi di Jawa TimurBegitu pula halnya di Jawa Timur, banyak ditemukan candi, di antaranyasebagai berikut.a. Candi Badut terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat laut Malang, merupakancandi bercorak Hindu yang didirikan sekitar abad ke-8 M. CandiSinghasari terletak di Desa Candinegoro sekitar 10 km dari kota Malang.Candi ini berasal dari abad ke-14 dan dihubungkan dengan Raja Kertanegaradari Kerajaan Singhasari.b. Candi Jago (Candi Jajaghu) terletak 18 kilometer dari kota Malang.Candi ini merupakan candi bercorak Siwa-Buddha dan bentuknya berundak-undak tiga buah serta di halaman candi terdapat beberapa patung Buddha.Candi ini dibangun pada masa Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari.Gambar 1.8 Candi Jago(Sumber: R. Soekmono, 1981, Pengantar SejarahKebudayaan Jilid 2, halaman 65)Gambar 1.7a Candi Badut(Sumber: R. Soekmono, 1981,Pengantar SejarahKebudayaan Jilid 2, halaman 41)Gambar 1.7b Candi Singhasari(Sumber: R. Soekmono, 1981,Pengantar SejarahKebudayaan Jilid 2, halaman 67)12c. Candi Kidal terletak sekitar 7 kilometer sebelah tenggara dari candijago. Candi ini merupakan bangunan suci untuk memuliakan raja AnusapatiRaja Singhasari.Gambar 1.9 Candi Kidal(Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 11)d. Candi Panataran terletak sekitar 11 kilometer dari kota Blitar. CandiPanataran merupakan kompleks candi yang terbesar di Jawa Timur danmerupakan candi Siwa.Gambar 1.10Kompleks Candi Panataran(Sumber: my-indonesia.info)e. Candi Jajawa (Candi Jawi) terletak di Gunung Welirang yang merupakanmakam Raja Kertanegara.13f. Candi Singhasari yang terletak 10 kilometer dari kota Malang. Candisebagai tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang digambarkan sebagaiBhairawa (Siwa-Buddha)Gambar 1.11 Candi Singhasari(Sumber: R. Soekmono, 1981, Pengantar SejarahKebudayaan Jilid 2, halaman 67)g. Candi Rimbi terletak di Desa Pulosari, Jombang yang merupakan peninggalanKerajaan Majapahit pada abad ke-14.h. Candi Bajang Ratu yang merupakan gapura di daerah Trowulan bekaspeninggalan kerajaan Majapahit.i. Candi Sumber Awan bercorak Buddha sebagai penghargaan atas kunjunganRaja Hayam Wuruk ke daerah kaki Gunung Arjuna.Apabila dibandingkan antara kelompok-kelompok candi yang terdapatdi Jawa Tengah dengan Jawa Timur terdapat hal-hal yang sangat menarik.Kelompok candi di Jawa Tengah seperti Borobudur, Pawon, Mendut danPrambanan yang sebagian besar merupakan peninggalan kerajaan Mataramadalah kelompok bangunan candi yang difungsikan sebagai tempat pemujaankeagamaan, baik Hindu ataupun Buddha. Sementara kelompok candi yangterdapat di Jawa Timur seperti candi Kidal, Jago, Panataran, merupakancandi yang difungsikan sebagai makam keluarga raja. Jumlah candinya lebihbanyak tetapi wujudnya kecil-kecil bila dibandingkan dengan kelompok candiBorobudur atau Prambanan. Candi-candi yang terdapat di Jawa Timur merupakanpeninggalan kerajaan Singhasari sampai Majapahit. Meskipun berwujud candiSiwa atau Buddha, tetapi pada hakikatnya adalah candi makam dan bukanuntuk pemujaan Siwa atau Buddha. Hal ini memperlihatkan bahwa pada amanSinghasari sampai Majapahit telah terjadi pembauran antara kepercayaanasli yang berupa pemujaan arwah leluhur dengan kepercayaan Siwa dan Buddha.143.Candi di Jawa BaratDi Jawa Barat ditemukan candi yangbercorak Siwa, yaitu candi Cangkuang terletakdi daerah Leles, Garut. Candi ini bentuknya sangatsederhana dan diperkirakan berasal dari abadke-8 Masehi. Selain itu, di daerah Jawa Baratditemukan beberapa arca dan bangunan suci,baik yang berbentuk bangunan teras berundak,altar maupun percandian seperti Batu Kalde diPantai Pangandaran, Batujaya dan Cibuaya diKarawang,Astana Gede di Kawali danBojongmenje di daerah Cicalengka, KabupatenBandung.Gambar 1.12 Candi Cangkuang(Sumber: Rashad Herman, dkk, 1999,Atlas Sejarah, halaman cover belakang bagian dalam)4.Candi-candi di luar JawaDi luar Jawa terdapat juga candi-candi, seperti berikut ini.a.Di pulau Sumatra terdapat beberapa candi seperti Candi MuaraJambidi Jambi yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana. Ada juga CandiMuara Takus di Riau (terbuat dari batu bata dan terdiri atas beberapabangunan stupa). Di komplek Candi Muara Takus ada beberapa candiseperti Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Mahligai. Kompleks percandian(stupa) lainnya adalah Komplek Candi Padang Lawas yang terletak diSumatra Utara dan bercorak Siwaisme dan Budhisme. Di daerah Tapanuliterdapat komplek Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha.Gambar 1.13 Candi Muara Takus(Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 8)15bDi Kalimantan Selatan ditemukan sebuah candi yaitu Candi Agung didaerah Amuntai.c.Di Bali terdapat Candi Padas atau CandiGunung Kawi yang terletak di desaTampaksiring Kabupaten Gianyar. Candiini dipahatkan pada dinding batu yangkeras dan merupakan tempat pemujaanRaja Anak Wungsu putra terakhir dariRaja Udayana.Gambar 1.14Kelompok candi Padas di Gunung Kawi(Tampaksiring) Bali(Sumber: R. Soekmono, 1981, Pengantar SejarahMUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU di INDIA1. MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIAPerkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya. Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).DEWAOrang Arya percaya dan memuja banyak dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Contoh dewa dalam kepercayaan bangsa Arya:Pretivi sebagai dewa Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api.Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.Wisnu sebagai dewa pemelihara alam Siwa sebagai dewa perusakKetiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri MurtiKITAB SUCIKitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu: Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab. Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah. Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama. Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut. Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara. Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa.Om merupakan simbol agama Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri.SISTEM KASTASistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab Rig-Vega adalah sebagai berikut: Mereka hidup di desa, mata pencaharian mereka beternak dan bertani. Mereka mengenal pertenunan, pembuatan barang keramik dan pertukangan. Kepala pemerintahan tertinggi, raja yang berkuasa turun temurun. Dibantu dewan tertua dan kaum Brahmana. Mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka. Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya pranan yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja. Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb. Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup memiliki peran penting. Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan.Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.KEMUNDURAN AGAMA HINDUPada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran (kemunduran bukan berarti hilang sama sekali) disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:1. Kaum Brahmana terlalu memonopoli upacara keagamaan. Masyarakat umum tidak tahu mengenai seluk beluk (detail) agama Hindu hanya pendetalah yang tahu karena mereka yang menguasai bahasa Sansekerta (bahasa yang digunakan dalam kitan suci Weda). Hal ini menyebabkan muncul rasa anti agama sebab seakan-akan agama Hindu hanya untuk kaum brahmana atau paling tidak kasta ksatria tapi untuk rakyat biasa tidak akan memberikan pengaruh baik.2. Adanya sistem kasta dalam agama HinduSistem kasta dalam agama Hindu membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana berada pada kasta tertinggi sementara Masyarakat biasa terutama Sudra berada pada kasta terendah yang dibebankan kewajiban yang berat. Karena kedudukannya tertinggi maka tak jarang kaum pendeta bertindak sewenang-wenang. 3. Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta. B. MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA BUDHA di INDIAMASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDIAAgama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena : Sidharta melihat adanya dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Lagipula hanya kaum brahmana yang menguasai kitab suci Weda sementara kasta lain tau mengenai ajaran Hindu dari Brahmana tanpa boleh mempelajari langsung ajaran Hindu. Dalam kegiatan pemerintahan pun Brahmana turut campur tangan. Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu PENDERITAAN. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan. Dalam Budha, setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan tersebut asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga terbebas dari samsara 9kesengsaraan). Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi. KITAB SUCIAjaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :1. Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha2. Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.3. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin KOTA SUCIAda 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai berikut :1. Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di daerah Kapilawastu tersebut.2. Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.3. Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.4. Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.PERKEMBANGAN AGAMA BUDHAPerkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat diterima masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor pendukung diantaranya adalah sebagai berikut.1. Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.2. Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran Sidharta ini bersifat non-eksklusif.3. Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.PERPECAHAN AGAMA BUDHASetelah 100 tahun wafatnya Sang Budha timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.1. Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.2. Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Budha. Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.AJARAN SANG BUDHABudha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa:1. Hidup merupakan samsara2. Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia3. Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu4. Untuk menghilangkan nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran.Delapan Jalan Kebenaran :- Mempunyai pandangan yang benar - Punya penghidupan yang benar- Mempunyai niat yang benar - Berusaha yang benar- Berbicara yang benar - Memperhatikan hal-hal yang benar- Berbuat yang benar - Bersemadi yang benarTiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Budha :1. Berbakti kepada Sang Budha2. Berbakti kepada ajaran-ajarannya3. Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan)Tridharma jika diucapkan oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut.1. Saya mencari perlindungan pada Budha2. Saya mencari perlindungan pada Dharma3. Saya mencari perlindungan pada SangghaSelain Tridarma dalam agama Budha dikenal juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha, Dharma, dan Sanggha.Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewaDharma, yaitu kewajiban yang harus ditaati oleh umat Buddha.Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan dalam agama BudhaKEMUNDURAN AGAMA BUDHAKemunduran agama Budha di India disebabkan karena :1. Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.2. Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHAPersamaan Hindu dan Budha : Sama-sama tumbuh dan berkembang di India Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama. Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan.Perbedaan Hindu dan Budha :HINDUBUDHA

Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa DravidaMuncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana)

Kitab sucinya, WEDAKitab Sucinya, TRIPITAKA

Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut TrimurtiMengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha

Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.

Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorangTidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita

Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta

Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa SansekertaAgama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit

Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendetaSetiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi

Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir.Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup

Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi)Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma

Dibenarkan untuk mengadakan upacara korbanTidak dibenarkan mengadakan upacara korban

C. MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIAPersebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena : Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perdagangan antara India dan Indonesia. Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan. Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung oleh para pedagang India. Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia.Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di IndonesiaTerdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra. Pendapat dari Van Feber adalah bahwa: Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia. Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai. Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut. Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya. Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu. Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang. Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern. Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang: Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia. Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.Faktor yang memperkuat teori dari NJ. Krom adalah bahwa: Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perdagangan dirasa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai daerah. Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera)Bantahan para ahli terhadap teori ini :o Motif mereka datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu. o Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.o Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.o Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab suci Weda.o Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan. 3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)Inti dari teori ini adalah bahwa golongan bangsawan/ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Menurut FDK Bosch ada 3 alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh bangsawan: Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat. Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu. Adapula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia. Setelah mereka berhasil maka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu.Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan.Bantahan terhadap teori ini : Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu, seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal. Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama. Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan. Memang pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali dalam waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan. Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan budaya India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya. 4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)Inti dari teori ini adalah bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana dari India. Teori ini memang paling mudah diterima.Menurut J.C. Van Leur beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh brahmana: Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu. Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan Hindu. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda. Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya beragama Hindu. Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Para brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah mengenal Brahmana secara khusus meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia. Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia. Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian). Bantahan terhadap teori ini : Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana dalam mempelajarinya. Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.Dari keempat teori tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah pendeta juga digunakan dalam agama Budha.Adapun prosesnya sebagai berikut.Masuknya Agama Hindu ke Indonesia :Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di daerahnya. Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama.Masuknya Agama Budha ke Indonesia :Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal dengan Dharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut Sangha.Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik. Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha.Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut.Agama BudhaAgama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.Agama HinduPara pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.