SEJARAH TEATER SERIBOE DJENDELA 1997-2017 SKRIPSI
Transcript of SEJARAH TEATER SERIBOE DJENDELA 1997-2017 SKRIPSI
SEJARAH TEATER SERIBOE DJENDELA
1997-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyarat memperoleh gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah
Oleh :
Charles Advendi Kurniawan
NIM: 144314002
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
Percaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan percaya kepada segala sesuatu yang ada di bumi
baik yang terlihat maupun tak terlihat. Skripsi yang mengisi hari-hari saya selama
setahun belakangan ini saya persembahkan yang pertama kepada alam semesta
karena masih memperbolehkan saya ada untuk menulis skripsi ini. Kedua saya
persembahkan kepada orang tua.
Skripsi ini secara istimewa saya persembahkan kepada keluarga besar Teater
Seriboe Djendela, yang menjadi alasan saya untuk bertahan di Universitas ini, yang
banyak membuka kepribadian dan kemampuan saya untuk berkarya. Skripsi ini
juga sebagai salam perpisahan dan permohonan maaf saya, karena belum bisa
memberikan kemampuan terbaik selama berada di TSD. Terutama untuk para
anggota yang pernah menjadi aktor saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Sejarah Teater Seriboe Djendela 1997-2017
Kebudayaan yang ada dalam masyarakat disalurkan melalui berbagai aktifitas
kesenian. Teater merupakan salah satu jenis kesenian yang banyak mengangkat
cerita atau peristiwa didalam masyarakat sekitarnya. Salah satu unsur masyrakat
yang paling menonjol di kota Yogyakarta ialah mahasiswa, mahasiswa juga aktif
dalam dunia teater sejak tahun 1960an. Fungsi teater bagi mahasiswa sendiri ialah
sebagai wadah dalam menuangkan opini dan pandangan mereka terhadap situasi
yang terjadi pada saat itu.
Salah satu satu Universitas yang ada di Yogyakarta ialah Sanata Dharma yang
lahir pada 20 oktober 1955 dan masih bernama PTPG (Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru). Hingga pada tahun 1993 mengalami banyak perubahan nama
FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) 1958-1965, IKIP (Ilmu Keguruan dan
Ilmu Pendidikan) 1965–1993, dan Universitas Sanata Dharma mulai 1993 hingga
sekarang. Kegiatan seni pertunjukan di Sanata Dharma dulu belum berbasis teater
melainkan ketoprak yang bernama Ketoprak Sadhar Budaya. Hingga berkembang
dan memiliki cabang yakni Teater Seriboe Djendela (TSD). Dengan adanya
lembaga pendidikan yang menauingi teater adakah perbedaanya dengan teater-
teater pada umumnya?. Apa yang sebenarnya bisa membuat TSD bisa bertahan
hingga sekarang?. Wawancara menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk
mendapat jawaban atas pertanyaan –pertanyaan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan adanya sebuah siklus yang menjadi garis besar
dari tahun 1999 hingga 2017. TSD selalu mengikuti perkembangan jaman yang ada,
tetapi tidak pernah lepas dari pengaruh Universitas dan sejarahnya sendiri.
Explorasi menjadi sebuah keharusan jika ingin tetap eksis didunia teater, hal ini
dilakukan TSD setiap waktu dan membuatnya bisa bertahan hingga sekarang.
Seiring berjalanya waktu TSD tentu pernah mengalami krisis dan perubahan, yang
nantinya juga akan mempengaruhi sifat anggotanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The History of Teater Seriboe Djendela 1997-2017
Culture in society is being expressed through many of artistic activities.
Theatre is one of the art platform that closely affected by stories, legends and social
events happened in society. University students are a major part of Yogyakarta
society, and they are actively involved in theatrical activity since 1960. Theater
becomes a mean to express their opinion and vision towards socialm, cultural,
educational and even political issues arround them.
Sanata Dharma is one of private university in Yogyakarta. Sanata Dharma is
estabilished since 20th October 1955. Sanata Dharma University went through a lot
of name changes througout the time. At the beginning of its estabilishment, it was
called PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru); and changed into FKIP
(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) during 1958-1965; IKIP (Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan) during 1965-1993; and finally it changed into Sanata
Dharma University heretofore. Ketoprak Sadhar Budaya was the pioneer of
theatrical art platform in Sanata Dharma, later Ketoprak Sadhar Budaya turned into
Teater Seriboe Djendela (TSD). Is there any significant diferences between theatre
with education back up and any other theathres? What makes TSD survived?
Interview was deeply used in anwering those questions.
The results of the research shows that there was a cycle happened between
1999 up until now. TSD follows the current developments without detaching itself
from Sanata Dharma and its own history influence. Exploration is key of any
existances in theatrical industry, TSD explore new things to survive the changes.
As time goes by, TSD experiences crisist and changes, which will affect the
characteristics of its member.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Skripsi yang memiliki cakupan waktu yang cukup panjang ternyata menjadi
salah satu hambatan dalam proses pembuatan. Skripsi dengan judul “Sejarah Teater
Seriboe Djendela 1997-2017” ini akhirnya dapat selesai dengan waktu yang sudah
ditargetkan. Skripsi ini sendiri nantinya diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
bagi mahasiswa untuk tidak melupakan sejarah. Mulai dari sejarah tempatnya
beraktifitas dan menghasilkan suatu karya, sehingga output atau karya yang
dihasilkan bisa menggambarkan karakteristik kelompok tersebut.
Dibuatnya skripsi ini juga bertujuan agar Teater Seriboe Djendela memiliki
arsip yang bisa diteruskan kesetiap generasi tanpa mengubah nilai sejarahnya.
Banyaknya anggota yang tidak tau sejarah Teater Seriboe Djendela bukanlah
masalah yang sederhana, karena sebagai seorang mahasiswa sudah selayaknya
kepekaan dan kesadaran menjadi batu loncatan untuk memperbaiki mental bangsa.
Kesadaran akan banyaknya kekurangan dalam skripsi ini pun harap bisa
diterima, karena keterbatasan di beberapa sumber dan ke tidak teletian kerap
ditemukan dalam hari-hari pengerjaan.
Pada kesempatan yang penuh senyum ini perkenankan penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Semesta dan Tuhan Yesus kristus
2. Kedua orang tua, P.M. Sariman, dan Rita Yuliandari selaku sepasangan
kekasih yang terus menarik dan mendorong penulis untuk mendapatkan gelar
sarjana, terutama secara finansial.
3. Keluarga besar Teater Seriboe Djendela yang banyak membantu selama
proses penulisan, terutama untuk para alumni dan anggota yang bersedia saya
wawancarai.
4. Dosen pembimbing Yerry Wirawan yang sangat sabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Keluarga besar sejarah USD, terutama teman-teman angkatan 2014 Berang,
Omi, Rosma, Tiur, Edut, Ara, Fajar, Bimo, Ageng, Gerard, Gustan, Katon,
yang menjadi lawan sekaligus motivator dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen sejarah Bapak Hery Santosa, Bapak Hieronymus Purwanta, Bapak
Sandiwan Suharso, Pak Yerry Wirawan, Pak Silverio RL Aji Sampurno, Mas Heri
Priyatmoko, Romo Baskara T. Wardaya SJ, dan Ibu Lucia Juningsih (almh) atas
sumbangsih besarnya dalam memahami ilmu sejarah secara mendalam.
7. Yustinus 18 yang sudah bersedia menjadi saudara, terutama Andreas, Matheus,
Moko, Billy, Gilang, Wily, Putra, Dama, Ricky, Ivan, dan Jugas yang hidup
bersama-sama selama di Yogyakarta.
8. Kepada keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan haus akan pembuktian
serta penghargaan.
9. Festivalist yang selalu menemani dan membentuk pandangan penulis terhadap dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI SEJARAH TEATER SERIBOE DJENDELA................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................. iii
HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................iv
Motto .................................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................................vi
HALAMAN PERSETUJAN AKADEMIS ................................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 9
1.5 Kerangka Teori ..................................................................................................... 9
1.6 Metode Penelitian ................................................................................................ 12
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 13
BAB II AWAL MULA PENDIRIAN TEATER SERIBOE DJENDELA 1990an ............................ 15
2.1 Sanata Dharma .................................................................................................... 15
2.2 Ketoprak .............................................................................................................. 16
2.3 Dari Ketoprak Sadhar Budaya ke Teater Seriboe Djendela........................... 19
BAB III MEMASUKI ERA AWAL TEATER SERIBOE DJENDELA 2000-2017......................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.1 Menemukan Jati Diri .......................................................................................... 27
3.2 Mencoba Dunia Luar .......................................................................................... 30
3.3 Merasakan Krisis ................................................................................................ 36
BAB IV ZONA AMAN TEATER SERIBOE DJENDELA 2008-2017 ........................................ 44
4.1 Perubahan Secara Besar-Besaran ..................................................................... 44
4.2 Pemantapan ......................................................................................................... 47
4.3 Sesaknya Kegiatan dan Explorasi ..................................................................... 54
4.4 Perbaruan Sejarah yang Singgah Kembali ...................................................... 73
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................................... 76
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 81
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Secara garis besar, teater terbagi menjadi dua yakni teater tradisional dan
teater modern. Masing-masing jenis teater ini mempunyai perbedaan yang sangat
signifikan mulai dari pandangan antara kedua kurun waktu teater yang berbeda.
Secara ringkas dapat dikatakan teater tradisional merupakan seni pertunjukan yang
berasal dari budaya masyarakat setempat, yang biasanya merupakan bagian dari
upacara keagamaan atau ritual-ritual masyarakat seperti ritual memanggil hujan
atau menyembuhkan penyakit. Sebaliknya pada teater modern sudah memiliki
stuktur dan sistem yang jelas dalam prosesnya. Biasanya teater modern memiliki
ciri-ciri seperti dilakukan di tempat yang khusus dengan beberapa pementasan
penonton harus membayar, berfungsi untuk hiburan, sudah memakai idiom-idiom
modern, sudah mulai menggunakan bahasa Melayu Pasar dan adanya pegangan
cerita tertulis.
Pementasan teater memiliki fungsi untuk menyadarkan kita akan situasi
yang terjadi dalam kehidupan keseharian.1 Teater juga dapat dilihat sebagai seni
yang obyektif karena seni teater menghadirkan pengalaman-pengalaman batin dan
1 Max arifin. Teater Sebuah Perkenalan Dasar. (Ende: Nusa Indah. 1980); hlmn 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengalaman indra melalui ucapan dan laku.2 Teater merupakan bagian dari
kesusastraan atau kesenian dramatis melalui penulisan dan juga pelakonan dari
drama terutama kalau berhubungan dengan pengarang, drama, masa, dan lain-lain.3
Perkembangan teater Indonesia dapat dikatakan melanjutkan perkembangan
teater yang ada di Yunani sebagai asal mula teater saat itu.4 Jika kita amati teater
tersebut lahir dari suatu kebudayaan yang dilandasi atas suatu kebutuhan manusia
akan alam. Di Indonesia kekayaan alam dan budaya melahirkan keberagaman
kehidupan seni dan budaya.
Bentuk-bentuk teater daerah sendiri terdiri dari beberapa bentuk yang
menghiasi dunia seni Indonesia hingga saat ini, yang pertama ialah teater bertutur.
Bentuk teater daerah yang dekat dengan satra ini memiliki beberapa bentuk yang
sampai sekarang masih bisa ditemui yakni sinrilik, kenterung, jemblung, bakaba,
cakepung.5 Bentuk-bentuk tersebut memiliki daerah perkembanganya sendiri
sendiri yang masih bertahan di kala terhimpit dengan teater lokal lain serta
perkembangan teater modern sekarang ini.
Teater modern tentu saja tidak sama dengan teater tradisional. Dalam teater
modern semuanya akan terlihat lebih rumit dan lebih memperhatikan proses
2 Max arifin. Teater Sebuah Perkenalan Dasar. (Ende: Nusa Indah. 1980); hlmn 9.
3 ibid., hlmn. 12
4 Teater berasal dari bahasa Yunani Theatron, artinya tempat atau gedung
pertunjukan, dalam perkembangannya teater memiliki arti yang luas dan diartikan sebagai
segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Max arifin. Teater Sebuah
Perkenalan Dasar. (Ende: Nusa Indah. 1980); hlmn 9.
5 Jakob Sumarjo. Perkembangan Tearter Moderen dan Sastra Drama Indonesia.
(Bandung: PT Citra Adtya Bakti. 1992). Hlmn 38-45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berjalannya sebuah pementasan. Dalam teater modern pula semua benar-benar
diperhatikan mulai dari pelaku, suara, naskah, aksi, emosinalitas, tataruang, dan
masih banyak lagi cabang yang nantinya menuntun kita dalam pembuatan teater
modern yang benar-benar bisa dinikmati.6 Fungsi pokok dari teater modern ialah
hiburan dan pendidikan walaupun masih ada lima unsur pokok yang dapat
dirangkum dalam teater modern yakni ruangan, naskah tertulis atau drama, aksi,
suara, adegan dan suasana.7
Teater modern yang tertua di Indonesia ialah Komedie stamboel yang masuk
pada tahun 1891 di Surabaya. Beberapa orang mengikuti teater tersebut sehingga
terbentuklah stamboel sebagai pionir teater modern Indonesia.8
Komedie Stamboel mementaskan lakon-lakon lokal dan juga asing. Masa
kejayaan teater ini tidak bertahan lama setelah ditinggal oleh pendirinya August
Mahieu (1830-1902), kelompok ini pun bubar pada 1906. Komedie Stamboel
memicu banyak kelompok teater bermunculan, keuntungan yang cukup besar
ternyata mengundang kelompok Tionghoa peranakan terjun ke dalam bisnis teater
ini.
Beberapa tahun kemudian muncul dua kelompok teater yang banyak
mencuri perhatian yakni Miss Riboet’s Orion dan Dardanella. Miss Riboet’s Orion
dan Dardanella melakukan beberapa perubahan yang menguatkan jati diri mereka
6 C, Akwan. Beberapa Aspek Teater Tradisional. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
1984); hlmn. 36-37.
7 ibid., hlmn. 40.
8 Jakob Sumarjo. Perkembangan Tearter Moderen dan Sastra Drama Indonesia.
(Bandung: PT Citra Adtya Bakti. 1992); hlmn. 107-110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sebagai teater modern. Pembagian episode yang mulai diperingkas, dihilangkannya
selingan di tengah pementasan, dan adegan perkenalan tokoh serta pentas yang
diselesaikan dalam satu malam saja. Hal-hal tersebut merupakan beberapa
perubahan yang dilakukan yang membuat jarak antara teater tradisional dan modern
semakin jauh.
Miss Riboet’s Orion didirikan oleh Tio Tik Djien yang merupakan seorang
terpelajar yang memiliki modal atas kelompok ini, perubahan-perubahan di atas
sebagian besar di prakasai oleh kelompok yang lahir pada tahun 1925 ini. Miss
Riboet’s sendiri sebenarnya merupakan sebuah aktor yang menjadi andalan
kelompok ini. Kelompok Dardanella didirikan pada 21 juni 1926 oleh A. Piedro
(Willy Klimanoff) di Sidoarjo. Didirikannya kelompok ini salah satu tujuannya
guna menyaingi kelompok Orion, dan tujuan mereka tercapai dengan adanya
perpindahan beberapa aktor dari Orion ke Dardanella. Keberhasilan mereka juga
dapat dilihat dari pementasan yang tidak hanya dilakukan di Asia saja melainkan
sampai ke Eropa dan Amerika.
Keberhasilan beberapa kelompok teater yang terukir dalam sejarah
Indonesia tidak lepas dari naskah yang ditulis, naskah yang bermunculan pada saat
itu mampu memberi kesan pada penonton seperti naskah legendaris milik Rustam
Effendi berjudul “Bebasari”. Begitu juga dengan kelompok teater daerah seperti
Miss Tjitjih dan Sri Asih, serta beberapa teater amatir yang bermunculan.
Masa perkembangan teater modern di Indonesia kemudian berlanjut pada
masa Jepang yang menjajah Indonesia sekitar 3 setengah tahun lamanya. Meskipun
kekuasan militer Jepang telah dimulai sejak tahun 1942 akan tetapi aspek budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dan kesenian baru dapat dirasakan pada akhir tahun. Jepang yang hanya fokus pada
bidang militer mengabaikan kegiatan kegiatan politik dan kebudayaan. Akan tetapi
setelah mereka terdesak oleh perang Asia Pasifik, teater tradisional dimanfaatkan
oleh Jepang untuk melakukan propaganda dan menggalang dana yang nantinya
membantu biaya perang mereka.9
Setelah perginya Jepang dari Indonesia pada tahun 1945, aktivitas tulis
menulis sangatlah gencar dan banyak buku-buku serta surat kabar yang membahas
semangat kemerdekaan. Saat itu teater menjadi media utama dalam mengadakan
pertunjukan-pertunjukan yang bertemakan perjuangan bangsa pada saat itu.
Pada masa ini juga lahir Teater Maya yang dibentuk oleh Usmar Ismail dan
Abu Hanifah. Menurut Usmar Ismail kelompok ini bisa dibilang sebagai
“avantgarde theatre” atau pendobrak teater Indonesia. Kesuksesan Usmar Ismail
dalam dunia perteateran berlanjut dengan didirikannya ATNI atau Akademi Teater
Nasional Indonesia pada 1955 di Jakarta. Sebelumnya sudah ada Akademi Seni
Drama Dan Perfileman Indonesia (ASDRAFI) pada 1954 di Yogyakarta.
Kemunculan organisasi akademi ini tentu menjadi pendorong besar dunia
perteateran Indonesia karena teater sudah merambah ke dunia pendidikan.
Pada tahun 1960-an pementasan-pemantasan yang diadakan semakin
tambah banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Di kampus-kampus, para mahasiswa
dan masing masing organisasi teater yang ada melakukan pementasan setiap
tahunnya. Guna menampung banyaknya pementasan yang ada maka dibuatlah
9 Jakob Sumarjo. Perkembangan Tearter Moderen dan Sastra Drama Indonesia.
(Bandung: PT Citra Adtya Bakti. 1992); hlmn. 134-137.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
festival teater yang diselenggarakan sejak 1950-an akan tetapi mulai tahun 1960-an
festival yang diadakan lebih besar dengan diikuti banyak peserta dari berbagai
organisasi teater.10
Di Yogyakarta dikeluarkan surat keputusan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0156/U/1978 tentang konsep Normalisasi Kehidupan Kampus
(NKK). Hal ini sebabkan karena adanya beberapa demostrasi atau protes terhadap
pemerintahan masa orde baru oleh beberapa kampus di Indonesia dan banyaknya
gerakan mahasiswa yang berbau politik. Guna meminimalisir hal tersebut maka
pemerintah mengeluarkan NKK untuk mengembalikan kampus sebagai lembaga ke
ilmuan. Dilarangnya kegiatan politik mengakibatkan peningkatan kegiatan-
kegiatan kesenian di kampus.
Tidak lama kemudian Institut Seni (ISI) Indonesia berdiri di Yogyakarta
pada 23 juli 1984. Kampus ISI sendiri terbentuk atas gabungan beberapa lembaga
kesenian yakni ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), ASRI (Akademi Seni Rupa
Indonesia), AMI (Akademi Musik Indonesia). Sekolah seni ASDRAFI menyatakan
tidak ikut untuk bersatu karena tidak ingin berada di bawah payung manapun.
Suara teater yang berada dalam lembaga pendidikan di Yogyakarta semakin
keras setelah peristiwa reformasi pada 1998. Suatu kejadian besar yang mendorong
mahasiswa untuk bersuara dengan berbagai cara, salah satunya melalui seni
pertunjukan. Teater berfungsi sebagai alat atau wadah penampung situasi, apakah
dalam masyarakat akan memiliki guna yang sama jika berada dalam suatu lembaga
10 Jakob Sumarjo. Perkembangan Tearter Moderen dan Sastra Drama Indonesia.
(Bandung: PT Citra Adtya Bakti. 1992); hlmn. 167.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pendidikan terutama di Universitas Sanata Dharma (USD), yang memiliki unit
kegiatan mahasiswa bernama Tater Seriboe Djendela (TSD).
Menyatunya teater dengan rakyat tentunya lebih menguatkan teater sebagai
media masyarakat dalam menyampaikan apa yang di rasakan dan diinginkan. Hal
ini juga akan berpengaruh dengan yang disenangi masyarakat, dan teater pun
menyesuaikanya. Proses dalam teater tidak lah mudah, perlu ada interaksi dengan
kasus atau masalah yang dituangkan dalam pertunjukan..
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi masalah
TSD merupakan salah satu teater yang berciri teater modern, akan
tetapi sejarah TSD dimulai sejak adanya ketoprak Sadhar Budaya di
Universitas Sanata Dharma. Perubahan terjadi saat ketoprak menuju teater
modern. TSD sendiri dalam beberapa pementasanya memadukan unsur nilai
tradisional yang dimiliki baik dalam naskah ataupun pementasan yang
dibawakan sendiri.
2. Rumusan masalah
Pembatasan mengambil rentan waktu mulai dari proses lahirnya TSD
karena sebagai pintu untuk memasuki masalah apa yang timbul sehingga
membuat mahasiswa membuat unit kegiatan Teater di kampus. Seiring
dengan perkembangan waktu kemudian TSD mulai berkembang dan banyak
mengalami perubahan baik secara intern yang ada di dalam TSD sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
maupun ekstern karena berada di bawah naungan Universitas Sanata
Dharma. Perubahan itu akan dibatasi hingga periode 2017 karena ditahun
tersebut dilakukan pementasan yang membawakan naskah tradisional tetapi
dipentaskan secara modern. Hal ini bisa dikatakan bahwa TSD mulai
menggabungkan antara teater tradisional dan teater modern.
Pertanyaan yang kami rumuskan dalam tiga pertayaan utama.
1. Bagaimana proses terbentuknya TSD?
2. Bagaimana perkembangan TSD hingga 2017?
3. Mengapa TSD bisa bertahan hingga sekarang?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Mendokumentasikan perkembangan dalam TSD sebagai teater yang
berada di bawah naungan Universitas Sanata Dharma.
Merenkronstruksi perubahan sosial yang ada pada anggota TSD yang
nantinya akan mempengaruhi kinerja TSD sendiri.
2. Manfaat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi sumber refleksi
bagi anggota TSD sendiri. Bagi masyarakat luas terutama mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Sanata Dharma dengan penelitian ini
diharapkan bisa mengenal TSD secara lebih dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.4 Tinjauan Pustaka
Buku sosial dan teater modern menjadi hal penting karena teater memang
tidak bisa lepas dari dampak sosial yang ada disekitarnya karena dari sanalah
muncul ide dan gagasan dalam membuat sebuah pertunjukan. Dalam studi kasus
TSD sendiri sudah ada yang menulisnya dalam skripsi yang berjudul Humanisme
Sartre dan Aplikasi Di Dalam Proses Teater yang di tulis oleh Yohanes Padmo Adi
Nugroho yang juga merupakan lulusan Universitas Sanata Dharma dan juga sebagai
anggota TSD angkatan 1999-2017
Dalam tulisan beliau TSD hanya di jadikan sebagai salah satu obyek
penelitianya dengan sasaran utamanya ialah anggota TSD sendiri dalam studi kasus
pemikiran, akan tetapi beliau tidak memaparkan sejarah dan perkembangan TSD.
Disni beliau hanya menyinggung tetang pentas yang dilakukan pada tahun 2012
yang berjudul “Pada Malam yang Itu” dengan melihat menggunakan kacamata
seorang tokoh yang bernama Sartre, dan hal yang paling banyak disinggung ialah
masalah keaktoran. Hal ini tentunya berbeda dengan apa yang akan di tulis nanti
mengenai perkembangan TSD sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak
bagian di dalamnya.
1.5 Kerangka Teori
Terbaginya dua konsep teater tradisonal dan juga teater modern membuat
munculnya sebuah kerangka dan konsep yang perlu dipaparkan. Teater modern
memiliki dua fungsi sebagai hiburan dan juga pendidikan dan memiliki 6 unsur
yakni ruangan, naskah tertulis, aksi, suara, adegan, suasana, dan drama, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
teater tradisional memiliki 5 unsur yakni tarian dan musik, sihir, topeng, upacara,
suasana. 11
Menurut KasimAhmad dua pengertian ini sering digunakan secara salah
karena hanya dikaji melalui pendekatan lahiriah dan eksakta tidak secara sumber
dan dasar. Teater tradisional hendaknya diartikan sebagai bentuk teater yang
sumber, berakar, bermula dan berpijak di bumi Indonesia dengan segala aspek
kehidupan yang mengelilingi itu, dan bertolak pada inti, sumber dan dasar
penciptaannya.12
Menurut I Made Bandem dan Sal Murgiyanto teater tradisional tergolong
lebih santai, karena penonton datang bukan dengan aturan yang mengikat mulai
dari aturan tempat duduk hingga bebas pulang kapan saja. Walaupun tergolong
santai tapi dalam teater daerah mencakup empat hal yang bersifat emosional,
fisikal, spiritual, dan intelektual.13 Teater barat atau modern lebih cenderung
menggambarkan kehidupan manusia yang senyatanya sedangkan teater daerah
memiliki tingkat pengindahan yang banyak karena yang sering dilakukan berupa
tarian serta nyanyian.
Peran teater daerah atau teater tradisonal yakni sebagai sarana upacara yang
dipersembahkan untuk leluhur. Sebagai sarana hiburan tidak dimiliki oleh teater
11 C, Akwan. Beberapa Aspek Teater Tradisional. (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia. 1984); hlmn 36-47.
12 Max arifin. Teater Sebuah Perkenalan Dasar. (Ende: Nusa Indah. 1980); hlmn
56.
13 I made Bandem dan Sal Murgiyanto (ed.). Teater Daerah Indonesia. (Denpasar:
Pustaka Budaya. 1996); hlmn 13-32.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
modern saja melainkan juga teater tradisional, hal ini akan didapatkan penonton
ketika menikmati teater yang mirip dengan upacara adat dengan wujud akting,
gerak yang teratur, teater ini dapat memberikan kepuasan dan kesenangan kepada
para penonton, salah satunya nyanyian nyanyian yang biasanya dilontarkan.
Media komunikasi juga menjadi salah satu peranan bagi teater daerah, hal
ini karena teater memiliki sifat “peran serta komunal” di mana teater tidak mungkin
terjadi tanpa peran penonton. Teater sebagai media komunikasi di harapkan oleh
beberapa pihak mulai dari kelompok teater yang berharap masyarakat dapat
mengerti apa yang mereka sajikan, sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat
dari apa yang mereka tonton, dan pihak sponsor agar ide-ide atau gagasan mereka
sampai kepada penonton. Yang tak kalah penting yakni peranan teater daerah
sebagai pengucapan sejarah, yang mengajak masyarakat untuk mengenal sejarah
bangsa, leluhur, raja, dan pimpinan lainnya. Dengan diselenggarakanya teater
daerah yang mengangkat cerita rakyat maka masyarakat akan lebih mudah
memahami isi dan pesan yang terkandung dalam cerita dengan waktu yang lebih
cepat.
Teater modern sendiri menurut Tato Nuryanto dipentaskan bedasarkan
naskah tertulis, yang diangkat dari suatu hasil karya sastra serta diikat oleh
pengertian dan hukum dramaturgi, dan secara pengolahannya didasarkan pada
teater barat.14 Yang diutamakan adalah masalah, konflik, tokoh serta wataknya
bukan lagi jalan cerita, sehingga sangat jarang ada tarian atau nyanyian.
14 Nuryanto Tato. Apresiasi Drama. (Depok: Rajawali Pres. 2017); hlmn 43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.6 Metode Penelitian
Rancangan data dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode sejarah dengan pendekatan deskriptif naratif dan analisis. Acuan sumber
yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan pendiri TSD ditahun-
tahun awal berdirinya dan juga beberapa Lurah (sebutan untuk pemimpin TSD)
dibeberapa angkatan serta beberapa anggota TSD hingga tahun 2017 sebagai
sumber primer. Walaupun dalam prosesnya tak banyak dari mereka yang bisa
dihubungi dan diwawancarai. Guna mengatasi hal tersebut maka dilakukan juga
melalui media sosial mengingat jarak para tetua yang cukup jauh dengan
Yogyakarta. Sumber primer lainnya adalah beberapa arsip yang sangat masih bisa
ditemukan.
Naskah dan beberapa notulensi juga menjadi sumber refrensi yang
digunakan dalam mengumpulkan dan mengolah data. Dalam pengumpulan juga
dilakukan penyusunan sekaligus merapikan beberapa arsip yang tidak begitu
tertata, sehingga nantinya akan lebih mudah ditemukan saat dibutuhkan.
Untuk sumber sekunder, kami melakukan studi pustaka. Dalam studi pustaka
yang dilakukan tidak hanya menggunakan buku-buku sejarah saja melainkan juga
buku-buku ilmu bantu seperti sosial dan juga kesenian terutama seni pertunjukan.
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan verifikasi sumber atau kritik sumber
dan dilanjutkan dengan analisis.
Dalam kritiki sumber sendiri, penulis menemukan beberapa kebingungan saat
berhadapan dengan sumber yang berbeda. Untuk menyikapi al tersebut maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dilakukan penggalian sumber lebih mendalam dan memastikan sumber mana yang
paling bisa dipercaya. Dalam masalah ini terdapat sumber dari narasumber dan
notulensi, akhirnya penulis akan lebih memilih notulensi karena untuk nara sumber
sendiri tidak luput dari namanya lupa.
Tahap berikutnya ialah memadukan antara data primer, sekunder, dan juga
fakta-fakta yang didapat dilapangan. Kegiatan ini juga digunakan untuk memeriksa
kembali kelengkapan dan jumlah data yang dibutuhkan, agar lebih menghemat
waktu.
Tahap interpretasi juga digunakan dalam menanggapi masalah-masalah yang
timbul. Hal ini dilakukan untuk memberikan tanggapan dan pandangan pribadi
terhadap suatu kegiatan, dengan cara melihat hal-hal lain yang berkaitan dengan
kegiatan tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan tahap historiografi yang melihat
kembali sejarah melalui beberapa tulisan TSD yang masih ada. Serta berkaitan
dengan tujuan dalam penulisan skripsi ini yakni menulis sejarah TSD.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan nantinya akan diawali dari Bab I yang berisi pendahuluan yang
berisi latar belakang, indentifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan serta manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, dan metode yag
digunakan dalam penelitian. Bab II akan membicarakan tentang proses
terbentuknya TSD 1997-1999. Bab III akan membahas tentang proses
perkembangan serta masalah-masalah yang ada di dalam TSD 2000-2007. Bab IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
juga akan membahas tentangproses perkembangan serta masalah-masalah yang ada
di dalam TSD 2008-2017. Sedangkan dibab V berisi kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II AWAL MULA PENDIRIAN
TEATER SERIBOE DJENDELA 1990-an
Teater Seriboe Djendela (TSD) memiliki sejarah sejak tahun 1997. Dimulai
dari suatu perkumpulan mahasiswa USD yang mengikuti perlombaan ketoprak, dan
kemudian mengubah stutusnya menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang
berbasis teater. Tumbuh dan berkembangnya TSD sendiri tentu tidak lepas dari
peran Sanata Dharma, Universitas ini pun memiliki sejarah yang cukup panjang
yang perlu kita lihat, agar nantinya dapat menjadi cara pandang baru untuk melihat
TSD dari sisi yang berbeda.
2.1 Sanata Dharma
Nama awal dari Sanata Dharma ialah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG) yang dikelola oleh Ordo Serikat Jesus atau yang sekarang lebih kita kenal
dengan sebutan S.J. PTPG Sanata Dharma ini lahir pada 20 oktober 1955. PTPG
Sanata Dharma saat itu memiliki beberapa jurusan diantaranya ada Bahasa Inggris,
Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Ketentuan pemerintah saat itu berbeda dengan
mengubah PTPG menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan), yang di
tentukan oleh kementrian pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. FKIP (1958-
1965) ini merupakan bagian dari Universitas Katholik Indonesia cabang
Yogyakarta. Untuk mengatasi kerancuan yang muncul entah menjadi bagian dari
Universitas Katholik Indonesia cabang Yogyakarta atau FKIP Sanata Dharma,
sebagai sebuah intuisi pendidikan maka namanya berubah lagi menjadi IKIP (1965
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
– 1993). Hingga pada akhirnya untuk menyesuaikan kebutuhan masyrakat dan
perkembangan jaman yang ada maka, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi
Universitas Sanata Dharma mulai dari 1993 hingga sekarang.
Di Universitas Sanata Dharma sendiri terdapat sejumlah kegiatan kesenian,
mulai dari tingkat jurusan terutama Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), yang
dimasukkan kedalam salah satu mata kuliah. Dilanjutkan ditingkat fakultas, dan
yang paling besar di tingkat Universitas yang lebih sering dikenal dengan nama
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kegiatan kesenian di Universitas Sanata
Dharma antara lain Teater Seriboe Djendela (teater), Grisadha (tari modern),
(karawitan),Tutu Club (balet), Sexen (band), Lens Club (fotografi). Keberadaan
UKM seni di Universitas Sanata Dharma ini tidak terlepas dari dukungan rektorat
seperti terungkap dalam pernyataan Wakil rektor 4 F.X. Ouda Teda Ena M.Pd.,
Ed.D. yang mengatakan bahwa walaupun USD tidak memiliki fakultas di bidang
seni tapi kesenian berkembang baik di sini, dan beliau juga mengatakan bahwa
pentingnya kesenian bagi mahasiswa ialah sebagai sarana untuk menjadi lebih
berkemanusiaaan.15
2.2 Ketoprak
Kesenian ketoprak lahir dari seorang pegawai istana atau yang saat itu lebih
dikenal dengan nama abdi dalem kerajaan, yang bernama R.M. Weksadiningrat.
Beliau saat itu sedang bertugas di bawah kepemimpinan Pakubuwana IX, kemudian
pada suatu hari R.M. Weksadiningrat melihat banyak wanita yang sedang
15 https://www.usd.ac.id/deskripsi.php?idt=usd_berita&noid=3319.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menumbuk padi sambil berirama.16 Suasana yang sangat mendukung itulah yang
kemudian membuat Weksadiningrat menambahkan banyak instrument musik lain
seperti gendang dan seruling, hal ini jelas mengundang banyak penonton saat itu
karena mereka menganggap itu merupakan suatu yang menyenangkan dan
menghibur untuk disaksikan. Mulai saat itu dia menamakan sebuah pertunjukan itu
sebagai ketoprak yang berasal dari bahasa Jawa yakni “ketok” yang berakti
memukul.
Pada masa perkembangannya kemudian ketoprak menjadi suatu yang
digemari, bahkan sudah memiliki beberapa kelompok yang ikut meramaikan
kasanah seni pertunjukan di Indonesia. Pada tahun 1920 banyak rombongan amtir
dan juga profesi ketoprak yang sudah terbentuk di beberapa daerah di pulau Jawa.
Kota yang menjadi pusat seniman ketoprak ialah Surakarta dan juga Yogyakarta
berhubungan dengan masa itu yang sangat kental dengan budaya Jawa dan cerita
legenda yang ada. Maka seni ketoprak ini cenderung membawakan cerita cerita dari
kerajaan Mataram yang pernah mengalami masa kejayaaannya di pulau Jawa, cerita
tentang Mataram ini biasanya dibawakan oleh para kelompok ketoprak yang berasal
dari Yogyakarta.
Pada tahun 1925 jumlah kelompok ketoprak yang ada di Surakarta maupun
Yogyakata hampir melebihi empat ratus kelompok.17 Perbedaan yang di dapat dari
kedua kelompok ini yakni ketoprak Yogyakarta lebih menonjolkan dialog yang ada
16 Brandon James. Jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara. (Bandung: P4ST UPI.
2003). Hlmn. 71.
17 ibid.,. hlmn. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dalam setiap pertujukan mereka, sedangkan jika kelompok yang berasal dari
Surakarta mereka lebih menonjolkan tari yang ada di pertunjukan mereka. Ketoprak
memang hampir sama dengan beberapa seni pertunjukan lainya, yang di dalamnya
terdapat beberapa unsur seni lain seperti musik, tata pangung, tata rias, bahkan
pencak silat atau adegan laga.
Musik dalam ketoprak berasal dari salah satu cabang seni musik di
Indonesia yakni gamelan yang juga memang kental di Jawa pada saat itu. Unsur
lain yang ada di dalam seni pertunjukan ini ialah tata pakaian dan tata rias, dalam
unsur ini jelas yang dibawakan ialah pakaian dengan nuasa-nuasa kerajaan dan
masyrakat Jawa pada saat itu. Serta masih banyak elemen lain yang ada
diadalamnya seperti pemain, sutradara, dan dekorasi properti.18 Seni pertunjukan
tentu juga akan ikut berkembang dalam menemani perkembangan jaman yang
semakin pesat maka demikian pula dengan ketoprak yang lama kelamaan ikut
berkembang dalam masyarakat. Perkembangan yang timbul ini bisa dilihat dari
bagaimana cara pementasan ketoprak tersebut ditampilkan. Seni ketoprak biasanya
ditampilkan di sebuah pangung pertunjukan, akan tetapi seiring dengan
perkembangan jaman maka seni ketoprak kini sudah bisa kita nikmati melalui radio
dan televisi.19
Ketoprak sendiri memiliki tujuan yang berbeda beda yang biasanya terbagi
atas dua yakni ketoprak komersial dan ketoprak non komersial. Jika ketoprak
18 Setyadi. Tuntunan Seni Ketoprak. (Yogyakarta :Proyek Pengembangan
Kesenian) hlmn. 17-38.
19 ibid., 39-44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
komersial adalah ketoprak yang dimainkan dengan mempertunjukan sebuah
penampilan dengan memungut biaya. Ketoprak non kemersial ialah kelompok
ketoprak yang diundang kedalam suatu hajatan atau acara tanpa harus membayar.
2.3 Dari Ketoprak Sadhar Budaya ke Teater Seriboe Djendela
Teater dan ketoprak keduanya merupakan salah cabang seni pertunjukan
yang mempunyai karekteristiknya masing-masing. Di Indonesia, teater modern
datang dari luar dan tentunya butuh penyesuaian saat masuk ke masyarakat.
Berbeda dengan ketoprak yang asli kebudayaan Jawa yang hanya mengikuti
perkembangan jaman yang ada.
Teater dan ketoprak sudah banyak disinggung diawal, maka dalam
pembahasan kali ini akan disinggung mengenai TSD dan juga ketoprak milik
Universitas Sanata Dharma yang bernama Ketoprak Sadhar Budaya (KSB). Teater
Seriboe Djendela merupakan cabang dari Ketoprak Sadhar Budaya, keduanya
memang memiliki kesamaan yakni berada di bawah naungan lembaga pendidikan
yakni Universitas Sanata Dharma.20
Ketoprak yang pada saat itu menjadi salah satu bagian dari kesenian rakyat
yang cukup digemari di Yogyakarta menjadi salah satu media bagi masyrakat dalam
menyampaikan aspirasi, juga menjadi wadah bagi mereka untuk menyampaikan
20 Selain TSD di kampus Sanata Dharma juga terdapat 5 teater mahasiswa lainnya
a) Teater Ingsun milik Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, b) Teater Delapan milik
fakultas Psikologi, c) Bengkel Sastra milik Sastra Indonesia,d) Teater Rakyat milik IPPAK,
e) Teater Jaran Iman milik fakultas Teologi Kentungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
opini dan berekspresi. Hal inipun juga dialami bagi seluruh orang yang berada di
Universitas Sanata Dharma.
Pada saat itu Ketoprak Sadhar Budaya ini berisikan para karyawan, dan
beberapa staf lainya yang berada di Universitas Sanata Dharma ini sebagai sarana
hiburan. Hal ini tentu menjadi salah satu keputusan USD yang patut diancungi
jempol, karena tidak hanya mengembangkan mahasiswanya melainkan juga
karyawan yang ada didalamnya.
Sejarah TSD semula bermula dari tahun 1997 saat diadakan festival
ketoprak bernama Festival Ketoprak Bahasa Indonesia Antar Perguruan Tinggi se-
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam festival bertaraf Universitas ini mewajibkan
pesertanya berasal dari mahasiswa sedangkan pada saat itu anggota dari KSB
sendiri adalah karyawan dan staff USD. Untuk dapat memenuhi undangan yang ada
di tunjuklah kegiatan mahasiswa berbasis teater yang tersebar di beberapa jurusan
dan fakultas yang ada di USD, seperti yang dikatakan Januarius G. Bamabang
Hendrianto, mahasiswa sastra inggris angkatan 1996 sebagai salah satu peserta pada
saat itu.
“Pada saat itu kelompok teater yang lebih dulu ada berasal dari jurusan maupun
fakultas, seperti teater milik fakultas sastra, teater milik fakultas Psikologi yang,
teater milik jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dan teater milik jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris, kalau untuk nama-namanya saya lupa”.21
Pada akhirnya keempat organisasi teater ini dikumpulkan dan mengikuti
festival tersebut. Dalam pementasan tersebut mereka membawakan naskah yang
berjudul “Dredah Sotyabawana”.
21 Wawancara, Januarius G. Bamabang Hendrianto, 20 Mei 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dalam perkembanganya kelompok ini banyak terkait dengan peristiwa
Reformasi tahun 1998 yang membawa semangat kebebasan ekspresi dalam
penyampaian opini. Mengingat mahasiswa merupakan bagian penting di peristiwa
itu maka, mahasiswa Sanata Dharma juga memegang peran penting dalam hal
tersebut. Semangat kebebasan ekspresi itu ternyata masuk hingga kedalam
kelompok teater ini yang merupakan salah satu media bagi mahasiswa yang bisa
digunakan dalam merespon apa yang terjadi pada saat itu.
Seusai reformasi pada Mei 1998 ternyata tidak membuat kelompok ini
bubar, melainkan mereka sering mengadakan latihan bersama, serta berdiskusi
tentang hal yang mereka sukai tersebut. Tempat yang sering digunakan pada saat
itu masih berada di lantai dasar aula USD yang sama dengan gudang. Kebersamaan
ini juga didukung oleh peraturan kampus yang pada saat itu masih memperbolehkan
mahasiswa untuk menginap di kampus. Kebersamaan yang dibangun kemudian
terfasilitasi dengan digelarnya beberapa pementasan sebelum menyambut festival
ketoprak yang sama pada tahun 1998. Pementasan tersebut diantaranya,
“Pementasan “Manusia-Manusia Tikus”, karya Didiek Julianto, April 1998 di Aula
USD, dengan nama Sadhar Budaya. Pentas bareng Teater Sangkar (Univ.
Pembangunan Nasional, Yk.), dan Teater Uwajeye (Univ. Atma Jaya, Yk.),
mengangkat “Cek-Cok”, karya Didiek Julianto September 1998 di Auditorium
UPN.”22
Setelah menjalani dua pementasan tersebut kelompok ini disibukkan
kembali dengan acara festival ketoprak yang sama di tahun sebelumnya,
keikutsertaan mereka kembali dalam festival ini justru menambah ikatan
22 Poster pementasan “Misi:B4”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kebersamaan tersebut makin kuat. Pada pementasan ditahun 1998 mereka
membawakan naskah yang berjudul “Nyala Api Kemerdekaan Di Jantung Tanah
Mataram”, tidak hanya berhenti disitu melainkan pada Desember 1998 TSD
menyelenggarakan pementasan lagi berjudul “Terbuang Membusuk”.
Masalah baru yang dihadapi para anggota kelompok teater ini adalah sebuah
ruangan yang layak untuk berkumpul seperti UKM lainnya. Memang sudah ada
pemikiran dan ide tentang UKM Teater yang ada di USD, hal ini sudah diajukan
sejak tahun 1998.
Masalah ruangan tidak membuat kelompok ini berhenti berkarya, dan kali
ini mengisi acara Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) se-Indonesia pada
tanggal 26 Februari 1999 di PPPG Kesenian. Naskah atau cerita yang dibawakan
saat itu merupakan naskah yang pernah dibawakan pada festival ketoprak 1998
yakni “Nyala Api Kemerdekaan Di Jantung Tanah Mataram”. 23
Pada tahun 1999 ke empat kelompok teater ini mengadakan latihan alam
yang dilakukan di Pantai Ngobaran Gunung Kidul pada tanggal 14 Mei,
diusulkanlah nama Teater Seriboe Djendela sebagai UKM teater milik USD. Nama
teater itu pun diberikan sesuai dengan bangunan Universitas Sanata Dharma yang
ada yakni Teater Seriboe Djendela yang artinya seribu jendela atau banyak jendela,
karena jika kita melihat bangunan dari Sanata Dharma sendiri memiliki banyak
jendela.
23 Nantinya seiring perkembangannya naskah ini kembali dibawakan pada tahun
2017 dengan judul “1551”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdirinya TSD sebagai UKM pada saat itu mendorong timbul UKM seni
pertunjukan yang lain seperti Grisadha, karena pada saat itu semua seni pertunjukan
berada dalam satu ruang UKM yang bernama SEXEN. Terlebih pada saat tu TSD
mendapat ruang UKM seperti yang dikatakan Januarius G. Bambang Hendrianto.
“Alhasil pada tahun 1999 akhirnya TSD mendapat ruang dan resmi menjadi UKM
teater milik USD pada saat itu dibantu oleh pembantu rektor 3 yang juga senang
berdiskusi tetang hal-hal seputar teater.”24
Teater yang hadir dengan konsep modernya dan banyaknya naskah menjadi
hal yang mulai banyak diperhatikan saat itu. Teater menjadi suatu peluang baru
dalam menyampaikan opini serta ekspresi mahasiswa.
Dalam perkembangannya di tahun pertama, struktur pengorganisasian dan
racangan kegiatan pertahunnya disusun secara perlahan. Lurah TSD di tahun
pertamanya ialah Januarius G. Bambang Hendrianto yang mengikuti sejak pertama
kali empat kelompok teater ini berkumpul menjadi satu, dan sekarang masih aktif
didunia seni pertunjukan khususnya ketoprak.25
Dengan terbentuknya UKM ini tentu memacu semangat anggotanya dalam
membuat suatu karya tak lain dan tak bukan ialah sebuah pementasan, pementasan
pertama setelah resmi terbentuk berjudul “Oedipus Rex”, pementasan pertama yang
di adakan pada Agustus 1998 di Auditorium UPN ini dipersembahakan dengan
konsep teater modern.
24 Wawancara, Januarius G. Bamabang Hendrianto, 20 Mei 2018; Yogyakarta
25 Januarius G. Bambang Hendrianto adalah lurah TSD yang pertama yang
sekarang masih menggeluti dunia panggung dan mengamati perkembangan TSD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Di bulan November TSD menunjukkan kemampuan lainnya dalam lingkup
teater, tidak hanya membuat sebuah pementasan saja melainkan juga sebagai
koreografi, hal ini dilakukan pada acara Konser Indonesia Manise (UKM Paduan
Suara Mahasiswa) yang diadakan pada 25 November 1998 di Hotel Melia
Purwosani.
Festival ketoprak yang dulunya diikuti selama dua tahun berturut turut
ditutup seiring dengan jatuhnya Soeharto, akan tetapi wadah mereka dalam
menampilkan teater yang bertemakan tradisional tidak hilang begitu saja.
Pementasan kedua mereka berjudul “Kangsa Adu Jago”, pementasan ini juga
berkonsep ketoprak yang dipenuhi dengan adegan yang mengundang tawa
penonton.
Kepengurusan pertama hanya berjalan selama 8 bulan yang dipegang oleh
Januarius G. Bambang Hendrianto berpindah ke Yanuar Susanto (lurah kedua). Hal
ini disebabkan oleh mendesaknya kewajiban utama mahasiswa untuk kuliah.
Adanya kedua kegiatan di Universitas Sanata Dharma ini justru meramaikan
dunia pertunjukan di kampus. Dalam sejarah perkembangannya TSD memiliki
beberapa jenis pentas yang ditampilkan diantaranya
1. Pentas Besar, biasanya diselenggarakan setiap setahun sekali atau
dua tahun sekali dengan banyak elemen dan faktor pendukung yang
berperan di dalamnya. Pentas besar memerlukan persiapan hingga
6-8 bulan mulai dari pembentukan panitia
2. Pentas kecil merupakan pentas yang memiliki skala tidak terlalu
besar dan tempat yang digunakan bisa berupa ruang kelas atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bahkan kantin. Pentas ini diselanggarakan untuk mengisi waktu
longgar dan sebagai salah satu media pembelajaran serta eksplorasi
bagi anggota TSD sendiri
3. Pentas Anak Baru, pentas ini dipersembahakan untuk anggota baru
yang akan masuk. Metode dari PAB sendiri berbeda-beda
berdasarkan keputusan yang diambil pengurus. Pentas ini
diselanggaran setiap ada anak baru yang masuk.
4. Pentas eksplorasi di lakukan ketika ingin mengisi acara disuatu
kegiatan baik itu diluar maupun didalam kampus pentas ini juga
biasanya digunakan sebagai ajang belajar dan eksplorasi anggota
TSD.
5. Pentas festival, pentas yang dipersembahkan TSD untuk mengikuti
acara festifal teater yang ada yang sebagian besar berbasis
perlombaan. Dalam pementasan ini memiliki bagiannya sendiri baik
itu beberapa orang yang ikuti komunitas lain atau murni dari TSD
sendiri.
6. Pentas bersama, jenis pentas ini merupakan pentas yang ada sejak
awal berdirinya TSD hingga pada era tahun 2006-2007, pentas ini
dilaksanakan tiap bulan sekali jika memang tidak ada kegiatan yang
menyita banyak waktu dan tenaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
MEMASUKI ERA AWAL
TEATER SERIBOE DJENDELA 2000-2007
3.1 Menemukan Jati Diri
Pada saat itu TSD masih belajar mengeksplorasi dan mencari beberapa
pementasan yang memiliki konsep modern, walaupun tahun 2000 pertengahan TSD
masih menampilkan pementasan yang sangat kental dengan nuasa tradisional.
Usaha-usaha yang dilakukan guna mengembangkan wawasan mereka dalam
memasuki dunia teater modern pun beragam, mulai dari workshop, penambahan
inventaris, dan pembenahan struktur organisasi.
TSD mengawali tahun 2000 ini dengan mengadakan kerjasama dengan
UKM Penalaran yang mementaskan “Wanita-Wanita Perkasa” pada 25 Maret 2000
di lantai 3 perpustakaan USD. Pentas kerjasama ini juga bertujuan meningkatkan
relasi yang baik sesama UKM, tidak hanya UKM yang berbasis pertunjukan saja
melainkan dengan semua UKM yang ada di USD bahkan dengan kegiatan yang
dibuat USD. Salah satu kegiatan yang di buat USD pada saat itu ialah Happening
Art Paskah, sesuai dengan statusnya sebagai Universitas swasta Katholik, acara ini
diadakan pada bulan April 2000 di USD.
Guna mengisi kegiatan selanjutnya di tahun 2000 TSD menyelenggarakan
acara ulang tahun TSD yang pertama kalinya. Acara ulang tahun ini diadakan di
taman sastra di kampus satu USD, acara ini merupakan salah satu dari rangkaian
kegiatan yang diadakan TSD dalam menyambut hari lahir TSD yang terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
selamatan, pentas bersama, workshop makeup, dan pentas BET (Bali Eksperimental
Teater).26
Pentas bersama menjadi kegiatan yang selanjutnya dilaksanakan dibulan
yang sama. Tujuan dari pentas bersama yakni mempererat kebersamaan dan
menambah kreatifitas selaku anak teater. Nantinya pentas bersama ini akan menjadi
agenda yang paling sering dilaksanakan, karena pada saat itu mahasiswa
mempunyai jenjang waktu kuliah yang panjang dan memiliki banyak waktu luang.
Proses dalam pembuatan pentas bersama tidaklah memakan waktu yang lama dan
tidak begitu menguras tenaga sehingga pentas bersama bisa menjadi kegiatan yang
sesuai disela sela jadwal TSD yang lainnya.
Rangkaian kegiatan lainnya yakni workshop makeup, yang dilakukan di
senthong. Kegiatan yang dilakukan dibulan yang sama ini bertujuan untuk
memperdalam ketrampilan dibidang makeup terutama untuk para aktor yang
setidaknya bisa menggunakan bedak sebagai dasar dalam makeup. Peralatan
makeup yang sedikit pada waktu itu juga menjadi alasan kenapa workshop ini harus
diadakan, supaya setiap anggota TSD bisa mengerti dan mengatur pemakaiannya
agar tidak cepat habis.
Rangkaian acara penutupnya ialah sebuah pementasan BET (Bali
Experimental Teater) yang diselenggarakan di aula. Dengan adanya teater dari luar
yang ikut serta dalam acara ini tentunya membuat anggota TSD bisa bertukar
pengalaman, dan banyak ilmu teater yang didapat sehingga menambah wawasan
26 Laporan pertanggungjawaban Dalam Rangka Menyambut HUT TSD 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan pengetahuan anggota TSD dalam dunia teater modern. Gambaran cerdas dan
humanis yang dimiliki USD terpaparkan di kegiatan TSD kali ini, salah satunya
humanis.
Pementasan BET yang modern ternyata memberi dampak pada anggota
TSD yang kemudian membuat Jogja Eksperimental Teater (JET). Akan tetapi JET
tidak bertahan lama, karya yang dihasilkan JET pun tidak ada. Di sini dapat dilihat
dengan jelas gejolak TSD yang mengebu-gebu ketika melihat teater modern,
walaupun tidak bertahan untuk waktu yang lama.
Rutinitas latihan alam tidak dilupakan begitu saja oleh TSD, para
anggotanya di tahun 2000 masih aktif melakukan kegiatan tersebut. Selain untuk
berlatih, diadakannya latihan alam juga untuk mengingat kembali peristiwa
pembentukan nama dan lahirnya TSD.
Masih di tahun 2000, TSD juga perlu menjaga keanggotaannya agar
program yang dibuat bisa terus berjalan. Salah satu caranya ialah menarik
mahasiswa baru dalam expo yang diadakan setiap tahun oleh USD dipertengahan
tahun. Acara ini diikuti oleh semua UKM dengan konsep yang dibuat semenarik
mungkin untuk menjaga regenerasi masing-masing UKM. TSD mengikuti expo
mulai dari tahun 2000 hingga sekarang. Bagi mahasiswa yang berminat maka akan
mengisi formulir pendaftaran dan akan mendapat proses seleksi. Dalam proses ini
mahasiswa biasanya akan didandani semenarik mungkin dan akan disebar di
tengah-tengah keramaian kampus sambil membaca sebuah dialog.
Di tahun yang sama TSD kembali menjalin kerjasama, kali ini bukan dengan
UKM melainkan fakultas Psikologi USD. Dalam kerjasama ini diadakan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pementasan koreografi dan musik yakni “Psikosenthong Kolaboraekspolro Mania”,
pentas ini dilakukan dalam acara PsikoEtnika yang diadakan pada bulan November
2000 di Fakultas Psikologi USD.
3.2 Mencoba Dunia Luar
Di pertengahan tahun 2001 TSD mengadakan pergantian pengurus yang
diselenggarakan di tahun. Saat itu lurah, Yanuar Susanto sebagai lurah kedua
digantikan oleh Theodorus Christanto (lurah ketiga, mahasiswa ekonomi akuntasi
angkatan 1998).
Agenda pentas akhir tahun 2001 merupakan sebuah pentas keliling yang
diadakan di Muntilan, Magelang serta Yogyakarta sendiri. Pentas kali ini berjudul
“Misi:B4”, yang bercerita tentang sekelompok pasukan yang sedang latihan baris
berbaris dengan melakukan hal yang diulang ulang dan tiba-tiba mendapat
kepungan dari musuh. Pentas besar yang dimainkan secara realis surealis sangat
kental dengan teater modern, dan memiliki pesan kritikan politis yang
dilontarkan.27
Pentas keliling ini bertujuan membawa nama USD lebih dikenal dikalangan
anak anak SMA karena melihat dua tempat yang digunakan sebagai panggung
berada dikawasan sekolah. Seperti yang tertera dalam proposal acara yang
menyebutkan pementasan keliling ini dimulai dari SMA Kolese DeBritto
Yogyakarta pada 6 September 2001. Dalam dua hari kemudian pementasan kembali
27 Minimnya sumber dan ketidak terbukaan narasumber menjadi salah satu
hambatan untuk menggali isi lebih dalam pementasan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diadakan di SMA Vanlith Muntilan pada 8 September 2001. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama yaitu satu minggu lebih kemudian giliran pementasan diadakan
di Gedung Wanita Magelang pada 21 September 2001.28 TSD hanya melakukan
pentas keliling di wilayah yang tidak begitu jauh dari Yogyakarta, hal ini bertjuan
untuk mencoba mendekatkan diri terhadap sekitar sebelum nantinya melalukan
pementasan ketempat yang lebih jauh.
Pentas “Misi:B4” mempunyai konsep realis surealis yang penyampaiannya
sangat kuat dengan kritikan politik. Maka secara tidak langsung bisa dikatakan
mulai dari “Misi:B4” TSD sudah fokus dengan pentas teater modern yang
mempunyai wadah eksplorasi lebih luas.
Masuknya TSD ke ranah teater modern tidak membuat TSD diam di tempat,
melainkan masih menjalankan kegiatan pentas bersama di akhir tahun 2001 yang
dilakukan pada bulan November. Ini merupakan tanda bahwa kreatifitas dan
semangat dalam hal membuat sebuah karya yang dimiliki anggota TSD terus
berkembang.
Pada tahun ajaran baru 2002 TSD mengikuti acara malam kolaborasi di
bulan februari, akan tetapi karena kekurangan sumber kegiatan ini tidak bisa dilihat
secara lebih rinci. Proses besar lainnya dilakukan sebanyak dua kali dan dilakukan
secara beruturut turut pada tanggal 26 dan 27 Mei, tempat pementasannya sendiri
berada di panggung Realino kampus 2 USD. Bisa dikatakan pementasan ini sebagai
28 Proposal pentas “Misi:B4”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pementasan yang diselenggarakan untuk para senior tahun 1998 sampai 2000, hal
ini didukung karena sebagian besar pemain merupakan angkatan lawas.
Para senior yang pada masanya masih memiliki konsep tradisonal yang
kental, mencoba menghadirkan sebuah pementasan yang memiliki konsep teater
modern. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa senior mendukung penuh adanya
perkembangan teater modern yang dilakukan oleh TSD pada saat itu.
Setelah melakukan pentas besar TSD tidak lupa menjalankan pergantian
pengurus. Di tahun pertengahan 2002 ini terdapat pergantian lurah dari Theodorus
Christanto kepada Nonik (merupakan nama panggilan akrab, sebagai lurah
keempat).
Di akhir tahun 2002 pada 14 desember, TSD berpartisipasi dalam
pementasan “Aku Adalah Pahlawan”. Hal semacam ini tentu saja merupakan salah
satu bentuk keterbukaan dan kepedulian TSD terhadap pahlawan di Indonesia,
sebagai mahasiswa dan juga sebagai warga Negara Indonesia.
Mengawali kegiatan di awal tahun 2003 TSD mengikuti sebuah acara
bernama Pekan Ekspresi Mahasiswa yang pada saat itu diselenggarakan oleh USD
pada 27 dan 31 Januari 2003. Seperti yang dikatakan Sugeng Utomo (lurah keenam,
mahasiswa sastra inggris angkatan 2001) yang saat itu ikut mengisi acara
“Dalam kegiatan ini terbagi menjadi beberapa acara, sedangkan yang diikuti oleh
TSD hanya satu acara saja yakni ekspres zone. Di sini para peserta bebas
mengekspresikan apapun yang mereka ingin lakukan. TSD menjadi pengisi acara
pada saat itu, dan tak hanya TSD saja melainkan UKM pertunjukan lain juga turut
ambil bagian di dalamnya. Pertunjukan yang dibawakan TSD pada saat itu
merupakan pertunjukan yang pernah dibawakan mereka dalam pentas bersama,
sehingga tidak ada persiapan yang begitu serius pada saat itu.”29
29 Wawancara, Sugeng Utomo, 14 Juli 2018; Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pertunjukan yang dibawakan lebih dari satu kali tentunya memiliki alasan,
salah satunya karena jadwal yang padat sehingga tidak sempat untuk membuat
karya baru yang akan ditampilkan. Dalam hal seperti ini seharusnya pihak panitia
sudah memberitahu jauh-jauh hari, panitia juga harus sudah tau tentang jadwal
kegiatan yang dimiliki UKM agar persiapan bisa dilakukan. Terkadang pihak USD
sering memberatkan UKM dengan berbagai macam tuntutan sehingga dapat
dikatakan institusi USD terkadang menjadi penunjang atau penghambat
berkembangnya TSD.
Di awal tahun 2003 pada tanggal 13 mei TSD merayakan ulang tahunnya
yang ke-5 secara sederhana, sekedar berkumpul mengadakan tumpengan dan pentas
kecil. Akan tetapi ulang tahun kali ini tidak bersifat intern saja, melainkan
mengadakan kunjungan dan bakti sosial. Pada acara bakti sosial TSD mengunjungi
sebuah panti asuhan yang berada di Kaliurang. Di sini TSD ingin membagikan
kebahagian kepada sesama terlebih mereka yang membutuhkan.
Pergantian pengurus di pertengahan tahun 2003 ini membuat Nonik
digantikan dengan Pendi Eslamat (lurah kelima ). Dari hasil kinerja yang dilakukan
oleh seorang perempuan ternya tidak berbeda jauh dengan laki-laki, sehingga
gender dalam kepemimpinan TSD tidak berpengaruh besar.
Pentas bersama tetap menjadi agenda pada tahun ini, akan tetapi kehadiran
pentas bersama kali ini sedikit terganggu karena adanya proses pementasan besar
yang berjudul “Mangir”. Pentas bersama pada tahun ini dilakukan sebanyak tiga
kali akan tetapi semua tenaga dititik beratkan pada proses pentas besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Proses pentas besar sudah dimulai sejak bulan Februari, naskah yang
diadaptasi merupakan tulisan Pramoedya tentang “Mangir”. Naskah ini terpilih
karena sudah siap dahulu dari pada naskah lainnya.
Pentas besar kali ini TSD tidak hanya bermain di kawasan Yogyakarta pada
2 dan 10 Oktober 2003, melainkan sampai ke luar kota. Dalam perencanaannya
pentas ini akan ditampilkan di Surabaya pada 22 September 2003, dan Solo pada
24 dan 25 September 2003. Karena persiapan yang cukup rumit maka dilakukanlah
survei tempat pertunjukan di Surabaya tepatnya di Universitas Widya Mataram. Di
sini TSD mengalami beberapa kendala mengenai tempat pementasan, hal ini
disebakan karena tempat yang ditawarkan oleh pihak Widya Mataram tidak sesuai
dengan kebutuhan pangung. Pencarian tempat lainpun dilakukan, akan tetapi karena
tidak menemukan tempat yang sesuai dengan pementas “Mangir” maka dengan
sangat terpakasa pementasan di Surabaya dibatalkan.
Dalam pementasan ini sendiri tentu aktor harus lebih berusaha keras guna
membangun kedekatan dengan peran yang akan mereka mainkan, maka sang
sutradara mengajak para aktor melakukan kegiatan observasi yang dilakukan di
beberapa tempat, khususnya makam yang berkaitan dengan cerita “Mangir”. Usaha
yang lebih jelas akan dilakukan oleh aktor yang memerankan “Mangir”, hal-hal
seperti berpuasa menjadi syarat yang harus dilakukan untuk menunjang lancarnya
pementasan. Hal semacam ini memang kerap kali dialami dalam proses naskah
tradisional yang masih kental dengan hal hal spiritual.
Melihat semua usaha yang dilakukan, tentu tidak lepas dari cerita yang akan
dibawakan. Seperti yang dikatakan Utomo sebagai pemeran utama:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
“Sisi pandang cerita Perdikan “Mangir” yang dipimpin Wanabaya tidak tunduk
kepada Mataram. Untuk menaklukan Wanabaya, Mataram menggunakan siasat
penyamaran putri raja sebagai penari untuk memikat Wanabaya. Siasat berhasil
meski terbongkar siasat penyamarannya. Mataram menang dengan licik ketika
Wanabaya dating menghadap Raja bersama putri Raja. Wanabaya datang tanpa
perlindungan Baru Klinting-senjata tombak yang ditokohkan dalam versi
pementasan sebagai pelindung Wanabaya.”30
Pementasan di Solo dan Yogyakarta ini melibatkan banyak orang yang
terlibat didalamnya. Banyak dari para anggota TSD angkatan lama berkumpul dan
membantu segala proses pementasan, mulai dari produksi hingga artistik.
Pementasan yang diselenggrakan diluar kota ini bertujuan menjalin
silahturami dan berkenalan dengan beberapa penggiat teater. Tujuan lainnya
membawa nama USD ke ruang lingkup yang lebih luas.
Dalam pementasan ini juga menyinggung sejarah Yogyakarta yang pada
waktu itu menjadi daerah yang dikhianati oleh Mangir, dan menurut versi Keraton
sendiri Mangir adalah seorang penghianat. Ini berbanding terbalik dengan apa yang
dibawakan oleh TSD yang mengadaptasi tulisan Pramoedya, sehingga tentu saja
menjadi tantangan bagi TSD untuk membawakan cerita yang prinsipnya berbeda
dengan cerita tempat pentasnya nanti diselenggarakan. Seperti dikatakan oleh
Utomo:
“Waktu pentas “Mangir” TSD dalam upaya membentuk jati diri yang berani.
Keuntungan lainnya bisa dikatakan belajar menyatakan protes melalui sebuah
pertunjukan.”31
30 Wawancara, Sugeng Utomo, 14 Juli 2018; Yogyakarta
31 Wawancara, Sugeng Utomo, 14 Juli 2018; Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Setelah pementasan “Mangir” TSD kembali kedalam agenda rutin akhir
tahun ialah pentas bersama pada 8 dan 20 november 2003, kemudian diikuti latihan
alam dan juga workshop pada 19 dan 20 Desember 2003. Pentas bersama kali ini
diadakan di aula USD, kali ini TSD menjadikan 2 pementasan di dalam satu bulan.
Hal ini dipicu adanya kekawatiran sibuknya anggota saat menghadapi UAS, yang
dilaksanakan pada awal Desember.
Semangat TSD untuk pentas ternyata tidak dapat dihentikan semudah itu,
dengan diadakanya latihan alam dan workshop sebagai kegiatan penutup tahun.
Workshop yang diberikan ada dua bagian Pertama tentang keaktoran yang
dinarasumberi oleh Nanang Arizona yang pada saat itu bekerja sebagai dosen di
Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, materi yang disampaikan bukanlah dalam hal
olah tubuh, rasa ataupun vokal akan tetapi lebih pada proses diskusi tentang
keaktoran sendiri. Bagian kedua adalah mengenai makeup yang dinarasumberi oleh
seorang dari teater garasi, belajar mengenai ilmu makeup dan praktek langsung agar
lebih mudah dimengerti.
3.3 Merasakan Krisis
Aktifitas TSD yang berjalan ternyata memicu adanya krisis yang timbul,
seperti yang dikatakan Aloysius Danu Fratomo (lurah kedelapan, mahasiswa ekonomi
management angkatan 2004):
“Tahun 2004 merupakan krisis pertama yang dialami oleh TSD, yakni
berkurangnya sumber daya manusia yang dimiliki TSD pada saat itu. Kekurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
anggota pada saat itu disebabkan setelah proses “Mangir”, bisa dikatakan bahwa
pentas “Mangir” menjadi salah satu penyebabnya.”32
Hal yang menjadi penyebab timbulnya pemasalahan ini ialah, berat dan
lamanya proses “Mangir” yang dijalani pada saat itu. Waktu proses yang hampir
mencapai Sembilan bulan ini telah melewati dua kali ujian akhir semester, hal ini
jelas membuat anggota yang terlibat harus kembali memikirkan perkuliahan
mereka. Karena proses yang berat menyita banyak tenaga, terlibih pada saat itu juga
dijalankan ageda rutin yang semakin memberatkan mereka. Akibatnya anggota
yang aktif di senthong hanya tiga orang.
Banyak program yang tidak berjalan, disamping ide yang tumpul dan juga
kurangnya tenaga untuk melaksanakan kegiatan. Guna mengatasi krisis tersebut
maka TSD menaruh harapan pada expo ditahun 2004 ini utuk menarik anggota baru
sebanyak banyaknya.
Berhubungan dengan sedikitnya anggota dan krisis yangsedang dialami
maka TSD mengadakan pergantian pengurus. Pergantian pengurus ini dilakukan
pada pertengahan tahun 2004, Pendi Eslamat digantikan dengan Sugeng Utomo
(lurah keenam).
Di expo tahun 2004 TSD menyuguhkan teater boneka, yang diadakan di hall
depan kampus 1 USD. Pertunjukan boneka ini tidak mengenakan suara melainkan
hanya menyampaikan pesan melalui gerak tubuh sang boneka yang digerakkan oleh
anak TSD, pertunjukan boneka itu saat ini mirip dengan pertunjukan teater boneka
milik kelompok teater papermoon. Pertunjukan yang berdurasi 45 menit ini
32 Wawancara, Aloysius Danu Fratomo, 5 Juli 2018; Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sebenarnya akan dibawa kedalam pentas yang lebih besar, akan tetapi karena
beberapa kendala maka hanya di tampilkan pada saat expo.
Setelah menjalani tahap proses penerimaan, calon anggota baru mengikuti
latihan rutin yang dilakukan setiap hari selasa dan jumat. Beberapa minggu
kemudian calon anggota baru akan menjalani proses pelantikan.
Pelantikan ini dilakukan di salah satu gedung Sekolah Luar Biasa (SLB).
Kegiatan yang dilakukan memiliki kaitan dengan SLB, bahkan mendapat respon
yang beragam dari anak anak SLB. Proses ini bisa menjadi bahan refrensi yang
dipakai saat melakukan pentas, yang didalamnya terdapat peran-peran yang
memiliki kaitan erat dengan anak SLB. Jadi di sini TSD mendapat banyak manfaat
mulai dari sosialisasi, latihan, hingga mendapat refresi untuk pementasan.
Diskusi menjadi kegiatan lain yang dilakukan, dalam diskusi ini membahas
tentang dunia teater dan kaitanya dengan kota Yogyakarta sebagai kota yang
dipenuhi dengan seniman. Kesenian tradisional di Yogyakarta benar benar dijaga,
walaupun anak mudanya sekarang tidak banyak yang bisa berbahasa jawa, hal
semacam ini menjadi salah satu penyebab kurangnya minat orang muda bergabung
dengan kesenian tradisional yang ada. Dampak serius yang dihasilkan adalah
hilangnya kesenian tersebut karena susahnya dalam mencari penerus.
Sejarah tentang TSD sendiri tidak lupa disampaikan pada kegiatan makrab
ini, mulai sejarah sebagai sebuah organisasi dan asal muasal nama TSD itu sendiri.
Hal perlu guna menjaga sejarah TSD sendiri, karena sangat aneh jika anggota
sebuah organisasi tidak mengetahui sejarah organisasi tempat ia berkegiatan.
Sebuah pemikiran untuk menjaga sejarah tersebut sudah ada, dengan membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sebuah literatur tentang sejarah TSD. Akan tetapi hal ini tidak terlaksana karena
kurangya tanggapan dari anggota, sehingga sejarah TSD hanya diteruskan dari
mulut kemulut saja. Hal ini tentunya membuat informasi yang disampaikan setiap
orang berbeda-beda, dan semakin minim keaslian sumber yang didapat. Membuat
literaturpun memiliki kelemahan seperti hilang ataupun rusak, tetapi sumber yang
disampaikan jauh lebih kongkret.
Workshop diberikan oleh kepengurusan pada saat itu, workshop yang
dilakukan pada tanggal 5 hingga 7 November 2004 ini bersifat seperti
pendampingan. Dalam workshop ini nantinya dua hingga tiga anggota baru akan
mendapat seorang senior yang mendampingi mereka, pendampingan ini bertujuan
untuk menemukan ketertarikan dan bakat anggota.
Usai mendapat pendampingan dan beberapa ilmu tentang pangung
pertunjukan kemudian dipraktekkan. Pentas bersama pada tanggal 3 Desember
2004 menjadi wadah yang digunakan guna mengekspresikan apa yang sudah
mereka dapat, sehingga pentas bersama kali ini didahulukan unuk pementasan anak
baru.
TSD selanjutnya merayakan ulangtahunya yang ke tujuh pada tanggal 4 Juni
2005. Perayaan ulang tahun kali ini diadakan di aula kampus 1 USD, di sini TSD
mengundang beberapa UKM lainnya untuk bergabung. Sesama UKM saling
mendukung dalam beberapa acara yang diselenggarakan, bentuk dukunganya
bermacam macam walaupun hanya sekedar datang dan menonton hingga ikut
dalam proses pembuatanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Salah satu acara yang melibatkan banyak UKM ialah Seven Oktaf, yang
dilakuakan beberapa tahun sekali dengan membuat sebuah pertunjukan. Seven
Oktaf diadakan oleh Sexen dengan mengudang beberapa UKM, terutama UKM
yang berbasis pertunjukan. Pada 18 November 2005 ini TSD ikut berperan serta
dalam acara akbar ini, seperti yang tertera pada kutipan proposal berikut.
“Dalam seven oktaf kali ini bertujuan Merangsang kreatifitas mahasiswa USD
dalam berkegiatan seni 7 oktaf terdiri dari 7 macam kesenian musik, tari, fotografi,
puisi, teater, karawitan, dan sulap”33
Setelah mengikuti kegiatan dengan skala yang besar TSD tetap melanjutkan
kegiatannya yang lain yakni pentas bersama. Makna pentas bersama sudah mulai
bergeser seiring dengan perkembangan jaman seperti yang disampaikan Doni Agung
Setiawan (mahasiswa sastra inggris angkatan 2005).
“Pentas bersama diharapkan dilakukan lebih dari satu kali pada setiap semester.
Pentas bersama menyediakan tempat guna mengadakan sebuah event, yang
bisasanya dilakukan di tempat berkumpulnya para mahasiswa USD. Dalam pentas
bersma ini anggota TSD mempresentasikan karya mereka yang sudah mereka dapat
selama latihan di TSD. Tidak hanya anggota TSD saja yang berperan dalam pentas
bersama ini melainkan ada saatnya sesi spontanitas di sini anggota TSD yang sedang
bermain mengajak penonton turut serta dalam pentas tersebut.”34
Sebagai UKM teater TSD tidak hanya mengasah kemampuannya dalam
berekspresi tetapi juga harus mampu mengajak orang untuk ikut berekspresi. Sesi
spontanitas yang diberikan bertujuan untuk memfasilitasi teman-teman mahasiswa
dalam menyuarakan aspirasinya diberbagai hal.
33 Proposal seven oktaf
34 Wawancara, Doni Agung Setiawan, 11 Juni 2018; Tulungagung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Di awal tahun 2006 ini TSD mengadakan pegantian pengurus yang
dilakukan di wisma milik USD bernama Penting Sari. Pergantian pengurus di tahun
2006 ini memutuskan Sugeng Utomo digantikan dengan Andreas Kristiadi (lurah
ketujuh, mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2004 ).
Pentas bersama pada tahun ini diadakan di masing masing semester. Pentas
bersama yang ke dua di tahun 2006 ini di selenggrakan setelah expo, diadakan
diparkiran mobil di depan hall kampus Mrican USD dan di kantin.
Dalam pentas bersama kali ini penonton disugguhkan dengan teater tubuh
dari para anggota TSD, pementasan kali ini diharapkan menjadi angin segar bagi
para penikmat pentas bersama dengan konsep yang berbeda yakni teater tubuh.
Teater tubuh merupakan salah satu cara anggota TSD bereksplorasi, karena selama
ini TSD menggunakan naskah ataupun dialog. Judul pementasanya yakni
“Senyawa”.
Pentas bersama di tahun ini merupakan salah satu wujud nyata tentang
eksplorasi TSD mencoba beberapa aspek teater modern. Banyaknya eksplorasi
yang dilakuakan oleh TSD tidak semata-mata berjalan begitu saja tanpa adanya
dukungan, element teater yang kompleks juga ikut berkembang seiring dengan
berkembangnya eksplorasi yang dilakukan. Sehingga kebutuhan tim di atas
pangungpun harus mendukung dengan apa yang coba dihadirkan untuk penonton.
Kebutuhan yang ada di TSD memang cukup banyak, terbagi dalam dua tim
besar yakni artistik dan produksi. Tim artistik sendiri memerlukan beberapa
peralatan guna menunjang kinerja mereka di dalam tim, terutama tim yang memiliki
kebutuhan khusus seperti makeup. Tim makeup memerlukan sejumlah alat makeup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dan biaya makeup pada saat itu cukup mahal. Tim setting yang memerlukan
perlatan seperti gergaji, bor, dan beberapa alat bangunan untuk membuat suatu
dimensi yang diperlukan di pementasan. Tim lighting yang bertugas menata
pencahayaan pada setiap pementasan, lampu lampu sorot dan juga berbagai jenis
lampu sebagai penanda atau gambaran sebuah suasana.
Lampu yang dibutuhkan dan alat untuk mengoperasikannya juga tidak
murah, oleh sebab itu diadakanya sebuah pengadaan barang dan perawatan
inventaris. Barang yang dibutuhkan terlebih dahulu dimasukkan kedalam proposal
tahunan lalu, jika barang tersebut sudah didapatkan maka itu akan masuk menjadi
inventaris TSD yang harus dirawat. Karena barang tersebut merupakan milik USD
sendiri. Ditahun 2006 ini TSD benar-benar melengkapi kebutuhan gudang, dan
untuk pertama kalinya TSD membeli dan menggunakan filter lampu yang khusus
untuk keperluan pertunjukan. Dengan segala jenis alat dan kebutuhan yang ada
maka dibuatlah sebuah pentas besar.
Pentas besar di tahun 2006 berjudul “Cas Cis Cus” ini di sutradarai oleh
Sugeng Utomo yang merupakan anggota TSD angkatan 2001. Pentas ini bercerita
tentang kehidupan rumah tangga yang ada di Jakarta, dalam suatu rumah tangga
tersebut masih terdapat mertua sang istri yang sudah tua dan kembali pada sifat
kekanak kanakannya. Intrik intrik dalam rumah tangga yang timbul didalamnya
banyak dipicu dari sang mertua, ketidaknyamanan atau privasi sepasang suami istri
sedikit terganggu karena kehadiran si mertua. Pada prosesnya para aktor sedikit
terbantu saat mencari refrensi karena pementasan ini sebenarnya sudah perah di
filmkan. Sudah di filmkanya “Cas Cis Cus” tidak membuat TSD mundur ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
minder, melainkan lebih bersemangat guna menghasilkan karya yang lebih bagus
dari apa yang sudah difilmkan.
Dalam pentas “Cas Cis Cus” ada sebuah peristiwa yang menarik, di mana
dua aktor yang bermain didalamnya mengalami sakit pada 2 minggu sebelum hari
pementasan berlangsung. Sakit tipus membuat 2 aktor ini digantikan dengan senior
TSD. Hasil yang diharapkan tentu tidak maksimal, pentas besar kali ini dinilai
cukup berat oleh beberapa anggota TSD dan dengan hasil yang kurang memuaskan.
TSD kini melanjutkan kegiatan yang cukup penting yakni pergantian
kepengurusan, kekurangan anggota menjadi perhatian penting saat itu seperti apa
yang dikatakan Fratomo saat itu:
“Dampak dari pementasan ini banyak kehilangan anggota, pentas “Cas Cis
Cus” yang banyak menyita waktu dan tenanga mempunyai dampak besar
pada kenyamanan anggota TSD pada saat itu. Dan bisa dikatakan bahwa ini
menjadi krisis kedua untuk TSD karena kehilangan banyak anggota yang
menjadi salah satu sumber daya bagi TSD untuk berkarya.”35
Berkurangnya anggota TSD tentu membuat kinerja program menjadi
berkurang atau bahkan tidak berjalan, banyaknya element yang ada di dalam sebuah
pertunjukan menjadi alsan dasar mengapa krisis ini muncul. Rapat keluarga tentu
menjadi wadah yang cocok untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini.
35 Wawancara, Aloysius Danu Fratomo, 5 Juli 2018; Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
ZONA AMAN
TEATER SERIBOE DJENDELA 2008-2017
4.1 Perubahan Secara Besar-Besaran
Raga menjadi agenda pembuka tahun ditahun 2007 ini, yang juga dilatar
belakangi dengan adanya permasalahan anggota. Raga dimaksimalkan dengan
menambah agenda pergantian pengurus guna menghemat waktu yang ada oleh
kepengurusan. Raga kali ini dilakukan di salah satu rumah kosong yang belum
selesai pembangunannya, bisa digunakan untuk menginap beberapa hari. Rumah
tersebut milik salah satu saudara anggota TSD, yang berada di Kulon Progo.
Pergantian pengurus di awal tahun 2007 menggantikan Andreas Kristiadi dengan
Aloysius Danu Fratomo.
Pentas bersama diawal ditahun 2007 ini, tidak jauh berbeda dengan pentas
bersama pada tahun tahun sebelumnya. Wadah untuk bereksplorasi tentunya tidak
hanya pentas bersama saja melainkan ada juga latihan alam.
Melihat perginya banyak anggota TSD karena sistem kerja yang keras dan
banyak menyita tenaga baik secara fisik maupun pikiran maka di sini hal tersebut
akan dikurangi dengan sebuah eksperimen latihan. Latihan TSD pada saat itu cukup
berat yang membuat berkurang keanggotaan TSD, latihan yang berat ini nantinya
akan diubah dengan metode latihan yang baru. Metode latihan TSD ini di peroleh
salah satu anggota TSD saat itu bernama Doni Agung Setiawan yang
menggabungkan metode latihan milik teater Garasi, TSD, dan hasil eksplorasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
beliau sendiri. Hasilnya beberapa mahasiswa baru tetap berkurang hingga tersisa 15
orang, akan tetapi metode latihan yang diberikan tidak seberat latihan para
pendahulu, sehingga bisa dikatakan metode ini berhasil.
Wujud nyata dari suksesnya metode yang dilakukan yakni terlaksananya
sebuah pementasan kecil berjudul “Imitasi”. Pementasan menarik banyak perhatian
penonton, bahkan setelah pementasan usai banyak orang yang bergabung dalam
TSD. Hal ini disebabkan karena pementasan yang ditampilkan adalah sesuatu yang
baru dan sangat menarik untuk dilihat.
Kesuksesan dalam penarikan anggota ini ternyata berbeda dengan
perencanaan lurah pada saat itu, yang lebih fokus pada kebutuhan gudang.
Selanjutnya Fratomo menambahkan:
“Pengadaan inventaris pada tahun ini tetap fokus untuk membenahi isi gudang dan
penambahan alat-alat baru. Pembelian tobong lampu pada saat itu dilakukan di
Wonosari, kemudian besi, backdrop hitam dan putih, setwing, kostum yang banyak
didapat dari pasar awul-awul, dan pembelian paling mahal yakni dimer. Pembelian
alat-alat tersebut, terutama alat-alat mahal seperti dimer banyak diambil ahli oleh
kampus dengan kebutuhan yang diajukan oleh TSD. Hal tersebut kurang efektif
karena TSD sudah sangat mengerti apa yang dibutuhkan, dan sudah memiliki orang
yang terpercaya. Alumni TSD yang bergelut dibidangnya untuk mencari alat yang
sesuai dengan kebutuhan TSD. Karena yang mengerti tetang kebutuhan pementasan
tentu TSD sendiri, sedangkan kampus terkadang memberikan alat yang akan
menguntungkan dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa orang yang hendak membeli
suatu barang harus orang yang mengerti tentang barang yang dia beli, sedangkan
orang yang tidak mengerti maka akan mudah diakali.”36
Pengadaan inventaris yang terus menerus dilakukan sejak tahun lalu itu
membuat sisi dari keteateran TSD pada saat itu kurang diperhatikan. Seperti apa
yang dikatakan Fratomo sebagai lurah pada saat itu:
“Alat-alat toolbox penuh, setiap hari selalu dilengkapi. Para anggota mulai protes
sisi teaternya hilang, terlalu banyak teknis. Beranjak dari situ, dibuatlah workshop,
36 Wawancara, Aloysius Danu Fratomo, 5 Juli 2018; Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
beberapa pengurus diam-diam mencari tempat sendiri, bahkan ini tidak ada di
rencana tahunan. Dananya diambil dari pentas besar. Maka ditahun 2007 itu tidak
ada pentas besar.”37
Workshop dilakukan di Jombor pada 23 sampai 25 November 2007,
workshop ini di narasumberi beberapa orang yang mengerti teater dari luar USD.
Dalam workshop ini dibagi menjadi tiga materi pertama materi artistik yang
diberikan oleh Nanang Arizona yang pada saat itu bekerja sebagai dosen di Institut
Seni Indonesia di Yogyakarta. Dalam hal penulisan naskah dan keaktoran di
narasumberi oleh Cindil yang berasal dari teater Garasi. Dalam workshop ini
narasumber diminta untuk memberikan bahan berupa contoh proses kegiatan agar
para anggota TSD mudah dalam memahami dan melakukannya. Outbound bahkan
juga menjadi kegiatan.
Diakhir tahun 2007 banyak mengalami perubahan, bahkan beberapa
perubahan tradisi juga terjadi didalamnya. Seperti apa yang dikatakan Doni Agung
Setiawan yang menjadi pelopor dalam perubahan ini.
“Pertama meniadakan pentas inagurasi yang kurang efektif karena tidak cocok bagi
anggota baru yang belum mendapatkan pengalaman berteater dengan jenis
pementasan yang mengundang anggapan buruk bagi penampil. Pentas inagurasi ini
diganti dengan pementasan ber skala kecil yang dinamakan dengan Pentas Anak Baru
(PAB), ini terlihat seperti pentas biasa dengan segala elemen pendukungnya. Kedua
yakni pergantian kepengurusan yang biasanya setahun sekali sekrang diadakan dua
tahun sekali. Hal ini dibuat karena program pengurus banyak yang tidak terselesaikan
dan banyak yang mengalami kesulitan karna perlu adanya proses pengenalan
terhadapa kepengurusan. Ketiga di kepengurusan selanjutnya saat latihan rutin serta
proses proses yang berjalan tiap semester harus mempunyai silabus yang jelas agar
mempunyai tujuan yang jelas pula. Kempat proses pentas bersama yang selama ini
dikenal dengan spontanitas sekarang ditiadakan karena sudah banyak event yang
megadakan hal yang mengandung unsur spontanitas dan biasanya akan merusak
suasana pementasan itu sendiri.”38
37 Wawancara, Aloysius Danu Fratomo, 5 Juli 2018; Yogyakarta
38 Wawancara, Doni Agung Setiawan, 11 Juni 2018; Tulungagung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.2 Pemantapan
Setelah banyak perubahan pada 2007 akhir, beberapa hambatan dan masalah
pertumbuhan dapat di atasi dengan adanya sedikit pembenahan. Tahun 2007 ini
TSD belum bisa lepas dari elemen tradisional yang dihadirkan di beberapa
pementasan, bahkan beberapa naskah masih bergenre tradisional. Walaupun
demikian TSD tetap mencoba hal-hal baru, seperti mengikuti perlombaan dan
bekerjasama dengan penggiat teater luar.
Pada awal tahun 2008 TSD memiliki kegiatan pergantian pengurus dan
pementasan. Pergantian pengurus di awal tahun ini Aloysius Danu Fratomo harus
digantikan oleh J.F. Sikant Layang (lurah kesembilan, mahasiswa satra inggris
angkatan 2005).
Banyak ide yang muncul mengenai materi pementasan anak baru, dan guna
menampung ide itu akhirnya di adakan “Pesta Pentas”. Karena pesta bagi anak
teater itu sendiri ialah sebuah pementasan. Setiap kelompok akan tampil di hari
yang berbeda secara berturut- turut, dan membawakan bentuk pementasan yang
ditentukan oleh sutradaranya masing masing. Pentas yang dilakukan di hall selatan
kampus paingan USD ini tidak membuat TSD puas begitu saja, seperti apa yang
dikatakan Artantya Krispradipta (lurah kesepuluh, mahasiswa sastra inggris
angkatan 2008):
“Ditahun 2008 beberapa anggota TSD mengadakan sebuah perbincangan mengenai
akan diadakanya sebuah pementasan ber skala besar berbentuk pantomim. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
diawal tahun 2009 ini pementasan tersebut terealisasikan dengan diadakannya
pentas “Kemana Waktu Aku Ingin Bermain” part 1.”39
Pentas ini bercerita tentang seorang anak kecil yang bernama Nene yang
memiliki 5 orang teman. Nene sendiri tiba-tiba saja muncul kedalam dunia tanpa
memiliki orang tua. Dia juga memilki kemampuan khusus yakni tidak bisa
bertambah tua. Masa kecilnya dihabiskan untuk bermain dengan teman temannya.
Seiring berjalannya waktu teman-temannya mulai sibuk sendiri, di mana saat
sekolah mereka sibuk akan tugas sekolah mereka dan semasa kerja mereka sibuk
akan pekerjaan mereka masing masing untuk bisa hidup. Nene tetap menjadi anak
kecil yang selalu mengajak mereka untuk bermain, akan tetapi saat itu dia hanya
melihat teman-temannya menjadi robot yang dengan mudah dikendalikan oleh
keadaan, dan lupa untuk bermain lagi dengannya.
Pementasan “KWAIB” yang diadakan pada 14 sampai 15 Mei 2009 ini
terinspirasi dari Novel Momo40, yang diadaptasi dan dirangkai jalan ceritanya.
Pementasan kali ini tidak memiliki naskah, karena dalam pantomim sangat jarang
terdapat naskah cetak sebagai panduannya. Cerita yang ingin dihadirkan merupakan
cerita yang absurd, karena terdapat hal yang tidak sesuai dengan logika manusia
pada umunya. Akan tetapi TSD tetap menghadirkan masalah umum yang berkaitan
dengan kehidupan, yang kemudian dikolaborasikan dengan keliaran pikiran.
39 Wawancara, Artantya Krispradipta, 19 Juni 2018; Yogyakarta.
40 Novel ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia yang berjudul sama.
Michael Ende, Momo, Penghemat Waktu, Jakarta: Gramedia, 2004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Expo 2009 kali ini mahasiswa dibebaskan memilih ruangan mana yang
mereka masuki. Sistem expo yang seperti ini akan membuat TSD menjadi kualahan
dalam menghadapi mahasiswa baru, karena tidak adanya pengaturan sirkulasi untuk
masuk dan keluarnya mahasiswa baru kedalam ruangan TSD. Jika setiap beberapa
menit ada mahasiswa masuk dan melihat TSD, maka pertunjukan tidak akan
berakhir karena selalu ada mahasiswa yang menonton. Mahasiswa baru tidak dapat
disalahkan, mereka hanya menuruti sistem yang sudah dibuat oleh panitia. Maka
seharusnya panitia expo melakukan survei yang lebih, agar tidak ada salah satu
pihak yang dirugikan.
Setelah melakukan pementasan besar dan expo kemudian pertengahan tahun
2009 TSD mengadakan raga. Raga mulai menganut sistem baru, dengan pergantian
setiap dua tahun sekali. Dalam Raga yang dilakukan di Sermo ini terpilihlah salah
satu perempuan anggota TSD, akan tetapi calon ini mundur dan akhirnya terpilihlah
Artantya Krispradipta sebagai luruh yang menjabat selama 2009-2011. Agenda
utama yang merupakan rapat tentu tidak dilupakan, tujuan dari rapat tersebut
menjadi TSD yang lebih baik ditahun selanjutnya.
Tahun 2010 ini merupakan angin segar untuk TSD, karena di tahun ini TSD
mendapat bagian untuk pengesahan inventaris. Inventaris merupakan hal penting
bagi setiap UKM, karena dari sana mereka mendapat barang apa saja yang mereka
butuhkan. Barang-barang yang bertambah jumlahnya maupun barang baru yang
didapat yakni karpet, pengeras suara, teater light nova, backdrop, dan lampu.
Inventaris ini bisa berjalan karena bergantinya wakil rektor tiga, hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menunjukkan bahwa jabatan yang membawahi kegiatan mahasiswa sangat
mempengaruhi perkembangan TSD serta UKM lainnya.
Di awal tahun ini juga ada pementasan TSD yang masuk dalam pementasan
besar berjudul “Pasar Pahing”, pementasan ini menggunakan anggota baru
angkatan 2010 untuk ikut peran serta dalamnya. Akan tetapi bukan sebagai orang
yang memegang tanggung jawab besar, melainkan hanya sebagai orang pembantu.
“Pasar Pahing” sendiri bercerita tentang kekisruhan sebuah pasar yang
didalam pasar tersebut terdapat sebuah bangunan yang merupakan bagian dari salah
satu candi. Yang menjadi permasalahanya ialah ketika pasar tersebut ingin digusur,
maka mana yang harus diselamatkan?. Bangunan candi sendiri merupakan budaya
sedangkan pasar dengan segala yang ada didalamnya juga budaya yang diciptakan
turun temurun. Maka rakyatpun akhirnya melawan penggusuran, ternyata rakyat
juga benci dengan pak dukuh yang sudah melakukan perjanjian dengan pihak
penggusur bahwa pasar itu pasti akan rubuh. Didalam pasar ini sendiri terdapat
beberapa pedagang seperti penjual baju, ikan, buku, jamu hingga rental PS. Akhir
dari ceritanya anak pak dukuh tersebut dikabarkan meninggal.
“Pasar Pahing” merupakan pentas untuk mempresentasikan latihan yang
sudah didapat, akan tetapi dalam prosesnya anggota TSD berpikir bahwa
pementasan ini akan dibawakan secara lebih besar. Pementasan yang dilakukan di
aula USD tersebut dilirik oleh UKM karawitan, mereka tertarik untuk ikut
membawakanya. Sehingga pada pentas selanjutnya diadakan oleh TSD dan
Karawitan, karena panitianya berasal dari kedua UKM ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Setelah mengalami proses latihan yang cukup padat maka terciptalah
pementasan besar yang berjudul “Lapak Tilas” dan dibawakan saat FTJ (Festival
Teater Jogja) di gedung Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Naskah yang
dibawakan sama dengan apa yang dibawakan di “Pasar Pahing”, akan tetapi hanya
berganti peran saja untuk para aktor. Akhir atau penutup di “Lapak Tilas” juga
berbeda dengan dirobohkanya pasar tersebut.
Banyaknya pementasan yang ada di tahun ini tidak membuat TSD lupa akan
regenerasi angkatan, hal ini membuat pengurus mengambil keputusan untuk
menyewa seorang fasilitator. Alasan lain yang mendorong diambilnya keputusan
ini ialah, banyaknya para senior yang berpotensi menjadi fasilitator disibukkan oleh
pentas, maka disewalah fasilitator untuk melatih anggota baru.
Kesibukkan pementasan ini juga mengakibatkan PAB 2010 harus mundur
ke pertengahan tahun 2011. Sedangkan dipertengahan tahun 2011 tersebut tetap
menjalankan expo, hal ini tentunya akan membuat adanya kemunduran PAB yang
signifikan terus berkelanjutan setiap tahunnya.
Pentas Anak Baru (PAB) untuk angkatan 2010 di adakan di tahun ini, dan
menunjuk sutradara yang berasal dari angkatan mereka sendiri. Pentas ini berbentuk
realis surealis, karena berupa drama dan penubuhan yang saling mendukung antara
satu dan yang lainnya. Dalam PAB kali ini terdapat hal yang unik dan juga menarik,
yakni bertema gender. Pementasan yang diperankan oleh laki-laki berjudul “Sewu
Siti”, dan pementasan kedua yang berjudul “Sang Suami” yang diperankan oleh
perempuan angkatan 2010. Tema ini tentu membuat ketertarikan penonton semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kuat, tak hanya itu saja melainkan pesan yang ingin disampaikan oleh TSD tentunya
akan lebih jelas.
Kesuksesan “Lapak Tilas” dan PAB tak hanya berhenti disitu, TSD kembali
mengikuti FTJ yang diadakan setahun sekali tersebut. Di FTJ yang di laksanakan
pada akhir tahun 2011 ini, TSD membawakan naskah yang berjudul “Tobong
Kosong”. Pentas ini sendiri bercerita tentang ketoprak seperti yang dikatakan
Laurensisus Dhion Pradapto (mahasiswa teknik informatika angkatan 2010) sebagai salah
satu pemerannya
“Tobong Kosong sendiri bercerita tentang kehidupan para pemain ketoprak tobong
yang hidupnya selalu berpindah pindah dan juga mengantungkan hidup mereka di
sana. Perbedaan yang cukup signifikan dengan ketoprak dimasa sekarang ialah, jika
ketoprak pada saat ini sudah terorganisir dengan baik bahkan memiliki kerjasama
dengan perusahaan negri yang dapat menunjang kebutuhan seperti RRI dan TVRI.
Sedangkan ketoprak tobong hanya mengandalkan diri sendiri dan antusias yang
diberikan masyrakat. Dalam pementasan muncul pertanyaan, bagaimana bisa
ketoprak tobong masih bisa bertahan walaupun nanti pada akhirnya akan
ditinggalakan oleh para penontonya, hingga para pengemarnya sendiri?. Intinya
ketoprak akan kalah dengan daya tarik kamera”.41
Pementasan “Tobong Kosong” sendiri merupakan gambaran yang akan
terjadi, jika TSD masih mempertahankan ketoprak. Walaupun dibawahi dengan
instansi pendidikan, tetapi peminat dan penggemarnya tidak akan bertahan lama,
karena sebagaian besar penontonnya adalah orang tua. Cara yang paling mudah
dalam menyampaikan sesuatu dengan mengikuti perkembangan jaman, karena hal
tersebut akan mudah dan cepat diterima dimasyrakat.
Anak Muda Bicara Teater dan teater milik Universitas Ahmad Dhalan juga
mengikuti FTJ 2011. Uniknya dalam proses kali ini tempat pementasan disediakan
41 Wawancara, Laurensisus Dhion Pradapto, 7 Mei 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bukan dari masing-masing peserta, melainkan peserta harus menyediakan tempat
untuk peserta lain. Misalnya Anak Muda Bicara Teater menyediakan tempat untuk
TSD, dan TSD menyediakan tempat utuk Teater Ahmaddhalan dan begitu
seterusnya. Sehingga perlu adanya kordinasi yang jelas antar peserta, padahal
mereka berlomba lomba menampilkan yang terbaik. Hal semacam ini juga
membantu meningkatkan tali persaudaraan dan bisa bertukar pengalaman.
“Keunikan di FTJ 2011 tidak hanya berhenti disitu, ditambah lagi pemenang
pada festival teater kali ini tidak ada. Dari dewan juri sendiri tidak dapat
memutuskan siapa yang menjadi penampil terbaik, karena tidak ada yang sesuai
dengan ekspetasi mereka, serta naskah yang dibawakan sangatlah berat. Walaupun
demikian teater kampus tetap menjadi peserta yang aktif mengikuti FTJ, seperti apa
yang dikatakan Agathon Hutama (pendamping TSD 2014 sampai sekarang,
mahasiswa sastra inggris angkatan 2005):
“Ditahun 2011 mulai didominasi masuknya teater kampus dalam acara FTJ dan
banyaknya anak muda yang baru masuk dalam dunia teater turut berperan dalam
FTJ. Para senior atau orang yang dituakan dalam teater juga turut berperan membuat
komunitas baru dan mengajak anak muda yang didominasi mahasiswa untuk masuk
kedalamnya”.42
Di akhir tahun 2011 TSD juga turut serta dalam IDRF (Indonesia Dramatic
Reading Festival) akan tetapi TSD hanya sebagian anggota, yang ikut hanya
berjumlah 3 orang. Hal ini merupakan salah satu tindakan dari Lurah TSD, guna
mendapat lebih banyak ilmu tidak terpagar dengan apa yang hanya mereka
dapatkan di TSD.
42 Wawancara, Agathon Hutama, 26 April 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Raga merupakan kegiatan diakhir tahun 2011 dengan tujuan pastinya
pergantian kepengurusan. Dalam Raga yang diselenggarakan di Penting Sari kali
ini Artantya Krispradipta harus lengser dari jabatannya sebagai lurah, digantikan
oleh Febrianus Anggit Sudibyo (lurah kesebelas, mahasiswa akutansi angkatan
2009) dalam periode 2011 hingga 2013.
4.3 Sesaknya Kegiatan dan Explorasi
Guna mengisi kegiatan diawal tahun 2012 TSD melakukan kegitan yang
cukup unik, yakni valentine yang dirayakan oleh anggota TSD. Perayaan valentine
dilakukan di lapangan yang sekarang menjadi auditorium USD, acaranya diisi
dengan makan bersama. Acara seperti ini juga bertujuan untuk mempererat tali
persaudaraan yang dimiliki anggota TSD.
Setelah mengadakan valentine, kemudian TSD mengadakan makrab yang
juga diisi dengan pelantikan angkatan 2011. Makrab ini diselenggarakan di Sumber
Boyong, dan prosesi pelantikanya dengan cara pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki
hanya salah satu cara yang digunakan untuk mendukung simbol air yang di sudah
di lakukan TSD sejak pertama kali berdiri.
Setelah terjalinnnya ke akraban sesama anggota tidak membuat mereka
berhenti untuk berlatih, dan untuk mendapatkan suasana yang berbeda saat latihan
maka dilakukanlah latihan alam. Latihan alam kali ini diadakan di Tanah Putih
Solo, latihan alam kali ini dipimpin oleh salah seorang senior TSD yang juga baru
saja mendapat workshop dari luar yang ingin dibagikan pada anggota TSD lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Proses yang dilakukan tidak hanya dari segi ke aktoran saja, karena
mengingat teater sebagai salah satu cabang seni yang kompleks, salah satunya yang
berkaitan dengan peralatan dan perlengkapan. Maka dilakukan lah Pengadaan
inventaris di tahun 2012, yang mendapatkan beberapa barang yang menjadi
kebutuhan dalam pementasan. Dimerpack, lampu dan juga kabel menjadi inventaris
di tahun ini.
Terpenuhinya inventaris, dan rutinnya latihan yang diadakan membuat TSD
termotivasi untuk lebih exploratif lagi, hal ini terlihat dengan adanya konsep
pementasan baru yang dilaksanakan di tahun ini yakni “Belajar Membaca”. Di
tahun 2012 lurah TSD mulai memasukkan metode membaca, yang akan
berkelanjutan hingga beberapa tahun kedepan. Hal ini dilakukan agar TSD tidak
mengandalkan dialog serta penubuhan saja, melainkan membaca sebagai salah satu
dasar penting di pertunjukan. Pemikiran dalam pembuatanya diprakasai oleh lurah
ditahun tersebut, yang membawa ilmu dari luar untuk masuk kedalam. Lurah
tersebut pernah mengikuti kegiatan dramatik reading di teater Garasi, karena dirasa
cocok untuk TSD maka dibawa masuk dan ditawarkan kepada beberapa anggota
yang berminat. Seperti apa yang dikatakan Sudibyo sebagai pencetus belajar membaca:
“Awal belajar membaca TSD menggunakan cerpen, dan bukan rancangan program,
tapi hanya sekedar keinginan. Setelah ada yang beminat sekitar orang 5, latihan
sendiri-sendiri selama seminggu. Akan ada sesi 3 kali pertemuan perkembangannya
bagaimana, apakah ada kesusahan atau tidak. Dan teks pun dicari sendiri, dituntut
berkembang sendiri-sendiri, anggota lainnya akan menanggapi saat mencoba
membaca. Dikemas secara sederhana yang difokuskan kepada aktor dan caranya
membaca secara dramatis. Panggung sederhana, lampu hanya ada dipanggung.”43
43 Wawancara, Febrianus Anggit Sudibyo, 5 Juni 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada awal tahun 2012 anggota baru ditahun sebelumnya melakukan PAB
mereka dengan tema “Ouarto Das Criancas Mostra”. Terdapat 4 pementasan yang
ditampilkan, tempat yang dipilih ialah aula USD. Dalam PAB kali ini terdapat dua
jenis fasilitator yakni fasilitator utama, dan fasilitator pendamping. Masuknya
anggota baru tentu memerlukan pendampingan yang lebih, hal ini tentu membuat
fasilitator sangat dibutuhkan. Agar anak baru mendapat materi yang sesuai dengan
apa yang dibutuhkan, maka fasilitatorpun juga harus mendapat arahan. Maka
ditahun 2012 ini diselenggarakan kelas fasilitator yang bertujuan untuk memberi
bekal pada fasilitator yang akan memberikan materi pada anggota baru, dengan
beberapa panduan silabus yang disiapkan oleh pengurus.
Ditahun 2012 ini TSD mendapat kesempatan untuk mengikuti piksimida,
dalam perlombaan monolog dan juga pembacaan puisi, akan tetapi TSD tidak
meraih juara pada saat itu. Walaupun tidak mendapat juara, tetapi TSD tetap
melanjutkan antusias mereka terhadap perlombaan yang diselenggarakan.
Kepengurusan pada tahun ini memperhatikan setiap kegitan yang dilakukan,
beberapa kegiatan kecil yang sering terabaikan dapat terlaksana ditahun ini.
Ditahun 2012 perayaan ulang tahun berlangsung disalah satu rumah milik anggota
TSD. Dalam perayaan ulang tahun ini acaranya tak hanya sekedar makan bersama
melainkan juga diumumkannya aktor yang terpilih untuk bermain dalam pentas
“Dewi”. Kepengurusan di tahun 2012 ini memang banyak menambah kegiatan yang
bersifat intern, akan tetapi mereka juga tidak lupa untuk keluar membesarkan nama
TSD, dan FTJ menjadi wadah guna menampung ambisi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
FTJ pada tahun 2012 ini hanya diikuti beberapa anggota TSD saja, dengan
tergabung dalam komunitas Kandang Jaran. Komunitas ini banyak diikuti oleh anak
anak yang berasal dari Umar Kayam dan Teater Gajah Mada. Pentas yang
dibawakan pada saat itu berjudul “Goleki Jimate Basio”, pementasan pada saat itu
didominasi oleh aktor yang berasal dari TSD. Pemilihan judul tersebut berkaitan
dengan tema yang ada yakni pahlawan kampoeng.
Pementasan kali ini bercerita sekelompok orang yang ingin berlatih teater
di gedung tua dan bertemu dengan seorang penjaga yang mengatakan bahwa setiap
pementasan Basio menggunakan jimat, hingga bisa membuatnya seperti sekarang.
Jimatnya itu bernama mbah lontang pangarso, akan tetapi cucu Basio sendiri yang
juga sebagai pelatih tari mengatakan bahwa jika ada kemauan pasti bisa, tidak perlu
menggunakan jimat.
Keikut sertaan anggota TSD pada FTJ kali ini mampu mendapat penampil
terbaik, serta aktor terbaik. Seiringan dengan adanya FTJ, TSD juga sedang dalam
proses pentas besar, yang berjudul “Dewi”. Sebelum dilakukanya pementasan
“Dewi” sudah dipikirkan akan terjadinya bentrok jadwal antar dua kegiatan yang
sama pentingnya, yakni PAB untuk anggota 2012 akan diadakan pada bulan
Desember dan “Dewi” yang akan diadakan pada 23 hingga 24 November 2012.
Maka pengurus membagi dua panitia yang masing masing bertanggung jawab
dalam kedua kegitan besar ini.
Proses pementasan “Dewi” ini juga berjalan cukup serius. Para pemeran dan
tim melakukan observasi dikawasan Kali Code, yang merupakan tempat di mana
menjadi latarbelakang naskah tersebut. Awalnya pementasan “Dewi” hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
merupakan konsep pementasan kecil dan tidak terlalu kompleks akan tetapi akan
sangat disayangkan jika hanya di pentaskan dalam ranah yang kecil. Seperti yang
dikatakan sutradara “Dewi” Krispradipta:
“Idenya ssederhana, mengamati hubungan antara pria dan wanita. Mengapa laki-
laki serba salah, tidak bisa “ngopeni” pasangannya. Disatu sisi jika laki-laki punya
kesempatan untuk mendapatkan uang atau rejeki yang tidak sesuai dengan
pemikiran perempuan maka laki-laki akan disalahkan juga. Disitulah letak
kebingungannya, sebagai laki-laki seharus bagaimana?.”44
Pentas “Dewi” tersebut bercerita tentang suami istri yang bernama Warman
dan Dewi, merupakan pasangan yang kehidupan ekonominya menengah ke bawah.
Warman bekerja sebagai seorang satpam, akan tetapi ia dipecat karena dituduh
mencuri sebuah laptop. Warman dulunya merupakan seorang anggota organisasi
kriminal dan saat ia meninggalkan organisasi tersebut ia sebenarnya masih
mempunyai hutang yang belum dia selesaikan. Sedangkan Dewi adalah istri
Warman yang mengubah hidup Warman, dan sekarang tengah hamil tua. Warman
yang bingung mencari uang untuk kehamilan istrinya didatangi oleh Pak Bayu yang
merupakan bosnya di organisasi kriminal dulu, Pak Bayu mengerti warman butuh
uang sehingga ia menawarkan pekerjaan untuk membunuh orang. Akan tetapi
Warman menolak karna sudah berjanji dengan Dewi tidak akan kembali kedunia
yang gelap itu, akhirnya Warman berkerja serabutan. Tak disangka penolakan
Warman tersebut membuat istrinya harus dibunuh guna melunasi hutang-hutangnya
44 Wawancara, Artantya Krispradipta, 19 Juni 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dan bagi Bayu Dewi adalah penghalang baginya untuk menjalankan misi bersama
Warman, juga tetangga yang ternyata menjadi mata dan telinga Pak Bayu.
“Dewi” yang diselenggarakan di wilayah Taman Budaya Yogyakarta,
bersamaan dengan pentas yang ditampilkan oleh jurusan sastra Inggris USD. akan
tetapi mereka berada didalam concert hall dan “Dewi” berada di outdoor. Pada hari
pertama pementasan berjalan beriringan, dihari kedua hanya TSD saja yang tampil
akan tetapi beberapa jam sebelum pementasan terjadi hujan yang sangat deras, dan
itu ada di outdoor. Semua tim bersama-sama membersihkan panggung, dan
pentaspun berjalan dengan lancar dan bisa dinikmati dengan baik oleh penonton.
Dalam proses pementasan “Dewi” juga dilakukan kegiatan lain, guna
menyambut Festamasio yang diselenggarakan oleh Institute Teknik Surabaya pada
saat itu. Di sini TSD membuat video tentang pementasan “Dewi” yang kemudian
dikirimkan beserta naskahnya untuk diperlombakan. Akan tetapi video yang
dikirim tidak lolos, sedangkan naskahnya mendapat posisi 20 besar.
Setelah berlangsungnya pementasan “Dewi”, agenda selanjutnya adalah
PAB untuk angkatan 2012. PAB kali ini memiliki metode yang berbeda dalam
penyampaian hasil akhirnya. PAB kali ini dilakukan dengan banyaknya presentasi
yang disampaikan anggota baru. Persentasi diutamakan dalam hal membaca dan
penubuhan yang dilakakukan beberapa kali, yang kemudian dipentaskan secara
kecil. Kelompok yang bisa tampil dilihat dari intensitas keikut sertaaan mereka
dalam mengikuti latihan, sedangkan yang tidak tampil membantu dalam divisi yang
lain. PAB yang dilakukan di bulan Desember ini merupakan kegiatan di akhir tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2012 yang sangat padat, akan tetapi kedua PAB ini memang harus dilakukan agar
tidak terjadinya loncatan tahun dalam pelaksanaan PAB.
Melihat tahun 2012 yang padat dengan banyak kegiatan, maka perlu adanya
diskusi lebih untuk mengatur pola kegiatan ditahun 2013, hal ini dilakukan karena
melihat beberapa tahun sebelumnya terjadi krisis kekurangan anggota yang
disebabkan oleh kegiatan yang padat dan melelahkan. Hal seperti ini tentu tidak
ingin dialami lagi oleh TSD. Diawal tahun 2013, TSD dirasa lebih siap menghadapi
kegiatan tahunan karena sudah memiliki rencana dan juga sudah melakukan rapat
tentang garis besar kegiatan. Seperti apa yang dikatakan Sudibyo yang menjabat
sebagai lurah saat itu:
“Sebelum masuk kedalam tahun 2013 maka para pengurus mengadakan rapat untuk
menyimpulkan garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan. Pembagiannya dibagi
atas 3 bentuk pentas sekaligus keaktifitasan yakni kecil, medium, dan besar.
Sedangkan terdapat dua pilihan dalam menarik garik besarnya, pertama akan
membuat pentas besar dan beberapa pentas kecil yang tidak terlalu mengangu proses
pentas besar. Kedua akan mengadakan dua pentas berskala medium tanpa adanya
pentas besar, akan tetapi tetap diisi dengan beberapa pentas kecil, dan anggota
menyepakati usulan kedua”.45
Kegiatan TSD di awal tahun 2013 adalah makrab, acara utamanya adalah
pelantikan anggota baru angkatan 2012. Makrab sekaligus pelantikan ini
berlangsung di Wisma PPKH Susteran, prosesi pelantikanya ada di Kali Kuning
dengan cara pembasuhan kepala. TSD juga tidak lupa mengajukan penambahan
perlengkapan, hal ini akan terus ada setiap tahunnya karena tidak semua permintaan
yang diajukan akan diterima, bahkan biasanya akan diundur hingga tahun
selanjutnya. Pengadaan inventaris pada tahun 2013 ini menghasilkan komputer,
45 Wawancara, Febrianus Anggit Sudibyo, 5 Juni 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
backdrop, dan juga lampu. Pengadaan ini diharapkan lebih memudahkan kinerja
TSD dalam melaksanakan kegiatannya.
Partisipasi TSD di luar kampus tidak hanya berhenti di tahun 2012 saja,
melainkan kali ini TSD mulai berani keluar mengikuti perlombaan di luar kota. Kali
ini kota yang menjadi kunjungan TSD ialah Semarang, tepatnya di Universitas
Negri Semarang. Kala itu TSD mengikuti suatu acara dan dalam acara tersebut
monolog menjadi salah satu pertunjukan yang ditampilkan.
“Balonku” merupakan judul naskah yang dibawakan pada 23 sampai 24
Maret 2013, yang dibawakan oleh seorang senior TSD. Pementasan berikutnya
yang menjadi kegiatan TSD di tahun ini ialah pementasan pantomim yang berjudul
“Dibuang Sayang”. Pementasan ini bercerita tentang seorang anak yang mendapat
tugas mengarang sosok seorang ibu dari gurunya. Dalam cerita tersebut anak itu
menceritakan bahwa ibunya adalah seorang pelacur, seperti yang dikatakan
Saverinus Egi Nggelong (mahasiswa akuntasi 2007 dan sastra indonesia 2010) sebagai
sutradara:
“Banyak hal yang terkait salah satunya aborsi. Yang dilakukan suka sama suka tapi
karena tidak tanggung jawab sehingga digugurkan. Pelacur yang berhubungan
badan dengan siapa saja dan menghasilkan anak mau merawatnya dengan segala
cara. Intinya jangan membuang seorang anak karena seorang pelacur saja mau
merawatnya.”46
Setelah melakukan pementasan pantomim pada 24 mei 2013 ini TSD
kembali melakukan pementasan pada 18 September 2013 yang berjudul ‘Benang
Merah”. Pementasan kali ini sebenarnya merupakan salah satu pementasan kecil di
46 Wawancara, Saverinus Egi Nggelong, 30 Agustus 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
rencana tahunan, akan tetapi karena prosesnya dinilai tanggung jika hanya menjadi
pementasan kecil. Maka pementasan kali ini menjadi pementasan medium.
Dalam uniknya pementasan “Benang Merah” menampilkan 3 monolog
sekaligus. Naskah yang dibawakan antara lain “Marsinah Menggugat”,
“Demokrasi”, “Ibu yang Anaknya Diculik”. Dalam konsepnya masing-masing
aktor akan bermonolog dengan naskahnya masing-masing secara bergantian,
dengan menggunakan tanda penyambung berupa kata terakhir yang disebutkan.
Dari ketiga cerita yang ada di naskah tersebut terdapat benang merah yang dapat
ditarik, sehingga pementasan ini di beri judul “Benang Merah”.
Menurut sutradara “Benang Merah” pementasan ini sebenarnya bertema
pergerakan sejarah, akan tetapi hal yang nantinya bisa dibawa pulang penonton
lepas dari pandangan sutradara. Seperti apa yang dikatakan Elisabeth Lespirita Veani
(mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2009):
“Keteledoran seperti ini disebabkan karena sutradra sendiri hanya bisa
memfokuskan diri pada kemasan pentas yang akan disajikan seperti mengenakan
kacamata kuda, dan pada saat itu juga sedang berjalan proses pementasan lain,
sehingga banyak konsentarasi yang tidak tergapai oleh tim”.47
Dalam proses “Benang Merah” ternyata tidak semua panitia berasal dari
dalam TSD, melainkan ada beberapa tim dari luar yang turut serta. Seperti apa yang
dikatakan Sudibyo sebagai lurah:
“Lampu dan musik tidak menggunakan tenaga TSD, karena tidak ada SDM yang
memadahi dan ingin mencoba metode baru, yakni membuat proses yang tidak
organisasi, dan ternyata lebih efektif. Bagian produksi hanya diisi satu orang karna
47 Wawancara, Elisabeth Lespirita Veani, 5 april 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tidak mencari dana, artistik hanya butuh lampu, musik, bahkan untuk poster
diorder”48
Tak hanya berhenti di “Benang Merah” saja diakhir tahun pada 2 Oktober
2013, TSD kembali mengadakan pementasan yang berjudul “Sapu Tangan Fang
Yin”. Seperti yang disampaikan penulis naskahnya Domenico Savio Ega Meista Purba
(mahasiswa pendidikan Bahasa inggris angkatan 2010)
“Ini bercerita tentang gadis yang bernama Fang Yin yang merupakan korban
pemerkosaan 1998. Dengan sisa uang yang ada, keluarga Fang Yin pindah ke
Amerika, rasa trauma yang menghantui membuat Fang Yin tidak mau kembali ke
Indonesia. Suatu ketika ayah FangYin kembali ke Indonesia untuk berbisnis, dan
disisi lain Fang Yin mengalami trauma berat, ditambah harus kehilangan
Tunangannya yang pergi bersama dengan sahabat Fang Yin sendiri. Fang Yin
menemukan sapu tangan milik tunangannya bernama Ko, dan kemudian membakar
sapu tangan tersebut untuk mengobati luka batinnya. Hal itu membuat Fang Yin
akhirnya ingin kembali ke Indonesia.”49
Naskah “Sapu Tangan Fang Yin” tersebut sangat dekat dengan peristiwa
reformasi 1998, pada saat itu sangat merugikan kaum Tionghoa di Indonesia.
Diadakannya pentas pantomim, monolog, dan realis ini menunjukkan
bahwa TSD tidak hanya memikirkan perencanaan pementasan saja, melainkan juga
konsep yang dibuat secara explorative. Hal ini terbukti karena ketiga pentas
medium ini dibuat dengan konsep yang beragam. Dengan diadakannya banyak
kegitan di tahun 2013 maka perlu adanya evalusi, Raga merupakan waktu yang
sesuai dan tepat untuk menampung suara dari masing masing anggota.
Kegiatan penutup tahun 2013 yang berupa Raga yang diadakan di Graha
Kinasih Kaliurang pada 9 sampai 10 November 2013. Raga kali ini Febrianus
48 Wawancara, Febrianus Anggit Sudibyo, 5 Juni 2018; Yogyakarta.
49 Wawancara, Domenico Savio Ega Meista Purba, 26 April 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Anggit Sudibyo digantikan oleh Yosephine Wastu Prajnaputri (lurah keduabelas,
mahasiswa pendidikan Bahasa inggris angkatan 2011). Tentu ada sebuah evaluasi
dari kepengurusan yang telah berjalan selama dua tahun tersebut. Kegiatan yang
dilakukan amatlah padat dan banyak menguras tenaga ini sebenarnya dilakukan
karna keinginan lurah, untuk membuat aktivitas dikala masa kosong menanti
sebuah pementasan yang besar. Di masa kepengurusan ini pula tidak terlihat ada
naskah yang dibuat sendiri, hal ini dilakukan agar menghemat waktu proses yang
ada dan mencoba metode baru yakni dengan mengadaptasi naskah yang sudah ada.
Di awal tahun 2014 ini tak berbeda jauh dengan 2013 karena kegiatan awal
tahun di isi dengan sebuah makrab, yang isinya juga acara pelantikan anggota baru
angkatan 2013. Kegiatan tersebut dilakukan di pantai Sundak pada 8 sampai 9
Februari 2014, akan tetapi pada makrab kali ini muatan teaternya sangat kurang,
karena banyak kegiatan yang diisi dengan bermain dan bersenang senang.
Latihan alam dan Makrab yang sudah dijalankan diharapkan mampu
memotivasi dan mendorong semangat anggota untuk melakukan pementasan,
dilantiknya angkatan 2013 dalam Makrab ini membuat mereka resmi menjadi
anggota TSD. Setelah dilantik Kemudian angkatan 2013 mendapat kesempatan
untuk melakukan PAB (Pentas Anak Baru) yang bertemakan “Keluarga”, didalam
PAB kali ini terdapat empat buah pementasan yang berjudul “Barabah”, “Pesan
Dari Ayah”, “Perkawinan Perak”, “Tempat Istirahat”, “13 Pagi”.
Di tahun ini TSD kedatangan tamu dari luar, seperti apa yang dikatakan
Wastu Prajnaputri sebagai lurah pada saat itu:
“Kerjasama yang pertama dilakukan dengan seorang aktor dari Thailand yang juga
membawa beberapa orang dari Anak Muda Bicara Teater (AMBT). Di sini TSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
hanya menyediakan tempat dan beberapa media pertunjukan yang lain seperti
lighting dan setting, sedangkan konsep cerita dan pemain berasal dari pemain
Thailand dan AMBT. Ternyata ada lagi kerjasama dengan orang luar yakni Mbah
Tohir, yang juga melakukan kerjasama serupa selang beberapa beberapa minggu.”50
Tak hanya fokus pada pentas kerjasama, melainkan ada satu pentas lagi
yang berbasis tari dan pencahayaan, pentas kecil ini berjudul “Pertemuan”. Dalam
pentas ini sangat jelas terlihat unsur surealis yang dihadirkan, dengan merespon
ruang yang ada, bertempat di pendopo PGSD USD. Pementasan kali ini merupakan
hasil dari sebuah workshop yang diadakan oleh senior teater pada saat itu, sehingga
akan terasa sangat sia-sia jika tidak diwujud nyatakan dengan terselengaranya
sebuah pentas kecil. Tidak adanya orang dari luar TSD yang menonton pementasan
ini, sehingga penonton sepenuhnya berasal dari dalam TSD. Hal ini disebabkan
karena, poster yang digunakan sebagai media promosi hanyalah berupa tulisan
tangan saja. Hal ini dapat menggambarkan ketertarikan pada sebuah pertunjukan
tidak hanya berasal dari apa yang di tampilkan pada saat itu, melainkan media
pertama yang dilihat oleh orang lain, salah satunya poster.
Hal ini sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun lalu, bahkan dimasa
kepemimpinan Sudibyo, menggunakan jasa dari luar untuk membuat poster
pementasan seperti yang dikatakannya:
“Posterpun tidak menggunakan anggota TSD, melainkan diorder. Pada waktu itu
anggota TSD membuat sebuat poster dengan “ngasal”. Maka akan lebih baik jika
order dari orang yang lebih ahli dalam bidangnya.”51
50 Wawancara, Yosephine Wastu Prajnaputri, 7 Juni 2018; Yogyakarta.
51 Wawancara, Febrianus Anggit Sudibyo, 5 Juni 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Hal tersebut tidak membuat TSD menjadi kecil hati. TSD mengikuti
perlombaan baca puisi pada peksimida yang diwakilkan oleh dua orang. Akan tetapi
sangat disayangkan karena TSD tidak membawa pulang piala. Di pertengahan
tahun 2014 TSD mengikuti expo, membawakan beberapa pertunjukan kecil. Expo
yang diadakan di aula kampus 1 USD ini melibatkan beberapa UKM dan pada saat
itu hanya diikuti oleh beberapa anggota TSD saja secara bergantian.
Terpilihnya aula USD sebagai tempat expo dengan beberapa UKM lain
tentu membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya ialah, TSD berada
di panggung yang notabennya dipakai untuk sebuah pertunjukan, dan bersama
UKM lain bisa saling menjalin relasi karena berada di satu tempat yang sama.
Sedangkan dampak negatifnya, TSD tidak bisa merespon ruang sebagai pendukung
suasana dalam pentas yang ditampilkan karena bersamaan dengan UKM lain. Jika
ingin menghadirkan setting dan lighting akan sangat memakan waktu pertunjukan.
Di sini TSD juga mempromosikan pentas besarnya, sehingga dengan demikian
mahasiswa baru akan tau kalau TSD merupakan UKM yang produktif.
Pentas besar pada akhir tahun 2014 ini diselenggarakan gedung Societet
TBY tanggal 27 November berjudul “Jaga Daru”, yang bercerita tentang petani
tembakau. Proses penggarapan pentas ini dilakukan dengan cukup serius, terlihat
dari penggarapan naskah oleh salah satu senior TSD yang mulai dilakukan sejak
bulan Februari. Dalam sebuah tim yang sudah dibentuk, proses pembuatan naskah
terus berkembang, terlebih setelah dilakukannya observasi. Observasi dilakukan
selama dua hari satu malam, dan menginap di tempat yang menjadi latar belakang
naskah. Observasi pada waktu itu dilakukan di Temanggung, dipabrik tembakau,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Telahap, dan rumah salah seorang teman senior TSD yang juga akrab dengan
tembakau.
Pementasan Jaga Daru sendiri bercerita tentang kehidupan petani tembakau
dan pada saat itu mengkritisi isu tentang rokok yang akan dihapuskan atau
mengalami kenaikan harga. Dari situ lalu muncul ide untuk mengangkat tembakau
sebagai tema pementasan, dan untuk nama “Jaga Daru” sendiri berasal dari Ndaru,
seperti apa yang dikatakan Dionisius Bimana (lurah ke tiga belas, mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris angkatan 2013) salah satu aktor:
“Ndaru itu dipercaya oleh semua petani tembakau terutama di Temanggung, jika
ada ndaru jatuh seperti cahaya, layaknya meteor dan jatuhnya diladang, maka
tembakaunya akan enak. Jaga di sini maksudnya terjaga, maka sewaktu masa panen
petani bisa tidak tidur selama tiga bulan, seperti sebuah penantian. Karena salah
satu ladang petani yang tertimpa ndaru maka pasti akan menjadi incaran pabrik, dan
permainan pabrik yang akan membeli sedikit kemudian menjual mahal tentu
merugikan petani. Perbedaan kehidupan petani yang pro dan kontra dengan pabrik
pun ditunjukkan hingga memicu konflik antar petani.”52
Proses pentas besar tentu membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Maka
dalam proses kali ini sudah melibatkan angkatan 2014, walaupun belum dilantik
tapi sudah menyelesaikan tahap seleksi. Angkatan 2014 menyebar di berbagai
devisi yang sudah ada, akan tetapi divisi musik sudah di pegang seutuhnya oleh
angkatan 2014, karena kekurangan sumber daya. Mendekatkan diri pada dunia
teater juga bisa dengan berbagai cerita dan pengalaman dengan orang yang sudah
lebih berpengalaman. TSD memfasilitasi hal tersebut dengan mengadakan makrab.
Makrab menjadi kegiatan awal tahun 2015 dengan dilantiknya angkatan
2014, dan diselenggarakanya latihan alam. Setelah mengalami makrab kemudian
52 Wawancara, Dionisius Bimana, 31 Agustus 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
angkatan 2014 diberi kesempatan dalam mengasah kemampuan mereka sebagai
aktor, di acara opening Auditorium Driyangkara pada 13 Juni 2015. Di sini TSD
mengisi acara dengan berbagai UKM, karena nantinya tempat ini juga berguna bagi
mereka terutama UKM yang berbasis pertunjukan. Dalam pementasan ini TSD
membawakan sebuah pentas pantomim yang berisikan beberapa angkatan 2014 dan
angkatan atas.
Pantomim sangat dekat dengan kegiatan TSD pada tahun ini, karena setelah
mengisi acara opening Auditorium Driyangkara kemudian TSD membuat pentas
besar yang juga berujuk pantomim. Pementasan kali ini ditunjukkan untuk angkatan
2014, karena dari semua aktor, penanggung jawab sebagian besar berasal dari
angkatan 2014. Pementasan kali ini merupakan pementasan yang sudah pernah
ditampilkan di TSD pada tahun 2009 dengan judul yang sama yakni “Kemana
Waktu Aku Ingin Bermain” (KWAIB). Pradapto sebagai sutradara memiliki latar
belakang kenapa pentas ini dapat terlaksana seperti apa yang dikatakan:
“Pada saat itu anggota seperti tidak punya wadah, sehingga angkatan 2014 terpaksa
“dikorbankan” menjadi aktor dan di “paksa” untuk menyukai pantomim seperti apa.
Waktu sangat penting, tapi kenapa harus selalu tertuntut. Pementasan yang sudah
pernah dibawakan senthong adalah milik senthong.. Bukan karna tidak mampu
membuat naskah baru. Melainkan hanya ingin mengingatkan anggota senthong
tentang apa yang dipunyainya.”53
KWAIB sendiri bercerita tentang seorang anak kecil yang bernama Nene
yang memiliki 5 orang teman. Nene sendiri tiba-tiba saja muncul ke dalam dunia
tanpa memiliki orang tua. Dia juga memilki kemampuan khusus yakni tidak bisa
53 Wawancara, Laurensisus Dhion Pradapto, 7 Mei 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
bertambah tua. Masa kecilnya ia habiskan untuk bermain dengan teman-temannya,
kemudian seiring berjalannya waktu teman-temannya mulai sibuk sendiri. Saat
sekolah teman temannya sibuk akan tugas sekolah dan semasa kerja sibuk akan
pekerjaan masing-masing untuk bisa hidup. Nene tetap menjadi anak kecil yang
selalau mengajak untuk bermain, dan pada saat itu pula Nene hanya melihat teman
temannya menjadi robot yang gampang dikendalikan oleh keadaan, serta lupa untuk
bermain lagi dengannya.
Dalam pementasan kali ini sang sutradara ingin menyampaikan kenapa
waktu di sia-siakan saja untuk hal yang membuat kita stress. Kita tidak punya waktu
lagi untuk bermain meninggalakan segala hiruk pikuk dan hingar bingar dunia yang
mengengkang. Waktu menjadi sangat penting jika kita tidak bisa mengontrol diri
kita sendiri yang terseret dengan tuntutan kehidupan. Selain itu sutradara juga
mengajak anggota TSD untuk mengingat kembali TSD miliki pertunjukan
pantomim, karena pada waktu itu menurutnya pantomim sedikit susah diterima oleh
masyrakat luas ketimbang pertunjukan drama realis.
Walaupun pementasan ini sudah pernah diadakan sebelumnya, sutradara
memiliki maksud lain kenapa memilih pementasan ini untuk dibuat kembali.
Pementasan kali ini ditujukan pada penekanan kalimat “KWAIB” sendiri seperti
apa yang dikatakan Hutama sebagai pembimbing saat itu:
“Pemenetasan kedua ini merupakan sebuah remak, sehingga tidak bisa mengambil
100% dari pementasan sebelumnya dan tidak bisa diubah 100% dari pementasan
sebelumnya, komponen atau bagian yang sama masih terlihat dibeberapa bagian
pementasan bahkan panggung pertunjukan yang digunakanpun sama.”54
54 Wawancara, Agathon Hutama, 26 April 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Setelah melaksanakan pentas besar, TSD mengadakan pergantian pengurus
dengan mengadakan raga diakhir tahun 2015. hal ini juga bertujuan untuk
membahas kegiatan yang sudah berjalan selama dua tahun. Raga ini diadakan di
Wisma Kamboja Graha Kinasih Kaliurang, pada 4 sampai 5 Desember.
Kepemimpinan pengurus kali ini berpindah dari Yosephine Wastu Prajnaputri
kepada Dionisius Bimana.
Makrab menjadi kegiatan di awal tahun 2016 yang diselenggarakan di
Dolan Desa, Boro, Kali Bawang, Kulon Progo pada 26 sampai 28 Februari 2016.
Angkatan 2015 memerlukan ruang lebih untuk mengakrabkan diri dengan angkatan
yang lebih dulu. Pelantikan angakatan 2015 menggunakan air dengan terjun
kesungai kecil. Outbound juga dirasa penting sebagai media keakraban dengan
memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pihak Dolan Desa. Latihan alam yang
dilakukan pun mengundang fasilitator dari luar yang sebenarnya juga masih
mahasiswa USD sendiri.
Setelah melakukan makrab, kegiatan selanjutnya di pertengahan tahun 2016
ini adalah expo. Dalam expo kali ini TSD membawakan sebuah cerita mengenai
sebuah proses teater. Diawali persiapan kemudian pengadeganan awal sebuah
pernikahan. Pada pertengahan tahun ini TSD juga menjalin keakraban dan
kerjasama dari teater luar, kegiatan diadakan pada 27 Mei 2016. Pentas kali ini
berasal dari teater luar kampus yang menamai komunitas mereka Fieldtrip, teater
ini mengajak TSD untuk membantu mengadakan pementasan di USD. Pementasan
Fieldtrip kali ini berjudul “Patlari”, yang menceritakan tentang kejadian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
peristiwa sebuah keluarga sebelum terjadi peladakan bom di Jakarta, tepatnya di
jalan MH Thamrin.
Kerjasama kali ini memiliki beberapa kendala, yaitu kurangnya kordinasi
yang dilakukan oleh pihak TSD mengenai peminjaman tempat. Mulanya tempat
yang dipinjam yakni pendopo PGSD, akan tetapi sewaktu hari pementasan yang
kurang beberapa jam lagi pendopo tersebut tidak bisa dipinjam, karena ada
keperluan mendadak yang diprakasai oleh dosen PGSD. TSD terpaksa harus
mencari tempat lain, peminjaman tempat tidaklah mudah karena harus sesuai
prosedur. Di sini TSD merasa dibuang begitu saja, karena kampus tidak memiliki
kebijakan yang berakti sewaktu dosen bisa mengalahkan surat yang dibuat sesuai
prosedur. Kejadian ini berlangsung pada waktu yang sangat mendesak, hal
semacam ini tidak hanya sesekali dialami oleh TSD.
Beringin Soekarno akhirnya menjadi tempat di mana pementasan “Patlari”
diselenggarakan, tentu dengan konsep yang sedikit diubah karena tempat yang
berubah pula. Penonton yang hadir pada saat itu memang tidak begitu banyak,
mungkin karena tempat yang berpindah. Hal semacam ini tentu merugikan banyak
pihak, mulai dari pihak Field Trip, TSD, bahkan USD sendiri. Hal ini tidak bisa
diremehkan, karena jika tidak diperbaiki maka akan terulang terus menerus.
Pada bulan yang bersamaan TSD menggelar pentas membaca yakni
berjudul “Bias”. Pementasan membaca ini merupakan awal dari pementasan besar.
Dramatic reading yang diadakan di beringin Soekarno ini dihadiri oleh penonton
dari dalam dan luar USD, serta diadakannya sesi diskusi setelah pementasan agar
bisa menjadi masukan untuk pentas besar nanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Guna mengisi waktu kosong sebelum pentas besar kepengurusan
mengadakan sebuah kegiatan workshop. Workshop yang berjudul “RAW” (Rapopo
Aktinge Wangun) bertemakan mengkarabkan ruang. Workshop kali ini
dinarasumberi oleh anggota TSD sendiri yang berasal dari angkatan 2012 dan 2013.
Workshop ini lahir dari sebuah pertanggung-jawaban seperti yang dikatakan David
Tewar (mahasiswa psikologi angkatan 2012) sebagai salah satu narasumber:
“Workshop ini sendiri sebenarnya merupakan hasil pertanggung jawaban dari
angota TSD yang mengikuti workshop diteater Kalanari. Oleh lurah pada saat itu
pertanggung jawaban yang diminta berupa sebuah tulisan, akan tetapi merasa tidak
cukup jika hanya sebuah tulisan maka dibentuklah workshop ini. Dalam kegiatan ini
peserta yng diharapkan tidak sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan, karena
peserta yang hadir hanya anggota TSD sendiri dan tiga orang yang berstatus
mahasiswa aktif USD. Mungkin hal ini disebabkan karna narasumber yang tidak
begitu menarik dan target publikasi yang hanya berada dikawasan USD.”55
Pentas besar “Bias” yang direncanakan pada bulan September tersebut
terpaksa harus gagal, disebabkan karena progres yang tidak dapat dicapai disemua
devisi. Maka dengan demikian kegiatan pentas pada bulan September terpaksa
harus dibatalkan di bulan Agustus tentunya dengan kekecewaan besar terutama di
devisi keaktoran.
Salah satu faktor yang juga menjadi penyebab pentas besar “Bias” di
tiadakan adalah PAB di bulan November, yang kekurangan sumber daya dan juga
tenaga. Seharusnya anggota dan kepanitian pada saat itu bisa belajar pada angkatan
sebelumnya, terutama angkatan 2011 hingga 2013 jika dilihat memiliki kegiatan
yang amat padat tetapi bisa menjalankanya dengan lancar.
55 Wawancara, David Tewar, 31 Mei 2018; Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Disela-sela masalah pementasan yang dibatalkan ini, Komunitas Senthong
(para alumni maupun alumnus TSD yang sudah tidak menjalani perkuliahan S1 di
USD) membuat sebuah pementasan. Pementasan ini bertemakan dramatic reading
yang berjudul “Lena Tak Pulang”. Pementasan yang diadakan di akhir Oktober
2016 ini dibantu oleh beberapa anggota TSD yang juga dalam proses PAB 2016.
PAB yang diadakan sebagai kegiatan akhir tahun 2016 tetap berjalan sesuai
rencana, dengan membagi anak baru ke dalam tiga kelompok besar. Naskah terbagi
atas naskah adaptasi dan naskah yang dibuat sendiri oleh sutradara pementasan.
Naskah adaptasi berjudul “Dilarang Bernyanyi Dikamar Mandi” dan naskah yang
dibuat oleh sutradara berjudul “Kotor” dan “Perhati(k)an”. Sutaradara pementasan
berasal dari angkatan 2014, sedangkan kepanitian berasal dari angkatan 2015, 2014
dan 2013, sementara untuk angkatan 2016 semuanya menjadi aktor. Konsep seperti
ini bertujuan agar angkatan 2016 merasakan menjadi aktor terlebih dahulu, supaya
mengerti apa yang dibutuhkan seorang aktor dalam sebuah pementasan.
Pementasan ini dilakukan di ruang K.22 kampus 1 USD, pada 25 dan 26 November
2016.
4.4 Perbaruan Sejarah yang Singgah Kembali
Mengawali tahun 2017, TSD mengadakan kegiatan makrab pada tanggal 24
sampai 26 Februari 2017. tujuan dan fungsi makrab masih sama dengan tahun-
tahun sebelumnya. Setelah mengadakan makrab kegiatan selanjurtnya di
pertengahan tahun 2017 ialah expo, yang di laksanakan di ruang kelas. Kegiatan
pentas besar ditahun ini dimulai dengan adanya pemilihan naskah, naskah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dipaparkan adalah naskah surealis dan naskah tradisional. Terpilihnya naskah
ketoprak karena orang yang mengajukkan naskah lebih menguasai naskah yang di
ajukan, dan orang tersebut juga dekat dengan dunia ketoprak. Penyampaian kepada
penonton juga tidak begitu sulit karena sejarah yang diangkat sendiri berkaitan
dengan Yogyakarta.
“1551” atau bisa juga disebut “Tunggal Yasa Lena Praja” yang berarti satu
kerusakan atau kesalahan yang terjadi dapat menimbulkan kekacauan yang amat
besar. Pentas kali ini memiliki banyak elemen didalamnya mulai dari teater, tari,
gamelan, silat, dan juga orkhestra.
“1551” sendiri berlatar belakang cerita mataram yang melakukan serangan
besar ke dua mereka terhadap VOC di Batavia, mataram mengkoreksi apa yang
menyebabkan serang pertama mereka gagal. Ternya pasokan makanan untuk para
prajurit mataram dibakar oleh tentara VOC, dengan mengandalkan mimis kencana
atau bisa juga disebut uang untuk menyoggok beberapa para prajuit mataram hanyut
dalam penghianatan. Jaka Samekta tokoh utama dalam naskah ini mendapat tugas
dalam mengawal lumbung tempat perbekalan tersebut disimpan. Surakanda salah
satu pasukan mataram yang berhianat menggunakan adiknya yang cantik jelita
sebagai alat untuk meluluhkan hati para prajurit yang lain. Singkat cerita Mas
Damar pun yang awalnya sangat setia pada mataram jatuh ketangan penghianat,
dan berhasil mencuri pusaka milik Samekta yang ditakuti para penghianat.
Surakanda pun berhasil menangkap Samekta dan membakar lumbung tempat
persediaan makanan disimpan. Surakanda masih memerlukan informasi dari
Samekta tentang tanggal di mana mataram akan menyerang Batavia. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kegigihanya Samekta tidak mau menjawab, dan kegigihan ini lah yang membuat
adik Surakanda memihak kepada Samekta. Karena pusaka Samekta sudah
dikembalikan maka Samekta berhasil membunuh Surakanda walaupun ia harus
kehilangan nyawanya, sedangkan Mas Damar yang mengetahui hal tersebut sangat
marah sehingga membunuh semua orang yang ada disitu.
Banyaknya elemen yang berada didalamnya tentu menjadi sebuah
pementasan TSD yang berbeda dari biasanya, dan tim yang terlibat mencakup para
alumni yang sudah aktif di TSD sejak tahun pertama berdiri. Hal semacam ini tentu
membuat warna lain bagi pementasan besar di tahun ini. Terlebih naskah dan cerita
serta elemen yang dihadirkan dari teater tradisonal dan modern sangat melekat di
sini, seolah pementasan “1551” ini merupakan pengingat dari mana TSD terbentuk,
dari ketoprak ke teater.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN
Teater Seriboe Djendela merupakan wadah berkumpul dan diskusi bagi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma memiliki minat pada dunia teater. Dengan
berkumpul dan berdiskusi dalam TSD, para mahasiswa Sanata Dharma dapat
melahirkan gagasan baru. Situasi yang ada di kampus juga mendukung kehadiran
wadah berkumpulnya mahasiswa pencinta teater ini.
Anggota TSD patut berterimakasih atas terselenggaranya Festival ketoprak
Bahasa Indonesia Antar Perguruan Tinggi se-Daerah Istimewa Yogyakarta 1997,
karena dengan adanya festival ini sekelompok orang dari beberapa organisasi
berkumpul yang menjadi cikal bakal terbentuknya TSD. Keinginan dan hasrat
untuk berteater dan berkarya ternyata menjadi pemersatu kelompok yang berasal
dari beberapa fakultas diantaranya, fakultas sastra, fakultas Psikologi, jurusan
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Intensitas berkumpul yang sering membuat sesama anggota kelompok menjadi
dekat, ditambah lagi ada beberapa kegiatan yang memfasilitasi keinginan untuk
berkarya.
Sebelumnya teater-teater yang ada di Universitas Sanata Dharma terdapat
di fakultas-fakultas dan jurusan dan sulit untuk bergabung karena padatnya jadwal
perkuliahan dan masih susahnya media komunikasi saat itu. Persoalan terbesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
bukan karena belum reformasi, bukan juga karena kekurangan materi, melainkan
karena teater-teater ini masih asik berdiri sendiri sendiri dan tidak adanya diskusi.
Reformasi TAHUN 1998 memang sedikit membawa semangat baru bagi
kelompok ini untuk lebih membuka diri, dan berani unjuk gigi. Hal ini terbukti
dengan terbentuknya TSD ditahun selanjutnya secara resmi. Berawal dari sebuah
latihan alam dengan pantai Ngobaran sebagai saksinya, mencetuskan nama Seriboe
Djendela sebagai nama kelompok teater USD. Di tanggal 14 Mei tersebut akhirnya
menjadi hari jadi TSD, hal ini menjadi penyemangat bagi anggota TSD untuk mulai
bereksplorasi dan bereksperimen.
Ketoprak memang menjadi pijakan awal untuk TSD berkembang bahkan
sebelum terbentukpun beberapa pentas yang ditampilkan berbau tradisional dan
memiliki konsep ketoprak. Terbentuk secara resmi ternyata menjadi kunci
bebasnya pemikiran anggota TSD dalam membuat suatu karya. Untuk memperluas
wawasan tersebut tentu perlu adanya uji coba dan juga mencari pengalaman dengan
melihat dan mengamati beberapa pementasan. Salah satunya dengan mendatangkan
Bali Experimental Teater, mengadakan workshop, dan berkunjung ke kelompok
teater lainnya.
Antusias anggota TSD terhadap teater modern ini ternyata sangat besar hal
ini terbukti dengan beberapa pentas eksperimentasi bermunculan seperti “Misi:B4”
dan “Bachil”. TSD bisa dikatakan cukup berani karena kedua pentas ini merupakan
pentas keliling baik ke beberapa kota maupun SMA yang ada di Yogyakarta.
Berekspresi sebenarnya tidak memiliki batasan dan hal terus dilakukan TSD,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
hingga pada akhirnya diadakannya pentas “Mangir” yang memiliki nuasa
tradisional yang kental.
Pementasan “Mangir” membawa TSD kembali pada masa proses awal
terbentuknya, akan tetapi dengan proses yang panjang serta berat membuat
pementasan ini menjadi salah penyebab krisiS TSD yang pertama kalinya. Dalam
krisis ini TSD benar benar banyak kehilangan anggota yang aktif, bahkan hanya
tersisa tiga orang saja, tentu timbul suatu keresahan akan kelangsungan TSD
seterusnya. Tidak bisa dikatakan kalau pentas tradisional membuat TSD kurang
diminati karena selama proses eksperimentasi terlihat kesuksesan TSD dengan
pentas kelilingnya. Untuk menyudahi krisis yang terjadi, TSD tentunya harus
mengikuti expo yang menjadi kegiatan rutin tiap tahunnya.
Expo tentu saja tidak bisa dianggap sepele karena cara inilah yang efektif
ketika ingin menarik anggota baru demi kelangsungan UKM, banyak cara
sebenarnya yang dapat dilakukan demi menjaga keberlangsungan TSD sebagai
UKM. Pementasan juga bisa menjadi salah satu caranya, walupun form pendaftaran
sudah ditutup akan tetapi kapanpun jika ada mahasiswa yang tertarik untuk ikut
dalam TSD maka ia akan diterima. Tidak sedikit dari anggota yang tidak mendaftar
tapi malah menjadi anggota aktif di TSD. Hal ini menunjukkan kalau TSD benar
benar membutuhkan orang yang serius dan total dalam melakukan apapun.
Selepas dari krisis yang pertama kemudian TSD melakukas pentas “Cas Cis
Cus”, sehabis pementasan ini bisa dikatakan kalau TSD mengalami krisis kedua
dengan masalah yang sama, walaupun tidak separah krisi pertamanya. Karena tidak
terlalu parah maka masalah dapat terselesaikan dengan cepat, akan tetapi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
melihat masalah yang timbul ini akhirnya dimasa kepengurusan selajutnya TSD
mengambil tindakan dengan mengadakan beberapa perubahan besar pada aturan
keorganisasian. Hal yang paling mencolok adalah masa kepemimpinan Lurah
menjadi dua tahun. Alhasil perubahan ini membawa dampak baik pada TSD
kedepannya, hal semacam ini adalah salah satu cara menjaga keberlangsungan TSD
dengan dilakukan pergantian pengurus.
Lepas dari evaluasi yang disampaikan saat pergantian pengurus,
perkembangan jaman yang menciptakan generasi yang berbeda disetiap jamannya
membuat semua ikut berkembang. Teater sebagai media menyampaikan suara dan
putih hitam kehidupan tentu harus mengikuti perkembangan yang ada walaupun
tidak semuanya. Hal ini dilakuakan agar apa yang ingin disampaikan dapat mudah
diterima, salah satunya dengan cara dikolaborasikan dengan budaya yang ada tanpa
mengubah nilai nilai yang terkandung didalamnya.
Memasuki tahun 2008 TSD sudah berada dalam zona nyamannya, hal ini
dapat terjadi dilihat dari perubahan yang tidak begitu besar disetiap tahunnya, tidak
ada lagi krisis dan terus berkembang dalam berkarya. Dengan terus bereksplorasi
dalam segi pementasan maupun struktur organisasi dan semuanya ada dalam
lingkup teater modern.
Hingga pada tahun 2017 TSD kembali dengan konsep tradisional dengan
pentas “1551”, dengan naskah ketoprak tentu seolah olah TSD mengingat kembali
sejarah awal mula terbentuknya, walaupun sangat banyak anggota TSD yang tidak
tahu akan sejarah TSD sendiri. Dengan proses belajar saat ada pada zona nyaman
kali ini TSD berhasil mewujudkan terjadinya persatuan antara teater tradisonal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dilihat dari naskahnya dan juga teater modern jika dilihat dari banyak hal. Dengan
menghilangkan beberapa aturan ketoprak dan digabungkan dengan konsep modern
maka TSD bisa dikatakan kembali lagi kemasa eksperimentasi.
Maka posisi TSD sekarang berada dalam teater modernyang tidak lupa
untuk tetap mengangkat nilai nilai tradisional yang terkandung dalam sebuah
pementasan dari elemen manapun itu. Teater modern berfungsi sebagai hiburan
juga sebagai saran pendidikan, maka sebuah pengetahuan dan gambaran tentang
ciri khas daerah di Indonesia merupakan salah satu yang wajib dipertontonkan.
Adanya siklus yang terjadi didalam perkembangan TSD mulai dari masa
ketoprak, eksperimentasi, zona nyaman dan kembali ke eksperimentasi sendiri tentu
merupakan hasil unik yang telah diperoleh dari penelitian ini, dan berguna sebagai
pembelajaran tentang gambaran masa depan yang dilakukan nantinya dengan
perkembangan jaman sebagai penuntunnya.
Eksplorasi dan perubahan yang dilakukanlah yang membuat TSD dapat
bertahan hingga sekarang karena seperti halnya sebuah pertunjukan tanpa adanya
kejutan dan keunikan maka penonton akan bosan bahkan pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Daftar Pustaka
Arsip
Notulensi Dokumentasi Waktu (berisi tentang tulisan curahan hati
anggota 1999-2009)
Notulensi RAGA 1 (1999-2005)
Notulensi RAGA 2 (2006-2009)
Buku
Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta. Bumi
Aksara. 2012.
Arifin, Max. Teater. Ende: Nusa Indah. 1980.
Badam, I Made. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
1996.
C, Akwan. Beberapa A nspek Teater Tradisional. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia. 1984.
Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta. Bumi Aksara.
2008. Haryono, Edi. Rendra dan Teater Moderen Indonesia. Yogyakarta:
Kepel Press. 2000.
Mudji Sutrisno. Teori Teori Kebudayaan. Yogayakata. Kanisisus.
2005.
Nurhadi BW. Perkembangan Mutahkir Teater Indonesia.
Yogyakarta: Kanwa Publiser. 2012.
Perkembangan Teater Moderen dan Satra Drama Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti. 1992.
Internet
https://www.usd.ac.id/deskripsi.php?idt=usd_berita&noid=3319. Diakses pada 8
Agustus 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Daftar Narasumber
No Nama L/P Prodi Profesi Alamat
1 Januarius G. Bambang L Sastra
Inggris
1996
Event Organizer
dan pengelola
Guest House
Yogyakarta
2 Aloysius Danu Fratomo L Ekonomi
Manageme
nt 2004
Biro Wisata Yogyakarta
3 Sugeng Utomo L Sastra
Inggris
2001
Wiraswasta Yogyakarta
4 Agathon Hutama L Pegawai Bank Yogyakarta
5 Laurensisus Dhion
Pradapto L Teknik
Informatika
2010
Manager
Gudang Cv.
Solarindo Jaya
Yogyakarta
6 Doni Agung Setiawan L Sastra
Inggris
2005
Penulis dan
pengajar Bahasa
Inggris
Tulungagung
7 Febrianus Anggit
Sudibyo
L Ekonomi
Akuntasi
2009
Yogyakarta
8 Artantya Krispradipta L Sastra
Inggris
2008
Mahasiswa S2
Magister
Manajemen,
Fakultas
Ekonomika dan
Bisnis, UGM
Yogyakarta
9 Saverinus Egi Nggelong L - Yogyakarta
10 Elisabeth Lespirita Veani P Pendidikan
matematika
2009
Freelance Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
11 Domenico Savio Ega
Meista Purba
L Pendidikan
Bahasa
Inggris
2010
Guru SMA
Strada Bakti
Wiyata
Kranji,
Bekasi
12 Yosephine Wastu
Prajnaputri
P Pendidikan
Bahasa
Inggris
2011
Mahasiswa
pasca sarjana
USD
Yogyakarta
13 Dionisius Bimana L Pendidikan
Bahasa
Inggris
2013
Mahasiswa USD Yogyakarta
14 David Tewar L Psikologi
2012
Mahasiswa USD Yogyakarta
15 Andreas Kristiadi L Bimbingan
dan
Konseling
2004
Guru BK di
SMPK 5
Penabur
Jakarta
16 J.F. Sikant Layang L Sastra
Inggris
2005
Pengajar di
LADJA English
Course
17 Yusuf Damarwianggo L Pendidikan
Bahasa
Inggris
1998
Guru Jakarta
18 Theodorus Christanto L Ekonomi
Akuntasi
1998
Seniman Yogyakarta
19 Pendi Eslamat L -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN
Gambar 1: Salah satu tokoh dalam pementasan “Nyala Api Kemerdekaan Di
Jantung Tanah Mataram” pada tahun 1998 (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 2: Sebagai pengisi acara dalam Pesparawi tahun 1999 (sumber:
arsip TSD)
Gambar 3: Pembentukan nama Teater Seriboe Djendela tahun 1999
(sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 4: Pementasan “Oedipus Rex” tahun 1999 (suber: arsip TSD)
Gambar 5: Usai pementasan “ Kangsa Adu Jago” tahun 1999 (suber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 6: latihan alam yang diadakan di studio alam AIAM Fred
Wibowo, Kali Urang tahun 2000. (sumber: arsip TSD)
Gambar 7: salah satu bentuk proses seleksi masuknya anggota baru
tahun 2000-2007 (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 8: Pementasan “Misi:B4” yang menjadi pementasan
modern pertama TSD tahun 2001 (sumber: arsip TSD)
Gambar 9: Pementasan “Mangir” tahun 2003 yang melegenda hingga
sekarang dikalangan anggota TSD (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 10: Expo yang selalu menyuguhkan sesuatu yang ekpresif
,tahun 2006. (sumber: arsip TSD)
Gambar 11: Pementasan “Cas Cis Cus” tahun 2006. (sumber: arsip
TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gambar 12: Pementasan “Imitasi” 2007 (sumber: arsip TSD)
Gambar 13: Salah satu pementasan di “Pesta Pentas” Tahun 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gambar 14: Pementasan “Kemana Waktu Aku Ingin Bermain”
tahun 2009(sumber: arsip TSD)
Gambar 16: Pementasan “Pasar Pahing” tahun 2009 (sumber: arsip
TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 17: Raga tahun 2009 (sumber: arsip TSD)
Gambar 18: Expo tahun 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Gambar 19: Pementasan “Lapak Tilas” tahun 2010. (sumber: arsip
TSD)
Gambar 20: Pementasan “Tobong Kosong” tahun 2011. (sumber:
arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Gambar 21: Acara Valentine tahun 2011. (sumber: arsip TSD)
Gambar 22:Pementasan “Quarto Das Criancas Mostra” tahun 2012.
(sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gambar 23: Pementasan “Dewi” tahun 2012. (sumber: arsip TSD)
Gambar 24: Perlombaan monolog bahasa Jawa berjudul “Balonku”
tahun 2013. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 25: Pementasan pantomim “Dibuang Sayang” tahun 2013.
(sumber: arsip TSD)
Gambar 26: Pementasan “Benang Merah” tahun 2013. (sumber:
arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambar 27: Pementasan “Sapu Tangan FangYin” tahun 2013.
(sumber: arsip TSD)
Gambar 28: Pementasan “Pertemuan” tahun 2014. (sumber: arsip
TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Gambar 29: Pementasan “Jaga Ndaru” tahun 2014. (sumber: arsip
TSD)
Gambar 30: Makrab tahun 2015. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Gambar 31: Pementasan pantomim saat pembukaan Auditorium
USD tahun 2015. (sumber: arsip TSD)
Gambar 32: Pementasan “Kemana Waktu Aku Ingin Bermain”
tahun 2015. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 33: Raga tahun 2015. (sumber: arsip TSD)
Gambar 34: Persentasi pentas kecil dalam work shop RAW tahun
2016. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Gambar 35: Pementasan dramatic reading “Lena Tak Pulang” oleh
kominitas Senthong tahun 2016. (sumber: arsip TSD)
Gambar 36: Salah satu pementasan anak baru yang bertema
Nongkrong yang berjudul “Kotor” tahun 2016. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 37: Pementasan “1551” tahun 2017 yang kembali
mengangkat naskah tradisional. (sumber: arsip TSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI