Sejarah pers

20
MEDIA DAN POLITIK [Sejarah media massa Indonesia] Universitas Teknologi Sulawesi April 2013

Transcript of Sejarah pers

Page 1: Sejarah pers

MEDIA DAN POLITIK [Sejarah media massa Indonesia]

Universitas Teknologi Sulawesi

April 2013

Page 2: Sejarah pers

Independensi Pers

• Media massa atau Pers adalah suatu istilahyang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secarakhusus didesain untuk mencapai masyarakatyang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

Page 3: Sejarah pers

Perkembangan Pers di IndonesiaSejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politikIndonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers diIndonesia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu pers Kolonial, pers Cina, danpers Nasional.• Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di

Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi suratkabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.

• Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina diIndonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan pendudukketurunan Cina.

• Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orangIndonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsaIndonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa persNasional.

Page 4: Sejarah pers

Adapun perkembangan pers Nasional dapatdikategorikan menjadi beberapa periode sbb :

Tahun 1945 – 1950-an• Pers Perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat

perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidangkehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan.

• Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koranSoeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.

Page 5: Sejarah pers

Tahun 1950 – 1960-an

• Masa ini merupakan masa pemerintahanparlementer atau masa demokrasi liberal. Padamasa demokrasi liberal, banyak didirikan partaipolitik dalam rangka memperkuat sistempemerintah parlementer. Pers, pada masa itumerupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koransebagai corong partainya. Pada masa itu, persdikenal sebagai pers partisipan.

Page 6: Sejarah pers

Tahun 1970-an• Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-

an. Pada masa itu, pers mengalami depolitisasidan komersialisasi pers. Pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru mengeluarkan peraturanyang memaksa penggabungan partai-partaipolitik menjadi tiga partai, yaitu Golkar, PDI,danPPP. Peraturan tersebut menghentikan hubunganpartai-partai politik dan organisasi massaterhadap pers sehingga pers tidak lagi mendapatdana dari partai politik.

Page 7: Sejarah pers

Tahun 1980-an• Pada tahun 1982, Departemen Penerangan

mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers(SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan persyang izin penerbitannya dicabut oleh DepartemenPenerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dandibekukan kegiatannya. Pers yang mengkritikpembangunan dianggap sebagai pers yang beranimelawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutupdengan cara dicabut SIUPP-nya.

Page 8: Sejarah pers

Tahun 1990-an

• Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulaimelakukan repolitisasi lagi. Maksudnya, padatahun 1990-an sebelum gerakan reformasi danjatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulaimenentang pemerinah dengan memuat artikel-artikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakanOrde Baru. Pada tahun 1994, ada tiga majalahmingguan yang ditutup, yaitu Tempo, DeTIK, danEditor.

Page 9: Sejarah pers

Masa Reformasi (1998/1999) – sekarang• Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati

kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya krankebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasanitu ditunjukkan dengan dipermudahnyapengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, prosesuntuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie prosestersebut melibatkan 3 tahap saja.

Page 10: Sejarah pers

PERS DI INDONESIA BERKEMBANG DAN BERUBAH SEJALAN TUNTUTAN ZAMAN. PERS MENGALAMI BEBERAPA PERUBAHAN IDENTITAS

• 1900-an, pers di Indonesia berperan sebagai propagandis danikut mengabarkan perkembangan informasi demi mendukungperjuangan dalam merebut kemerdekaan

• 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan.• 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang

mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang mendanainya.

• 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembacayang tinggi.

• 1990-an, pers memulai proses repolitisasi.• Reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan

pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, danMegawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Page 11: Sejarah pers

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 33 (fungsi pers)

1. Wahana komunikasi massa.2. Sarana berkomunikasi antarwarga negara, warga

negara dengan pemerintah, dan antarberbagai pihak.3. Penyebar informasi.4. Menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau

negara kepada warga negara (dari atas ke bawah) maupun dari warga negara ke negara (dari bawah keatas).

5. Pembentuk opini.6. Menciptakan opini kepada masyarakat luas. Opini

terbentuk melalui berita yang disebarkan lewat pers.7. Media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol

serta sebagai lembaga ekonomi.

Page 12: Sejarah pers

UUD 1945 Pasal 28, yang berbunyi :

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisandan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.”

UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan :

“Kemerdekaan pers adalah salah satu wujudkedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasihukum.”

Page 13: Sejarah pers

Selain itu, kebebasan pers di Indonesia memiliki landasanhukum yang termuat didalam ketentuan-ketentuan sbb :

• Pasal 28 F UUD 1945, yang menyatakan setiap orang berhakuntuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untukmengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, sertaberhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,mengolah, dan menyampaikan informasi denganmenggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

• Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak AsasiManusia, yang antara lain menyatakan bahwa setiap orangberhak berkomunikasi dan memperoleh informasi.

• Pasal 19 Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yangberbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyaidan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasukkebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untukmencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buahpikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandangbatas-batas wilayah.”

Page 14: Sejarah pers

• Keseimbangan antara kebebasan pers dengantanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang penting. Hal yang pertama dan utama, perludijaga jangan sampai muncul ada tirani media terhadap publik. Sampai pada konteks ini, publikharus tetap mendapatkan informasi yang benar, dan bukan benar sekadar menurut media. Persdiharapkan memberikan berita harus dengan se-objektif mungkin, hal ini berguna agar tidakterjadi ketimpangan antara rakyat denganpemimpinnya mengenai informasi tentangjalannya pemerintahan.

Page 15: Sejarah pers

Pola Hubungan Pers dan Politik

• Dari dimensi sejarah pertumbuhan danperkembangan pers dunia, maka kita mengenalempat macam teori atau konsep dasar tentangpers, yang masing-masing mencerminkan sistemsosial dan sistem politik dimana pers ituberkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Schramm (1963), dalam Four Theories of the Press membedakan teori pers ke dalam: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori PersKomunis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial.

Page 16: Sejarah pers

Teori Pers Otoriter (authorian)

• Teori otoriter lahir pada abad kelima belas sampai keenam belas pada masakerajaan absolut. Dalam teori ini media massa berfungsi menunjang negara(kerajaan) dan pemerintah dengan kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagaitujuan utama. Oleh karena itu pemerintah langsung menguasai dan mengawasikegiatan media massa. Akibatnya sistem media massa sepenuhnya berada dibawah pengawasan pemerintah. Kebebasan pers sangat bergantung padakekuasaan raja yang mempunyai kekuasaan mutlak.

• Dalam sistem ini manusia adalah bagian dari masyarakat. Manusia baru dapatberarti kalau ia hidup dalam kelompok. Sebagai individu, kegiatannya sangatterbatas. Kelompok lebih penting dari individu. Masyarakat tercermin dalamorganisasi-organisasi, dan yang terpenting adalah negara.

• Sistem politik Indonesia pada jaman Orde Baru pernah menerapkan teori ini, menerapkan pemasungan terhadap kebebasan pers dengan memberlakukan UU no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun 1982. Dalam dua undang-undangtersebut, secara tersurat, memberi kewenangan yang sangat signifikan kepadapemerintah untuk mengatur pola-pola komunikasi sistem pers pada waktu itu.

Page 17: Sejarah pers

Teori Pers Liberal• Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ketujuh belas dan

kedelapan belas sebagai akibat timbulnya revolusi industri danperubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat pada waktu itu yang lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abadpencerahan).

• Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknyasecara alamiah untuk mengejar dan mengembangkan potensinyaapabila diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat. Hal ini tidakmungkin berlaku apabila terdapat kontrol dari pemerintah. Menurutpaham liberalisme, manusia pada hakekatnya dilahirkan sebagaimakhluk bebas yang dikendalikan oleh ratio atau akalnya. Kebahagiaandan kesejahteraan individu merupakan tujuan dari manusia, masyarakat, dan negara.

• Sistem politik Indonesia, terutama pada tahun 1950 - 1959 denganberlakunya UUDS, pernah menerapkan teori pers liberal. Peraturanperundangan tentang pers masih mengacu pada KUHP warisan kolonial. Realitas kehidupan pers benar-benar menggambarkan penerapan teoripers liberal. Pers pada masa ini cenderung tidak lagi dipergunakan untukperjuangan negara, namun dipergunakan sebagai terompet partai.

Page 18: Sejarah pers

Teori Komunis

• Dalam teori komunis ini, media massamerupakan alat pemerintah (partai) dan bagianintegral dari negara. Ini berarti bahwa media massa harus tunduk pada perintah dan kontroldari pemerintah atau partai. Tunduknya media massa pada partai komunis membawa arti yang lebih dalam, yaitusebagai alat dari partai komunisyang berkuasa. Kritik diijinkan dalam media massa, tetapi kritik terhadap dasar ideologidilarang.

Page 19: Sejarah pers

Teori Pers Tanggungjawab Sosial

• Teori tanggung jawab sosial ini muncul pada permulaan abad keduapuluh sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari TeoriLibertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral padamasyarakat. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harusdisertai tanggung jawab kepada masyarakat. Teori ini merupakanhasil pemikiran para ahli pikir ketika itu yang merasa bahwa teorilebertarian murni dan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengankeadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Teori inisering dianggap sebagi bentuk revisi terhadap teori-teorisebelumnya, yang menganggap bahwa tanggung jwab persterhadap masyarakat sangat kurang. Hal ini ingin ditekankan sebagaiorientasi yang utama dari pers. Penekanan tanggung jawab moral kepada masyarakat dengan usaha untuk menghindari kemungkinanterjadinya keadaan yang membahayakan kesejahteraan umum.

Page 20: Sejarah pers

• Analisis saya :• Menurut saya, keberadaan pers saat ini di pengaruhi oleh kebijakan pada zaman Soeharto,pers hanya dibolehkan untuk kepentingan pemerintahan sangat dibatasi,karena menganut

sistem status quo. Karena hal itu menyebabkan jalannya pemerintahan secara bebas-bebasan, karena kurangnya pantauan dan keterbatasannya pers dalam mengelola media dankonsumsi masarakat. Dan sebenarnya adanya keterbatasan dalam pers ini diakibatkan karena pada zaman belanda yang diberikan kepada pers Batavia sangat terbatas. Namun, setelahlahirnya pasal 28, atas kebebasan “berserikat,berkumpul,berpendapat” ternyata mempengaruhi keberadaan pers menjadi lebih baik. Dan ternyata setelah masa reformasi keberadaanpers mendapat titik terang dan pencerahan terhadap pers,serta memberi ruang kosong bagi masyarakat untuk mengenal para penguasa dan sebagai pemasok informasi secara lengkapbagi masyarakat,seperti hadirnya media-media cetak di Indonesia,dan diharapkan dengan kebebasan pers ini,para pencari berita dapat memberikan pers seobjektif mungkin demikepentingan masyarakat.

• Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal pada beberapa tahun belakangan ini. Ini merupakan kebebasan pers yang terdiri dari duajenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif.

• 1) Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dnegan masyarakat dimana media massa itu hidup. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari interfensi pihak luarorganisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut.

• 2) Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara organisasi dalam menentukan isi media. Hal ini berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilikmedia dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh para penyunting terhadap karyawannya.

• Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakanbebas yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun.

• Bebasnya pers, cenderung menjadi kesempatan birokrat, pengusaha, penguasa dan politikus melanggengkan kekuasaannya. Kebebasan media juga menjadi kebebasan untuk dimilikisiapa saja, termasuk yang ingin menjaga kekuasaan dan keuntungan semata. Telah menjadi rahasia umum, media di Indonesia disusupi pemilik kantong tebal untuk mendirikan danmenanamkan sahamnya. Tak ayal lagi, beberapa media kemudian membungkus berita kritik dan pengungkapan kasus-kasus kejanggalan kejahatan birokrat, pengusaha dan politikusdengan membalikkan media dengan penyajian infotaimen, sinetron dan musik yang porsinya lebih besar. Lahirlah media yang bebas, vulgar dan cenderung tidak beretika.

• Perlawanan pers yang telah mendapatkan kebebasan, tanpa disadari bukan hanya perlu sebagai lembaga ke-empat penyeimbang kekuatan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang mengontrol dan mengkritik. Tapi pers, kini memiliki lawan baru yakni pers yang memiliki keberpihakan, kepentingan dan idiologi tertentu yang cenderung merusak masyarakat. Persidealis perlu membuat patron yang jelas, garis kerja profesional dan tindakan riil terhadap berbagai perilaku pers disisi yang lain. Merusak citra pers dengan menyembunyikan fakta, mengurangi informasi dan membesar-besarkan informasi yang membodohi, tidak bernilai berita dan tidak memiliki kepentingan bagi masyarakat.

• Sebuah media massa dapat mendukung semua kebijakan pemerintah, menentang, atau bahkan mendua terhadap suatu kebijakan. Bisa saja bersikap pro atau kontra. Media massa jugadapat menentukan diri sebagai lawan pemerintah atau bahkan sebagai pengawal kebijakan pemerintah. Suara (kebijakan) pemerintah bisa menjadi bahan perbincangan, perdebatan daninterpretasi oleh figur-figur yang terlibat dalam pengelolaan media.

• Ada ketakutan yang luar biasa apabila kebebasan Pers pada akhirnya menjadi celah pada kepentingan para birokrat dan penguasa maupun pengusaha, hal ini sangat memungkinkanterjadi untuk masa sekarang dan bahkan akan berkelanjutan untuk di masa yang akan datang. Hal ini di tandai dengan terlibatnya beberapa pengusaha-pengusaha besar media yang akhirnya terlibat dalam politik praktis secara langsung. Keberadaan Media atau Pers pada akhirnya akan berpihak terhadap situasi politik nasional yang berkaitan dengan kepentinganpribadi atau golongan tertentu dan pada akhirnya akan lebih meninggalkan fungsi dari pres itu sendiri.

• Kekuatan Media sebenarnya merupakan kekuatan ke 4 Strategis Bangsa Indonesia, karena keterlibatan pres dapat ikut terlibat mewujudkan amanat rakyat sesuai dengan cita-citapembukaan UUD 1945 yaitu Mencerdaskan kehidupan Bangsa. Maka tidak menjadi relevan apabila peran pres atau media di kendalikan oleh situasi dan dinamika politik nasional yang jelas akan melunturkan dari cita-cita dan perjuangan strategisnya.