Sejarah Kepemimpinan Islam

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8 Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ء ال را شدون خ ل فاال) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi

description

Sejarah Kemimpinan Islam tentang Khilafaur Rasyidin.

Transcript of Sejarah Kepemimpinan Islam

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama

    Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang

    memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup

    pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran

    dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar

    khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8

    Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah

    empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai

    penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para

    sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran

    yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan

    berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.

    Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut

    terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh

    Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun

    penganut paham Syiah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib,

    khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan

    kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.

    Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai

    khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi

  • 2

    berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan

    stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat

    oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran

    mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan

    menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak

    tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan Uraian dari Latar Belakang di atas, kami merumuskan Masalah sebagai

    berikut :

    1. Bagaimana Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib?

    2. Bagaimana Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?

    C. Tujuan Penulisan

    Berdasarkan Isi Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan penulisan Makalah kami adalah :

    1. Untuk mengetahui Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib

    2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib

    Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut

    sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599

    Masehi atau 600(perkiraan).

    Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi

    Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun,

    ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.

    Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar

    yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat

    menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui

    sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar.

    1. Kehidupan Awal

    Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak

    dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.

    Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau

    tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi

    Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat.

    Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak

    beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.

  • 4

    Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan

    seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat

    Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada

    Nabi Musa.

    2. Masa Remaja

    Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti bin Ishaq

    menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang

    percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

    Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW

    karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga

    beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada

    pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf

    lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang

    diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang

    lain.

    Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah

    maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada

    umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan

    kapasitas masing-masing.

    Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir

    (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang

    pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

  • 5

    3. Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah

    Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan

    menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk

    waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan

    oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

    B. Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib

    1. Wafatnya Khalifah Usman bin Affan

    Pada masa kepeminpinan Kholifah Usman bin Affan , terjadi fitnah yang besar di

    kalangan kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir dan Kufah. Fitnah-fitnah

    tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Saba. Fitnah

    tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk membrontak dan menuntut mundurnya

    Khalifah Usman bin Affan.

    Dalam masa krisis tersebut, beliau tetap tidak mau menggunakan pengawalan khusus

    yang ditawarkan para sahabatnya. Suatu ketika, para pembrontak berhasil menyerbu rumah

    Kholifah Usman bin Affan dan membunuhnya.

    Saat kejadian itu, Kholifah Usman bin Affan sedang menjalankan puasa sunah dan

    membaca Al-Qur'an. Malam harinya sebelum terbunuh beliau mimpi bertemu Rasulullah saw.

    Dalam mimpinya, Rasulullah saw. meminta untuk berpuasa dan besuknya akan berbuka dengan

    Rasulullah saw. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.

    Sepeninggal Kholifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin

    meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah, akan tetapi ada bebarapa tokoh yang

  • 6

    menolak usulan tersebut diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menolak Ali bin Abi

    Thalib pada umumnya adalah para gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar

    Kholifah Usman bin Affan . Mereka menuntut pembunuh Kholifah Usman bin Affan ditangkap

    terlebih dahulu. Setelah itu barulah masalah pergantian pemimpin dibicarakan. Sebaliknya, pihak

    Ali bin Abi Tahlib berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih

    dahulu. Setelah itu, barulah pembunuh Kholifah Usman bin Affan dicari bersama-sama.

    Perbedaan pendapat tersebut awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin

    Abi Thalib tetap diangkat sebagai kholifah meskipun ada beberapa kalangan yang tidak tersedia

    mengakuinya.

    2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah

    Setelah Khalifah Usman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya

    beliau menolak, namun akhirnya beliau menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan

    sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak

    datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka:

    "Beliau (Usman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak

    mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.)". Ali ra. berkata kepada

    mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir

    (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami

    tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". Ali ra.

    menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat

    tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang

    bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah Ali ra. ke masjid dan orang-

    orang berbaiat kepadanya.

  • 7

    Dalam Tarikh Al-Yaqubi dikatakan: Ali bin Abi Thalib ra. menggantikan Usman

    sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib ra. dibaiat oleh Thalhah ra, Zubair ra, Kaum Muhajirin

    dan Anshar. Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya adalah

    Thalhah bin Ubaidillah ra.

    3. Strategi Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib

    Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah memeranig

    Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thalbi juga menggukan potensi

    dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan

    Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan tentang strategi tersebut;

    a. Khalifah Ali Bin Abi Thalib Memerangi Khawarij

    Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat Ali ra., dan

    Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil,

    di samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota Madinah,

    hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang Badui. Jika Ali ra. bersegera

    mengambil tindakan, maka bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak

    kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah kondisi

    keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash.

    Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra. setelah beliau melakukan

    tahkim dengan Muawiyah ra. setelah beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka

    berdua ra. (Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim seraya

    mengumandangkan slogan:

  • 8

    Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum

    manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi sehingga

    kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka: Tiada ada hukum kecuali hukum Allah,

    dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi disalahpahami. Pada akhirnya Ali ra. memerangi

    khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari

    orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9 orang

    saja.

    b. Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan

    Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah sangat

    jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar

    dan Umar bin Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya,

    seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya.

    Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak

    terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.

    Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan keadaan mulai berubah.

    Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu,

    beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali bin

    Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat

    tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram

    dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :

    c. Perkembangan di Bidang Politik Militer

  • 9

    Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian, ketegasan

    keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu

    masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana

    merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan

    yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani,

    penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang

    sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.

    Khalifah Ali bin Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap dan sifat

    keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis. Beliau amat tahu medan dan tipu

    daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali bin Abi

    Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah bin Abi Sufyan hanya untuk

    memperdaya kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat

    mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para sahabatnya mendesak

    agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim"

    di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti

    kelemahan dalam system pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

    Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang yang tidak

    senang terhadap kepemimpinannya.

    Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat Islam, yaitu

    Kelompok Khawarij, Kelompok Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga kelompok

    itu yang pada masa berikutnya merupakan golongan yang sangat kuat dan yang mewarnai

    perkembangan pemikiran dalam Islam.

    d. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa

  • 10

    Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai

    Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan

    Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan

    kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.

    Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi

    orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab.

    Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk

    mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).

    Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari

    bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan

    kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

    e. Perkembangan di Bidang Pembangunan

    Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,

    terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.

    Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis

    pertahanan kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang,

    misalnya Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang

    menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat

    pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits

    dan sebagainya.

    Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali bin Abi

    Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap

  • 11

    perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya bin Abi

    Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan Khalifah.

  • 12

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Demikialah makalah ini dibuat, sebagai cacatan penutup. Pemakalah dapat menarik suatu

    kesimpulan, antara lain:

    1. Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh

    umat Islam.

    2. Diantara strategi Khalifah Ali bin Abu Tholib, yang berhasil dikembangkan adalah:

    a. Perkembangan di bidang pembangunan

    b. Perkembangan di bidang bahasa

    c. Perkembangan di bidang militer

    d. Perkembangan di bidang pemerintahan

    e. Memerangi khawarij

    B. Saran

    Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang

    membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib

    http://komed45.blogspot.com/2012/10/4-masa-kholifah-ali-bin-abi-thalib.html

    http://alkamilok.wordpress.com/2008/09/16/ringkasan-keutamaan-ali-bin-abi-thalib/

    http://majlas.yn.lt/ Perkembangan Islam Masa Khalifah Ali bin Abu Tholib.

    http://dkm-alfurqon.blogspot.com/2008/07/ali-bin-abi-tholib.html

    http://fileburhan.wordpress.com/2012/07/05/makalah-kepemimpinan-ali-bin-abu- thalib-by-

    burhannudin-fekon-uniska-bjm/

    http://sdityasirukebonjeruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kepemimpinan-khalifah-ali-

    bin.htm