sejarah jilbab.docx

18
Catatan Johan Mostly Tumblring about Film, Football and Literature. Tempat Penyimpanan Terbaru. Sebelumnya di: http://johanjoehahn.blogs.friendster.com dan http://joehahnjohan.multiply.com yang telah hilang. Tulisan lain di johanriopamungkas.blogspot.com Football Film Literature Ask Submit September42012 Perjuangan Jilbab di Indonesia Hari ini kita mengingat “International Solidarity Hijab Day” atau sering juga dibuat sekalian peringatan “World Hijab Day” Sebuah seremonial setelah konferensi ulama di London tahun 2004 karena adanya keputusan pemerintah London yang melarang mahasiswa untuk memakai simbol-simbol keagamaan, sehingga banyak warga muslim yang memprotes keputusan ini. Hal ini tentu aja menyulitkan muslimah untuk menutup aurat secara sempurna. Akhirnya diadakanlah Konferensi Ulama di London yang dihadiri juga Syaikh Yusuf Qardhawi, Prof. Tariq Ramadhan yang menghasilkan ketetapan bahwa 4 September adalah “Hari Hijab Sedunia” selain itu juga untuk tidak melupakan Marwa-El Shebrini, seorang Muslimah Jerman yang tewas ditikam di sebuah sidang karena memperjuangkan hijab.

Transcript of sejarah jilbab.docx

Catatan JohanMostly Tumblring about Film, Football and Literature.

Tempat Penyimpanan Terbaru.

Sebelumnya di: http://johanjoehahn.blogs.friendster.com dan http://joehahnjohan.multiply.com yang telah hilang.

Tulisan lain di johanriopamungkas.blogspot.comFootballFilmLiterature Ask Submit September42012 Perjuangan Jilbab di IndonesiaHari ini kita mengingat International Solidarity Hijab Dayatau sering juga dibuatsekalian peringatan World Hijab DaySebuah seremonial setelah konferensi ulama di London tahun 2004 karena adanya keputusan pemerintah London yang melarang mahasiswa untuk memakai simbol-simbol keagamaan, sehingga banyak warga muslim yang memprotes keputusan ini. Hal ini tentu aja menyulitkan muslimah untuk menutup aurat secara sempurna.Akhirnya diadakanlah Konferensi Ulama di London yang dihadiri juga Syaikh Yusuf Qardhawi, Prof. Tariq Ramadhan yang menghasilkan ketetapan bahwa 4 September adalah Hari Hijab Sedunia selain itu jugauntuk tidak melupakan Marwa-El Shebrini, seorang Muslimah Jerman yang tewas ditikam di sebuah sidang karena memperjuangkan hijab.Alangkah baiknya juga selain memahami aspekalamiyah(universalitas/internasional) juga paham dan tahu aspekmahaliyah(lokalitas) bahwa jauh sebelum Marwa-El Shebrini,ustadzah-ustadzah kita,ibu-ibu kita, mbak-mbak kita juga berjuang untuk menggunakan jilbab di Indonesia. Berikut sedikit saya nukilkan dari bukuRevolusi Jilbab karya Alwi Alatas.

Babak Baru Perjuangan Jilbab di IndonesiaSetelah penegakan peraturan seragam sekolah yang gencar dari sekolah-sekolah negeri sepanjang tahun 1984 dan 1985, selama dua tahun berikutnya, 1986-1987, boleh dikatakan sepi dari kasus pelarangan jilbab. Siswi-siswi sekolah negeri yang masih mengenakan jilbab, terpaksa melepaskannya selama berada di lingkungan sekolah. Namun, antara tahun 1988 hingga 1991, kasus pelarangan jilbab kembali marak terjadi. Pada masa-masa ini, banyak siswi berjilbab yang memberanikan diri menuntut hak mereka untuk mengenakan jilbab di lingkungan sekolah. Tentu saja ini kembali menimbulkan konflik dengan pihak sekolah dan banyak siswi yang terancam dikeluarkan dari sekolah.Sejak awal tahun ajaran 1988/ 1987, cukup banyak kasus pelarangan jilbab yang terjadi, bukan hanya di Jawa, tapi juga di luar Jawa. Sekolah-sekolah yang mengalami kasus ini antara lain SMAN 1, SMKK, SPG Kendari, dan SMAN Mandonga (seluruhnya di Sulawesi Utara), SMAN 30 Jakarta, SMAN 1 Arga Makmur Bengkulu, SMAN 36, dan SMAN 83 Jakarta. Siswi-siswi yang tetap ingin bertahan dengan jilbab yang dikenakannya, dikembalikan oleh sekolah kepada orang tua mereka masing-masing dan akhirnya terpaksa harus pindah ke sekolah swasta.Perbedaan menonjol konflik jilbab pada masa ini (1988-1991) dibanding tahun-tahun sebelumnya adalah kasus pelarangan jilbab pada masa ini lebih banyak diangkat oleh media massa dan beberapa di antara kasus-kasus ini ada yang berlanjut ke pengadilan. Agaknya, perjuangan para siswi berjilbab hingga ke pengadilan inilah yang menarik perhatian pers untuk meliputnya dan pada gilirannya membuat kasus pelarangan jilbab ini diketahui lebih luas oleh masyarakat.Media massa yang meliput berita pelarangan jilbab pada masa ini adalah majalahPanji Masyarakat, Serial Media Dakwah, Editor, Tempo, Hai, HarianTerbit, Jayakarta, Pelita, Kompas,danPos Kota.Media-media massa ini juga menampilkan komentar masyarakat dan tokoh yang umumnya menyatakan keprihatinan mereka terhadap apa yang menimpa siswi-siswi berjilbab di sekolah-sekolah negeri. Suara masyarakat yang umumnya disampaikan melalui surat-surat pembaca di berbagai media massa bernada cukup pedas mengecam para pejabat dan guru-guru sekolah negeri yang menghalang-halangi siswinya berjilbab.Adapun tokoh yang ikut merespon kasus ini antara lain Djafar Badjeber (Komisi E DPR RI), Sarwono Kusumaatmaja (Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara), Nursyahbani Katjasungkana (Direktur LBH Jakarta), KH Hasan Basri (Ketua MUI), Hartono Mardjono (Wakil Ketua DPA), Mardinsjah (Sekjen PPP), Lukman Harun (PP Muhammadiyah), Anwar Harjono (DDII), A.M. Saefudin (Direktur Pesantren Ulil Albab Bogor), dan Drs. Ridwan Saidi.Kasus yang pertama kali berlanjut ke pengadilan adalah kasus pelarangan jilbab di SMAN 1 Bogor. Beberapa siswi yang berjilbab di sekolah ini diperbolehkan hadir belajar di kelas, tetapi di dalam absensi mereka dianggap tidak hadir dan seluruh ulangan maupun praktikum yang mereka ikuti tidak dinilai oleh guru. Selain itu, mereka juga dipanggil ke kantor sekolah setiap hari dan ditekan dengan berbagai pertanyaan yang bernada intimidatif. Setelah gagal untuk menyelesaikan hal ini secara musyawarah, empat orang tua siswi berjilbab di sekolah ini menuntut Kepala Sekolah SMAN 1 Bogor ke pengadilan. Dalam mengajukan gugatannya, mereka dibantu oleh LBH Jakarta.Setelah penundaan sidang yang pertama, pada tanggal 2 Desember 1988, dilakukan pertemuan antara orang tua siswi, Ketua MUI Bogor, Walikota Bogor, kuasa hukum Departemen P dan K, Kandep P dan K Bogor, dan Kanwil P dan K Jawa Barat. Pertemuan itu menyepakati bahwa siswi-siswi berjilbab harus dikembalikan pada statusnya semula dan Kepala SMAN 1 Bogor harus mengajukan surat permohonan maaf pada para orang tua siswi. Pada sidang pengadilan berikutnya, Kepala SMAN 1 Bogor menyampaikan permohonan maaf dan berjanji untuk menerima kembali siswi-siswi berjilbab. Kuasa hukum siswi-siswi berjilbab menarik tuntutannya dan masalah pun dianggap selesai.Berbeda dengan sidang pengadilan di atas yang relatif cepat dan dimenangkan oleh pihak siswi berjilbab, sidang kasus jilbab yang menimpa sepuluh siswi SMAN 68 Jakarta berlangsung sangat lama. Peristiwa bermula pada Bulan November 1988 ketika di sekolah tersebut mulai bermunculan siswi-siswi berjilbab. Siswi-siswi ini kemudian menerima tekanan terus menerus dari sekolah. Mereka harus memilih antara melepas jilbab, keluar dari kelas, atau guru yang tidak mengajar di kelas mereka. Tekanan yang diterima oleh siswi-siswi ini meningkat terus hingga akhirnya mereka sama sekali tidak diizinkan masuk ke dalam sekolah. Kebijakan ini didukung oleh Kanwil Departemen P dan K DKI Jakarta.Setelah jalan musyawarah tidak membuahkan hasil, orang tua siswi-siswi ini kemudian menempuh jalur hukum lewat bantuan LBH Jakarta. Nursyahbani, yang menjadi kuasa hukum siswi-siswi berjilbab, kemudian menyurati Kanwil P dan K DKI Jakarta dan Menteri P dan K. Karena tidak memperoleh hasil yang diharapkan, pada tanggal 2 Maret 1989, kasus ini resmi diajukan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Setelah beberapa kali sidang, pengadilan memutuskan untuk menolak seluruh tuntutan penggugat. Para penggugat kemudian memutuskan untuk naik banding. Dari sepuluh orang tua siswi berjilbab, kini tinggal lima yang meneruskan gugatan ke pengadilan tinggi.Selama proses pengadilan berlangsung, siswi-siswi ini diterima belajar di lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan status belum pindah dari SMAN 68. Karena panjangnya proses pengadilan, siswi-siswi ini akhirnya terpaksa mengurus kepindahan mereka secara resmi dari SMAN 68.Perjuangan siswi-siswi ini di pengadilan tinggi pun rupanya mengalami kekalahan. Namun, pada tanggal 19 Desember 1990 mereka mengajukan kasasi. Bagaimana jalannya sidang setelah itu tidak lagi menarik perhatian media massa. Berita mengenai sidang pengadilan ini baru muncul beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun 1995, dengan kemenangan di pihak siswi-siswi berjilbab. Padahal, sejak 1991 jilbab sudah diizinkan di sekolah-sekolah negeri.Bersamaan dengan memanasnya konflik jilbab di sekolah-sekolah negeri dan ruang pengadilan, kasus jilbab juga ikut merembet ke wilayah-wilayah lain. Di Tegal, sempat terjadi kasus penelanjangan gadis berjilbab oleh petugas keamanan sebuah toserba karena gadis tersebut dicurigai mencuri permen seharga Rp. 160,00. Yang lebih ramai lagi adalah kabar tentang wanita berjilbab menebarkan racun di pasar-pasar. Isu ini sempat menyebabkan seorang ibu berjilbab nyaris meninggal dunia dihakimi masa karena diteriaki sebagai penebar racun. Kendati pada awalnya kejadian ini sangat merugikan wanita-wanita yang mengenakan jilbab, tetapi setelah terbukti bahwa semua itu tidak benar dan nyata-nyata telah memojokkan wanita-wanita berjilbab, simpati dan pembelaan yang lebih besar mengalir pada para wanita dan tentu saja siswi-siswi berjilbab.Semua peristiwa itu menimbulkan reaksi dan kemarahan umat Islam. Pada awal November 1989 berkumpul para pemuda dan mahasiswa yang mewakili 60 lembaga Islam se-Bandung di Universitas Padjadjaran untuk berunjuk rasa. Kehadiran mereka dipicu oleh isu penyebaran racun oleh wanita berjilbab yang mereka anggap sangat memojokkan Islam. Tanggal 21 Desember 1989 kembali digelar demonstrasi di Bandung menuntut kebebasan memakai jilbab.Sementara itu, pembicaraan intensif mengenai masalah ini bergulir terus antara MUI dan Departemen P dan K yang diwakili oleh Menteri P dan K, Fuad Hasan, dan Dirjen PDM (Dikdasmen), Hasan Walinono. Kedua belah pihak kemudian sepakat untuk menyempurnakan peraturan seragam sekolah. Akhirnya, pada tanggal 16 Februari 1991, SK seragam sekolah yang baru, yaitu SK 100/C/Kep/D/1991, ditandatangani secara resmi, setelah melalui konsultasi dengan banyak pihak.Hal ini tentu saja disambut gembira oleh siswi-siswi berjilbab serta masyarakat yang bersimpati pada perjuangan mereka. Tidak sedikit dari siswi-siswi berjilbab ini yang langsung memberanikan diri mengenakan jilbab di sekolah tidak lama setelah ditandatanganinya SK tersebut. Walaupun, SK tersebut sebenarnya baru benar-benar berlaku pada tahun ajaran baru 1991/ 1992 yang jatuh pada Bulan Juli. Pihak Humas P dan K meminta kepala-kepala sekolah negeri agar mentolerir hal ini. Dengan berlakunya SK 100 ini, maka persoalan jilbab di Indonesia secara umum sudah bisa dianggap selesai.EpilogJilbab, potret sejarah Orde baru dan IslamPolitik Filed under: Uncategorized Ahmad Syarif (Abel) @ 5:53 am Beberapa waktu lalu, Jenderal Sutarman yang baru saja terpilih sebagai Kapolri mengumunkan bahwa Kepolisian Republik Indonesia mencabut larangan berjilbab bagi Polwan. Walau dinilai agak terlambat, keputusan Kepolisian Republik Indonesia itu langsung disambut baik oleh komunitas Islam dan kelompok pembela ham. Sebelumnya sempat terjadi polemik mengenai penggunaan Jilbab di Kepolisian, alasan utamanya adalah Jilbab bukan bagian dari seragam kepolisian, dan jelas seragam bukan hanya dalam tafsir pakaian tetapi juga idiologi.Situasi dimana Jilbab ditolak diruang administrasi negara sekuler tidak hanya terjadi di Indonesia, di Singapura dimana Fan Page komunitas Jilbab di Facebook yang misinya untuk mengendurkan larangan berjilbab untuk pegawai negeri sipil di Singapura secara mendadak dihapus oleh Facebook, dan banyak kalangan menuduh bahwa itu adalah permintaan dari pemerintah Singapura. Baru-baru ini, di negara seperti Kanada yang sangat terkenal dengan semangat liberalisme-nya malah berencana untuk melarang penggunaan simbol-simbol agama seperti Hijab dan simbol lainnya dari Sikh, Yahudi dan Kristen.Kembali ke Indonesia, larangan penggunaan Jilbab bagi pegawai negeri sipil adalah produk sejarah Orde Baru. Larangan itu pernah membuat ratusan perempuan Muslim bernegosiasi, mereka menggunakan Jilbab di rumah, tetapi tidak menggunakan Jilbab apabila mereka beraktivitas di kantor pemerintahan, bahkan beberapa sekolah dan universitas mengusulkan agar pelajar wanita tidak menggunakan jilbab untuk photo di ijazah dengan alasan agar mudah mencari kerja. Hal ini menyebabkan Muslimah berjilbab memiliki keterbatasan pilihan karir di era Orde baru.Sebagai sebuah rezim otoriter Orde Baru memiliki mesin kekuasaan yang komplit, dari produksi idiologi dan sampai ke aparat yang digunakan sebagai alat represif. TNI dan Polri adalah produk idilogi Orde baru yang paling disiplin dalam hal menjaga apa yang disebut sebagai pengganggu Bhineka Tinggal Ika sebuah idiologi sekuler Orba. Dalam rekam sejarah TNI-Polri, kelompok Komunis, kiri dan Marxis, ditambah kelompok Islam Politik dianggap sebagai agen-agen pengganggu keutuhan negara. Contoh pemberontakan yang dianggap dimotori oleh kelompok Islam politik adalah pemberontakan PRRI permesta dan Darul Islam yang melibatkan beberapa tokoh dari Partai Masyumi. Setelah Orba berdiri, Soeharto menolak merehabilitasi Islam Politik terutama eks-anggota Masyumi, sebagaimana tertulis dalam suratnya pada Januari 1967 untuk Prawoto Mangkusasmita, Soeharto menuliskan: Faktor-faktor legal, politik dan psikologis telah membuat pihak angkatan darat (TNI) tak bisa menerima rehabilitasi bekas partai politik Masjumi (Yudhie Latief:2005). Surat Soeharto ini menandai hubungan antagonistik rezim Orde Baru yang penuh kecurigaan dengan Islam Politik. Sebelumnya Orba berhasil menumpas gerakan komunis dengan aksi berdarah yang menewaskan ratusan ribu orang, otomatis dalam awal berdirinya Orba Islam Politik adalah poros kritik yang signifikan.Jilbab dalam konteks hubungan antagonistik ini adalah korban dari kecurigaan rezim terhadap kelompok Islam Politik. Jilbab oleh Orba diartikan secara sederhana sebagai representasi kelompok Islam ekstrimis yang bisa mengganggu keamanan negara. Jilbab bukan lagi dianggap sebagai pilihan religius individu, tapi sejenis bentuk pemberontakan sehingga setiap Muslimah yang menggunakan Jilbab dicurigai idiologinya dan kesetiaannya kepada Negara. Pada tingkat inilah Jilbab yang idealnya merupakan sebuah pilihan dan hak individu dalam mengartikan agamanya kemudian ditarik ke ranah politik oleh Orba.Walau Singapura dan Kanada tidak memiliki pengalaman dengan rezim militer yang represif seperti di Indonesia, setidaknya ada satu kesamaan yaitu bagaimana Jilbab terdegradasi dari sebuah pilihan individu dalam mengartikan agamanya menjadi sebuah ancaman atas keutuhan negara, terutama negara sekuler. Di Singapura dan Kanada, penyebabnya bisa jadi lahir dari gerakan politik sayap kanan yang merasa Jilbab membahayakan identitas politik sekularisme di negara mereka.Tentu saja persepsi mengenai Jilbab adalah representasi dari politik yang anti negara sekuler adalah tuduhan yang naif dan ahistoris, dalam banyak kesempatan kita menemui banyak perempuan berjilbab menempati posisi penting di pemerintahan yang menyokong negara sekuler. Sama halnya dengan tuduhan negara sekuler tidak mengakomodasi kepentingan agama dalam kebijakannya juga lahir dari pengamatan yang prematur. Negara sekuler seperti Inggris dan Jerman masih mengambil nilai-nilai kristen dalam kebijakannya, sebagaimana Indonesia juga mengadopsi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara, seperti hari libur keagamaan, lahirnya perbankan Sharia yang didukung negara, dan badan zakat yang dikelola pemerintah.Ketegangan antara negara dan simbol-simbol agama baik di Indonesia ataupun belahan lain di dunia adalah akibat dari pergumulan semangat sekularisme dan aliran politik yang menggunakan semangat agama, yang kemudian berujung pada prasangka dan salah pengenalan antara yang religius dan yang politis. Contohnya adalah penggunaan Jilbab, Nigab dan Burqa yang pernah dilarang di Perancis, diperdebatkan di Inggris, dan sekarang penggunanya mungkin tidak boleh menjadi pegawai publik di Kanada.Indonesia telah membuat kemajuan yang luar biasa dengan mengembalikan Jilbab sebagai hak Muslimah dan tidak mencampuradukkannya dengan pandangan politik pengguna. Walau memerlukan waktu 15 tahun setelah reformasi bagi Kepolisian Indonesia untuk mencabut larangan menggunakan Jilbab, hal ini harus dianggap sebagai momentum untuk terus mendesak reformasi di tubuh TNI-Polri, dua organisasi dimana semangat Orba masih bercokol. Lebih lagi reformasi TNI-Polri haruslah dibayangkan sebagai reformasi sejarah Indonesia, dan tidak bisa selesai hanya pada pengakuan terhadap Jilbab saja.MENGUAKNYA SEJARAH JILBAB DI INDONESIA Minggu, September 27, 2009 Pustaka No comments Judul Buku : Revolusi Jilbab, Kasus Pelarangan Jilbab di SMA Negeri Se-Jabotabek, 1982-1991Penulis : Alwi Alatas dan Fifrida DesliyantiTebal Halaman : iii + 136 halamanPenerbit : Al-Itishom Cahaya UmatPerensi : Noval Palandi

Revolusi adalah sebuah perubahan yang sangat cepat proses terjadinya. Karena cepatnya, perubahan ini sangat kuat dirasakan oleh masyarakat atau lingkungan yang sedang mengalami perubahan tersebut. Tidak semua orang menyukai perubahan, sehingga hal ini seringkali menimbulkan benturan yang keras dan tidak jarang menyebabkan jatuh korban.Jilbab hanyalah sehelai kain yang sederhana. Tampilannya tak semebyar fashion show Paris, tidak juga klasik bak pakaian eropa abad pertengahan. Namun dengan kesederhanaannya itu jilbab tak jarang menjadi symbol perlawanan. Ia adalah bunga-bunga bermekaran buat yang meyakini kewajibannya, tapi jadi sayatan pedang bagi yang phobi terhadapnya. Begitulah macam-macam manusia memandang jilbab. Oleh sebab itu, lewat jilbab itulah benturan peradaban sering terjadi, baik di skala mikro maupun makro.Seiring dengan kondisi saat itu bentuk jilbab mengalami perkembangan yang awalnya biasa-biasa saja menjadi perubahan yang luar biasa diiringi dengan militansi pelajar yang ingin mengekspresikan bagian dari simbol idiologi ini.Disisi yang lain banyak fariabel yang mempengaruhi kondisi idiologisasi jilbab; baik internal maupun eksternal. Orde baru menjadi bagian dari faktor eksternal yang mempengaruhinya, itu ditandai dengan kebijakan yang tidak berpihak kepada umat Islam. Abdul Aziz Thaba mengumpulkan setidaknya ada sembilan kebijakan penting pemerintah yang sangat tidak memihak terhadap umat Islam. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat mengecewakan umat Islam, mulai dari marjinalisasi tokoh-tokoh masyumi sekaligus pelarangan bagi organisasi itu untuk berdiri kembali sampai kepada persoalan jilbab.Puncak ketegangan umat Islam dan Orde baru bisa mencuat ketika pemerintah memaksakan asas tunggal untuk digunakan oleh semua ormas dan orsospol dan PII sebagai satu-satunya ormas pemuda Islam yang menolak secara bulat asas tunggal dan akhirnya tidak lagi diakui pemerintah, sejak tahun 1980-an awal telah mengangkat isu pancasila dalam training-trainingnya.Disisi yang lain lewat tangan-tangan militernya pemerintah bermain dibalik aksi-aksi yang memojokkan umat Islam sehingga lahirlah aksi-aksi yang dipimpin oleh sebagian intelejen, walaupun tidak semua kalang Islam terpancing untuk melakukan aksi keras terhadap pemerintah Orde Baru.Sebagian mereka mencoba menjaga jarak dengan pemerintah sambil mengupayakan perbaikan keadaan bagi umat Islam.Sebuah kondisi yang ironi juga ketika itu adalah pemerintah mendukung Islam sebagai praktek individu dan sosial, tetapi menolak Islam politik. Pemerintah juga banyak menyokong syiar-syiar ke-Islaman, tetapi tidak suka untuk memberantas kemungkaran karena pemerintah banyak mendapatkan keuntungan dari sana.Perkembangan ditingkat nasional juga tanpa bisa dipungkiri banyak dipengaruhi juga oleh situasi internasional. Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeini memberikan pengaruh yang luar biasa dalam sejarah Islam termasuk bagi kondisi dalam negeri Indonesia. Kemunculan jilbab di sekolah-sekolah negeri di Indonesia pada awal tahu 1980-an juga banyak memperoleh dorongan dengan adanya Revolusi Iran tersebut serta pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh pergerakan Islam, terutama Ikhwanul Muslimin, lebih banyak mewarnai pelajar muslim di sekolah-sekolah negeri pada saat itu.Awal sebuah kesadaran baru, munculnya fenomena sangat menarik untuk diamati yaitu munculnya gelombang kesadaran untuk mengenakan busana muslimah. Kondisi ini semakin menarik ketika mencoba melihat dari dimensi yang lain bahwa kesadaran moralitas ini lahir dari pelajar-pelajar putri serta faktor-faktor lain yang harus diperhatikan adalah dibatasinya ruang gerak umat Islam oleh pemerintah terutama dalam hal politik, mau tidak mau memaksa mereka untuk menyalurkan energi ke bidang-bidang yang lain.Jilbab tentu tidak mungkin marak secara serempak di sekolah-sekolah negeri tanpa ada alasan yang melatarbelakanginnya. Para siswi ini umumnya memakai jilbab setelah mengikuti pelatihan ke-Islaman yang diadakan oleh lembaga-lembaga ke-Islaman.Salah satu pengararuh pentng lainnya adalah dari buku ke-Islaman yang diterjemahkan, buku-buku yang diterjemahkan umumnya merupakan karya pemikir dan tokoh-tokoh pergerakan Islam seperti: Abu Ala Al-Maududi, Sayyid Qutb, dan Hasan Al-Banna, yang sering dikategorikan sebagai tokoh-tokoh fundamentalis.Di Jakarta, maraknya jilbab di kalangan pelajar SMA negeri dimotori oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), terutama PII Jakarta pusat, akhirnya pada bulan juni 1980 dicanangkan sebagai awal dari jilbabisasi yang mereka lakukan.Pada tanggal 17 Maret 1982 terjadi kondisi nasional yang kontroversi dengan semangat jilbab waktu itu yaitu dikeluarkannya SK 052/C/Kep/d.82 tentang kebijakan baru penggunaan seragam sekolah secara nasional. Secara resmi, tujuan utama keluarnya SK ini adalah menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar siswa. Namun tisak bisa dipungkiri, SK ini muncul ketika mulai banyak siswi-siswi di SMA negeri yang memakai jilbab. Pihak sekolah menganggap hal ini sebagai problem karena sekolah negeri bukanlah sekolah agama.Pasca kebijakan pemerintah tentang seragam sekolah ini banyak hal kontroversial yang terjadi di sekolah-sekolah dan banyak memakan korban serta setelah SK tersebut, masalah jilbab di sekolah-sekolah mulai mencuat kepermukaan.Seiring dengan waktu respon/ tanggapan dari lembaga Islam mulai bermunculan; DDII, PII, MUI, dan lembaga Islam yang lain mengungkapkan keprihatinannya atas masalah-masalah jilbab yang sedang terjadi. Berawal dari semua ini komunikasi antara pemerintah dengan umat Islam yang diwakili oleh MUI mulai intensif dalam menyelesaikan permasalahan jilbab ini walaupun beberapa saat setelah itu pelarangan jilbab kembali terjadi lagi.Akhirnya sejak tahun 1980 hingga 1985 telah banyak siswa berjilbab yang terpaksa keluar dari sekolah-sekolah negeri dan semua itu karena alasan tata tertib seragam sekolah. Para siswi ini mulai serta berbagai pihak yang ada telah melakukan upaya maksimal untuk mempertahankan hak mereka memakai jilbab di sekolah.Perjuangan berat itu berbuah juga, pada tahun 1988-1989 kasus jilbab lebih dramatis dan mengalami peningkatan secara kualitatif. Kalau sebelumnya hanya terjadi di ruang sekolah, sekarang berkembang hingga ke ruang pengadilan. Kasus-kasus yang diselesaikan di ruang pengadilan berhasil mempertahankan hak mereka untuk tetap sekolah di Sekolah negeri, walaupun ada beberapa kasus yang sama di sekolah-sekolah yang lain tapi tidak mendapatkan jaminan yang sama.Beberapa tahun terakhir tanggapan masyarakat dan tokoh mulai di publikasikan lewat media yang merupakan klimaks dari respon umat Islam terhadap tindakan pemerintah yang terlalu deskriminatif terhadap ekspresi keberagamaan dari umat Islam. Kondisi ini memberikan peluang yang sangat besar terhadap pelajar muslimah yang ingin ber-Islam secara kaffah, sehingga buah dari perjuangan ini benar-benar dirasakan oleh pelajar muslimah yang walaupun harus menghadapi rintangan sebelumnya. Ternyata perjuangan akan berbuah kesuksesan jika orientasi perjuangan itu adalah proses bukanlah hasil. Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang memperjuangkan revolusi ini.Banyak peristiwa yang antagonistik dengan peristiwa revolusi ini, tapi ada sebuah hal yang harus direnungkan bahwa konfigurasi jilbab saat ini adalah buah dari perjuangan orang-orang terdahulu yang ingin menegakkan panji Islam dinegeri yang kita cintai ini. Dan kita coba bertanya kepada mereka tentang sakitnya dimaki-maki orang tua sendiri, tentang seorang tua yang tega membotaki kepala anak gadisnya dan membakar jilbabnya, tentang ibu yang mengusir anaknya yang tanpa daya, atau memasukkannya ke kandang ayam. Atau, sudah lupakah tentang wanita-wanita berjilbab yang memfitnah menebar racun?.Buku yang ditulis oleh Alwi Altas dan Fifrida Desliyanti disajikan dengan bahasa yang santun dan mengungkap data dan cerita tentang kasus jilbab wakatu itu dengan bahasa-bahasa yang mudah difahami. Buku ini bagus dibaca oleh pelajar dan seluruh kalangan untuk memahami tentang rentetan peristiwa termasuk revolusi jilbab pada saat awal kemunculannya.

Malang, 27 Februari 2008 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda 0 komentar: Poskan KomentarLink ke posting iniBuat sebuah Link Semangat menulis akan secara perlahan mengganti kebiasaan yang sia-sia menjadi lebih produktif. Mengisi banyak kekosongan dengan aliran ide-ide dan cerita-cerita yang membelajarkan. Dan akan banyak peristiwa yang bisa ditulis disini. Semoga kemudian mengantarkan kita menjadi manusia yang bermanfaat. AminCatatan Perjalanan JIKA BOLEH MEMILIH (PART 1)Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Disaat mengenyam... MEMAKNAI TAHUN BARU 2014Setiap masa transisi itu selalu memberi satu pesan kepada kita tentang...Cuap-cuap Perjuangan UNTUKMU PEJUANGWahai Pejuang!! Tidakkah kau melihatku Aku seperti pak tua yang telah... USIAMU BERTAMBAH CINTATak ada jejak terindah yang bisa ku ukir tak ada momentum luar biasa...Menulis bersama Cinta MENULIS BERSAMA CINTASebuah Refleksi dan Ekspektasi Telah lama rasanya tidak... ISTRIKU, LOVE YOUSekedar cuap tentang jejak menikah yang baru seumur jagung, semoga...Catatan Hati ANTARA PILIHAN Tak ingin rasanya beranjak pergi meninggalkan persinggahan ini ruang sepi... DIA HADIR LAGI"Kau wanita mulia. Wanita yang tidak bisa digantikan oleh seribu...Catatan di Pondok Mertua MENIKAH, MENGAJARKAN BANYAK HALAlhamdulillah..hari ini tepat setahun yang lalu (20-12-2012)..semoga... LUPIS PENAWAR LELAHAktivitas pulang pergipasardengankeranjang keramatberada diantara...Catatan untuk PII UNTUKMU PEJUANGWahai Pejuang!! Tidakkah kau melihatku Aku seperti pak tua yang telah... 4 MEI Tentang dia.. Yang bangkit dari kerisauan Mengumpulkan potensi umat...Top of Form

Bottom of Form.

Tweet oleh @penaamatir Catatan Terkini ANTARA PILIHAN-Saturday, February 08, 2014 JIKA BOLEH MEMILIH (PART 1)-Sunday, February 02, 2014 HANYA INGIN MENULIS-Wednesday, January 15, 2014 MEMAKNAI TAHUN BARU 2014-Tuesday, January 14, 2014 SELAMAT HARI IBU, BUNDA..-Monday, December 23, 2013.Jejak Cinta

Gerung, 20 Desember 2012 .

Cinta sesungguhnya merupakan amanah terberat yang pernah ada Catatan TerpopulerIBU..KAU TAK TERGANTIKANPosted On Thu Sep 29 2011Mimpi itu harus tinggi Tidak boleh setengah-setengah..Mimpi itu harus dikejar Sampai tergenggam kuat..Setiap kita punya potensi maka jangan bergantung sama manusia..Dan seterusnya, ...KISAH INDAHKU BERSAMAMU IBUPosted On Fri Aug 30 2013Ketika semua orang tak menginginkan ini kenapa harus aku yang mengalaminya pedih jika harus ku ingat-ingat terus Kehilangan belahan jiwaku setengah dari nafas dalam tubu ...DIALOG KULTURPosted On Thu Nov 11 2010Dialog antar kultur, mungkin ini bahasa yang menurutku tepat untuk judul sebuah tulisan yang berangkat dari obrolan lewat telfon seluler. Dialog yang muncul dilatar belakangi oleh ...PILKADA YANG MENGGERAKKANPosted On Sun Apr 01 2012Oleh Cahyadi Takariawan ___________ He tangi, tangi. iku bosmu sido ndaftar Gubernur Jakarta ! Suara melalui handphone itu demikian keras di telinga Yunus, seorang kad ...