Sejarah Jalan Braga Kota Bandung

download Sejarah Jalan Braga Kota Bandung

of 14

Transcript of Sejarah Jalan Braga Kota Bandung

Sejarah Jalan Braga kota Bandung BANDUNG Jalan Braga di Kota Bandung memiliki sejarah panjang dan sangat dikenal. Jalan ini terletak persis di jantung kota dan berhimpitan dengan Jalan Asia Afrika yang dikenal dengan Gedung Merdeka.\ Konon jalan sepanjang lebih kurang 700 meter ini dibuat ada kaitannya dengan pembuatan jalan Anyer-Panarukan oleh Daendels Tahun 1808-1811.Selain itu, juga terkait dengan praktik politik Tanam Paksa yang diberlakukan Belanda dari tahun 1830-1870. Saat itu, ada rencana menjadikan Bandung sebagai ibukota negara. Untuk mempersiapkan segala sesuatunya berbagai bangunan penting dibuat Belanda di kota ini. Salah satu di antaranya adalah rumah pelelangan kopi (coffe per house).\ Setiap transaksi di rumah pelelangan kopi yang kini menjadi Balai Kota tersebut, kemudian barangnya dikirim melalui Kantor Pos yang letaknya tidak jauh. Untuk mengangkut kopi itulah lalu dibuat jalan tembus yang dinamai Jalan Pedati. Kenapa dinamai Jalan Pedati? Karena jalan yang lebarnya sekitar 10 meter ini hanya dapat dilewati oleh pedati. Kondisinya pun becek dan berlumpur kalau musim hujan. Namun di penghujung tahun 1870-an, jalan ini berkembang menjadi sebuah ka-wasan elit kala itu. Perkembangan jalan ini tak terlepas dari keberadaan sebuah toko kelontong bernama de vries. Toko ini selalu dikunjungi petani Priangan yang kaya raya (Preanger Planters). Para preanger planters tersebut membeli kebutuhan hidup sehari-hari di toko de vries. Ramainya toko dikunjungi oleh petani keturunan Belanda ini membuat kawasan sekitarnya menjadi hidup. Berlahan tetapi pasti mulai berdiri bangunan baru di sekitarnya. Mulai dari hotel, restoran, gedung bioskop hingga bank. Tidak diketahui pasti muasal berubahnya nama Jalan Pedati menjadi Jalan Braga. Ada banyak versi yang berkembang di kalangan masyarakat. Versi pertama menyebutkan di kawasan ini saat itu terdapat group tonil bernama Braga. Dan nama group tonil itulah yang kemudian diabadikan sebagai nama jalan ini. \Versi lainnya menyebutkan Jalan Braga diadaptasi dari nama Dewi Puisi Bragi. .Masyarakat setempat juga memiliki legenda sendiri terhadap nama Braga ini. Menurut Ketua Paguyuban Warga Braga Kota Bandung, David B. Sediono, nama Braga berasal dari kata Sunda Baraga. Baraga itu artinya jalan-jalan menjelajahi Sungai Cikapundung. Kebetulan di dekat Braga sini ada Sungai Cikapundung. Dan masyarakat saat itu suka menghabiskan waktu dengan baraga di Sungai Cikapundung, ungkap David B. Sediono, yang ditemui SH. Terlepas dari berbagai versi nama yang beredar, yang pasti Jalan Braga kemudian menjadi sebagai sentra perdagangan dan jasa yang diperuntukkan bagi kaum Belanda. Di Jalan Braga inilah sinyo dan nonik Belanda berbelanja dan rendezvous. Karena merupakan kawasan elite maka tidak sembarang toko dan tempat usaha lainnya yang diijinkan didirikan di Jalan Braga. Butik Au Bon Marche, contohnya, yang hanya menjual pakaian impor dari Paris. Keberadaan butik inilah yang membuat Bandung dijuluki Parisj van Java. Kemudian ada toko jam Stocker yang hanya menjual jam buatan Swiss, toko bunga Van Doup, toko mobil pertama di Hindia Belanda Fuchs & Rents hingga penjahit August Savelco yang menjadi langganan tokoh penting dari JP. Coen hingga Bung Karno. Braga, Masa Kini

\Seiring dengan perjalanan waktu, kejayaan Jalan Braga lambat laun mulai me-redup. David menyebutkan perubahan drastis kawasan ini sangat terasa antara tahun 1970-1980-an. Paradigma pembangunan yang digemborgemborkan oleh penguasa kala itu membuat kawasan Jalan Braga semakin semrawut dan rusak. Menurut David B.Sediono, sebelum tahun 1970-an ada pakem yang sangat dipatuhi. Di antaranya pemilik bangunan tidak boleh membangun gedungnya lebih dari 2 lantai. Selepas tahun 1970-an, dengan alasan pembangunan, gedung-gedung dibongkar dan di-bangun semaunya sendiri. Akibatnya Jalan Braga justru semakin semrawut, jelasnya. Alhasil dari sekitar 150-an bangunan yang ada, tinggal 50 persen saja yang masih berwajah asli. Sementara 25 persen lainnya telah direnovasi menurut selera modern. Yang ironis, 25 persen lainnya justru dibiarkan terbengkalai. Tercatat sekitar 25 gedung yang kini seakan tak bertuan lagi David B.Sediono mengungkapkan, ada sebuah BUMN yang memanfaatkan sebuah bangunan sebagai gudang. Bangunan eks Butik Au Bon Marche itu padahal punya nilai sejarah penting. Di gedung itu dulu pemerintah Indonesia menyimpan arsip-arsip geologi penting agar tidak jatuh ke Belanda, katanya. Kondisi gedungnya punya seakan tak tersentuh perawatan. Beberapa bagian bahkan mulai lapuk di makan usia. Menurut David B. Sediono, dirinya sebenarnya telah berusaha meminta agar BUMN si empunya gedung memperhatikan dan merawat ge-dung tersebut. Tapi sampai detik ini perhatian yang diharapkan tak digubris. Denyut nadi perekonomian sekarang memang masih terasa di Jalan Braga. Ada toko kue, bank, restoran, toko pakaian hingga perkantoran. Namun denyut nadi Jalan Braga jauh berbeda dibandingkan di era jayanya dulu. Yang menarik justru fenomena di ujung utara Jalan Braga. Selepas perempatan Jalan Braga-Suniaraja, detak kawasan ini semakin kencang mulai malam hingga dini. Kehadiran rumah karaoke, kelab malam serta tempat billiard memang membuat kawa-san ini lebih hidup dibandingkan bagian lain di Jalan Braga. Namun kehadiran tempat hiburan ini justru membuat pamor Jalan Braga menjadi jelek. Imej Jalan Braga kini tak lebih dari sebuah lokalisasi prostitusi terselubung. Sejak zaman Belanda yang namanya Jalan Braga selalu bersih dari prostitusi. Tapi sejak tahun 1980-an saat banyak tempat hiburan malam diijinkan dibuka, Jalan Braga seakan tak lagi bersih dari keliaran wanita penggoda, ungkap David B. Sediono. Sebenarnya kawasan Jalan Braga ini masih memiliki nama besar untuk dikembangkan sebagai obyek pariwisata. Dengan syarat penataan ulang harus dilakukan di kawasan ini. Salah satu pihak yang peduli terhadap kawasan Jalan Braga adalah Bandung Heritage. David B.Sediono yang juga adalah Ketua Proyek Braga Bandung Heritage, mengatakan, pihaknya telah menawarkan konsep revitalisasi Jalan Braga seperti semula. Jalan Braga akan dikembalikan fungsinya seperti dulu lagi. Dengan melakukan pe-nataan usaha dan bangunan yang ada. Diakui David B. Sediono untuk mewujudkan konsep ini tidaklah mudah. Pemkot Bandung sendiri bersama investor telah mempunyai rencana sendiri. Di salah satu eks bangunan yang ada, mereka berencana membuat Braga City Walk. Penataan versi mereka adalah dengan membangun hotel berbintang, apartemen serta twin tower untuk menghidupkan kembali kawasan Jalan Braga. Pembangunan Braga City Walk ini ada kaitannya dengan rencana penyelenggaraan ulang tahun Konperensi Asia Afrika Tahun 2005 yang kemungkinan besar diselenggarakan di Kota Bandung. Namun penataan de-ngan Braga City Walk ini dinilai tidak efektif. Menurut David B. Sediono, keberadaan Braga City Walk justru akan membuat Jalan Braga makin semrawut.

Infrastruktur yang ada sama sekali tidak mendukung. Termasuk kondisi jalan yang sangat sempit yang berp-o-tensi menimbulkan kemacetan. Kemudian ketiadaan lampu penerangan jalan di malam hari yang sangat minim saat ini serta keterbatasan sarana air bersih.

sejarah kota bandung. Top of Form ||provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo). Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool, sekarang ITB)[2], menjadi ajang pertempuran di masa kemerdekaan[3], serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,[4] suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.[5] Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota teraman di dunia berdasarkan survei majalah Time.[6] Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada jaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.[7] Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Daftar isi [sembunyikan]

1 Geografi 2 Sejarah 3 Kependudukan 4 Pemerintahan

4.1 Perwakilan

5 Pendidikan 6 Kesehatan 7 Perhubungan

7.1 Infrastruktur 7.2 Angkutan Kota dan Bus Kota

7.3 Pesawat 7.4 Kereta Api

8 Pelayanan publik 9 Perekonomian 10 Pariwisata dan Budaya 11 Olahraga 12 Pers dan Media 13 Musik dan Hiburan 14 Kota kembar 15 Rujukan 16 Lihat pula 17 Pranala luar

Geografi

Bendera Kota Bandung, berdasarkan Surat Keputusan DPRD Sementara Kota Besar Bandung nomor 9938/53 tanggal 8 Juni 1953 Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa,[8] secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian 768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut. Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan. Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.

Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.[9] Sejarah

Pemandangan jalanan di Bandung (1908) Kata "Bandung" berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot. Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sangkyang Tikoro. Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman. Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung. Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12] Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan

diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain. Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 Tahun Jumlah penduduk 1941 226.877 April-24 April 2005. 1950 644.475 Kependudukan 2005 2.315.895 2006 2.340.624 2007 2.364.312 Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana 2008 2.390.120 penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa Sejarah kependudukan kota Bandung merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis Sumber:[13] lainnya. Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia).[11] Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini[14] kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.[15] Pemerintahan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Walikota Bandung Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak 2008, penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya. Pendidikan Kota Bandung merupakan salah satu kota pendidikan, dan Soekarno, presiden pertama Indonesia, pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada masa pergantian abad ke-20. Kesehatan Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bandung memiliki sarana pelayanan kesehatan yang paling lengkap di provinsi ini. Sampai tahun 2007, kota Bandung telah memiliki 30 unit rumah sakit dan 70 unit puskesmas yang tersebar di kota ini,[20] di mana dari 17 unit rumah sakit tersebut diantaranya telah memiliki 4 pelayanan kesehatan dasar sedangkan selebihnya merupakan rumah sakit khusus. Pelayanan kesehatan dasar tersebut meliputi pelayanan spesialis bedah, pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan spesialis anak serta pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan.

Dari jumlah tenaga medis yang tercatat di kota Bandung dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 86 orang tenaga medis untuk melayani 100.000 penduduk. Perhubungan Sampai pada tahun 2004, kondisi transportasi jalan di kota Bandung masih buruk dengan tingginya tingkat kemacetan serta ruas jalan yang tidak memadai, termasuk masalah parkir dan tingginya polusi udara. [21] Permasalahan ini muncul karena beberapa faktor diantaranya pengelolaan transportasi oleh pemerintah setempat yang tidak maksimal seperti rendahnya koordinasi antara instansi yang terkait, ketidakjelasan wewenang setiap instansi, dan kurangnya sumber daya manusia, serta ditambah tidak lengkapnya peraturan pendukung. Infrastruktur Sampai tahun 2000 panjang jalan di kota Bandung secara keseluruhan baru mencapai 4.9 % dari total luas wilayahnya dengan posisi idealnya mesti berada pada kisaran 15-20 %.[22] Pembangunan jalan baru, peningkatan kapasitas jalan dan penataan kawasan mesti menjadi perhatian bagi pemerintah kota untuk menjadikan kota ini menjadi kota terkemuka. Pada 25 Juni 2005, jembatan Pasupati resmi dibuka,[23] untuk mengurangi kemacetan di pusat kota,[24] dan menjadi landmark baru bagi kota ini. Jembatan dengan panjangnya 2.8 km ini dibangun pada kawasan lembah serta melintasi Ci Kapundung dan dapat menghubungkan poros barat ke timur di wilayah utara kota Bandung. Kota Bandung berjarak sekitar 180 km dari Jakarta,[22] saat ini dapat dicapai melalui jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dengan waktu tempuh antara 1.5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), yang sudah dibangun sebelumnya. Angkutan Kota dan Bus Kota Untuk transportasi di dalam kota, masyarakat Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih akrab disebut angkot[25]. Selain itu, bus kota dan taksi juga menjadi alat transportasi di kota ini. Sedangkan sebagai terminal bus antarkota dan provinsi di kota ini adalah terminal Leuwipanjang untuk rute barat dan terminal Cicaheum untuk rute timur. Pada 24 September 2009, TMB (Trans Metro Bandung) resmi beroperasi, walaupun sempat diprotes oleh sopir angkot setempat.[26] TMB ini merupakan proyek patungan antara pemerintah kota Bandung dengan Perum II DAMRI Bandung dalam memberikan layanan transportasi massal dengan harga murah, fasilitas dan kenyamanan yang terjamin serta tepat waktu ke tujuan.[27] Pesawat Kota Bandung memiliki sebuah pelabuhan udara yang bernama Bandar Udara Husein Sastranegara untuk menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Menado, Yogyakarta, Batam, Mataram, Makassar, Palembang, Pangkalpinang, Semarang, dan Medan. Sedangkan untuk rute luar negeri diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam. [sunting] Kereta Api

Kota Bandung juga mempunyai stasiun kereta api yang setiap harinya melayani rute dari dan ke Jakarta, ataupun Semarang, Surabaya dan Yogyakarta, yaitu Stasiun Bandung untuk kelas bisnis dan eksekutif. Sedangkan Stasiun Kiaracondong melayani rute yang sama (kecuali Jakarta) untuk kelas ekonomi. Selain 2 buah stasiun tersebut, terdapat 5 stasiun KA lain yang merupakan stasiun khusus peti kemas, yakni Gedebage, Cimindi, Andir, Ciroyom dan Cikudapateuh. Pelayanan publik Pada tahun 2008, pemerintah merencanakan pembangunan Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Gedebage[28], namun sempat diprotes warga setempat. Dan baru pada tahun 2010 wacana pembangunan PLTSa ini kembali digulirkan, dimana tendernya akan dilakukan pada November 2010 dan proyek ini akan dimulai pada awal 2011 dan diperkirakan selesai pada akhir 2012.[29] Sementara untuk melayani kebutuhan akan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM kota Bandung saat ini baru mampu memasok air untuk 66 % dari total jumlah penduduknya.[30] Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya debit air baku, baik sumber air dalam tanah maupun mata air. Sementara itu penggunaan sumber air dalam tanah di kota ini sudah memainkan penting dalam pemenuhan kebutuhan air minum sejak dimulai pembangunan kota ini di akhir abad ke-19, namun seiring dengan perkembangan kota terutama berkembangnya industri serta ditambah kurangnya regulasi dalam konservasi sumber air sehingga menjadikan masalah air minum semakin rumit dan perlu penangganan khusus.[31] Saat ini sebagian besar sumur artesis milik PDAM, tidak lagi berfungsi termasuk andalan utama pasokan air baku dari Sungai Cisangkuy yang berasal dari Sungai Cilaki melalui Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca. [32] Selain itu pendistribusian air pada masyarakat kadangkala dilakukan secara bergilir dan juga air yang didistribusikan kotor dan keruh pada jam-jam tertentu.[33] Perekonomian Pada awalnya kota Bandung sekitarnya secara tradisional merupakan kawasan pertanian, namun seiring dengan laju urbanisasi menjadikan lahan pertanian menjadi kawasan perumahan serta kemudian berkembang menjadi kawasan industri dan bisnis, sesuai dengan transformasi ekonomi kota umumnya. Sektor perdagangan dan jasa saat ini memainkan peranan penting akan pertumbuhan ekonomi kota ini disamping terus berkembangnya sektor industri. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006, 35.92 % dari total angkatan kerja penduduk kota ini terserap pada sektor perdagangan, 28.16 % pada sektor jasa dan 15.92 % pada sektor industri. Sedangkan sektor pertanian hanya menyerap 0.82 %, sementara sisa 19.18 % pada sektor angkutan, bangunan, keuangan dan lainnnya.[34]

Pada triwulan I 2010, kota Bandung dan sebagian besar kota lain di Jawa Barat mengalami kenaikan laju inflasi tahunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.[35] Sebagai faktor pendorong inflasi dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yang berupa interaksi permintaan-penawaran serta ekspektasi inflasi masyarakat. Walaupun secara keseluruhan laju inflasi pada kota Bandung masih relatif terkendali. Hal ini terutama disebabkan oleh deflasi pada kelompok sandang, yaitu penurunan harga emas perhiasan. Sebaliknya, inflasi Kota Bandung mengalami

tekanan yang berasal dari kelompok transportasi, yang dipicu oleh kenaikan harga BBM non subsidi yang dipengaruhi oleh harga minyak bumi di pasar internasional. Sementara itu yang menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung masih didominasi dari penerimaan hasil pajak daerah dan retribusi daerah, sedangkan dari hasil perusahaan milik daerah atau hasil pengelolaan kekayaan daerah masih belum sesuai dengan realisasi. Pariwisata dan Budaya

Jalan Asia-Afrika Sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari Jakarta sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan Belanda, diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi gubernur provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen Pembendaharaan Bandung[36], Villa Isola sekarang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia, Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung. Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955,[37] Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega,[38] Museum Geologi Bandung, Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan Rumentang Siang. Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat terutama pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari.[39] Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Indah Plaza, Paris Van Java Mall, Cihampelas Walk, Bandung Supermal, Bandung Trade Center, Plaza Parahyangan, Balubur Town Square, Dago Plaza dan Metro Trade Centre. Terdapat juga pusat rekreasi modern dengan berbagai wahana seperti Trans Studio Resort Bandung yang terletak pada lokasi yang sama dengan Bandung Super Mall.

Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di kota ini diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi kuliner khususnya tutug oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini.[40] Selain itu Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum sejenis tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa. Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra. Olahraga Masyarakat kota Bandung dan sekitarnya merupakan pengemar fanatik untuk Persib Bandung, yaitu sebuah klub sepak bola yang bermain di kompetisi Liga Super Indonesia, klub ini menggunakan Stadion Siliwangi sebagai markas dan tempat untuk laga kandang, namun pada pada musim kompetisi LSI 2009-2010 Stadion Si Jalak Harupat juga digunakan klub ini untuk pertandingan kandang. Selain itu di kota ini terdapat juga beberapa klub sepak bola lain yang bermain di kompetisi Divisi 3 Liga Indonesia seperti Bandung Raya dan Saint Prima Bandung. Garuda Flexi merupakan sebuah klub basket yang bermarkas di kota ini dan bermain pada kompetisi IBL. Pers dan Media

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar stasiun radio di Jawa Barat Pada masa awal kemerdekaan, sekitar bulan September 1945, para pemuda di kota Bandung mengambil alih dengan paksa sebuah surat kabar milik tentara pendudukan Jepang yang sebelumnya bernama Tjahaya dan kemudian menjadi Soeara Merdeka, surat kabar ini sempat terbit setiap hari 4 halaman sampai pada bulan Oktober 1945, sebelum pindah ke kota Tasikmalaya karena tekanan tentara Sekutu waktu itu[41]. Sekarang ini beberapa surat kabar yang masih menjadikan kota Bandung sebagai pusat penerbitannya diantaranya Pikiran Rakyat,[42] Galamedia,[43] Tribun Jabar,[44] Radar Bandung[45] dan Bandung Ekspres.[46] Kota Bandung juga memiliki beberapa stasiun televisi diantaranya, TVRI Jawa Barat, Bandung TV, Parijz Van Java TV, CT Channel, IMTV, Paris Van Java TV, MQTV, Spacetoon dan STV Bandung.[47] Selain itu terdapat juga beberapa stasiun pemancar radio diantaranya RRI Bandung, dan sekitar 39 buah stasiun pemancar radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI.[48] Musik dan Hiburan Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat Sunda di kota ini dan Jawa Barat pada umumnya, alat musik ini terbuat dari bahan bambu. Bandung banyak melahirkan penyanyi dan grup musik besar di tanah air. Sejumlah grup musik besar yang dibentuk di Bandung antara lain Peterpan, The Titans, ST 12, Sm*sh, Cokelat, Pas Band, Mocca dan The Changcuters. Penyanyi dari Bandung antara lain: Nazril Irham alias Ariel, Nicky Astria dan Nike Ardilla.\

Taman Dewi Sartika\ memiliki sejarah yang cukup panjang, sehingga menjadi taman dengan nama pahlawan nasional wanitu itu. Awalnya taman ini dibangun pada tahun 1885, untuk mengenang Asisten Residen Priangan, Pieter Sijthoff, yang dianggap berjasa besar bagi perkembangan Kota Bandung pada masanya. Taman ini dirancang oleh R. Teuscher, seorang pakar tanaman (botanikus) yang bertempat tingal di pojok Tamblongweg dan Naripanweg. Pada masa tersebut, Kanal taman dengan jembatan penyebrangan artistik yang terbuat dari besi dibangun mengelilingi taman. Berbagai jenis pohon pelindung, pohon hias, tanaman hias, dan bunga-bungaan ditanami di dalam taman. Sebuah taman yang sederhana, namun mempesona. Taman tersebut disebut dengan nama Pieter Sijthoffpark. Karena pada masa itu diseberang timur taman ini Pieter Sijthoff Park Kweekschool voor Inlandsche Order wijzern, sering disebut Sekola Radja, maka nama taman ini pun berubah menjadi Kebon Rada. Pada tahun 1950-an nama taman tersebut diubah menjadi Taman Merdeka. Kemudian pada saat penempatan Monumen Dewi Sartika pada tanggal 4 Desember 1996, Taman ini pun akhirnya berubah nama menjadi Taman Dewi Sartika. \Monumen Dewi Sartika terletak di Taman Dewi Sartika yang merupakan taman tertua yang ada di Bandung, lokasinya di dalam kompleks Balai Kota Bandung, merupakan salah satu monumen di Bandung yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bandung untuk mengenang pahlawan Nasional wanita Indonesia yang berasal dari daerah ini. Penempatan Monumen Dewi sartika di sana adalah pada tanggal 4 Desember 1996 seiring perubahan nama taman tersebut dari Taman Merdeka semenjak tahun 1950-an menjadi Taman Dewi Sartika. Dewi Sartika adalah seorang wanita yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember 1884, beliau memiliki bakat mendidik dan hidup untuk selalu meraih kemajuan, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga untuk lingkungannya. Termasuk pengaruh besarnya bagi Bangsa Indonesia. Pada masa kecilnya, Dewi Sartika berusaha menyebarkan ilmunya dari yang sederhana, menulis dan membaca kepada anak-anak dan pembantu yang ada di daerahnya di sekitar Kepatihan Bandung. Pelajaran yang dia berikan termasuk berbahasa Belanda, sebagai bahasa kolonial yang berlaku pada masanya. Alat peraga yang digunakannya pun apa

adanya, mulai dari papan dinding ruang kereta, arang, dan pecahan genting pun dijadikannya sebagai alat bantu pengajaran untuk yang mengikuti pendidikan yang dipimpinnya. Pada usia remaja, Dewi Sartika dengan izin pamannya yang waktu itu sebagai Bupati Martanegara, mendirikan sekolah yang dikhususkan untuk para perempuan. Pada tahun 1902, Dewi sartika merintis pendidikan yang dikhususnya di bidang

keterampilan, seperti merenda, memasak, menjahit, membaca, dan menulis. Sekolah yang didirikannya adalah Sekolah Istri yang dalam bahasa Sunda berarti sekolah perempuan. Sekolah ini adalah sekolah pertama se Hindia Belanda. Tempat yang digunakan adalah di pendopo Kabupaten Bandung, dengan jumlah murid angkatan pertamanya sebanyak 20 orang. Atas jasanya ini pemerintah Hindia Belanda menganugerahi bitang jasa terhadap Dewi Sartika. Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Kenangan dan semangat untuk memajukan bangsa inilah yang menjadi kenapa Monumen Dewi Sartika di Bangun di bagian dari Taman Balai kota Bandung.\ Taman Balai Kota Bandung terletak di dalam kompleks Balai Kota Bandung, berada di antara dua jalan protokol di ibu kota Jawa Barat, yaitu jalan Merdeka dan jalan Wastukencana. Pintu masuk utamanya terletak di jalan Wastukencana. Rerimbunan pepohonan dilengkapi dengan tempat duduk dari bebatuan akan memberi keleluasaan pada anda untuk bercanda bersama keluarga. Taman ini sering digunakan oleh Penduduk Bandung sebagai salah satu sarana untuk menikmati keindahan kotanya. Begitu juga bagi anda yang selesai menikmati kunjungan anda ke berbagai tempat shopping di Bandung, tempat ini pun bisa anda gunakan untuk sekedar melepaskan sedikit rasa lelah. Di dalam Balai Kota Bandung terdapat taman yang ditata rapi dan indah. Beberapa monumen terdapat di dalam pekarangan taman ini.

Di taman ini ada sebuah patung yang sengaja dibangun untuk mengenang kepahlawanan Dewi Sartika.

Ada juga patung badak sebagai simbol yang menurut legenda di Bandung banyak ditemui binatang khas Jawa Barat, yaitu Badak Putih.

Serta sepasang patung merpati, sebagai peringatan dilepaskannya sebanyak 800 ekor merpati yang menghiasi taman tersebut.

Bandung yang dikenal sebagai sebuah kota pendidikan dengan banyaknya berbagai Perguran Tinggi di Bandung, ada juga yang menggunakan taman ini sebagai sarana untuk belajar bersama,