SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

26
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA” Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makala ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Makassar, November 2012

description

Untuk mengatasi semua tantangan di bidang kelautan ini maka tidak dapat tidak, seluruh komponen bangsa harus segera membangkitkan maritime domain awareness, atau kesadaran lingkungan maritim. Hal ini diperlukan, karena sepertinya kita tidak lagi memiliki budaya bahari, sehingga perlu dibangun kembali melalui upaya penyadaran. Lingkungan bahari yang dimaksud adalah semua area dan hal-hal yang berhubungan, berkaitan, berdekatan atau berbatasan dengan laut, samudera atau semua perairan yang dapat dilayari, termasuk semua kegiatan yang berhubungan dengan maritim, infrastruktur, masyarakat, muatan kapal, armada, baik niaga, perikanan, maupun armada perang. Upaya menyadarkan masyarakat terhadap arti penting lingkungan maritim haruslah sampai kepada penyadaran yang efektif terhadap segala sesuatu yang menyangkut lingkungan maritim merupakan hal yang vital bagi keamanan, keselamatan, ekonomi dan lingkungan hidup bangsa Indonesia, serta menunjang upaya menegakkan harga diri bangsa. Menyadarkan bahwa laut adalah aspek alamiah yang paling mempengaruhi kehidupan poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang paling utama dan menarik perhatian. Pemerintah harus menjadi ujung tombak, dan untuk itu pemerintah Indonesia perlu segera menetapkan sebuah National Ocean Policy dalam rangka pemanfaatan laut bagi sebesar-besarnya kemakmuran bangsa, sekaligus untuk mengembangkan kembali budaya bahari bangsa, yang tujuan akhirnya tentulah penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.

Transcript of SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

Page 1: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang

berjudul “SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makala ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, November 2012

Page 2: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia seharusnya dapat menghargai dan mensyukuri suatu anugerah

yang sangat besar, yaitu hidup dalam suatu Negara Kepulauan yang merupakan wilayah

sepanjang 3.000 mil laut berupa hamparan laut luas dari Merauke sampai Sabang. Dengan

jumlah pulau lebih dari 17.500 meliputi wilayah laut yurisdiksi nasional lebih kurang 5,8

juta km2, Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia terletak pada

posisi yang sangat strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua samudera, serta

memiliki wilayah laut yang memiliki kekayaan laut yang besar, sekaligus sebagai urat nadi

perdagangan dunia. Posisi Indonesia yang sangat strategis tersebut memberikan

konsekuensi bagi bangsa Indonesia yaitu untuk menjalankan aturan sebagaimana yang

termaktub dalam United Nation Convention on the Law of the Sea 1982.

Indonesia telah meratifikasi UNCLOS 1982 dengan mengukuhkannya ke dalam

UU RI No 17 tahun 1985, sehingga telah resmi mempunyai hak dan kewajiban mengatur,

mengelola, dan memanfaatkan kekayaan laut nasional untuk sebesar-besarnya kepentingan

rakyat. Geografi Indonesia yang sangat bersifat kelautan, seharusnya membuat Bangsa

Indonesia terus mengembangkan tradisi, budaya dan kesadaran bahari serta menjadikan laut

sebagai tali kehidupannya. Namun, Indonesia juga wajib memperhatikan kepentingan dunia

internasional terutama dalam menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran internasional

dalam wilayah kedaulatan dan wilayah berdaulatnya. Kewajiban ini tersurat dalam pasal-

pasal UNCLOS 1982, serta tidak kalah pentingnya, merupakan salah satu tujuan nasional

seperti termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang antara lain berbunyi

“ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial” Dengan latar belakang demikian, cukup jelas terlihat bahwa

aspek alamiah geografi Indonesia (bentuk dan posisinya), kekayaan alamnya dan

demografinya sangat menentukan kebijakan pembangunan nasional Indonesia.

Page 3: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

I. 2 Maksud dan Tujuan

Makalah yang berjudul “Sejarah dan Masa Depan Kemaritiman Indonesia” dibuat

dengan maksud memenuhi tugas kuliah mata kuliah WSBM sebagai nilai mid semeter.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan/mengulas kembali tentang sejarah

kemaritiman Indonesia, memaparkan potensi-potensi yang dimiliki Indonesia di bidang

kemaritiman serta masa depan kemaritiman Negara Indonesia.

I. 3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas

permasalahan : 1) Sejarah kemaritiman Indonesia. 2) Potensi-potensi kemaritiman

Indonesia. 3) Masa depan kemaritiman Indonesia.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Catatan Penting Dalam Sejarah Maritim Indonesia

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang

sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim besar di

bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Wilayah laut Indonesia yang

merupakan dua pertiga wilayah Nusantara mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara

diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam

bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan

mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan (Hasyim,

2005).

Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan

Sriwijaya, Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan

penguasaan de facto daripada penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum.

Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak

dahulu merupakan masyarakat bahari. Akan tetapi, oleh penjajah kolonial, bangsa

Indonesia didesak ke darat, yang mengakibatkan menurunnya jiwa bahari. Nenek moyang

Page 4: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

bangsa Indonesia telah memahami dan menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana

untuk menjamin berbagai kepentingan antarbangsa, seperti perdagangan dan komunikasi.

Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-15 terdapat lima jaringan perdagangan

(commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan Teluk Bengal, yang meliputi pesisir

Koromandel di India Selatan, Sri Lanka, Burma (Myanmar), serta pesisir utara dan barat

Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan perdagangan yang

meliputi pesisir timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan Vietnam Selatan. Jaringan ini

juga dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan. Keempat, jaringan

perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao, dan

pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan Laut Jawa, yang meliputi

kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir barat Kalimantan, Jawa, dan bagian

selatan Sumatera. Jaringan perdagangan ini berada di bawah hegemoni Kerajaan Majapahit.

Selain itu, banyak bukti prasejarah di pulau Muna, Seram dan Arguni yang diperkirakan

merupakan hasil budaya manusia sekitar tahun 10.000 sebelum masehi! Bukti sejarah

tersebut berupa gua yang dipenuhi lukisan perahu layar. Ada pula peninggalan sejarah

sebelum masehi berupa bekas kerajaan Marina yang didirikan perantau dari Nusantara yang

ditemukan di wilayah Madagaskar. Tentu pengaruh dan kekuasaan tersebut dapat diperoleh

bangsa Indonesia waktu itu karena kemampuan membangun kapal dan armada yang layak

laut, bahkan mampu berlayar sampai lebih dari 4.000 mil. Selain Sriwijaya dan bahkan

sebelum Majapahit, Kerajaan Singosari juga memiliki armada laut yang kuat dan

mengadakan hubungan dagang secara intensif dengan wilayah sekitarnya. Kita mengetahui

strategi besar Majapahit mempersatukan wilayah Indonesia melalui Sumpah Amukti Palapa

dari Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit telah banyak mengilhami pengembangan

dan perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan Bangsa Indonesia sebagai manifestasi

sebuah bangsa bahari yang besar. Sayangnya, setelah mencapai kejayaan budaya bahari,

Indonesia terus mengalami kemunduran, terutama setelah masuknya VOC dan kekuasaan

kolonial Belanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 antara Belanda dengan

Raja Surakarta dan Yogyakarta mengakibatkan kedua raja tersebut harus menyerahkan

perdagangan hasil wilayahnya kepada Belanda. Sejak itu, terjadi penurunan semangat dan

jiwa bahari bangsa Indonesia, dan pergeseranilai budaya, dari budaya bahari ke budaya

Page 5: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

daratan. Namun demikian, budaya bahari Indonesia tidak boleh hilang karena alamiah

Indonesia sebagai negara kepulauan terus menginduksi, membentuk budaya bahari bangsa

Indonesia. Catatan penting sejarah maritim ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan

negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan aspek

budaya bahari bentukan secara alamiah oleh aspek-aspek alamiah Indonesia. Berkurangnya

budaya bahari lebih disebabkan berkurangnya perhatian Pemerintah terhadap pembangunan

maritim (Peter, 2007)

Menumbuhkan Kembali Kesadaran Bahari

Sesungguhnya, secara pemikiran dan konsepsi, Bangsa Indonesia sudah lama ingin

kembali ke laut. Pada tahun 1957, Bangsa Indonesia mendeklarasikan Wawasan Nusantara,

yang memandang bahwa wilayah laut di antara pulau-pulau Indonesia sebagai satu-

kesatuan wilayah nusantara, sehingga wilayah laut tersebut merupakan satu keutuhan

dengan wilayah darat, udara, dasar laut dan tanah yang ada di bawahnya serta seluruh

kekayaan yang terkandung di dalamnya sebagai kekayaan nasional yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Bung Karno saat pembukaan Lemhanas tahun 1965 mengatakan bahwa

"Geopolitical Destiny" dari Indonesia adalah maritim.

Melalui suatu perjuangan panjang dan bersejarah di forum internasional, pada tahun

1982, gagasan Negara Nusantara yang dipelopori Indonesia berhasil mendapat pengakuan

Internasional dalam kovensi PBB tentang hukum laut. Pada 18 Desember 1996 di

Makassar, Sulawesi Selatan, BJ Habibie sebagai Menristek membacakan pidato Presiden

RI yang dikenal dengan pembangunan “Benua Maritim Indonesia”. Selanjutnya pada tahun

1998 Presiden BJ Habibie mendeklarasikan visi pembangunan kelautan Indonesia dalam

“Deklarasi Bunaken”. Inti dari deklarasi tersebut adalah laut merupakan peluang, tantangan

dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia.

Sejak tahun 1999 Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan komitmennya terhadap

pembangunan kelautan. Komitmen pembangunan pemerintah di bidang kelautan,

diwujudkan dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut pada tanggal 26 Oktober

1999 dan menempatkan Sarwono Kusumaatmadja sebagai menteri pertama. Pada bulan

Desember nama departemen ini berubah menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan

Page 6: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

Perikanan, dan sejak awal tahun 2001 berubah lagi menjadi Departemen Kelautan dan

Perikanan (DKP) hingga sekarang. Demi menggemakan semangat pembangunan nasional

yang berdasarkan kelautan, Presiden KH Abdurrahman Wahid mencanangkan 13 Desember

sebagai Hari Nusantara dan memperingatinya untuk pertama kali di Istana Negara, Jakarta

tahun 1999. Visi pembangunan kelautan Gus Dur kemudian diteruskan oleh Presiden

Megawati Soekarnoputri, dengan menetapkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara

berdasarkan Keppres No. 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, dan menjadikan tanggal

tersebuSt sebagai hari resmi perayaan nasional. Kebijakan yang sangat penting di bidang

maritim yang dibuat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001 yaitu dalam

Seruan Sunda Kelapa menyatakan penerapan asas cabotage sebagai suatu keharusan.

Penerapan asas cabotage adalah kebijakan fundamental bagi pembangunan industri maritim

nasional. Dengan pencetusan kebijakan penerapan asas cabotage dengan Seruan Sunda

Kelapa tersebut, Pemerintah kemudian segera memulai penyusunan aturan pelaksanaannya.

Aturan pelaksanaannya berupa Inpres tentang Pengembangan Industri Pelayaran Nasional

yang akhirnya ditandatangani oleh oleh Presiden berikutnya yaitu Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono berupa Inpres No. 5 tahun 2005. Namun penerapan Inpres ini berjalan sangat

lamban, terutama karena dukungan Kementerian Keuangan dalam hal kebijakan keuangan

dan perpajakan untuk pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan kapal. Dalam tataran

strategik operasional, budaya bahari bangsa Indonesia masih memprihatinkan, apalagi bila

kita sependapat bahwa budaya adalah semua hasil olah pikir, sikap dan perilaku masyarakat

yang diyakini dan dikembangkan bersama untuk mengatasi permasalahan yang mereka

hadapi, mengembangkan kehidupan yang lebih layak, dan beradaptasi terhadap situasi

lingkungan hidup. Budaya bahari bangsa Indonesia belum tumbuh kembali, bukan saja di

tengah masyarakat, tetapi juga pada tataran pembuat kebijaksanaan sehingga Indonesia

belum mampu memanfaatkan kelautan sebagai sumber kesejahteraannnya. Kita perlu

mengembangkan kesadaran bahari Bangsa Indonesia, terutama dengan menerapkan

kebijakan pembangunan maritim nasional berdasarkan konsepsi yang jelas sesuai aspek-

aspek alamiah (Tri Gatra) Indonesia. Mengalir dari uraian di atas, tampak jelas bahwa

Indonesia membutuhkan segera adanya kebijakan pembangunan maritim nasional yang

dimulai dengan perumusan persepsi bangsa Indonesia dalam melihat pengaruh laut

Page 7: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan sistem pertahanan dan keamanan

nasional (Pramono, 2005).

Membangun Ekonomi Maritim

Dari sisi pembangunan ekonomi maritim, Indonesia juga masih menghadapi banyak

kendala. Sektor perhubungan laut yang dapat menjadi multiplier effect karena

perkembangannya akan diikuti oleh pembangunan dan pengembangan industri dan jasa

maritim lainnya masih dikuasai oleh kapal niaga asing. Azas cabotage seperti yang

diamanatkan oleh UU RI No: 17/2008 tentang Pelayaran masih perlu diperjuangkan agar

dapat diterapkan dengan baik. Kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya kapasitas

kapal nasional, sedangkan pembangunan kapal baru dihadang oleh tidak adanya keringanan

pajak dan sulitnya kredit serta tingginya bunga kredit untuk usaha di bidang maritim

mengingat usaha jenis ini memiliki tingkat resiko tinggi dan slow yielding. Untuk angkutan

domestik, armada nasional baru mampu mengangkut sekitar 60 persen. Peranan armada

nasional dalam angkutan laut internasional baik ekspor maupun impor menunjukkan

kenyataan yang lebih memprihatinkan, karena pemberlakuan prinsip Freight on Board

(FoB), bukan Cost and Freight (CnF). Dari ekspor dan impor nasional, armada Indonesia

hanya kebagian jatah sekitar 10 persen, mengakibatkan kerugian devisa sebesar 40 miliar

USD! Kita juga masih prihatin terhadap kondisi pelabuhan nasional yang belum tertata

secara konseptual tentang pelabuhan utama ekspor-impor dan pengumpan. Selain itu,

keamanan dan efisiensi pelabuhan Indonesia masih diragukan, terutama bila dihadapkan

pada pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety (ISPS) Code. Kecelakaan

laut yang menimpa angkutan antar pulau yang memakan korban jiwa yang besar masih

terus terjadi, mengingat kapal yang digunakan adalah kapal tua, tidak dilengkapi peralatan

keselamatan, bahkan tidak layak laut. Sisi lain dari laut yang memberikan peluang

kesejahteraan dan kemakmuran, sekaligus buah pertikaian pada masa depan adalah sumber

daya laut dan bawah laut. Indonesia memiliki Zona Ekonomi Eksklusif yang terbentang

seluas 2,7 juta km persegi dan keberhasilan untuk mengekploitasi wilayah ini dapat

membantu mengangkat Indonesia keluar dari keterbelakangan ekonomi. Namun disadari

bahwa Indonesia kekurangan kemampuan teknologi untuk memanfaatkan kekayaan bawah

lautnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya survey, research dan sumber daya manusia di

Page 8: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

bidang maritim. Indonesia bahkan masih mengalami kesulitan untuk memanfaatkan

wilayah lautnya yang kaya dengan sumber daya perikanan. Illegal, Unregulated and

Unreported fishing masih terjadi secara luas, karena Indonesia belum mampu memperkuat

armada perikanan nasional dan belum mampu mengawasi dan mengendalikan lautnya

secara optimal. Diperkirakan Indonesia membutuhkan sekitar 22.000 kapal ikan dengan

kapasitas masing-masing di atas 100 ton. Jumlah ini terlihat besar, namun sesungguhnya

merupakan estimasi minimal. Sebagai perbandingan, Thailand memiliki sekitar 30.000

kapal ikan yang resmi dan konon sekitar 20.000 yang tidak terdaftar. Di Taiwan, usaha

perikanan dapat memberikan penghidupan yang layak bagi tidak kurang dari 300.000

keluarga. Sedangkan di Indonesia, terdapat sekitar 8.090 desa pesisir di 300 kabupaten dan

kota di mana bermukim sekitar 16,42 juta warga yang bermata pencarian sebagai nelayan,

pembudi daya ikan, pengolah, pemasar dan pedagang hasil perikanan. Dari jumlah tersebut

32 persen masuk kategori miskin. Dari uraian pembangunan ekonomi maritim ini terlihat

jelas bahwa kekuatan armada pelayaran niaga dan perikanan adalah ujung tombak dan tolok

ukur keberhasilan pembangunan ekonomi atau industri maritim nasional. Asas cabotage

yang telah secara tegas diatur untuk diterapkan adalah kebijakan fundamental untuk

pembangunan industri maritim karena multiplier effect nya yang sangat luas. Intinya, untuk

membangun ekonomi atau industri maritim, pemerintah perlu segera menerapkan kebijakan

insentif kredit dan pajak untuk pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan kapal

sebagaimana diterapkan oleh pemerintah dari negara-negara lain yang menjadi saingan

armada pelayaran niaga kita. Inpres V/2005 dan UU RI No.17/2008 tentang Pelayaran telah

mengatur masalah ini. Apabila hal ini diberikan perhatian khusus dan sungguh-sungguh

oleh pemerintah, pembangunan industri maritim akan segera menggeliat secara nyata

(Peter, 2007).

Menjamin Kelestarian Lingkungan Laut

Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk menjaga kelestarian lingkungan

laut dan marine mega biodiversity nya. Indonesia memiliki lebih dari 80,000 km persegi

daerah terumbu karang atau sekitar 14 persen terumbu karang dunia. Bersama Phillipina

dan Papua New Guinea, wilayah Indonesia merupakan 35% wilayah terumbu karang dunia,

Page 9: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

menjadikan wilayah ini sebagai wilayah prioritas untuk memelihara kelestarian marine

biodiversity di Asia-Pasifik yang dikenal sebagai “Coral Triangle”. Terdapat hutan bakau

seluas 2,5 juta hektar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Hutan bakau antara lain berfungsi sebagai daerah pembiakan, pembesaran dan mencari

makan bagi ikan, udang dan organisme laut lain, serta melindungi pantai dari abrasi dan

erosi. Rumput laut juga tumbuh di banyak pantai di Indonesia. Dalam kenyataannya,

Indonesia mengalami degradasi lingkungan laut yang sangat serius, yang juga mengancam

kelangsungan kehidupan mega biodiversity di Asia-Pasifik. Dalam 50 tahun terakhir,

kerusakan terumbu karang meningkat dari sekitar 10% menjadi 50%. Hutan bakau di

Indonesia juga berkurang dengan cepat karena pembangunan fasilitas pantai dan tambak

liar. Tanpa upaya yang cepat dan serius maka seluruh terumbu karang Indonesia akan

lenyap dalam 20 sampai 40 tahun. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dengan

industri perikanan dan kelautan serta wisata bahari di Indonesia. Penyebab utama kerusakan

karang dan lingkungan laut adalah penangkapan ikan yang merusak, pengembangan

wilayah pantai yang tidak terkendali dan sedimentasi serta polusi. Cukup jelas bahwa

pembangunan kelautan harus dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable). Perusakan

dan pencemaran lingkungan laut dan pantai akan sangat merugikan usaha perikanan dan

pariwisata bahari yang memiliki potensi ekonomi yang sangat besar (Pramono, 2005).

Masa Depan Kemaritiman Indonesia

Pengakuan Internasional bahwa Indonesia merupakan Negara Kepulauan akhirnya

tercapai dalam UNCLOS 1982. UNCLOS 1982 memberikan kewenangan dan memperluas

wilayah laut Indonesia dengan segala ketatapan yang mengikutinya. Perluasan wilayah

Indonesia dalam UNCLOS 1982 tidak hanya wilayah laut teteapi juga wilayah udara.

Selain itu juga terjadi perluasan hak-hak berdaulat atas kekayaan alam di ZEE serta landas

kontinen serta Indonesia juga masih memiliki hak atas pengelolaan natural reseources di

laut bebas dan di dasar samudera. Kesemuanya ini menjadikan Indonesia sebagai negara

yang sangat kaya. Dekalarasi DJuanda 1957 yang menegaskan konsepsi Wawasan

Nusantara memberikan kita anugerah yang luar biasa baik itu laut, darat maupun udara.

Sementara UNCLOS 1982 menempatkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan

Page 10: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

potensi ekonomi maritim sangat besar. Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia,

Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah teritorial

sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta

km2. Selain itu, terdapat 17.840 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181

km (Pramono, 2005).

Dengan cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja laut Indonesia

mengandung keanekaragaman suberdaya alam laut yang potensial, baik hayati dan non-

hayati yang tentunya memberikan nilai yang luar biasa pada sumber daya alam seperti ikan,

terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah wisata

bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga

media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis. Letak geografis kita strategis, di

antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70 persen angkutan barang melalui

laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus

melalui perairan kita. Permasalahan yang muncul kemudian adalah sejauh mana bangsa ini

memanfaatkan peluang yang begitu fantastis itu. Pada zaman pemerintahan Ir. Soekarno

sebagai presiden selalu terkumandang semangat maritim, namun dalam implementasi

kebijakan pembangunan khusus dibidang laut sepertinya tidak serius, namun paling tidak

sudah ada upaya menggelorakana semangat maritim. Salah satu statement Ir. Sukarno pada

National Maritime Convention (NMC) 1963 adalah “Untuk membangun Indonesia menjadi

negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan national building

bagi negara Indonesia. Maka negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan. Untuk

menguasai lautan kita harus menguasai armada yang seimbang.” Kondisi hilangnya

orientasi pembangunan maritim bangsa Indonesia semakin jauh tatkala memasuki era Orde

Baru, kebijakan pembangunan nasional lebih diarahkan ke pembangunan berbasis daratan

(land based oriented development) yang dikenal dengan agraris, bahakan dengan bangga

indonesia didelaksikan sebagai negara agraris penghasil produk rempah-rempah dan

produksi pertanian yang spektakuler. Kebijakan Orde Baru ini sejalan dengan perlakuan

pemerintah kolonial Belanda saat menjajah bangsa Indonesia (Xuegang, 2002).

Pada era kolonial, orientasi dan semangat maritim bangsa Indonesia dibelokkan

dari orientasi maritime ke orientasi daratan untuk mengahasilkan komoditas perdagangan

Page 11: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

rempah-rempah yang merupakan primadona dan menguntungkan pihak penjajah. Menjadi

pertanyaan mendasar, mengapa era Orde Baru melakukan kesalahan fatal dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan nasional. Jawaban dari pertanyaan tersebut

sangat sulit terjawab hingga kini. Kekonyolan tersebut terus berlanjut tatkala memasuki era

Reformasi, dimana orientasi kebijakan pembangunan nasional semakin tidak jelas.

Beberapa elemen bangsa yang memahami betul potensi terbesar Indonesia sebagai Negara

Kepulauan terus berjuang untuk menggelorakan semangat untuk menjadikan Indonesia

sebagai Negara Maritim. Sebagai catatan, bahwa pengertian Negara Kepulauan dan Negara

Maritim sangatlah jauh berbeda. Negara Kepulauan adalan ciri sebuah negara yang secara

geografis terdiri atas banyak pulau yang terikan dalam suatu kesatuan negara. Sedangkan

Negara Maritim adalah sebuah negara yang menguasai semua kekuatan strategis di lautan

yang didukung oleh kekuatan maritim baik itu aramada peradagangan, armada perang,

Industri maritim serta kebijakan pembangunan negara yang berbasis maritim (Peter, 2007).

Jika mencermati istilah tentang Negara Maritim, maka saat ini Indonesia belum bisa

dikatagorikan sebagai Negara Maritim tapi masih sebatas Negara Kepulauan. Namun jika

ada kesepahaman dan ada komitmen para pemimpin bangsa ini untuk menjadikan

Indonesia sebagai Negara Maritim yang besar dan kuat serta disegani dunia Internasional,

peluangnya sangatlah besar. Modal dasar sebagai Negara Kepulauan dengan posisi strategis

serta kekayaan sumberdaya alam yang begitu melimpah memberikan peluang yang sangat

besar bagi Indonesia untuk merealisasikan “Kodrat Tuhan” untuk menjadikan Indonesia

sebagai bangsa yang besar dan paling strategis di dunia. Selain itu juga bisa lebih

dimaksimalkan pencapaian cita-cita bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan

makmur. Perjuangan menuju Negara Maritim memang tidak mudah, namun jika seluruh

bangsa ini memiliki kesamaan visi dan kebulatan tekad maka hal tersebut bukanlah hal

yang mustahil. Deklarasi Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982 memberikan peluang yang

besar bagi bangsa Indonesia untuk diimplementasikan secara serius melalui kebijakan-

kebijakan pembangunan nasional yang memprioritaskan orientasi yang berbasis maritim.

Melahirkan kebijakan pembangunan melaui  perundang-undangan, pembangunan

kekauatan armada pertahanan, armada perdagangan, industri dan jasa maritim yang

Page 12: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

ditunjang dengan penguasaan IPTEK merupakan upaya serius yang harus segera dilakukan

menuju Indonesia sebagai Negara maritim (Xuegang, 2002).

BAB III

ANALISIS PEMBAHASAN

Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak

dahulu merupakan masyarakat maritim. Dalam catatan sejarah, terekam bukti-bukti bahwa

nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu mengarungi

samudera luas sampai ke pesisir Madagaskar dan Afrika Selatan. Fakta prasejarah Cadas

Gua yang terdapat di pulau-pulau Muna Seram dan Arguni yang diperkirakan berasal dari

1000 tahun SM dipenuhi dengan lukisan perahu-perahu layar. Juga ditemukan beberapa

artefak suku Aborigin di Australia yang diperkirakan berasal dari 2500 tahun SM serupa

yang ditemukan di pulau Jawa. Kenyataan ini memberikan indikasi bahwa jauh sebelum

gelombang migrasi dari Indchina yang datang ke Indonesia, nenek moyang bangsa

Nusantara sudah berhubungan dengan suku Aborigin di Australia lewat laut.

Menatap jauh kebelakang sebelum masa kemerdekaan, Indonesia sudah dikenal di

dunia sebagai bangsa yang memiliki peradaban maritim maju. Sejarah mencatat bangsa

Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik menggunakan alat navigasi sederhana

dan berlayar dari utara ke barat memotong lautan Hindia hingga Managaskar, berlanjut ke

Timur hingga pulau Paska. Semakin ramainya pengankutan komuditas perdagangan

melalui laut mendorong muncunya kerajaan-kerajaan berbasis maritim di wilayah

Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang sangat disegani di kawasan Asia dan

dunia. Kilasan sejarah tersebut memberi gambaran kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu

mampu menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa lain. Fakta sejarah lain yang

menandakan bangsa Indonenesia terlahir sebagai “Bangsa Maritim” adalah denngan adanya

temuan situ situs prasejarah di beberapa belahan pulau. Ironisnya, dalam perjalanan

kehidupan bangsa, visi maritim Indonesia tenggelam. Akibatnya, budaya maritim Indonesia

memasuki masa suram. Kondisi ini berlanjut dengan minimnya keberpihakan resim orde

baru membangun kembali bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim.

Page 13: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

Untuk mengatasi semua tantangan di bidang kelautan ini maka tidak dapat tidak,

seluruh komponen bangsa harus segera membangkitkan maritime domain awareness, atau

kesadaran lingkungan maritim. Hal ini diperlukan, karena sepertinya kita tidak lagi

memiliki budaya bahari, sehingga perlu dibangun kembali melalui upaya penyadaran.

Lingkungan bahari yang dimaksud adalah semua area dan hal-hal yang berhubungan,

berkaitan, berdekatan atau berbatasan dengan laut, samudera atau semua perairan yang

dapat dilayari, termasuk semua kegiatan yang berhubungan dengan maritim, infrastruktur,

masyarakat, muatan kapal, armada, baik niaga, perikanan, maupun armada perang. Upaya

menyadarkan masyarakat terhadap arti penting lingkungan maritim haruslah sampai kepada

penyadaran yang efektif terhadap segala sesuatu yang menyangkut lingkungan maritim

merupakan hal yang vital bagi keamanan, keselamatan, ekonomi dan lingkungan hidup

bangsa Indonesia, serta menunjang upaya menegakkan harga diri bangsa. Menyadarkan

bahwa laut adalah aspek alamiah yang paling mempengaruhi kehidupan

poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang paling utama dan menarik perhatian.

Pemerintah harus menjadi ujung tombak, dan untuk itu pemerintah Indonesia perlu segera

menetapkan sebuah National Ocean Policy dalam rangka pemanfaatan laut bagi sebesar-

besarnya kemakmuran bangsa, sekaligus untuk mengembangkan kembali budaya bahari

bangsa, yang tujuan akhirnya tentulah penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan

harga diri bangsa.

III.2 SaranPemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan merumuskan dan

memasyarakatkan persepsi kelautan yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai

tali kehidupan dan masa depan bangsa. Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu

kesadaran akan arti penting dan strategis masalah maritim dalam pembangunan nasional.

Kebijakan nasional yang tertuang dalam konsideran Perpres No. 19 Tahun 1960 Tentang

Pembentukan Dewan Maritim yang berbunyi: Indonesia sebagai negara maritim memiliki

Page 14: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

nilai yang unik dan sangat penting sehingga segala sesuatu yang bersangkut-paut dengan

masalah maritim harus diberikan perhatian khusus dan sungguh-sungguh. Memperkuat

kembali kebijakan yang memberi perhatian khusus dan sungguh-sungguh terhadap masalah

maritim, merupakan keputusan yang tepat dan sangat relevan. Di samping hal tersebut di

atas, tidak kalah pentingnya memperkuat wawasan nusantara untuk mempercepat

terbentuknya keunggulan kompetitif Indonesia dalam persaingan internasional, dan

mempertahankan martabat bangsa.

Page 15: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim Djalal, “Combating Piracy: Cooperation Needs, Efforts, and Challenges”, Piracy

in South Asia, Status, Issues, and Responses, Edited by Derek Johnson and Mark Valencia,

ISEAS Publications, 2005

Peter Gwin. 2007. The Strait of Malacca Dark Passage. National Geographic. Canada

Zhang Xuegang. 2002. South Asia and Energy, Gateway to Stability. National Geographic.

China

Djoko Pramono. 2005. Budaya Bahari. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Nasru Alam Aziz. 2007. Kemaritiman Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Page 16: SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

SEJARAH DAN MASA DEPAN KEMARITIMAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012