Sistem Pertnian Masa Depan

89
SISTEM PERTNIAN MASA DEPAN I. PENDAHULUAN Populasi dunia telah melampaui 7 miliar dan ditetapkan untuk mencapai 9 miliar pada tahun 2050. Memenuhi kebutuhan pangan meningkat dari orang-orang ini dengan mengurangi sarana pasokan, aman, etis dan adil sekaligus memperbaiki lingkungan daripada menambah beban perubahan iklim adalah tantangan terbesar pertanian yang pernah dihadapi. Petani di seluruh dunia harus naik ke tantangan ini dengan mengadaptasi sistem pertanian mereka untuk memenuhi perubahan keadaan, mengambil teknologi mapan dan baru dan praktek yang diperlukan untuk memberikan campuran terbaik output dengan penggunaan minimal non-terbarukan input. Untuk melakukan hal ini, mereka akan membutuhkan informasi yang tepat pada waktu yang tepat dan dalam bentuk yang tepat untuk mendukung pengambilan keputusan mereka. Mendasari penelitian ilmiah ini dengan menyediakan teknologi yang diperlukan dan pemahaman dari beberapa proses yang terlibat. Namun, penelitian tersebut harus dikombinasikan dengan penelitian dari disiplin lain, ditempatkan dalam konteks yang lebih luas, ditunjukkan dalam praktek pertanian dan melibatkan para pengambil keputusan sendiri jika ingin membantu memastikan produksi pangan yang cukup dan berkelanjutan di masa depan. Perspektif sistem penelitian yang lebih luas sering diabaikan dalam penelitian pertanian dan karena itu fokus untuk FFSG. II. PERTANIAN MASA DEPAN Paradigma Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan: Skenario, Strategi, dan Implikasinya

Transcript of Sistem Pertnian Masa Depan

Page 1: Sistem Pertnian Masa Depan

SISTEM PERTNIAN MASA DEPAN

I. PENDAHULUAN

Populasi dunia telah melampaui 7 miliar dan ditetapkan untuk mencapai 9 miliar

pada tahun 2050. Memenuhi kebutuhan pangan meningkat dari orang-orang ini

dengan mengurangi sarana pasokan, aman, etis dan adil sekaligus memperbaiki

lingkungan daripada menambah beban perubahan iklim adalah tantangan

terbesar pertanian yang pernah dihadapi.

Petani di seluruh dunia harus naik ke tantangan ini dengan mengadaptasi sistem

pertanian mereka untuk memenuhi perubahan keadaan, mengambil teknologi

mapan dan baru dan praktek yang diperlukan untuk memberikan campuran

terbaik output dengan penggunaan minimal non-terbarukan input. Untuk

melakukan hal ini, mereka akan membutuhkan informasi yang tepat pada waktu

yang tepat dan dalam bentuk yang tepat untuk mendukung pengambilan

keputusan mereka.

Mendasari penelitian ilmiah ini dengan menyediakan teknologi yang diperlukan

dan pemahaman dari beberapa proses yang terlibat. Namun, penelitian tersebut

harus dikombinasikan dengan penelitian dari disiplin lain, ditempatkan dalam

konteks yang lebih luas, ditunjukkan dalam praktek pertanian dan melibatkan

para pengambil keputusan sendiri jika ingin membantu memastikan produksi

pangan yang cukup dan berkelanjutan di masa depan. Perspektif sistem

penelitian yang lebih luas sering diabaikan dalam penelitian pertanian dan karena

itu fokus untuk FFSG.

II. PERTANIAN MASA DEPAN

Paradigma Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan: Skenario, Strategi, danImplikasinya(Paradigm on The Development of Coming Indonesian Agriculture: Scenarios, Strategies and Its Implications)

ABSTRACT The development of agricultural system through a complementary technofarming and eco-farming (so

Page 2: Sistem Pertnian Masa Depan

called as eco-technofarming) approach is considered to be a plausible scenario to achieve agricultural developmentwhich pursuing the vision of a knowledge and resources-based sustainable agriculture. At macro-policy level, asexpected to be a prime mover to strongly competitive national economy at global level, such vision of agriculturaldevelopment challenges the coming government to re-organize high level state institutions which is instrumental tocreate a sound policy on food, agriculture and rural development that relate to transmigration program. Such steeringstate institution is suggested to be a Ministry or Department of Food, Agriculture and Rural Community Development(FAR-ComDev), instead of a committee like The Committee of Agriculture, Fishery, and Forestry Revitalization (KomiteRevitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) as under The United Indonesian Cabinet), in which subsectors ofcrop, livestock and fresh water fishery being re-organized in such a way that policy on agricultural development considersthe wholeness of terrestrial (including tidal swamp) ecosystem, especially at rural areas. At implementation level, thegovernment is suggested to promote the establishment of model cooperation between herself (as policy maker),research institution and university (as R and D contributor), entrepreneur or bank (as capital owner), and farmer (asagricultural practitioner). Key words: Techno-ecofarming, Ministry or Department of Food, Agriculture, and RuralCommunity Development, steeringABSTRAK Pembangunan sistem pertanian melalui pendekatan yang komplementer antara teknofarming danekofarming (disebut eko-teknofarming) dianggap sebagai skenario yang tepat untuk mencapai pembangunan pertanianbervisikan pertanian berkelanjutan yang berbasis ilmu pengetahuan dan sumber daya. Pada tingkat makro, denganharapan menjadi penggerak utama ekonomi nasional yang kompetitif di tingkat global, visi pembangunan pertanian itumenantang pemerintahan yang akan datang untuk mereorganisasi lembaga-lembaga tinggi negara yang penting bagipenciptaan kebijakan pembangunan pangan, pertanian, dan perdesaan yang handal yang berkaitan dengan programtransmigrasi. Lembaga negara yang berfungsi steering itu disarankan berupa Kementrian atau Departemen Pangan,Pertanian, dan Pembangunan Komunitas Perdesaan (PPP-Komdes), bukan sebuah komite seperti Komite Revitalisasi

Page 3: Sistem Pertnian Masa Depan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang kini ada dalam Kabinet Indonesia Bersatu, yang dengannya subsektortanaman, ternak, dan ikan air tawar direorganisasi sedemikian rupa sehingga kebijakan pembangunan pertanianmempertimbangkan kemenyeluruhan ekosistem daratan (termasuk lahan pasang surut), terutama di wilayah perdesaan.Pada tingkat implementasi, pemerintah disarankan untuk mendorong pembangunan model kemitraan antara pemerintah(sebagai pengambil kebijakan), lembaga penelitian dan universitas (sebagai kontributor litbang), wiraswastawan ataubank (sebagai pemilik modal), dan petani (sebagai praktisi pertanian). Kata-kata kunci: Tekno-ekofarming, Kementrianatau Departemen Pangan, Pertanian, dan Pengembangan Komunitas Perdesaan, steering

PENDAHULUAN

Dalamartikel yang lain (”Paradigma Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan: Visi dan Misi”), penulistelah mengusulkan visi pembangunan pertanian berupa sistem pertanian berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan dansumber daya sebagai penggerak utama ekonomi nasional yang berdaya saing tinggi dalam tataran ekonomi global.

Misipembangunan pertanian tersebut adalah sebagai berikut: mencukupi kebutuhan pangan dan gizi dalam negeri,memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya masyarakat pertanian, memberikan kontribusi yang tinggi bagipertumbuhan ekonomi nasional, dan menunjukkan peran yang nyata dalam perbaikan kualitas lingkungan.

Dengan visidan misi tersebut, paradigma pembangunan pertanian Indonesia masa depan adalah pembangunan pertanianberkelanjutan yang berbudaya industri, berdaya saing global, dan berpendekatan ekosistem. Tulisan ini bermaksudmenguraikan bagaimana visi dan misi pembangunan pertanian masa depan tersebut dapat dicapai denganmenggunakan ‘pendekatan logika intuitif untuk skenario' (an intuitive logics approach to scenarios).

Denganpendekatan ini, setelah keputusan strategis berupa penetapan visi dan misi pembangunan pertanian berikut paradigma

Page 4: Sistem Pertnian Masa Depan

barunya ditetapkan, faktor-faktor keputusan kunci (key decision factors) dan faktor lingkungan strategisnya yang berupakekuatan luar atau pengendali (environmental forces atau external forces/drivers) dicermati. Kemudian, logika skenariodan skenario pencapaian visi dan misi pembangunan pertanian dengan paradigma baru tersebut dirumuskan.Selanjutnya, berbagai strategi yang sesuai dengan rumusan skenario itu ditetapkan. Akhirmya, implikasi-implikasi yangmungkin timbul difikirkan akibat adanya berbagai strategi yang digunakan. Pencermatan Lingkungan StrategisBerdasarkan pendekatan di atas, faktor-faktor kebijakan kunci yang perlu dicermati mencakup lingkungan Indonesiayang beriklim tropik, lahan pengembangan yang masih luas, sumber daya manusia yang banyak, IPTEK yang terusdikembangkan, serta kebutuhan pangan nasional yang besar. Di antara faktor-faktor kunci ini, perlu dibedakan faktorfaktoryang tergolong mengandung ketidakpastian (uncertainties) dan faktor-faktor yang dapat ditentukan(predetermineds). Iklim yang sulit diperkirakan, kondisi politik dan ekonomi nasional yang masih kurang menguntungkan,dan permintaan akan produk pertanian yang dapat berubah dan penuh persaingan tergolong ke dalam faktor-faktor yangsarat dengan ketidakpastian. Faktor-faktor yang dapat ditentukan mencakup kualitas dan kuantitas sumber dayamanusia dan alam, taraf kemajuan IPTEK dan sistem informasi yang dimiliki, budaya makan konsumen, danproduktivitas tanaman pertanian. Pencermatan lingkungan strategis yang menempatkan issues perdagangan global,lingkungan, kemajuan IPTEK, sistem informasi, kebutuhan pangan dunia, dan otonomi daerah sebagai faktor-faktorpengendali memberikan gambaran tentang besaran peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi pembangunanpertanian yang berwawasan agribisnis, sebagaimana yang tercermin dari paradigmanya. Selanjutnya, denganmempertimbangkan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki secara internal oleh subsektor ini,kebijakan dan program pembangunannya diimplementasikan dengan mempertimbangkan berbagai skenario danlogikanya untuk mencapai visi pembangunan pertanian yang diusulkan tersebut. Hasil keempat komponen analisisSWOT untuk mengembangkan pertanian dari sudut pandang agribisnis adalah sebagai berikut. Peluang Peluangyang kita miliki untuk membangun pertanian dengan paradigma baru adalah sebagai berikut: (a) munculnya kawasanAsia Pasifik sebagai kekuatan ekonomi baru yang potensial bagi pemasaran produk

Page 5: Sistem Pertnian Masa Depan

pertanian Indonesia; (b) adanyapenurunan peranan beberapa negara produsen pertanian pesaing Indonesia yang berarti meningkatkan kapasitaskompetitif Indonesia; (c) adanya kemungkinan penurunan proteksi baik yang dilakukan oleh negara-negara majumaupun oleh negara-negara berkembang sehingga akan memperluas pasar ekspor komoditi pertanian Indonesia; (d)masih adanya kesempatan untuk meningkatkan produksi melalui pemanfaatan IPTEK, perluasan areal tanam, danpeningkatan indeks pertanaman; (e) tersedianya plasma nutfah untuk sumber perbaikan varietas, baik untuk lahan suburmaupun lahan marginal; (f) iklim Indonesia yang tropis memberikan kesempatan untuk mengusahakan berbagaitanaman sepanjang tahun; (f) ekosistem yang beragam antardaerah dengan keunggulan komoditi setempatnya dapatmenghasilkan berbagai produk untuk perdagangan antardaerah; (g) penekanan kehilangan hasil dan peningkatanmutunya melalui perbaikan teknologi pascapanen dan pendekatan pemuliaan tanaman; (h) adanya kemauan politikpemerintah untuk memperbaiki kinerja pertanian; (i) penggunaan produk pertanian yang semakin beragam, yakni untukpangan manusia dan bahan baku industri dan pakan ternak. Ancaman Tergolong sebagai ancaman bagipengembangan pertanian, khususnya agribisnis, adalah sebagai berikut: (a) persaingan yang semakin meningkat karenajumlah produsen yang semakin meningkat; (b) harga produk pertanian yang relatif stabil dan tidak terlalu tinggi akibatbanyaknya produsen; (c) pengurangan permintaan produk akibat perubahan pola konsumsi; (d) tuntutan penggunaanteknologi yang bergeser dari pihak produsen ke pihak konsumen, misalnya konsumen menginginkan produk pertaniandengan spesifikasi tertentu (buah yang asam, berwarna jingga, bulat, dan sebagainya); (e) peningkatan kesadarankonsumen akan lingkungan dan kesehatan sehingga menimbulkan tuntutan produk pertanian (pangan) yang bebas atautidak tercemari pestisida; (f) timbulnya hambatan teknis terselubung yang berupa kecenderungan negara majupengimpor pangan menggunakan perjanjian Technical Barrier to Trade (TBT) dan Agreement on Sanitary andPhytosanitary Measures (SPS) dalam perdagangan (disguised restriction to trade) dan eco-labelling bagi ekspor produkpertanian Indonesia; (g) informasi pasar yang cepat menjadi kendala bagi pengusaha untuk mengantisipasinya dengancara yang memadai; (h) iklim yang relatif sulit diramalkan sehingga menyebabkan

Page 6: Sistem Pertnian Masa Depan

ketidakpastian produksi pertanian; (i)keterbatasan lahan pada masa-masa yang akan datang ditinjau dari segi luasan dan kesesuaiannya untuk produksipertanian; (j) kecenderungan upah pertanian yang semakin meningkat akibat produk manufaktur yang mahal; (k)penghapusan subsidi yang dapat meningkatkan biaya produksi akibat meningkatnya harga sarana produksi. KekuatanKekuatan Indonesia sehubungan dengan pembangunan pertaniannya adalah seperti di bawah ini: (a) kegiatanpertanian dapat meningkatkan pendapatan petani dan menyerap tenaga kerja; (b) ekspor produk pertanian dapatmeningkatkan perolehan devisa negara; (c) lapangan kerja baru dapat ditimbulkan oleh kegiatan agroindustri; (d)agroekologi Indonesia lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan negara lain sebagai pemasok produk pertanian;(e) lahan pertanian tersedia dan dapat dikembangkan untuk pertanian dalam jumlah yang luas; (f) penduduk Indonesiaberjumlah banyak sehingga tenaga kerja untuk agribisnis pun akan cukup tersedia selain sebagai pangsa pasar produkpertanian/agroindustri; (g) sektor pertanian terbukti lebih tangguh jika dibandingkan dengan sektor lainnya dalam situasikrisis ekonomi. Kelemahan Pembentukan WTO menuntut setiap negara anggotanya untuk membuka pasarnya bagiproduk negara-negara lainnya. Akibatnya, dalam era perdagangan global akan terjadi persaingan yang ketatantarprodusen, termasuk penghasil komoditi pertanian. Dalam era perdagangan global tersebut Indonesia memilikikelemahan sebagai berikut: (a) daya saing ekonomi yang rendah; (b) adanya kesenjangan mutu produk nasionalterhadap standar mutu internasional; (c) tidak adanya standar mutu bagi pangan impor; (d) adanya kesenjangan StandarNasional Indonesia (SNI) dengan standar mutu internasional; (e) kurangnya bahan baku (sarana produksi) yang cukupdan kontinyu; (f) lemahnya pemanfaatan teknologi yang tersedia; (g) kurangnya tenaga profesional. Indonesia denganpeluang dan kekuatan yang dimilikinya diharapkan dapat mengatasi ancaman dan kelemahan yang menghantuinyauntuk membangun pertanian. Optimisme ini cukup beralasan mengingat adanya faktor-faktor pendorong sebagaimanayang telah dikemukakan.Logika Skenario dan Skenario Pencapaian Visi Pembangunan Pertanian Dengan mempertimbangkankecenderungan perkembangan dalam pertanian tropika yang mengarah pada dua sistem pertanian yang tidak

Page 7: Sistem Pertnian Masa Depan

berkelanjutan, yakni yang bermasukan eksternal tinggi (HEIA, high-external-input agriculture) atau, sebaliknya, yangbermasukan eksternal rendah (LEIA, low-external-input agriculture), visi pembangunan pertanian Indonesia masa depandapat dicapai dengan melaksanakan empat alternatif skenario sebagai berikut: ecofarming, eco-ecofarming,hitechfarming, dan ecofarming bersama technofarming (selanjutnya disebut eco-technofarming, yakni ecologically soundtechnofarming).Di antara keempat skenario itu, eco-technofarming dianggap sebagai skenario yang tepat dan bijaksana,yang logika skenarionya adalah sebagai berikut: "sistem pertanian berkelanjutan dengan pendekatan eco-technofarmingyang efisien dan saling melengkapi akan menjadi sektor yang andal bagi kecukupan pangan dan gizi serta perbaikankualitas hidup masyarakat, selain berkontribusi bagi perolehan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian yang tinggisehingga berperan bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan perbaikan kualitas lingkungan". Karakteristik dari keempatalternatif skenario tersebut dibedakan menurut taraf masukan teknologi versus keamanan lingkungan dan orientasiagribisnis yang ingin dicapainya, yakni sebagai berikut. Skenario-1: Ecofarming sebagai Skenario yang PesimistikSkenario-1 mengusahakan pertanian multikomoditi (tanaman dan hewan) yang saling komplementer dan sinergik, dankarenanya menghasilkan multiproduk, serta dapat dipasarkan meskipun hanya di dalam negeri. Dengan pendekatanecofarming, pelaku agribisnis diharapkan dapat mempertahankan keamanan pangan dan gizinya. Kebutuhan bidanglainnya dapat dipenuhi pula dalam taraf yang minimal. Untuk mengatasi situasi rawan pangan dalam krisis ekonomi yangterjadi saat ini, skenario ini merupakan pilihan terjelek yang memberikan harapan, oleh karena itu, disebut sebagaiskenario yang pesimistik. Lebih-lebih harga produk pertanian tertentu acap kali tinggi, padahal, tidak ada pengeluaranusaha tani untuk pembelian agrokimia. Skenario ini dapat diambil dalam keadaan yang tidak mungkin melaksanakantechno-farming karena, misalnya, tidak adanya masukan eksternal dan teknologi pertanian konvensional lainnya. Sistemini memerlukan waktu yang lama untuk mencapai ekosistem yang stabil sehingga lama pula mencapai keuntungan yangstabil. Pendekatan ecofarming lebih mengutamakan standar keamanan lingkungan, tetapi tidak meremehkan standarmutu produk. Pemilihan skenario ini menghadapi resiko pengadaan bahan pangan yang lambat dan jumlahnya yang

Page 8: Sistem Pertnian Masa Depan

kurang pada waktu yang relatif singkat. Pendekatan ini kurang baik untuk jangka pendek, tetapi cukup baik dalam jangkapanjang. Namun, dengan pendekatan skala agribisnis yang lebih luas, lebih-lebih jika produk organiknya dapat diekspor,jika skenario ini akan berlaku, akan diperoleh hasil dan keuntungan yang banyak untuk memenuhi keperluan pangan,gizi, dan ekonomi konsumen/penduduk. Skenario-2: Eco-ecofarming (Economically Viable Ecofarming) sebagaiSkenario yang Utopis Skenario-2 mengusahakan pertanian multi-komoditi sebagaimana dalam Skenario-1, tetapidengan pemilihan komoditi yang unggul di pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Pemilihan skenario ini bersifatutopis karena varietas tanaman penghasil tinggi umumnya memerlukan masukan eksternal yang tinggi pula. Pendekatanini tampaknya tidak mungkin dalam jangka pendek, bahkan memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan varietastanaman dan spesies hewan unggulan yang akan dibudidayakan. Skenario-3: Hitechfarming sebagai Skenario yangOptimistik Pendekatan hitechfarming dalam Skenario-3 akan menghasilkan produk dalam kuantitas, kualitas, dankontinuitas yang diinginkan konsumen meskipun harganya harus mahal, dan dengan dampak teknologi bagi kerusakanlingkungan sangat minimal. Bagi pengusaha, skenario ini akan mendatangkan stabilitas keuntungan dengan daurproduksi yang cepat serta sangat efisien. Pendekatan ini memungkinkan pengungkapan potensi hasil komoditi yangmaksimal dengan pendekatan bioteknologi, demikian juga dengan keamanan lingkungan, sehingga disebut skenariooptimistik. Skenario-4: Eco-technofarming (Ecologically Sound-Technofarming) sebagai Skenario yang BijaksanaTechnofarming mengusahakan komoditi yang mengutamakan monokultur dengan teknologi konvensional (produkrevolusi hijau) yang jika memungkinkan juga didukung oleh bioteknologi. Usaha tani ini menjamin produktivitas yangtinggi dalam waktu relatif singkat, tetapi padat modal. Kelemahannya berupa kerusakan lingkungan yang sulit dihindariakibat penggunaan agrokimia yang tinggi. Sistem pertanian yang secara ekonomis efisien ini, secara ekologis tidakberkelanjutan akibat daur ulang sumber daya terbatas atau tidak ada sama sekali. Technofarming dipandang rawandalam jangka panjang. Oleh karena itu, pemanfaatannya dalam Skenario-4 perlu diimbangi dengan aplikasi teknologiyang ramah lingkungan, antara lain, dengan mendaur ulang limbahnya untuk dijadikan masukan usaha tani kembali.

Page 9: Sistem Pertnian Masa Depan

Dalam skenario eco-technofarming ini, di tingkat usaha tani individual (farm level) sistem pertanian monokultur bisa jadiberpendekatan technofarming. Namun, dalam tingkat wilayah (region level), usaha tani-usaha tani monokultur tersebutharus berada dalam satu pengelolaan yang memungkinkan adanya pendaurulangan produk sampingnya berupa limbahantarusaha tani. Jadi, dalam skenario ini, pengelolaan secara terpadu atas berbagai sistem usaha tani konvensionaldapat memperbaiki tingkat keramahan usaha tani itu secara keseluruhan terhadap lingkungan, tetapi denganproduktivitas yang tinggi akibat pendekatan techno-farming oleh unit-unit usaha taninya masing-masing. Skenario-4juga merujuk pada sistem pertanian ramah lingkungan (ecofarming) yang meskipun memanfaatkan masukan eksternal,penggunaannya berlangsung dalam jumlah yang aman, seperti yang terjadi dalam sistem LEISA. Jadi, skenario ecotechnofarmingmelaksanakan pendekatan techno-farming dan eco-farming secara simultan, yang akan mendatangkanmanfaat berupa keuntungan finansial yang tinggi, kondisi sosial yang berterima, dan keamanan lingkungan yang relatifterkendali. Eco-technofarming diharapkan akan melahirkan berbagai model agroekosistem yang cukup ramahlingkungan. Skenario ke-4 ini merupakan pendekatan yang memberikan jaminan bagi penyediaan pangan dalam negeri,selain dapat menghasilkan devisa yang kontribusinya nyata bagi ketangguhan ekonomi nasional. Skenario ini jugasangat memperhatikan standar mutu sehingga merupakan skenario bijaksana yang diusulkan untuk mencapai visi danmisi pertanian masa depan. Strategi DAN IMPLEMENTASI Pembangunan Pertanian Masa Depan Berdasarkanskenario yang bijaksana berupa aplikasi eco-technofarming, strategi pembangunan pertanian masa depan dirumuskansecara makro dan mikro. Implikasi dari kedua strategi itu selanjutnya harus ditindaklanjuti pula. Strategi PembangunanPertanian Masa Depan Secara makro strategi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) penetapan kembaliparadigma pembangunan ekonomi menjadi berbasis sumber daya domestik, (2) pengendalian sistem moneter, (3)regulasi di bidang investasi dan pemberian intensif bagi produsen, (4) intervensi dalam pengintegrasian sektor pertaniandengan perekonomian global, (5) penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi kegiatan agribisnis, termasuk peningkatankeberpihakan lembaga keuangan kepada petani; (6) restrukturisasi Departemen Pertanian dengan "mengumpulkan"

Page 10: Sistem Pertnian Masa Depan

kembali subsektor perikanan darat bersama dengan subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman hortikultura,subsektor tanaman perkebunan, dan subsektor peternakan disertai dengan perhatian pada SDM petaninya, (7)peninjauan dan penetapan kembali tata ruang peruntukan lahan untuk pertanian dalam arti luas, (8) restrukturisasikelembagaan dan manajemen penelitian dan pengembangan sektor pertanian, (9) penerapan standar mutu produkpertanian dan standar keamanan lingkungan, dan (10) penerapan otonomi daerah yang mendorong pada pemeliharaanatau perbaikan sumber daya alam.. Diduga bahwa agribisnis yang akan mampu bersaing pada masa yang akandatang adalah yang memiliki kriteria berikut: (1) melaksanakan prinsip efisiensi dan produktivitas tinggi, (2) menghasilkannilai tambah yang tinggi per satuan luas, (3) menggunakan teknologi yang sesuai dan ramah terhadap lingkungan, dan(4) mempunyai jaringan kelembagaan yang professional tanpa KKN. Oleh karena itu, secara mikro strategi implementasipembangunan pertanian masa depan adalah sebagai berikut: (1) mengembangkan agribisnis berskala komersial yangmemanfaatkan potensi lahan dengan sebesar-besarnya, (2) meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, (3)meningkatkan mutu dan kontinuitas produk pertanian, (4) meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran produkpertanian, (5) meningkatkan keterkaitan produksi pertanian dengan kegiatan agroindustrinya, dan (6) meningkatkankemampuan bersaing perusahaan agribisnis dalam memasarkan produknya melalui penguasaan informasi pasar,pengembangan produk unggulan, perluasan negara tujuan ekspor produk, dan peningkatan mutu produk danlingkungannya. Implikasi Strategi Pembangunan Pertanian Masa Depan Implikasi dari strategi pendekatan makroadalah perlunya tindakan-tindakan yang sesuai dengan paradigma baru pembangunan pertanian, yaitu (1) reformasiadministrasi publik; (2) peninjauan kembali berbagai peraturan dan perundangan yang tidak sesuai di semua jenjang danmenggantinya dengan berbagai produk hukum baru yang lebih memadai; (3) peninjauan kembali tata ruang secarakeseluruhan yang ditindaklanjuti dengan penetapan dan pengendalian tata ruang baru bagi yang tidak sesuai; (4)penetapan kebijakan pangan strategis sehubungan pencapaian ketahanan pangan nasional berbasis individu; (5)pembangunan kurikulum pendidikan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan teknologi pertanian yang diinginkan; (6)

Page 11: Sistem Pertnian Masa Depan

pengintegrasian litbang pendidikan tinggi dan lembaga lainnya (departemen dan nondepartemen) dengan sektoragribisnis praktis yang didukung oleh kebijakan yang memadai dari pemerintah; (7) penjaminan akses petani kepadasumber pembiayaan usaha tani baik kepada lembaga perbankan maupun melalui kerja sama dengan pengusahaswasta. Implikasi dari strategi pendekatan mikro adalah perlunya tindakan-tindakan sebagai berikut: (1)penginventarisasian kembali kualifikasi sumber daya alam dan manusia serta taraf penguasaan teknologi pertanian danagroindustri; (2) peningkatan peran penelitian dan pengembangan di sektor pertanian dalam arti luas; (3) pengadaansarana dan prasarana produksi pertanian yang cukup dan serasi dengan kebutuhan; (4) pembangunan danpengendalian berbagai model agroekosistem (terpadu) yang berkelanjutan; (5) pengkoordinasian berbagai lembagayang terkait dalam sistem produksi pertanian; (6) pengembangan sistem informasi pertanian dalam arti luas; (7)pemasyarakatan diversifikasi pangan dalam rangka memantapkan ketahanan pangan yang berbasis individu.SIMPULAN Pembangunan sistem pertanian berpendekatan eco-technofarming yang dilaksanakan secarakomplementer dan sinergis (antara ecofarming dan technofarming) dinilai sebagai skenario bijaksana untuk mencapaivisi pembangunan pertanian berupa sistem pertanian berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan dan sumber dayasebagai penggerak utama ekonomi nasional yang berdaya saing tinggi dalam tataran ekonomi global. Dengan visipembangunan pertanian itu, pemerintah dituntut untuk menetapkan paradigma pembangunan ekonomi yang berbasispada kekuatan sendiri, yakni sumber daya manusia dan alam domestik. Dalam rangka kelanjutan reformasi pertanian,diperlukan reorganisasi lembaga tinggi negara untuk menghasilkan kebijakan pangan, pertanian, dan pembangunanmanusia perdesaan yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Lembaga tinggi negara yang melaksanakan fungsisteering ini disarankan berbentuk kementrian atau departemen dengan sebutan Kementrian atau Departemen Pangan,Pertanian, dan Pengembangan Komunitas Perdesaan (PPP-Komdes), bukan sebuah komite seperti Komite RevitalisasiPertanian, Perikanan, dan Kehutanan seperti yang kini ada. Dalam departemen yang diusulkan itu subsektor tanaman,peternakan, dan perikanan darat digabungkan kembali agar kebijakan pembangunan pertanian selalu

Page 12: Sistem Pertnian Masa Depan

mempertimbangkan keutuhan ekosistem darat, termasuk ekosistem lahan pasang-surut, terutama di wilayah perdesaan.Pembangunan pertanian masa depan sebagai subsistem agribisnis hendaknya didukung oleh subsistem masukan danberbagai lembaga yang terkait di stratum hulunya, sedangkan di stratum hilirnya ditopang oleh subsistem perdaganganhasil, agroindustri, dan perdagangan produk agroindustri. Oleh karena itu, diperlukan adanya berbagai model pembinaanagribisnis swasta berbasis penelitian dan pengembangan yang didukung oleh pemerintah, misalnya, dalam bentukkemitraan antara pemerintah (sebagai pemberi dukungan kebijakan), lembaga penelitian dan universitas (sebagaisumber daya penelitian dan pengembangan), dan pengusaha atau perbankan (sebagai pemodal) yang melibatkanpetani (sebagai pelaksana di tingkat operasional usaha taninya).DAFTAR PUSTAKA Alif, S. 1990. Tantangan pembangunan pertanian dalam menghadapi globalisasi. Pangan 6 (Vol.II): 42 - 48. Badan Agribisnis, Departemen Pertanian. 1998. Rencana Strategis (Program dan Kegiatan Badan AgribisnisTA 1999/2000 - 2001/2002). Jakarta. Departemen Pertanian. 2000. Kebijakan dan Program Utama PembangunanPertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian. 1999. KebijaksanaanPembangunan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura. Fahey, L. and R. M. Randall. 1998. Learning from TheFuture Competitive Foresight Scenarios. John Wiley & Sons, Inc. New York. Hartono, C.F.G.S. 1994. Aspek globalisasiperdagangan internasional dan regional yang berkaitan dan berpengaruh pada masalah pangan dan pertanian diIndonesia. Pangan 20 (Vol. V): 41 - 49. Imamura, N. 1999. Agricultural policy reform, new legislation to change the faceof Japanese farming. Look Japan 521 (Vol. 45): 4-9. Menteri Pertanian RI. 2000. Memposisikan Pertanian sebagaiPoros Penggerak Perekonomian Nasional: Penajaman Kebijakan dan Program Pembangunan 2000-2004. DepartemenPertanian. Jakarta. Mugnisjah, W.Q. 1999. Paradigma baru pembangunan pertanian Indonesia. Naskah bahan diskusidi Kantor Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. Jakarta. Mugnisjah, W.Q. dan Sudradjat. 2000. Penilaian kritisterhadap kebijakan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura. Makalah dalam Diskusi Pakar Arah PembangunanPangan dan Hortikultura. Bandung. 8 Maret 2000. Mugnisjah, W.Q., Suwarto, dan A.S. Solihin. 2000. AgribisnisTerpadu Bersistem LEISA di Lahan Basah: Model Hipotetik. Bul. Agron. XXVII (2):

Page 13: Sistem Pertnian Masa Depan

49-61. Prakosa, M. (MenteriPertanian RI). 1999. Kebijakan pembangunan pertanian sebagai poros penggerak pembangunan nasional pada eratransparansi global. Makalah pada “Simposium Nasional Inovasi Pertanian dan Pameran Aneka Produk Unggulan1999”. Surabaya, 24 November 1999. Ringland, G. 1998. Scenario Planning Managing for The Future. JohnWiley & Sons. Chichester. Saefuddin, A.M. 1998. Pembangunan pangan dan pertanian. Seminar dan LokakaryaNasional Perguruan Tinggi Pertanian Menjawab Tantangan Krisis Pangan Nasional. Bogor, 13-14 Juli 1998. Saragih, B.1996. Pertanian Abad 21 : Agribisnis, cara baru melihat pertanian. Pangan 27 (Vol. VII): 8 - 16. Soekartawi. 1996.Strategi ganda dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Pangan 27 (Vol. VII): 50 - 58. The World Bank. 1998.Indonesia in Crisis, A Macroeconomic Update. Washington, D.C.Van der Heijden, K. 1996. Scenarios, The Art of Strategic Conversation. John Wiley & Sons. Chichester.http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara MugnisPjaohw, eMre.Adg bry. :M: :a :m: ©b ocopyleft 2006 ::: Generated: 24 May, 2011, 16:16aaa

pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata “berkelanjutan” sekarang ini digunakkan secara meluas dalam lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan sebagai ”menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”,  ”kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.Upaya manusia yang mengingkari kaidah-kaidah ekonomi dalam jangka panjang biasanya hanya akan berakhir dengan kehancuran lingkungan, sekitar pertngahan tahun tujupuluhan duni diguncng dua krisis yaitu krisis energi dan krisis lingkunganm saat itu permintaan pasokan akan minyak bumi tinggi isedangkan pasokan cadangan minyak bumi terbatas, dan produksi rata-rata dilkukkan di negra timur tengah, sehingga mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi, bagi negara-negara industri dan devisa bagi pemproduksi minyak.Pada saat yang sama dunia dilanda krisis lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran berat, terutama hasil pembakaran petroleum dari kendaraan bermotor, mesin-mesin industri berat, dan sebgainya. Selain itu didunia pertanian terdapat booming pupuk kimia, obat-obatan pemberantas hama dan penyakit serta mesin-mesin pertanian berbahan bakar solar. Ternyata masuknya energi dari luar ekosistem memberikan dampak buruk baik anasir-anasir lingkungan dan membahayakan atau mengancam manusia.

1. B. PembahasanDi negara-negar barat, setelah revolusi industri, industri pertanian memnag didominasi oleh teknologi modern, dengan menggunakkan pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya.

Page 14: Sistem Pertnian Masa Depan

Dimana dahulu arus pemikiran utamanya adalah bahwa dengan penggunaan alat modern maka akan meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan sehingga bisa meningkatkan keuntungan agribisnis yang cukup besar, seingga melupakan dampak eksternalitas negatif yang dtimbukannya. Sektor ini dipascu untuk menghasilkan bahan baku bagi agroindustri dan lahan kebutuhan pangan.Namun demikian terdapat kesadaran baru pada tahunn1920-an untuk mempertimbangkan aspek biologis dan ekologis dalam pengelolaan industri-indistri pertanian. Amerika serikat memulai di tahun 1930-an dengan memunculkan konsep eco agriculture (pertanian lingkungan) sebagai solusi atas kemuduran produktivitas lahan dan bencana erosi. Pada tahun 1940an, mulai terdapat  kesinambungan anatara teknologi kimia dan bilogi, melalui konsep pengendalian hayati hama dan penyakit (biological control for pest and diseases)Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an., dimana pada tahun yang sama terjadi krisis energi. Semua negara berlomba-lomba memacu produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri. Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program intensiifikasi usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan mendorong pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk kimia dan obat-obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat itumemang secara jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida.Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campurtangan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah pertanian berkelanjutan dengan agro ekosistem yang berupaya memadukan antara produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah jawaban kegamangan dampak green revolution anatara lain di tenggarai oleh semakin merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off).Kegagalan pertanian modern memaksa pakar pertanian dan lingkungan berpikir keras dan mencobamerumuskan kembali sistem pertanian ramah lingkungan atau back to nature. Jadi sebenarnay sistem pertaninan berkelanjutan merupakan paradigma lama yang mulai diaktualisasikan kembali menjelang masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan fenomena keteraturan siklus alamiah sesuai dengan pergantian abad.Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi (information technology) yang disertai pesatnya penggunaan teknologi super canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan internet, telepon seluler, dan lain sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada dalam masa transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya industri. Teknologi yang diadopsi oleh masyarakat manusia turut menentukkan semangat, corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan budaya.Ada dua peristiwa penting yang melahirkan paradigma baru sistem pertanian berkelanjutan, peristiwa pertama adalah laporan Brundland dari komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987, yang mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan berkelanjutan. Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de

Page 15: Sistem Pertnian Masa Depan

Jeneri Brazil pada tahun 1992, yang memuat pembahasan agenda 21 dengan mempromosikan Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang membawa pesan moral pada dunia bahwa ”without better enviromental stewardship, development will be undermined” berbagai agenda penting termasuk pembahasan bidang yang termasuk dalam pembahasan bidang pertanian dalam konferensi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Menjaga kontinuitas produksi  dan keuntungan usaha dibidang pertanian dalam arti yangluas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peikanan, dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi kelangsungan kehidupan manusia.

2. Melakukan perawatan dan penigkatan SDA yang berbasis pertanian.3. Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat merugikan bagi

kesuburan lahan dan kesehatan manusia.4. Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan pendekatan

pembangunan pertanian berkelanjutan.Memasuki abad 21 ini, kesadaran akan ertabiab yang anah lingkungan semakin meningkat, sejalan dengan tuntuan era globalisasi dan perdagangan bebas, ha ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju, misalnya negara-negara Amerika dan negara-negara Eropa. Smsentara itu negara-negara berkembang misalnya Indonesia, tampaknya masih terpuruk an berkutat dengan dampak negatif green revolution. Lahan-lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra produksi padi menunjukkan indikasi adanya oenuruanan produktifitas. Sawah-sawah mengalami kejenuhan berat atau pelandaian produktivitas karena pemakain pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut

1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam.

2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.

3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.

Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.

Page 16: Sistem Pertnian Masa Depan

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan1. Kelayakan ekonomis (economic viability)2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)3. Diterima secara sosial (Social just)4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)

Sejak tahun 1980an kajian dan diskusi untuk merumuskan konsep pembangunan berkelanjutan yang operasional dan diterima secara universal terus berlanjut. Pezzy (1992) mencatat, 27 definisi konsep berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, dan tettunya masih ada banyak lagi yang luput dari catatan tersebut. Walau banyak variasi definisi pembangunan berkelanjutan, termasuk pertanian berkelanjutan, yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi (Munasinahe, 1993). Dengan perkataan lain, konsep pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi(profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet).Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah pterpeliharanya keragaman hayati dan daya lertur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehinnga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hisup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.Dalam perspektif dinamis jangka panjang terdapat dua skenario ekstrim yang mungkin terjadi. Pertama, skenario mala petaka yakni terjadinya spiral atau lingkaran resesi ekonomi-penyakit sosial-degradasi alam. Resesi ekonomi yang dicirikan oleh pertumbuhan negative perekonomian dalam waktu yang cukup lama berdampak pada semakin meluasnya revelensi kemiskinan dan rawan pangan. Tekanan kemiskinan dan ancaman kelaparan mendorong

Page 17: Sistem Pertnian Masa Depan

timbulnya berbagai penyakit sosial seperti pencurian dan bahkan kekacauan sosial, selanjutnya mendorong masyarakat melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam sehingga kapasitas produksi sumber daya alam mengalami degradasi dan kesehatan lingkungan makin memburuk. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, modal sosial dan kapasitas produksi sumber daya alam menyebabkan resesi ekonomi berlanjut makin parah, dan demikian seterusnya.Perekonomian yang tumbuh cukup pesat memungkinkan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia serta perluasan dan perbaikan modal sosial. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan sosial mendorong terjadinya proses internalisasi kebutuhan akan kenyamanan lingkungan hidup dan kelestarin sumber daya alam. Sumber daya manusia, sosial, alam dan lingkungan yang semakin baik selanjutnya akan dapat mempertahankan  pertumbuhan ekonoimi berkalanjutan selanjutnya akan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sehingga tercipta kondisi ideal yakni zaman keemasan adil dan makmur.Visi pembangunan (pertanian) berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistim pertanian menuju usaha tani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia.Perspektif pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan pertanian. Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protocol aturan pelaksanaan (rules of conduct) atau standar prosedur operasi “Praktek Pertanian yang Baik” (Good Agricultur Practices = GAP) sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas internasional, negara, lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut. Kepatuhan produsen terhadap standar praktek pertanian berkelanjutan menjadi salah satu atribut preferensi konsumen atas produk pertanian. Karena itu, setiap perusahaan agribisnis haruslah senantiasa mematuhi prinsip Praktek Pertanian yang Baik (PPB) agar dapat memperoleh akses pasar, khususnya di pasar internasional.PPB yang pada dasarnya ialah operasionalisasi dari pertanian berkelanjutan, juga merupakan salah satu sumber keunggulan bersaing. Usaha agribisnis yang terbukti memenuhi standar PPB akan mampu mengalahkan perusahaan pesaing yang tidak memenuhi standar PPB. Agar dapat dipercaya secara internasional maka perusahaan perusahaan haruslah memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga independent bereputasi internasional yang biasa disebut “ecolabel”.Selain oleh warga dan organisasi masyarakat internasional, gerakan pertanian berkelanjutan juga sudah disepakati oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Promosi dan pengawasan praktek pertanian berkelanjutan merupakan salah satu pertimbangan dalam perumusan kebijakan perdagangan suatu negara. Dalam kaitan inilah kasus penolakan pengiriman ekspor prodik pertanian semakin kerap terjadi pada beberapa tahun terakhir. Itu berarti, kepatuhan terhadap standar pertanian berkelanjutan merupakan salah satu kunci bagi produk pertanian.Gerakan pertanian berkelanjutan juga didorong sekuat kuatnya oleh lembaga lembaga donor pembangunan internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional dan Bank

Page 18: Sistem Pertnian Masa Depan

Pembangunan Asia. Kepatuhan terhadap praktek pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan salah satu persyaratan bantuan oleh lembaga dan Negara donor.Selain secara langsung dalam penentuan proyek pembangunan, tekanan untuk memenuhi praktek pertanian berkelanjutan juga dilakukan melalui penentuan atau penetapan kebijakan domestik suatu Negara, khususnya Negara Negara sedang berkembang yang membutuhkan bantuan pembangunan dari Negara dan lembaga donor pembiayaan pembangunan internasional. Pada gilirannya, kebijakan Negara penerima bantuan tersebut akan mengarahkan dan memaksa pengusaha agribisnis mematuhi standar praktek pertanian berkelanjutan.Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, pengusaha agribisnis harus mematuhi standar praktek pertanian yang baik, merupakan tuntutan zaman yang harus diikuti. Petani dan pemerintah harus bekerja sama untuk mewujudkannya.Masalah dan tantangan yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan yaitu:

1. Membangun pemerintah yang baik dan memposisikan pertanian sebagai sektor andalan perekonomian nasional.

Cara penyelenggaraan pmerintah yang baik(good goverment) sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yaitu; bersih (clean), berkemampuan(competent), memberikan hasil positif(credible), dan secara publik dapat dipertanggung jawabkan(accountable). Pembangunan pertanian akan berhasil bila diawali dengan cara penyenggaraan pemerintah yang baik, dimana pemerintah merupakan agen pembangunan yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membangun pemerintah yang bersih, berkemampuan, berhasil dan dapat dipertanggung jawabkan.

1. Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan tidak adil

Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi  perdagangan dunia yang tidak adil.Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi  perdagangan dunia yang tidak adil.Di negara Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan yaitu:

1. Upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi jumlah petani gurem, sementara pada saat bersamaan muncul gejala pelambatan produktivitas dan penurunan nilai tukar petani;

2. Upaya mempertahankan momentum pertumbuhan tinggi produksi pangan dan membalikkan kecenderungan deselerasi pertumbuhan produksi menjadi akselerasi;

3. Upaya mengatasi fenomena ketidakpastian produksi; dan4. Upaya meningkatkan daya saing produk pangan.1. Mengurangi jumlah petani miskin, membangun basis bagi partisipasi petani dan

pemerataan hasil pembangunanKrisis multidimensi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan jumlah penduduk miskin pada tahun 1998 melonjak. Apabila hal ii dikaitkan dengan fakta bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah pedesaan bergantung pada sektor

Page 19: Sistem Pertnian Masa Depan

pertanian, maka hal ini berarti bahwa permasalahan kemiskinan terkait dengan sektor pertanian.

1. Meningkatkan pertumbuhan sektor pertanianPertumbuhan sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi perekonomian pedesaan. Sektor pertanian Indonesia, hingga saat ini masih sangat tergantung pada hasil primer, sehingga nilai tambah yang diperoleh masih sangat rendah dan kurang kompetitif di pasr dalam negeri maupun luar negeri.Pemerintah harus dapat mendorong perkembangan produk pertanian olahan primer, selain untuk meningkatkan nilai tambah juga meningkatkan dan memperluas pangsa pasar di dalam dan luar negeri. Negara berkembang penghasil produk pertanian, saat ini banyak yang melakukan pengembangan produk pertanian untuk mensiasati perdagangan dunia yang tidak adil.Apabila hal ini dapat dilakukan maka sektor pertanian akan tumbuh dengan cepat dan tinggi lagi dibandingkan dengan yang telah selama ini dicapai. Pertumbuhan sector pertanian yang makin cepat akan memacu pertumbuhan sector-sektor lain secara lebih cepat melalui kaitan ke belakang dan ke depan dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian, sektor pertanian akan lebih dikenal sebagai pengganda tenaga kerja, dan bukan sekedar pencipta kesempatan kerja.

1. Membangun system agribisnis terkoordanatifStruktur agribisnis kita saat ini dapat digolongkan sebagai tipe dispersal. Struktur dispersal dicirikan oleh tiadanya hubungan organisasi fungsional disetiap tingkatan usaha. Jaringan ahribisnis praktis hanya diikat dan dikoordinir oleh mekanisma pasar (harga). Hubungan diantara sesama pelaku pelaku agribisnis praktis bersifat tidak langsung dan impersonal. Dengan demikian pelaku agribisnis hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan tidak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Bahkan hubungan diantara pelaku agribisnis cenderung berkembang menjadi bersifat eksploitatif yang pada akhirnya menjurus ke kematian bersama.Tiadanya ikatan institusional, asosiasi pengusaha yang bersifat asimetri, kemampuan bisnis yang tidak berimbang (kutub hulu, yaitu petani, bersifat serba gurem; sedangkan kutub hilir, yaitu agroindustri dan eksportir, bersifat serba kuat) ditambah pula sifat intrinsik permintaan dan penawaran komoditi pertanian yang sangat tidak elastis membuat rantai vertical agribisnis bersifat dualistic (Bell and Tai, 1969). Struktur agribisnis yang bersifat dulistik inilah yang menytebabkan masalah transisi dalam agribisnis (Simatupang,1995).

1. Melestarikan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidupPermasalahan lingkungan hidup yang dihadapi banyak berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan di wilayah hulu yang berakibat langsung pada kualitas lingkungan di wilayah hilir. Meningkatnya permintaan lahan akibat pertumbuhan penduduk selain menyebabkan penurunan luas baku lahan pertanian yang meningkatnya intensitas usahatani di daerah aliran sungai (DAS) hulu. Penurunan luas baku lahan pertanian, khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak paruh kedua decade 1980-an, saat ini cenderung makin besar seiring dengan peningkatan konversi ke non pertanian, khususnya di pulau Jawa,. Pada beberapa tahun terakhir, luas baku lahan sawah di luar Jawa juga telah mengalami penurunan.

1. Membangun system iptek yang efisienPermasalan utama yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan IPTEK pertanian adalah belum terbangunnya secara efisien system IPTEK pertanian mulai dari hulu (penelitian tinggi dan strategi) sampai hilir (pengkajian spesifik lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani). Efisiensi IPTEK di sektor pertanian ini perlu dibangun melalui

Page 20: Sistem Pertnian Masa Depan

sinkronisasi program litbang pertanian mulai dari hulu sampai hilir dan sinkronisasi program litbang pertanian dengan lembaga penelitian lainnya. Selain itu, efisiensi system IPTEK pertanian ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian yang mampu menghasilkan peneliti yang berkemampuan (competent) dan produktif (credible). Juga perlu dibangun kembali sistem penyuluhan petani yang lebih efektif dan efisien.Srategi umum dalam upaya mewujudkan visi pembangunan pertanian adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan manajemen pembangunan yang bersih, transparan dan bebas KKNb.  Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan manajemen pembangunan pertanian

1. Memperluas dan memanfaatkan basis produksi secara berkelanjutand.  Meningkatkan kapasitas dan memberdayakan sumber daya manusia pertanian

1. Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pertanian2. Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna3. Memoromosikan dan memproteksi komoditas pertanian

Program pembangunan pertanian dirumuskan dalam tiga program yaitu:1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaa yang cukup, tersedia setiap saat disemua daerah, mudah diperoleh rumah tangga, aman dikonsumsi dan harga terjangkau. Ketahanan pangan mencakup konsep:

1. Ketersediaan panganb.  Distribusi dan ketersediaan pangan

1. Penerimaan oleh ketersediaan pangand.  Diversifikasi pangan

1. Keamanan panganProgram peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitas bagi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pyang cukup setiap saat, sehat dan halal. Ketahanan rumah tangga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga untuk dapat akses terhadap pangan di pasar, dengan demikian ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli atau pendapatan rum,ah tangga. Sejalan dengan itu maka peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor kunci dari peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal

2. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan.

Kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan meliputi:1. Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan2. Pengembangan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada

sumber daya local penyusunan kebijakan dan pengendalian harga pangan3. Penanggulangan kasus atau kejadian kerawanan pangan

Rencana tindak program meliputi:1. Peningkatan produksi pangan pokok2. Koordinasi kebijakan nketersediaan dan distribusi pangan3. Pengembangan sumber pangan alternative berbasis sumbar daya local4. Koordinasi penyusunan kebijakan harga pangan5. Koordinasi pengendalian harga

Page 21: Sistem Pertnian Masa Depan

6. Koordinasi penetapan standar kualitas dan keamanan pangan7. Pengawasan lalu lintas pertanian dan hewan serta penerapan GAO dan HACC produk

pangan8. Koordinasi penanggulangan kasus/kejadian kerawanan pangan1. Program Peningkatan Nilai Tambah dan Dayasaing Produk Pertanian

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, maka arah yang perlu ditempuh adalah memperluas cakupan kegiatan ekonomiproduktif petani. Perluasan kegiatan ekonomi yang memungkinkan untuk dilakukan adalah peningkatan nilai tambah melalui pengolahan.Dengan demikian program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi:

1. Berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan daya saing tinggi baik di pasar domestik maupun internasional

b.  Meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional terutama melalui peningkatan devisa.Kegiatan utama mencakup:

1. Peningkatan produksi dan mutu produk pertanian2. Pengembangan agro-industri pedesaan3. Pengembangan produk sesuai dengan standar internasional4. Penerapan kebijakan insentif5. Pengembangan informasi pasar6. Pengembangan sarana dan prasarana usaha7. Pengembangan pasar8. Perlindungan produk domestik9. Harmonisasi regulasi/deregulasi

Rencana tindak program meliputi:1. Pengembangan produksi komoditas unggulan2. Perbaikan pasca panen3. Pengembangan kelembagaan pengolahan hasil pertanian4. Penerapan standar produk sesuai standar internasional5. Pengendalian harga produk pertanian6. Pengembangan jaringan informasi distribusi7. Pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran8. Peningkatan market intelligent9. Perlindungan produk domestik

Peningkatan kerjasama antar negara dibidang karantina

C. PENUTUPKeberhasilan pembangunan pertanian terletak pada keberlanjutan pembangunan pertanian itu sendiri. Konsepsi pembangunan pertanian berkelanjutan tersebut diterjemahkan ke dalam visi pembangunan pertanian jangka panjang yaitu  ”Terwujudnya sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian “ dan diimplementasikan.

Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu rantai pasok (supply chai ) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumber daya nasional, kearifan local serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh

Page 22: Sistem Pertnian Masa Depan

berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang semakin ketat.

Sehingga sudah seharusnya negara-negara dunia ketiga untuk mencanangkan program – program unggulan guna mempercepat diseminasi pertanian khususnya Indonesia dengan badan Litbang pertanian sehingga bisa mewujudkan pertanian industrial.

DAFTAR PUSTAKAFAO. 1989. Sustainable Development and Natural Resources Management. Twenty-Fifth Conference, Paper C 89/2 simp 2, food and Agriculture Organization, RomeKarwan, A.Salikin.2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.Kanisius. YogyakartaMunasinahe, M. 1993. Enviromental Economics and Sustainable Development. Environtment Paper No. 3. The World Bank, Washington, D.C.Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi Agribisnis dan Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.Reijntjes, Coen Dkk. 2002. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta

4 Pemecahan masalah:upaya menuju pertanian berkelanjutan4.1 Apa yang dimaksud dengan sistem pertanian yangberkelanjutan?Definisi tentang sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainability) telahbanyak dikemukakan oleh berbagai pihak, sehingga perlu ada persamaan persepsidi antara para pembaca buku ini mengenai istilah “berkelanjutan”. Oleh karena ituperlu adanya suatu kriteria yang disepakati bersama untuk menentukan apakahsuatu sistem pola tanam yang dilaksanakan telah memenuhi tingkat berkelanjutan.Salah satu kriteria “sistem tanam yang berkelanjutan” yang diusulkan dalam buku inidisajikan pada Tabel 4.1 (Van der Heide et al., 1992).Tabel 4.1 Kriteria berkelanjutan dari suatu perkembangan pola tanam, dengan menitikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regionaldan nasional/global.Tingkat lokal (petani)A. Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untukjangka panjang, dengan cara:- Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah- Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara- Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannyaB. Dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang cukup:- Swa-sembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan lainnyaC. Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit,gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :- Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan kelebihannya masingmasing)- Mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksiD. Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan:- Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan- Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisiTingkat Regional (desa)E. Tidak ada efek negatif terhadap lingkungan, misalnya:- Tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai dan danau

Page 23: Sistem Pertnian Masa Depan

- Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan- Tidak terjadi pencemaran yang berkaitan dengan agroindustriF. Tidak terdapat 'kelaparan' tanah (yang berkaitan dengan A dan B):- Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam4 Pemecahan Masalah– 64 –Tingkat Nasional/GlobalG. Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari industri ataupunbahan importH. Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat merubah komponen iklim.Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992 (Tabel4.1), suatu sistem pengelolaan tanah masam dapat dikatakan berkelanjutan atausustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut:1. Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu2. Menekan gangguan gulma3. Menekan serangan hama dan penyakit4. Menekan erosi tanah5. Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)Seperti yang telah diuraikan pada Bab 3 bahwa pada prinsipnya ada 4masalah aktual utama pada tanah masam yaitu rendahnya kadar bahan organiktanah dan kadar unsur hara, dangkalnya perakaran tanaman, kekeringan, gangguangulma alang-alang (Imperata cylindrica) serta diperparah oleh erosi dan pencucianunsur hara. Masalah-masalah tersebut ini seringkali menyulitkan suatu usaha taniuntuk mencapai produksi yang tinggi secara berkelanjutan. Tingkat produksi yangtinggi dapat dicapai melalui berbagai upaya yang dapat mempertahankankesuburan tanah yakni dengan penerapan sistem pengelolaan yang tepat.Salah satu cara pengelolaan yang terbukti dapat mempertahankankesuburan tanah-tanah masam adalah dengan menanam tanaman tahunan(pepohonan) bersama-sama dengan tanaman semusim dalam sebidang lahan yangsama (kebun campuran, lihat bab 2 gambar 2.3). Upaya-upaya pemecahanmasalah yang ditujukan untuk mendapat produksi yang tinggi secara berkelanjutanseharusnya dilakukan tanpa mengakibatkan kerusakan (degradasi) pada sumberdayalahan. Dalam hal ini perlu diperhatikan fungsi tanah sebagai media tumbuhtanaman dan fungsi tanaman dalam meminimalkan kehilangan tanah, air dan hara.Pengembangan pertanian pada umumnya terpusat pada usaha intensifikasiproduksi pertanian dan upaya mengatasi masalah lingkungan yang menjadi faktorpembatas pertumbuhan tanaman. Upaya-upaya tersebut tanpa disadari telahmenciptakan permasalahan lingkungan baru, sehingga masalah yang tadinyaberskala lokal atau regional meningkat menjadi masalah nasional atau global yangakan mempengaruhi keberlanjutan produksi tanaman.4.2 Cara-cara penanggulangan masalah kesuburan tanah masamPada saat ini banyak macam usaha pengelolaan tanah masam yang dapatditemukan di berbagai tempat, di mana masing-masing cara berkembang sesuaidengan kemampuan dan kondisi setempat. Upaya-upaya pengelolaan tanah4 Pemecahan Masalah– 65 –ditujukan untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan keberlanjutansuatu sistem usahatani, yaitu mempertahankan produksi tanaman dari waktu kewaktu, mengontrol erosi dan mengatasi serangan hama, penyakit dan gulma (vander Heide et al., 1992).Pada prinsipnya ada tiga kelompok cara penanganan masalah tanah masamyang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian gulmadi tingkat masyarakat, yaitu cara kimia, cara fisik-mekanik dan cara biologi.

Page 24: Sistem Pertnian Masa Depan

Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam praktekketiga cara tersebut seringkali diterapkan secara bersama-sama.4.2.1 Cara kimiaCara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya yangsudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.A. PengapuranPengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanahmasam dengan tujuan untuk:a) Menaikkan pH tanahNilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak bersifat racunlagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang didalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat daripemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistempenyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelahbeberapa waktu berselang.b) Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)KTK meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah. Namunpeningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap, karena sistem penyangga pHtanah tersebut di atas.c) Menetralisir Al yang meracuni tanaman.Karena unsur Ca bersifat tidak mudah bergerak, maka kapur harusdibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyaikonsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karenadibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baruyaitu pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca,Mg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisantanah bawah dan menetralkan Al.Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksamamengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur harayang lain. Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yangtepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malahmengakibatkan tanaman menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlahK sebenarnya sudah cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit4 Pemecahan Masalah– 66 –dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada tanahtersebut.B. Pemupukan: penambahan unsur haraPemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menanganimasalah kahat hara, namun bila kurang memperhatikan kaidah-kaidahpemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. Pada saat ini sudahdiketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia terutama tanahmasam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Oleh karena itupetani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau kombinasidari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap atau tercucisebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlahbanyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutupkompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation, akan banyak yang hilangkalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat kationyang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah).

Page 25: Sistem Pertnian Masa Depan

Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.Supaya tujuan yang ingin dicapai melalui pemupukan dapat berhasil denganbaik, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:a) Waktu pemberian pupukWaktu pemberian pupuk harus diperhitungkan supaya pada saat pupukdiberikan bertepatan dengan saat tanaman membutuhkannya, yang dikenaldengan istilah sinkronisasi (Gambar 4.1). Hal ini dimaksudkan agar tidakbanyak unsur hara yang hilang tercuci oleh aliran air, mengingat intensitas dancurah hujan di kawasan ini sangat tinggi. Waktu pemberian pupuk yang tepatbervariasi untuk berbagai jenis pupuk dan jenis tanamannya.Pemupukan N untuk tanaman semusim sebaiknya diberikan paling tidak duakali, yaitu pada saat tanam dan pada saat pertumbuhan maksimum (sekitar 1-2bulan setelah tanam). Sementara pupuk P dan K bisa diberikan sekali sajayaitu pada saat tanam.b) Penempatan PupukPenempatan pupuk harus diusahakan berada dalam daerah aktivitas akar, agarpupuk dapat diserap oleh akar tanaman secara efektif. Kesesuaian letakpupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah sinlokalisasi.c) Dosis pupukJumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman,supaya pupuk yang diberikan tidak banyak yang hilang percuma sehinggadapat menekan biaya produksi serta menghindari terjadinya polusi dankeracunan bagi tanaman.keracunan bagi tanaman.4 Pemecahan Masalah– 67 –WaktuHara tersediaSedikit yang hilangSinkronisasiGambar 4.1Skematis sinkronisasi antara saatpemberiaan pupuk dengan saattanaman membutuhkan.Walaupun pemupukan merupakan cara yang mudah dan cepat untukmengatasi permasalahan kahat hara, namun terdapat beberapa kelemahan daricara ini yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program pemupukan.Beberapa kelemahan dari pengelolaan tanah secara kimia adalah:· Pemupukan membutuhkan biaya tinggi karena harga pupuk mahal· Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisikdan biologi tanah, bahkan cenderung mengasamkan tanah.· Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaranlingkunganC. Penyemprotan herbisidaTumbuhan pengganggu atau gulma yang tumbuh dalam lahan yangditanami menyebabkan kerugian karena mengambil unsur hara dan air yangseharusnya dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu keberadaan danpertumbuhan gulma harus ditekan. Cara kimia juga dipergunakan untuk menekanpertumbuhan gulma yang banyak ditemukan pada tanah masam seperti alangalang, yakni dengan memakai herbisida. Pemakaian herbisida harus dilakukansecara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya, demikianpula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan

Page 26: Sistem Pertnian Masa Depan

diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahayakeracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan sertapencemaran lingkungan.4.2.2 Cara fisik – mekanikPenanganan secara fisik dan mekanik terutama ditujukan untuk perbaikanmedia pertumbuhan perakaran, penanggulangan gulma dan usaha penekananerosi. Hambatan kedalaman perakaran yang disebabkan oleh adanya lapisan kerasdari kerikil (krokos = laterit) mungkin dapat diatasi dengan pembongkaran secaramekanik dengan mengolah tanah dalam (deep plowing) misalnya denganmenggunakan gancu untuk menghancurkan bongkahan laterit tersebut.4 Pemecahan Masalah– 68 –Perbaikan media tumbuh tanaman melalui pengolahan tanah dapat memperbaikipertumbuhan akar tanaman sehingga dapat mengurangi jumlah unsur hara yanghilang karena pencucian. Perbaikan sebaran akar tanaman juga mengurangikehilangan unsur hara akibat erosi dan aliran permukaan. Secara teoritis cara inimungkin dapat dilakukan tetapi jarang dilaksanakan di lapangan karenamembutuhkan tenaga kerja yang banyak.Pengolahan tanah dan penyiangan gulma merupakan usaha yang seringdilakukan petani untuk memperoleh produksi tanaman yang optimal. Pengolahantanah baik secara manual maupun mekanik dapat membantu menggemburkantanah sehingga memperbaiki perkembangan akar tanaman. Pengolahan tanahdapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah dan mineralisasihara sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman untuk beberapa tahun. Olehkarena proses dekomposisi bahan organik tanah berlangsung lebih cepat, makapenambahan bahan organik harus selalu dilakukan. Jika penambahan bahanorganik dari luar tidak dilakukan, maka tanah akan mengalami pemadatan kembalilebih cepat.Cara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan hara (pupuk) adalahdengan menghindarkan penempatan pupuk pada jalur aliran air. Agar jumlah dankecepatan aliran air ke lapisan bawah (infiltrasi dan perkolasi) tidak sama diseluruhluasan lahan, maka dapat dikembangkan adanya jalur cepat untuk aliran air atauyang dikenal sebagai by-pass flow. Aliran cepat ini dapat melalui lubang pori kasar,retakan tanah dan sebagainya. Jumlah dan kecepatan aliran yang melalui jalurcepat ini lebih tinggi dibandingkan yang melalui jalur biasa, sehingga akanmengangkut dan mencuci unsur hara yang berada dalam jangkauannya.Sementara unsur hara yang tidak berada pada jalur aliran cepat ini dapat tertahanlebih lama dalam lapisan tanah sehingga sempat diambil oleh akar tanaman,Cara paling sederhana dan efektif untuk memperoleh kondisi seperti ituadalah dengan membuat permukaan tanah tidak rata misalnya dengan guludan,sehingga di permukaan tanah terdapat bagian yang cembung (puncak) dan cekung(lembah). Bila terjadi hujan, maka kelebihan air di permukaan tanah yangcembung akan segera mengalir ke bagian yang cekung, sehingga infiltrasi danaliran vertikal ke bawah yang melalui permukaan cembung lebih kecil jumlahnyadibandingkan pada permukaan yang cekung. Pada musim penghujan, tanamanditanam di bagian puncak guludan, di mana pupuk atau bahan organik jugaditempatkan di dekatnya (Gambar 4.2), sehingga masih berada dalam daerahjelajah akar. Bila terjadi hujan lebat maka aliran air ke bawah (perkolasi) di bawahpermukaan guludan lebih sedikit, karena sebagian air lebih cepat mengalir dipermukaan menuju ke bagian yang lebih rendah, sehingga pupuk dapatterselamatkan dari bahaya pencucian.Pengolahan tanah dengan membuat guludan di satu pihak dimasudkan

Page 27: Sistem Pertnian Masa Depan

untuk menekan pencucian unsur hara, tetapi di pihak lain memperbesar limpasanpermukaan. Adanya limpasan permukaan menimbulkan persoalan yang lain, yaitupenggerusan dan pengangkutan material tanah di permukaan atau erosi. Olehkarena itu pembuatan guludan khususnya di daerah yang berlereng harus4 Pemecahan Masalah– 69 –memperhatikan kemungkinan adanya bahaya erosi. Disarankan agar guludandibuat tegak lurus dengan arah lereng untuk mengurangi kemiringan danmemperpendek lereng, sehingga dapat mengurangi laju aliran permukaan airterkonsentrasi di bagian cekungan (selokan).Pengelolaan dengan cara fisik-mekanik ini juga memiliki beberapakelemahan dan kekurangan, di antaranya adalah:· Pengelolaan secara fisik-mekanik biasanya memerlukan tenaga dalamjumlah banyak dan waktu yang lama· Tidak dapat mengatasi masalah kekurangan bahan organik tanah karenajumlah biomas yang diangkut keluar petak lahan melalui panen sangatbanyak sementara jumlah yang dikembalikan sangat sedikit. Di lainpihak kandungan bahan organik tanah terus menurun karena adanyapeningkatan kecepatan mineralisasi.Gambar 4.2Skema heterogenitasinfiltrasi air hujandalam tanah akibatpembuatan guludan4.2.3 Cara biologiPrinsip-prinsip pengelolaan kesuburan tanah secara biologi dikembangkandari hasil pengalaman yang diperoleh dari sistem hutan alami di mana vegetasidapat tumbuh subur tanpa tambahan unsur hara dari luar. Hal ini membuktikanbahwa pepohonan berperan penting dalam pemeliharaan kesuburan tanah.Sistem hutan alam memiliki siklus hara yang tertutup, di mana hara yangdipergunakan untuk pertumbuhan pohon diambil dari tanah dan pohon juga akanmengembalikan sebagian hara tersebut ke dalam tanah melalui daun, ranting dancabang yang gugur. Kenyataan yang terpenting pada kondisi hutan ini adalahbahwa jumlah kehilangan hara melalui pencucian, erosi atau aliran permukaansangat kecil. Oleh karena itu konsep pengelolaan tanah secara biologi adalahmeniru sistem tertutup yang dijumpai di hutan. Beberapa cara pengelolaan tanahsecara biologi ini antara lain:4 Pemecahan Masalah– 70 –A. Mempertahankan kandungan Bahan Organik Tanah (BOT)Seperti telah diuraikan dalam bagian depan bab ini, cara-cara kimia danfisik-mekanik yang dianjurkan untuk memecahkan masalah kesuburan tanahternyata dapat menimbulkan masalah tambahan. Kondisi ini memaksa kita untukmencari cara alternatif dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ramahlingkungan serta murah dan mudah didapat. Bahan organik memberikanpengaruh yang menguntungkan bukan hanya pada sifat kimia, tetapi juga sifatfisik dan biologi tanah.Untuk mendapatkan kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhantanaman, diperlukan adanya bahan organik tanah (Ctotal) di lapisan atas palingsedikit 2% (Young, 1989). Jumlah ini didasarkan pada taksiran kasar saja, karenakandungan bahan organik tanah yang optimalberhubungan erat sekali dengan kandunganliat dan pH tanah. Untuk itu dalam

Page 28: Sistem Pertnian Masa Depan

menentukan kandungan bahan organik tanahyang optimal harus dikoreksi dengankandungan liat dan pH tanahnya (Creferensi atauCref). Perhitungan sederhana telahdikembangkan oleh Van Noordwijk et al.(1997) adalah sebagai berikut:Cref = (Zcontoh/ 7.5)0.42 exp(1.333 + 0.00994*%liat + 0.00699*%debu –0.156*pHKCl + 0.000427 * ketinggian tempat)di mana Zcontoh = kedalaman pengambilan contoh tanah, cmketinggian tempat = m di atas permukaan laut.Persamaan ini berlaku untuk semua lahan kering dan tanah volkanik muda.Dengan demikian dapat ditetapkan kejenuhan bahan organik tanah(Ctotal/Cref) yaitu nisbah antara kandungan total bahan organik tanah (Ctotalatau Corg) pada kondisi sekarang dengan kandungan bahan organik tanahyang dikoreksi (Cref). Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara kondisi BOT(%) dengan kandungan liat pada tanah hutan (pH 4.0) di Sumatra (VanNoordwijk, personal com.). Dari gambar tersebut dapat dipelajari bahwa untuktanah pasir BOT sejumlah 2% adalah merupakan jumlah maksimum yang dapatdiperoleh. Sedangkan untuk tanah liat, jumlah kandungan BOT sekitar 2% berartitanah tersebut telah kehilangan C-organik sekitar 50% dari jumlah maksimum.Oleh karena itu target jumlah BOT 2% yang dikemukakan oleh Young (1989)tersebut di atas menjadi terlalu tinggi untuk tanah pasir dan terlalu rendah untuktanah liat. Oleh karena itu target rata-rata untuk berbagai jenis tanah sebaiknyasekitar 2.5- 4%.· Tanah subur bilamengandung bahan organiktanah minimal 2.5 - 4%.· Untuk mempertahankannyadiperlukan masukan bahanorganik minimal sebanyak 8- 9 ton ha-1 setiap tahunnya.4 Pemecahan Masalah– 71 –01234560 20 40 60 80 100Kandungan liat, %C-total, %25 % 15 % 5 %Kandungan lempung:Pasir, 100 %Gambar 4.3 Referensi kandungan C tanah hutan pada berbagai jumlah kandungan liat (%) diSumatra.

Page 29: Sistem Pertnian Masa Depan

Sementara itu agar kondisi tanah seperti ini bisa dipertahankan, tanahpertanian harus selalu ditambah bahan organik minimal sebanyak 8 - 9 ton ha-1setiap tahunnya (Young, 1989). Lalu dari mana dan bagaimana mendapatkanbahan organik untuk memenuhi kebutuhan tersebut? Berikut ini beberapa carayang dapat ditempuh untuk mendapatkan bahan organik:· Pengembalian sisa panenJumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalamtanah berkisar 2 - 5 ton ha-1, sehingga tidak dapat memenuhi jumlahkebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu masukan bahanorganik dari sumber lain tetap diperlukan.· Pemberian kotoran hewanKotoran hewan atau pupuk kandang bisa berasal dari hewan peliharaanseperti sapi, kerbau, kambing dan ayam, atau juga bisa berasal dari hewanliar seperti kelelawar dan burung. Pengadaan atau penyediaan kotoranhewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan tenaga dan biayatransportasi yang banyak. Bahkan di beberapa daerah sulit didapatkankotoran hewan karena jumlah hewan yang dipelihara oleh penduduk sangatsedikit.· Pemberian pupuk hijauPupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanamanpenutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikansebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari4 Pemecahan Masalah– 72 –keluarga kacang-kacangan (LCC = legume cover crops) dapat memberikanmasukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton ha-1 (umur 3 bulan) dan 2.7– 5.9 ton ha-1 untuk yang berumur 6 bulan (Tabel 4.2).Tabel 4.2 Total masukan berat kering tajuk (ton ha-1) tanaman penutup tanah kacangkacangan, kandungan N dalam tanaman (%), nisbah tajuk/akar dan taksiranmasukan N-total ke dalam tanah (kg ha-1), pada saat tanaman berumur 3 dan 6bulan.Berat kerington ha-1N(%)N-totalkg ha-1Species3 bln 6 bln 3 bln 6 bln

Page 30: Sistem Pertnian Masa Depan

Nisbahtajuk/akar3 bln 6 blnMucuna (koro benguk) 2.1 2.7 3.2 2.7 14 70 76C. caeruleum (kacang asu) 1.8 5.8 2.9 2.9 4 66 205C. mucunoides (kacang asu) 2.4 4.5 2.8 2.4 4 83 136Centrosema (ki besin) 2.3 5.3 3.0 3.4 4 86 226Crotalaria (orok-orok) 2.9 5.9 2.7 1.2 4 100 81Rumput 1.9 4.0 1.4 1.5 5 31 35Pada umur 3 bulan, Crotalaria (orok-orok) memberikan masukan bahankering tertinggi, sekitar 3 ton ha-1 dan diikuti oleh Calopogonium mucunoides (kacangasu), Centrosema (ki besin), Mucuna (koro benguk) dengan berat tajuk sekitar 2.0 -2.5 ton ha-1. Sementara Calopogonium caeruleum dan rumput-rumputanmenghasilkan bahan kering kurang dari 2 ton ha-1. Pada umur 6 bulan C.caeruleum menunjukkan peningkatan produksi tajuk yang sangat besar. Crotalaria,Centrosema dan C. caeruleum menghasilkan berat kering tajuk berkisar antara 5 - 6ton ha-1. Mucuna memiliki masa pertumbuhan yang lebih pendek dari pada jenisyang lain, sehingga pada umur 6 bulan tidak menunjukkan peningkatan produksitajuk.Data dalam Tabel 4.2 menunjukkan bahwa usaha penanaman tanamanpenutup tanah saja tidak dapat mencukupi kebutuhan minimum untuk masukanbahan organik sebesar 8 - 9 ton ha-1 th-1. Usaha lain untuk memperoleh tambahanbahan organik adalah dengan menanam pepohonan berbaris sebagai pagar diantara tanaman semusim. Tajuk tanaman pagar dipangkas secara rutin bila telahmulai menaungi tanaman semusim. Semua hasil pangkasan dikembalikan kedalam petak lahan sebagai mulsa, kecuali cabang yang garis-tengahnya lebih dari 5cm diangkut keluar lahan. Usaha pengembalian pangkasan ke dalam petak lahanini sebenarnya mendekati pola “siklus hara tertutup” di hutan. Sistem bercocoktanam yang telah lama dikenal di Nusa Tenggara ini dikenal dengan sebutan“budidaya lorong = alley cropping” atau “budidaya pagar = hedgerow intercropping”.Hasil percobaan di Pakuan Ratu selama 5 tahun dengan menanambeberapa jenis tanaman pagar dari keluarga leguminosa membuktikan bahwaCalliandra dapat memberikan hasil biomas tertinggi dibanding jenis pohon lainnyayang diuji (Tabel 4.3), sedang dadap minyak (Erythrina) memberikan hasil terendah.Gamal (Gliricidia) dan petaian (Peltophorum) atau kombinasi keduanya dapat4 Pemecahan Masalah– 73 –memenuhi target masukan bahan organik ke dalam tanah dengan jumlah produksirata-rata 8 ton ha

Page 31: Sistem Pertnian Masa Depan

-1 setiap tahunnya. Masukan N yang berasal dari bahan organikini ke dalam tanah berkisar antara 100 - 270 kg N ha-1. Bila ditinjau dari besarnyamasukan bahan organik asal pangkasan ini, nampaknya sistem budidaya pagardapat memberikan harapan baru bagi petani dalam mengelola kesuburan tanah dilahannya. Tetapi sistem ini tampaknya kurang diminati atau disukai petani. PadaBab 5 buku ini, sistem budidaya lorong akan dibahas secara lebih rinci.Tabel 4.3 Total masukan biomas tajuk rata-rata per tahun yang merupakan hasil pangkasanrata-rata tiga kali setahun, kandungan N daun dan total masukan N ke dalamtanah.Jenis tanamanBerat KeringTajuk (ton ha-1)N(%)N-total(kg ha-1)Dadap (Erythrina) 4.5 2.4 108Lamtoro (Leucaena) 6.0 3.0 180Gamal (Gliricidia) 8.0 2.9 232Petaian (Peltophorum) 8.0 1.7 136Gamal/petaian 8.0 2.7 216Calliandra 10.0 2.7 270Fungsi Bahan Organik Tanah (BOT)Peranan bahan organik yang sangat dibutuhkan adalah untuk menambahunsur hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation (penyangga hara = buffer).Meningkatnya kapasitas tukar kation tanah ini dapat mengurangi kehilangan unsurhara yang ditambahkan melalui pemupukan, sehingga dapat meningkatkanefisiensi pemupukan. Penambahan bahan organik pada tanah-tanah Ultisolsberpasir di Pakuan Ratu ternyata dapat meningkatkan daya menahan air tanah.Bahan organik mampu mengikat air dalam jumlah yang besar, sehingga dapatmengurangi jumlah air yang hilangTingginya kandungan bahan organik tanah dapat mempertahankan kualitassifat fisik tanah sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan kelancaransiklus air tanah antara lain melalui pembentukan pori tanah dan kemantapanagregat tanah. Dengan demikian jumlah air hujan yang dapat masuk ke dalamtanah (infiltrasi) semakin meningkat sehingga mengurangi aliran permukaan danerosi.Bahan organik tanah juga memberikan manfaat biologi melalui penyediaaanenergi bagi berlangsungnya aktivitas organisma, sehingga meningkatkan kegiatanorganisma mikro maupun makro di dalam tanah.Teknik penggantian fungsi BOTUntuk tujuan pengembalian kesuburan tanah terutama yang berhubungandengan penyediaan unsur hara, fungsi bahan organik dapat digantikan dengan4 Pemecahan Masalah

Page 32: Sistem Pertnian Masa Depan

– 74 –penambahan pupuk anorganik (Gambar 4.4). Pada sistem pertanian denganmasukan rendah, bahan organik mutlak diperlukan dan pengadaannya tergantungpada masukan dari luar tanah seperti dari sisa-sisa hewan, tanaman dan manusia.Semakin canggih suatu sistem pertanian semakin berkurang ketergantungannyaterhadap BOT.Pemupukan Pemupukan bertahapPengapuranIrigasiPengolahan tanahMedia artificialFumigasi -dsbSupply haraBuffer haraBuffer airStruktur tanahLain 2x,Hama dllFungsi BOT: Teknologi Alternatif :Tebang +bakarLadangberpindahBudidayatanam : Hidroponikintensifikasi hortikulturaGambar 4.4. Hubungan skematis antara fungsi bahan organik tanah dengan berbagai sistempertanian dan teknologi alternatif.Pada sistem pertanian yang canggih (masukan tinggi), beberapa fungsibahan organik seperti penyangga hara, penahan air, perbaikan struktur tanah danpengendali hama dan penyakit, dapat dimanipulasi dengan teknologi pemupukan,irigasi, pemanfaatan soil conditioner dan penyemprotan insektisida.Pengukuran kandungan BOTIndikasi penurunan BOT biasanya diukur dari kadar C-total dan N-totalsehingga diperoleh nilai nisbah C/N, yang selanjutnya dapat dipakai untukmenaksir ketersedian hara dari mineralisasi bahan organik. Namun penelitianterakhir membuktikan bahwa kadar C-total bukan merupakan tolok ukur yangakurat, karena hasil dari pengukuran tersebut termasuk BOT stabil. MenurutWoomer et al. (1994) BOT dibagi dalam beberapa kelompok menurut umur paruhdan komposisinya (Tabel 4.4). Umur paruh BOT tersebut ditaksir melaluisimulasi model CENTURY (Parton et al., 1987). Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwaBOT lambat lapuk dan pasif (stabil) berada dalam tanah sejak puluhan bahkanmungkin ratusan tahun yang lalu. Kelompok ini meliputi asam-asam organik danbahan organik yang terjerap kuat oleh liat yang tidak tersedia bagi tanaman dan biota.Penetapan kandungan C-total dengan metoda Walkey & Black adalah mengukursemua kelompok BOT baik yang masih baru maupun yang sudah lama. Hasilpenetapan itu tidak dapat dipergunakan untuk studi dinamika BOT pada berbagai

Page 33: Sistem Pertnian Masa Depan

sistem pengelolaan lahan karena hasilnya tidak akan menunjukkan perbedaan yang4 Pemecahan Masalah– 75 –jelas. Untuk itu diperlukan sebagai tolok ukur adalah kandungan fraksi-fraksi BOTtersebut.Tabel 4.4 Pengelompokan BOT berdasarkan umur paruh yang ditaksir melalui simulasimodel CENTURY (Parton et al., 1987) dan komposisi kimianya (Woomer et al.,1994)Kelompok Bahan OrganikTanahUmur paruh(tahun)Komposisi Nama lainBahan organik metabolis(Metabolic litter)0.1 - 0.5 Isi sel, selulosa Sisa hewan,tanaman &manusiaBahan organik struktural(Structural litter)0.3 - 2.1 Lignin, polyfenol Sisa tanamanBahan organik aktif(Active pool)0.2 - 1.4 Biomasa mikrobia,Karbohidrat mudah larut,enzym exocellularFraksi labilBahan organik lambat lapuk(Slow pool)8 – 50 Bahan organik ukuranpartikel (50 mm -2.0 mm)Fraksi labilBahan organik pasif(Passive pool)400 – 2200 Asam-asam humik danfulvik, kompleks organomineral (bahan organikyang terjerap kuat olehmineral liat)Substansihumus atauFraksi stabilPada prinsipnya (berdasarkan fungsinya) bahan organik tersusun darikomponen labil dan stabil, komponen labil terdiri dari bahan yang sangat cepatdidekomposisi pada awal proses mineralisasi dan akumulasi dari recalcitrant residue(residu yang tahan terhadap pelapukan) yang merupakan sisa dari prosesmineralisasi yang terdahulu. Umur paruh (turnover = waktu yang dibutuhkanuntuk mendekomposisi bahan organik sampai habis) dari fraksi labil dan stabil inibervariasi bisa beberapa bulan saja tetapi juga bisa ribuan tahun. Hasil percobaanmenggunakan isotop menunjukkan bahwa fraksi BOT dapat sangat stabil dalamtanah sampai lebih dari 9.000 tahun. Sekitar 60-80% BOT dalam tanah-tanahpada umumnya terdiri dari substansi humus.

Page 34: Sistem Pertnian Masa Depan

Fraksi labilFraksi labil terdiri dari bahan yang mudah didekomposisi berkisar daribeberapa hari sampai beberapa tahun. Komponen BOT labil terdiri dari 3kelompok:a. Bahan yang paling labil adalah bagian seluler tanaman seperti karbohidrat,asam amino, peptida, gula-amino, dan lipida.b. Bahan yang agak lambat didekomposisi seperti malam (waxes), lemak, resin,lignin dan hemiselulosa.c. Biomass dan bahan metabolis dari mikrobia (microbial biomass) dan bahanresidu recalcitrant lainnya.4 Pemecahan Masalah– 76 –Fraksi labil berperanan sangat penting dalam mempertahankan kesuburantanah yaitu sebagai sumber hara tanaman karena komposisi kimia bahan asalnyadan tingkat dekomposisinya yang cepat. Biomas mikrobia sangat penting dalammempertahankan status BOT yang berperanan sebagai “source” (sumber) dan“sink” (penyerap) bagi ketersediaan hara karena daur hidupnya relatif singkat.Faktor iklim makro yang menentukan kecepatan dekomposisi fraksi adalahtemperatur dan kelembaban tanah serta keseimbangan biomas mikrobia. Didaerah tropika basah yang memiliki resim temperatur isothermik atauisohiperthermik dan ketersediaan air tanah yang beragam sangat menentukanperkembangan populasi mikrobia tanah sehingga berpengaruh besar tehadapkecepatan dekomposisi komponen labil BO.Substansi humik: fraksi stabilKomponen BOT yang paling sulit dilapuk adalah asam-asam humik,merupakan hasil pelapukan seresah (substansi organik menyerupai lignin) ataukondensasi substansi organik terlarut yang dibebaskan melalui dekomposisi gula,asam amino, polifenol dan lignin. Jadi bisa dikatakan bahwa substansi humikadalah produk akhir dekomposisi BOT oleh mikrobia.Ketahanan susbstansi humik terhadap proses dekomposisi disebabkankonfigurasi fisik maupun struktur kimia yang sulit dipecahkan oleh mikrobia.Substansi ini secara fisik terikat kuat dengan liat dan koloidal tanah lainnya, ataudapat juga karena letaknya di dalam agregat-mikro (Hassink, 1995; Matus, 1994)dan ditambah lagi dengan adanya hyphae ataupun akar-akar halus.Kontribusi substansi humik terhadap ketersediaan hara masih belumbanyak diketahui, karena waktu turnover-nya yang terlalu panjang. Namundemikian pool stabil dari bahan organik ini tetap memegang peranan pentingsebagai biological ameliorant terhadap unsur-beracun bagi tanaman, juga sangatberperanan dalam pembentukan agregat tanah dan pengikatan kation dalamtanah. Peranan sebagai pengikat kation lebih diutamakan karena pada tanahtanah masam BOT merupakan satu-satunya fraksi tanah bermuatan positif.Keragaman hayati komponen organik tanahSeperti diketahui bahan organik tanah tersusun dari berbagai komponenbaik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Hasil penelitian menunjukkanbahwa C-organik hidup sekitar 4% dari total C-tanah yang terdiri dari akar-akarhalus, mikrobia dan fauna tanah. C-organik mati terutama terdiri dari seresahpada permukaan tanah (surface litter), seresah akar, sisa-sisa metabolikmikrorganisma dan substansi humik. C-organik hidup dan C-organik mati salingberinteraksi, termasuk organisma saprofitik yang membutuhkan C-organik matiuntuk kebutuhan metabolismanya.4 Pemecahan Masalah– 77 –Fraksionasi BOT sebagai tolok ukur perubahan kandungan BOT

Page 35: Sistem Pertnian Masa Depan

Banyak penelitian yang mengevaluasi teknik fraksionasi BOT baikberdasarkan berat jenis (BJ) maupun ukuran partikel yang dilakukan pada daerahdaerah beriklim dingin (temperate), namun masih baru untuk daerah tropis.Penetapan fraksi BOT secara fisik yaitu berdasarkan berat jenis (BJ) dan ukuranpartikel terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik karena teknik ini mampumengelompokkan BOT berdasarkan struktur dan fungsinya secara biologis. Padaprinsipnya fraksionasi BOT secara fisik ini memisahkan bahan organik denganpartikel tanah. Hasil penetapan fraksi BOT di daerah Pakuan Ratu dapat dilihatpada Contoh Kasus 4.1.Bagaimana memilih bahan organik yang tepat?Pemberian bahan organik ke dalam tanah seringkali memberikan hasil yangkurang memuaskan, sehingga banyak petani tidak tertarik untuk melakukannya.Hal ini disebabkan kurangnya dasar pengetahuan dalam memilih jenis bahanorganik yang tepat. Pemilihan jenis bahan organik sangat ditentukan oleh tujuanpemberian bahan organik tersebut. Tujuan pemberian bahan organik bisa untukpenambahan hara atau perbaikan sifat fisik seperti mempertahankan kelembabantanah yaitu sebagai mulsa. Pertimbangan pemilihan jenis bahan organikdidasarkan pada kecepatan dekomposisi atau melapuknya. Bila bahan organikakan dipergunakan sebagai mulsa, maka jenis bahan organik yang dipilih adalahdari jenis yang lambat lapuk. Apabila digunakan untuk tujuan pemupukan bisadari jenis yang lambat maupun yang cepat lapuk.Kecepatan pelapukan suatu jenis bahan organik ditentukan oleh kualitasbahan organik tersebut. Sedangkan kualitasnya ditetapkan dengan menggunakanseperangkat tolok ukur, di mana untuk setiap jenis unsur hara tolok ukur tersebutbisa berbeda-beda.· Kualitas bahan organikberkaitan dengan penyediaanunsur N, ditentukan olehbesarnya kandungan N, lignindan polifenol. Bahan organikdikatakan berkualitas tinggi bilakandungan N tinggi,konsentrasi lignin dan polifenolrendah. Yang juga pentingadalah memiliki sinkronisasipelepasan hara dengan saattanaman membutuhkannya. Nilai kritis konsentrasi N adalah 1.9%;lignin > 15% dan polifenol > 2%.Kualitas bahan organik· Penyediaan N: Nilai kritiskonsentrasi N adalah 1.9%; lignin> 15% dan polifenol > 2%.· Penyediaan P: Konsentrasi Pdalam bahan organik. Nilai kritisadalah 0.25%.· Detoksifikasi Al; Totalkonsentrasi kation yaitu K, Ca,Mg dan Na. Nilai kritis totalkonsentrasi kation > 50 cmol kg-1.4 Pemecahan Masalah

Page 36: Sistem Pertnian Masa Depan

– 78 –· Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur Pditentukan oleh konsentrasi P dalam bahan organik. Nilai kritis kadar Pdalam bahan organik adalah 0.25%.· Kualitas bahan organik berkaitan dengan detoksifikasi Al.Bahan organik mampu menetralisir pengaruh racun dari aluminiumsehingga menjadi tidak beracun lagi bagi akar tanaman. Kemampuanmerubah pengaruh suatu zat beracun menjadi tidak beracun ini disebutdengan detoksifikasi. Kualitas bahan organik berkaitan denganContoh Kasus 4.1Dinamika bahan organik tanah setelah konversi hutan menjadi lahan tebuKonversi hutan menjadi perkebunan tebu di kawasan Pakuan Ratu sangat mempengaruhikandungan BOT, karena jumlah dan kualitas masukan yang sangat berbeda. Studi dinamika Cdilakukan pada hutan sekunder dibandingkan dengan lahan tebu pada berbagai umur lahansetelah pembakaran hutan (Hairiah et al., 1995). Untuk ini dilakukan pengukuran C-total danberat kering fraksi BOT dalam suspensi silikat (LUDOX). Hasilnya disajikan pada Gambar4.5. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa konversi hutan menjadi lahan tebumenurunkan kandungan BOT baik ditinjau dari segi C-total maupun berat kering fraksi BOT(sumbu Y1) dalam suspensi LUDOX. Namun pada hasil penetapan C-total (sumbu Y2) masihterlihat variasi yang cukup besar, sedangkan dengan penetapan fraksi BOT terjadi penurunanBOT yang jelas pada waktu satu tahun setelah pembukaan hutan. Hal ini menunjukkan bahwauntuk tujuan penetapan cadangan BOT, pengukuran C-total tanah sudah cukup. Namununtuk tujuan mempelajari proses dinamika C dalam tanah penetapan C-total saja masih perluditambah dengan penetapan fraksi BOT.trendC-total Ringan Sedang BeratBK fraksi BOT, g kg-1Waktu diusahakan sebagai lahan tebu, tahunC-total, %trendC-total Ringan Sedang BeratBK fraksi BOT, g kg-1Waktu diusahakan sebagai lahan tebu, tahunC-total, %Gambar 4.5 Kandungan bahan organik tanah (BOT) pada hutan (0 tahun) dan lahan tebupada berbagai umur (2-10 tahun) setelah pembakaran hutan.kemampuan dalam mendetoksifikasi ditentukan dengan tolok ukur totalkonsentrasi kation K, Ca, Mg dan Na. Pelepasan kation-kation tersebutdari hasil dekomposisi bahan organik dapat menekan kelarutan Almelalui peningkatan pH tanah.Bahan organik yang mempunyai total konsentrasi kation > 60 cmol kg-1merupakan bahan organik yang berpotensi untuk tujuan penguranganefek beracun Al. Semakin tinggi nilai total konsentrasi kation suatubahan organik semakin kuat kemampuannya dalam mengurangi efekberacun Al. Namun ada beberapa jenis tanaman yang mampumengurangi efek beracun Al walaupun nilai total konsentrasi kationnyatidak terlalu tinggi. Misalnya gamal (Gliricidia) memiliki totalkonsentrasi kation sekitar 52 cmol kg-1. Penambahan bahan organik

Page 37: Sistem Pertnian Masa Depan

berasal dari gamal sebanyak 10 ton ha-1 pada tanah di Lampung Utaradapat menekan Al yang meracun bagi tanaman (Al-monomerik) sampaiserendah 2.87 mmol, di mana nilai ini telah berada di bawah batas ambangtoleransi akar tanaman jagung. Nampaknya peningkatan konsentrasiasam-asam organik terlarut selama proses mineralisasi juga harusdipertimbangkan, terutama asam fulvat yang dapat menekan kelarutanAl-anorganik monomerik.Hasil analisis beberapa variabel yang dipakai sebagai tolok ukur kualitasbahan organik akan sangat membantu petani dalam memilih jenis bahan organikyang sesuai dengan kebutuhannya. Informasi tentang hal ini disajikan dalam Bab5 Tabel 5.4.Pemberian bahan organik untuk menambah N dan unsur hara lainPenambahan bahan organik ke dalam tanah baik melalui pengembalian sisapanen, kompos, pangkasan tanaman penutup tanah dan sebagainya dapatmemperbaiki cadangan total bahan organik tanah (capital store C). Praktek pertaniansecara terus-menerus akan mengurangi cadangan total C dan N dalam tanah.Namun apabila ada pemberaan maka secara bertahap kondisi tersebut akan pulihkembali. Dari semua unsur hara, unsur N dibutuhkan dalam jumlah palingbanyak tetapi ketersediannya selalu rendah, karena mobilitasnya dalam tanahsangat tinggi. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara N sangat ditentukanoleh kondisi dan jumlah bahan organik tanah. Ada tiga bentuk cadangan N (Ncapital), yaitu:· Cadangan N yang selalu berubah, yaitu mineral-N (NH4+ danNO3). Bentuk ini dapat diibaratkan seperti uang tunai dalam saku, yangtersedia sehingga mudah dipergunakan sewaktu-waktu. Jadi bentuk Nini mudah hilang dari dalam tanah.· Cadangan N jangka pendek hingga sedang, yaitu N yangterkandung di dalam bahan organik tanah. Bentuk N ini dapatdiibaratkan sebagai gaji bulanan atau tahunan, yang tersedia setelah4 Pemecahan Masalah– 80 –jangka waktu tertentu. Unsur hara N berasal dari bahan organik tanahyang dapat termineralisasi dalam jangka pendek (beberapa bulan)sampai sedang (antara 1-5 tahun).· Cadangan N jangka panjang (10 tahun), dapat diibaratkan simpananbatangan emas di Bank, adalah bentuk N dalam bahan organik yangsangat sulit lapuk (recalcitrant).Tiga sumber utama N tanah berasaldari bahan organik tanah, N tertambat dariudara bebas oleh tanaman kacang-kacangan(legume) yang bersimbiosis dengan bakterirhizobium dan dari pupuk anorganik.Pelapukan bahan organik di daerah tropikasangat cepat mengakibatkan N juga cepatdilepas dalam bentuk N-anorganik yangmudah tersedia bagi tanaman. Unsur Nyang tersedia dalam jumlah besar ini tidakmenjamin tercapainya produksi tanamanyang optimum! Hasil-hasil penelitian diPakuan Ratu menunjukkan bahwapenambahan bahan organik asal famili kacang-kacangan (legume) dapat

Page 38: Sistem Pertnian Masa Depan

melepaskan hara N sekitar 20 - 45% dari jumlah total N yang terkandung didalamnya (Handayanto et al., 1994) selama satu siklus tanaman semusim.Dari jumlah yang dilepaskan ternyata hanya sekitar 30% nya yang dapatdimanfaatkan oleh tanaman semusim.Timbul pertanyaan: mengapa hanya sedikit hara yang dapat dimanfaatkanoleh tanaman semusim? Sebab saat tersedianya N dalam tanah tidak bertepatandengan saat tanaman membutuhkannya, yang selanjutnya disebut rendahnyasinkronisasi antara ketersediaan hara dan kebutuhan tanaman. Tingkatsinkronisasi ini ditentukan oleh kecepatan dekomposisi (melapuk) danmineralisasi (pelepasan unsur hara) bahan organik. Sementara itu kecepatanmelapuk bahan organik ditentukan oleh berbagai faktor antara lain kelembaban,suhu tanah dan kualitas bahan organik. Gambar 4.6 memberikan ilustrasi secaraskematis tentang sinkronisasi dari berbagai kualitas masukan bahan organik.Bahan organik berkualitas tinggi akan cepat dilapuk dan akibatnya unsurhara (misalnya N) dilepaskan dengan cepat menjadi bentuk tersedia. Jika yangditanam adalah tanaman yang lambat pertumbuhannya, maka pada saat bahanorganik dilapuk dan unsur hara N dilepaskan dalam jumlah maksimal, ternyatatanaman belum membutuhkan N dalam jumlah banyak. Dengan kata lain terjadikelebihan N tersedia tetapi tidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga Nyang berlebih ini dapat hilang melalui pencucian dan penguapan (Gambar 4.6.a).Selanjutnya pada saat tanaman tersebut membutuhkan N dalam jumlah banyak(ketika mencapai fase pertumbuhan cepat), ternyata N tersedia dalam tanah sudahtidak mencukupi lagi. Pengaruh yang berbeda akan dijumpai apabila bahanContohTanaman pagar gamal (Tabel 2.3.)mengandung N sekitar 180 kg ha-1.Jumlah N yang dapat dilepaskan kedalam tanah berkisar antara 36 - 81kg ha-1 (20 – 45%)Jumlah N yang diserap olehtanaman semusim yang ditanam diantara baris tanaman pagardiperkirakan hanya 10 - 24 kg ha-1 (5– 13%)4 Pemecahan Masalah– 81 –organik yang berkualitas rendah diberikan pada tanaman yang pertumbuhannyacepat. Pada saat tanaman membutuhkan unsur N dalam jumlah banyak, bahanorganik belum termineralisasi, sehingga N tersedia dalam tanah tidak cukup.Dalam hal ini terjadi tingkat sinkronisasi rendah, di mana penyediaan hara lambatsementara tanaman telah membutuhkannya, sehingga terjadi kekahatan hara(Gambar 4.6.b).Gambar 4.6 Skematis sinkronisasi saat ketersediaan hara dari hasil mineralisasi dengan saattanaman membutuhkannya pada berbagai macam masukan bahan organik (a)kualitas tinggi, (b) kualitas rendah, (c) campuran kualitas tinggi dan rendah dan(d) tanpa masukan bahan seresah (Myers et al., 1995).

Page 39: Sistem Pertnian Masa Depan

Idealnya, tanaman pagar harus mampu menghasilkan seresah dengankemampuan melapuk cukup lambat untuk menekan kehilangan N yangdilepaskan, tetapi cukup cepat untuk menjamin ketersediaan N pada saatdibutuhkan tanaman. Kenyataannya, sangat sulit menemukan pohon yangmemiliki sifat ideal seperti ini. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya pohondengan serasah yang cepat melapuk ditanam bersama-sama dengan pohon yangmemiliki serasah lambat lapuk (Gambar 4.6.c).Bila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah (Gambar 4.6.d), akanterjadi masalah pencucian dan sekaligus kelambatan penyediaan hara. Padakondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organikyang masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C tanahsemakin berkurang.Bagaimana menerapkan hasil penelitian ke lapangan?Penelitian tentang dasar-dasar pengelolaan bahan organik sudah banyakdilakukan dan hasilnya telah dipublikasikan secara luas. Hasil penelitian tersebut4 Pemecahan Masalah– 82 –seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para praktisi untuk bahan pertimbangandalam mengambil keputusan pengelolaan bahan organik. Hal ini dapat dilakukanapabila para praktisi mampu menterjemahkan data hasil penelitian tersebutmenjadi tindakan praktis. Oleh sebab itu berikut ini dikutip salah satu prosedursederhana dan ringkas yang bisa menuntun kita dalam mengambil keputusanpengelolaan bahan organik bila tersedia data karakteristik kimia bahanbersangkutan, yaitu kandungan N, lignin dan polyphenol (Gambar 4.6.a).Jika kita berhadapan dengan suatu bahan organik disertai informasikarakteristik kimianya (data analisis kimia), maka kita bisa mengikuti langkahlangkah berikut ini:1. Bila kandungan N > 2,5%, bahan organik ini dikatakan berkualitas tinggi, makaada dua kemunginan:a) Bila kandungan lignin < 15% dan polyphenol < 4%, maka:- Bahan organik tersebut dibenamkan bersamaan dengan saat tanamtanaman semusim, sebagai pupuk in-situ.- Bahan organik tersebut jangan dicampur dengan pupuk atau bahanorganik berkualitas tinggi, karena akan hilang percuma.b) Bila kandungan lignin > 15%:- Bahan organik tersebut dicampur dengan pupuk atau bahan organiklain yang berkualitas tinggi (kandungan N > 2,5%)2. Bila kandungan N < 2,5%, dibagi dua kelompok berdasarkan kandunganligninnya:a) Bila kandungan lignin < 15%, maka direkomendasikan:- Bahan organik tersebut dicampur dengan pupuk atau ditambahkanpada kompos.- Bahan tersebut jangan disebar pada permukaan tanah untuk menekanevaporasi dan erosi, karena cepat melapuk sehingga cepat hilang dantidak dapat menjaga kondisi air tanah.b) Bila kandungan lignin > 15%, maka:- Bahan organik ini dapat disebar pada permukaan tanah sebagai mulsauntuk menekan evaporasi dan erosiProsedur sederhana untuk menentukan cara pengelolaan bahan organikyang tepat seperti contoh di atas (Gambar 4.7.a) sebenarnya dapat dikembangkansendiri oleh para praktisi dan petani berdasarkan pengetahuan dan pengalamanyang dimiliki, karena tidak semua kasus bisa mengikuti pola aturan ilmiah di atas.

Page 40: Sistem Pertnian Masa Depan

Sebagai contoh, sebuah pedoman serupa dikembangkan oleh petani di Zimbabweberdasarkan pengalaman dan kebutuhan mereka (Giller, 1999). Pedoman inididasarkan pada karakteristik bahan secara sederhana yaitu warna daun (Gambar4.7.b). Penggunaan pedoman ini dapat dijelaskan sebagai berikut:Bahan organik seresah dipisahkan dalam dua kelompok besar berdasarkan warnadaun yang dominan:1. Bila daun berwarna hijau, ada dua kelompok:4 Pemecahan Masalah– 83 –a) Apabila daun tidak berserat dan mudah hancur, terasa sangat kelat (Bah.Jawa: sepet), maka direkomendasikan:- Bahan organik tersebut dapat dibenamkan in-situ bersamaan denganwaktu tanam tanaman semusim.b) Apabila daun berserat dan tidak mudah hancur, tidak terasa kelat, makadirekomendasikan:- Bahan organik tersebut jangan dibenamkan in-situ bersamaan denganwaktu tanam tanaman semusim.- Bahan tersebut sebaiknya dicampur dengan pupuk atau bahan organiklain yang berkualitas tinggi2. Bila daun berwarna kuning dipisahkan menjadi dua kelompok:a) Apabila mudah hancur seperti tepung, maka direkomendasikan:- Bahan organik tersebut dicampur dengan pupuk atau ditambahkanpada kompos.- Bahan organik tersebut jangan disebar pada permukaan tanah sebagaimulsa karena bahan organik cepat melapuk sehingga tidak dapat untukmenekan evaporasi dan erosi.b) Apabila tidak mudah hancur bila kering, maka direkomendasikan:- Bahan organik tersebut dapat disebar pada permukaan tanah sebagaimulsa untuk menekan evaporasi dan erosi.Karakteristik Bahan OrganikN > 2.5 %Lignin < 15%Polyphenols < 4%Lignin < 15%Dibenamkan bersamaandng. saat tanam tanamansemusimDicampur dng.pupuk atau BOkualitas tinggiDicampur dng. pupukatau ditambahkan pdkomposDisebar pada permukaantanah utk. menekanevaporasi dan erosiYa TidakYa YaWarna daunDaun berserat (tidak hancur)Rasanya sangat kelatDaun hancur seperti tepung bila kering

Page 41: Sistem Pertnian Masa Depan

Dibenamkan bersamaandng. saat tanam tanamansemusimDicampur dng.pupuk atau BOkualitas tinggiDicampur dng. pupukatau ditambahkan pdkomposDisebar pada permukaantanah utk. menekanevaporasi dan erosiYa YaTidak TidakTidak Tidak(b)(a)Hijau KuningGambar 4.7 Alur pengambilan keputusan pengelolaan bahan organik pada sistem pertanian.(a) Kualitas bahan organik berdasarkan data analisis komposisi kimia (b)berdasarkan pengalaman praktis pada tingkat petani (Giller, 1999).4 Pemecahan Masalah– 84 –Setelah mengenal prinsip-prinsip dasar kualitas bahan organik maka faktorlain yang harus dipertimbangkan adalah curah hujan. Risiko kehilangan haratertinggi terjadi pada musim penghujan karena hara tersebut tercuci bersamadengan aliran air ke bawah (perkolasi), akibat curah hujan yang tinggi. Untukmenekan kehilangan hara akibat pencucian ini, perlu diatur strategi pemberianyang didasarkan pada pertimbangan jenis bahan organik atau kecepatanmelapuknya, jenis tanaman yang ditanam dan kalender musim. Pengalamanpenelitian di Lampung Utara yang dituangkan dalam Gambar 4.8. dapatdipergunakan sebagai contoh untuk mempertimbangkan pemilihan cara-carapengelolaan bahan organik.Sisa-sisa panenan yang cepat lapuk (misalnya tanaman penutup tanah dankedelai) sebaiknya diberikan pada awal dan akhir musim penghujan.Pembenaman sisa panenan jagung dan kedelai dan tanaman penutup tanah padaakhir musim penghujan memberikan keuntungan pada tanaman jagung yangditanam pada awal musim penghujan berikutnya. Jerami jagung lambat lapuksedangkan jerami kedelai dan tanaman penutup tanah cepat lapuk, namun selamamusim kemarau dekompisisi dan mineralisasi hara dari campuran bahan organikini berjalan sangat lambat dan risiko pencucian kecil. Dengan demikian strategiini cukup menguntungkan bagi petani.Gambar 4.8 Waktu pemberian bahan organik dengan mempertimbangkan faktor kualitasbahan organik dan musim penghujan di Lampung Utara (modifikasi dariHandayanto dan Ismunandar, 1999).Dalam kaitannya dengan pengelolaan bahan organik tanah, timbulpertanyaan berikut “Apakah pengelolaan N tanah harus dipusatkan pada usahamempertahankan kandungan bahan organik tanah guna meningkatkan efisiensi serapan Noleh tanaman atau cukup dengan pengaturan saat ketersediaan N baik dari bahan organik4 Pemecahan Masalah– 85 –maupun pupuk buatan bertepatan dengan saat tanaman membutuhkannya?”. Jawabannya

Page 42: Sistem Pertnian Masa Depan

adalah kedua-duanya diperlukan !! Adanya pengembalian bahan organik ke dalamtanah dan pengaturan saat pelepasan N berarti ada upaya restorasi kondisi tanahyang berkaitan dengan cadangan N.B. Menjaring unsur haraSalah satu permasalahan yang sangat merugikan usaha tani pada tanahmasam adalah rendahnya efisiensi pemupukan akibat proses pencucian unsur harayang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena perakaran tanaman semusim umumnyatersebar pada lapisan atas yang sangat dangkal, sehingga adanya hujan yang tinggimenyebabkan unsur hara yang diberikan dalam bentuk pupuk cepat sekali terbawake lapisan yang lebih dalam. Unsur hara yang masuk ke lapisan bawah sudah diluar jangkauan akar tanaman semusim, sehingga dapat dikatakan “hilang” karenatidak dapat dimanfaatkan. Unsur hara yang hilang ini perlu diselamatkan agarefisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkankeuntungan usaha tani di tanah masam.Memilih tanaman berperakaran dalamCurah hujan yang tinggi mengakibatkan banyak hara yang hilang terbawaaliran air ke lapisan bawah dan ke samping sehingga kemasaman tanah meningkat,kemudian timbul masalah keracunan Al. Pada umumnya konsentrasi Al di lapisanbawah lebih tinggi dari pada di lapisan tanah atas, sehingga akar tanamancenderung menghindari Al yang beracun tersebut dengan membentuk perakaranyang hanya menyebar di lapisan atas. Akibat berikutnya, akar tanaman semusimyang menderita keracunan Al tersebut tidak dapat menyerap unsur hara secaraoptimal, juga tidak dapat menyerap unsur hara yang berada di lapisan bawah.Tumpangsari antara tanaman semusim dengan pohon dapatmenyelamatkan unsur hara yang tercuci ke lapisan bawah, karena akar pepohonanyang umumnya tumbuh lebih dalam dapat menyerap unsur hara tersebut (Gambar4.9). Semakin dalam dan berkembang perakaran pohon tersebut semakin banyakunsur hara yang dapat diselamatkan, sehingga akar pepohonan ini menyerupaijaring yang akan menangkap unsur hara yang mengalir ke lapisan bawah, fungsi inidinamakan sebagai "jaring penyelamat hara". Contoh: petaian (Peltophorumdasyrrachis) yang ditanam di sela-sela jagung.Persaingan akan air dan unsur hara antara akar pepohonan dan akartanaman semusim terjadi jika akar pohon banyak menyebar secara mendatar dilapisan atas tanah (0-20 cm), di mana sebagian besar akar tanaman semusimmenyebar. Pohon yang mempunyai sebaran akar yang demikian tidak cocokditanam secara tumpangsari atau sebagai tanaman pagar.4 Pemecahan Masalah– 86 –Gambar 4.9Skematis sinkronisasi ketersediaanhara dan saat tanamanmembutuhkan serta kedalamanperakaran yang dibutuhkan.Contoh: Akar petaian (Peltophorum) berpotensi untuk membentuk jaringpenyelamat hara karena sebaran akarnya lebih dalam daripada akar jagung(Gambar 4.10), sementara lamtoro (Leucaena leucocephala) yang berperakarandangkal pada tanah masam menimbulkan kompetisi akan air dan hara (Gambar4.11).Gambar 4.10 Sebaran perakaran petaian yang menyebar dalam di bawah akar jagung, sehinggapohon ini dapat mengurangi N yang hilang tercuci sekitar 70%, biladibandingkan dengan sistem tanpa pohon (Foto: Pratiknyo Purnomosidhi).4 Pemecahan Masalah– 87 –

Page 43: Sistem Pertnian Masa Depan

Gambar 4.11 Sebaran perakaran dangkal dari lamtoro menyebabkan kompetisi air dan haradengan akar jagung. (Foto: Pratiknyo Purnomosidhi).Seberapa dalam perakaran tanaman yang dibutuhkan?Tingkat jerapan hara dalam tanah ditentukan oleh kapasitas jerapan tanah,yang pada gilirannya ditentukan oleh kandungan liat dan kandungan bahanorganik tanahnya. Keberadaan hara bermuatan negatif (anion) dalam tanah,misalnya N sebagai NO3-akan lebih mudah tercuci dari pada berbentuk NH4+.Hal ini dikarenakan permukaan liat juga bermuatan negatif sehingga terjadi tolakmenolak, maka tingkat jerapan tanah terhadap NO3- rendah. Pada kondisi tanahmasam transformasi NH4+ menjadi NO3- oleh mikrobia berlangsung relatif lebihlambat dari pada tanah bereaksi netral, dengan demikian sebenarnya kemasamantanah akan mengurangi pencucian N.Berdasarkan perhitungan model statistik oleh Van Noordwijk dan DeWilligen (1989), pencucian di daerah Lampung mencapai kedalaman sekitar 0.7 mper tahun, bila besarnya limpasan permukaan sekitar 10% dari total air hujan.Untuk tanaman yang memiliki kedalaman perakaran sekitar 0.7 m, makakemungkinan kehilangan N melalui pencucian akan menjadi lebih kecil asalkanproses nitrifikasi berlangsung lambat. Pada kenyataannya kedalaman efektifperakaran tanaman pada tanah masam hanya berkisar antara 0-20 cm saja. Olehkarena itu kemungkinan terjadinya kehilangan hara melalui pencucian menjadibesar. Seleksi tanaman berperakaran dalam pada tanah masam, akan lebihmenguntungkan dalam mengurangi pencemaran lingkungan.C. Infeksi mikorizaSelain N, unsur hara P juga merupakan faktor pembatas pertumbuhantanaman yang sering dijumpai pada tanah masam. Pencabutan subsidi pupukmembuat petani mulai menoleh pada pupuk hayati dengan memanfaatkan bahan4 Pemecahan Masalah– 88 –yang ada di sekitar mereka. Salah satu di antaranya adalah melalui mikoriza, jasadrenik yang dapat meningkatkan ketersediaan P untuk tanaman. Mikoriza mampumenyerap P pada konsentrasi yang sangat rendah di mana akar tanaman (yangtidak terinfeksi mikoriza) tidak mampu menyerapnya. Semakin rendahkonsentrasi P dalam larutan tanah, maka peranan mikoriza semakin efektif.Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa mekanisme peningkatan serapan Padalah berdasarkan peningkatan sebaran hifa di dalam profil tanah. Hifa darimikoriza ini merupakan kepanjangan dari akar tanaman yang menembus sel akar,memberikan pengaruh yang sangat menguntungkan karena dapat menambah luaspermukaan akar sehingga dapat menambah jumlah serapan air dan P. Gambarskematis dari “endo-mycorrhyza” yang berasosiasi dengan akar pepohonan disajikanpada Gambar 4.12.Gambar 4.12 Skematis endomikoriza pada akarpepohonan (kiri) dan foto VAM(Vesicular-Arbuscular Mycorrhizas) pada

Page 44: Sistem Pertnian Masa Depan

akar paitan (Tithonia diversifolia) (Foto:Supriyadi)Melakukan inokulasi mikoriza kepada akar tanaman di tingkat petani tidaklazim dilakukan. Pemilihan tanaman legume penutup tanah dan pohon yangperakarannya berpotensi tinggi terinfeksi mikoriza sangat dianjurkan sebagaitanaman pagar, guna membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P.Pada tanah masam di Nigeria, infeksi mikoriza pada akar tanaman legumepenutup tanah (LCC) biasanya rendah berkisar antara 2-6% (Hairiah dan VanNoordwijk, 1986). Gamal memiliki tingkat infeksi mikoriza yang lebih tinggidaripada tanaman pagar lainnya, sedang jagung dan ubi kayu memiliki tingkatinfeksi yang tinggi antara 30-40% (Tabel 4.5).4 Pemecahan Masalah– 89 –Tabel 4.5 Infeksi mikoriza (% total panjang akar) pada beberapa tanaman legume penutuptanah pada saat tanaman berumur 14 minggu pada tanah masam (Hairiah dan vanNoordwijk, 1986).Jenis LCC % Infeksi mikorizaKoro benguk (Mucuna pruriens var. utilis) 3.5Ki besin (Centrosema pubescens) 7.4Kacang ruji (Pueraria javanica) 2.9Kecipir (Psophocarpus palustris) 4.7Desmodium ovalifolium 5.8Jagung (Zea mays) 43Ubi kayu (Manihot esculenta) 32Gamal (Gliricidia sepium) 12.5Lamtoro (Leucaena leucocephala) 3.5Flemingia congesta 1.6Bulangan (Gmelina arborea) 3.8D. Menanam tanaman famili leguminosePenambahan unsur hara N ke dalam tanah dapat melalui dua cara yaitumelalui pemupukan misalnya urea dan penambatan N dari udara. Pemupukananorganik mempunyai pengaruh sampingan yang kurang baik yaitu selainmemasamkan tanah, juga menyebabkan polusi lingkungan karena tingkatpencucian N yang sangat tinggi pada lahan pertanian intensif. Pupuk N jugamerupakan sarana produksi yang mahal, terutama setelah dihapuskannya subsidipupuk. Konsep nutrisi tanaman harus mengintegrasikan unsur hara dan faktorproduksi lainnya ke arah pertanian yang produktif dan berlanjut, yang dapatmempertahankan kesuburan tanah, produktivitas tanah, dan keuntungan lainnya.Konsep pengelolaan N secara biologi ini mencakup upaya mencapai efisiensiterbesar dalam penggunaan pupuk anorganik dan mengoptimalkan pemanfaatansumber N alternatif seperti bahan organik dan penambatan N bebas di udara.Udara yang kita hirup sesungguhnya mengandung banyak N (sekitar 78%), tetapitidak dapat kita manfaatkan seperti yang dilakukan organisme tinggi lain. UnsurN bebas di udara tersebut dapat tersedia bagi tanaman melaui aktivitasmikroorganisme dalam tanah. Penyediaan unsur N secara biologi ini hanyamenggunakan energi matahari sehingga merupakan sumber yang murah, dan yangterpenting tidak mengakibatkan polusi lingkungan.Di antara banyak pilihan dalam penyediaan N dari udara, penambatan Nbebas oleh simbiosis legume-rhizobium merupakan sistem yang palingmenjanjikan. Bakteri rhizobium yang ada dalam tanah akan menempel padapermukaan bulu akar, kemudian biasanya ujung bulu akar membengkak(melingkar) karena kecepatan pembelahan sel pada ke dua sisi akar yang tidak

Page 45: Sistem Pertnian Masa Depan

sama terhenti. Pada bagian dalam lekukan, kerusakan dinding sel tanaman terjadimengakibatkan bakteri rhizobium dapat memasuki bulu akar. Hal ini diawalidengan pembentukan benang infeksi yang tumbuh sepanjang akar rambut dan4 Pemecahan Masalah– 90 –akhirnya mencapai korteks. Bintil akar kemudian terbentuk di mana penambatanN dari udara bebas berlangsung. Rhizobium hidup dalam bintil akar,menggunakan N bebas dari udara tanah, dan mengubahnya menjadi bentuk NH3.Bentuk dari bintil akar ini bermacam-macam, misalnya bintil akar padakoro benguk yang menyerupai kipas, pada kacang tunggak berupa bulatan sepertikelereng dengan permukaan agak kasar (Gambar 4.13). Perakaran tanaman yangmempunyai banyak bintil akar dengan sendirinya menunjukkan bahwa tanamantersebut merupakan inang Rhizobium yang mempunyai potensi besar sebagaipengikat N.Apakah penanaman legume dapat meningkatkan N-Kapital?Pada umumnya tanaman kacang-kacangan (legume) dapat meningkatkanproduksi tanaman pangan bila ditanam secara tumpangsari ataupun tumpang gilir,karena jumlah N tanah meningkat akibat adanya tambahan N dari hasilpenambatan N bebas di udara. Banyaknya N yang diikat dari udara bervariasitergantung dari jenis tanamannya. Beberapa jenis legume dari familiCaesalpinioideae tidak membentuk bintil akar, dan pada umumnya tanaman darikeluarga tersebut tidak mampu menambat N dari udara bebas, sebagai contohnyaadalah petaian (Peltophorum dasyrrachis).Gambar 4.13 Skematis bintil akar koro benguk (Mucuna pruriens var. utilis) dan kacang tunggak(Vigna unguiculata)Tidak semua tanaman legume dapat menguntungkan tanaman lainnya,bahkan ada beberapa legume penghasil biji (grain legume) yang justru menyerap Nlebih banyak dari pada N yang disumbangkan melalui penambatan N di udara.Giller et al. (1995) mengatakan bahwa besarnya kontribusi N tanaman legumemelalui penambatan N ditentukan oleh besarnya Indeks Panen-N (N-HarvestIndex) tanaman tersebut. Indeks Panen-N ini merupakan persentasi jumlah Nyang ada di biji per total jumlah N di tajuk. Index panen-N tinggi artinya apabilasebagian besar N asal fiksasi N ditumpuk dalam biji tanaman maka N tersebut4 Pemecahan Masalah– 91 –akan terangkut keluar tanah bersama panenan. Dengan demikian jumlah N yangtersisa yang kembali ke dalam tanah (kapital N) melalui pengembalian sisapanenan dan akar-akar yang tertinggal dalam tanah tidak akan memberikansumbangan yang berarti bagi tanaman yang ditanam selanjutnya atau bahkanjustru menimbulkan kahat N. Dan bila legume ditanam secara tumpangsari akanmerugikan tanaman lainnya. Jadi menanam legume yang memiliki index panen-Ntinggi akan menghasilkan cadangan (kapital) N yang rendah.Penelitian-penelitian pengelolaan N banyak melakukan pengukuranpenambatan N oleh legume di lapangan, namun sayangnya tidak dikaitkan denganindeks panen-N tanaman pada setiap system pola tanam sehingga kurangmembantu petani dalam menentukan strategi pengelolaan N. Contoh sintesisdata penambatan N dan indeks panen-N dapat dilihat pada contoh kasus 4.3 dan4.4 berikut ini.4 Pemecahan Masalah– 92 –Contoh Kasus 4.2Cara mengevaluasi peranan Legume untuk

Page 46: Sistem Pertnian Masa Depan

meningkatkan kapital-NUntuk penilaian itu perlu dibuat diagram (Gambar 4.14) sebagai alat bantu. Gambartersebut memberikan ilustrasi secara skematis tentang penilaian keuntungan tanamanlegume dalam memperbaiki kapital-N tanah.1. Dibuat sumbu Y sebagai pengaruh legume terhadap kapital N tanah. Sumbu Y inidibagi menjadi dua yaitu:(a) Nilai positif merupakan tambahan N hasil penambatan dari udara, nilainyaberkisar antara 0-100%.(b) Nilai negatif merupakan jumlah N yang terangkut keluar tanah, nilainya berkisarantara 0-100%.2. Dibuat sumbu X tegak lurus sumbu Y yang merupakan nilai Index panen (jumlah Nbiji per jumlah total N pada tajuk), nilainya berkisar antara 0-100%.3. Ditarik garis diagonal yang menghubungkan sumbu Y dan sumbu X yangmenunjukkan jumlah N yang tertambat maupun yang terangkut keluar plot. Garisdiagonal paling atas menunjukkan besarnya penambatan N 100% yang tidakmungkin diperoleh pada kondisi sebenarnya di lapangan, sedang garis paling bawahmenunjukkan bahwa legume yang tidak menambat N dari udara bebas.Dengan demikian untuk tujuan praktis jumlah netto N dari berbagai jenis tanamanlegume dapat diletakkan dalam bagian terarsir pada gambar tersebut. Informasi ini akanmembantu petani/penyuluh dalam mengklasifikasikan pengaruh legume, menjadi:(a) menguntungkan bila nilai netto yang diperoleh positif(b) netral, tidak memberikan keuntungan terhadap penyediaan N tetapi mungkin hanyamenguntungkan bila ditinjau dari segi C-organik.(c) merugikan bila nilai netto negatif (misalnya kacang tanah varietas lokal di Lampung)N - Indeks PanenPengaruh legume thdp. Kapital- NTerangkut keluar Tambahan+100%-100%0100 %33%67%0 100%0%N2 dariudara bebasLegume yang tidakmenambat N33% 67%Gambar 4.14 Hubungan skematis pengaruh tanaman legume terhadap kapital N tanah(Giller et al., 1994)4 Pemecahan Masalah– 93 –Contoh Kasus 4.3Apakah penyisipan Legume dalam pola tanammeningkatkan kapital-N?Berikut adalah hasil perhitungan neraca N dari 2 pola tanam yang diuji padatanah masam di Lampung, yaitu: budidaya pagar dan sistem tumpang gilir antaratanaman legume dengan tanaman pangan. Tanaman pagar gamal (Gliricidia sepium) danpetaian (Peltophorum dasyrrachis) ditanam berselang seling dalam baris dibandingkandengan Flemingia saja sebagai tanaman pagar. Untuk sistem tumpang gilir, legume yang

Page 47: Sistem Pertnian Masa Depan

ditanam adalah kacang tanah diikuti kacang tunggak. Tanaman pangan yang ditanamadalah tumpangsari jagung dan padi. Untuk mengukur neraca N pada setiap system polatanam ditentukan besarnya N yang terangkut keluar plot dan N yang masuk ke dalamtanah hasil dari penambatan N di udara selama 2–3 tahun. Hasil perhitungan disajikanpada Tabel 4.7.Tabel 4.7 Neraca N per tahun pada sistem budidaya pagar berumur 2 dan 3 tahun(yang ditunjukkan dengan angka dalam kurung) dan tumpang gilir. Jumlah Ntertambat dari udara pada tahun ke tiga ditetapkan hanya berdasarkanasumsi bahwa jumlahnya sama dengan yang diperoleh pada tahun ke 2(Hairiah et.al., 2000).Budidaya pagarPetaian+gamal FlemingiaTumpang gilirKc. Tanah - KcTunggakKg ha th-1N-terangkut keluar1)34 (70) 37 (82) 77 (110)N- kembali ke dalam tanahPenambatan oleh pohon (hanyadilakukan oleh gamal, petaiantidak memiliki bintil akar)38 35 0Penambatan oleh kc.tanah 20 16 34Penambatan oleh kc.tunggak 3 8 18Neraca N per sistem2)27 (-9) 22 (-19) -25 (-53)Keterangan:1) N-terangkut keluar tanah melalui pengangkutan hasil panenan yaitu biji padi,.jagung dankacang tanah atau kacang tunggak.2) Neraca N per system: merupakan hasil pengurangan N yang masuk ke dalam tanah (hasil daripengembalian sisa panenan, pangkasan tanaman pagar (untuk system budidaya pagar) dan hasilpenambatan N di udara) dengan N yang keluar tanah. Masukan lewat akar yang tertinggaldalam tanah untuk sementara tidak dimasukkan dalam perhitungan.4 Pemecahan Masalah– 94 –Contoh kasus 4.3 (Lanjutan)Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pada sistem budi dayapagar jumlah N yang ditambat oleh kacang tanah dan kacang tunggak jauh lebih rendahdari pada sistem tumpang gilir. Kacang tanah mampu menambat N di udara sekitar 35kg ha-1 th-1, sedangkan kacang tunggak hanya separuhnya. Tanaman pagar gamal danFlemingia menambahkan N dalam jumlah yang kurang lebih sama dengan yang diberikanoleh kacang tanah. Namun yang perlu dilihat disini adalah N yang terangkut keluar tanahlewat panenan, di mana pada system rotasi kehilangan N sekitar 77 kg ha-1 th-1.Sedangkan kehilangan N pada system budi daya pagar hanya sekitar separuhnya, karena

Page 48: Sistem Pertnian Masa Depan

ada pengembalian N melalui pengembalian pangkasan tajuk.Perhatikan pada nilai neraca N dari setiap system. Disini dapat dilihat bahwapada umur 2 tahun system budi daya pagar memberikan saldo positif, artinya system inimasih mampu menyumbangkan N ke dalam tanah sekitar 25 kg ha-1 th-1. Sedangkanpada system tumpang gilir, penanaman legume tidak dapat menutup kehilangan Nmelalui pengangkutan panenan. Neraca N yang diperoleh sekitar - 25 kg ha-1 th-1. Padasystem tumpang gilir ini nampaknya masih diperlukan penambahan pupuk N (misalnyaurea) dalam jumlah sedikit paling tidak hanya untuk menggantikan N yang hilangtersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua tanaman legumedapat memperbaiki kapital N tanah. Faktor pengelolaan lain dalam satu sistem polatanam sangat menentukan besar kecilnya sumbangan N tanaman legume.Hal yang dapat dipelajari disini bahwa untuk tujuan studi pembangunan kapital Ntanah dengan menanam tanaman legume di dalam sistem pola tanam, maka ada 2 halyang perlu dipertimbangkan yaitu:· Indeks panen-N. Index Panen-N rendah artinya produksi polong tinggi dengankandungan N rendah namun biomas yang ditinggalkan cukup banyak akan sangatmenguntungkan bagi tanaman yang ditanam pada musim berikutnya atau tanamanyang ditanam bersamaan.· Jumlah sisa panenan yang banyak agar kapital N dapat terjaga baik untuk jangkapendek maupun panjang.Dan perbaikan strategi pengelolaan tanah harus dilakukan berdasarkan hasil pengamatankuantitatif dalam jangka panjang.4 Pemecahan Masalah– 95 –Contoh Kasus 4.4.Dapatkah legume menambah kapital N tanah?Berikut adalah hasil pengukuran penambatan N dari udara oleh beberapa jenistanaman legume pada tanah masam di Lampung. Tanaman legume yang ditanamadalah kacang tanah, kacang tunggak, gamal dan Flemingia (Tabel 4.6.).Tabel 4.6. Besarnya N yang ditambat dari udara (fiksasi), jumlah N dalam biji danneraca N dari berbagai jenis tanaman. Neraca N = penambatan N di udara –N yang tertumpuk di biji.Jenis TanamanTotal Ntajukkg ha-1PenambatanN%PenambatanNkg ha-1N-bijikg ha

Page 49: Sistem Pertnian Masa Depan

-1Neraca Nkg ha-1Kacang tanah 48 46 22 26 - 4Kacang tunggak 31 52 16 37 - 21Gamal 26 57 15 0 + 15Flemingia 79 28 22 0 + 22Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai neraca N positif dapat diartikansebagai kontribusi N ke dalam tanah hanya ditunjukkan oleh tanaman pagar gamal danFlemingia, karena tidak ada pemanenan polong. Sedang pada kacang tanah dan kacangtunggak sebagian besar N ditumpuk di dalam biji yang semuanya diangkut ke luar plotbersama panen. Dengan demikian kedua legume penghasil biji ini tidak menambah N kedalam tanah. Bila pada tahun berikutnya lahan ditanami tanaman pangan misalnya jagungdan lahan tidak dipupuk, maka jagung akan mengalami kahat N. Informasi neraca N iniselanjutnya bisa dimasukkan ke dalam gambar 4.13. Gambar ini dapat dipakai sebagai alatbantu untuk memudahkan petani/penyuluh mengenali jenis-jenis legume yangmenguntungkan/merugikan bagi peningkatan kapital N.N - Indeks PanenPengaruh legume thdp. Kapital-NTerangkut keluar Tambahan+100%-100%0100 %33%67%0 100%0%N2 dariudara bebasKc.tunggakKc. tanahGliricidiaLegume yang tidakmenambat N4 Pemecahan Masalah– 96 –E. Memilih tanaman yang tahan terhadap keracunan AlTeknik ini memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap kualitaslingkungan karena tidak melibatkan tindakan modifikasi lingkungan pertumbuhan.Modifikasi lingkungan pertumbuhan antara lain meliputi pemupukan, pengolahantanah, dan pengairan. Namun teknik ini kurang dapat memenuhi keinginanpetani yang umumnya menghendaki tanaman yang bernilai ekonomis tinggi yangpada umumnya tingkat ketahanannya rendah terhadap keracunan Al. Selain itu,untuk perbaikan sifat tanaman secara genetik memerlukan waktu yang lama.Strategi pemilihan jenis-jenis tanaman yang tahan terhadap keracunan Aldapat didasarkan pada:a. Modifikasi sifat (inherent) tanaman melalui tes genetik untuk menjadi lebihtoleran terhadap kemasaman tinggi. Teknik ini biasanya dilakukan padajenis-jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi tetapi tidak tahan terhadapkemasaman tinggi.

Page 50: Sistem Pertnian Masa Depan

b. Tanpa modifikasi sifat tanaman. Pada strategi ini dilakukan inventarisasitanaman yang dapat tumbuh pada tanah-tanah yang memiliki masalah Al.Petani lokal umumnya memiliki pengetahuan sangat luas tentang tanamanyang toleran pada tanah masam, namun demikian transfer pengetahuan inike tempat lain masih perlu hati-hati karena masalah tanah masam ini cukupkompleks: apakan faktor penghambat pertumbuhan tanaman disebabkanoleh keracunan Al, Mn atau kekahatan P atau kation basa yang lain. Sebagaicontoh kedelai dan tebu yang tumbuh di daerah Lampung Utara, produksiyang dihasilkan sangat rendah bila tidak diiringi dengan masukan tinggi,namun di Queensland (Australia) tebu dapat berproduksi tinggi pada tanahmasam. Sehingga kultivar yang toleran pada suatu daerah masih perlu di ujiditempat lain.Beberapa tanaman yang toleran terhadap kemasaman tinggi disajikan padaTabel 4.8. Sedang beberapa tanaman yang menunjukkan hasil kurang memuaskanpada tanah masam antara lain: kedelai, kapas, jagung.Masalah dalam seleksi tanaman yang tahan terhadap keracunan AlSeleksi tanaman biasanya hanya menghasilkan dua kelompok yaitu: tahan(toleran) dan tidak tahan. Tanaman yang tahan terhadap keracunan Al adalahtanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi apa adanya. Sedangkantanaman yang tidak tahan adalah tanaman yang tidak dapat tumbuh sempurna bilatidak ada usaha manusia untuk memodifikasi lingkungan tumbuhnya.Kenyataannya beberapa jenis tanaman menunjukkan sifat yang tidaktermasuk dalam kelompok tersebut di atas yaitu adanya sifat menghindar(avoidance). Menurut Marschner (1989) strategi menghindar adalah menyangkutkemampuan akar tanaman dalam merubah lingkungan di rhizosphere melaluipeningkatan pH atau eksudasi asam organik atau diendapkan dalam akar. SedangHairiah (1992) menjabarkan ‘avoidance’ sebagai respon akar tanaman untuk4 Pemecahan Masalah– 97 –menghindari tempat-tempat yang kurang menguntungkan atau meningkatnyaaktivitas akar pada tempat-tempat yang menguntungkan. Respon lokal akar inidapat dilihat pada Contoh Kasus 4.5.Tabel 4.8 Beberapa contoh tanaman yang toleran terhadap tingkat kemasaman tinggi.Kelompok Nama lokal Nama ilmiahTanaman Pangan Padi, nanas Zea mays, Ananas comosusPalawija Kacang tanahKacang tunggakGudeArachis hypogeaVigna unguiculataCajanus cajanTanaman keras(“cash crop”)KopiTehKelapa sawitKaretCoffea canephoraThea sinensis = Camellia sinensisElaeis guinensisHevea brassilinensisPohon buah-buahan Rambutan

Page 51: Sistem Pertnian Masa Depan

NangkaDurenCempedakDukuManggisJambu airJambu bijiJambu monyet/jambu medeManggaSirsakPeteJengkolNephelium lappaceumArtocarpus heterophylusDurio zibethinusArtocarpus integerLansium domesticumGarcinia mangostanaSyzygium aqueumPsidium guajavaAnacardium occidantaleMangifera indicaAnona muricataParkia specicosaPithecellobium jiringaPohon penghasil kayu(Timber)Sungkai/jati belanda/jatiseberangPulaiBulanganSengon putihMahoniMangiumPerunema inermeAlstonia sppGmelina arboreaParaserienthes falcatariaSwietenia mahagoniAcacia mangiumTanaman pagar PetaianGamalFlemingiaLamtoroPeltophorum dasyrrachisGliricidia sepiumFlemingia congestaLeucaena leucocephalaTanaman Legumepenutup tanah (LCC)Orok-orok (Jawa)

Page 52: Sistem Pertnian Masa Depan

CallopoCallopoCentroKacang asu (bhs jawa)Kacang bengukCrotalaria junceaCalopogonium mucunoidesCalopogonium caeruleumCentrosema pubescensPueraria phaseoloidesMucuna pruriens var. utilisTanaman liar MelastomaKrinyuMelastoma sp.Chromolaena odorata4 Pemecahan Masalah– 98 –Contoh studi kasus ini memberikan informasi berguna untuk perbaikanteknik seleksi tanaman yang umumnya hanya dilakukan pada kondisi tanah yanghomogen, sedang kondisi di lapang lebih heterogen.Suksesnya pemilihan tanaman yang toleran terhadap kemasaman tinggiseringkali kurang didukung oleh nilai ekonomis yang tinggi, seperti misalnyaproduksi rambutan, nangka dan nanas yang berlebihan namun harganya sangatmurah. Kenyataan tersebut membuat petani berpaling pada komoditi lain yanglebih menguntungkan yang biasanya membutuhkan masukan tinggi sehinggateknologi pengelolaan masukan rendah yang diperoleh kurang diminati olehpetani.Contoh kasus 4.5Respon lokal akar Koro benguk (Mucuna pruriens var. utilis):menghindari keracunan Al pada lapisan tanah bawahSebagai contoh Mucuna cukup toleran tumbuh pada tanah masam di Lampung, namunsebaran perakarannya dangkal dikarenakan tingginya konsentrasi Al di lapisan bawah.Bila lapisan atas telah hilang (ditunjukkan dengan garis putus) misalnya karena erosi,sebaran akar Mucuna dapat tumbuh cukup baik pada lapisan yang lebih dalam baikdipupuk P maupun tidak. Namun demikian pertumbuhan tajuk tidak meningkat karenaketersediaan hara lainnya rendah. Jadi peningkatan pertumbuhan akar tidak selaludiikuti oleh peningkatan pertumbuhan tajuk (Gambar 4.15). Contoh studi kasus inimembuktikan bahwa Mucuna toleran terhadap konsentrasi Al tinggi bila tidak ada pilihanyang lebih baik, namun bila ada pilihan akar Mucuna masih memilih tumbuh di lapisanatas karena kandungan P yang lebih tinggi.0102030405060700 5 10 15BK akar, g m-2BK Tajuk, g m

Page 53: Sistem Pertnian Masa Depan

-2Top,OPSub, OPTop, TSPSub, TSP5:110:12 :1Gambar 4.15 Berat kering (BK) tajuk dan akar koro benguk pada berbagai kondisi tanah(Top= lapisan atas masih utuh dan Sub = lapisan atas telah hilang) denganperlakuan pemupukan P (0 P = tanapa pupuk P dan TSP = ditambahpupuk P 1 ton ha-1) (Hairiah, 1992)4.3 Teknik mana yang berkelanjutan?Tidak ada satupun teknik yang ideal yang dapat memecahkan semuamasalah yang cukup kompleks di lapangan. Namun bila kita mengetahui masalahyang terjadi di lapangan dan memahami proses-proses yang terjadi selamapenanganannya, maka strategi pengelolaan tanah masam dapat dirubah sesuaidengan kondisi dan kebutuhan.Mengingat pemulihan (restorasi) kesuburan tanah-tanah terdegradasimemerlukan waktu yang sangat lama, maka pengelolaan tanah yang tepat perlumendapat perhatian yang serius. Penentuan strategi pengelolaan tanahdipengaruhi oleh tujuannya, untuk jangka pendek atau jangka panjang. Misalnyabagi petani kecil menanam tanaman yang kurang tahan terhadap kemasamantinggi tetapi bernilai ekonomis tinggi dapat ditumpangsarikan atau bergilir dengantanaman yang toleran terhadap kemasaman tinggi. Menanam tanaman yangtoleran terhadap kandungan Al tinggi ini akan berguna untuk jangka panjangmelalui perbaikan sifat fisik tanah dan mempertahankan kandungan bahanorganik tanah. Dari hasil penelitian BMSF (Biological Management of SoilFertility) pada Ultisols di daerah Pakuan Ratu, Lampung, selama 15 tahun, telahmenghasilkan sepuluh prinsip pengelolaan tanah-tanah secara biologi yang apabiladituliskan dalam Bahasa Inggris huruf awal setiap butir dapat membentuk katayang mudah diingat yaitu “MOTHER SOIL” yang kepanjangannya sebagaiberikut:M aintain biodiversityO ptimize biological N2 fixationT une demand for and supply of N to minimize losses and need for fertilizer.H ave deep-rooted components included as ‘safety-nets’ for leaching nutrientsE ffectice acid soil tolerant germplasm and Al-detoxification by organic matterR eplace phosphorus and cations exported in harvested productsS upply permanent soil coverO mit or minimize soil tillageI ntegrate ‘service’ components (cover crops, trees) into the cropping systemL et excessive rainfall escape via by-pass flow channels4 Pemecahan Masalah– 100 –Prinsip pengelolaan pertama “mother”, perhatian lebih dipusatkan kepadausaha mempertahankan keanekaragaman hayati (M) melalui pengelolaan bahanorganik tanah, pengaturan penyediaan hara dan meningkatkan efisiensi serapan hara.Khusus untuk penyediaan hara N, menanam tanaman legume berpotensi untukmempertahankan konsentrasi N dalam tanah (O). Mengingat tingginya mobilitas N

Page 54: Sistem Pertnian Masa Depan

dalam tanah, pemilihan kualitas bahan organik merupakan strategi yang palingmendasar untuk meningkatkan sinkronisasi ketersediaan hara dengan saat tanamanmembutuhkannya (T). Sinkronisasi hara ini juga dapat ditingkatkan dengan pemilihantanaman yang berperakaran dalam yang dapat berperan sebagai jaring penyelamat hara(H). Pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap Al perlu dipertimbangkanuntuk mengurangi penggunaan kapur yang dapat meningkatkan N tercuci ke lapisanbawah (E). Selain daripada itu pengelolaan harus diusahakan untuk mengganti haraterutama P yang hilang terangkut panen (R).Kelompok ke dua “soil”, di mana pengelolaan lebih difokuskan untuk jangkapanjang yaitu mempertahankan sifat fisik tanah. Usaha pengelolaan sifat fisik tanahharus dipusatkan kepada perbaikan porositas tanah untuk mengurangi limpasanpermukaan dan erosi melalui penutupan permukaan tanah (S) dan menghindari ataumeminimalkan pengolahan tanah (O). Penggunaan tanaman legume penutup tanahatau pepohonan dalam satu pola tanam yang permanen serta usaha pengembalian sisapanenan dapat menjadi pelindung lapisan permukaan tanah dari erosi, kekeringan.dantumbuhnya gulma alang-alang (I). Akar-akar tanaman penutup tanah yang telah matiakan meninggalkan rongga besar yang dapat berfungsi sebagai jalur cepat aliran air,sehingga akan mengurangi genangan air hujan yang berlebihan (L).Berdasarkan pada uraian panjang lebar diatas maka usaha pengelolaan tanahmasam secara biologi dan terintegarasi nampaknya merupakan strategipengelolaan yang lebih menjanjikan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan.Tuntutan Konsumen

Perubahan gaya hidup dan cara pandang terhadap pangan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang akan berubah. Kecenderungan karakter konsumen yang akan terjadi pada masa depan dan sudah mulai dapat dirasakan saat ini antara lain adalah tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan akan meningkat pesat. Pada masa depan akan semakin banyak orang yang makan di luar rumah, dan semakin banyak makanan instan di rumah. Keamanan dan mutu pangan akan menjadi isue penting, walaupun mungkin ketahanan pangan masih menjadi isue yang tidak kalah penting. Di Indonesia, pasar modern (hypermarket, supermarket, minimarket) akan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Walaupun jumlah supermarket chain besar berkurang, tetapi yang bertahan makin besar, sehingga keseimbangan kekuatan bergesar dari produsen/petani ke perusahaan multinasional. Kondisi ini akan menyebabkan adanya kompetisi antara produk pangan domestik dengan produk impor (yang sering kali lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah). Tuntutan konsumen terhadap produk pertanian pada masa depan akan semakin meningkat, yang mau tidak mau, akan mempengaruhi kecenderungan manajemen produksi tanamanan. Tuntutan konsumen tersebut antara lain adalah:1. Produk pertanian harus benar-benar aman, bebas dari cemaran, racun,

pestisida, & mikroba berbahaya bagi kesehatan. Aturan mengenai batas maksimum residu (MRL = maximum reside limit) pestisida akan semakin ketat, sehingga akan mempengaruhi pengelolaan dalam perlindungan tanaman. Produk pangan juga harus bebas dari kandungan zat berbahaya, termasuk logam berat dan racun. Keracunan sianida dari singkong, Hg dari ikan, Pb dari kangkung dan sebagainya tidak akan terjadi lagi. Produk juga harus bebas dari

Page 55: Sistem Pertnian Masa Depan

berbagai cemaran. Bahan pengawet dan pewarna yang tidak diperuntukkan untuk pangan, seperti formalin, tidak akan digunakan sama sekali. Kasus pencampuran minyak solar ke CPO seperti yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu tidak akan terjadi lagi. Cemaran biologi, baik yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun bagi pertanian akan dicegah. Sanitary and Phytosanitary Measures akan semakin diperketat di karantina. Peneliti Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi hal-hal tersebut.

2. Produk pangan juga dituntut mempunyai nilai gizi tinggi dan mengandung zat berkhasiat untuk kesehatan.Konsumen menghendaki informasi mengenai kandungan fitokimia yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dalam produk pangan. Karena itu penelitian mengenai manfaat produk-produk pertanian tanaman pangan Indonesia perlu mulai segera dilakukan. Pengetahuan indigenous mengenai manfaat produk pangan perlu dibuktikan secara ilmiah dan diketahui apa fitokimia yang terkandung di dalamnya.

3. Produk pangan juga harus mempunyai mutu tinggi, tidak sekedar enak. Mutu adalah segala hal yang menunjukkan keistimewaan atau derajad keunggulan sesuatu produk. Mutu atau kualitas juga dapat dipahami sebagai kecocokan suatu produk dengan tujuan dari produksi. Dengan demikian, mutu merupakan gabungan dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang memberikan nilai kepada setiap komoditas yang terkait dengan maksud penggunaan komoditas tersebut. Secara singkat mutu termasuk semua hal yang dapat memuaskan pelanggan. Menurut versi Codex Alimentarius Standar mutu termasuk masalah tampilan produk seperti keutuhan, keseragaman, kebebasan dari cacat, hama dan penyakit, tingkat kematangan, kesegaran, kebersihan, ketahanan dalam transportasi dan penanganan, dan kemampuan agar mutu produk bertahan tetap baik sampai tujuan. Kelas, kode ukuran, kemasan dan label juga menjadi hal yang penting dalam mutu produk. Produsen pertanian perlu melakukan pembenahan dalam sistem produksinya agar dapat memenuhi kepentingan konsumen.

4. Produk pertanian harus diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan mutu lingkungan. Tuntutan terhadap kelestarian lingkungan akan semakin ketat, padahal pada saat yang sama tekanan populasi terhadap sumberdaya lahan semakin kuat. Karena itu peneliti Indonesia perlu mengembangkan teknologi pertanian yang dapat menjamin produksi pangan yang memenuhi tututan konsumen namun tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan, mencegah pencemaran tanah dan air, mencegah erosi dan hal-hal lain yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.

5. Produk pertanian juga harus diproduksi dengan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja.

6. Mempunyai traceability. Cara produksi pangan harus dapat dirunut dari pasar sampai kebun. Data-data harus transparan dan jujur. Karena itu catatan aktivitas di kebun dan rantai pasar harus menajdi perhatian.

7. Produk pangan harus tersedia dalam waktu yang tepat. Selain persyaratan di atas, produk pertanian harus tersedia dan tepat

Page 56: Sistem Pertnian Masa Depan

waktu. Untuk produk pangan tertentu kontinyuitas penyediaan menjadi faktor yang sangat penting.

8. Harga jual produk pertanian harus kompetitif. Untuk itu efisiensi dalam produksi, dalam delivery harus dilakukan. Harus dikembangkan supply chain management (SCM) yang berkeadilan dan berorientasi pada nilai produk.

Berdasarkan tuntutan konsumen, masalah yang dihadapi dan kondisi pertanian dan lingkungan pertanian di Indonesia, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pertanian Indonesia. Tantangan ini harus dijawab oleh para ilmuwan pertanian. Tantangan tersebut meliputi:1. Bagaimana menghasilkan produk pertanian dengan harga yang wajar

bagi bagi populasi yang terus bertambah.2. Bagaimana meningkatkan hasil per satuan luas (produktivitas); karena

perluasan areal sudah semakin sulit.3. Bagaimana menghasilkan lebih banyak produk pertanian dengan

menggunakan air lebih sedikit.4. Bagaimana menghasilkan produk pertanian yang lebih aman, bermutu

dan bernilai bagi konsumen.5. Bagaimana menghasilkan produk pertanian tanpa menurunkan potensi

sumberdaya lahan dan lingkungan.6. Bagaimana cara menjamin ketersediaan yang kontinyu produk

pertanian yang secara alami bersifat musiman.7. Bagaimana menghasilkan produk pertanian yang mensejahterakan

petani.8. Bagaimana meningkatkan daya saing global pertanian

Indonesia. Seperti diuraikan di atas, dayasaing produk pertanian akan ditentukan oleh kuantitas, kualitas, keamanan, kontinyuitas pasokan, ketepatan delivery, kompetitif dalam harga, dan adanya traceability (6K+T).

Strategi untuk Meraih Keunggulan Pertanian IndonesiaVisi pertanian Indonesia adalah menjadi pertanian tangguh dan modern berbasis pada pengelolaan sumberdaya alam dan genetik secara berkelanjutan yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan, penyediaan bahan baku industri dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing global.Untuk mencapai visi tersebut strateginya meliputi:1. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Pengembangan SDM pertanian

tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam penerapan teknologi pertanian, tetapi juga untuk meningkatkan motivasi dan persepsi tentang pertanian modern, dan juga untuk perbaikan moral, transformasi tradisi dan kultur menjadi pertanian berbudaya industri.

2. Penyempurnaan Kelembagaan Petani dan Pertanian. Salah satu penyebab rendahnya daya saing pertanian Indonesia adalah sempitnya lahan pertanian yang dikelola petani.Dalam kondisi seperti itu, petani pada umumnya mengelola lahan sempitnya secara sendiri-sendiri, tidak ada konsolidasi dalam pengelolaan lahan. Karena itu kelembagaan petani juga harus disempurnakan. Rekayasa sosial, penguatan kelembagaan, dan pendampingan oleh pakar menjadi kunci

Page 57: Sistem Pertnian Masa Depan

penting untuk peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia. Rekayasa sosial seperti pengembangan Komunitas Estate Padi (KEP) yang sedang dikembangkan oleh Faperta IPB, program sarjana masuk desa yang dikembangkan LPPM dengan BULOG, dan aktivitas sejenisnya perlu dikembangkan untuk pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM pertanian.

3. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi. Produktivitas dan efisiensi dapat ditingkatkan antara lain dengan penerapan teknologi yang tepat. Good Agriculture Practices, Good Handling Practices, dan Good Manufacturing Practices, menjadi salah satu pilar dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, antara lain adalah: peta perwilayahan komoditas, sumber air irigasi yang mencukupi, jalan usahatani yang mendukung penyaluran hasilpertanian, perusahaan pembibitan yang profesional, laboratorium analisis tanah, stasiun meteorologi yang dapat memberikan informasi cuaca yang dapat diandalkan, klinik tanaman, laboratorium pengendali kualitas dan sarana pasca panen dan gudang yang memadai.

4. Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian. Peningkatan nilai tambah diarahkan kepada peningkatan pendapatan masyarakat petani dan perdesaan di luar kegiatan on farm, sekaligus mendukung kebijakan lahan pertanian, dengan banyaknya peluang pendatan dari kegiatan off farm. Peningkatan nilai tambah dapat dicapai melalui Pengembangan industri pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian dan pedesaan, penguatan kelembagaan, profesionalisme tenaga kerja, sistem mutu produk pertanian, dan peningkatan daya saing produk dan pemasaran.

5. Usaha untuk Kemandirian Pangan. Strategi kemandirian pangan diarahkan pada pemenuhan pangan nasional secara mandiri berdasarkan sumberdaya alam, kemampuan produksi dan kreativitas masyarakat. Keanekaragaman pangan ditingkatkan baik sumber maupun bentuk dan citarasa hasil olahan dengan basis tepung sebagai produk antara bahan pangan. Kemandirian pangan diupayakan melalui diversifikasi pangan, pengembangan infrastruktur pertanian dan pedesaan dan pengembangan budaya industri di pedesaan. Dengan keberhasilan diversifikasi pangan, konsumsi beras diperkirakan akan turun menjadi 90 kg/kapita/tahun.

6. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Produktif dan Lestari. Pengelolaan lingkungan hidup yang produktif dan lestari diarahkan untuk terpeliharanya daya dukung lingkungan dengan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan, keaneka ragaman hayati serta keseimbangan interaksi antara semua unsur dan faktor lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang produktif dan lestari dilaksanakan melalui upaya pengembangan sumberdaya alam secara lestari, pemberdayaan masyarakat, reklamasi lahan, perluasan areal pertanian dan pengadaan lahan pertanian pangan abadi.

7. Penyempurnaan Sistem Pemasaran Produk Pertanian. Perlu dilakukanj pemberdayaan rantai pasar dengan Penerapan Supply-Chain

Page 58: Sistem Pertnian Masa Depan

Management, sehingga tipe dan karateristik hubungan bisnis berubah dari tipe transaksional menajdi tipe partneship sperti pada Gambar 1. Sehingga rantai pasokan ideal seperti pada Gambar 2 bisa tercapai.

8. Kebijakan Makro yang Mendukung Pertanian. Untuk mendukung semua hal di atas, perlu kebijakan makro yanh mendukung pertanian, ialah: (a) pertanian menjadi platform pembangunan nasional, (b) akses pertanian terhadap lahan, modal, teknologi dan informasi memadai, (c) infrastruktur pertanian dan yang mendukung pertanian dikembangkan, (d) sektor industri dan jasa berkembang dengan pesat sehingga mampu menyerap tenaga kerja dari perdesaan dan sektor pertanian, (e) dilakukan pemberdayaan masyarakat perdesaan.

Pola Pertanian pada Masa Depan

Menghadapi tantangan yang makin besar tersebut, pertanian masa

depan tidak akan bisa bertahan hanya dengan pola seperti pertanian saat

ini (konvensional). Tetapi pertanian konvensional masih akan memegang

peran yang cukup penting. Pada masa yang akan datang akan ada 3 pola

pertanian penting, ialah (1) Pertanian Konvensional; (2) Pertanian

Konservasi; (3) Pertanian dengan Teknologi Tinggi. Pada masa 5-10

tahun ke depan, di Indonesia pertanian konvensional akan tetap

dominan, namun masukan teknologi pada pola ini akan semakin tinggi.

Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan

oleh sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini

mengandalkan input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk,

pestisida untuk mendapatkan hasil pertanian yang produktif dan

bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang sistem pertanian ini akan

lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak input

teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada

masa depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian

bidang ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan

masyarakat. Kemajuan itu antara lain berupa:

1. Digunakannya varietas-varietas tanaman yang lebih produktif, lebih

bermutu, lebih tahan atau toleran pada hama dan penyakit utama,

lebih tahan pada kekurangan air dan hara, serta dapat berproduksi

tinggi pada lahan-lahan marginal.

2. Lebih memanfaatkan biota di lingkungan pertanian, baik untuk

meningkatkan kesuburan lahan, maupun toleransi terhadap OPT.

3. Penggunaan pupuk akan lebih bijaksana, berdasarkan Integrated Plant

nutrition System, sehingga tidak berlebih, berdasarkan kebutuhan

riel tanaman, tidak banyak yang tercuci dan mencemari

lingkungan.

Page 59: Sistem Pertnian Masa Depan

4. Penggunaan pestisida akan sangat berkurang; pengendalian

organisme pengganggu tanaman akan berdasarkan PHT.

5. Konsolodasi lahan-lahan pertanian akan terjadi, sehingga pengelolaan

sistem produksi akan lebih mudah.

6. Tenaga kerja di pertanian berkurang karena urbanisasi dan menjadi

pekerja pada sektor industri, sehingga:

a. terjadi peningkatan mekanisasi pertanian,

b. input energi biologi (tenaga ternak atau tenaga manusia)

akan banyak diganti energi mekanik berbasis biologi,

seperti biodisel maupun bioetanol,

c. daya tawar petani dan buruh tani lebih tinggi, sehingg

kesejahteraannya meningkat.

7. Produktivitas pertanian akan meningkat lagi setelah leveling off yang

terjadi bisa diatasi.Produksinya juga lebih bermutu, lebih bergizi,

lebih aman karena sistem pertanian dikelola dengan lebih baik.

8. Petani akan mempunyai catatan pertanian, sehingga tuntutan

terhadap traceabilitydapat dipenuhi.

Pertanian Konservasi juga akan meluas. Ada kelompok-kelompok

masyarakat yang mempunyai tuntutan terhadap pangan yang bebas

pestisida dan bebas dari pupuk kimia, serta kelompok yang ingin agar

pertanian tidak mencemari lingkungan. Dua kelompok masyarakat ini

akan semakin besar di dunia, demikian pula di Indonesia.Produktivitas

sistem ini pada umumnya rendah, lebih-lebih pada beberapa tahun

kemudian; mutu fisik/visual produk juga rendah, tetapi keamanannya

tinggi dan dipercaya oleh sebagian konsumen nilai zat berkhasiatnya

yang terkadung di dalamnya tinggi.Namun, karena adanya permintaan

yang semakin besar dari kelompok-kelompok ini akan mendorong

semakin luasnya pertanian konservasi. Pada pertanian konservasi,

prinsip utamanya adalah pertanian yang mengandalkan dan berusaha

mempertahankan kelestarian alam. Dengan pertanian konservasi

diusahakan agar tidak terlalu banyak gangguanan ekosistem dalam alam

pertanian. Pertanian ini lebih mengandalkan mekanisme ekobiologi dari

alam sehingga input yang diberikan pada sistem pertanian ini diusahakan

serendah mungkin. Kalaupun intu diberikan, maka input tersebut berupa

bahan-bahan organik alamiah yang bukan hasil budaya. Studi

ekofisiologi akan memegang peran penting dalam meningkatkan

produktivitas dan kelestarian sistem ini.

Page 60: Sistem Pertnian Masa Depan

Pertanian Teknologi Tinggi juga akan meningkat pada masa

depan. Pertanian ini akan sngat produktif, produknya bermutu tinggi,

aman, kandungan gizi dan zat berkhasiat yang ada di dalamnya bisa

diatur sesuai kebutuhan. Karena itu, pertanian ini memerlukan input

tinggi, baik berupa teknologi, bahan-bahan kimia maupun

energi.Pertanian ini bisa mengatasi kendala dan hambatan alam, bisa

sangat efisien tepai bisa juga tidak efisien. Pertanian ini juga mungkin

tidak menyebabkan degradasi lahan pertanian, maupun alam sekitar

karena tidak mengandalkan alam dalam produksi. Pertanian ini lebih

mengandalkan teknologi dan input dari hasil budaya. Pertanian ini hanya

akan melibatkan pemodal besar, bukan petani. Karena itu ada beberapa

hal yang harus mendapat perhatian:

1. Apakah sistem ini benar-benar efisien; tidak hanya dari efisiensi

ekonomi, tetapi juga teknik, energi, budaya, dan sosial?

2. Apakah sistem ini bebar-benar aman bagi planet bumi, tidak sekedar

lingkungan sempit lahan pertanian; baik pada masa kin i maupun

masa jauh ke depan?

Studi ekofisologi akan dapat membantu dalam memecahkan pertanyaan-

pertanyaan ini.

STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTANDari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang.

3.1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan SosialPembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.

3.2. Pembangunan yang Menghargai KeanekaragamanPemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan

Page 61: Sistem Pertnian Masa Depan

mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

3.3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan IntegratifPembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.

3.4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka PanjangMasyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,.implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

III. PENUTUP