Sebuah Rekam Jejeak Di Kampus Ganesha
-
Upload
jamil-misbah -
Category
Documents
-
view
222 -
download
9
description
Transcript of Sebuah Rekam Jejeak Di Kampus Ganesha
SEBUAH REKAM JEJAK DI KAMPUS GANESHA
Oleh
Misbahudin
Mahasiswa S1 Teknik Geologi ITB
Untuk sahabat-sahabat yang akan memasuki perjalanan di kampus…!
Pada Januari 2010, saya mendapat pengumuman diterima Learning Camp (LC),
semacam pelatihan untuk mempersiapkan diri mengikuti Ujian Masuk ITB. Saya
berpikir pada saat itu, bagaimana saya akan bertahan di luar kota. Selama ini, saya
tidak pernah pergi ke luar kota dalam jangka waktu yang lama. Learning Camp ini
berlangsung selama tiga pekan dari Februari-Maret 2010, bertempat di Jalan
Pahlawan, Bandung. Tetapi, di LC tersebut suasananya lebih dari yang saya
bayangkan. Suasananya cair, banyak mentor-mentor yang rame dan baik-baik.
Tentunya, kewajiban kami untuk belajar tidak dilupakan. Setiap pagi sampai sore
kami masuk kelas untuk menerima kuliah dari para pengajar. Malamnya ada
sharing moment, kami saling bertukar cerita atau curhat sesama teman sebaya,
dibimbing oleh mentor-mentor yang baik-baik. Pada akhir pekan kami diberikan
soal latihan untuk menakar sampai sejauh mana kondisi kami agar dapat
menembus kuliah di ITB, sebuah institut yang kata orang-orang berisi putera-
puteri terbaik bangsa. Institut yang untuk dapat lulus ujian masuknya saja sulit.
Tapi, saya percaya nothing is impossible. Bagi orang-orang yang memiliki tekad
dan kerja keras, impiannya bisa tercapai….
Saya yakin saat itu, jumlah 200 siswa SMA dan MA se-Jawa Barat dikumpulkan
di LC memiliki impian yang sama untuk masuk ITB. Tetapi kami harus mengikuti
aturan main yang berlaku. Kami harus mengikuti Ujian Saringan Mandiri (USM)
Daerah di kampus Ganesha. Tidak semua orang bisa masuk, hanya orang yang
memenuhi kriteria nilai tes yang disyaratkan ITB.
Kebersamaan kami sebagai siswa yang berasal dari tanah Sunda sudah terjalin
sedemikian baik dan ketika tidak semua bisa melanjutkan perjuangan di tempat
yang sama, kesedihan akan menyelimuti kami. Kami semua berharap 200 orang
ini bisa masuk ITB.
Tiba pada pengumuman USM Daerah. Pada pengumuman tersebut dinyatakan
siapa saja yang berhak menyandang status sebagai calon mahasiswa ITB.
Beberapa teman ada yang sudah memegang tiket fakultasnya masing-masing,
hanya tinggal mendaftar ulang pada hari yang ditentukan. Sebagian besar harus
mengikuti Bridging Program kategori Kemitraan, karena semua biaya persiapan
kami dari mulai LC hingga USM dan nantinya kuliah selama empat tahun di ITB
ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Rasanya kami
sangat berterimakasih kepada pejabat di daerah kami atas bantuannya untuk
mengkuliahkan kami di kampus ini.
Banyak juga kawan-kawan kami yang tidak lulus USM dan harus rela untuk
menjalani cita-cita di tempat yang berbeda. Satu hal yang perlu disadari bahwa di
manapun kita berada, di sanalah ladang bagi kita untuk menebar manfaat
sebanyak-banyaknya.
Perjalanan kami pun untuk sementara waktu terpisah pada jalan yang berbeda.
Saya termasuk ke bagian orang-orang yang masuk Bridging Program. Pada
program ini, kami diberikan matrikulasi berupa kuliah di Kampus Ganesha untuk
mempersiapkan Placement Test di akhir pekan keenam.
Sampai saat ini, saya masih terbayang suasana sejuk nan indah di dekat lembah,
berdiri dua bangunan menjulang cukup tinggi yang memberikan kami tempat
tinggal selama enam pekan dalam Bridging Program. Namanya Asrama
Rusunawa.
Selama enam pekan menjalani matrikulasi, kami mendapat banyak teman baru,
banyak ilmu akademik, serta wawasan yang mencerahkan. Tak lupa, setiap akhir
pekan kami melakukan kegiatan olahraga bersama dosen olahraga di Saraga: lari,
futsal di lapangan berpasir, voli, basket, dan lain sebagainya.
Bridging Program ini menghasilkan penempatan masing-masing dari kami berada
di fakultas mana. Alhamdulillah saat itu, saya memperoleh Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian, pilihan kedua pada Placement Test.
Hampir enam bulan saya berkutat dengan perjuangan masuk ITB. Hari itu
menjadi memori bagi kami, disambut oleh pihak rektorat di Gedung Sabuga
sebagai Mahasiswa Baru (Maba) Institut Teknologi Bandung Periode 2010/2011.
Alhamdulillah, puji syukur ini kami panjatkan kepada Allah SWT atas
kesempatan yang diberikan untuk bisa berkuliah di Kampus Gajah. Tak lupa,
kepada orangtua yang selalu mendoakan, kepada guru-guru kami, dan teman-
teman serta rekan-rekan seperjuangan.
Mulai saat itu, saya menjalani kehidupan kampus sebagai Mahasiswa ITB.
Awalnya saya sering kupu-kupu, kuliah pulang-kuliah pulang. Tetapi banyak
kegiatan, kepanitiaan dan organisasi yang nampaknya seru untuk diikuti apalagi
kami masih tingkat pertama. Jadi, tugas kuliah masih berskala kecil, mengerjakan
soal yang diberikan dosen dan kemudian dikumpulkan.
Pada tahun pertama itupun, saya berkesempatan untuk menjadi penghuni asrama
Rumah Visi Salman. Di asrama ini, banyak pengalaman menarik yang kami
alami. Sebagian besar waktu kami di asrama memang dilalui dengan keceriaan
sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Ada juga kegiatan tutorial
setiap malam bersama senior yang sudah menjalani tahap keempat di ITB.
Pada beberapa kegiatan di tingkat pertama saya menjalani kegiatan lebih banyak
di Masjid Salman, mengikuti kepanitiaan Ramadhan, Idul Adha, Training hingga
membaca buku-buku di perpustakaan Salman.
Perjalanan berlanjut hingga memasuki tingkat kedua. Penentuan jurusan di
fakultas. Awalnya saya ingin masuk Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan dahulu. Tetapi, di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
ini jurusan yang kurang lebih berkecimpung di dunia pertambangan tersebut
adalah Teknik Geologi. Selama tiga kali pengisian kuisioner pemilihan jurusan,
saya memantapkan hati untuk memilih jurusan favorit di FITB tersebut.
Alhamdulillah sampai saat ini, saya tercatat sebagai mahasiswa Teknik Geologi
ITB.
Prestasi yang saya torehkan memang belum besar. Tetapi saya merasa pilihan di
Geologi ini merupakan pilihan terbaik bagi saya. Saya harus menjalani
keberlangsungan kuliah di jurusan yang identik dengan ilmu batu ini. Tentu pada
kenyataannya tidak sekadar membahas batu saja, tetapi dengan sebongkah batu,
seorang geologis dapat merekonstruksi dunia dalam batasan ruang dan waktu
hingga saat bumi mulai menjalani kehidupannya sendiri.
Ketika sudah memasuki jurusan, saya berkesempatan menjalani beberapa
kepanitiaan di jurusan dan kampus. Salahsatunya saat menjadi Panitia Wisuda Juli
KM ITB 2012. Satu hal yang saya dapatkan pada Forum Silaturahim panitia
dengan massa kampus bahwa mahasiswa ITB ini adalah mahasiswa yang cerdas
dan terbuka untuk saling menerima pendapat orang lain. Meskipun, masih ada
beberapa orang yang terlalu bangga dengan himpunannya masing-masing.
Selain menjalani aktivitas di dalam kampus termasuk beberapa kuliah lapangan
yang dilaksanakan oleh Program Studi seperti Kuliah Lapangan ke Jonggol,
Majalengka, Padalarang, Subang, dan Karangsambung, saya juga aktif menjalani
kegiatan saya di luar kampus. Saya sempat menjadi Ketua Pelaksana Spirit Camp
2012, sebuah kegiatan temu akbar antara stakeholder Chevron dan Dompet
Dhu’afa dengan penerima Beasiswa Chevron. Pada kegiatan yang dilaksanakan
akhir tahun 2012 tersebut begitu memancarkan semangat membangun daerah dari
mahasiswa yang berasal dari pelosok desa.
Pada waktu sekarang-sekarang, saya kembali mencoba untuk merekatkan ikatan
dengan rekan-rekan seperjuangan yang menerima Beasiswa Pemprov Jabar dalam
sebuah komunitas bernama Keluarga Pelopor (KEPO), keluarga awal yang
menuntun saya menjalani masa-masa sebelum masuk ITB dan hingga sesudah
lulus nanti.
Memasuki tingkat akhir kuliah di ITB, saya memiliki sebuah keinginan untuk
berkuliah di luarnegeri, terutama di Norwegia untuk melanjutkan studi minat saya
di bidang Geologi Teknik. Suatu saat nanti saya sangat mengharapkan dapat
menjadi bagian dari orang-orang yang mencerdaskan pemuda-pemuda Bangsa di
kampus. Mengajar dengan semangat perubahan dan menanamkan kebermanfaatan
kepada semua orang.
………….
Mari jalin persahabatan melalui:
http://www.hujungdestinasi.wordpress.com
Terimakasih.