Scada Mery

download Scada Mery

of 7

description

scada

Transcript of Scada Mery

IEEE Paper Template in A4 (V1)

Pengoprasian Scada Area Magelang

GI SecangMery Fauziah Fitri Hardiyanti

([email protected])

Pembimbing : Yusnan Badruzzaman Jurusan Teknik Elektro Polines Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang, INDONESIA

AbstrakDi Indonesia, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun membuat kebutuhan daya listrik semakin besar. Meningkatnya kebutuhan daya listrik ini jelas meningkatkan kebutuhan pembanUgkit tenaga listrik juga. Hal ini juga akan UUberpengaruh besar terhadap biaya operasi, terutama biaya bahan bakar yang juga semakin besar, sehingga untuk memperoleh tenaga listrik yang berkualitas dan handal namun tetap ekonomis diperlukan suatu manajemen operasi sistem tenaga listrik yang baik. Penerapan sistem SCADA pada sistem kelistrikan akan secara otomatis meningkatkan tingkat pemahaman para dispatcher, mengenai sistem kelistrikan.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik saat ini bisa dinilai sebagai kebutuhan primer untuk kehidupan manusia. Untuk terpenuhi nya ketersediaan tenaga listrik, maka harus ada sistem yang handal dengan cara cepat dan tepat untuk mengatasi juka terjadi gangguan. PT Perusahaan Listrik Negara milik indonesia, yang bertugas memenuhi kebutuhan listrik indonesia, mengambil sistem Scada dalam sistem penyaluran listrik, yang dimulai dari pembangkit sampai konsumen. SCADA (Supervisory Contol And Data Acquisition) merupakan sistem pemantau, pengontrol yang mengontrol peralatan dan sistem dibawah nya dari jarak jauh, sehingga gangguan yang ada bisa secara cepat dan tepat untuk ditangani.1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:

1. untuk memenuhi tugas mata kuliah scada

2. untuk memeberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai scada

3. Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai pengoprasian scada ketika terjadi suatu gangguan pada salah satu feeder1.3 Batasan Masalah

Dalam makalah ini kita hanya akan fokus pada pembahasan scada secara umum dan sistem Scada Area Magelang GI Secang.II. PEMBAHASAN

2.1 PengertianSCADA (kependekan dari Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan suatu proses, seperti: proses industri: manufaktur, pabrik, produksi, generator tenaga listrik.

proses infrastruktur: penjernihan air minum dan distribusinya, pengolahan limbah, pipa gas dan minyak, distribusi tenaga listrik, sistem komunikasi yang kompleks, sistem peringatan dini dan sirine

proses fasilitas: gedung, bandara, pelabuhan, stasiun ruang angkasa.

Beberapa contoh lain dari sistem SCADA ini banyak dijumpai di lapangan produksi minyak dan gas (Upstream), Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Tegangan Menengah (Power Transmission and Distribution) dan beberapa aplikasi yang dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang cukup luas.

Sedangkan dalam distribusi tenaga listrik SCADA ( Supervisory Control And Data Acquisition ) adalah suatu system yang menyediakan kemampuan akuisisi data dan kontrol untuk keperluan industri ketenagalistrikan yang meliputi pembangkitan , transmisi dan distribusi. Sistem SCADA yang diaplikasikan dalam bidang distribusi tenaga listrik dirancang untuk memantau aktifitas listrik pada gardu listrik sehingga kondisi jaringan tenaga listrik dapat dimonitor secara real time. Selain fungsi tersebut dengan system SCADA juga berfungsi untuk melakukan perintah Remote Control ( RC ) buka / tutup suatu LBS.Secara umum system SCADA dalam distribusi tenaga listrik berfungsi sebagai berikut :

1. Mengetahui posisi saklar LBS ( terbuka / tertutup ).

2. Mengetahui posisi saklar PMT ( terbuka / tertutup).

3. Mengetahui posisi Recloser ( terbuka / tertutup).

4. Perintah untuk membuka atau menutup PMT.

5. Perintah untuk membuka / menutup LBS.

6. Perintah untuk membuka / menutup Recloser.7.Mengetahui besaran-besaran pengukuran tegangan,arus,frequency,faktor daya.

8. Mengetahui lokasi daerah yang mengalami gangguan listrik.

9. Mengetahui kurva beban.

Sistem SCADA tidak dapat berdiri sendiri, namun harus didukung oleh berbagai macam infrastruktur, yaitu:

1. Telekomunikasi

2. Master Station

3. Remote Terminal Unit

4. Protokol Komunikasi

Media telekomunikasi yang umum digunakan adalah PLC (Power Line Communication), Fiber Optik, dan Radio link. Pada awalnya penggunaan radio link dan PLC banyak digunakan, terutama karena penggunaan PLC yang tidak memerlukan jaringan khusus namun cukup menggunakan saluran transmisi tenaga listrik yang ada. Namun pada perkembangannya penggunaan PLC mulai beralih ke Fiber Optik dikarenakan kecepatan bit per second yang jauh di atas PLC. Pada kenyataannya ketiga media tersebut di atas digunakan secara bersama-sama, sebagai main dan backup.

Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di control center. Biasanya desain untuk sebuah master station tidak akan sama, namun secara garis besar desain dari sebuah master station terdiri atas:

1. Server

2. Workstation

3. Historikal data4. Projection mimic, dahulu masih menggunakan mimic board

5. Peripheral pendukung, seperti printer, logger

6. Recorder

7. Global Positioning System untuk referensi waktu, dahulu masih menggunakan master clock

8. Dispatcher training simulator

9. Aplikasi SCADA dan Energy Management System

10.Uninterruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga ketersediaan daya listrik

11. Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk mengendalikan aliran daya listrik menuju master station.2.2 Fungsi2.2.1 Fungsi Dasar SCADA 1. Telemetering (TM)

Mengirimkan informasi berupa pengukuran dari besaran-besaran listrik pada suatu saat tertentu, seperti : tegangan, arus, frekuensi. Pemantauan yang dilakukan oleh dispatcher diantaranya menampilkan daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam KV, dan arus dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau keseluruhan informasi yang dibutuhkan secara terpusat.

2. Telesinyal (TS)

Mengirimkan sinyal yang menyatakan status suatu peralatan atau perangkat. Informasi yang dikirimkan berupa status pemutus tegangan, pemisah, ada tidaknya alarm, dan sinyal-sinyal lainnya. Telesinyal dapat berupa kondisi suatu peralatan tunggal, dapat pula berupa pengelompokan dari sejumlah kondisi. Telesinyal dapat dinyatakan secara tunggal (single indication) atau ganda (double indication). Status peralatan dinyatakan dengan cara indikasi ganda. Indikasi tunggal untuk menyatakan alarm.

3. Telekontrol (TC)

Perintah untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik dapat dilakukan oleh dispatcher secara remote, yaitu hanya dengan menekan salah satu tombol perintah buka/tutup yang ada di dispatcher.2.2.2 Fungsi Utama SCADA

Untuk dapat menjalankan tugasnya, dispatcher dibantu oleh sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam suatu ruangan khusus yang disebut Control Center. Ruangan tersebut adalah ruangan dimana ditempatkannya perangkat-perangkat komputer yang disebut Master Station. Sedangkan fungsi utama dari sistem SCADA adalah sebagai berikut:

1. Akuisisi Data Informasi pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi disimpan dan diproses secara real time, sehingga setiap ada perubahan nilai dari pengukuran dapat langsung dikirim ke master station.

2. Konversi Data Data pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi yang diperoleh tranducer awalnya berupa data analog untuk kemudian data tersebut dikirim oleh tranduser ke RTU. Oleh RTU data yang awalnya berupa data analog diubah menjadi data digital. Sehingga data yang dikirimkan ke master station berupa data digital. 3. Pemrosesan Data Setiap data yang dikirim oleh RTU akan diolah di master station, sehingga data tersebut bisa langsung ditampilkan ke layar monitor dan dispatcher bisa membaca data-data tersebut4. Supervisory Data Dispatcher dapat mengawasi dan mengontrol peralatan sistem tenaga listrik. Supervisory control selau menggunakan operasi dua tahap untuk meyakinkan keamanan operasi, yaitu pilihan dan tahap eksekusi. 5. Pemrosesan Event dan Alarm Event adalah setiap kejadian dari kerja suatu peralatan listrik yang dicatat oleh SCADA. Misalnya, kondisi normally close (N/C) dan kondisi normally open (N/O). Sedangkan alarm adalah indikasi yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA. Semua status dan alarm pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote control yang dikirim dari control center.

6. Tagging (Penandaan) Tagging adalah indikator pemberi tanda, seperti tanda masuk atau keluar. Tagging sangat bermanfaat untuk dispatcher di control center. Tagging digunakan untuk menghindari beroperasinya peralatan yang diberi tanda khusus, juga untuk memberi peringatan pada kondisi yang diberi tanda khusus. 7. Post Mortem Review Melakukan rekonstruksi bagian dari sistem yang dipantau setiap saat yang akan digunakan untuk menganalisa setelah kejadian. Untuk melakukan hal ini, control center mencatat terus menerus dan otomatis pada bagian yang telah didefinisikan dari data yang diperoleh. Post mortem review mencakup dua fungsi, yaitu pencatatan dan pemeriksaan.2.3 Bagian-Bagian SCADASistem SCADA tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan dukungan dari berbagai macam infrastruktur, yaitu:

2.3.1 Remote Terminal Unit (RTU) Remote Terminal Unit (RTU) atau Outstation Terminal Unit (OTU) atau Unit Terminal Jarak Jauh adalah suatu peralatan remote station berupa processor yang berfungsi menerima, mengolah, dan meneruskan informasi dari master station ke sistem yang diatur dan sebaliknya, juga kemampuan load shedding yang dilengkapi database, nama penyulang, identifikasi, beban.

RTU terdiri dari beberapa modul yang ditempatkan pada suatu backplane dalam rak/cubicle. Modul-modul yang dimaksud adalah modul power supply, modul CPU, modul communication, modul digital input (DI), modul digital output (DO), dan modul analog input (AI). Berdasarkan penggunaannya, RTU dengan kapasitas I/O kecil dipasang pada jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20kV. Sedangkan RTU dengan kapasitas I/O sedang sampai besar dipasang di GI. RTU secara umum adalah perangkat komputer yang dipasang di remote station atau dilokasi jaringan yang dipantau oleh control center. RTU ini merupakan rangkaian proses yang bertugas sebagai tangan, mata, dan alat pendengar sistem pengendalian dengan tugas pokok mengumpulkan data-data tentang status peralatan, data-data pengukuran dan melakukan fungsi remote control. Adapun fungsi utama dari RTU adalah sebagai berikut:

a. Mendeteksi perubahan posisi saklar (open/close/invalid).

b. Mengetahui besaran tegangan, arus, dan frekuensi di gardu induk.

c. Menerima perintah remote control dari pusat kontrol untuk membuka dan menutup relai.

d. Mengirim data dan informasi ke pusat kontrol yang terdiri dari status saklar, hasil eksekusi, dan nilai tegangan, arus, dan frekuensi.

2.3.2 Telekomunikasi Telekomunikasi adalah komunikasi jarak jauh antara RTU dengan master station yang merupakan media untuk saling bertukar informasi.

Komunikasi data digunakan untuk sistem SCADA. Komunikasi data menggunakan media komputer yang diteruskan menjadi transmisi elektronik.2.3.2.1 Komunikasi Scada

1. Sistem Radio

Sistem radio banyak dipakai untuk keperluan komunikasi operasi sistem tenaga listrik. sistem radio yang banyak dipakai adalah :

a. Sistem Simplek satu atau dua frekuensi Yaitu frekuensi untuk penerima (receiver) dan Frekuensi untuk pengirim (transmitter). Sistem radio simplex dengan satu atau dua

frekuensi ini kebanyakan memakai modulasi frekuensi sehingga distorsi relatif tidak banyak tetapi jarak komunikasinya pendek. Untuk memperpanjang jarak komunikasi maka digunakanlah alat yang bernama

repeater.

b. Sistem duplex

Sistem ini selalu digunakan frekuensi yang lain antara penerima dan pengirim walaupun tanpa repeater, sehingga penerima dan pengirim dapat berfungsi bersamaan.

c. Sistem Single side band (SSB)

Sistem ini mengguanakan modulasi amplitudo dengan hanya satu band yang dipakai, upper atau lower side band. Sistem ini kualitas suaranya tidak sebaik yang mengguanakan modulasi frekuensi, tetapi jangkauannya lebih jauh.

2. Sistem Power Line Carrier (PLC)

Sistem telekomunikasi yang menggunakan SUTT dan SUTET sebagai saluran, biasa disebut Power Line Carrier (PLC) dan hanya dipakai di lingkungan perusahaan listrik. Dalam sistem PLC, SUTT atau SUTET selain menyalurkan energi listrik juga mengirimkan sinyal komunikasi telekomunikasi. Sinyal telekomunikasi yang disalurkan adalah untuk pembicaraan dan juga untuk data.

3. Jaringan Telepon

Agar saluran telekomunikasi baik yangbberupa saluran dari Perusahaan UmumbTelekomunikasi, PLC atau saluran Radio dapat dimanfaatkan oleh sebanyak mungkin orang, maka pada ujung-ujung saluran ini dipasang Sentral Telepon Lokal Otomat (STLO).

4. Jaringan Fiber Optik

Dengan adanya teknologi fiber optik (FO), perusahaan listrik menggunakan saluran FO untuk keperluan operasinya, karena bisa dipasang dalam kawat tanah pelindung sambaran petir dari saluran transmisi. Pada

2.3.3 Master Station Mengumpulkan data dari semua RTU di lapangan dan menyediakan kepada operator tampilan dari informasi dan fungsi kontrol di lapangan.Master Station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di control center. Desain untuk sebuah master station tidak akan sama, secara garis besar desain dari sebuah master station terdiri atas:

a. SCADA Server b. Workstation c. Historical Data d. Projection Mimic, dahulu mesih menggunakan Mimic Board e. Peripheral pendukung, seperti printer

f. Voice Recorder g. Global Positioning System, untuk referensi waktu

h. Dispatcher Training Simulator

i. Aplikasi SCADA dan energy management system

j. Uninterruptable Power Supply (UPS), untuk menjaga ketersediaan daya listrik

k. Automatic transfer switch (ATS) dan static tranfer switch (STS) untuk mengendalikan aliran daya listrik menuju master station Sebagai control center, perangkat yang ada di master station harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:

a.Keamanan, kehandalan, dan ketersediaan sistem komputer.

b.Kemudahan, kelangsungan, keakuratan pengiriman, penyimpanan, dan pemrosesan data.

c. Kebutuhan dan kapabilitas sistem komputer.

d. Kemudahan untuk dioperasikan dan dipelihara.

e. Kemampuan untuk dikembangkan. 2.3.4 Peralatan Pendukung (Peripheral) Peralatan pendukung yang digunakan adalah peralatan yang mampu menunjang operasional peralatan SCADA baik yang ada di master station maupun yang ada di gardu induk (GI). Peralatan pendukung yang dimaksud adalah catu daya yang handal dan aman. Apabila catu daya di GI mati tentu akan menimbulkan berbagai kerugian, diantaranya beban daya tidak terpantau dan apabila terjadi gangguan, penanganan terhadap gangguan akan memakan waktu cukup lama.

Peripheral yang terdapat di master station terdiri dari UPS, battery bank, automatic transfer switch (ATS), power supply PLN, power supply genset. Sedangkan di gardu induk peralatan pendukung yang dibutuhkan rectifier/charger dan battery.2.4 Konfigurasi ScadaSistem SCADA terdiri dari sebuah Master Station dan beberapa RTU (Remote Terminal Unit). Master Station dalam berhubungan dengan RTU ada beberapa jenis

network, yaitu:

1. Point to Point

Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk satu RTU.

Gambar 1. Konfigurasi point to point

2. Star

Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk beberapa RTU.

Gambar 2. Konfigurasi star3. Party Line

Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk beberapa RTU pada satu jalur komunikasi tunggal.

Gambar 3. Konfigurasi Party line4. Mix Star and Party Line

Merupakan konfigurasi network satu Master Station dengan beberapa jalur komunikasi untuk beberapa RTU. Konfigurasi network ini yang dipakai di region Jawa Tengah dan DIY

Gambar .4. Konfigurasi Mix Star and Party

Line2 .5 SCADA di APD Jateng-DIY

Menurut sistemnya, scada di APD jateng- DIY dibagi menjadi 3 jenis :

1. Scada ROPO (Remote Operating Penyulang Outgoing)

2. Scada Survalent

3. Scada IDAS (intelegen Distribution System)

Masing-masing jenis scada tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan.

a. Scada ROPO (Remote Operator Penyulang Outgoing)

Scada ROPO ini adalah salah satu kebanggan Bangsa Indonesia, karena system scada ini dibuat dan dikembangkan oleh anak negri sendiri. Scada ROPO dibuat oleh kerjasama anatara PT.PLN (persero) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). ROPO dibangun pertama tahun 2005 (3 APJ, 11 GI, 63 Penyulang). Pembangunan kedua tahun 2008 (4 APJ, 21 GI, 122 Penyulang).

Gambar . scada ropo

b. Scada SurvalentScada Survalent pada mulanya Diterapkan di wilayah APJ Semarang saja. Dibangun pertama tahun 2004 untuk 6 GI 53 Penyulang, 15 Recloser. Pengembangan kedua tahun 2006 untuk 7 GI, 36 Penyulang, Pengembangan ketiga tahun 2008 untuk 11 Penyulang Latar belakang : mendukung perbaikan SAIDI & Citra PLN.

Gambar . scada survalentc. Scada IDAS (intelegen Distribution System)ScadaIDASuntuksekarang hanya diterapkan di wilayah APJ Semarang. Dibangun pertama pada tahun 2007 (3 recloser, 15 LBS). Scada IDAS merupakan Grant (bantuan hibah) dari pemerintah Korea Selatan melalui KEPCO.(Korea Elektric Power Corporation).

Gambar. Scada IDASIII. SCADA AREA MAGELANG GI SECANG

PT PLN (Persero) APJ Magelang merupakan salah satu unit daerah dari APD Jateng dan DIY. APJ Magelang ini memiliki 4 wilayah kerja yakni GI Purworejo, GI Sanggrahan, GI Temanggung dan GI Secang (dapat dilihat pada lampiran 1). Namun kita hanya akan fokus membahas mengenai GI Secang (lampiran 2).Master station yang digunakan untuk sistem SCADA di Area Jawa Tengah telah menggunakan Master SCADA Survalent. Termasuk untuk APJ magelang yang sebelumnya menggunakan sistem SCADA ropo, sejak 2 tahun yang lalu telah menggunakan survalent.

Gambar . scada survalent pada GI secang

Sistem Scada APJ magelang hanya bisa memonitor dan mengoprasikan PMT (Semua PMT), sebagian recloser dan sebagian LBS di wilayah kerjanya. Namun sesuai SOP nya bahwa APJ tidak diperbolehkan mengoprasikan (ON/OFF) PMT jika scada dalam keadaan normal. APJ hanya sebagai perantara komunikasi antara DCC dan rayon dalam mengoprsikan PMT, LBS dan Recloser. Rayon mendapatkan perintah dari DCC melalui APJ. Sehingga APJ mengetahui semua laporan mengenai gangguan.

Gambar . konfigurasi survalent

Master station Survalent memiliki keunggulan antara lain: Fully distributed; Sesuai standar internasional (ISO, IEC); Arsitektur software modular (API application program interface); Hardware dan fasilitas lain mudah dicari dipasaran; Aplikasi SMS Gateway, Historical Server, Offline database; Subsistem komunikasi yang multi protokol (IEC 101, IEC 104, DNP 3.0, Modbus) dan mampu berkomunikasi dengan RTU eksisting ataupun peralatan data acquisition Kecepatan komunikasi data minimum: Antar Master Station 64 Kbps; Master Station - RTU 1200 bps3.1Standart Operation Prosedur (S.O.P) Penormalan PMT Trip Penyulang Secang 1 (SCG 1) Rayon Magelang Kota Area Magelang3.1.1 Prosedur Kerja 1. Petugas pengatur operasi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.Kondisi konfigurasi normal Jaringan TM 20 kV

b. Rele proteksi yang bekerja pada saat terjadi gangguan

c.Kondisi Tegangan pelayanan dan beban penyulang

2 Tanda-tanda yang dipergunakan dalam sistem pengoperasian jaringan tegangan menengah antara lain :

a.: Posisi masuk ( terhubung )

b.: Posisi dilepas ( disconect)

c.: Posisi trip

d.: Posisi Reclose

3.1.2 Keadaan Normal1. Konfigurasi jaringan menyuplay Rayon Magelang Kota2. Pengendalian PMT pangkal penyulang dilaksanakan oleh DCC Yogyakarta3. Pengendalian switching di sepanjang penyulang sepenuhnya oleh Area Magelang3.1.3 Keadaan Gangguan

1. Bila terjadi gangguan PMT 20 Kv SCG 1 trip pada gardu induk yang dilengkapi dengan Recloser Rele posisi OFF dengan rele kerja GFR bendera time delay (t). Maka dispatcher Area Magelang meminta bantuan ke petugas DCC Yogyakrarta untuk memasukkan PMT. Bila berhasil maka konfigurasi langsung normal dan apabila trip lagi maka penormalannya jaringan dilokalisir per section (ABSW).

2. PMT 20 Kv penyulang gardu induk yang dilengkapi dengan Recloseing Rele posisi ON Reclosing apabila trip/jatuh (Reclose atau Lock Out), maka penormalannya jaringan dilokalisir per section (ABSW) oleh petugas Rayon Magelang Kota

3. PMT penyulang 20 kv dengan Recloseing Rele posisi Off Reclosing apabila trip/jatuh dengan rele kerja OCR phasaphasa baik bendera I atau t maupun GFR bendera I maka penormalannya secara bertahap oleh petugas Rayon Magelang Kota.4. Bila PMT 20 kv SCG 1 trip maka penormalnnya sebagai berikut:

a. Petugas Yantek Magelang kota / Dispatcher Area (lewat Remote) mengecek LBS ZEQ. Di tiang M4-83-2 (Lihat Lampiran 3) bila LBS ZEQ Trip (Terbuka) berarti gangguan dibelakang LBS ZEQ , Karena LBS ZEQ sudah Terbuka Maka PMT SCG1 bisa Dimasukan.b. Petugas Yantek secang Melanjutkan Lokalisir Jaringan dibelakang LBS M4-83-2 sampai di M4-103 dan bertahap section berikutnya.c. Dispatcher Area melaporkan Hasil Pengecekan LBS M4-83-2, bahwa LBS ZEQ M4-83-2 Terbuka dan memerintahkan DCC Yogyakarta Untuk Memasukkan PMT SCG1.d. Dispatcher Area melaporkan ke Piket Rayon jam pemasukan PMT SCG1, dan menanyakan hasil inspeksi jaringan dibelakang LBS M4-83-2 bilamana aman ABSW bisa dimasukkan secara bertahap.e. Petugas Yantek Magelang Kota / Dispatcher Area (lewat Remote) mengecek LBS ZEQ. Di Tiang M4-83-2bila LBS ZEQ Tidak TRIP (Terbuka) berarti gangguan ada didepan LBS ZEQ .f. Petugas Yantek Magelang Kota Melakukan lokalisir Kearah Gardu Induk , bilamana ditemukan gangguan yang tidak permanen(Temporer) maka setelah selesai penanganan gangguan PMT Bisa dimasukkan mengisi sampai ujung jaringan Penyulang SCG1.g. Petugas Yantek Magelang Kota Melakukan lokalisir Kearah Gardu Induk , bilamana ditemukan gangguan dan memerlukan waktu penanganan lama maka sebagian beban dilimpahkan ke penyulang SGH1,SCG2 dan SCG3.h. Bila penyebab gangguan sudah dapat diatasi sepenuhnya dan jaringan sudah aman, petugas Rayon melapor ke Area Magelang untuk dilakukan penormalan.IV. KESIMPULANV. PENUTUP