Jur Nal Mery Yustin a 0743024037
-
Upload
ragwan-haddar -
Category
Documents
-
view
57 -
download
5
Transcript of Jur Nal Mery Yustin a 0743024037
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN
PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM
PENCERNAAN(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester
Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)
Meri Yustina1, Arwin Achmad2, Rini Rita T. Marpaung3
e-mail: meri [email protected] HP: 085768187778
ABSTRACT:
Mastering of concept that unoptimal by student’s class IX science in Senior High School Gajah Mada Bandar Lampung is influenced by unaccurate strategy in learning process. The strategy that can facilitated of skill’s and student’s approve is snowball throwing. The aims used of snowball throwing is to know the effectivity of learning toward mastering of concept by student’s. This experiment design is like pretest – postest non equivalent involved IX IPA1 as experiment class and IX IPA2 as control class which is choosen by purposive sampling technic. The data of experiment is like qualitative obtained from student’s learning activity were analyzed using index activity of student and snowball throwing product obtained from discussion result of each group. Quantitave data obtained from pretest – posttest and N-Gain which is analyzed using t-test. The result of research were the average of concept mastering and student’s learning activity in experiment class is higher than control class. The suggest of opinion/idea and discussion to do LKS is highest activity got by student’s. Based on achievement thas has been express, so we can get conclusion that snowball throwing is efective in increase of mastering concept by student’s.
Key word : snowball throwing, mastering concept, learning activity, digestive system.
1 Mahasiswa Pendidikan Biologi2 Staf Pengajar 3 Staf Pengajar
134
I. Pendahuluan
Dalam proses pendidikan
di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok.
Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak
bergantung kepada proses
belajar yang dialami siswa
sebagai anak didik. Oleh
karena itu proses ini perlu
mendapat perhatian dan
pemikiran bagaimana
menciptakan proses belajar
mengajar yang optimal.
Dalam proses belajar
mengajar sebaiknya siswa
dilibatkan secara langsung
sebagai proses pemberian
pengalaman belajar pada
siswa. Keterlibatan dan
aktivitas siswa yang besar
dalam pembelajaran
diharapkan akan dapat
meningkatkan penguasaan
konsep biologi pada siswa
(Anonim, 2009:1).
Hasil observasi dan
wawancara pendahuluan
guru Biologi kelas XI di SMA
Gajah Mada Bandar Lampung
menunjukkan bahwa
pembelajaran Biologi yang di
sampaikan di dalam kelas
menggunakan metode
diskusi sehingga masih
menganggap sebagai mata
pelajaran yang sulit
dipahami. Hal itu disebabkan
karena siswa kurang
mengetahui dan memahami
manfaat ilmu Biologi secara
nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Akibatnya siswa
cepat merasa bosan dan
tidak tertarik pada materi
pelajaran yang kurang
bervariasi dan hanya
berpegang teguh pada buku-
buku paket saja.
Memberdayakan aktivitas
dan penguasaan konsep
belajar diharapkan dapat
berpengaruh terhadap
penguasaan konsep sehingga
membantu siswa untuk
mencapai standar ketuntasan
belajar minimal di sekolah.
Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata hasil belajar siswa
kelas XI pada semester
genap tahun pelajaran
135
2009/2010 khususnya pada
Materi Pokok Sistem
Pencernaan Makanan adalah
62, sedangkan persentase
rata-rata ketuntasan
belajarnya adalah 56,7%.
Nilai rata-rata ini belum
mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang
ditetapkan disekolah adalah
65, dengan ketuntasan
belajarnya adalah 100%.
Dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas.
Tanpa aktivitas, kegiatan
belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik.
Sardiman (2004: 95)
berpendapat bahwa “belajar
adalah perbuatan, berbuat
untuk mengubah tingkah
laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas”.
Aktivitas siswa dalam
pembelajaran mempunyai
peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan
pendapat sadirman (2004:
99) bahwa:“dalam belajar
sangat diperlukan adanya
aktivitas, tanpa aktivitas
tidak mungkin proses belajar
akan berjalan dengan baik.
Aktivitas dalam kegiatan
belajar mengajar merupakan
rangkaian kegiatan yang
meliputi kegiatan siswa
dalam mengikuti pelajaran,
bertanya hal yang belum
jelas, mencatat, mendengar,
berpikir, membaca, dan
segala kegiatan yang
dilakukan untuk dapat
menunjang prestasi belajar.”
Mulyono (2001 : 26),
aktivitas artinya “kegiatan
atau keaktivan”. Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non-
fisik, merupakan suatu
aktivitas. Selanjutnya
menurut Sugiyono (2009:6)
aktivitas adalah segala
kegiatan belajar seperti
melakukan praktikum,
pengamatan, kerja kelompok
dan kegiatan lainnya, yang
dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Aktivitas
siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah
satu indikator adanya
136
keinginan siswa untuk
belajar.
Hamalik (2001: 28), belajar
adalah “Suatu proses
perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi
dengan lingkungan”. Aspek
tingkah laku tersebut adalah:
pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani,
etis atau budi pekerti dan
sikap.
Sedangkan, Sardiman
(2003 : 22) menyatakan:
“Belajar merupakan suatu
proses interaksi antara diri
manusia dengan
lingkungannya yang mungkin
berwujud pribadi, fakta,
konsep ataupun teori”.
Dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar merupakan
segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa)
dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Aktivitas yang
dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya
aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah
situasi belajar aktif, seperti
yang dikemukakan oleh
Natawijaya dalam Depdiknas
(2005 : 31), belajar aktif
adalah “Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan
emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek
koqnitif, afektif dan
psikomotor”.
Model yang tepat dalam
pembelajaran adalah salah
satu faktor agar aktivitas dan
penguasaan konsep belajar
dapat tercapai oleh siswa.
Dalam kesempatan ini
peneliti menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing guna melatih siswa
untuk lebih tanggap
menerima pertanyaan dari
orang lain, dan
menyampaikan pertanyaan
tersebut kepada temannya
dalam satu kelompok.
Lemparan pertanyaan
menggunakan kertas berisi
137
pertanyaan yang menjadi
sebuah bola kertas lalu
dilempar-lemparkan kepada
siswa lain. Siswa yang
mendapat bola kertas lalu
membuka dan menjawab
pertanyaannya, (Suhana,
2009 : 49 , dan Widodo, 2009
: 1 ).
Dengan demikian,
diharapkan melalui
penerapan model
pembelajaran Snowball
Throwing ini siswa dapat ikut
berperan aktif dengan
bimbingan guru, agar
peningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami
konsep dapat terarah lebih
baik.
Beberapa penelitian yang
menguji efektivitas model
pembelajaran Snowball
Throwing adalah penelitian
Widodo (2009 : 54), yang
menyatakan bahwa
penggunaan model
pembelajaran Snowball
Throwing dapat
meningkatkan aktivitas dan
penguasaan konsep oleh
siswa. Ratmiyati (2008:1),
bahwa pembelajaran model
Snowball Throwing dapat
meningkatkan prestasi
belajar biologi khususnya
pada materi Struktur dan
Fungsi Jaringan Tumbuhan
pada siswa.
Tujuan penelitan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui pengaruh
penerapan model
pembelajaran Snowball
Throwing terhadap
aktivitas belajar siswa
pada materi pokok Sistem
Pencernaan Makanan pada
kelas XI IPA SMA Gajah
Mada Bandar Lampung T.P
2011/2012.
2. Mengetahui pengaruh
penerapan model
pembelajaran Snowball
Throwing terhadap
Penguasaan konsep oleh
siswa pada materi pokok
Sistem Pencernaan
Makanan pada kelas XI IPA
SMA Gajah Mada Bandar
Lampung T.P 2011/2012.
II.Metode Penelitian
138
Penelitian dilaksanakan di
SMA Gajah Mada Bandar
Lampung pada siswa kelas XI
semester genap Tahun
Ajaran 2011/2012. Populasi
dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IPA
semester genap SMA Gajah
Mada Bandar Lampung tahun
pelajaran 2011/2012. Terdiri
dari 2 kelas dengan jumlah
siswa adalah 66 orang.
Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik
Cluster Random Sampling.
Sampel tersebut adalah
siswa-siswi kelas XI IPA 2
yang berjumlah 32 siswa
sebagai kelas eksperimen
dan siswa-siswi kelas XI IPA 4
yang berjumlah 34 siswa
sebagai kelas kontrol.
Sehingga struktur desainnya
adalah sebagai berikut:
I O1 X1
O2 II O1 X2
O2
Ket: I : Kelompok Eksperimen
II : Kelompok KontrolO1 : PretestO2 : PostestX1 : Perlakuan dengan model Snowball ThrowingX2 : Metode diskusi (Modifikasi oleh Riyanto, 2001: 43)
Jenis dan teknik
pengumpulan data pada
penelitian ini adalah:
a. Aktivitas Siswa berupa
data kualitatif yang
diperoleh dari lembar
observasi aktivitas siswa.
b. Penguasaan Konsep
Jenis data penguasaan
konsep berupa data
kuantitatif yang diperoleh
dari nilai pretest dan
postest pada materi pokok
Sistem Pencernaan
Makanan.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian yang
berupa penguasaan konsep
oleh siswa diperoleh dari data
pretes-postes dan aktivitas
siswa yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
139
Tabel 1. Hasil uji t N-gain penguasaan konsep biologi oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol
Kelas
Pretest Postest N-GainX ± Sd
Uji t X ± Sd Uji tX ± Sd
Uji t1 Uji t2
I38.65 ±
9.09t hit =
0,88
ttab =
1,99
78.68 ± 6.62
thit =
8,90
ttab =
1,99
65.23 ± 10.51
thit =
10.57
ttab =
1,99
thit =
12.89
ttab =
1,99II
36.38 ± 11.62
62.73 ± 7.83
41.28 ± 7.76
Keterangan: I= eksperimen (Snowball Throwing); II= kontrol (Diskusi); X = rata-rata; Sd= standar deviasi, t1= uji persamaan dua rata-rata, t2= uji perbedaan dua rata-rata.
Tabel 2. Hasil rata-rata setiap aspek aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
No
Aspek aktifitas
yang diamati
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan I
Pertemuan II
(%) KT (%) KT (%) KT (%) KT
1Mengemukakan pendapat/ide
72,9
S85,4
T63,7
S67,6
S
2 Bertanya60,4
S73,9
S55,8
S64,7
S
3Bekerjasama dengan teman
71.8
S78,1
T70,5
T76,4
T
4Bertukar informasi
78,1
T83,3
T54,9
R58,8
S
5 Presentasi83.3
T94,7
ST56,8
S62,7
S
Rata-rata73,3
S83,0
T60,3
S66,0
S
Keterangan : A = Mengemukakan pendapat, B, Bertanya, C= Bekerja sama, D=Bertukar informasi, E= Presentasi
140
Penguasaan konsep
biologi oleh siswa pada kedua
kelas sama-sama mengalami
peningkatan, namun
penguasaan konsep biologi
oleh siswa pada kelas
eksperimen mengalami
peningkatan lebih tinggi
dibanding kelas kontrol, yaitu
peningkatan rata-rata pretes
ke postest pada kelas
eksperimen sebesar 42,03%,
sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 26,35%. Perbedaan
peningkatan penguasaan
konsep biologi oleh siswa
pada kedua kelas tersebut
dikarenakan terdapat
perbedaan perlakuan pada
proses pembelajaran di kelas,
yaitu pada kelas eksperimen
proses pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing sedangkan pada
kelas kontrol menggunakan
Metode Diskusi.
Penguasaan konsep yang
lebih tinggi pada kelas
eksperimen yang
menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing dikarenakan model
pembelajaran ini memiliki
kelebihan dibandingkan
dengan Metode Diskusi. Hal
ini sesuai dengan hasil
penelitian Novyanti (2009: 1)
bahwa model pembelajaran
Snowball Throwing membuat
siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan dapat
melatih siswa berpikir logis
dan sistematis mengenai
konsep materi yang dipelajari
sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar
siswa serta dapat
meningkatkan aktivitas guru
dan siswa dalam proses
pembelajaran . Selain itu
juga, dengan model ini
kemampuan masing-masing
siswa lebih terlihat, sehingga
siswa terpacu untuk
memahami konsep dari
materi yang dipelajari. Hal ini
terlihat dari tingginya
aktivitas siswa pada aspek
mengemukakan pendapat
141
dan presentasi pada kelas
eksperimen.
Selanjutnya merujuk pada
hasil uji t2 (tabel 1) bahwa
penguasaan konsep pada
tiap indikator kognitif siswa
kelas eksperimen lebih tinggi
dari pada kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen indikator
kognitif C2 (pemahaman), C3
(aplikasi), C4 (analisis), dan
C5 (sintesis) berbeda secara
signifikan dengan kelas
kontrol, sementara indikator
kognitif C1 (ingatan) tidak
berbeda secara signifikan
dengan kelas kontrol, C1
(ingatan pada kelas
eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kontrol karena
pada proses pembelajaran
kelas eksperimen
menggunakan model
Snowball Throwing. C4
(analisis) pada kelas
eksperimen sangat berbeda
signifikan dengan kontrol,
karena penerapan model
pembelajaran Snowball
Throwing dapat
meningkatkan indikator
kognitif ssiswa dibandingkan
tanpa menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing.
Terjadinya peningkatan
penguasaan konsep pada
indkator kognitif C2
(pemahaman), C3 (aplikasi),
C4 (analisis), dan C5
(sintesis) tidak terlepas dari
penggunaan model
pembelajaran Snowball
Throwing yang membuat
siswa aktif dalam
pembelajaran dan
penggunaan model ini sesuai
dengan karakteristik materi
pokok Sistem Pencernaan
Makanan, yaitu membahas
mekanisme proses yang
rumit yang sulit untuk
dipahami serta melibatkan
berbagai organ lain dalam
menjalankan fungsinya.
Menurut Anonim (2011:3),
dilihat lebih mendalam
mengenai materinya, Sistem
Pencernaan makanan
merupakan kumpulan dari
organ-organ yang memiliki
142
fungsi tertentu yang
kemudian bekerja dalam
proses pencernaan. Organ-
organ serta fungsi tersebut
harus dipahami oleh siswa,
sementara untuk memahami
rangkaian proses pencernaan
siswa dituntut untuk mampu
berpikir abstrak dengan
kemampuan imajinatif yang
tinggi. Penggunaan model
pembelajaran Snowball
Throwing dapat
meningkatkan kemampuan
siswa untuk berpikir
imajinatif dalam memahami
organ-organ dalam sistem
pencernaan makanan dan
proses pencernaan makanan
dikarenakan model ini
memiliki langkah-langkah
pembelajaran yang runut dan
sistematis serta menuntut
siswa untuk menemukan
sendiri konsep yang benar
mengenai materi yang
dipelajari, sehingga
penguasaan konsep siswa
pada indikator kognitif C2
(pemahaman), C3 (aplikasi),
C4 (analisis), dan C5
(sintesis) lebih tinggi
daripada kelas kontrol
Sebelum memulai
pembelajaran, guru
memberikan sajian informasi
kompetensi kepada siswa,
lalu memberikan sajian
materi tentang Sistem
Pencernaan Makanan, dan
membentuk kelompok dan
memanggil masing-masing
ketua kelompok. Kemudian
Guru memberikan sub
materi LKS untuk dikerjakan
setiap kelompok pada ketua
kelompok. Masing-masing
kelompok diberikan selembar
kertas yang telah disediakan
guru, untuk menulis
pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi pokok
yang sudah dijelaskan. Kertas
tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa
ke siswa lain selama kurang
lebih 5 menit. Setelah siswa
dapat satu bola/pertanyaan
diberikan kesempatan pada
siswa tersebut untuk
menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas
143
berbentuk bola tersebut
secara bergiliran.Guru
bersama siswa melakukan
koreksi bersama – sama.
Kemudian guru memulai
menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
Kemudian guru
mengkonfirmasi hasil
presentasi dan menanamkan
konsep sesuai materi lalu
siswa bersama-sama guru
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. Setelah itu,
guru melakukan evaluasi
untuk mengetahui
penguasaan konsep siswa.
Maka dengan penggunaan
Model Snowball Throwing
penguasaan konsep siswa
dapat ditingkatkan.
Pada kelas kontrol yang
menggunakan Metode
Diskusi, peningkatan
penguasaan konsep siswa
lebih rendah, hal ini
dikarenakan dengan
pembelajaran Metode Diskusi
pengetahuan siswa hanya
terbatas pada pembelajaran
yang diberikan guru sehingga
siswa pasif dalam proses
pembelajaran. Menurut
Unesa (2011:1), Metode
Diskusi memiliki beberapa
kelemahan yaitu model ini
sangat bergantung pada cara
komunikasi guru,
dikarenakan model
pembelajaran ini berpusat
pada guru sehingga
pengetahuan yang
didapatkan siswa pada saat
pembelajaran bergantung
pada materi yang diberikan
guru dan cara guru
menyampaikan materi
tersebut pada proses
pembejaran di kelas.
Sehingga dapat dikatakan
kesuksesan pembelajaran
bergantung pada guru. Selain
itu, jika terlalu sering
menggunakan metode
pembelajaran langsung akan
membuat beranggapan
bahwa guru akan
memberitahu siswa semua
informasi yang perlu
diketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa
144
tanggung jawab mengenai
pembelajan siswa itu sendiri.
Kelemahan yang lain yaitu
jika materi yang disampaikan
bersifat kompleks, rinci atau
abstrak, model pembelajaran
langsung tidak dapat
memberikan kesempatan
pada siswa untuk cukup
memproses dan memahami
informasi yang disampaikan.
Kelemahan-kelemahan model
inilah yang menyebabkan
penguasaan konsep pada
kelas kontrol lebih rendah
dibandingkan kelas
eksperimen yang
menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing.
Meskipun penguasaan
konsep materi pokok Sistem
Pencernaan Makanan oleh
siswa selama pembelajaran
baik yang menggunakan
Model Snowball Throwing
maupun Metode Diskusi
sama-sama mengalami
peningkatan, bukan berarti
kedua pembelajaran tersebut
memiliki efektifitas yang
sama pula. Dibandingkan
dengan Metode Diskusi
pembelajaran menggunakan
Model Snowball Throwing
menyebabkan pembelajaran
menjadi lebih bermakna,
sehingga siswa dapat
memahami materi dengan
lebih baik. Terbukti tingginya
peningkatan penguasaan
konsep materi pokok Sistem
Pencernaan Makanan oleh
siswa pada kelompok
eksperimen, sehingga kedua
kelas memiliki penguasaan
konsep materi yang berbeda
secara signifikan sesuai
dengan hasil analisis statistik
yang telah dilakukan. Selain
penguasaan konsep materi
oleh siswa, perbedaan juga
terlihat dari aktivitas siswa
selama pembelajaran.
Model pembelajaran yang
digunakan mempengaruhi
aktivitas belajar siswa di
kelas dan aktivitas belajar
mendukung hasil belajar
siswa. Karena penguasaan
konsep dan kemampuan
siswa dapat terlihat dari
145
aktivitas belajar siswa yang
terjadi di kelas selama proses
pembelajaran Hal ini terlihat
pada tabel 3 bahwa siswa
lebih aktif selama
pembelajaran dengan
menggunakan Model
pembelajaran Snowball
Throwing . Hal tersebut
dapat terlihat dari rata-rata
tiap indikator aktivitas siswa
pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibanding kelas
kontrol, demikian juga
dengan rata-rata aktivitas
tiap pertemuan pada kelas
eksperimen lebih tinggi
dibanding dengan kelas
kontrol.
pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol terjadi
peningkatan pada tiap aspek
aktivitas belajar. Namun
aktivitas belajar siswa tiap
aspek pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen, aktivitas
siswa pada pertemuan I
sudah cukup baik, terutama
bertukar informasi dan
mempersentasikan hasil
diskusi. Namun demikian ada
aspek-aspek tersebut masih
tergolong dalam kategori
sedang, hal ini dimungkinkan
karena siswa belum terbiasa
dengan Model pembelajaran
Snowball Throwing yang
diterapkan. Selanjutnya,
pada pertemuan ke II, terjadi
peningkatan aktivitas siswa
dalam tiap as[pek terutama
pada aspek
mempresentasikan hasil
diskusi yang tergolong dalam
kategori sangat tinggi.
Aktivitas siswa pada kelas
kontrol hanya mengalami
sedikit peningkatan dari
pertemuan I ke pertemuan II.
Hal ini mungkin dikarenakan
metode yang digunakan
dalam kelas tersebut adalah
Metode Diskusi. Hal ini
ditunjukkan dengan
rendahnya aktivitas siswa
terutama dalam aspek
bertukar informasi dan
mempresentasikan hasil
diskusi. Keaktifan siswa
hanya terlihat pada aspek
bekerjasama dengan
kelompok. Rendahnya
146
aktivitas siswa pada aspek
bertukar informasi dan
presentasi disebabkan
karena dalam presentasi tiap
siswa bergantung pada
anggota kelompoknya,
sehingga siswa tidak berpikir
kreatif, berbeda dengan
Model pembelajaran Snowball
Throwing yang menuntut
tiap siswa untuk dapat
menemukan konsep sendiri
dengan mebuat pertanyaan
dari sub materi pokop
pencernaan, (Sardiman, 2003
: 101).
Peningkatan aktivitas siswa
dari pertemuan I ke
pertemuan ke II pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
sama-sama mengalami
peningkatan, hal tersebut
dapat terlihat dari tabel 3.
Walaupun kedua kelas
tersebut sama-sama
mengalami peningkatan
aktivitas, tetapi pada kelas
eksperimen mengalami
peningkatan yang lebih baik
dibanding kelas kontrol,
sehingga tampak ada
perbedaan yang jelas
aktivitas siswa antara kedua
kelas tersebut.
Dari beberapa uraian di
atas terlihat bahwa model
pembelajaran yang
diterapkan pada masing-
masing kelas berpengaruh
terhadap penguasaan konsep
materi siswa dan signifikan
terlihat pada kelas
eksperimen yang
menggunakan model
pembelajaran Snowball
Throwing. Hal tersebut
diduga karena siswa pada
kelas eksperimen dilatih
untuk menemukan sendiri
konsep materi yang benar,
sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Hal
tersebut mengakibatkan
penguasaan konsep materi
pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada penguasaan
konsep materi siswa pada
kelas kontrol.
IV. Simpulan dan Saran
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil penelitian
147
dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model Pembelajaran
Snowball Throwing dapat
meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa pada materi
pokok Sistem Pencernaan
Makanan Kelas XI SMA
Gajah Mada Bandar
Lampung.
2. Model pembelajaran
Snowball Throwing dapat
meningkatkan
Penguasaan Konsep
Biologi Oleh Siswa pada
materi pokok Sistem
Pencernaan Makanan
Kelas XI SMA Gajah Mada
Bandar Lampung.
Untuk kepentingan penelitian
selanjutnya, maka penulis
menyaran-kan sebagai
berikut:
1. Penggunaan model
pembelajaran Snowball
Throwing dapat digunakan
oleh guru biologi sebagai
salah satu alternatif dalam
menyampaikan materi
pokok sistem pencernaan
makanan karena dapat
membuat siswa ikut aktif
dalam pembelajaran dan
dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa.
2. Kepada calon peneliti yang
akan menggunakan model
Snowball Throwing untuk
lebih bisa menekankan
kepada siswa tentang
tugasnya pada saat diskusi
sehingga waktu yang
disediakan akan lebih
efektif.
3. Model pembelajaran
Snowball Throwing ialah
model pembelajaran
dengan sintaks yang
memerlukan waktu yang
lama, sehingga guru
hendaknya merancang
kesesuaian waktu dengan
materi pokok agar
pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pembelajaran. Dalam http:/www.google.com. (09 Desember 2011; 08.45 WIB) .
Anonim. 2011. Materi Ajar. http//
148
andhysastera.blogspot.com (11 desember 2010): 16.35 WIB.
Hamalik, Oemar . 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyono. 2001. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Natawijaya, dalam Depdiknas . 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Novyanti , M. 2009. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada: Jakarta.
Ratmiyati. 2008. Pembelajaran Model Snowball Throwing Dan Student Team Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Sikap Sosial Dan Aktivitas Belajar Siswa. http/www.uns.ac.id/?p=282. (10 Desember 2011, 10.30 WIB).
Riyanto. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sardiman. 2003. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara: Jakarta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Sardiman. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar. www.blogrankings.com // 2982 html. (25 Desember 2011): 13.35 WIB.
Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama.
Unesa, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.
Widodo. 2009. Model pembelajaran Snowball Throwing. http//wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing/. (10 Desember 2011, 10.00 WIB).
149