sc gad.doc

21
DEPARTEMEN SURGICAL LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA (SC) Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Surgical di Ruang OK RSUD Lawang Oleh: GADIS MUTIARA PUSPITA IKA 0910723026 PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transcript of sc gad.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN SURGICAL

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (SC)

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Surgical diRuang OK RSUD Lawang

Oleh:GADIS MUTIARA PUSPITA IKA0910723026PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015A. DEFINISI

Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro,2005).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).

Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

B. KLASIFIKASI

Ada beberapa jenis operasi Sectio Caesaria yang terdiri dari:

a. Sectio caesaria abdominalis, ada dua macam yaitu sectio caesaria transperitonealisasi dan sectio caesaria ekstraperitonealisasi. Sectiocaesaria transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara.

1). Sectiocaesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.

2). sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri, bawah dan kanan sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi. Sedangkan Sectio Caesaria ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

b. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, section caesaria dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T-incision). C. ETIOLOGISectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :

a) Kelainan dalam bentuk janin1) Bayi terlalu besarBerat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.2) Ancaman gawat janinKeadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

3) Janin abnormalJanin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.4) Bayi kembarTidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.b) Kelainan panggulBentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.

c) Faktor hambatan jalan lahirAdanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).D. MANIFESTASI KLINIS

Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :

a. Nyeri akibat luka pembedahan

b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen

c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)

e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml

f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru

g. Terpasang kateter urinarius

h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham prosedur

l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Urinalisis

: menetukan kadar albumin dan glukosa

c. Kultur urine

: mengidentifikasi adanya virus Herpes

F. KOMPLIKASI

a. Infeksi puerpuralis (nifas)

1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung

3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b. Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada placental bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan

G. PENATALAKSANAANa. Preoperasi : Inform consent

Mengevaluasi terakhir status obstetric penderita dan janin.

Konsultasi dengan dokter anastesi

Pencukuran area operasi dan rambut pubis.

Pemasangan cairan infus dan dower kateter

Pemberian antibiotika , namun sebelumnya dilakukan test.

Pemeriksaan tanda tanda vital

Persiapan darah (transfuse darah )

b. Intra Operasi

Posisi dan Evaluasi penderita

Tidur terlentang dengan posisi kepala sedikit direndahkan.

Tanda-tanda vital diukur :

tekanan darah,nadi,temperature,pernapasan,dan keadaan ekstremitas.

Narcose penderita section sesaria

Narcose pada section sesaria dapat dilakukan dengan cara :

Kombinasi :halotine,O2 Anaste Lumbal

Anastesi localPertimbangan teknik narkose diserahkan kepada ahli narkose sehingga keamana dan ketenangan jalannya operasi dapat dijamin.

Desinfeksi lapangan operasi

Bahan desinfektan : Kombinasi yodium,alcohol,betadine Tehnik Desinfektan :Dilakukan dengan mencukur rambut pubis menjelang tindakan ,desinfektan menggunakan: kombinasi yodium alcohol dan betadine Penutupan Lapangan operasiSetelah lapangan operasi dicuci,lapangan operasi ditutup dengan kain penutup yang suci nama (duk Steril).Penutupan lapangan operasi disesuaikan dengan insisi yang akan dilakukan , apakah suatu insisi pranenstial atau insisi longitudinal.

c. Post operasi

Perawatan pasien sesampai diruang perawatan Posisi

Pada pasien dengan blok spinal anastesi,setelah operasi usahakan pasien tetap dalam keadan berbaring dengan posisi V dengan memberikan bantal pada kepala dan kaki minimal 6 jam atau sampai kesemutan pada kaki hilang.

Pemberian cairan

Karena selama 6 jam pertama penderita puasa operasi,maka pemberian cairan intravena harus cukup dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tadak terjadi hipertermia,dehidrasi dan komplikasi pada organ tubuh lainnya.cairan yang diberikan biasanya dextrose 5-10%,garam fisiologis dan ringer laktat secara bergantian.jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan .Bila kadar hemoglobin darah rendah,berikan transfuse darah,sesuai kebutuhan.Jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur sebagai pedoman pemberian cairan.

Diet

Pemberian minum sedikit demi sedikit boleh diberikan 2 jam pasca operasi berupa air putih.

Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan selama 6-8 jam tergantung anastesi,posisi kaki pasien berbentuk huruf V dan kaki sama tinggi dan posisi tubuhterlentang.TTV: 15-30 menit untuk SC Sebagai pengawasan KUpasien.padahari ke 0 (6-8 jam) pasien bedrest miring kana dan miringkiri.Padahari ke-1 Kateter 24 jam (posisi dudk)dan hari ke-2 pasien bias jalan-jalan.

Eliminasi

Kateter 24 jam setelah itu diajarkan pasien tehnik bladder training

Pemberian obat-obatan :Antibiotik dan analgetik

Perawatan luka :Observasi luka post operasi dan rawat luka setelah hari ke-3 post operasi.

H. PENCEGAHAN

1. Ante Natal Care yang adequate, dengan selalu mengobservasi 5T ( TFU, Tekanan darah, Timbang BB, Tetanus Toxoid dan Tablet Tambah darah ( Depkes, 2000) . Serta hindari 4 Terlalu saat hamil ( Terlalu muda, Terlalu Tua, Terlalu banyak dan Terlalu Dekat) (depkes 2005).

2. Pada ibu yang sudah melahirkan dengan SC dianjurkan untuk menunda kehamilan berikutnya minimal salama 1 tahun dengan memakai kontrasepsi.

3. Yang diperbolehkan once a caesarean not always a caesarean kecuali pada wanita dengan panggul sempit atau CPDI. PENGKAJIAN

a. Identitas klien : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan nama penanggung jawab/suami, umur, suku bangsa dll.b. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama : nyeri karena trauma karena pembedahan section caesaria

2). Riwayat kesehatan sekarang

Provocative : adanya indikasi section caesaria , menyebabkan klien dilkukan operasi SC ( trauma pembedahan ( discontinuiras jaringan menimbulkan nyeri.

Qualitas / Quantitas : nyeri dirasakan klien setelah efek anestesi secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian analgetika berakhir ( 4 jam setelah pemberian) dan akan hilang saat analgetika di berikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung bagaimana klien mempersepsikan nyeri tersebut.

Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang terdapat pada abdomen. Insisi pada SC klasik di Midline Abdomen antara pusat dan simpisis pubis, pada SC Transprovunda di daerah supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain ( nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang.

Skala nyeri berkisar dari nyeri sedang sampai nyeri berat, dengan skala numeric 1-10, berada pada rentang 5-10.

Timing : nyeri dirasakan setelah 6 12 jam post section caesaria, dan 1-3 hari pertama SC.

3). Riwayat kesehatan Dahulu

a) Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Kehamilan sekarang GP..A..H..mg

HPHT : tgl.bln.th..HPL : tgl.bln..th

Keluhan saat hamil ;\:..

Penyakit Yang di derita ibu saat hamil , penanganan penyakit

Riwayat imunisasi TT ( sudah/ belum )

Status imunisasi TT ( TT1,TT2,TT3,TT4.TT5)

ANC berapa kali.......tempat pemeriksaan bidan/perawat/DSOG

Trimester I ..X

Trimester II .X

Trimester II...X

b) Riwayat Intra natal

Riwayat Persalinan terdahulu : cara persalinan ( spontan, buatan (SC, induksi)), penolong persalinan, tempat kelahiran, umur kehamilan ( aterm/preterm)

Plasenta ( spontan/ dibantu)

Jumlah darah yang keluar

Riwayat pemberian obat ( suntikan sebelum dan sesudah lahir)

Riwayat Intranatal saat ini, kaji etiologi/ indikasi SC antara lain : partus lama, partus tak maju dan rupture uteri mengancam serta adanya gawat janin, gagal induksi, KPD, CPD, atau adanya tumor pelvic yang menghambat persalinan

c) Riwayat post natal

Pengkajian pada nifas yang lalu:

Tanyakan apakah adanya gangguan / komplikasi pada nifas yang lalu

Pengkajian pada post Sectio Caesaria

Pada 4 jam sampai dengan 5 hari post partum kaji :

Sirkulasi darah : periksa kadar Hb dan Ht

Eliminasi : urin : pemasangan kateter indwelling; kaji warna, bau, jumlah. Bila kateter sudah di lepas observasi vesika urinaria

Eliminasi : Faeces : pengosongan sistem pencernaan pada saat pra operasi dan saat operasi menyebabkan tidak adanya bising usus menyebabkan penumpukan gas ( resiko infeksi

Pencernaan : kaji bising usus, adanya flatus

Neurosensori : kaji sensasi dan gerakan klien setelah efek anestesi menghilang

Nyeri : rasa nyeri yang di nyatakan klien karena insisi Sectio caesaria

Pernafasan : kaji jumlah nafas dalam 1 menit, irama pernafasan, kemampuan klien dalam bernafas ( pernafasan dada/ abdomen), serta bunyi paru.

Balutan insisi : kaji kebersihan luka, proses penyembuhan luka, serta tanda- tanda infeksi.

Cairan dan elektrolit : kaji jumlah / intake cairan (oral dan parenteral) , kaji output cairan, kaji adanya perdarahan.

Abdomen : letak fundus uteri, kontraksi uterus, serta tinggi fundus uteri.

Psikis ibu : kecemasan, kemampuan adaptasi,support system yang mendukung ibu.

d) Riwayat pemakaian kontrasepsi

Kapan , jenis / metode kontrasepsi, lama penggunaan, keluhan, cara penanggulangan, kapan berhenti serta alasannya.

e) Riwayat pemakaian obat-obatan

Pemakaian obat-obat tertentu yang sering di gunakan klien

Pemakaian obat sebelum dan selama hamil.

4). Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya penyakit herediter, ada tdaknya keluarga yang menderita tumor atau kanker

c. Pemeriksaan Fisik

1) Sisrem Reproduksi

Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka

Uterus: TFU, kontraksi, letak fundus uter.

Lokhea : jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/ tidak

Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang

Payudara : laktasi, pengeluaran ASI, kesulitan dalam pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap

2) System Gastrointestinal

Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC

3) System Kardiovaskuler

Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit

4) System Genitourinaria

Vesicaurinaria, urine, warna, bau

5) System Muskuloskeletal

Kemampuan bergerak dan respon terhadap rangsangan, ambulasi dini, kaji Howman sign.

6) Sietem Respirasi

Kaji respirasi rate, pola serta jenis pernafasan.

7) System Panca Indra

Penglihatan, pendengaran, perasa, peraba serta penciuman.

8) Psikologis

Penerimaan ibu terhadap bayi, pelaksanan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD).

9) Pemeriksaan terhadap bayi baru lahir

Penilaian APGAR SCORE

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan

4) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan, mual dan muntah

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri

6) Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

7) Tid ak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi

8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan pasca persalinan SC

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Doenges, 2001).

Tujuan : Mempertahankan kepetanan jalan nafas.

Kriteria Hasil : Bunyi nafas bersih

Intervensi :

a. Awasi frekuensi pernafasan

Rasional : Untuk mengetahui peningkatan RR

b. Catat dan observasi adanya kesulitan bernafas bernafas

Rasional :

Menentukan apakah klien memerlukan alat bantu atau tidak

c. Tinggikan apek 30-45 derajat

Rasional : Membantu pengaturan nafas agar tidak sesak

d. Dorong batuk efektif dan nafas dalam

Rasional : Mengeluarkan secret2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitus jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

- Klien merasa nyeri berkurang /hilang

- Klien dapat istirahat dengan tenang

Intervensi

a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk kualitasnya frekuensi, kwalitasnya

Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan menentukan tindakan selanjutnya

b. Monitor tanda tanda vital

Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat

c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring

Rasional : Untuk mengurangi nyeri

d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam

Rasional : Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori nyeri

e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang

Rasional :Untuk mengurangi nyeri

f. Kolaborasi pemberian anal getik sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan3) Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan parentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2000)

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :

- Tidak ada tanda- tanda infeksi (rubor, tulor, dolor, tumor, dan fungsiolaesa )

- Tanda- tanda fital normal terutama suhu (36-37 C)

Intervensi

a. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukan terjadinya infeksi

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan

Rasional :

Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan anti septik

Rasional :

Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran organisme infeksius

d. Catat /pantau kadar Hb dan Ht

Rasional :

Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan

e. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional :

Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi4) Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan (Doenges, 2001)

Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, meminimalkan devisit volume cairan

Kriteria hasil :

Membran mukosa lembab, kulit tak kering Hb 12gr %

Intervensi :

a. Ukur dan catat pemasukan pengeluaran

Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasikan pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti dan menunjang intervensi

b. Catat munculnya mual /muntah

Rasional : Masa post operasi semakin lama durasi anestesi semakin besar beresiko untuk mual

c. Periksa pembalut , banyaknya pendaraan

Rasional : Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hemoragi

d. Beri cairan infus sesuai program

Rasional : Mengganti cairan yang telah hilang

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi pembedahan dan nyeri (Doenges,2001)

Tujuan :

klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa di sertai nyeri

Kriteria Hasil.:

Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktvitas

Intervensi :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Rasional:

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelemahan,keletihan yang berkenaan dengan aktivitas

b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar

Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien

c. Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional :

Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenega untuk beraktivitas, klien dapat rileks

d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan

Rasional :

Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena kebutuhan klien terpenuhi

e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional :

Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional

6) Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi (Doenges,2001)

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi

KH : Klien dapat mengerti penyebab konstipasi klien dapat BAB dan tidak keras.

Intervensi :

a. Kaji pada klien apakah ada gangguan dalam BAB

Rasional :

Untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam BAB

b. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang banyak mangandung serat

Rasional :

Cairan dan makanan serat dapat merangsang eliminasi dan mencegah konstipasi

c. Anjurkan untuk minum yang banyak

Rasional :Untuk merangsang eliminasi

d. Kolaborasi pemberian obat supositoria

Rasional : untuk melunakan feses

7) Tidak efektifnya laktasi b/d perpisahan dengan bayi (Carpenito, 2000)

Tujuan : Ibu dapat menyusui secara aktif

Kriteria hasil :

Ibu dapat membuat suatu keputusan berdasarkan informasi tentang metode menyusui bayi

Intervensi :

a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting

Rasional :

Menentukan kemampuan untuk memberikan perawatan yang tepat

b. Anjurkan tekhnik breast care dan menyusu yang efektif

Rasional ; Memperlancar ASI

c. Anjurkan pada klien untuk memberikan ASI eksklusif

Rasional :ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi sebagai pertumbuhan optimal

d. Anjurkan bagaimana cara memeras, menangani, menyimpan dan memberikan ASI yang benar

Rasional : Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap hygiene bagi bayi

8) Kurang pengetahuan berhubunbgan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca persalinan (Doenges, 2001)

Tujuan : Klien dapat mengerti dan memahami cara perawatan post partum SC

Kriteria hasil :

Klien dapat belajar dan menyerap informasi yang di berikan dapat melakukan perawatan post portum,

Intervensi :

a. Kaji Kesiapan dan motivasi klien untuk belajar

Rasional :

Pendidikan kesehatan diberikan untuk membantu mengembangkan pengetahuan ibu,kemandirian serta kemampuan merawat dirinya

b. Kaji keadaan fisik klien

Rasional :

Ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima penyuluhan

c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal

Rasional :

Membantu klien mengenali perubahan normal

d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi dan membantu tonus otot

e. Demonstrasikan tekhnik perawatan diri

Rasional :

Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Carpenito L. J. 2005. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGCNurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC.Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo