Sarpus Binocular Vision

download Sarpus Binocular Vision

of 24

description

mata

Transcript of Sarpus Binocular Vision

BINOCULAR SINGLE VISION

PENDAHULUAN

Binocular vision adalah melihat dengan kedua mata secara bersama-sama, binocular berasal dari bahasa Latin dimana bini untuk ganda dan oculus untuk mata. Memiliki dua mata setidaknya memiliki beberapa keunggulan dibandingkan memiliki satu. Pertama, memberikan cadangan mata jika yang satu mengalami kerusakan dan memberikan bidang pandang yang lebih luas. Apabila seseorang memusatkan penglihatannya pada suatu objek, gambar yang terbentuk pada kedua mata secara terpisah tetapi yang terlihat cuma satu gambar. 1,2,3Bayangan yang diterima oleh masing-masing mata merupakan stimulus yang mengaktifkan elemen fotosensitif retina. Stimulus-stimulus ini akan diubah menjadi sinyal kimia lalu menjadi sinyal listrik untuk kemudian dihantarkan ke korteks visual melalui jalur visual. Setelah melalui sejumlah proses di korteks, informasi ini akan berubah menjadi persepsi akhir berupa penglihatan. Korteks visual menerima dua stimulus, satu dari masing-masing mata, dan dipersepsikan dibawah kondisi binokuler. 1,,2

Membuat kedua mata bekerja sama secara bersamaan merupakan proses yang rumit. Kedua mata harus dapat konvergen dan divergen sehingga dua gambar dari objek jatuh pada bagian koresponden dari kedua retina. Untuk tercipta secara akurat dibutuhkan penglihatan yang bagus pada kedua mata, kontrol yang baik pada pergerakan mata ,kemampuan untuk mengetahui apakah sebuah objek lebih dekat atau jauh dari titik fiksasi, koneksi yang baik antara system sensorik dan motorik dan persepsi kedalaman.4

Melihat dengan kedua mata akan memberikan lapangan pandang yang lebih luas. Jika kita melihat dengan kedua mata, akan terbentuk suatu daerah lapangan pandang yang saling tumpang tindih seluas 120o. Bagian yang saling tumpang tindih ini disebut lapangan pandang binokuler. Pada bagian temporal, mata hanya dapat melihat seluas 30o dengan hanya menggunakan satu mata oleh karena penglihatan dengan mata yang lain terhalang oleh hidung. 2

Gambar 1. Lapangan Pandang Binokuler(5)PERKEMBANGAN BINOKULER VISIONBinokuler Single Vision adalah refleks yang dimana tidak terdapat sejak lahir tetapi diperoleh selama 6 bulan pertama dan komplit selama beberapa tahun. Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan binokuler vison ini adalah faktor anatomi dan faktor fisiologi.(3,4,6) a. Faktor anatomi yaitu ligamentum, jaringan penghubung dan otot-otot ekstra okuler . Otot ekstra okuler memiliki peranan yang penting sebagaimana mereka menyediakan koresponden motorik.

Tujuan dari koresponden motorik untuk :(7)

1. Memperbesar jarak pandang dengan mengubah dari daerah vision ke daerah fiksasi

2. Membawa kembali objek perhatian ke fovea dan menjaganya

3. Posisi kedua mata dipertahan sedemikian rupa agar tetap sejajar.

b. Faktor Fisiologi yaitu terciptanya beberapa normal binokuler reflex yang terdiri dari :(7)1. Refleks fiksasi :

Refleks fiksasi compensatory : untuk mempertahankan mata pada posisi fiksasi

Refleks Fiksasi orientasi : refleks ini dapat dilihat pada saat mata akan mengikuti benda yang bergerak.

Refleks konvergensi akomodasi : refleks ini bertujuan mensejajarkan mata dengan tepat dan membuatnya tetap fokus pada objek.

2. Refleks Refixation: refleks Ini berhubungan dengan kembalinya mata ke titik orientasi awal atau ke titik orientasi baru.

3. Refleksi pupilPerkembangan visual yang dipengaruhi oleh impuls dari lingkungan sekitar dimulai pada saat seseorang lahir, oleh karena retina tidak dapat menerima gambaran visual sebelum kelahiran. Terdapat suatu periode perkembangan di mana impuls-impuls dari lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar pada perkembangan struktur dan fungsi sistem visual. Di luar periode ini, impuls-impuls tesebut hanya akan memberikan pengaruh yang sedikit. 2

Absolute Light Treshold

Temporal Resolution

Peak Contrast Sensitivity

Color Vision

Grating Acuity

Oriental Discrimination (VEP)

Directional Discrimination

Binocular Correlation

Stereopsis

123456

Age in Months

Gambar 2. Periode perkembangan fungsi penglihatan 2Umumnya, perkembangan visual dimulai pada usia 6 bulan, dan mulai berkurang pada usia 4 hingga 6 tahun. Perkembangan visual tersebut berupa :21. Lahir - usia 1 bulan: mengenal cahaya

2. Usia 1-3 minggu

: adaptasi terang dan gelap

3. Usia 2-3 minggu

: mengikuti cahaya uniokuler

4. Usia 6-8 minggu

: mengenal persepsi kedalaman

5. Usia 2 bulan

: fiksasi mata terhadap obyek

6. Usia 2-6 bulan

: mengikuti cahaya binokuler

7. Usia 2 tahun

: tajam penglihatan sesuai dengan orang dewasa

8. Usia 7-9 tahun

: perkembangan stereopsis

NEUROANATOMI DAN NEUROFISIOLOGI BINOKULER VISION

Lintasan penglihatan dibentuk mulai dari sel-sel fotoreseptor yang terdapat di retina, yang mentransduksi informasi dari gambar optik menjadi sinyal listrik. Selanjutnya jaringan neural retina akan memproses sinyal tersebut dan meneruskan informasi ke otak melalui nervus optik. Di kiasma optik, akan terjadi persilangan penghantaran informasi. Setelah kiasma optik, serabut-serabut tersebut dikenal sebagai traktus optikus. Traktus optikus menuju korpus genikulatum lateral dimana seluruh serabut-serabut saraf bersinaps dan selanjutnya melalui radiasio optik berakhir pada area korteks visual di lobus oksipital. 8,9,10Fovea

Pada jalur visual, fovea berperan sebagai titik visual primer dari masing-masing mata. Fovea terletak pada lokus yang sama di retina dan dapat menggambarkan titik korespondensi retina di korteks visual, yang disebut titik fiksasi bifoveal. Titik-titik lain di sekitarnya akan dipresentasikan secara relatif terhadap titik fiksasi tersebut. 2Kiasma Optik

Pada saat kedua mata memandang pada satu titik, informasi dari kedua mata akan digabung menjadi satu persepsi tunggal. Struktur pertama yang berperan dalam penggabungan informasi binokuler adalah kiasma optik, yang merupakan tempat penyilangan serabut saraf optik yang meninggalkan rongga orbita. Oleh karena hanya serabut saraf bagian nasal yang mengalami penyilangan sementara serabut saraf bagian temporal tidak, keadaan ini disebut dekusasi parsial atau hemidekusasi. Hemidekusasi ini penting dalam pengaturan serabut saraf, di mana serabut saraf yang membawa informasi dari titik kores-pondensi pada lapangan pandang kedua mata akan diproyeksikan pada tempat yang sama di korteks visual. 2

Gambar 3. Hemidekusasi pada kiasma optik 2Korpus Genikulatum Lateral

Korpus genikulatum lateral berperan dalam menyediakan informasi dasar yang meliputi kontras, ukuran, panjang gelombang, kecepatan, dan analisis terhadap informasi tersebut, yang sangat penting bagi area korteks visual dalam mendiskripsikan bentuk dan pergerakan suatu benda. Bagian dorsal atau daerah nukleus genikulatum lateral utama memiliki struktur yang terdiri dari enam lapisan. Serabut-serabut saraf optikus yang bersilangan di tengah kiasma optikum akan melanjutkan diri ke lapisan 1,4, dan 6. Sedangkan serabut saraf yang tidak bersilangan akan menuju lapisan 2,3, dan 5. Dengan demikian setiap korpus genikulatum lateral menerima informasi visual dari kedua retina.8,10

Gambar 4. Sinaps serabut saraf di nukleus genikulatum lateral 11Serabut saraf optik ipsilateral bersinaps di lapisan 2,3,5. Serabut saraf optik kontralateral bersinaps di lapisan 1,4,6.

Lapisan 1 dan 2 yang terletak paling ventral tersusun atas neuron magno-seluler (M). Lapisan ini sensitif dalam mendeteksi gerakan, stereopsis dan sensitivitas kontras frekuensi tinggi, serta berfungsi dalam penglihatan di malam hari. Lapisan 3,4,5,dan 6 tersusun atas neuron parvoseluler (P), yang berfungsi dalam deskripsi bentuk, penglihatan warna yang merupakan proyeksi sel-sel cone, dan berfungsi dalam penglihatan di siang hari. 2,12

Gambar 5. Lapisan nukleus genikulatum lateral 13Korpus KalosumSelain kiasma optik, terdapat jalur lain yang turut berperan dalam menyatukan informasi binokuler. Jalur tersebut adalah melalui korpus kalosum, yaitu sekumpulan serabut saraf yang menghubungkan kedua hemisfer serebri. Jalur ini memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain. Informasi visual yang datang dari titik korespondensi retina kedua mata akan bergabung pada satu tempat di masing-masing hemisfer. 2

Korteks Visual

Bagian dari korteks visual yang terlibat dalam binokuler vision adalah area visual primer atau korteks striata. Serabut saraf dari korpus genikulatum lateral masing-masing mata akan bersinaps di lapisan keempat korteks striata. Di sini pertukaran informasi visual masih bersifat monokuler dan terpisah-pisah menurut asalnya. Setelah itu, informasi visual akan bergabung dan bersinaps dengan neuron tunggal yang disebut sel binokuler. 2

Gambar 6. Proyeksi serabut saraf dari korpus genikulatum lateral ke korteks striata 13ARAH VISUAL BINOKULER DAN TITIK KORESPONDENSI RETINAApabila ingin bergerak secara bebas, kita harus melokalisasi suatu objek dan mengorientasi diri kita secara relatif terhadap objek-objek yang berada di sekitar kita. Informasi yang kita dapatkan dari sekeliling kita merupakan informasi yang berasal dari sistem indera yang kita miliki. Dari keseluruhan sistem tersebut, penglihatan merupakan indera yang paling akurat dan detail dalam memberikan informasi mengenai posisi kita dan posisi objek lain di sekitar kita. 2Lokasi dari suatu objek ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu arah dan jarak relatif benda tersebut terhadap diri kita. Arah visual merupakan gambaran dua dimensi dari suatu objek, yang hanya memperhitungkan posisi horizontal dan vertikal dari suatu objek tanpa memperhitungkan jarak. Jarak sendiri merupakan ukuran dari objek terhadap diri kita, atau dengan kata lain merupakan gambaran dimensi ketiga dari arah visual. Persepsi dari suatu jarak tergantung dari arah visual suatu objek. 2,3

Gambar 7. Arah visual 2

Arah visual dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus yang disebut garis visual atau garis penglihatan. Garis ini diproyeksikan dari suatu titik di retina, terus yang melewati pupil lalu keluar menuju dunia sekitar. Arah visual dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 21. Arah visual primer yang merupakan arah visual yang dibentuk oleh fovea terhadap suatu objek pada titik fiksasi. Arah visual ini disebut juga titik nol, karena merupakan titik referensi dalam menggambarkan arah visual sekunder.

2. Arah visual sekunder yang merupakan semua arah visual selain arah visual primer. Misalnya arah kiri, kanan, atas, dan bawah dari titik fiksasi suatu objek. Mata manusia terpisah secara horizontal sekitar 60-65 mm. Oleh karena itu, masing-masing mata akan memiliki arah visual yang berbeda terhadap satu titik fiksasi. Korteks visual akan menerima bayangan yang berbeda dari masing-masing retina. Kenyataannya, objek yang terletak pada arah visual primer masing-masing mata akan terlihat saling tumpang tindih dalam satu arah visual yang sama, yang disebut arah visual binokuler. Dalam kondisi binokuler, jarak tidak akan dihitung secara relatif terhadap masing-masing mata, tetapi relatif terhadap satu titik referensi di antara kedua mata. 2,3

Gambar 8. Arah visual binokuler 2

Titik korespondensi retina merupakan pasangan titik, satu di tiap mata, yang bila distimulasi secara simultan akan memberikan bayangan yang seolah-olah berasal dari benda dengan arah visual yang sama. Bayangan yang terbentuk di kedua fovea akan terlihat berasal dari arah visual tunggal yang tegak lurus dengan titik di antara kedua mata. 1,2,3

Gambar 9. Titik korespondensi retina 14A.Setiap titik di retina akan memiliki pasangan pada retina mata sebelah

dengan arah visual yang sama. B.Dalam kondisi binokuler,

bayangan yang terbentuk pada masing-masing fovea akan terlihat berada pada arah visual yang sama.

Korespondensi retina yang normal terjadi bila objek memberikan bayangan pada masing-masing fovea yang bersesuaian pada kedua mata. Situasi ini akan memungkinkan terjadinya penyatuan bayangan menjadi persepsi binokuler tunggal. Jika area korespondensi retina pada kedua mata bekerja sama dengan baik, maka akan terjadi korespondensi retina yang normal. Namun, jika terjadi gangguan pada kerjasama tersebut maka akan terjadi anomalous retinal correspondence. 11

Ada empat jenis korespondensi retina, yaitu : 1,2,151. Normal retinal correspondence

Pada keadaan ini, kedua fovea memiliki arah visual yang normal. Retina bagian nasal akan berkorespondensi dengan retina bagian temporal pada mata yang lain. Serabut saraf dari titik korespondensi dari masing-masing mata akan menuju ke corpus genikulatum lateral yang sama, dan akan menempati sel yang sama di korteks visual.

2. Harmonious abnormal retinal correspondence

Pada keadaan ini, fovea dari mata yang terfiksasi berkorespondensi dengan titik yang bukan fovea pada mata yang terdeviasi. Oleh karena itu, pasangan titik lainnya di retina juga akan ikut berubah.

3. Unharmonious abnormal retinal correspondence

Pada keadaan ini, fungsi reorientasi sensoris antara normal retinal correspon-dence dan abnormal retinal correspondence tidak berkembang secara sempurna sehingga akan timbul diplopia maupun supresi.

4. Lack of retinal correspondence

Pada keadaan ini, kedua mata tidak memiliki hubungan satu sama lain.

Gambar 10. Korespondensi retina 2BINOCULAR DISPARITY

Arah visual dan titik korespondensi retina merupakan landasan yang akan membentuk persepsi kita mengenai jarak dan kedalaman. Titik korespondensi dapat diibaratkan sebagai titik nol, di mana bayangan yang jatuh pada titik ini akan digambarkan seolah-olah berasal dari objek dengan arah visual yang sama. Persepsi kedalaman akan timbul bila terjadi stimulasi pada titik lain yang bukan titik korespondensi retina. 2,16

Bayangan yang ditimbulkan oleh objek tunggal yang tidak menstimulasi titik korespondensi retina kedua mata disebut disparate. Jika dilihat secara monokuler menggunakan kedua mata secara bergantian, bayangan tersebut akan terlihat berada pada arah visual yang berbeda. Perbedaan posisi terhadap titik korespondensi antara bayangan yang terbentuk pada kedua mata disebut binocular disparity. Binocular disparity akan memberikan persepsi yang lebih baik mengenai gambaran tiga dimensi atau stereopsis. 2,16

Gambar 11. Binocular disparity 14HOROPTER DAN AREA FUSIONAL PANUM

Bayangan yang terbentuk pada titik-titik korespondensi pada kedua mata akan dipersepsikan seolah-olah berasal dari arah visual yang sama. Saraf-saraf visual harus menerjemahkan semua titik-titik korespondensi dan non korespon-densi dari masing-masing lokasi pada lapangan pandang binokuler secara simultan dengan tujuan untuk membentuk fusi dan persepsi kedalaman dari semua objek di sekitar kita. 2,15

Horopter merupakan suatu tempat di mana seluruh titik-titik yang akan memberikan bayangan pada titik korespondensi retina berada. Horopter ini dapat digambarkan sebagai sebuah peta, dengan syarat kedua mata harus berkonvergensi pada satu titik fiksasi. Dalam hal ini, masing-masing fovea mewakili arah visual primer dan saling berkorespondensi satu sama lain. Satu titik yang berada pada derajat tertentu dari salah satu fovea, dan titik lain dengan derajat yang sama dari fovea yang lain akan mewakili pasangan titik korespondensi lainnya. Jika diteruskan, maka akan ditemukan pasangan-pasangan titik korespondensi yang tersebar di sekitar titik fiksasi membentuk suatu lingkaran yang disebut lingkaran Vieth-Muller. 1,2,3,15

Gambar 12. Horopter 13

Dengan adanya garis hayal lingkaran Vieth-Muller, akan lebih mudah bagi kita dalam memperkirakan korespondensi kedua retina. Semua titik yang berada dalam lingkaran horopter akan jatuh pada titik korespondensi di masing-masing retina, sedangkan titik-titik yang berada di luar lingkaran horopter akan jatuh pada elemen retina yang berbeda sehingga akan timbul penglihatan ganda. 2,15

Area fusional panum merupakan daerah di sekitar horopter yang jika dirangsang dalam waktu yang bersamaan akan menghasilkan bayangan yang jatuh di area retina yang berbeda, namun secara fisiologis tetap menghasilkan persepsi tunggal. Objek yang terletak di luar area ini akan jatuh di elemen retina yang sangat berbeda sehingga akan terlihat memiliki dua arah visual yang berbeda dan pada akhirnya akan timbul diplopia. 1,2,15

Gambar 13. Area fusional panum 11GRADE BINOKULER SINGLE VISION

Terdapat 3 grade dari Binokuler Single Vision menurut Worths Classification : 3

Grade I Simultaneous perception

Grade II Fusi

Grade III StereopsisPersepsi Simultan

Ini adalah kekuatan untuk melihat dua objek yang berbeda secara bersamaan. Ini diujikan dengan memproyeksikan dua objek yang berbeda di depan kedua mata. 1,2,3 Image 1. Simultaneous perception tests Image 2. Simultaneous perception tests - image for first eye image for second eye

Image 3. Simultaneous perception tests - binocular vision image

Gambar 14. Simultaneous perception test binocular vision image 15Fusi

Fusi didefinisikan sebagai usaha penyatuan bayangan dari obyek visual yang berasal dari dua mata menjadi suatu persepsi tunggal. Proses ini dapat terjadi bila kedua bayangan tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama, dan diproyeksikan pada area yang sama pada korteks visual. 1,2,3,15

Gambar 15. Fusi motorik dan fusi sensorik 2

Fusi terbagi atas : 1,2,31. Fusi Motoris, yaitu pergerakan bola mata yang tepat dan adekuat agar bayangan dari benda visual jatuh di area korespondensi retina pada masing-masing mata.

2. Fusi Sensoris, yaitu proses neurofisiologi dan psikologi dari korteks visual dalam menyatukan bayangan monokuler dari masing-masing mata menjadi satu persepsi bayangan tunggal. Fusi sensoris dapat terjadi bila kedua bayangan monokuler memiliki bentuk dan ukuran yang benar-benar sama. Perbedaan bayangan yang signifikan dari masing-masing retina akan menghambat terjadinya fusi sensoris sehingga sistem visual akan menggunakan metode lain dalam upaya membentuk persepsi bayangan tunggal seperti metode supresi maupun anomalous correspondence.

Supresi merupakan reaksi adaptasi dari korteks visual, yang terjadi bila bayangan yang jatuh di masing-masing fovea tidak sama. Hal ini akan mengakibatkan ketidaksesuaian bayangan di korteks visual, sehingga sistem akan memilih salah satu objek, sedangkan objek lainnya akan disupresi. 3,15 Stereopsis

Keutamaan binokuler vision dibandingkan dengan monokuler vision adalah penglihatan akan persepsi kedalaman menjadi lebih akurat. Hal ini dapat terjadi karena ketika kita menggunakan kedua mata, akan terbentuk gambaran stereopsis yang akan meningkatkan kemampuan akan persepsi kedalaman. 1,2

Stereopsis merupakan suatu kemampuan dalam menggabungkan gambaran yang terbentuk pada masing-masing retina sehingga dihasilkan persepsi kedalaman obyek secara binokuler, misalnya berupa gambaran tiga dimensi. Stereopsis merupakan fungsi visual binokuler yang tertinggi yang mampu meningkatkan kualitas penglihatan. 1,3,11,16

Stereopsis terjadi bila bayangan pada masing-masing mata jatuh pada titik non korespondensi retina yang saling berdekatan dan masih berada dalam area fusional panum. Bila terdapat dua objek yang berbeda, di mana salah satu berada lebih dekat dengan kita, akan timbul persepsi kedalaman yang berbeda dari kedua objek tersebut. Saat mata kita terfiksasi pada objek yang lebih dekat, bayangannya akan jatuh pada titik korespondensi retina yang terletak pada horopter, sehingga objek tersebut akan dipersepsikan sebagai objek tunggal. Bayangan dari objek yang kedua akan jatuh pada titik non korespondensi retina, namun tetap berada dalam area fusional panum sehingga tetap dipersepsikan sebagai bayangan tunggal. Namun bayangan tunggal tersebut akan terlihat berada pada jarak yang berbeda dibandingkan bayangan yang pertama. 2

Persepsi kedalaman dan stereopsis tidak dapat disamakan. Persepsi kedalaman merupakan persepsi subjektif dari jarak antara pengamat dan obyek. Sedangkan stereopsis adalah sensasi binokuler dari kedalaman yang relatif yang disebabkan oleh perbedaan gambaran pada masing-masing retina. Monokuler vision juga mampu berperan dalam persepsi kedalaman, termasuk di dalamnya adalah relative size, aerial perspective, linear perspective, interposition, lights and shades, motion parallax. 2,3,11,16

Beberapa petunjuk yang memungkinkan penilaian jarak dan kedalaman secara monokuler, adalah : 161. Relative size

Ukuran pada gambar yang dibentuk di retina memungkinkan kita menentukan jarak berdasarkan pada ukuran dari objek tersebut. Objek akan tampak lebih besar bila berada pada jarak yang dekat, dan akan mengecil bila berada pada jarak yang jauh.

Gambar 16. Relative Size 16

2. Aerial Perspective

Aerial perspective adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh atmosfir seperti asap, kabut, dan warna-warna yang kontras pada objek dengan jarak yang berbeda. Kontras yang semakin berkurang akan membuat suatu objek tampak semakin jauh. Dengan kata lain, objek yang jauh akan terlihat lebih buram dibandingkan objek yang dekat

Gambar 17. Aerial Perspective 163. Linear perspective

Suatu objek pada jarak dengan sudut yang makin mengecil menunjukkan bahwa objek tersebut makin jauh. Garis-garis parallel yang konvergen ini menunjukkan jarak yang makin menjauh.

Gambar 18. Linear Perspective 16

4. Light and Shade

Cahaya terang dan bayangan dapat memberikan informasi mengenai dimensi dan kedalaman suatu objek. Sistem visual kita akan memberikan persepsi yang berbeda apabila cahaya berasal dari atas dan apabila cahaya berasal dari arah yang berlawanan.

Gambar 19. Light and shade 16

5. InterpotitionTimbul ketika terjadi saling tumpah tindih antara objek yang satu dengan objek yang lain. Pada keadaan ini, objek yang tertindih akan tampak lebih jauh.

Gambar 20. Interpotition 16

6. Movement paralax

Ketika kepala kita bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya, objek-objek pada jarak yang berbeda tampak bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda. Objek-objek yang dekat bergerak berlawanan arah dengan pergerakan kepala sedangkan objek-objek yang jauh bergerak sesuai dengan arah dari gerakan kepala. 2,17

Gambar 21. Movement paralax 17PENUTUPBinokuler vision merupakan penglihatan yang simultan yang dibentuk oleh koordinasi kedua mata sehingga bayangan dengan arah visual yang berbeda dari masing-masing mata akan disatukan menjadi satu bayangan tunggal. Binokuler vision terdiri atas tiga tahapan, yaitu persepsi simultan, fusi, dan stereopsis.

Stereopsis dihasilkan dari bayangan-bayangan yang jatuh pada titik korespondensi maupun titik non korespondensi retina di dalam area panum. Perbedaan arah visual antara objek fiksasi dan objek non fiksasi memungkinkan sistem visual dalam menilai jarak objek non fiksasi dari horopter sehingga akan timbul persepsi kedalaman.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prieto J. Sensory function, in : Strabismus. 4th Edition, Butterworth Heinemann. New Delhi. 2000 : 1-5. 2. Steinman S.B. Foundations of binocular vision: a clinical perspective. The McGraw-Hill Companies. New York. 2000 : 1, 12-3, 20-3, 46-50, 81, 122-3, 181.3. Bhola R. Binocular Vision. EYERounds.org. University of Lowa. Available on: http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/tutorials/Bhola-BinocularVision.htmAccessed : 20 Maret 2010.4. Marshal M.P. Binocular vision, in : Duanes Clinical Ophalmologi (CD-ROM). Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher. 2003.

5. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition. New Age Internasionla Limited Publisher. India.2007

6. Harwerth R.S. Binocular vision, in : Adlers Physiology of the Eye Clinical Application. 10th Edition. The C.V. Mosby Co. St. Louis Toronto. 2003 : 484.

7. Friedman NJ, Kaiser, Trattler WB. Review of Ophthalmology. Philadelphia, Pennsylvania. Elsevier Inc. 2005 : 139.8. Snell RS, Lemp MA. visual pathway in Clinical Anatomy of The Eye The. 2nd ed. Malden, USA: Blackwell Science, 1998;379-408.

9. Oyster, Clyde W. The Nerves of The Eye and Orbit in The Human Eye Structure and Function. Massachusset: Sinauer Associates, 1999:191-240.10. Kauffman, Paul. Overview of The Central Visual Pathway, in Adler`s Physiology of the eye. Clinical application, 8 th ed. St Louis, Washington DC, Toronto. The CV Mosby Company, 1987:641-700.

11. Liesegang Tj, Deutsch TA, Grand MG. Pediatric ophthalmology and Strabismus. AAO section 6. San Fransisco. 2003 : 39-48.12. Schiefer.U, Hart.W, Clinical Neuro Opthalmology : Functional Anatomy of The Human Visual Pathway. St.Louis.USA:Springer,2007;19-28.

13. Spalton, Hitching,. Visual Pathway in Atlas of Clinical Ophthalmology. 3rd edition. CD ROM. Elsevier Mosby. 2005.14. Kolb H, Fernandez E. The perception of space. Available on : Webvision the organization of the retina and visual system. 2005.15. Datta H. Strabismus, 1st edition, Jakarta, Jaype. 2004 : 15-21.16. Albert D.M, Jakobiec F.A. The Development of binocular vision, in : Principles and practice of ophthalmology. Philadelphia, W.B. Saunders Company. 1994 : 654-61.17. Webvision : The Perception of Depth. Available from : http://webvision.med.utah.edu/KallDepth. html.

A

B

EMBED CorelPHOTOPAINT.Image.14

PAGE 24

_1471813454.bin