SAP Siap Print HIV

11
MATERI PENYULUHAN 1. Pengertian HIV HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).(DepKes RI:2006) AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun.(Mulyana R.S:2007) AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefisiensi Virus (HIV). (Suzane C.Smeltzer dan Brenda G.Bare:2007). AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV , mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat mambawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease Control and Prevention:2008). 2. Epidemiologi Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56 o C selama 10-20 menit. HIV juga tidak

Transcript of SAP Siap Print HIV

Page 1: SAP Siap Print HIV

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian HIV

HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).(DepKes RI:2006)

AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun.(Mulyana R.S:2007)

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefisiensi Virus (HIV). (Suzane C.Smeltzer dan Brenda G.Bare:2007).

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV , mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat mambawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease Control and Prevention:2008).

2. Epidemiologi

Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.

3. Gejala Infeksi HIV/ AIDS

Infeksi akut : flu yang terjadu selama 3-6 minggu setelah terinfeksi, panas(suhu tubuh meningkat lebih dari 38°C) dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.

Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Yaitu mulai dari 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.

Page 2: SAP Siap Print HIV

Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.

AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas badan(meningkatnya suhu tubuh lebih dari 38°C)yang berlangsung lebih dari 10 hari,keluar keringat pada malam hari, penurunan berat badan mencapai lebih dari10% yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak segera hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

4. Stadium infeksi HIV/ AIDS

Stadium I

Tanpa gejala klinis, masih terlihat sehat dan normal. Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.Tingkat aktivitas 1: Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari .

Stadium II

Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.

Stadium III

Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.

Stadium IV

Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.

Pneumocystis carinii pneumonia (PCP). Toksoplasmosis pada otak. Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan. Kriptokokosis di luar paru. Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening. Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam

rongga perut tanpa memperhatikan lamanya. PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak. Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.

Page 3: SAP Siap Print HIV

Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru. Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh. Septikemia salmonela bukan tifoid. TB di luar paru. Limfoma. Kaposi’s sarkoma. Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur,yang lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.

5. Kelompok Resiko

Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.

6. Cara Penularan

HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.

Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

7. Penularan HIV/ AIDS :

Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).

Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.

Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.

Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

Page 4: SAP Siap Print HIV

8. Cara Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah :

A : Anda jauhi hubungan seks

B : Bersikap saling setia dengan pasangan

C : Cegah dengan memakai kondom tiap melakukan hubungan

D : Dihindari pemakaian jarum suntik bebas

E : Edukasi atau pelatihan ( HIV/AIDS, NAPZA, life skill, dll )

9. Pemeriksaan HIV/ AIDS

Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.

Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :

1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.

2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.

3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.

4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.

Page 5: SAP Siap Print HIV

5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.

6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

10. Pengobatan HIV/ AIDS

Terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus,maka obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus tersebut,namun ART dapat memperlambat pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat, begitu juga penyakit HIV.

Jenis obat-obat antiretroviral :

Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.

Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.

Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).

Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).

Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.

Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

11. Perawatan dan Dukungan

Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.

12. Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS

1) Makan makanan bergizi.

2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas.

3) Istirahat cukup.

Page 6: SAP Siap Print HIV

4) Sayangilah diri sendiri.

5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin.

6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan.

7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.

13. Perawatan di rumah (home care)

1. Memberikan penjelasan pada ODHA dan keluarga tentang pengertian, cara penularan, pencegahan, gejala-gejala, penanganan HIV/AIDS, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan motivasi hidup.

2. Mengajaran pada keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan masalah.

3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam

4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.

5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.

6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik (ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan anak secara normal.

7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.

Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.

8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri)

14. HIV dan interaksinya pada kehamilan.

Pengaruh kehamilan pada status HIV terbatas, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada efek marginal pada system immunologi selama kehamila, dan tidak menunjukkan perubahan yang konsisten dari virus HIV maupun sel T. Kondisi persalinan dan post partum harus

Page 7: SAP Siap Print HIV

mendapat perhatian kusus dari tenaga kesehatan. Demikian juga pertimbangan pada keselamatan bayinya khususnya pada wktu pemberian therapy.Pada wanita hamil,juga terdapat 4 stadium yang tanda dan gejalanya sama dengan orang biasa yang terinfeksi HIV. Namun bayi yang dikandung kemungkinan juga akan tertular HIV selama kehamilan,persalinan,maupun setelah persalinan dengan hal-hal yang mempengaruhi, antara lain: kadar HIV dalam darah ibu menjelang atau pada saat bersalin, dan kadar HIV dalam ASI bila ibu menyusui bayinya. Kadar HIV dalam darah tertinggi pada 3-6 minggu setelah terinfeksi , dan akan menurun sampai bertahun-tahun sampai menjadi AIDS. Resiko penularan terjadi jika kadar HIV darah diatas 100.000 kopi/ml , dimana ibu dapat menularkan HIV ke bayinya.(DepKes RI:2006).

Menurut Mulyana(2008), status kesehatan dan gizi ibu juga mempengaruhi resiko penularan HIV ke bayinya,jika sel CD4 rendah (system pertahanan tubuh menurun) maka resiko penularan akan menjadi lebih tinggi. Sedangkan pada pemberian ASI, resiko akan bertambah bila ibu terkena masalah payudara seperti mastitis,abses,dan luka pada putting susu (putting lecet). Meskipun HIV pada ASI konsentrasinya lebih rendah dari yang terdapat dalam darah,tetapi dapat menyebabkan penularan , terutama dengan adanya masalah pada mulut bayi, seperti terdapat luka di mulut bayi, bayi berat lahir rendah,dan bayi premature yang rentan terkena HIV.(Dep Kes RI:2006).

Sebagian besar,penularan bayi terjadi pada saat persalinan,ketika proses persalinan,karena pada proses persalinan tekanan pada plasenta meningkat,terutama disebabkan oleh infeksi. Dimana, mungkin pada proses persalinan, darah ibu akan bercampur dengan bayi.(Dep Kes RI:2006). Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir, dan kulit bayi masih sangat lemah,sehingga mudah terinfeksi, kemungkinan juga darah ibu akan tertelan oleh bayi. Semakin lama proses persalinan,semakin lama juga kontak bayi dengan darah,dan lendir ibu. Apabila terjadi ketuban pecah dini (KPP) yang lebih dari 4 jam sebelum proses persalinan, maka resiko penularan pada bayi akan meningkat dua kali lipat disbanding jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum bayi lahir. (Mulyana:2008)

15. Strategi pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya

Srategi pencegahan penularan dikenal dengan nama Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMCT) antara lain :

1. Pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif.2. Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela3. Pemberian obat antiretroviral4. Konseling tentang HIV dan makanan bayi serta pemberian susu formula sebagai

pengganti ASI 5. Persalinan aman dengan Sectio cesaria, sebelum ketuban pecah dan sebelum

kontraksi.Sedangkan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui:

Saat hamil : dengan penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah,sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.

Saat melahirkan : cara persalinan yang terbukti paling aman untuk ibu HIV adalah dengan Sectio cesaria.

Setelah bayi lahir : informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI.