SAP PK.doc
Transcript of SAP PK.doc
SATUAN ACARA PENYULUHAN KELUARGA
PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN
(HOME VISIT)
Eka Ayu Fatmawati
I31110045
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang studi : Keperawatan Jiwa
Topik : Peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Jabar
Tempat : Sungai Jawi
Hari/Tanggal : Senin, 22 September 2014
Waktu : 15.00-15.30
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien Nn. R di daerah Sungai
Jawi mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat penderita dengan masalah
perilaku kekerasan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapakan pasien dan keluarga dapat:
a. Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan
b. Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan
c. Menyebutkan kembali rentang respons marah
d. Menyebutkan kembali tanda dan gejala perilaku kekerasan
e. Menyebutkan kembali peran keluarga dalam merawat penderita dengan masalah
perilaku kekerasan
3. Materi
Materi penyuluhan terlampir:
a. Definisi pengertian perilaku kekerasan
b. Penyebab pengertian perilaku kekerasan
c. Rentang respons marah pengertian perilaku kekerasan
d. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan pengertian perilaku kekerasan
e. Peran keluarga dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media
Flipchart
Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1 5 Menit Pembukaan:
1. Memberi salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3. Melakukan kontrak waktu.
4. Menyebutkan materi penyuluhan
yang akan diberikan
1. Menyambut salam
dan mendengarkan
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Mendengarkan
2 10 Menit Pelaksanaan :
1. Menggali informasi yang
telah diketahui peserta tentang perilaku
kekerasan.
2. Memberikan penjelasan
tentang:
a. Definisi perilaku kekerasan
b. Penyebab perilaku kekerasan
c. Rentang respons marah pengertian
perilaku kekerasan
d. Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan.
e. Peran keluarga merawat penderita
dengan perilaku kekerasan
1. Menyampaikan
informasi yang telah
diketahui
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3 10 Menit Tanya Jawab
1. Memberi kesempatan bertanya kepada
peserta
1. Memberikan
pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dari peserta 2. Menjawab pertanyaan
4 5 Menit Penutup :
1. Feedback materi
2. Menyimpulkan materi yang telah
diberikan
3. Membagi leaflet
4. Mengucapkan terima kasih dan salam
penutup
1. Menyebutkan sesuai
materi yang diberikan
2. Mendengarkan dan
membalas salam
3. Menerima leaflet
7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di rumah pasien di daerah
Sungai Jawi, Pontianak
2) Keluarga berada di rumah saat akan diberi penyuluhan.
3) Sarana dan prasarana memadai.
b. Evaluasi proses
1) Memberi salam dan memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3) Melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme penyuluhan.
4) Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
5) Menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui keluarga tentang
penanganan pada resiko perilaku kekerasan.
6) Menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan saat akan terjadi perilaku
kekerasan di rumah.
7) Keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
8) Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Keluarga memahami tentang cara mengontrol emosi pasien gangguan
jiwa dengan resiko perilaku kekerasan setelah perawatan di rumah sakit.
2) Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Peserta Peserta
Flipchart Penyaji
Fasilitator
Peserta
8. Pengorganisasian :
Pembicara : Eka Ayu Fatmawati
Fasilitator : Mira Fitria
9. Job Description :
a. Penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan
b. Fasilitator
1) Memfasilitasi dan memotivasi keluarga untuk berperan
aktif
2) Memfokuskan kegiatan
3) Membantu mengkoordinasikan keluarga
10. Setting
Lampiran Materi
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain
(Fitria, 2011).
Resiko perilaku kekerasan adalah jika pasien tidak melakukan perilaku
kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan untuk mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan (Keliat, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Damaiyanti, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu perilaku yang
dapat membahayakan orang lain maupun diri pelaku sendiri yang berakibat dapat
melukai.
2. Penyebab
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi penganiayaan juga berpengaruh.
Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya
dengan kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia pada
umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
dihargai dan diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise
juga mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kekerasan
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi
sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak
berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
3. Rentang respons marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
Respon adaptif Respon maladaptif
I----------------I------------------I------------------I-------------------I
Asertif frustasi pasif agresif kekerasan
a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa
merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak
realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat
dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.
Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadap
lingkungan yang masih terkontrol.
e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
5. Akibat Dari Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi
dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll.
6. Hal - hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai keluarga yang
mempunyai perilaku kekerasan
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat
bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehingga
diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak terkait
contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu menyelesaiakan
konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas dan
melaporkan perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko pelaku
kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga
terutama orangtua.
7. Peran keluarga Dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga yang
berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha memperbaiki
kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada
anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu kien
dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat anggota
dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang pentingnya
minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah
dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota keluarga
risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir kesempatan
melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien
mengucapkan apa yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’ dan
shalat
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.
c. Bila Klien dalam PK
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa klien
ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahan utamakan keselamatan diri
klien dan penolong.
Daftar pustaka
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia. FKUI:
Jakarta.
Damaiyanti, M dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika
Aditama
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta. Salemba
Medika
Keliat B.A. Gangguan Konsep Diri. Edisi I. Jakarta : EGC.
Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book.
WF Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC.