SAP NYERI - Kel. 3
-
Upload
sekolah-futsal -
Category
Documents
-
view
100 -
download
41
description
Transcript of SAP NYERI - Kel. 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
MANAJEMEN NYERI
Oleh:
Dewa Ayu Putu Linawati
PPN 14018
PROGRAM PROFESI NERS XII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MANAJEMEN NYERI
Hari/ Tanggal : Selasa 30 September 2014
Judul : Manajemen Nyeri
Tempat : Ruang HCU
Sasaran utama : Klien
Waktu : Jumat, Pukul 11.00 WIB
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien dapat memahami tentang
manajemen nyeri.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah penyuluhan selama 15 menit diharapkan klien mampu
menyebutkan:
a. Pengertian nyeri.
b. Tujuan mengatasi nyeri
c. Skala nyeri
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
e. Cara-cara mengatasi nyeri
C. Topik/ Sub pokok bahasan: Manajemen nyeri
D. Proses pelaksanaan
Tahapan Alokasi Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
Pembukaan 5 menit Memberi salam
Memperkenalkan diri
dan melakukan
kontrak waktu
Memberi pertanyaan
Menjawab
salam
Memberi salam
Menyimak
Menyimak
apersepsi (untuk
melihat sejauh mana
peserta memahami
tentang nyeri dan cara
mengatasinya)
Mengkomunikasikan
pokok bahasan
Mengkomunikasikan
tujuan
Isi 5menit Memberikan
penjelasan tentang
manajemen nyeri
Memberikan
kesempatan pada
klien untuk bertanya
Menjawab pertanyaan
Menyimak
Bertanya
Memperhatikan
Penutup 5 Menit Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama
klien
Memberikan evaluasi
secara lisan
Memberikan salam
penutup
Memperhatikan
Menjawab
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya jawab
F. Media Penyuluhan
Leaflet
G. Evaluasi
Peserta dapat menyebutkan kembali:
a. Apa pengertian nyeri.
b. Apa tujuan mengatasi nyeri
c. Menyebutkan rentang skala nyeri
d. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
e. Menyebutkan cara-cara mengatasi nyeri
H. Jawaban evaluasi
a. Pengertian nyeri:
o Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental
atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan dan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan.
b. Tujuan mengatasi nyeri
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Merelaksasikan ketegangan otot
3. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan
nyeri tidak dipersepsikan
5. Mengurangi kecemasan.
c. Rentang skala nyeri
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Usia
2. Makna nyeri
3. Perhatian
4. Ansietas
5. Keletihan
6. Pengalaman Sebelumnya
7. Gaya koping
8. Dukungan keluarga dan social
e. Cara-cara mengatasi nyeri
1. Distraksi
2. Therapy musik
3. Massage atau pijatan
4. Kompres hangat
5. Guided Imaginary (Imajinasi Terpimpin)
6. Relaksasi
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bisa menimbulkan ketegangan dan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional
(Alimul, 2006).
Nyeri terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Nyeri akut
- Nyeri akut adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus
noksius karena cedera, proses penyakit atau fungsi
abnormal otot atau visceral
- Hampir selalu karena nosisepsis
- Nyeri tipe ini biasanya berkaitan dengan stress
neuroendoktrin yang seimbang dengan intesitasnya
- Bentuk paling sering yaitu paska trauma, paska bedah dan
nyeri obstetric. Begitu juga yang berkaitan dengan penyakit
seperti infark miokard, pankreatitis, dan batu ginjal
- Kebanyakan nyeri akut akan sembuh dengan sendirinya
atau berkurang dengan terapi dalam beberapa hari atau
minggul
- Ketika nyeri gagal untuk disembuhkan karena sesuatu hal
baik itu penyembuhan yang abnormal atau terapi tidak
proporsional atau terapi tidak adekuat, maka akan menjadi
nyeri kronis
- Dua tipe nyeri akut (somatic dan viscera) dibedakan
berdasarkan asal dan bentuk nyeri.
b. Nyeri kronis
- Nyeri digambarkan sebagai nyeri yang tetap berlangsung di
luar waktu yang umum sepanjang satu penyakit yang akut
atau setelah suatu waktu yang layak untuk penyembuhan,
periode dapat bertukar-tukar dari 1 sampai 6
- Nyeri kronis bisa nociceptive, saraf, atau keduanya
- Suatu mekanisme atau faktor lingkungan psikologis adalah
bahwa yang menjadi pembeda sering memaikan suatu
peran yang utama.
- Bentuk yang paling umum dari nyeri yang kronis termasuk
gangguan musculoskeletal, gangguan organ dalam kronis,
lesi saraf perifer, atau nyeri ganglia dorsal (nyeri paska
herpes), lesi pada sistem sara pusat (stroke, luka jaringan
saraf dalam punggung, dan sclerosis multiple) dan nyeri
kanker metastase.
B. Tujuan Mengatasi Nyeri
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Merelaksasikan ketegangan otot
3. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri
tidak dipersepsikan
5. Mengurangi kecemasan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri
khususnya anak-anak dan lansia. Nyeri bukan merupakan bagian dari
proses penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih
lama dan kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis
yang menyertai nyeri.
2. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan.
3. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi
klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan nyeri pada
kesadaran yang perifer.
4. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil.
5. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan
dapat terasa lebh berat.
6. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi
pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
7. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,
seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal
yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan/total.
8. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka .terhadap klien.
D. Skala Nyeri
Skala nyeri digunakan untuk menentukan seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh klien. Pengkajian skala nyeri dibedakan berdasarkan usia.
Pengkajian bagi anak-anak berbeda dengan pengkajian bagi orang dewasa.
1. Face Pain Rating Scale
Menurut Wong (2003) pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah
dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale
yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk
“tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.
2. Numeric Scale
Skala numerik menggunakan angka 0-10 untuk menggambarkan nyeri
yang dirasakan oleh klien. Pengkajian dengan skala numerik pada
umumnya digunakan pada orang dewasa.
E. Cara-cara Mengatasi Nyeri
1. Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan
perhatian klien dari nyeri. Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain
pada nyeri misalnya teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku, melukis,
menggambar, menonton dan sebagainya.
b. Mengobrol dengan orang lain
c. Mendengarkan musik
d. Melakukan aktivitas atau permainan seperti bermain catur
e. Bernapas tenang dengan irama teratur.
2. Terapi musik
Terapi musik adalah proses interpersonal yang digunakan untuk
mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual,
untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya.
Terapi musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia dan
dengan beragam kondisi; gangguan kejiwaan, masalah kesehatan,
kecacatan fisik, kerusakan sensorik, gangguan perkembangan,
penyalahgunaan zat, masalah interpersonal dan penuaan.
Terapi ini juga digunakan untuk mendukung proses pembelajaran,
membangun rasa percaya diri, mengurangi stress, mendukung latihan fisik
dan memfasilitasi berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan
kesehatan dan menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.
3. Massage atau pijatan
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan
untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi.
Pijatan dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik secara
terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran, dilakukan
menggunakan bantuan media ataupun tidak, seperti kompres hangat pada
bagian tubuh yang dirasakan nyeri
4. Kompres hangat
Merupakan media untuk meningkatkan dan melancarkan aliran darah ke
semua area tubuh sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Kompres hangat
dapat dilakukan dengan bantalan yg berisi air hangat, atau dengan waslap
yang direndam pada air hangat kemudian diperas dan dikompreskan pada
daerah nyeri.
5. Guided Imaginary (Imajinasi Terpimpin)
Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan
mendorong pasien untuk membayangkan sesuatu yang menarik dan
menyenangkan dengan bimbingan. Tekniknya sebagai berikut:
a. Atur posisi yang nyaman pada klien.
b. Mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.
c. Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang
menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
d. Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.
6. Relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya.
Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini
dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau
duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik
relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran
yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi banyak
jenisnya, salah satunya adalah tekhnik nafas dalam melalui hidung
kemudian mengeluarkannya secara perlahan melaui mulut dengan gerakan
lambat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta:
Salemba Medika
Potter, P & Perry, A, G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktisi (Edisi 4). Jakarta: EGC
Smeltzer, S, C & Bare, B, G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medika
Bedah (Edisi 8). Jakarta: EGC
Wong, D, L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,(Edisi 4).
Jakarta: EGC