Sap Kolera

25
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “KOLERA” DISUSUN OLEH: OKY AYU WULANDARI 1401100049 II-A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN MALANG Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang Telp. (0341) 566075 e-mail : [email protected]

description

satuan acara penyuluhan kolera

Transcript of Sap Kolera

Page 1: Sap Kolera

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“KOLERA”

DISUSUN OLEH:

OKY AYU WULANDARI

1401100049

II-A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

DIII KEPERAWATAN MALANG

Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang Telp. (0341) 566075

e-mail : [email protected]

Maret 2016

Page 2: Sap Kolera

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KOLERA

Topik : Penyakit di masyarakat

Subtopik : Kolera

Hari/tanggal :

Tempat : Puskesmas

Waktu : 09.00-selesai

A. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan masyarakat bisa mengerti

tentang kolera

2. Tujuan khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat:

a. Mengetahui pengertian tentang Kolera

b. Mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya Kolera

c. Mengetahui tanda dan gejala yang timbul pada Kolera

d. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kolera

e. Mengetahui cara pencegahan Kolera

f. Mengetahui pengobatan dan penanganan yang diberikan pada penderita

Kolera

B. SASARAN

Masyarakat yang ada di puskesmas, baik laki-laki perempuan, tua maupun

muda

C. POKOK BAHASAN

Pengertian tentang Kolera

Penyebab terjadinya Kolera

Gejala yang timbul pada Kolera

Faktor yang mempengaruhi kolera

Page 3: Sap Kolera

Cara pencegahan Kolera

Pengobatan dan penanganan yang diberikan pada penderita Kolera

D. METODE

- Ceramah

- Diskusi

E. MEDIA

LCD

Laptop

Leaflet

Poster

Video

F. KEGIATAN

Alokasi

WaktuLangkah kegiatan penyaji Kegiatan peserta Media/ Metode

Pembukaan

5 menit

Mengucapkan salam

pembuka

Memperkenalkan diri

Menjelaskan maksud dan

tujuan

Menyampaikan kontrak dan

mekanisme penyuluhan

Membagikan leaflet

o Menjawab salam

o Mendengarkan

penyaji

1.   Ceramah

2.   Leaflet

Pelaksanaan

20 menit

Menjelaskan pengertian

tentang Kolera

Menjelaskan dan memahami

tentang penyebab terjadinya

Kolera

Menjelaskan tanda dan

gejala yang timbul pada

Kolera

o Memperhatikan

o Mendengarkan

o Menyimak

1. Ceramah

2. Leaflet

3. Video

4. Poster

2.  

v

Page 4: Sap Kolera

Menjelaskan faktor yang

mempengaruhi kolera

Menjelaskan cara

pencegahan Kolera

Menjelaskan pengobatan dan

penanganan yang diberikan

pada penderita Kolera

Penutup 10

Menit

Memberi kesempatan

pada peserta untuk

bertannya

Menjawab pertanyaan

peserta

Menyampaikan

kesimpulan dari

penyuluhan

Salam penutup

o Bertanya

o Mendengarkan

o Menjawab salam

1.   Diskusi

2.   Ceramah

Page 5: Sap Kolera

LAMPIRAN MATERI

KOLERA

1. Latar Belakang

Penyakit kolera dapat menjadi epidemi atau kejadian luar biasa yang menimpa

masyarakat suatu daerah karena melebihi perkiraan. Menurut Departemen

Kesehatan RI, KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan

dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah

dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada

terjadinya KLB. Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan RI melalui

Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL)

menginformasikan telah terjadi KLB kolera sejak awal April hingga awal

Agustus 2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire Provinsi Papua dan

telah menelan korban 105 penderita meninggal. Direktur Jenderal

Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan

RI3 melaporkan kondisi masyarakat daerah pedalaman Papua yang masih jauh

dari hidup sehat serta kebiasaan berperilaku tidak sehat seperti minum air

mentah, tidak mencuci tangan sebelum makan, jarang mandi dan berganti

pakaian, biasa buang air besar tidak pada tempatnya seperti di kebun atau

sungai serta terbiasa mencium dan menyentuh penderita yang meninggal

akibatnya penyakit kolera sangat cepat menular, menyebar, dan mewabah ke

daerah-daerah sekitarnya hingga akhirnya menimbulkan KLB kolera.

2. Pengertian kolera

Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus

akibat terkena bakteria Vibrio Cholerae. Infeksi biasanya ringan atau tanpa

gejala, tapi terkadang parah. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami

sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan

kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat

mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap

trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.

Page 6: Sap Kolera

Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat

akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam

tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri

tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga

terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya

seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh

dan masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani,

maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu

yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak

adekuat.

Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan Vibrio cholerae dengan

manifes diare disertai muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin yang

dihasilkan bakteri tersebut. Bentuk manifest klinisnya yang khas adalah

dehidrasi, berlanjut dengan rejatan hipovolemik dan asidosis metabolic yang

terjadi dalam waktu singkat akibat diare sekretorik dan dapat mengakibatkan

kematian apabila tidak ditanggulangi. Vibrio cholerae banyak ditemukan di

permukaan air yang terkontaminasi dengan feses yang mengandung kuman

tersebut. Oleh karena itu, penularan penyakit kolera ini dapat melalui air,

makanan dan sanitasi yang buruk.

Kolera (sering disebut Colera Asiatik atau Epedemi kolera) adalah

penyakit penyakit diare parah yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera.

Penularan kemanusia adalah dengan air atau makanan.  Vibrio

Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang

tindakan pada epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik

penyakit kolera. Dalam masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit

fatal cepat paling dikenal seseorang yang sehat dapat menjadi hipotensi satu

jam setelah timbulnya gejala dan mungkin meninggal dalam waktu 2-3 jam

jika pengobatan tidak disediakan lebih umum, penyakit ini berlangsung dari

bangku cair pertama yang mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian berikut

dalam 18 jam untuk beberapa hari.

Page 7: Sap Kolera

Kolera adalah penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh

bakteri dan ditandai gejala dalam bentuknya yang berat dengan onset yang

tiba-tiba, diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut,

disertai muntah dan mual di awal timbulnya penyakit. Pada kasus-kasus yang

tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat terjadi dehidrasi, asidosis, kolaps,

hipoglikemi pada anak serta gagal ginjal.

Kolera merupakan suatu sindrom epidemiologik klinis yang disebabkan

oleh Vibrio cholerae (V.cholerae), umumnya serogrup O1. Dalam bentuknya

yang berat, penyakit ini ditandai oleh diare yang hebat dengan tinja menyerupai

air cucian beras (rice water), yang dengan cepat dapat menimbulkan dehidrasi.

Ada dua perangai epidemiologik yang khas dari kolera, yaitu

kecenderungannya untuk menimbulkan wabah secara eksplosif, acapkali pada

beberapa foki secara bersamaan, dan kemampuannya untuk menjadi pandemik

yang secara progresif mengenai banyak tempat di dunia, seperti yang terjadi

dalam perjalanannya selama ini. Ada lebih dari 150 antigen O spesifik dari

V.cholerae yang telah berhasil diidentifikasi. Antigen O adalah polisakarida

termostabil dan merupakan bagian dari lipopolisakarida dinding sel. Serogrup

O1 V.cholerae sudah lama dikenal sebagai penyebab kolera epidemik dan

pandemik. Di samping O1, baru-baru ini serogrup O139 juga dikaitkan dengan

wabah besar dengan derajat kematian yang tinggi. Serogrup non-O1/non-O139

biasanya hanya menyebabkan diare yang sifatnya sporadis.

3. Penyebab kolera

Penyebab kolera adalah bakteri bernama Vibrio cholerae. Bakteri kolera

memproduksi CTX atau racun berpotensi kuat di usus kecil. Dinding usus yang

ditempeli CTX akan mengganggu aliran mineral sodium dan klorida hingga

akhirnya menyebabkan tubuh mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan

berakibat kepada kekurangan elektrolit dan cairan. Ada dua siklus kehidupan

yang berbeda pada bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh manusia &

lingkungan. Bakteri kolera di tubuh manusia ditularkan melalui tinja yang

Page 8: Sap Kolera

mengandung bakteri. Bakteri kolera bisa berkembang biak dengan subur jika

persediaan air dan makanan telah terkontaminasi dengan tinja tersebut.

Sumber-sumber infeksi kolera bisa dari faktor makanan dan terpapar air yang

mengandung bakteri.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kolera yaitu:

Makan kerang mentah atau yang tidak dimasak dengan matang, atau

makanan laut lainnya yang berasal dari lokasi tertentu.

Tumbuhnya bakteri kolera di daerah kolera mewabah bisa melalui nasi dan

milet yang terkontaminasi setelah dimasak dan didiamkan di suhu ruangan

selama beberapa jam.

Bakteri kolera bisa bertahan di air untuk jangka waktu yang lama dan

mencemari sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat umum.

Infeksi kolera bisa bersumber dari sayuran dan buah-buahan mentah yang

tidak dikupas. Lahan pertanian yang terkontaminasi oleh pemupukan yang

tidak baik atau air untuk pengairan yang mengandung sampah.

Lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki sanitasi memadai.

Paparan kebersihan yang buruk

Makan makanan mentah atau kerang

Kekurangan asam klorida dapat meningkatkan kerentanan

5. Tanda dan gejala kolera

a. Diare tanpa rasa mulas

b. Tinja bewarna cair putih

c. Tidak berbau busuk maupun amis, tapi manis menusuk

d. Muntah tanpa didahului mual

e. Terdapat kejang pada otot

f. Lunglai (tak berdaya), namun kesadarannya relatif baik

Page 9: Sap Kolera

g. Hipotermi (suhu tubuh rendah)

h. Perut cekung

6. Pencegahan kolera

Adapun tindakan pencegahan yang dimaksud melalui cara :

Pemberian imunisasi vaksin hidup (strain CVD 103 HgR/orachel/mutacel)

dan vaksin mati (Dukoral, SBL).

Melakukan pengawasan penderita kolera baik menggunakan laporan

kepada instansi kesehatan, melakukan isolasi pada pasien kolera berat.

Lakukan manejemen kontak terhadap penderita penyakit kolera maupun

makanan dan minuman yang diasup.

Pemurnian air minum.

Menyediakan pembuangan feses di toilet maupun closet

Pencegahan penyakit kolera pun dapat dilakukan dengan pembiasaan

hidup sehat,

Menciptakan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ataupun sebelum

masak.

Pastikanlah makanan dan minuman yang diasup terhindar dari bakteri.

Minimalisirlah makanan setengah matang apalagi jenis kerang-kerangan,

menu sayuran disertai buah-buahan yang sehat lebih diutamakan.

Hindari konsumsi makanan di pinggir jalan yang sering dihinggapi lalat

dan tidak terjamin kebersihannya.

Meminum air yang sudah terlebih dahulu dimasak

Menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak tidak

sampai matang

Sayuran dan buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu sebelum di masak

Page 10: Sap Kolera

Pemberian antibiotic tetrasiklin bisa membantu mencegah penyakit pada

orang-orang yang sama-sama menggunakan perabotan rumah dengan

orang yang terinfeksi kolera.

Minum yang aman lainnya yaitu teh dan kopi yang dibuat dengan air

mendidih

Hindari ikan atau kerang-kerangan mentah atau setengah matang,

termasuk salad udang mentah

Makan hanya sayuran yang sudah dimasak, hindari salad.

Pengawasan penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya

o Laporan kepada instansi kesehatan setempat

Laporan kasus kolera umumnya diwajibkan sesuai dengan Peraturan

Kesehatan Internasional (International Health Regulation,1969).

o Disinfeksi serentak

Dilakukan terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen,

seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barang-barang lain yang

digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi asam karbol

atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem pembuangan

kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang

ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi

sebelumnya. Pembersihan menyeluruh

o Manajemen kontak

Lakukan survei  terhadap orang yang minum dan mengkonsumsi makanan

yang sama dengan penderita kolera, selama 5 hari setelah kontak terakhir.

Jika terbukti kemungkinan adanya penularan sekunder didalam rumah

tangga, anggota rumah tangga sebaiknya di beri pengobatan

kemoprofilaksis; untuk orang dewasa adalah tetrasiklin (500 mg 4 kali

sehari) atau doksisiklin (dosis tunggal 300 mg) selama 3 hari, kecuali

untuk strain lokal yang diketahui atau diduga resisten terhadap tetrasiklin.

Page 11: Sap Kolera

Anak-anak juga bisa diberikan tetrasiklin (50mg/kg/hari dibagi ke dalam 4

dosis) atau doksisiklin (dosis tunggal 6 mg/kg) selama 3 hari, dengan

pemberian tetrasiklin dalam waktu yang singkat, tidak akan terjadi noda

pada gigi.

o Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi

Lakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber infeksi berasal dari air

minum dan makanan yang terkontaminasi. Makanan yang dikonsumsi 5

hari sebelum sakit harus di tanyakan. Pencarian dengan cara mengkultur

tinja untuk kasus-kasus yang tidak dilaporan hanya disarankan dilakukan

terhadap anggota rumah tangga atau terhadap orang-orang yang

kemungkinan terpajan dengan satu sumber (Common source) didaerah

yang sebelumnya tidak terinfeksi.

Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah

dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan

kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya

ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan

bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air

bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan

dan kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam anggota keluarga ada

yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan

pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di

sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas.

Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung

dengan penderita.

Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya air dan

makanan melalui pendidikan. Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya

didisinfeksi dan orang-orang kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat

antimikrobia mungkin diperlukan.

Page 12: Sap Kolera

Dua jenis vaksin secara oral tersedia saat ini yaitu an attenuated live vaccine

berdasarkan genetically modified V.cholerae galur O1 (Orochol) yang

diberikan dalam dosis tunggal dan sel dari galur O1 V.cholerae yang sudah

dimatikan dengan purified cholera toxin (Dukoral) yang memberikan

pencegahan yang sangat kuat diberikan dalam 2 dosis 1-6 minggu secara

terpisah.

7. Penanganan dan pengobatan Kolera

Dasar pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan kausal secara

simultan. Tatalaksana meliputi penggantian kehilangan cairan tubuh secara

cermat dan tepat, koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat, serta terapi

antimicrobial.

Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu terapi rehidrasi dan rumatan.

Pada kedua tahap ini perlu diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan

nutrisi, terutama bila diare berlangsung lama dan pada pasien pediatric. Pada

dehidrasi berat yang disertai renjatan hipovolemik, muntah yang tidak

terkontrol atau pasien dengan penyulit yang berat yang dapat mempengaruhi

hasil pengobatan, terapi rehidrasi harus diberikan secara infuse intravena. Pada

kasus yang ringan dan sedang, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara per oral

dengan cairan rehidrasi oral. Sedang tahap pemeliharaan dilakukan sepenuhnya

dengan cairan rehidrasi oral baik pada kasus dehidrasi berat sedang maupun

ringan.

Cairan yang terbukti baik manfaatnya adalah ringer laktat yang

komposisinya kurang lebih sama dengan susunan elektorlit tinja kolera dan

terbukti dan terbukti dapat perfusi ke sel tubuh dengan baik. Cairan lainnya

adalah NaCl fisiologis dan larutan isotonic lain.

Ada tiga cara pengobatan bagi penderita Kolera :

1). Terapi rehidrasi agresif.

2). Pemberian antibiotika yang efektif.

3). Pengobatan untuk komplikasi.

Page 13: Sap Kolera

Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena

yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga

untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung.

Antibiotika yang tepat adalah terapi tambahan yang sangat penting terhadap

pemberian cairan, karena pemberian antibiotika dapat mengurangi volume dan

lamanya diare dan dengan cepat mengurangi ekskresi dari vibrio sehingga

mengurangi kemungkinan terjadinya penularan sekunder. Akhirnya pada saat

terapi rehidrasi cukup efektif, dan penderita tertolong dari renjatan

hipovolemik dan tertolong dari dehidrasi berat, penderita dapat mengalami

komplikasi seperti hipoglikemi yang harus di ketahui dan di obati dengan

segera natrium asetat dan 8 gr glukosa/L) dan “Larutan Dacca” (5 g NaCL, 4 gr

NaHCO3, dan 1 g KCL/L), yang dapat dibuat ditempat pada keadaan darurat.

Penggantian cairan awal sebaiknya diberikan 30ml/kg BB pada jam pertama

untuk bayi dan pada 30 menit pertama untuk penderita berusia diatas 1 tahun,

dan sesudahnya pasien harus di nilai kembali. Sesudah dilakukan koreksi

terhadap sistem cairan tubuh yang kolaps, kebanyakan penderita cukup

diberikan rehidrasi oral untuk melengkapi penggantian 10 % defisit awal cairan

dan untuk mengganti cairan hilang yang sedang berlangsung. Antibiotika yang

tepat dapat memperpendek lamanya diare, mengurangi volume larutan

rehidrasi yang dibutuhkan dan memperpendek ekskresi vibrio melalui tinja.

Orang dewasa diberi tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari dan anak anak 12.5 mg/kg

4 kali sehari selama 3 hari. Pada saat Strain V. cholerae yang resisten terhadap

tetrasiklin sering ditemukan, maka pengobatan dilakukan dengan pemberian

antimikroba alternatif yaitu TMP-SMX (320 mg trimethoprim dan 1600 mg

sulfamethoxazol dua kali sehari untuk orang dewasa dan 8 mg/kg trimethoprim

dan 40 mg/kg sulfamethoxazol sehari dibagi dalam 2 dosis untuk anak-anak,

selama 3 hari); furazolidon (100 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan 1.25

mg/kg 4 kali sehari untuk anak-anak, selama 3 hari); atau eritromisin (250 mg

4 kali sehari untuk orang dewasa dan 10 mg/kg 3 kali sehari untuk anak-anak

selama 3 hari). Siprofloksasin, 250 mg sekali sehari selama 3 hari, juga

merupakan regimen yang baik untuk orang dewasa. V. cholerae strain O139

resisten terhadap TMP-SMX. Oleh karena ditemukan strain O139 atau O1

Page 14: Sap Kolera

yang mungkin resisten terhadap salah satu dari antimikroba ini, maka informasi

tentang sensitivitas dari strain lokal terhadap obat-obatan ini perlu diketahui,

jika fasilitas untuk itu tersedia, informasi ini digunakan sebagai pedoman

pemilihan terapi antibiotika yang tepat.

Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan

penaganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang

hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah

yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui

diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang

terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin,

Doxycycline atau golongan Vibramicyn.

Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare

yang terjadi. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah

penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan

memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). (massachusetts medical

society, 2007: Getting Serious about Cholera).

Penanggulangan wabah. 

a. Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di daerah risiko tinggi

untuk segera mencari pengobatan bila sakit. 

b. Sediakan fasilitas pengobatan yang efektif 

c. Lakukan tindakan darurat untuk menjamin tersediaanya fasilitas air minum

yang aman. Lakukan klorinasi pada sistem penyediaan air bagi masyarakat,

walaupun diketahui bahwa sumber air ini tidak terkontaminasi. Lakukan

klorinasi atau masaklah air yang akan di minum, dan air yang akan dipakai

untuk mencuci alat-alat masak dan alat-alat untuk menyimpan makanan

kecuali jika tersedia air yang telah di klorinasi dengan baik dan terlindungi

dari kontaminasi. 

d. Lakukan pengawasan terhadap cara-cara pengolahan makanan dan minuman

yang sehat. Setelah diolah dan dimasak dengan benar, lindungi makanan

tersebut dari kontaminasi oleh lalat dan penanganan yang tidak saniter;

makanan sisa sebaiknya di panaskan sebelum dikonsumsi. Orang yang

Page 15: Sap Kolera

menderita diare sebaiknya tidak menjamah atau menyediakan makanan dan

minuman untuk orang lain. Makanan yang disediakan pada upacara

pemakaman korban kolera mungkin tercemar dan selama wabah

berlangsung makanan di tempat seperti ini sebaiknya dihindari. 

e. Lakukan investigasi dengan sungguh-sungguh dengan desain sedemikian

rupa untuk menemukan media dan lingkungan yang memungkinkan

terjadinya penularan menurut variable orang, tempat dan waktu serta

buatlah rencana penanggulangan yang memadai. 

f. Sediakan fasilitas pembuangan sampah dan limbah domestik sesuai dengan

syarat kesehatan. 

g. Pada saat situasi wabah relatif mulai tenang, vaksin kolera oral dapat

diberikan sebagai tambahan terhadap upaya penanggulangan wabah kolera.

Namun, vaksin ini sebaiknya tidak digunakan pada saat suasana masih panik

atau pada saat terjadi kekurangan persediaan air yang parah yang dapat

mempengaruhi penyediaan terapi rehidrasi oral. 

Pemberian cairan dan elektrolit merupakan hal yang paling penting di dalam

pengobatan penderita kolera. Pemberian cairan secara dini dapat

menghindarkan terjadinya dehidrasi, sedangkan bilamana diberikan setelah

terjadi dehidrasi maka upaya ini penting untuk memulihkan keseimbangan

cairan dan menghindarkan kematian. Terapi cairan dibagi dua fase: (i) fase

rehidrasi, pada saat di mana air dan elektrolit yang hilang karena dehidrasi

diganti, dan (ii) fase maintenance, di mana cairan tinja yang keluar diganti.

Terapi cairan intravena atau intravenous fluid therapy (IVFD) merupakan

pengobatan terpilih untuk rehidrasi penderita dehidrasi berat dan untuk

penggantian cairan pada penderita dengan muntah yang persisten. Sedangkan

cairan per oral diberikan pada penderita dengan dehidrasi ringan/sedang yang

tidak mengalami muntah hebat dan sebagai maintenance hidrasi setelah

keadaan dehidrasi terkoreksi. Ada beberapa larutan yang dapat digunakan

untuk terapi cairan intravena, larutan yang paling ideal adalah yang memiliki

komposisi elektrolit yang serupa dengan cairan tinja kolera. Organisasi

Page 16: Sap Kolera

Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan larutan Ringer’s lactate

sebagai cairan yang terbaik untuk IVFD.(20) Setelah keadaan dehidrasi dapat

diatasi dengan pemberian IVFD, larutan rehidrasi oral (oral rehydration

solution/ORS) dapat diberikan kepada penderita untuk mempertahankan

(maintenance) hidrasi. Ada banyak pilihan antibiotika untuk pengobatan

infeksi V.cholerae O1. Tetrasiklin adalah antibiotika pertama yang secara

sistematis dikaji penggunaannya dalam pengobatan kolera dan hingga kini

masih merupakan antibiotika yang paling umum digunakan untuk kolera.

Antibiotika lain yang juga efektif untuk kolera adalah eritromisin, furazolidon,

trimetoprimsulfametoksazol dan golongan quinolon (norfloksasin).

Page 17: Sap Kolera

Daftar Pustaka

Anderson, C, R. 2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Hincliff, Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit Jakarta: EGC.