Analisis Perilaku Beresiko Pengemudi Di Perlintasan Sebidang Kereta API Tidak Dijaga
SAP Kehamilan Beresiko (2)
-
Upload
defi-destyaweny -
Category
Documents
-
view
11 -
download
3
description
Transcript of SAP Kehamilan Beresiko (2)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
KEHAMILAN BERESIKO
Oleh :
Kelompok 7
Program Profesi PSIK Reguler A
Prilly Priskylia 115070200111004
Youshian Elmy 115070200111032
Defi Destyaweny 115070200111042
Fenti Diah Hariyanti 115070201111002
Erwina Rusmawati 115070201111018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
SAP KONSELING KEHAMILAN BERESIKO
Pokok bahasan : Kehamilan Beresiko
Sasaran : Ibu Hamil
Tempat Kegiatan : Kelas Ibu Hamil
Hari/ Tanggal : 17 Juni 2015
Alokasi Waktu : 40 menit
Pertemuan ke : 1
Pengajar : Mahasiswa Program Profesi Departemen Maternitas
A. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti proses penyuluhan ini, peserta diharapkan mampu mengenali dan
memahami kehamilan beresiko.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta mampu memahami:
a. Pengertian kehamilan beresiko
b. Kategori kehamilan beresiko
c. Tindakan yang dapat dilakukan terkait kehamilan beresiko
B. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian kehamilan beresiko
2. Kategori kehamilan beresiko
3. Tindakan yang dapat dilakukan terkait kehamilan beresiko
C. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap Kegiatan MengajarKegiatan Peserta
Didik
MetodeMedia
Pendahuluan
5 menit
1. Memperkenalkan diri,
mengucapkan salam
2. Menjelaskan maksud
dan tujuan penyuluhan
3. Menjelaskan topik
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan
dengan seksama
3. menyepakati
kontrak waktu
Ceramah
Ceramah
-
pembicaraan yaitu
kehamilan beresiko
4. Menjelaskan kontrak
waktu
dan topik
Ceramah
Penjelasan
topic
25 menit
1. menjelaskan materi
tentang pengertian,
kategori dan tindakan
terkait kehamilan
beresiko
2. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
di akhir penjelasan
1. Memperhatikan
penjelasan materi
2. Menanyakan
materi yang belum
dipahami di akhir
penjelasan
Ceramah
Tanya jawab
Leaflet
Penutup
10 menit
1. Mengevaluasi
pemahaman peserta
terhadap materi yang
disampaikan dengan
memberikan
pertanyaan
2. Meminta peserta untuk
mereview materi.
3. Meyimpulkan proses
penyuluhan dan
memberikan apresiasi
kepada peserta
4. Mengucapkan salam
penutup, penutupan
dan doa
1. Menjawab
pertanyaan yang
diberikan
2. Menjelaskan materi
yang telah
disampaikan oleh
penyuluh
3. Memperhatikan
dengan seksama
4. Menjawab salam
Tanya jawab
dan Ceramah
-
D. Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
a. Sebelum melakukan penyuluhan, dilakukan perijinan kepada peserta, kader dan bidan.
b. Seluruh anggota kelas ibu hamil mengikuti penyuluhan.
c. Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan media yaitu materi yang akan disampaikan.
d. Kesiapan peserta meliputi kesiapan menerima materi dan tenang saat pemberian materi.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan memperhatikan saat pemberian
materi.
b. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat saat pemberian materi.
c. Peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan
penyuluh.
d. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali topik pembahasan.
e. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas.
3. Evaluasi Hasil:
a. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, kategori dan
tindakan terkait kehamilan beresiko
b. Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan tentang pengertian, kategori dan
tindakan terkait kehamilan beresiko
MATERI PENYULUHAN
I. Definisi
Kehamilan resiko adalah kondisi kehamilan yang buruk yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang
dilakukan pada kasus normal (Manuaba, 2007). Ibu hamil bersiko digolongkan menjadi 3
berdasarkan karakteristik ibu, meliputi: ibu hamil berisiko rendah, ibu hamil berisko
sedang, dan ibu hamil bersiko tinggi.
II. Kondisi yang termasuk kehamilan berisiko
a. Kehamilan bersiko rendah
Ibu hamil berisiko rendah adalah ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan
yang baik dan tidak memiliki faktor-faktor resiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang
dan resiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Berikut adalah kondisi
kehamilan resiko rendah:
1. Primipara tanpa komplikasi
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai
tahap mampu hidup. Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan 36
minggu dan kepala sudah masuk PAP.
2. Multipara tanpa komplikasi
Yaitu wanita yang melahirkan 2 janin hidup atau lebih.
3. Persalinan spontan dengan kehamilan premature dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu, tetapi
berat badan lahir melebihi 2500 gram.
b. Kehamilan berisiko sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari faktor resiko tingkat sedang, missal: ibu
yang usianya kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145
cm. Faktor tersebut dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin serta
memungkinkan menjadi penyulit pada waktu persalinan.
Berikut adalah kondisi kehamilan resiko sedang:
1. Umur ibu terlalu muda (<20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan masih
relative kecil. Sebaiknya apabila sudah menikah sebelum usia 20 tahun, sebaiknya
pasangan ini menunda kehamilannya dengan menggunkan alat kontrasepsi.
2. Umur ibu terlalu tua (>35 tahun)
Pada usia ini kemungkinan masalah kesehatan yang terjadi adalah hipertensi,
diabetes mellitus, anemia, persalinan lama, perdarahan, dan resiko cacat bawaan.
3. Jarak kehamilan terlalu dekat (<2 tahun)
Bila jarak kehamilan terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin
yang kurang baik, persalinan lama, atau perdarahan.
4. Jumlah anak terlalu banyak (>4 anak)
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, bila terjadi kehamilan lagi maka perlu
diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, karena semakin banyak anak
rahim ibu makin melemah.
5. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm, dalam keadaan ini
perlu diwaspadai adanya panggul sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam
melahirkan.
6. Kehamilan lebih bulan
Yaitu kehamilan yang lebih dari 42 minggu namun belum terjadi persalinan.
Setelah melewati kehamilan 42 minggu, gerak janin akan berkurang dan kadang-
kadang berhenti sama sekali, air ketuban berkurang dan kemungkinan distress
janin akan meningkat.
7. Persalinan lama
Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih dari 24 jam untuk primigravida
dan 18 jam bagi multigravida. Penyebab terjadinya persalinan lama yaitu: kelainan
letak janin, kelainan bentuk panggul, dan kelainan kekuatan his untuk mengejan.
c. Kehamilan berisiko tinggi
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor resiko tinggi. Faktor-
faktor ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu
dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.
Berikut adalah kondisi yang menyebabkan kehamilan berisiko tinggi:
a. Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses
persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin
kurang dari 11 g% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia
dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi,
partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008,
p. 281).
Gejala dan tanda:
Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam
batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh
yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009)
Penanganan umum:
Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan
suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia (Maulana,
2008, p. 187).
b. Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat
mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
Tanda dan gejalanya adalah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan
malaria berat lainnya.
c. TBC Paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat
menyebabkan perubahan pada sistem pernafasan.
d. Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati. Jangan sampai
terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa
berkurang.
Gejala dan tanda:
Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas apabila disertai
sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan
mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
e. Penyakit diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin
dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin
secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang
berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar tubuh.
Gejala dan tanda:
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan,
berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat
napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.
Penanganan:
Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan
makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi
penyakit pada penderita penyakit ini.
f. Infeksi menular seksual
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit
tersebut (Sjaiful, 2008, p. 921).
g. Riwayat obstetric yang buruk.
1) Persalinan dengan tindakan
(a) Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim agar terjadi persalinan. Dilakukan tindakan ini karena adanya
komplikasi pada ibu maupun janin, misalnya ibu hamil dengan KPD, pre eklamsia,
serotinus.
(b) Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi melalui abdomen
dengan membuka dinding uterus dengan cara mengiris dinding perut dan dinding
uterus. Tindakan ini dilakukan karena ada komplikasi pada kehamilan, misalnya
plasenta previa totalis, panggul sempit, letak lintang, sudah pernah SC dua kali,
dan lain-lain.
(2) Pernah gagal kehamilan (keguguran)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu
(berat janin kurang dari 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan.
Gejala dan tanda:
Perdarahan bercak hingga derajat sedang dan perdarahan hebat pada kehamilan
muda.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu
(berat janin kurang dari 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan.
h. Pre eklamsi
Pre eklamsi adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah lahir.
Gejala dan tanda:
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria
sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam.
Penanganan umum:
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium,
magnesium, obat antihipertensi dan dirawat di rumah sakit bila ada kecendrungan
menjadi eklamsia.
i. Eklamsi
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat” ditambah dengan kejang
atau koma yang dapat berlangsung mendadak.
Gejala dan tanda:
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat dan kejang atau koma.
j. Hamil kembar
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian
kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan paritas.
Gejala dan tanda:
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan, gerakan
janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi
bagian kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2
bollatmen, terdengar 2 denyut jantung janin.
Penanganan dalam kehamilan:
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah
k. Kehamilan dengan kelainan letak
(1) Letak lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuh ibu.
(2) Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian
bawah kavum uteri
l. Perdarahan dalam kehamilan
(1) Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang
perdarahan terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
(2) Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi
bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan
sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
III. Penanganan kehamilan berisiko
Penanganannya
Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu deteksi
dini ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi kebidanan yang lebih difokuskan pada keadaan yang
menyebabkan kematian ibu dan bayi. Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini,
sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan.
Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan salah satu yan saling mengerti.
Pengawasan antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur selama hamil, oleh WHO dianjurkan
pemeriksaan antenatal minimal 4 kalo dengan 1 kali trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali
pada trimester III (rumus 1-1, 2-1, 3-2) (Manuaba, 2010).
Adapaun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini keadaan resiko tinggi ibu dan
janin sehingga dapat:
1. Melakukan pengawasan yang lebih intensif
2. Memberikan pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan
3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang akurat
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu (Manuaba, 1998)
Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk dapat menegakkan secara dini dan dapat
menjawab pertanyaan:
1. Apakah kahamilan berjalan dengan baik
2. Apakah terjadi kelainan bawaan janin
3. Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin
4. Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
5. Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayajab janin
6. Bila perlu terminasi kehamilan (apakah terminasi dilakukan untuk menyelamatkan ibu,
apakah janin dapat hidup diluar kandungan, bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga
tidak menambahkan penyulit ibu atau janin)
7. Bagaimana kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan
tempat pertolongan itu dilakukan, persiapan alat yang dilakukan untuk tindakan,
kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan
8. Menetapkan sikap yang akan diambil menghadapi kehamilan dengan kehamilan dengan
resiko rendah dapat ditolong setempat, kehamilan dengan resiko meragukan perlu
pengawasan yang intensif, kehamilan dengan resiko tinggi perlu dilakukan rujukan
Keuntungan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini kehamilan risiko tinggi ibu dan
janin, sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif, memberikan pengobatan sehingga
risikonya dapat dikendalikan, melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat, segera
dilakukan terminasi kehamilan (Manuaba, 2012).
Menurut Nurcahyo (2007), bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan resiko tinggi
adalah:
1. Bayi lahir belum cukup bulan
2. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Keguguran
4. Persalinan tidak lancar/macet
5. Perdarahan sebelum dan ssudah persalinan
6. Janin mati dalam kandungan
7. Bumil/beralin meninggal dunia
8. Keracunan kehamilan/kejang-kejang
Pencegahan kehamilan resiko tinggi
a. Informasi dan edukasi/KIE untuk kehamilan dan persalinan aman
1. Kehamilan risiko rendah (KRR), persalina dapat di rumah ataupun polindes, tetapi
penolongnya harus bidan. Dukun hanya membantu pada saat nifas.
2. Kehamilan risiko tinggi (KRT), harus diberi penyuluhan untuk bersalin di puskesmas,
polindes, atau langsung di rumah sakit saja. Terutama pada letak lintang primigravida,
dengan tinggi badan rendah.
3. Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST), diberi penyuluhan untuk langsung di rujuk ke
rumah sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.
b. Memberikan kehamilan secara teratur minimal 4 kali
c. Imunisasi TT dua kali selama kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus
neonatorum
d. Makan makanan bergizi selama kehamilan
e. Menghindari hal-hal yang menimbulkan komplikasi pada ibu hamil
1. Bekerja terlalu keras
2. Merokok, munim alcohol, pecandu narkotika yang menyebabkan cacat bawaan pada
janin
3. Obat-obatan
4. Berdekatan dengan penyakit menular
5. Pijat urut di perut
6. Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil
f. Mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi. Jika menemukan tanda risiko tinggi langsung
periksa ke puskesmas, polindes, bidan, rumah bersalin, atau rumah sakit
g. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kondisi dan faktor risiko yang ada pada ibu
hamil
h. Meningkatkan akses rujukan yaitu dengan pemanfaatan sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan ibu sesuai dengan faktor risikonya melalui rujuan terencana bagi ibu/janin risiko
tinggi masih sehat, ibu ada gawat darurat obstetric misalnya eklamsi dan ibu dengan
komplikasi obstetric dini (Rochjati, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya. FK UNAIR
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Nurcahyo. 2007. Rakyat Senior: Kehamilan Resiko Tinggi. http://www.rsunurhidayah.com/berita-
110-kehamilan-resiko-tinggi-resti.html
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC