SAP Tanda2 Bahaya Kehamilan

40
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) I. Identitas Pokok Bahasan : Tanda – Tanda Bahaya Kehamilan Sub Pokok Bahasan : 1. Perdarahan Pervaginam 2. Hipertensi dalam Kehamilan Sasaran : Ibu – Ibu Hamil Trimester 1, Trimester 2, Trimester 3 Waktu : 30 menit Hari / Tanggal : Jumat, 15 November 2013 Tempat : Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu II, Jakarta Selatan Penyuluh : Rivi Aniah, Rossi Anggraeni, Rizka Fadhila Hapsari, Rizkika Fitriyanti, Sakinah Br.S Kembaren, Sevrina, Sofiyatus Saida, Suci Ramadhan, Tina Wahyuning L, Ulfah Wulandari. II. Tujuan A. Tujuan umum

description

tanda-tanda bahaya dalam kehamilan

Transcript of SAP Tanda2 Bahaya Kehamilan

SAP(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

I. Identitas Pokok Bahasan

: Tanda Tanda Bahaya KehamilanSub Pokok Bahasan

: 1. Perdarahan Pervaginam

2. Hipertensi dalam Kehamilan

Sasaran

: Ibu Ibu Hamil Trimester 1, Trimester 2,

Trimester 3

Waktu

: 30 menitHari / Tanggal

: Jumat, 15 November 2013

Tempat

: Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu II,

Jakarta Selatan

Penyuluh

: Rivi Aniah, Rossi Anggraeni, Rizka Fadhila

Hapsari, Rizkika Fitriyanti, Sakinah Br.S

Kembaren, Sevrina, Sofiyatus Saida, Suci

Ramadhan, Tina Wahyuning L, Ulfah Wulandari.

II. TujuanA. Tujuanumum

Setelah mendapat penjelasan atau penyuluhan, diharapkan ibu ibu hamil dapat memahami pentingya mengetahui tanda tanda bahaya pada kehamilan.

B. Tujuan KhususSetelah dilakukan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil, diharapkan ibu dapat:1. Mengetahui pengertian tanda tanda bahaya kehamilan2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam tanda tanda bahaya kehamilan3. Mengetahui pengertian perdarahan pervaginam

4. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus imminens5. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus insipiens

6. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus incompletus7. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus completus8. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis missed abortion9. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus habitualis

10. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis abortus infeksiosus

11. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis kehamilan ektopik

terganggu

12. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis mola hidatidosa13. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis hipertensi dalam

kehamilan14. Mengetahui pengertian, etiologi dan gejala klinis pre-eklampsiaIII. Materi1. Perdarahan Pervaginam2. Hipertensi dalam Kehamilan

IV. Kegiatan Penyuluhan

NoKegiatan PenyuluhKegiatan PesertaPenyuluhMediaWaktu

1.Pembukaan

*memberikan salam

*memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan*menjawab salam

*mendengarkan dan memperhatikanMC

Rivi, Suci5 menit

2.Kegiatan Inti

*menjelaskan pengertian tanda-tanda bahaya kehamilan

*menyebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan

*menjelaskan pengertian perdarahan pervaginam

*menjelaskan macam-macam perdarahan pervaginam

*menjelaskan pengertian abortus dan jenis-jenisnya

*menjelaskan pengertian, penyebab, dan tanda-tanda dari masing-masing jeni abortus

*menjelaskan pengertian hipertensi dalam kehamilan

*menjelaskan penyebab dan tanda tanda hipertensi dalam kehamilan*mendengarkan dan memperhatikanModerator : Rizka

Pemateri:

SevrinaPower point, LCD20 menit

3.

Penutup*memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya* melakukan evaluasi*menyimpulkan materi

*memberi salam*bertanya

*aktif dalam menyampaikan pendapat

*mendengarkan

*menjawab salamModerator : Rizka

MC :

Rivi, Suci15 menit

V. MetodeA. CeramahB. Tanya JawabC. VI. Kriteria EvaluasiEvaluasi persiapan

Tes awal.

Apakah ada yang mengerti tentang tanda tanda bahaya kehamilan?

Tes akhir

Apa saja tanda-tanda bahaya kehamilan?

Apa saja penyebab perdarahan pervaginam dan hipertensi dalam kehamilan?

Apa saja tanda tanda perdarahan pervaginam dan hipertensi dalam kehamilan?

Observasi.

Respon atau tingkah laku ibu hamil saat diberi pertanyaan: apakah mereka diam atau menjawab (benar atau kurang tepat).

Ibu hamil antusias atau tidak.

Ibu hamil mengajukan pertanyaan atau tidakVIII. Referensi

Manuaba, Prof. dr. L.A Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri untuk profesi Bidan. Jakarta:EGC

Taber Ben-zion, 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC

Simpson, et.al. (2001). Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum. Journal of Womens Health & Gender-Based Medicine. Volume 10, Number 5, 2001Prawirohardjo,Sarwono. 2008.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.Manuaba. 2007.Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC http://bidanku.com/hipertensi-pada-kehamilan http://www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/bahaya-hipertensi-dalam-kehamilan http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20450/4/Chapter%20II.pdf http://www.lusa.web.id/abortus/LAMPIRAN MATERI

Tanda-Tanda Bahaya Pada KehamilanA. PengertianTanda - Tanda Bahaya Pada KehamilanTanda tanda bahaya kehamilan adalah keadaan-keadaan pada ibu hamil yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang dikandungnya selama kehamilan. Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dapat terjadi kapan saja, yaitu ketika kehamilan masih muda, mungkin juga pada usia kehamilan lanjut. Tidak jarang pada saat-saat menjelang persalinan. Bila ada tanda bahaya, ibu perlu mendapat pertolongan segera oleh tenaga kesehatan agar dapat ditangani dengan tepat serta tidak menimbulkan komplikas lebih lanjut.Tanda bahaya dalam kehamilan perlu di waspadai sehingga ibu hamil dan anak yang dikandungnya sehat dan selamat.B. Macam - Macam Tanda Bahaya Kehamilan 1. Perdarahan pervaginam2. Keluar air air3. Sakit kepala yang hebat4. Mual muntah berlebihan5. Gerakan janin tidak terasa6. Bengkak pada wajah dan ekstermitas7. Nyeri perut hebat8. Pandangan mata kabur9. Demam tinggi10. Selaput kelopak mata pucat Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam adalah keluarnya darah dari jalan lahir.Pada masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu haidnya. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari serviks yang rapuh atau erosi. Perdarahan seperti ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.Macam-macam perdarahan pervaginam:

A. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Saifuddin, 2000). Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

Abortus spontan

Abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut dimana kondisi ibu dalam keadaan sehat.

Abortus provokatus(induced abortion) Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obatobatan mau pun alatalat. Abortus ini dibagi lagi menjadi :

Abortus medisinalis (abortus therapeutica)Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

Abortus kriminalis Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Jenis Jenis Abortus :

1. Abortus imminensPeristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

a. Pengertian

Abortus iminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan (Syaifudin. Bari Abdul, 2000). Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999). Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990).

b. Etiologi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan, dan toksoplasmosis. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.

c. Gambaran Klinis

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi Rasa mulas atau kram perut, di daerah atas simfisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus Pemeriksaan ginekologi:

Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. Pemeriksaan Dalam: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

d. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Komplikasi:

Perdarahan, perforasi syok dan infeksi Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

e. Pemeriksaan penunjang Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

2. Abortus Insipiens

a. Pengertian

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi (Sastrawinata et al.,2005).

b. Gejala Klinis Perdarahan banyak Ostium terbuka Ketuban teraba Berlangsung beberapa jam Nyeri perut.

c. Komplikasi

Kematian ibu Infeksi

d. Terapi Terminasi kehamilan Pemberian cairan Digital dan kuretase Uterotonika Antibiotik

3. Abortus Incompletus

a. Pengertian

Abortus inkompletus adalah keluarnya sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi, sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dan sebelum berat janin 500 gram (SPMPOGI, 2006).

Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirorahardjo, 2009).

b. Etiologi

Umur

Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun (Prawirohardjo, 2009).

Usia Kehamilan

Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang penyebabnya. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom (Prawirohardjo, 2009).

Paritas

Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu (SPMPOGI, 2006).

Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit ibu seperti pneumonia, typhus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit-penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinya abortus (Mochtar, 1998).

Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3 5 %. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30 45% (Prawirohardjo, 2009).

c. Gejala Klinis Amenorea Perdarahan yang bisa sedikit dan bisa banyak, perdarahan biasanya berupa darah beku Sakit perut dan mulas mulas dan sudah ada keluar fetus atau jaringan Pada pemeriksaan dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang kadang dapat diraba sisa sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri dan uterus lebih kecil dari seharusnya kehamilann (Mochtar, 1998).

d. Diagnosis

Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan :

Anamnesis

a. Adanya amenore pada masa reproduksib. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsic. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis Pemeriksaan fisik

a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.c. Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol. d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit. b. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi

e. Komplikasi

Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.

Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur (Prawirohardjo, 1999).

4. Abortus Completus

a. Pengertian

Hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

b. Gejala Klinis Rasa nyeri dan perdarahan telah berhenti Ostium tertutup Uterus mengecil Rongga rahim kosong

c. TerapiTerapinya dengan pemberian uterotonika.d. Diagnosis

Anamnesis ; perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri/kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.

Pemeriksaan dalam : ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.

5. Missed abortus

a. Pengertian

Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda akan dijumpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, namun bertambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998).

b. Gejala Klinis Amenore Perdarahan sedikit berulang warna cokelat gelap Fundus tidak bertambah tinggi Reaksi kehamilan negatif Servik tertutup dan ada sedikit darah Perut terasa dingin / kosong

c. Terapi Pemberian uterotonika Dilatasi dan kuretase Antibiotik

d. Komplikasi

Hipo atau afibrinogenemia

6. Abortus Habitualis (keguguran berulang)a. Pengertian

Abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologinya adalah kelainan genetik (kromosom), kelainan hormonal (immunologi) dan kelainan anatomis.b. Etiologi

Kelainan pada zygote Kelainan genetic pd suami atau istri dapat menjadi penyebabnya Ovum atau sperma yang tidak normal Malfungsi endometrium Kelainan hormonal Kelainan fungsi glandula tiroid Gangguan fase luteal, mengakibatkan: Transport ovum terlalu cepat, Motilitas uterus berlebihan, Kesukaran dalam nidasi Gangguan nutrisi Anemia yang berat Penyakit menahun Penyakit infeksi Kronis Kelainan imunologikFaktor psikologis : Wanita yang belum matang secara emosional, wanita yang menganggap kehamilan sebagai beban berat Kelainan anatomic pada uterus : Hipoplasia uteri, Uterus subseptus, Uterus bikornis, Laserasi serviks uteri yang luas, Tumor uterus khususnya mioma, Serviks uteri yang inkompetenc. Komplikasi

Perdarahan

Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak pada waktunya. Perforasi

Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi

Infeksi

Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

7. Abortus Infeksiosus (septic abortion)

a. Pengertian Keguguran yang disertai infeksi saluran reproduksi. Abortus septic adalah keguguran yang disertai infeksi berat dan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau periotenum. Hal yang sering ditemukan pada abortus inkomplit dan abortus provokatus terutama abortus kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim. b. Etiologi

Penyebab utama komplikasi ini adalah manipulasi dari alat- alat genital seperti memasukkan benda asing dalam rongga rahim dalam keadaan tidak steril. Beberapa faktor yang berperanan pada abortus infeksiosus seperti adanya :

abortus infeksiosus sebelumnya

paritas

status perkawinan

usia penderita

kuman penyebab

usia kehamilan.

c. KomplikasiKomplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada unsafe abortion walaupun kadang kadang dijumpai juga pada abortus spontan , komplikasi dapat berupa perdarahan , kegagalan ginjal , syok akibat perdarahan dan infeksi , sepsis.2. Kehamilan Ektopik Tergangu a. Pengertian

Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna kehamilan pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

b. Etiologi

Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi - fallopian tube). Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi:

Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat

riwayat kehamilan ektopik)

Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar

tuba falopi

Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa

kehamilan

Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital

Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti

gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)

c. Gejala KlinisPada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala:

Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu

sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba

Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi

atau menstruasi yang tidak biasa

Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian

bawah

Ibu hamil mengalami pingsan

d. Gejala Tahap Lanjut Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering

Gejala lainnya adalah kulit terlihat lebih pucat

Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)

Terjadinya denyut nadi yang meningkat

e. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi yaitu : Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi. Infeksi Sterilitas Pecahnya tuba falopii Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio3. Mola Hidatidosa

a. PengertianMola Hidatidosa adalah istilah ilmiah kedokteran untuk menyatakan kehamilan anggur. Hamil anggur adalah kehamilan yang terjadi secara abnormal akibat dari kegagalan pembuahan sel telur oleh sperma sehingga tidak terjadi pembentukan zigot. Yang muncul hanyalah gumpalan-gumpalan atau gelembung-gelembung jonjot di rahim yang tetap tumbuh karena adanya suplay darah dan nutrisi. Gelembung-gelembung itu bergerombol seperti sekumpulan buah anggur. Karena itu disebut hamil anggur.

Pengertian hamil anggur didalam bidang medis berbeda lagi. Ada yang meyatakan bahwa hamil anggur adalah sejenis tumor jinak yang terbentuk dari sel-sel trofoblas yang telah dibuahi. Sel trofoblas yaitu bagian tepi sel telur yang akhirnya membentuk ari-ari. Hamil anggur dapat terjadi karena tidak adanya buah kehamilan (agenesis), atau adanya degenerasi sistem aliran darah terhadap buah kehamilan pada usia kehamilan minggu ke- 3 sampai minggu ke-4. Penyebab lainnya yaitu terus berlangsungnya aliran atau sirkulasi darah tanpa adanya bakal janin sehingga mengakibatkan peningkatan produksi cairan sel trofoblas. Hamil anggur juga bisa disebabkan oleh adanya kelainan substansi kromosom seks. (bidanku.com).

b. EtiologiMola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.

Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi.

Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.

Faktor resiko terjadinya mola adalah:

Status sosial-ekonomi yang rendah

Diet rendah protein, asam folat dan karotin.c. Gejala KlinisKebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita hamil normal. Wanita dengan GTD mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka mola (mola face). Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditemukan ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringan mola.

Kadar hCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan. Pemeriksaan USG terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin Gejalanya bisa berupa:

Perdarahan dari vagina pada wanita hamil (trimester I)

Mual dan muntah berat

Pembesaran perut melebihi usia kehamilan

Gejala-gejala hipertiroidisme ditemukan pada 10% kasus (denyut jantung yang cepat, gelisah, cemas, tidak tahan panas, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, tinja encer, tangan gemetar, kulit lebih hangat dan basah)

Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II (tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai, proteinuria).d. Komplikasi

Menurut Nada (2007) komplikasi mola hidatidosa meliputi:

Perdarahan hebat karena terjadi pelepasan dan pengeluaran mola atau gumpalan seperti buah anggur.

Anemis karena perdarahan yang hebat.

Syok karena perdarahan yang hebat.

Infeksi karena adanya robekan atau luka dari pelepasan gelembung-gelembung mola.

Perforasi uterus karena sel-sel trofoblas yang berproliferasi terus dapat menembus dinding uterus.

Keganasan (Penyakit Trofoblas Ganas) karena jaringan trofoblas pada villi-villi berproliferasi sangat cepat.

4. Hipertensi dalam Kehamilana. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil akan sangat membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu. hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika darah yang dipompakan oleh jantung mengalami peningkatan tekanan, hingga hal ini dapat membuat adanaya tekanan dan merusak dinding arteri di pembuluh darah. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastolik). Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40, kehamilan dengan bayi kembar, atau terjadi pada ibu hamil dengankehamilan pertama.

b. EtiologiAda dua hal penyebab hipertensi, yaitu Hipertensi essensial atau hiipertensi primer di mana penyebabnya bukan disebabkan oleh adanya gangguan pada jantung atau ginjal, melainkan disebabkan oleh faktor lain misal dikarenakan pola hidup yang tidak sehat; mengalami stress, mengkonsumsi garam yang berlebih, merokok, kebiasaan minuman beralkohol dan kafein, pola makan yang tidak sehat yang mengakibatkan timbunan lemak dan kelebihan berat badan dan adanya faktor keturunan

Sedangkan hipertensi yang disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau jantung disebut dengan hipertensi sekunder

c. Gejala Klinis

KlasifikasiSistolikDiastolik

Normal< 120< 80

Pre hipertensi120 13980 89

Hipertensi stadium I140 15990 99

Hipertensi stadium II>= 160>= 110

Tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan distolik 90 mmHg.

Meningkatnya tekanan darah hingga 160/110 mmHg atau melebihi.

Proteinuria 2.0 g/24 dijam atau urine dipstick 2+

Meningkatnya kretinin serum lebih besar dari 1.2 mg/dL kecuali pada

sebelumnya sudah ada riwayat pada gangguan ginjal.

Trombosi kurang dari 100,000/L

Adanya anemia mikroangiopqti hemolisis meningkatnya LDH

MenIngkatnya serum transaminase ALT or AST

Rasa sakit kepala dan mengalami gangguan visus

Rasa sakit epigastrik persisiten

d. Komplikasi Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil yang akan merusak vascularasi darah,sehingga dapat mengganggu bertukarnya oksigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Ini dapat mengakibatkan premturitas placenta dengan akibat pertumbuhan janin yang tidak normal dalam rahim.

Hipertensi juga dapat menurunkan produksi jumlah urine janin sebelum lahir. Padahal air seni janin merupakan cairan yang paling penting untuk pembentukan amnion,sehingga bisa terjadi oligohydromnion atau minimnya jumlah air ketuban.

Hipertensi yang terjadio pada wanita yang sedang hamil bisa mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan bisa menbahayakan ginjal pada janin.

Pre-eklampsi, eklampsia

5. Pre- Eklampsiaa. Pengertian

Pre-eklampsia ialah penyakit yg timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yg timbul karena kehamilan, biasanya istilah lainnya disebut juga keracunan kehamilan

b. Etiologi

Penyebab dari pre-eklampsia adalah tekanan darah yang tinggi dan terjadi penimbunan cairan yang berlebihan di dalam tubuh.c. Gejala Klinis Terjadinya kenaikan tekananan sistolik sebesar 30 mm Hg atau mencapai 140 mm Hg (isteri anda 145), dan kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mm Hg atau mecapai 90 mm Hg

Edema pre-eklampsia terjadinya penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam tubuh, biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan berat badan sebesar 1 kg dalam seminggu beberapa kali bisa menjadi tanda pre-eklampsia.

Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam urineyg melebihi 0,3 g/liter dan air urine 400 ml atau kurang dalam sehari. SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tanda Tanda Bahaya Kehamilan

( Perdarahan Pervaginam dan Hipertensi dalam Kehamilan )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA IJURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2013