TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

35
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap mahluk hidup akan mengalami proses kematian, terlepas dari apakah proses tersebut berlangsung wajar atau tidak (Staerkeby, 2004). Terkait dengan masalah hukum maka pemeriksaan terhadap peristiwa kematian dapat membantu terangnya suatu perkara (Dahlan, 2000). Pemeriksaan sebab kematian juga dapat memperkirakan lama waktu kematian yang menjadi sangat penting untuk menilai alibi seseorang pada kasus pembunuhan. Kematian sel terjadi menyusul kematian somatis. Perubahan morfologi sel mati dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk memperkirakan lama waktu kematian. Manfaat pengetahuan kecepatan pembusukan ini untuk menetukan waktu kematian dari mayat yang di temukan para polisi dan para dokter. Perkiraan waktu kematian (post mortem interval) dapat ditentukan dari tanda-tanda kematian yang terdapat pada jenazah seperti livor mortis (lebam mayat), rigor mortis (kaku

description

forensik

Transcript of TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Page 1: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap mahluk hidup akan mengalami proses kematian, terlepas dari

apakah proses tersebut berlangsung wajar atau tidak (Staerkeby, 2004).

Terkait dengan masalah hukum maka pemeriksaan terhadap peristiwa

kematian dapat membantu terangnya suatu perkara (Dahlan, 2000).

Pemeriksaan sebab kematian juga dapat memperkirakan lama waktu kematian

yang menjadi sangat penting untuk menilai alibi seseorang pada kasus

pembunuhan. Kematian sel terjadi menyusul kematian somatis. Perubahan

morfologi sel mati dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk

memperkirakan lama waktu kematian.

Manfaat pengetahuan kecepatan pembusukan ini untuk menetukan

waktu kematian dari mayat yang di temukan para polisi dan para dokter.

Perkiraan waktu kematian (post mortem interval) dapat ditentukan dari tanda-

tanda kematian yang terdapat pada jenazah seperti livor mortis (lebam mayat),

rigor mortis (kaku mayat), dan dekomposisi (tanda pembusukan) (Budiyanto

et al, 1997).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tanda – tanda intravital pada dekomposisi?

Page 2: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DEKOMPOSISI

Dekomposisi atau pembusukan adalah proses degradasi pada jaringan

tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan kerja bakteri.

Autolisis adalah proses perlunakan dan pencairan jaringan dalam keadaan

steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif dari enzim yang dilepaskan sel

pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. (Wujoso,

2009).

Yang dimaksud dengan dekomposisi mayat adalah pemecahan

struktur-struktur sel menjadi bagian-bagian kecil pembentuk sel yang sudah

terprogram karena kehilangan pasokan nutrisi dan oksigen yang disebabkan

oleh ketidak-mampuan tubuh untuk mendistribusikan darah karena kematian.

Pembusukan mayat juga disebut sebagai Putrefaction dalam urutan

dekomposisi mayat.(Nandy, 2001)

B. FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PROSES DEKOMPOSISI

Page 3: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Faktor yang mempengaruhi :

Jika diletakkan di lapangan, atau di keadaan terbuka, temperatur dan

keadaan tanah akan sangat mempengaruhi kecepatan dekomposisi mayat.

Menurut Carter, Yellowlees, dan Tibbett (2007) disebutkan bahwa temperatur

akan mempengaruhi aktivitas enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang

menguraikan mayat. Juga disebutkan bahwa perbedaan jenis tanah yang

berada diantara mayat akan mempercepat dekomposisi mayat. (Tibbett, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pembusukan mayat dibagi

menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pembusukan mayat dari luar tubuh

mayat, sedangkan faktor internal dari mayatnya sendiri. (Nandy, 2001)

Faktor eksternal meliputi:

a. Temperatur lingkungan dan tekanan atmosfer. Tekanan atmosfer dan

temperatur yang tinggi mempercepat dekomposisi. Jarak optimal temperatur

untuk dekomposisi adalah 21˚C-38˚C. Temperatur yang optimal akan

membantu dekomposisi optimal dengan membantu pemecahan kimiawi dari

jaringan dan perkembangan mikroorganisme yang membantu pembusukan.

Sementara temperatur yang ekstrim (<0˚C dan >45˚C) memperlambat

dekomposisi secara kasat mata.

Page 4: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

b. Kelembaban. Perkembangan mikroorganisme yang berhubungan dengan

dekomposisi akan terhambat bila kelembaban disekitarnya rendah.

c. Udara.Angin yang tetap tidak akan membantu evaporasi dari cairan tubuh,

mempertahankan kondisi tubuh dan mempertahankan laju dekomposisi.

d. Baju. Fungsi baju salah satunya adalah mencegah mikroorganisme masuk

ke dalam tubuh melalui udara. Tetapi jika keadaan udara dingin, maka baju

akan membantu mempertahankan temperatur tubuh yang menyebabkan

keadaan tubuh dapat ditinggali oleh beberapa jenis mikroorganisme

e. Lingkungan. Jika tubuh terendam air, kecepatan dekomposisi akan

melambat karena pendinginan tubuh. Sementara jika diangkat, kecepatan

dekomposisi akan meningkat karena sudah diencerkan oleh air dan tekanan

atmosfer yang tinggi. Keduanya akan membantu dekomposisi. Jika dikubur,

kecepatan dari dekomposisi tergantung dari dalamnya tempat mayat dikubur.

Tanah permukaan memiliki bakteria lebih banyak dan lebih lembab

dibandingkan tanah dalam. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang

berada dalam tanah : air : udara adalah 1 : 2 : 8.

f. Invasi dari hewan dan serangga. Ikan, kepiting, kura-kura, dan hewan air

lain akan merusak tubuh mayat, mempercepat pembusukan. Anjing, tikus, dan

hewan darat lain juga dapat merusak tubuh mayat, dan membantu masuknya

bakteri yang mendekomposisi mayat. Lalat juga akan hinggap karena tertarik

pada bau bangkai yang dikeluarkan mayat dan menelurkan telurnya ke dalam

mayat, yang akhirnya menjadi larva yang memakan mayat tersebut.

Faktor-faktor internal :

a. Umur. Kematian dalam uterus hanya terjadi otolisis, tanpa adanya bakteri

yang membantu mendekomposisi mayat. Dekomposisi pada neonatal akan

dimulai dari luar, karena belum ada bakteri di dalam gastro intestinal dan di

paru. Karena itu pada kasus kematian bayi, anak – anak dan orang tua

Page 5: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

kecepatan dekomposisinya lambat. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat

membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan

hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan

bakteri.

b. Jenis Kelamin.Pada wanita, jumlah lemak subkutan lebih banyak sedikit,

mempertahankan panas tubuh sedikit lebih lama dan sedikit mempercepat

dekomposisi. Selain itu tidak ada yang mempengaruhi dari perbedaan jenis

kelamin. Selain itu wanita yang baru melahirkan akan mengalami

dekomposisi lebih cepat.

c. Kondisi tubuh. Tubuh tipis lebih lama terdekomposisi daripada tubuh besar

yang berlemak atau bernutrisi baik, karena jumlah air pada tubuh yang kecil

lebih sedikit sehingga tidak memberikan tempat yang baik untuk

perkembangan mikroorganisme. Dekomposisi terjadi lebih cepat pada orang

gemuk. Selain itu keadaan tubuh saat terjadi kematian juga berperan, misalnya

: ada edema lebih cepat, sedangkan dehidrasi lebih lambat.

d. Penyebab kematian. Jika kematian karena infeksi atau septikemia, akan

mempercepat dekomposisi karena bakteri. Adanya radang lebih mempercepat

proses dekomposisi

e. Perlukaan luar pada tubuh. Perlukaan sangat mempercepat dekomposisi

karena membantu masuknya mikroorganisme tambahan dari luar tubuh.

C. PROSES DEKOMPOSISI

Secara kimia proses dekomposisi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Degradasi jaringan oleh bakteri → H2S, HCN, AA, asam lemak

2. H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman)

Dekomposisi terbentuk oleh dua proses yaitu autolisis dan

putrefaction. Autolisis menghancurkan sel-sel dan organ-organ melalui proses

Page 6: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

kimia aseptik yang disebabkan oleh enzim intraselular. Proses kimia ini,

dipercepat oleh panas, diperlambat oleh dingin, dan dihentikan oleh

pembekuan atau penginaktifasi enzim oleh pemanasan. Organ-organ yang

kaya dengan enzim akan mengalami autolisis lebih cepat daripada organ-

organ dengan jumlah enzim yang lebih sedikit. Jadi, pankreas mengalami

autolisis lebih dahulu daripada jantung. Para ahli juga mengatakan bahwa

proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan

pasca mati. Mula-mula yang terkena ialah nukleoprotein yang terdapat pada

kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan

mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan

mencair. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh

karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan

proses autolisis ini tetap terjadi.

Bentuk kedua dari dekomposisi, yang mana pada setiap individu

berbeda-beda adalah putrefaction. Ini disebabkan oleh bakteri dan fermentasi.

Setelah kematian, bakteri flora dari traktus gastrointestinal meluas keluar dari

tubuh, menghasilkan putrefaction. Ini mempercepat terjadinya sepsis

seseorang karena bakteri telah meluas keseluruh tubuh sebelum kematian.

Onset dari putrefaction tergantung pada dua faktor utama yaitu

lingkungan dan tubuh. Pada iklim panas, yang lebih penting dari dua faktor

tersebut adalah lingkungan. Banyak penulis akan memberikan rangkaian dari

kejadian-kejadian dari proses dekomposisi dari tubuh mayat. Yang pertama

adalah perubahan warna menjadi hijau pada kuadran bawah abdomen, sisi

kanan lebih daripada sisi kiri, biasanya pada 24-36 jam pertama. Ini diikuti

oleh perubahan warna menjadi hijau pada kepala, leher, dan pundak,

pembengkakan dari wajah disebabkan oleh perubahan gas pada bakteri, dan

menjadi seperti pualam. Seperti pualam ini dihasilkan oleh hemolisis dari

darah dalam pembuluh darah dengan reaksi dari hemoglobin dan sulfida

hydrogen dan membentuk warna hijau kehitaman sepanjang pembuluh darah.

Page 7: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Lama kelamaan tubuh mayat akan menggembung secara keseluruhan (60-72

jam) diikuti oleh formasi vesikel, kulit menjadi licin, dan rambut menjadi

licin. Pada saat itu, tubuh mayat yang pucat kehijauan menjadi warna hijau

kehitaman.

Penggelembungan pada tubuh mayat sering terlihat pertama kali pada

wajah, dimana bagian-bagian dari wajah membengkak, mata menjadi

menonjol dan lidah menjulur keluar antara gigi dan bibir. Wajah berwarna

pucat kehijauan, berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi hitam.

Cairan dekomposisi (cairan purge) akan keluar dari mulut dan hidung.

Dekomposisi berlanjut, darah yang terhemolisis merembes keluar ke jaringan.

Dekomposisi terjadi cepat pada obesitas, pakaian yang tebal, dan

sepsis, semua yang mempertahankan tubuh tetap hangat. Dekomposisi

diperlambat oleh pakaian yang tipis atau oleh tubuh yang berbaring pada

permukaan yang terbuat dari besi atau batu yang mana lebih cepat menjadi

dingin karena terjadi konduksi. Tubuh mayat yang membeku tidak akan

mengalami dekomposisi sampai di keluarkandari lemari es.

Untuk lebih jelasnya, pembusukan adalah proses penghancuran

jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang

berasal dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium

Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti

Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus, jamur dan enzim-enzim seluler

juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan pada

fase akhir dari pembusukan. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem

pertahanan tubuh akan hilang, bakteri yang secara normal dihambat oleh

jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah,

dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang

biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi

sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan

jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering

Page 8: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling

utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali

menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan warna.

Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan

yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb.

Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira  –  kira 24 sampai

48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian

bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair,

mengandung lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial.

Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen

sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium. Perubahan warna ini juga

dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar

merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon transversum.

Bakteri yang masuk kedalam pembuluh darah akan berkembang biak

didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding

pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas

pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran

pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya

sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas

seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering

disebut marbling. Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam

intestinal dan paru bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem

vena, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu, dada bagian atas,

abdomen bagian bawah dan paha. Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu

organ parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami

desintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau

rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan

strukturnya. Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada

rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi

Page 9: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat

membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat

pertama kali pada hati. Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat

dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini

disebut skin slippage. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui

sidik jari sulit dilakukan.

Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis

mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi

cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak

mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya

menyerupai pendulum yang berukuran 5  -  7.5cm dan bila pecah

meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini

disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan

lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari

dalam.

Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah

dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut.

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung  –  gelembung

udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam

jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini

menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada

dalam sikap pugilistic attitude.

Scrotum dan  penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka

dapat menggembung, bibir menonjol seperti frog  –  like  –  fashion. Kedua

bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit

dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang  terjadi pada seluruh

tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57  -  63 kg sebelum

mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.

Page 10: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas

pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan

pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan

bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar

melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam

rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak  dan biasanya cairan

pembusukan  ini tidak lebih dari 200 cc.

Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra

abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan

fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. Pada anak-anak adanya gas

pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala

menjadi mudah terlepas.

Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-

beda. Jaringan intestinal, medula adrenal dan pancreas akan mengalami

autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain

seperti hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami

pembusukan. Perubahan warna pada dinding lambung terutama di fundus

dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari

kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada

jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat

gambaran honey combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah

robek, dan otak menjadi lunak.

Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung

mempunyai kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan

uterus non gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap

pembusukan karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu

jaringan fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-

organ lain sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam

penentuan identifikasi jenis kelamin.

Page 11: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ dalam ini  adalah

pembentukan granula-granula milliary atau milliary plaques yang berukuran

kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan serosa yang

terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan

endocardium. Milliary plaques ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang

secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial,

massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering dikacaukan

dengan proses peradangan atau keracunan.

Pada orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal,

omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang

transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat

menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan.

Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan

penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah

kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada

lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah

genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-

telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah

genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum

kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24

jam.

Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat

penghancuran jaringan pada tubuh. Insekta tidak hanya penting dalam proses

pembusukan tetapi meraka juga memberi informasi penting yang

berhubungan dengan kematian. Insekta dapat dipergunakan untuk

memperkirakan saat kematian, member petunjuk bahwa tubuh mayat telah

dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, member tanda pada badan

bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam

Page 12: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk specimen standart juga  sudah

mengalami pembusukan.

Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada

tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Aktifitas

pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°-100°F (21,1-

37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada 50°F(10°C) atau pada suhu

diatas 100°F (lebih dari 37,8°C). Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan

lembab maka proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya

bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan akan

berlangsung lebih lambat. Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh

yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi

yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan

berlangsung lebih lambat.

Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia

yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan

infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa

hangat. Media di mana mayat berada juga memegang peranan penting dalam

kecepatan pembusukan mayat. Kecepatan pembusukan ini di gambarkan

dalam rumus klasik Casper dengan perbandingan tanah : air : udara = 1 : 2 : 8

artinya mayat yang dikubur ditanah umumnya membusuk 8 x lebih lama dari

pada mayat yang terdapat di udara terbuka. Ini disebabkan karena suhu di

dalam tanah yang lebih rendah terutama bila dikubur ditempat yang dalam,

terlindung dari predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen

menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.

Bila mayat dikubur didalam pasir dengan kelembaban yang kurang

dan iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan menjadi kering

sebelum terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses pembusukan ini di

sebut mumifikasi.

Page 13: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Pada mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah

lebih besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat

tenggelam diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air,

sehingga mayat berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua

anggota gerak berada di bawah sedangkan badab cenderung berada di atas

akibatnya lebam mayat lebih banyak terdapat di daerah kepala sehingga

kepala menjadi lebih busuk dibandingkan  dengan anggota badan yang lain.

Pada mayat yang tenggelam di dalam air proses pembusukan umumnya

berlangsung lebih lambat dari pada yang di udara terbuka. Pembusukan di

dalam air terutama dipengaruhi oleh temperatur air, kandungan bakteri di

dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air sebagai predator.

Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup bervariasi.

Penghancuran tulang terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan oleh akar

tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga berpengaruh

terhadap kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang yang dikubur pada

tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat terjadi

penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat basa.

Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu

kematian sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk

menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravital

(Al-Fatih II, 2007).

Tabel 2.1. Perbedaan bulla intravital dan bulla pembusukan

Bulla Intravital Perbedaan Bulla pembusukan

Kecoklatan Warna kulit ari Kuning

Tinggi Kadar albumin & klor

bulla

Rendah atau tidak ada

Hiperemis Dasar bulla Merah pembusukan

Intraepidermal Jaringan yang terangkat Antara epidermis &

Page 14: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

dermis

Ada Reaksi jaringan & respon

darah

Tidak ada

Sumber lain mengatakan bahwa ketika terjadi kematian pertama kali

yang terjadi adalah berhentinya jantung dan paru. Jantung yang tidak berdetak

tidak akan memungkinkan untuk darah supaya didistribusikan. Fungsi darah

sendiri adalah pengangkut oksigen dan nutrisi-nutrisi lain yang nantinya akan

digunakan oleh sel-sel tubuh lain. Dengan tidak adanya asupan gizi dan

oksigen untuk mempertahankan homeostasis kerja sel, maka sel akan dengan

sendirinya merusak bagian-bagian dalam sel untuk diubah menjadi asupan

nutrisi cadangan. Pemecahan dilakukan dengan enzim lisosome. (Kumar et al,

2010)

Semakin lama, bagian sel-sel penting pun akan mulai menghilang, dan

mulai akan terlihat pembengkakan sel karena mulai terjadi penarikan zat-zat

dan nutrisi secara paksa dari pembuluh darah untuk mempertahankan kerja sel

yang adekuat. Akan terlihat gambaran sel yang mulai membesar dan nukleus

yang mulai samar, dan tidak terlihatnya beberapa bagian yang penting seperti

golgi apparatus, mitokondria, dan lain sebagainya. (Kumar et al, 2010)

Pada akhirnya sel akan pecah dan kehilangan integritasnya, sehingga

akan difagosit oleh leukosit untuk dijadikan bahan bakar sel lain. Nukleus

akan terlihat lebih besar dari sebelumnya, karena normalnya perbandingan

nukleus dan sel adalah 1:3. Disini endoplasma sel dan cairan-cairan sel lain

sudah habis, sehingga sel-sel akan terlihat mengkerut. (Kumar et al, 2010)

Melanjutkan dari mekanisme dekomposisi mayat, tanda-tanda dari

mulainya dekomposisi mayat adalah terjadinya pembengkakan pada bagian

inferior tubuh karena cairan turun mengikuti gravitasi. Integritas dari organ

Page 15: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

juga sudah lebih rapuh secara fisiologis. Konsistensi dari kulit, otot, dan

organ-organ lain akan berubah menjadi sangat terdisosiasi. (Nandy, 2001)

Secara histologi, akan terlihat perubahan-perubahan dari isi sel.

Nukleus akan lebih difus dari keadaan fisiologisnya, dan sel terlihat kembung

pada tahap awal dekomposisi. Kemudian karena pemakaian dari cairan dan

nutrisi secara terus menerus, sel akan mengerut dan mengecil, menampakkan

pemandangan yang terlihat nukleus lebih besar dari biasanya. (Kumar et al,

2010)

Terjadi perubahan biokimia juga pada organ-organ dalam tubuh. Tiap

organ memiliki biomarker masing-masing yang dapat menyatakan lebih jelas

apakah mayat baru saja meninggal atau sudah lama. (Vass, 2002).

Pembusukan mayat terjadi diluar dan didalam secara bersamaan, tetapi

tergantung keadaan, ada beberapa bagian tubuh yang lebih cepat laju

dekomposisinya. Bagian yang terjadi perubahan di permukaan kulit lebih

dahulu adalah regio abdominal kanan bawah, daerah sekitar letaknya caecum

karena dinding caecum tipis sehingga gampang perforasi. Daerah tersebut

akan berubah menjadi hijau dan kemudian menghitam. (Nandy, 2001)

Di dalam buku Nandy (2001) disebutkan bahwa pada bagian dalam

tubuh, ada urutan dimana organ-organ tubuh terdekomposisi seperti berikut:

a. Laring dan trakea. Pada 12-24 jam pertama mukosa membran laring dan

trakea berubah coklat lalu menjadi hijau dan lembek.

b. Perut dan usus. Pada 24-36 jam pertama muncul bercak merah kehitaman

pada dinding posterior yang perlahan menyebar ke dinding anterior lalu

terbentuk kista berisi gas. Organ kemudian menjadi lembek dan cokelat

kehitaman.

c. Hepar. Dekomposisi dimulai pada 12-24 jam pertama setelah kematian.

Permulaannya, hepar lembut dan lembek. Bulla akan terbentuk pada

Page 16: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

permukaannya. Pada hari kedua dan ketiga, gas dekomposisi akan berkumpul

pada bagian dalam hepar, membentuk suatu gambaran seperti sarang lebah

(honey-comb appearance) yang disebut juga foamy liver. Ukurannya akan

mengecil dan menghitam hingga seperti arang.

d. Empedu. Dekomposisi dimulai dengan menyebarnya cairan empedu ke

jaringan sekitarnya termasuk hepar, 24 jam setelah meninggal.

e. Omentum/Mesenterium. Dekomposisi mulai tampak 2-3 hari dengan

perubahan warna menjadi hijau keabu-abuan sampai menghitam.

f. Otak. Satu sampai dua hari setelah meninggal, akan terlihat dekomposisi

otak yang menjadi lembek dan mirip adonan. Pada hari ketiga otak sudah

menjadi seperti pasta. Tiga atau empat hari kemudian otak akan mencair.

g. Jantung. Pada hari kedua dan ketiga setelah meninggal, jantung menjadi

lunak dan kecoklatan. Ukuran dan beratnya juga akan berkurang. Bulla berisi

gas akan muncul di bagian permukaaan bawah perikardium. Bilik-bilik

jantung berisi darah yang berbusa.

h. Paru-paru. Pada akhir hari kedua dan ketiga paru akan terlihat perubahan

warna yang menggelap, kolaps sebagian, dan bulla berisi gas. Paru juga

menjadi kurang elastis. Terakhir paru akan kolaps total, sangat kecil dan

hitam.

i. Ginjal. Perubahan pada ginjal terjadi pada hari kedua dan ketiga. Ginjal

akan terlihat coklat kemerahan, lembek dan berminyak jika disentuh. Semakin

lama ukurannya akan semakin kecil, warnanya akan semakin gelap, dan

semakin lembek.

Page 17: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

j. Diafragma. Karena terdiri dari jaringan fibromuskular, diafragma agak lama

terdekomposisi. Setelah beberapa hari konsistensinya melunak dan

terdisintegrasi.

k. Pembuluh darah. Pembuluh darah cukup lama bertahan walaupun dari

dalam sudah tercampur dengan sel darah dan terpapar ke sekitar.

l. Vesika urinaria. Secara keseluruhan, kandung kemih (vesika urinaria) dapat

bertahan lebih lama terhadap dekomposisi dari organ lain. Infeksi pada

kandung kemih dan kandung kemih yang penuh akan terdekomposisi lebih

cepat.

m. Prostat/Uterus.Organ-organ kelamin seperti prostat dan uterus adalah yang

terlama dalam urutan organ terdekomposisi. Pada prostat yang besar dan

berpenyakit, laju dekomposisi akan makin cepat. Pada uterus yang gravid

akan lebih cepat terdekomposisi daripada uterus non-gravid dan uterus

nullipara.

Wujoso (2009) dalam bukunya thanatologi membagi proses

pembusukan menjadi 5 tahap :

1. Initial Decay (fresh stage). Dimulai beberapa saat setelah kematian, yaitu

terjadi sekitar 4 menit setelah kematian dan berlangsung selama 24-72 jam.

Tahap kaku mayat dan lebam mayat baru dimulai. Perubahan-perubahan yang

terjadi belum nampak secara klinis. Tanda –tanda pembusukan belum ada dan

autolisis merupakan fase yang paling awal dari dekomposisi. Bakteri mulai

menyebar ke seluruh tubuh dan menyebarkan enzim digestif. Beberapa

serangga mulai tertarik untuk datang dan berkoloni pada mayat, salah satu

yang muncul pertama adalah lalat famili calliphoridae.

2. Putrefaction (bloat stage). Berlangsung selama 4-10 hari pasca kematian.

Bau, perubahan warna, dan pembengkakan tubuh adalah hasil dari putrefaksi.

Page 18: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

Pada tahap ini terjadi pembengkakan pada mayat akibat gas yang dihasilkan

oleh metabolisme anaerob bakteri. Gas yang terdiri atas hydrogen sulphide

dan methane itu mulai menimbulkan bau busuk yang nyata. Perut

mengembung, lidah dan bola mata menonjol, keluarnya cairan melalui lubang

tubuh, warna kehijauan pada kulit yang dimulai dari abdomen adalah tanda-

tanda yang terlihat pada tahap ini. Pada fase ini larva tampak sebesar nasi,

bertambah banyak, dan berkelompok.

3. Black Putrefaction (active decay). Berlangsung selama 10-25 hari pasca

kematian. Tanda dari tahap ini adalah bau yang sangat menyengat dan warna

kehitaman pada mayat. Pembengkakan tubuhberangsur – angsur menghilang

sehinggga tubuh tampak datar seiring dengan robeknya jaringan kulit karena

gas dan cairan yang dihasilkan. Bagian-bagian tubuh mayat terbuka dan

semakin memudahkan larva lalat untuk masuk dan mempercepat pembusukan.

Organ – organ dalam hancur. Konsistensi otot berubah menjadi cair dan

kental, dan kuku mulai akan terlepas. Pada tahap ini biasanya larva lalat telah

berubah menjadi pupa.

4. Butyric Fermentation Stage (advance decay). Berlangsung selama 20-25

hari pasca kematian dan terus berlangsung sampai 50 hari setelah kematian.

Pada tahap ini mayat terlihat lebih kering dari sebelumnya.Terjadi fermentasi

menghasilkan gas asam butirat (berbau seperti keju) yang menarik berbagai

organism pemakan bangkai. Bila mayat berada di tempat yang basah atau

lembab, mungkin family kumbang tidak akan muncul, dan larva lalat dapat

bertahan lebih lama. Pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah dapat

muncul jamur.

5. Dry or Remains Decay. Dapat berlangsung selama 25-50 hari pasca

kematian dan dapat berlangsung samapi tahunan. Pada tahap ini mayat

menjadi sangat kering, tertinggal kulit yang mengering, rambut dan tulang

Page 19: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

(skeletonisasi). Serta lalat atau larva sudah tidak nampak pada mayat.

Kecepatan masing-masing tahap pembusukan sangat bervariasi karena

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti temperatur udara, iklim, penyebab

kematian, pakaian, obat-obatan, kandungan lemak dan ukuran tubuh mayat.

Page 20: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dekomposisi atau pembusukan adalah proses degradasi pada jaringan

tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan kerja bakteri.

Banyak hal dapat mempengaruhi kecepatan proses dekomposisi, tergantung

dari factor lingkungan dan tubuh yang mengalami kematian itu sendiri. Proses

dekomposisi dibagi menjadi 5 fase dengan berbagai manifestasi klinis dan

rentang waktu yang berbeda yaitu Initial Decay (fresh stage), Putrefaction

(bloat stage), Black Putrefaction (active decay), Butyric Fermentation Stage

(advance decay), Dry or Remains Decay. Berbagai tanda – tanda pembusukan

seperti : wajah / bibir bengkak, bola mata menonjol, lidah terjulur, lubang

hidung / mulut keluar darah, dari lubang tubuh keluar isinya, badan gembung,

bulla/kulit ari terkelupas, arborescent pattern / marbling, dinding perut pecah,

scrotum / vulva bengkak, kuku/ rambut terlepas, organ dalam membusuk.

Page 21: TANDA2 INTRAVITAL DEKOMPOSISI

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fatih II, Muhammad. 2007. Forensik. Klinik Indonesia. Available From: http://www.klinikindonesia.com/forensik (diakses tanggal 23 november 2014)

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’in A, Sidhi, dkk, 1997. Ilmu kedokteran forensik. Ed I. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Carter DO, Yellowlees D, Tibbett M. 2007. Cadaver decomposition in terrestrial ecosystems. Naturwissenschaften

Dahlan S, 2000. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N. & Aster., J. C., 2010. General Pathology. In: W. Schmitt & R. Gruliow, eds. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier, Inc

Nandy, A., 2001. Death and Post Mortem Changes. In: M. Dr. Mita Sen, ed. Principles Of Forensic Medicine. Calcutta: New Central Book Agency.

Staerkeby M, 2004. Estimating time of death with forensic entomology [homepage on the internet]. Oslo: Oslo University. from: http://folk.uio.no/mostarke/forens_ent/forensic_entomol_pmi.shtml.

Tibbetts Stephen G.,Craig Hemmens, 2010, Criminological Theory: A Text/Reader, Sage Publication

Wujoso, HH, 2009.Thanatologi.Cetakan 1.Surakarta : UNS Press.