SAP ISOS

15
SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa Topik : Isolasi Sosial Sub Topik : Peran Serta Pasien dalam Merawat Isolasi Sosial Sasaran : Pasien yang Mengalami Isolasi Sosial Tempat : Di RSG Pav VI Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Hari/Tanggal : Kamis, 26 April 2012 Waktu : 30 menit A. LATAR BELAKANG Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Pada akhir proses penyuluhan pasien dapat berperan serta dalam pengaplikasian terapi pada isolasi sosial. C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat : a. Mengetahui pengertian Isolasi Sosial b. Mengetahui tanda dan gejala Isolasi Sosial

Transcript of SAP ISOS

Page 1: SAP ISOS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa

Topik : Isolasi Sosial

Sub Topik : Peran Serta Pasien dalam Merawat Isolasi Sosial

Sasaran : Pasien yang Mengalami Isolasi Sosial

Tempat : Di RSG Pav VI Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Hari/Tanggal : Kamis, 26 April 2012

Waktu : 30 menit

A. LATAR BELAKANG

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan pasien dapat berperan serta dalam pengaplikasian terapi pada

isolasi sosial.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :

a. Mengetahui pengertian Isolasi Sosial

b. Mengetahui tanda dan gejala Isolasi Sosial

c. Mengetahui penyebab Isolasi Sosial

d. Mengetahui akibat dari Isolasi Sosial

D. SASARAN

Pasien yang Mengalami Isolasi Sosial

Page 2: SAP ISOS

E. MATERI ( TERLAMPIR)

a. Pengertian Isolasi Sosial

b. Tanda dan gejala Isolasi Sosial

c. Penyebab Isolasi Sosial

d. Akibat Isolasi Sosial

F. PENGORGANISASIAN

1. Ketua : Mei Syafitri

2. Moderator :

3. Anggota : - Asri Purwasita

- Diana Putry J

- Endah Marluvi O

- Erwin Syafitarini N

- Firdausiya Nur Umami

G. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Diskusi

4. Demonstrasi

H. MEDIA

1. Leaflet

2. Laptop

3. LCD

I.METODE EVALUASI

Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan

1. Apa pengertian Isolasi Sosial?

2. Apa tanda dan gejala Isolasi Sosial?

Page 3: SAP ISOS

3. Apa penyebab Isolasi Sosial?

4. Apa akibat dari Isolasi Sosial?

Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan dengan pertanyaan yang sama dengan

tes awal

J. PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience

1. Pembukaan

3 menit

1. Memberi salam pembukaan

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan

penyuluhan

4. Menyebutkan materi yang

akan diberikan

5. Membagikan leaflet

1. Menjawab salam

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

5. Menerima dan membaca

2.

Pelaksanaan

20 Menit

Pelaksanaan :

1. Apa pengertian Isolasi

Sosial?

2. Apa tanda dan gejala

Isolasi Sosial?

3. Apa penyebab Isolasi

Sosial?

4. Apa akibat dari Isolasi

Sosial?

1. Memperhatikan

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

3. Evaluasi

5 menit Menanyakan kepada audience

tentang materi yang telah diberikan

Menjawab Pertanyaan

4. Terminasi

2 menit

1. Mengucapkan terimakasih

atas perhatian yang diberikan

2. Mengucapkan salam penutup

1. Mendengarkan

2. Membalas salam

Page 4: SAP ISOS

K. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

Penyelenggaran diadakan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan sebelumnya (SAP, Lembar Balik)

2. Evaluasi Proses

Pasien antusias terhadap materi

Audience tidak meninggalkan tempat penyuluhan

Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

Audience mengetahui pengertian Isolasi Sosial

Audience mengetahui tanda dan gejala Isolasi Sosial

Audience mengetahui penyebab Isolasi Sosial

Audience mengetahui akibat Isolasi Sosial

Page 5: SAP ISOS

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan

kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak

mampu untuk membuat kontak ( carpenito, 1998 ).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang

lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend,1998). Seseorang dengan

perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa

ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,

pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara

spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada

perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain. Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh

faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan

faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat

mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah,

pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak

mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak

ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam

diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.

2. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial

Menurut Townsend, M.C (1998) & Carpenito,L.J (1998) isolasi sosial menarik diri sering

ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

Data subjektif

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

Page 6: SAP ISOS

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan

usianya

g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

3. Penyebab Isolasi Sosial

Pada mulanya individu merasa dirinya tuidak berdaya lagi, sehingga tidak merasa aman

dalam berhubungan dengan orang lain. Individu yang gagal dalam berinteraksi Sosial karena

tidak dapat diterima dilingkungan juga akan menyebabkan individu tidak dapat memulai

pembicaraan dengan orang lain dan selalu menyendiri, menghindari interaksi dengan orang

lain dan merasa kehilangan hubungan akrab, individu tidak mempunyai kesempatan untuk

membagi perasaan, prestasi dan kegagalan. Individu mempunyai kesulitan untuk

berhubungan spontan dengan orang lain merupakan salah satu ciri mengalami ganguan jiwa

“menarik diri “.

a. Faktor Predisposisi

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh

kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa lanjut. Untuk mengembangkan

hubungan Sosial yang positif setiap tugas perkembangan sepanjang kehidupan

diharapkan dpat dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam proses

hubungan diawali dengan kemampuan ketergantungan pada masa bayi dan berkembang

pada masa dewasa dengan kemampuan saling tergantung dan mandiri. Sistem keluarga

yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon Sosial maladaptive.

1. Bayi

Bayi sangat tergantung pada oranglain dalam biologis dan psikologis. Bayi umumnya

menggunakan komuniksi yang sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya,

misalnya menangis untuk kebutuhan. Respon lingkungan (Ibu atau pengasuh)

terhadap kebutuhan bayi akan respon atau perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap

Page 7: SAP ISOS

oranglain.

2. Faktor Predisposisi pada masa Pra Sekolah

Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga

khususnya Ibu (pengasuh). Anak menggunakan kemampuan berhubungan dengan

lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukukngan dan

bantuan dari keluarga khususnya pemberian yang positif terhadap perilaku anak yang

adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk

mengembangkan kemampuan hubungan independen.

3. Anak Sekolah

Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Pada

usia ini anak mulai mengenal bekerja, kompetisi, kompromi. Konflik yang terjadi

dengan orang tua karena pembahasan dan dukungan yang tidak konsisten. Berteman

dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orangtua, teman) merupakan sumber

pendukung yang penting bagi anak.

4. Remaja

Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dngan teman sebaya dan sejenis

dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat tergantung

sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen. Kegagalan membina

hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan

keraguan akan identitas. Ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya

diri yang kurang.

5. Dewasa Muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan independen dengan orang tua dan

teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran

dan pendapat orang lain seperti : memilih pekerjaan, memilih karier dan

melangsungkan perkawinan.

6. Dewasa tengah

Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan orang

tua. Khususnya individu yang telah menikah. Jika telah menikaah maka peran

menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi

tempat menguji kemampuan hubungan independen.

Page 8: SAP ISOS

7. Dewasa Lanjut

Pada usia ini individu akanmengalami kehilangan, baik itu kehilangan fungsi fisik,

kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga

(kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan

orang lain. Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dapat menerima

kehilangan yang terjadi dalam kehidupan dan bahwa dukungan orang lain dapat

membantu dalam menghadapi kehilangannya (Budi Anna Keliat, 2005).

b. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon Sosial maladaptive ada bukti terdahulu

tentang terlibatnya neurotranshmiter dalam perkembangan gangguan ini. Namun tetap

masih diperlukan penelitian lebih lanjut (Stuart and Sundeen, 1998).

c. Faktor Komunikasi dalam keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam gangguan

berhubungan bila keluarga hanya mengkomunikasikan hal-hal yang negatif akan

mendorong anak mengembnagkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang

bertentangan pada saat bersamaan mengakibatkan anak menjadi bingung dan kecemasan

meningkat. Hal ini dapat menjadi pengalaman yang traumatic bagi anak dalam

komunikasi, menyebabkan anak enggan berkomunikasi denga oranglain. Keadaan ini

akan menimbulkan perilaku menarik diri.

d. Faktor Sosio Kultural

Isolasi Sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan ini skibst dan norma yang

tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota

masyarakat yangtidak produktif seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik (Stuart

and Sundeen,1998).

e. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kehidupan yang penuh stress seperti

kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang

lain dan menyebabkan ansietas:

1. Stressor Psikologik

Ansietas berkepanjamngan terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk

mengatasi tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain

Page 9: SAP ISOS

untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ancietas

tinggi.

2. Stressor Sosio Kultural

Stress dapat ditimbulkan oleh stabilitas unit keluarga dan berpisah dan orang yang

berarti dalam kehidupannya , misalnya karena dirawat di Rumah sakit.

4. Akibat Isolasi Sosial

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori

halusinasi (Townsend, M.C, 1998). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi

sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai

dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang

sebenarnya tidak ada. (Maramis, 1998) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang

dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus

sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan

halusinasi pendengaran. Menurut Carpenito, L.J (1998) perubahan persepsi sensori halusinasi

merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami

suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan

menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa

adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan

persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu

yang nyata.

Menurut Carpenito, L.J (1998) ; Townsend, M.C (1998); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J

(1998) perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:

Data subjektif:

a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

b. Tidak mampu memecahkan masalah

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat

bayangan)

d. Mengeluh cemas dan khawatir

Page 10: SAP ISOS

Data objektif:

a. Apatis dan cenderung menarik diri

b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara

seolah-olah mendengarkan sesuatu

c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

e. Gerakan mata yang cepat

f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang

kompleks.

Page 11: SAP ISOS

DAFTAR PUSTAKA

Townsend M. C,  (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk

Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.

Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,

Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan

Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta :

fajar Interpratama.

Stuart and Sundeen, ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”, alih bahasa Hapid AYS, Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

www.erfanhiyandi.blogspot.com/askep_isolasi sosial.html. (di akses 13 Mei 2009)