sap HT
Transcript of sap HT
SATUAN ACARA PENGAJARAN
1. Pokok Bahasan : Gangguan tekanan darah
2. Sub Pokok Bahasan : Hipertensi
3. Sasaran : Tn. T
4. Tempat : Rumah Tn. T, Petungsewu, Kecamatan Dau
5. Waktu : Selasa, 3 April 2012 jam 09.00-09.30
6. Metode : Ceramah dan tanya jawab
7. Media : Leaflet dan flipchart
8. Tujuan
Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit
diharapkan pengetahuan klien meningkat mengenai
hipertensi dan mengetahui bagaimana cara
menangani dan mengontrolnya sehingga kualitas
kesehatannya meningkat
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit
diharapkan sasaran mampu:
o menjelaskan tentang pengertian dan penyebab
hipertensi
o menjelaskan tentang tanda dan gejala hipertensi
o menjelaskan tentang bagaimana cara
mengontrol hipertensi
o menjelaskan tentang dampak yang mungkin
terjadi apabila hipertensi tidak ditangani segera
9. Kegiatan belajar mengajar
Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Metode &
Media
Pembukaan
(5 menit)
Memperkenalkan diri
Menyampaikan tujuan dan
topik dilaksanakannya
penyuluhan
Kontrak waktu
Menggali pengetahuan
sasaran
Menjawab salam
Memperhatikan dan
menjawab pertanyaan
Ceramah
dan tranya
jawab
Penyajian
(20 menit)
menjelaskan tentang
pengertian dan penyebab
gangguan tidur yaitu insom-
nia
menjelaskan tentang tanda-
tanda insomnia
menjelaskan tentang hal-hal
yang menyebabkan insom-
nia
menjelaskan tentang
bagaimana cara mencegah
terjadinya insomnia
Mendengarkan
Mengajukan pertanyaan
seputar materi
Ceramah
dan tanya
jawab
leaflet
Penutup
(5 menit)
Membuka waktu untuk
diskusi
Mengevaluasi hasil
penyuluhan
Menjelaskan hasil evaluasi
dan membeirkan umpan
balik
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam Ceramah
dan tanya
jawab
Materi penyuluhan
Hipertensi
Pengertian Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic)
pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah
baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya.
Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primary
Disebut juga hipertensi esensial atau hipertensi idiopatik. Yaitu hipertensi
tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktoral meliputi faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriktor, resistensi insulin, dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan adalah diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain (Syarif, Estuningtyas, Setiawati, dkk. 2009:
342)
b. Hipertensi Secondary
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit
ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-
obatan dan lain-lain.
Hipertensi renal dapat berupa hipertensi renovaskular, misalnya pada
stenosis arteri renalis, vaskulitis intrarenal; dan hipertensi akibat lesi
parenkim ginjal seperti pada glomerulonefritis, pielo-nefritis, penyakit
ginjal polikistik, nefropati diabetik, dan lain-lain.
Yang termasuk hipertensi endokrin antara lain akibat kelainan korteks
adrenal (hiper aldosteronisme primer, sindrom Chusing), tumor medulla
adrenal (feokromositoma), hipertiroidisme, hiper-paratiroidisme, dan lain-
lain. Beberapa obat seperti kontrasepsi hormonal, kostokosteroid,
simpatomimetik amin (efedrin, fenil-propanolamin, fenilefrin, amfetamin),
kokain, siklosporin dan eritropoetin juga dapat menyebabkan hipertensi
(Syarif, Estuningtyas, Setiawati, dkk. 2009: 343).
Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokan sesuai
rekomendasi dari “The Sixth Report of the Join National Comitee on Detectin,
Evaluation, and Treatment og high blood pressure” sebagai berikut :
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Sangat Berat
>210 mmHg >120 mmHg
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi lama dan berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer.
Pada jantung dapat terjadi hipertofi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada
otak dapat terjadi stroke karena pecahnya pembuluh darah serebral dan pada
ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal. Pada
mata dapat terjadi retinopati hipertensif berupa bercak-bercak perdarahan
pada retina dan edema papil nervus optikus. Selain itu hipertensi merupakan
faktor resiko terjadinya arterosklerosis dengan akibat penyakit jantung
koroner (angina pektoris sampai infark miokard) dan stroke iskemik.
Hipertensi yang sangat berat juga dapat menimbulkan aneurisma aorta dan
robeknya lapisan intima aorta.
Pengendalian berbagai faktor resiko pada hipertensi sangat penting
untuk mencegah komplikasi kardiovaskular. Faktor resiko yang dapat
dimodifikasi antara ain tekanan darah, kelainan metabolik (diabetes mellitus,
lipid darah, asam urat dan obesitas), merokok, alkohol dan inaktivitas,
sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin dan
faktor genetik (Syarif, Estuningtyas, Setiawati, dkk. 2009: 343).
.
Penanganan Hipertensi
Menurut Syarif, Estuningtyas, Setiawati, dkk (2009 : 343) strategi
pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup (lifestyle
modification) berupa diet rendah garam, berhenti merokok, mengurangi
konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur dan penurunan berat badan bagi
pasien dengan berat badan lebih. Selain dapat menurunkan tekanan darah,
perubahan gaya hidup juga terbukti meningkatkan efektivitas obat
antihipertensi dan menurunkan resiko kardiovaskular.
Untuk hipertensi tingkat 1 tanpa faktor resiko dan tanpa target organ
damage (TOD), perubahan pola hidup dapat dicoba sampai 12 bulan.
Sedangkan bila disertai kelainan penyerta (compelling indications) seperti
gagal jantung, pasca infark miocard, penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus dan riwayat stroke, maka terapi farmakologi harus dimulai lebih dini
mulai dari hipertensi tingkat 1. Bahkan untuk pasien dengan kelainan ginjal
atau diabetes, pengobatan dimulai pada tahap pre-hipertensi dengan terget
TD <130/80 mmHg.
Obat Hipertensi
Menurut Syarif, Estuningtyas, Setiawati, dkk (2009 : 343) dikenal 5 kelompok
obat lini pertama yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi
yaitu:
Diuretik
Penyekat reseptor beta adrenergik
Penghambat angiotensin- converting enzyme (ACE-i)
Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin receptor blocker –
ARB)
Antagonis kalsium
Referensi
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Gunawan,Lani. 2007. HIPERTENSI, PENYAKIT TEKANAN
DARAH TINGGI. Yogyakarta : Kanisius.
Anonymous. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-
hipertansi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html
Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I.
Jakarta : Media Aeusculapius.