SAP Desiminasi Ilmu Fix

55
Family Centered Care Dan Prilaku Caring SATUAN ACARA PELAKSANAAN (SAP) Pokok Bahasan: Strategi Perawat Pada Aplikasi Family Centered Care dan Prilaku Caring Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak di IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Hari / Tanggal : Selasa/ 9 Juni 2015 Pukul : 10.00- 10.45 WIB Sasaran : Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat yang Bertugas di Irna Anak RSUP Dr M Djamil Padang Tempat : Ruang Pertemuan Instalasi Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang A. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Pada anak, sakit dianggap sebagai hukuman atas kesalahan yang diperbuat. Hampir semua anak mengalami sakit dan harus di bawa ke rumah sakit. Hospitalisasi bagi anak dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan stessor, sehingga anak akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

description

satuan acara pelaksanaan desiminasi ilmu

Transcript of SAP Desiminasi Ilmu Fix

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

SATUAN ACARA PELAKSANAAN (SAP)

Pokok Bahasan : Strategi Perawat Pada Aplikasi Family Centered Care dan

Prilaku Caring Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak di

IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

Hari / Tanggal : Selasa/ 9 Juni 2015

Pukul : 10.00- 10.45 WIB

Sasaran : Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat yang Bertugas di

Irna Anak RSUP Dr M Djamil Padang

Tempat : Ruang Pertemuan Instalasi Kebidanan dan Anak RSUP

Dr. M. Djamil Padang

A. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit

untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke

rumah. Pada anak, sakit dianggap sebagai hukuman atas kesalahan yang

diperbuat. Hampir semua anak mengalami sakit dan harus di bawa ke rumah

sakit. Hospitalisasi bagi anak dianggap sebagai pengalaman yang mengancam

dan stessor, sehingga anak akan mudah mengalami krisis karena anak

mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya

maupun lingkungannya, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam

mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang

bersifat menekan (Nursalam, 2008).

Selama proses hospitalisasi bukan hanya anak tetapi orang tua juga

mengalami kebiasaan yang asing, lingkungan yang asing. Hal ini merupakan

pengalaman yang traumatik dan penuh dengan stres. Berbagi perasaan yang

sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, dan rasa bersalah.

Pemberian Asuhan keperawatan dengan pengembangan yang telah dilakukan

oleh peneliti memberikan dampak yang cukup baik bagi sebagian besar

responden anak usia toddler. Di mana setelah diberikan asuhan keperawatan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

tersebut anak hanya cenderung mengalami hospotalisasi ringan yang dapat

dianggap sebagai kewajaran mengingat hospitalisasi pada anak tidak mungkin

hilang sama sekali. Rata-rata respons hospitalisasi yang masih dialami oleh

anak yaitu anak menangis karena kesakitan dan beberapa takut jarum suntik,

memanggil-manggil ibunya dan anak kurang minat untuk bermain

(Ratnaningsih, 2013).

Proses hospitalisasi pada anak dapat mengalami berbagai kejadian

yang ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh dengan

stres. Bagi anak yang baru pertama kali dirawat biasanya menjalani lebih

banyak tindakan pemeriksaan oleh beberapa orang, tidak pernah mempunyai

gambaran tentang dirawat di rumah sakit, perubahan lingkungan yang tiba-

tiba, staf yang masih sangat asing, menimbulkan stres tersendiri bagi anak

(Perry & Potter, 2005). Perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas

karena anak merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh

kasih sayang, dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan

rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya. Beberapa hal

tersebut membuat anak menjadi stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, anak

merasa gugup dan tidak tenang, bahkan pada saat menjelang tidur (Supartini,

2004).

Berdasarkan data yang didapatkan dengan wawancara yang telah

lakukan di Ruang Kronis IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada

tanggal 3 Mei 2015 didapatkan hasil 16 dari 24 keluarga yang menjaga

anaknya di rumah sakit mengatakan bahwa anaknya menangis ketika

disuntik, dipasang infus, dan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium,

apabila keesokan harinya perawat mendekatinya maka anak itu hanya

menunduk dan enggan menatap wajah perawat, anak akan kembali

beraktivitas saat perawat tersebut keluar dari ruang perawatan. Hasil

observasi didapatkan hampir semua anak tidak kooperatif terhadap tindakan

keperawatan yang diberikan seperti saat diinjeksi, dipasang termometer, saat

perawat datang dengan membawa obat, saat diambil darah, semua anak

menunjukkan respon seperti menangis, meronta ronta, memeluk ibu,

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

mengajak pulang, dan berteriak. Respon anak merupakan wujud internalisasi

diri bahwa anak mengalami takut dan cemas

Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit kan mengalami

kecemasan dan stress. Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi

menurut tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan anak

(hidayat 2012). Penyebab stress pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya perilaku yang ditunjukkan petugas kesehatan (dokter, perawat

dan tenaga kesehatan lainnya), pengalaman hospitalisasi anak, support

system, atau dukungan keluarga yang mendampingi selama perawatan

(Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008)

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi

dengan klien anak dan keluarga harus dapat menempatkan keluarga sebagai

bagian integral dari setiap asuhan keperawatan yang diberikan (American

Academy of Pediatrics, 2003) hal ini sesuai dengan pendekatan perawatan

anak yang berfokus pada keluarga atau family centered care (FCC).

Keterlibatan keluarga dalam proses perawatan anak selama hospitalisasi akan

membantu meningkatkan kepuasan keluarga terhadap pelayanan asuhan

keperawatan yang diberikan sekaligus memandirikan keluarga dalam

perawatan anak selanjutnya. Salah satu upaya meningkatkan kepuasan klien

anak dan keluarga adalah dengan penerapan komunikasi terapeutik perawat

selama masa hospitalisasi klien anak di rumah sakit.

Selain komunikasi terapeutik dan pendekatan family centered care,

perawat juga memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,

keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam

perilaku caring atau kasih sayang dalam menjalankan fungsi dan perannya.

Adapun fungsi perawat menurut konsordium ilmu kesehatan 1989 yaitu

sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat klien, edukator, koordinator,

kolaborator, konsultan dan pembaharu. Profesionalitas perawat dapat dilihat

ketika ia mampu menjalankan peran dan fungsinya (Hidayat, 2008).

Keperawatan dan caring merupakan suatu hal yang tak terpisahkan

dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

harus didasarkan kepada pada perilaku caring (Morison, 2009). Perawat

memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan

intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring

atau kasih sayang dalam menjalankan fungsinya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu diketahui bahwa pelayanan

keperawatan berupa perilaku caring dan penggunaan pendekatan family-

centered care dalam menurunkan tingkat stress hospitalisasi pada anak.

Pelayanana keperawatan perilaku caring, penggunaan komunikasi terapeutik

dan pendekatan family centered care ini dapat diterapkan oleh tenaga

kesehatan, khususnya perawat dalam mengatasi masalah stress hospitalisasi

pada anak.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti desiminasi ilmu diharapkan peserta mampu

mmenerapkan Strategi Family Centered Care Dan Perilaku Caring

Terhadap Stress Hospitalisasi Pada Anak di IRNA Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti desiminasi ilmu, diharapkan peserta mampu:

a. Memahami konsep hospitalisasi dan stress hospitalisasi pada anak,

b. Memahami konsep Family Centered Care,

c. Memahami konsep Prilaku Caring,

d. Memahami dan mampu menerapkan Strategi Family Centered

Care dan Prilaku Caring terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Strategi Family Centered Care Dan Prilaku Caring Terhadap Stress

Hospitalisasi Pada Anak yang dihospitalisasi di IRNA Anak RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

2. Sasaran dan Target

Sasaran : Tenaga kesehatan khususnya perawat yang bertugas di IRNA

Anak RSUP Dr M Djamil Padang

Target : Perawat ruangan IRNA Anak berjumlah ± 5 – 10 orang

3. Metode

Ceramah

Tanya jawab

Diskusi

4. Media dan Alat

Laptop

Infokus

Booklet

Sound system

5. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Rabu / 9 Juni 2015

Waktu : 11.00 WIB - 11.45 WIB

Tempat : Ruang Pertemuan Instalasi Kebidanan dan Anak

6. Pengorganisasian

a. Moderator : Helwiza Morina

b. Presentator : Intan Rahayu Putri

c. Observer : Navilah Ramadhana

Lhona

d. Fasilitator : Lusiana Safitri

Nurazizah

Yommy Elsa

Fadhilla Yanti

Fitrah Qolbina

Willa Septiadi

Novita Kumala

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Norisye Olmi

7. Uraian Tugas

a. Moderator

Membuka acara.

Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.

Menjelaskan tujuan dan topik.

Menjelaskan kontrak waktu.

Menyerahkan jalannya desiminasi ilmu kepada pemateri.

Mengarahkan dan memimpin jalannya diskusi.

Menimpulkan Materi

Menutup acara.

b. Presenter

Mempresentasikan materi untuk desiminasi ilmu.

c. Fasilitator

Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan

desiminasi ilmu.

d. Observer

Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.

8. Setting tempat

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Keterangan :

= Media = Peserta

= Presenter = Fasilitator

= Moderator = Observer

= Pembimbing = Meja

D. Rencana Kegiatan Desiminasi Ilmu

No. Waktu Kegiatan Desiminasi ilmu Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan

- Mengucapkan Salam

- Perkenalan Mahasiswa

- Menjelaskan topik dan tujuan

- Ice Breaking

- Menjelaskan kontrak waktu

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Mengikuti

- Memperhatikan dan

menyepakati

2. 20 menit Pelaksanaan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

- Menjelaskan

tentang konsep hospitalisasi

pada anak

- Menjelaskan

tentang konsep stress

hospitalisasi

- Menjelaskan

tentang pengertian Strategi

Family Centered Care dan

Prilaku Caring

- Memperhatika

n

- Memperhatika

n

- Memperhatikan

3. 5 menit Penutup

- Meminta peserta

memberikan pertanyaan

atau penjelasan yang tidak

dipahami (evaluasi

pengetahuan)

- Menjawab pertanyaan

yang diajukan

- Menyimpulkan diskusi

- Melakukan evaluasi

- Mengucapkan salam

- Memberikan pertanyaan

- Memperhatikan

- Berpartisipasi

- Menjawab pertanyaan

- Menjawab salam

E. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.

100% peserta menghadiri desiminasi ilmu.

Tempat dan media serta alat desiminasi ilmu sesuai rencana.

b. Evaluasi Proses

Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.

Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

100% peserta aktif dalam kegiatan desiminasi ilmu

100% peserta tetap berada diruangan selama kegiatan.

c. Evaluasi Hasil

100%dapat memahami dan menjelaskan tentang hospitalisasi

100% dapat memahami dan menjelaskan tentang stress

hospitalisasi

100% dapat memahami dan menjelaskan tentang Family

Centered Care dan Prilaku Caring

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

DAFTAR PUSTAKA

Abdulbakki, A.M, Gaafar, E.Y., & Waziry, O.G. (2011). Maternal Versus

Pediatric Nurses Attitudes Regarding Mother’s Participation in the care

of their hospitalized children. Journal of American Science, 7 (9), 316-327

Bissel C. 2007. Family-Centered Care. http://communitygateway.org/faq/fcc.htm

diakses 1 Juni 2015

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik, Edisi 3.

Jakarta: EGC.

Gaghiwu, Lidia. 2013. Hubungan Prilaku Caring Perawat Dengan Stress

Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler Di Irna Blu RSUP. Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi

Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC.

Harsono. (1996). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children.

(7thEd). Missouri: Mosby Inc.

Kozier, Barbara. (2004). Fundamental of Nursing; concept, proces and practise.

Redwood City California: Addison Wesley.

Kusmaningrum, Arie. 2008. Aplikasi dan Strategi Konsep Family Centered Care

Pada Hospitalisasi Anak Pra Sekolah. Palembang: Universitas Sriwajaya.

Paliadelis et. al. 2004. Implementing Family-Centered Care:An Exploration Of

The Beliefs And Practices Of Paediatric Nurses. Australian : Juornal Of

Advenced Nursing

Petersen M, F, Cohe J, Parsons V. 2004. Family-Centered Care: Do we Practice

What We Preach?, JOGNN

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing Textbook. Jakarta:

Medical Book Publishers EGC.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Sitanon, T. (2009). Thai Parent’s Experience of Parenting Preterm Infants

During Hospitalization in Neonatal Intensive Care Unit. Disertation.

University of Washington.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Tarwoto, Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika.

Wavy, W. (2008). The Relationship between Time Management, Perceived Stress,

Sleep Quality and Academic Performance among University Students.

http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf. diakses: 1 Juni

2015.

Wong& Whaley. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta:

EGC.

Wong, D. L, Hockenberry, Marylin J. (2007). Wong’s Nursing Care of Infants

and Children. St Louis, Missouri: Mosby Inc.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

LAMPIRAN

TINJAUAN TEORITIS

STRATEGI PERAWAT PADA APLIKASI FAMILY CENTERED CARE

DAN PRILAKU CARING TERHADAP STRESS HOSPITALISASI PADA

ANAK

A. HOSPITALISASI

1. Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit

dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha

untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,

sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap

anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).

Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses

yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani

terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali ke rumah.

Hospitalisasi adalah masa selama anak masuk dan dirawat di rumah

sakit atau suatu proses karenasuatu alasan darurat atau berencana

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan

perawatan yang membuat anak-anak pada semua usia dan keluarganya

mengalami stres dan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan yang

baru. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga

mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua

yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.

Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Dengan

demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi

jugapada orang tuanya. (Jovan, 2007; Gunarsa, 1992; Hockenberry &

Wilson, 2007).

2. Stresor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi

Stressor yang menimbulkan krisis pada anak dan keluarga mungkin

terjadi karena anak tidak memahami mengapa dirawat, stress dengan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan

sehari-hari, dan keterbatasan mekanisme koping. Stressor terbesar dari

hospitalisasi meliputi perpisahan dengan orang tua dan sibling, fantasi-

fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, pembunuhan dan

binatang buas, gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan

masuk, nyeri, komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, dan prosedur

yang menyakitkan, takut akan cacat atau kematian. Reaksi anak terhadap

sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan/ usia,

pengalaman sebelumnya, support sistem dalam keluarga, keterampilan

koping, dan berat ringannya penyakit.

Jovan (2007) menguraikan reaksi anak dan orang tua terhadap

hospitalisasi sebagai berikut :

a. Reaksi anak pada hospitalisasi

1) Masa bayi (0-1 th), dampak perpisahan berpengaruh pada rasa

percaya diri dan kasih sayang. Anakusia lebih dari 6 bulan akan

terjadi stanger anxiety atau cemasdengan respon menangis keras,

pergerakan tubuh yang banyak, ekspresi wajah yang tak

menyenangkan.

2) Masa todler (2-3 th), sumber stres yang utama adalah cemas akibat

perpisahan. Respon perilaku anak menurut tahapannya adalah: a)

tahap protes, responnya berupa menangis, menjerit, menolak

perhatian orang lain, b) tahap putus asa, respon anak adalah

menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat

bermain, sedih, apatis, c) tahap pengingkaran (denial), anak mulai

menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak

mulai menyukai lingkungannya.

3) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun). Reaksi yang sering muncul

antara lain: menolak makan, sering bertanya, menangis pelan,

tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan atau perawatan di

rumahsakit kehilangan kontrol, dan pembatasan aktivitas. Sering

kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif,marah,

berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4) Masa sekolah (6 sampai 12 tahun). Perawatan di rumah sakit

memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga,

kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan

kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,

kehilangan kelompok sosial, perasaan takut akan kematian, dan

kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisadigambarkan secara verbal dan

non verbal.

5) Masa remaja (12 sampai 18 tahun) anak remaja begitu percaya dan

terpengaruh oleh kelompok sebayanya. Saat masuk rumah sakit

anak akan timbul rasa cemas karena perpisahan, sehingga terjadi

pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol akan muncul reaksi anak

untuk menolak perawatan/tindakan yang dilakukan, tidak

kooperatif dengan petugas, Perasaan sakit akibat perlukaan

menimbulkan respon anak banyak bertanya, menarik diri, menolak

kehadiran orang lain.

b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi adalah takut dan

cemas, perasaan sedih dan frustasi. Takutakan kehilangan anak yang

dicintainya akan menimbulkan rasa cemas orang tua terhadap

prosedur yang menyakitkan, informasi buruk tentang diagnosa medis,

perawatan yang tidak direncanakan, dan pengalaman perawatan

sebelumnya.Perasaan sedih muncul karena kondisi terminal anak, dan

perilaku isolasi/tidak mau didekati orang lain. Perasaan frustasi

muncul karena kondisi yang tidak mengalami perubahan, reaksi orang

tua terhadap hal ini adalah memperlihatkan perilaku tidak kooperatif,

putus asa, menolak tindakan,menginginkan pulang secara paksa.

Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di rumah sakit

adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

3. Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak

Fokus intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak

hospitalisasi diuraikan oleh Jovan (2007), Hockenberry dan Wilson

(2007) sebagai berikut:

a. Meminimalkan stressor.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan stressor adalah

dengan mencegah atau mengurangi dampak perpisahan dengan cara

melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak,

melakukan modifikasi ruang perawatan, mempertahankan

kontakdengan kegiatan sekolah, surat menyurat, dan bertemu teman

sekolah. Untuk mencegah perasaan kehilangan kontrol dapat

dilakukan dengan cara menghindari pembatasan fisik jika anak dapat

kooperatif, bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan,

membuat jadwal untuk prosedurterapi, latihan, dan bermain, memberi

kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua

dalam perencanaan kegiatan.

Untuk mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap

perlukaan tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara

mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan

prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, melakukan permainan

sebelum melakukan persiapan fisik anak, menghadirkan orang tua bila

memungkinkan, menunjukkan sikap empati. Pada tindakan elektif bila

memungkinkanmenceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita,

gambar dan perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan

psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.

b. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

Untuk memaksimalkan manfaat hospitalisasi diupayakan

dengan cara membantu perkembangan anak dengan memberi

kesempatan orang tua untuk belajar, memberi kesempatan pada orang

tua untuk belajar tentang penyakit anak, meningkatkan kemampuan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

kontrol diri, memberi kesempatan untuk sosialisasi, dan memberi

support kepada anggota keluarga.

c. Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah

sakit dilakukan dengan cara mempersiapkan ruang rawat sesuai

dengan tahapan usia anak dan mengorientasikan situasi rumah sakit.

Pada hari pertama melakukan tindakan sebaiknya petugas di ruangan

memperkenalkan perawat dan dokter yang merawatnya,

memperkenalkan anak pada pasien yang lain, memberikan label

identitas pada anak,menjelaskan aturan rumah sakit,melaksanakan

pengkajian, dan melakukan pemeriksaan fisik.

4. Manfaat Hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi

anak-anak, tetapi hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling

nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi

kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompoten

dalam kemampuan koping mereka (www.usu.ac.id).

5. Peran Perawat dalam Hospitalisasi

Perawat sangat berperan dalam hospitalisasi, dimana perawat

merupakan suatu sentral dalam pelayanan sehat sakit. Fungsi peralatan

kesehatan keluarga tidak hanya merupakan suatu fungsi yang mendasar

dan vital, melainkan fungsi yang memangku suatu fokus dalam keluarga-

keluarga yang sehat dan berfungsi dengan baik. Signifikasi dari fungsi

yang efektif dalam bidang ini menyatakan semakin banyak keluarga

menjalankan fungsi yang vital kepada anggota keluarganya secara sukses,

semakin kuat fungsi keluarga itu (Friedman, 1998).

Peran perawat dalam hospitalisasi adalah sebagai pelaksana

kesehatan, pendidik, administrasi, peneliti, konseling (Friedman 1998).

a. Peran sebagai pelaksana keperawatan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang

dilakukan perawat dalam meningkatkan pelayanan dirumah sakit dan

perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam

memberikan asuhan keperawatan dari melakukan pengkajian,

menyusun rencana keperawatan sesuai diagnosa keperawatan,

melaksanakan intervensi sampai pada mengevaluasi dan

mendokumentasikan secara tertulis kepada rekam medik setiap selesai

melaksanakan tugas.

b. Peran sebagai pendidik

Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada

individu, keluarga, kelompok dan rumah sakit secara terorganisir

dalam rangka menanamkan prilaku seperti yang diharapkan untuk

meningkatkan tingkat kesehatan yang optimal. Pengajaran yang

dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan, fokus pengajaran dapat berbentuk : penamaan perilaku

sehat meningkatkan nutrisi dan diit olahraga, pengelolaan stress

pendidikan tentang proses penyakit dan peningnya pengobatan

lanjutan, pentingnya tentang penggunaan obat dan pendidikan tentang

keperawatan.

c. Peran sebagai administrasi

Perawat kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai

kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan beban petugas dan

tanggung jawab yang diemban kepadanya. Tanggungjawabnya adalah

melakukan pengelolahan terhadap suatu permasalahan, mengambil

keputusan dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat

mekanisme kontrol, kerja sama lintas sektoral dan lintas program,

bersosialisasi dengan masyarakat.

d. Peran sebagai konseling

Perawat kesehatan merupakan tempat bertanya oleh individu,

keluarga, kelompok masyarakat untuk memecahkan berbagai

persoalan dan masalah keperawatan yang mereka hadapi. Peran ini

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

dapat dihadapi dengan konsultasi dengan petugas kesehatan, sebagai

konseling perawat menjelaskan kepada pasien aktifitas keperawatan

diri, menilai apakah klien memahapi hal-hal yang dijelaskan dan

mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan

metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain, misalnya keluarga

dalam pengajaran yang direncanakannya (Pery dan Poter, 2005).

e. Perawat sebagai peneliti

Yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi

dimasyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan,

selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya untuk

menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya

permasalahan tersebut melalui penelitian dan hasil dari penelitian

diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

6. Peran Keluarga Pada Hospitalisasi

saat anak dirawat di rumah sakit, orang tua adalah sosok yang

paling dikenal dan dekat dengan anak. Orang tua sangat diperlukan untuk

mendampingi anak selama mendapat perawatan dirumah sakit. Peran serta

orang tua dalam meminimalkan dampak hospitalisasi menurut Wong,

Hockenberry & Marylin, (2007) adalah:

a. Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua

tinggal bersama selama 24 jam (rooming in). Orang tua tidak

meninggalkan anak secara bersamaan sehingga minimal salah satu

ayah atau ibu secara bergantian dapat mendampingi anak.

b. Jika anak memungkinkan rooming in tua tetap bisa melihat anak

setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.

Orang tua bisa tetap berada disekitar ruang rawat sehingga dapat

melihat anak.

c. Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur

yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak.

Selain itu orang tua juga memberikan motivasi dan menggunakan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

anak serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan diterima untuk

membantu kesembuhan anak

d. Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan

atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak

dapat menahan diri bahkan menangis bila melihatnya maka dikatakan

pada orang tua untuk mempercayakan kepada perawat.

Studi qualitatif dengan grounded theory oleh Sitanon (2009)

tentang pengalaman orang tua dalam mengasuh bayi yang dirawat di

Neonatal Intensive Care Unit (NICU) menemukan 3 konsep utama. Ketiga

konsep utama tersebut adalah perlindungan terhadap bayi, peningkatan

keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, dan prses pengasuhan anak

oleh kedua orang tua selama bayi dirawat.

Salah satu aspek dari family care centre (FCC) adalah peran serta

orang tua dalam perawatan anak selama anak dirumah sakit yang disebut

dengan partisipasi orang tua atau parenteral participation (Abdulbakki,

Gaafar & Waziry, 2011). Hasil studi yang dilakukan oleh Abdulbakki dkk,

menemukan 2 bentuk partisipasi orang tua yaitu membantu dalam

memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial. Kebutuhan fisik yang

sebaiknya dipenuhi oran tua meliputi nutrisi, personal hygiene,d an terlibat

dalam tindakan keperawatan seperti mengukur suhu dan memantau anak

saat menerima cairan intravena. Kebutuhan psikososial yang dipenuhi

orang tua yaitu memberikan dukungan fisik, emosional, dan spiritual.

B. STRESS HOSPITALISASI

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak

pada anak (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005). Jika seorang anak

dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena

anak mengalami stres akibat perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut

dapat berupa perubahan status kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun

perubahan kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian

yang bersifat menekan.

Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit

dapat berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual.

Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit dan

kuang nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu terang

atau terlalu redup. Selain itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa

terganggu atau bahkan menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun

tirai dapat membuat anak marasa kurang nyaman (Keliat, 1998).

Beberapa perubahan lingkungan fisik selama dirawat di rumah sakit dapat

membuat anak merasa asing. Hal tersebut akan menjadikan anak merasa tidak

aman dan tidak nyaman. Ditambah lagi, anak mengalami perubahan fisiologis

yang tampak melalui tanda dan gejala yang dialaminya saat sakit.

Selain perubahan pada lingkungan fisik, stressor pada anak yang dirawat

di rumas sakit dapat berupa perubahan lingkungan psiko-sosial. Sebagai

akibatnya, anak akan merasakan tekanan dan mengalami kecemasan, baik

kecemasan yang bersifat ringan, sedang, hingga kecemasan yang bersifat berat.

Pada saat anak menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari

lingkungannya yang lama serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak

biasanya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya

perpisahan dengan ibu akan meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang

yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada

akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam,

Susilaningrum, dan Utami, 2005).

Pada kondisi cemas akibat perpisahan anak akan memberikan respon

berupa perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan di bagi

menjadi tiga tahap, yaitu tahap protes ( phase of protest), tahap putus asa (phase

of despair), dan tahap menolak (phase of denial). Pada tahap protes, reaksi anak

dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat, menjerit, memanggil orang tuanya

atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin

ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang asing atau orang lain.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Tahap putus asa menampilkan perilaku anak yang cenderung tampak tenang, tidak

aktif, menarik diri, menangis berkurang, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu

makan, sedih, dan apatis. Tahap berikutnya dalah tahap menolak dimana anak

samar-samar menerima perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang

lain serta terlihat menyukai lingkungan. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini

biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orang tua.

Selain kecemasan akibat perpisahan, anak juga mengalami cemas akibat

kehilangan kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak

akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak akan

bereaksi negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak akan

menjadi cepat marah dan agresif (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005).

Akibat dari hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak bersifat individual

dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan anak. Anak usia prasekolah

menerima keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit ketakutan. Selain itu ada

sebagian anak yang menganggapnya sebagai hukuman sehingga timbul perasaan

malu dan bersalah. Ada beberapa diantaranya akan menolak masuk rumah sakit

dan secara terbuka menangis tidak mau dirawat. Jika anak sangat ketakutan, anak

dapat menampilkan perilaku agresif, dari menggigit, menendangnendang, hingga

berlari keluar ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti dengan

mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan

ketergantungan pada orang tua.

Anak pada usia pra sekolah membayangkan dirawat di rumah sakit

merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya

terlambat (Wong, 2000). Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan

karena bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain itu,

anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah atau mengalami

nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat

membuat anak semakin takut, cemas, dan stres.

Reaksi anak usia prasekolah terhadap perpisahan adalah kecemasan karena

berpisah dengan lingkungan yang nyaman, penuh kasih sayang, lingkungan

bermain, permainan, dan teman bermain. Reaksi kehilangan kontrol anak merasa

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

takut dan khawatir serta mengalami kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan

tubuh dan nyeri dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu yang erat (Wong,

2000).

Anak harus mengatasi berbagai sumber stress seperti rasa sakit,

lingkungan rumah sakit, aturan- aturan dokter serta treatment yang diberikan.

Proses perawatan yang sering kali membutuhkan waktu lama akhirnya

menjadikan anak berusaha mengembangkan perilaku atau strategi dalam

menghadapi penyakit yang dideritanya. Perilaku ini menjadi salah satu cara yang

dikembangkan anak untuk beradaptasi terhadap penyakitnya.

Beberapa prilaku anak dalam upaya beradaptasi terhadap masalahnya

selama dirawat di rumah sakit, antara lain dengan penolakan (avoidence), anak

akan berusaha menghindari situasi yang membuatnya tertekan. Biasanya anak

bersikap tidak kooperatif terhadap petugas medis. Selain itu anak akan berusaha

mengalihkan perhatian (distraction) dari pikiran atau sumber yang membuatnya

tertekan. Perilaku yang dilakukan anak di rumah sakit misalnya membaca buku

cerita, menonton televisi, atau bermain mainan yang disukai. Anak akan berusaha

untuk aktif (active), mencari jalan keluar dengan melakukan sesuatu secara aktif.

Perilaku yang sering dilakukan seperti menanyakan kondisi sakitnya

kepada petugas medis atau orang tuanya, bersikap kooperatif, minum obat secara

teratur, dan mau beristirahat sesuai dengan peraturan.akhirnya, anak akan

berusaha mencari dukungan dari orang lain (support seeking) untuk melepaskan

tekanan yang dialaminya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak

untuk ditunngui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat menjalani

treatment, dan minta dipeluk saat merasa kesakitan.

C. FAMILY CENTERED CARE

1. Pengertian Family Centered Care

Menurut Association for the Care of Children's Health (ACCH), Family

Centre Care sebagai filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan

melibatkan peran penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun

kekuatan, membantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik, dan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

meningkatkan pola normal yang ada dalam kesehariannya selama anak sakit dan

menjalani penyembuhan (Johnson, Jeppson, & Redburn, 1992).

2. Elemen Family Centered Care

Sembilan element Family-Centered Care yang teridentifikasi oleh ACCH

(Shclton et al., 1987) :

a. Keluaga dipandang sebaai unsure yang konstan sementara kehadiran

profesi kesehatan fluktuatif

b. Memfasilitasi kolaborasi orang tua – professional pada semua level

perawatan kesehatan.

c. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode

alternative dalam koping.

d. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh

orang tua tentang perawatan anaknya yang tepat.

e. Menimbulkan kelompok support antara orang tua.

f. Mengerti dan memanfaatkan system pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan perkembangan bayi, anak, dewasa dan keluarganya

g. Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi

dukungan emosional dan financial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan

keluarganya.

h. Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel,

accessible, dan responsive terhadap kebtuhan pasien

i. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi

dukungan emosional dengan staff.

3. Konsep dari Family Centered Care

a. Martabat dan kehormatan

Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan

pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya

pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

b. Berbagi informasi

Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang

berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak

kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi

setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan

dan pengambilan keputusan.

c. Partisipasi

Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan

pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka

buat.

d. Kolaborasi

Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar kolaborasi.

Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan

kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain

fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian

perawatan.

4. Aplikasi Family Centered Care terhadap Stress Hospitalisasi

Berdasarkan penelitian kusmaningrum (2008) Aplikasi family centered

care anak yang mengalami hospitalisasi terdiri dari kebijakan, fasilitas dan

perawat.

1. Kebijakan terkait family centered care

a. Jam kunjung

Seiring dengan pemahaman keluarga sebagai sumber kekuatan

dan pendukung yang utama bagi anak, maka kebijakan tentang jam

kunjungan, ijin menemani anak selama dirawat harus disesuaikan

dengan konsep Family-Centered Care. Dalam konsep Family-

Centered Care, kehadiran keluarga dipandang sebagai unsur yang

konstan sementara kehadiran profesi kesehatan fluktuatif. Idealnya,

anak didampingi selama 24 jam oleh orang tuanya. Tidak perlu ada

jam kunjung yang restrictive terhadap kenyamanan anak terhadap

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

orang tua. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam kebijakan

adalah mengenai Visiting time, orang tua yang tinggal bersama anak

di rumah sakit (Stay with child).

Waktu kunjungan untuk anak perlu diatur oleh pihak pembuat

kebijakan dirumah sakit secara arif, kunjungan untuk orang tua

seharusnya tidak dibatasi. Kunjungan dari sibling perlu diberikan,

karena untuk meminimalkan kecemburuan dan memberikan support

system pada anak. Hal yang perlu diperhatikan adalah

kunjungankeluarga keruangan perawatan memperhatikan prinsip

aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan setelah kunjungan,

pemakaian baju khusus untuk ruangan khusus dalam rangka

meminimalkan infeksi nosokomial. Baju untuk pengunjung dibuat

menarik dengan motif dan corak yang cocok untuk anak.

b. Pre- hospital Konseling

Konseling yang dilakukan tenaga kesehatan kepada orang tua

dan anak, terkait dengan kebijakan, prosedur dan peraturan rumah

sakit sebelum anak dirawat. Konseling ini dilihat dari prinsip family

centered care, petugas kesehatan memberikan hak informasi yang

jelas kepada klien dan keluarga. Menghormati anak dan keluarga,

bahwa mereka memiliki hak untuk bertanya

2. Fasilitas

a. Ruangan pengkajian khusus untuk anak

Pengadaan ruangan khusus yang menjamin privacy orang tua

untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan memberikan dampak

orangtua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi akan didengar

orang lain. Kerahasiaan informasi dipertahankan oleh tenaga

kesehatan. Setelah data tentang anak didapatkan petugas kesehatan

dapat melibatkan orangtua dalam perencanaan asuhan keperawatan

anak yang merupakan salah satu prinsip family centered care.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Selain itu terkait dengan konsep atraumatic care dan

hospitalisasai, maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Room’s

setting, colour, pictures) untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan

ruang tindakan harus dapat menurunkan kecemasan toddler.

Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam

permainan (Toys in pediatric room) untuk menunjang dan

menstimulasi tumbuh kembang, menurunkan stranger ansietas, takut

dalam pain, dan hospitalization.

b. Menyediakan bed untuk penunggu

Mempertahanakan fasilitas seperti bed untuk penunggu,

bangku untuk anak, dapur untuk anak, televisi, ruangan dicat dengan

warna yang menarik akan membuat atmosfer ruangan seperti dirumah

sendiri8. Kondisi ruangan yang demikian akan meminimalkan

kecemasan dan ketakutan anak terhadap lingkungan yang asing.

Adanya bed untuk penunggu juga meminimalkan dampak

pemisahan untuk anak. Ruangan yang menjamin privacy anak

diperlukan karena anak usia prasekolah sudah mulai mengenal rasa

malu, apabila tidak ada dapat digunakan tirai.

c. Tempat memajang foto keluarga

Memajang foto keluarga, akan memberikan ketenangan pada

anak, karena anak merasa keluarga ada didekatnya. Foto keluarga

dapat juga digunakan perawat untuk mengkaji orang yang paling

berperan sebagai support sistem bagi anak.

d. Lounge khusus untuk orang tua

Adanya suatu tempat yang khusus bagi orang tua untuk

berkumpul akan memperkuat support system bagi orang tua. Orang

tua akan duduk di lounge khusus, bertemu dengan orang tua pasien

yang lain, bertukar ceritera dan pengalaman sambil membaca buklet

yang disediakan merupakan suatu pengalaman yang menghargai dan

memperkuat kompetensi dan keahlian keluarga dalam merawat anak.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Penyediaan lounge untuk keluarga ini yang dilengkapi dengan

berbagai fasilitasnya perlu disediakan (Education center and

facilities). Idealnya ruang tersebut dilengkapi dengan kamar mandi

untuk keluarga, televisi, buku dan video panduan pendidikan anak

(parenting book), dan mainan anak.

e. Menyediakan ruangan bermain

Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi

selama perawatan dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan

stimulasi perkembangan motorik halus, kasar, personal sosial dan

bahasa pada anak. Kegiatan bermain akan meimbulkan perasaan

relaks pada anak, dan meminimalkan kebosanan selama perawatan.

Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan

dan perasaannya.

f. Menyediakan perpustakaan untuk anak

Pengadaan perpustakaan keliling untuk anak, akan

memberikan aktivitas pada anak-anak yang dirawat. Tindakan ini,

apabila dikaitkan dengan prinsip family centered care perawat

menjamin anak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, yaitu

kebutuhan untuk belajar dan berfikir. Fasilitas belajar dapat berupa

buku, CD, player, video.

g. Ruangan konsultasi untuk orang tua

Adanya ruangan konsultasi akan menjamin privasi dan

keterbukaan orang tua melakukan konsultasi pada perawat. Keluarga

mendapatkan hak informasi secara jelas, tidak bias dan tidak

memihak. Program pemberian informasi dilakukan sebagai program

rutin diruangan, seperti; penatalaksanaan anak dengan diabetes

mellitus.

3. Perawat

a. Baju perawat menarik

Baju yang menarik untuk anak, dengan corak yang menarik

akan meminimalkan ketakutan anak terhadap perawat. Pembuat

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

menetapkan uniform khusus untuk perawat diruang anak, yang

menggambarkan ciri khas ruang perawatan anak.

b. Metode penugasan

Pemilihan metode penugasan (Work method) juga tak kalah

penting dalam penerapan Family-Centered Care yang sejalan konsep

perkembangan pra sekolah. Anak pada usia ini membutuhkan

interaksi dengan perawat yang sama agar dapat merasa nyaman.

Metode penugasan tim dapat dipertimbangkan untuk menerapkan

konsep otonomi dan initiative versus guilty pada anak.

c. Pelatihan berkala (in-house training)

Hal lain yang juga sangat penting untuk suksesnya penerapan

Family-Centered Care pada pra sekolah adalah pelatihan berkala bagi

perawat (In-house training, growth and development) tentang hal-hal

yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan toddler.

Pemahaman tentang konsep tumbuh kembang pra sekolah,

hospitalisasi, atraumatic care, teknik komunikasi pada pra sekolah dan

lain lain sangat perlu menjadi pengetahuan yang sudah terinternalisasi

dan menjadi ciri khas dalam proses perawatan pada pra sekolah.

D. PRILAKU CARING

1. Pengertian Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan

perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi

yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring

mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring

juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan

suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih

meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik

keperawatan.

Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan:

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas

bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara

pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai

manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan

pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan

filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang

memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefenisikan sebagai

tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi

sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al, 1999)

Griffin (1983) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah

satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara

konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat

melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam

keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan

perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan

menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut

menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang

mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara

perawat dengan pasien.

2. Komponen Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan

a. Komponen Caring Menurut Simon Roach

Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima

komponen caring. 5 komponen tersebut adalah:

1) Compassion (kasih sayang)

Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan

orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

bertahan, memberikan kesempatan untuk berbagi, dan memberi

ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta

memberikan dukungan secara penuh.

2) Competence (kemampuan)

Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab

terhadap profesi. Compassion tanpa competence akan terjadi

kelalaian klinis, sebaliknya competence tanpa compassion

menghasilkan suatu tindakan.

3) Confidence (kepercayaan diri)

Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan

antar manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat

berupa ekpresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa

mengabaikan kemampuan orang lain untuk tumbuh dan

menyampaikan kebenaran.

4) Concience (suara hati)

Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai

humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang

dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya.

5) Commitment

Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap

tugas, orang, karier yang dipilih.

b. Komponen Caring Menurut K. M. Swanson

Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan 5

proses caring menjadi lebih praktis, yaitu (1) ”Komponen

Mempertahankan Keyakinan”, mengaktualisasi diri untuk menolong

orang lain, mampu menolong orang lain dengan tulus, memberikan

ketenangan kepada klien, dan memiliki sikap yang positif. (2)

“Komponen Pengetahuan”, memberikan pemahaman klinis tentang

kondisi dan situasi klien, melakukan setiap tindakan berdasarkan

aturan, dan menghindari terjadinya komplikasi. (3) “Komponen

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Kebersamaan”, hadir secara emosional dengan orang lain, mampu

berbagi dengan klien secara tulus, dan membangun kepercayaan

dengan klien. (4) “ Komponen Tindakan yang Dilakukan”, tindakan

terapeutik seperti membuat nyaman, antisipasi bahaya, dan intervensi

yang kompeten. (5) “Komponen Memungkinkan”, memberikan

informed consent pada setiap tindakan, memberikan respon yang

positif terhadap keluhan klien (Monica, 2008).

3. Manfaat Caring

Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring

perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring

yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai

perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi

pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979 dalam Tomey & Alligod,

2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat

mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997)

dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh

seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.

Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan

klien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan

Godkin (2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan

manfaat finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998)

menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi

bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan pasien. Dengan

demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dapat

memberikan kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan

kesehatan dan pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien

sehingga akan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya

memberikan keuntungan finansial bagi rumah sakit.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada

orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk

praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang

dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada

klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama

dalam praktik keperawatan (Sartika, 2010).

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.

Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan

praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan

menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan

pelayanan kesehatan yang tepat.

Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care

terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek

spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.

a. Aspek kontrak

Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah

kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat

memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita

sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care

sebagai kontrak kerja kita.

b. Aspek etika

Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,

bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam

situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat

memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu

merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting.

Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

c. Aspek spiritual

Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain

adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang

religious adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat

tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan,

perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan

mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk

menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang

terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.

Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan

melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan

lain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001).

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan

biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan

yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.

Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat

bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.

Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan

seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan

dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang

tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang

baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,

memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan

memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

5. Hubungan Prilaku Caring Perawat terhadap Stress Hospitalisasi

Anak toddler sampai prasekolah sangat rentan terhadap stres karena

kemampuan anak untuk mengatasi stres masih terbatas selain itu anak mulai

belajar beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang dianggap asing

(Wahyuningsih & Febriana, 2011). Lingkungan dan orang yang baru dikenalnya

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

akan menimbulkan stres sehingga berdampak pada perkembangan anak, hasil

penelitian Brown dan Semple dalam Ferguson (2013) menunjukkan bahwa

lingkungan dan orang yang tidak dikenal bagi anak yang berusia 3 sampai 5 tahun

dapat menurunkan persepsi motorik, perilaku verbal dan mendorong anak

berperilaku agresif serta emosional selain itu hasil penelitian Grasso, Ford, Briggs

(2013) juga menunjukkan bahwa paparan stres atau trauma dapat menimbulkan

dampak yang serius terhadap perkembangan anak, perkembangan yang terganggu

dapat mengakibatkan sejumlah gangguan fungsional dalam emosi, kognitif,

perilaku, dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat

untuk tidak hanya berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan

kepada klien dalam memperoleh penyembuhan penyakit melainkan juga berperan

dalam memenuhi kebutuhan kesehatan klien secara holistik, melalui kemampuan

teknikal, dukungan emosional, psikologis, spiritual dan sosial.

Perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan harus

mengembangkan perilaku caring, perawat yang berperilaku caring berarti perawat

tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien ketika menjalani

hospitalisasi (Mulyaningsih, 2011). Hasil penelitian Gaghiwu (2013) tentang

ubungan prilaku caring perawat dengan stress hospitalisasi pada anak usia Toodler

di Irna E Blu RSUP Dr. R. D. Kandau Manado menunjukkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan perilaku caring perawat di Irina E sudah baik,

karena responden berpendapat bahwa perawat sekarang lebih ramah dan bersedia

menjelaskan dengan sabar ketika keluarga bertanya tentang kondisi anak, berbeda

dengan perawat zaman dahulu.

Penilaian responden mengenai perilaku caring perawat yang baik pada

dasarnya karena responden melihat dan merasakan adanya asuhan keperawatan

dan sikap yang baik dari perawat. Caring yang ditunjukkan perawat ketika

memberikan asuhan keperawatan kepada klien, tidak hanya berdampak pada

kesembuhan pasien itu sendiri tetapi juga bagi keluarga yang menjaga. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik perilaku caring perawat maka

anak tidak mengalami stres hospitalisasi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

penelitian Ningsih tahun 2012 di ruang rawat inap anak RSUD Ibnu Sina Gresik

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku

caring perawat dengan stres hospitalisasi pada anak. Perawat yang berperilaku

caring berarti perawat tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien

ketika menjalani hospitalisasi.

Perilaku caring merupakan bentuk tanggung jawab dalam melaksanakan

tugasnya, inti rasa tanggung jawab itu ialah kepekaan perawat terhadap

penderitaan klien dan keluarga, serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan

dimana klien dirawat. Perawat yang caring, cerdas dan terampil akan memberikan

keamanan, kenyamanan dan kepuasan pada klien dan keluarga serta membawa

dampak positif terhadap citra rumah sakit dan citra profesi perawat di mata klien,

keluarga bahkan masyarakat pada umumnya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari beberapa responden

yang menyatakan perilaku caring perawat baik namun anak usia toddler masih

mengalami stres hospitalisasi dan juga sebaliknya hal ini disebabkan karena stres

hospitalisasi dan perilaku caring perawat dipengaruhi oleh faktor internal

(karakteristik individu) dan faktor eksternal (lingkungan). Stres hospitalisasi

selain dipengaruhi oleh perilaku caring perawat juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lain seperti usia perkembangan, pengalaman sebelumnya dengan penyakit

atau hospitalisasi, keterampilan koping yang dimiliki dan dapatkan, prosedur

invasif, keparahan diagnosis dan support system yang ada.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP DR. M. Djamil Padang