sanitasi tempat umum

26
LATAR BELAKANG Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria. Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang

description

sanitasi tempat umum

Transcript of sanitasi tempat umum

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria.

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih penyebab utama kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin mendapatkan legitimasi seiring dengan munculnya flu burung dan flu babi, dua penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan.

PERMASALAHANLingkungan merupakan salah satu faktor penentu derajat kesehatan, disamping beberapa variabel lainnya seperti perilaku, keberadaan pelayanan kesehatan dan herediter. Penyakit dengan jumlah terbesar setiap tahun, dalam konteks kesehatan, kesakitan, dan kecacatan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan antara lain ;

1. Diare sebagian besar disebabkan air yang tidak bersih, sanitasi dan hygiene yang buruk.

2. Infeksi Saluran pernapasan bawah, sebagian besar disebabkan oleh polusi udara, di dalam dan luar ruangan.

3. Luka yang tidak intens selain luka akibat kecelakaan, sebagian besar disebabkan oleh tata kota yang buruk atau tata rancang lingkungan yang buruk dari sistem transportasi.

4. Malaria, sebagian besar akibat sumber air yang buruk, pengelolaan penggunaan lahan dan rumah yang memungkinkan keberadaan vektor berkembang biak.

5. Kerusakan paru obstruksi kronis atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases, sebagian besar disebabkan paparan debu dan partikulat di tempat kerja serta bentuk lain dari polusi udara di dalam dan luar ruangan.

Kondisi perinatal Laporan WHO menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap lebih dari 80 % penyakit-penyakit tersebut. Lebih jauh lagi, secara kuantitatif hanya risiko faktor lingkungan tersebut yang dapat berubah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit akibat lingkungan ini antara lain:

1. Peningkatan persediaan air bersih pada rumah tangga

2. Higiene lingkungan yang lebih baik

3. Penggunaan bahan bakar dan pembersih yang lebih aman

4. Peningkatan keamanan lingkungan sehat

5. Penggunaan dan pengelolaan materi beracun di rumah dan tempat kerja

6. Pengelolaan sumber air bersih yang lebih baik

Dengan mengoptimalkan langkah terhadap faktor lingkungan, jutaan kematian dapat dicegah tiap tahun, yang juga patut diperhatikan adalah perlunya kerjasama dengan sektor yang memilki keterkaitan erat dengan faktor lingkungan, seperti energi, transportasi, pertanian, dan industri.

TEORI DAN PEMBAHASANPENGERTIAN1. Pengertian sanitasi menurut WHO

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup

2. Pengertian sanitasi:

Sanitasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terbebas dari ancaman penyakit.

3. Pengertian tempat-tempat umum

Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakuikan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak, atau Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Pengertian sanitasi tempat-tempat umum

Sanitasi tempat-tempat umum adalah: suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya berbagai jenis penyakit, atau Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.

Syarat-syarat dari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum

2. Harus ada gedung dan tempat yang permanent

3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung)

4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll)

Jenis-Jenis Tempat Umum Yang Sangat Memerlukan PengawasanAda beberapa jenis tempat umum yang sangat memerlukan pengawasan dalam program sanitasi lingkungan, adapun tempat-tempat tersebut adalah : (Depkes RI, 1982)

1. Sanitasi Kolam Renang

Kolam renang merupakan tempat khalayak ramai yang harus memiliki sanitasi baik untuk mencegah terjadinya berbagai sumber penyakit. Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki suatu kolam renang yang ideal :

a. Keamanan : ada pengawal (safe guard)

b. Kebersihan : hati-hati terhadap penyakit yang mudah menular seperti penyakit mata, kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan (muntah, berak tipus)

c. Kenyamanan

d. Loker tempat pakaian dan peralatan

e. Ruang tempat ganti pakaian

f. Kebersihan tempat membasahi badan

g. Kebersihan kolam renang

h. Kamar mandi dan kakus

2. Sanitasi Pasar

Tempat selanjutnya yang paling ramai dikunjungi oleh ramai orang adalah pasar. Pasar merupakan tempat umum yang dapat menjadi sumber penyakit apabila sanitasinya tidak diperhatikan, maka dari itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi suatu pasar agar menjadi pasar yang ideal :

a. Pembagian tata ruang

Pembagian tata ruang juga harus diperhatikan, yaitu tempat jualan ikan dan daging tidak dekat warung makan atau kios pakaian. Selain itu faktor estetika juga tetap diperhatikan.

b. Klasifikasi barang dagangan

Pengklasifikasian barang dagangan juga perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti dagangan yang banyak mengeluarkan sampah dikumpulkan satu tempat, dan warung yang menggunakan kompor harus berjauhan dengan dagangan yang mudah terbakar.

c. Tempat sampah sementara.

Untuk menghindari tumpukan sampah maka diperlukan tempat sampah sementara untuk menjaga estetika di pasar.

d. Saluran untuk limbah cair

Saluran limbah sangat Penting untuk mempertahankan faktor estetika, kebersihan, kenyamanan, karena saluran tersebut berfungsi untuk pembuangan benda cair terutama berasal dari kios daging, ikan dan warung

e. Fasilitas umum

f. Tempat parkir kendaraan bermotor

3. Sanitasi Plaza (Supermarket)

Fasilitas yang berhubungan dengan sanitasi dan kesehatan adalah :

a. WC umum

b. Tempat sampah

c. Sistem pengamanan

d. Kebersihan dan sistem drainase rumah makan

Dikarenakan di supermaket atau plaza banyak menjual barang-barang, maka yang perlu diperhatikan juga adalah :

a. Bahan makanan segar (sayur, buah dan bahan lain) harus dijaga suhunya sehingga tidak cepat busuk

b. Bahan makanan yang diawetkan (makanan atau minuman kaleng dan botol) makanan dan minuman kaleng atau botol harus ada labelnya, yang berisi : terbuat dari apa, apa bahan pengawetnya, kpn mulai dibuat, kapan kadaluarsa.

4. Sanitasi Restoran

Kebersihan sangat penting diperhatikan di restoran karena erat hubungannya dengan makanan yang akan dikonsumsi banyak orang, maka dari itu yang sebuah restoran harus memenuhi syarat ideal yaitu :

a. WC umum

b. Tempat sampah dan puntung rokok

c. Tempat cuci tangan

d. Tidak tercium bau yang aneh-aneh

e. Tempat harus bebas debu dan terhindar dari lalat

f. Lingkungan sekitar restoran secara estetika harus menarik dan bersih

5. Sanitasi Tempat-Tempat Rekreasi

Contoh dari tempat-tempat rekreasi adalah :

a. Pantai

Ada dua faktor yang harus diperhatikah di pantai yaitu :

1) Kebersihan lingkungan

Fasilitas yang diperlukan :WC umum, tempat sampah, restoran yang memenuhi syarat hygiene, sanitasi, fasilitas P3K

2) Fasilitas keamanan, yaitu : safety guard

b. Camping groundFasilitas yang perlu ada :

1) WC umum

2) Tempat sampah

3) Pembagian kapling

4) Fasilitas lain (listrik, air, dan lain-lain)

5) Hal-hal yang berhubungan dengan hygiene sanitasi lingkungan

6) Kenyamanan

7) Keamanan

c. Taman-taman umum

6. Sanitasi Bioskop

Bioskop merupakan gedung yang sering dikunjungi ramai orang, Sanitasi bioskop berupa gedung tetap harus memiliki WC, tempat sampah dan sebagainya. Apabila di lapangan terbuka maka harus terdapat tempat puntung rokok dan semua fasilitas tersebut harus memenuhi hygiene sanitasi. Yang penting harus diperhatikan dan diperketat adalah Persyaratan umur (17 tahun Keatas).

7. Sanitasi Terminal atau Stasiun

Untuk menjaga sanitasi di stasiun atau terminal maka harus melihat berbagai aspek :

a. Aspek sosial

1) Pendekatan edukatif kepada pengelola dan karyawan terminal bus atau KA.

2) Usaha peningkatan pengertian dan kesadaran tentang pentingnya hygiene dan sanitasi akan meningkatkan kualitas kesehatan karyawan, pengunjung dan masyarakat.

b. Aspek teknis

Perlu ada suatu peraturan untuk menjaga agar usaha hygiene dan sanitasi tidak merugikan masyarakat. Dalam pelaksanaanya, penerapan peraturan sering terjadi kendala, yang disebabkan oleh :

1) Kurang pengertian dan kesadaran dari karyawan terminal atau stasiun kereta api tentang peraturan yang menyangkut hygiene sanitasi.

2) Sikap apatis sebagai masyarakat tentang peraturan tersebut.

c. Aspek Administrasi dan Manajemen

Beberapa manfaat pengawasan terminal bus atau stasiun KA :

1) Menjamin kebersihan terminal bus atau stasiun KA

2) Melindungi pengunjung dari faktor lingkungan yang merugikan kesehatan

3) Mencegah berbagai macam penyakit menular dan penyakit akibat kerja

4) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas.

Persyaratan minimum hygiene dan sanitasi terminal bus atau stasiun kereta api adalah sebagai berikut :

a. Bagian luar (eksterior)

Bagian luar biasanya berupa halaman, yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tempat parkir

2) Pembuangan sampah

3) Penerangan

b. Bagian dalam (interior)

1) Gedung perkantoran

2) Ruang tunggu

3) Jamban dan urinoir

4) Pembuangan air hujan dan air kotor

Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum yaitu:

1. Aspek teknis/hukum (persyaratan H dan S, peraturan dan perundang-undangan sanitasi).

2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi,dll.

3. Aspek administrasi dan manegement, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi: Man, Money, Method, Material, dan Machine.

Hambatan yang sangat sering dijumpai dalam pelaksaan sanitasi di tempat-tempat umum, yaitu:

1. Pengusaha

a. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturan perundang-undangan yang menyangkut usaha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehatan masyarakat.

b. Belum mengetahui/kesadaran mengenai pentingnya unsaha STTU untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit.

c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan kerena memerlukan biaya ekstra.

d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari STTU.

2. Pemerintah

a. Belum semua peralatan dimiliki oleh tenaga pengawasan pada tingkat II dan kecamatan.

b. Masih terbatasnya pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengawasan.

c. Masih minimnya dana yang diakolasikan untuk pengawasan STTU.

d. Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki sarana transportasi untuk melakukan kegiatan pengawasan.

Ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:

Secara spesifik ada beberapa ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:

1. Penyediaan air minum (Water Supply)

2. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes disposal meliputi sawage, refuse, dan excreta)

3. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)

4. Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and Contruction)

5. Pengawasan fektor (Vektor Control)

6. Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution)

7. Hygiene dan sanitasi industri (Industrial Hygiene and Sanitation)

Kegiatan yang mendasari sanitasi tempat-tempat umum (STTU), yaitu:

1. Pemetaan (monitoring)

Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis dan jumlah tempat-tempat umum yang ada kemudian disalin kembali atau digambarkan dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum tersebut.

2. Inspeksi sanitasi

Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat umum dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab dengan mewawancarai dan melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu mendapatkan pembenahan.

3. Penyuluhan

Penyuluhan terhadap masyarakat (edukasi) terutama untuk menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari TTU.

Sebagai sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum adalah :

1.Sumber daya manusia

Kegiatan ini didukung oleh tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tenaga kesehatan lingkungan adalah petugas atau pengelola yang memperoleh pendidikan atau pelatihan dibidang kesehatan lingkungan.

2. Peralatan Untuk menunjang kegiatan diperlukan instrumen yaitu :

a.Formulir Pengamatan

1)Formulir pemeriksaan

2)Formulir Inspeksi Sanitasi

b.Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain :

1)Pengukur pencahayaan (Lightmeter)

2)Pengukur kelembaban (Hygrometer)

3)Pengukur mikroba dalam ruangan (Microbiological Test Kit)

4)Pengukur kebisingan (Integrating Sound Level Meter)

5)Pengukur kualitas air

6)Pengukur kualitas udara (Air Polution Test Kit)

7)Sanitarian Kit

8)Vector Kit

9)Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan

3.Metode Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sekurang-kurangnya 2(dua) kali dalam satu tahun. Pengawasan pada kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sesuai dengan kondisi setempat dan memperhatikan risiko atau gangguan pada kesehatan masyarakat. Cara pengawasan dilakukan melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, analisa laboratorium, penyusunan laporan dan tindak lanjut.

4.Dana Sumber pendanaan yang diperlukan dapat diperoleh melalui :

a.APBN

b.APBD

c.Bantuan Luar Negeri

d.Bantuan lain yang tidak mengikat

Teknik pembuangan kotoran sebagai pelaksanaan usaha kebersihan

Teknik pembuangan kotoran yang dimaksud dalam STTU berupa hasil dari kegiatan manusia dalam hal ini berupa sampah. Dalam teknik penanganan sampah, tidak semua macam-macam tempat-tempat umum melakukan teknik yang sama.

Ada yang melakukannya dengan mengumpulkan sampah pada TPS (tempat pembuangan sementara) sebelum dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir), dan ada juga sampah yang dihasilkan langsung dibakar pada tempat yang telah disediakan.

Selain itu volume pengangkutan sampah yang dihasilkannyapun berbeda-beda, ada yang pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan setiap hari, tetapi ada juga yang pengangkutannya sekitar dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Hukum yang mendasari nilai ambang batas (NAB) yaitu;

1. UU No.23 thn 1992 tentang Kesehatan.

2. UU No.11 thn 1962 tentang Hygiene untuk usaha bagi umum.

3. UU No. 2 thn 1966 tentang Hygiene.

4. Permenkes No. 06/menkes/per/I/1990 tentang pesyaratan kesehatan kolam renang dan pemandian umum.

5. Pemerkes No.80/menkes/II/1990 tentang persyaratan kesehatan hotel.

6. Peraturan daerah yang mengatur kegiatan-kegiatan usaha bagi umum.

Nilai ambang batasnya dalam penilaian STTU yang distandarkan yaitu:

A. Gedung secara umum

1) Bangunan gedung kuat

2) Bangunan gedung utuh

3) Bangunan gedung bersih

4) Bangunan tidak rentan menimbulkan kecalakaan

5) Bangunan tidak rentan menimbulkan penyakit

6) Bangunan gedung tidak mengganggu lingkungan sekitar

7) Bangunan gedung tidak terganggu lingkungan sekitar

B. Lantai

1) Lantai kedap air

2) Lantai rata

3) Lantai tidak licin

4) Lantai mudah dibersihkan

5) Lantai dalam keadaan bersih

C. Dinding

1) Dinding sebelah dalam berwarna terang

2) Dinding sebelah dalam rata

3) Dinding mudah dibersihkan

4) Dinding dalam keadaan bersih

D. Langit-langit

1) Langit-langit berwarna terang

2) Langit-langit mudah dibersihkan

3) Jarak langit-langit dari lantai minimal 2,5 meter

E. Atap

1) Atap kuat

2) Atap tidak bocor

3) Atap tidak memungkinkan dijadikan sarang serangga dan tikus.

F. Ventilasi1) Terdapat ventilasi alami atau mekanis

2) Udara dalam ruangan tidak pengap

G. Pencahayaan

1) Pencahayaan dalam ruangan cukup terang

2) Pencahayaan tidak menimbulkan silau

H. Perlindungan terhadap serangga dan tikus

1) Lubang penghawaan terlindung rapat

2) Lubang pembuangan air limbah tertutup dan dilengkapi jeruji/saringan

3) Tempat penampungan air diberi tutup

4) Tempat penampungan air dibersihkan secara berkala

5) Saluran pembuangan air limbah mengalir dengan lancer

I. Penyediaan air bersih

1) Air bersih memenuhi syarat fisik ( tidak berasa, berbau dan berwarna)

2) Jumlah kuantitas air cukup

J. Kamar mandi dan jamban

1) Tersedia kamar mandi dan jamban

2) Kamar mandi bersih

3) Tersedia air dalam jumlah cukup

4) Dilengkapi dengan bahan pembersih (sabun, sikat, dll)

5) Lantai tidak licin

6) Lantai tidak tergenang air/miring kearang saluran pembuangan

7) Jamban menggunakan tipe minimal leher angsa

8) Jarak jamban dapat dijangkau atau berdekatan dengan bak penampungan air.

K. Tempat sampah

1) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat

2) Tempat sampah kedap air

3) Tempat sampah mudah dibersihkan

4) Permukaan bagian dalam rata

5) Dilengkapi dengan tutup

L. Karyawan

1) Bertempramen baik

2) Tidak berpenyakit

3) Menggunakan pakaian kerja atau seragam

4) Pakaian dalam kondisi baik dan bersihPeran Perawat komunitas dalam penerapan STTU.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan komunitas antara lain (Ekasari, Fatma Mia, 2008 ):1. Pemberi pelayanan perawatan secara langsung (care provider)

Perawat memberikan pelayanan selalu melibatkan masyarakat dalam setiap tahap proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Selain itu perawat juga menggunakan prinsip-prinsip epidemologi dan intervensi yang sifatnya preventif. Intervensi dilakukan dengan memberikan pelayanan primer yang mencakup perawatan fisik, dukungan emosional, serta pembelajaran kepada klien. Pemberian pelayanan biasanya dilakukan ditatanan rumah, sekolah, klinik ataupun tempat kerja. 2. Pemberi pelayanan keperawatan komunitas (community care provider)

Pelayanan keperawatan komunitas diberikan dengan menerapkan proses keperawatan komunitas. Proses dapat diselenggarakan secara mandiri atau bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya, dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dan penerima pelayanan.3. Penemu kasus (case finder)

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mendeteksi keadaan serta tanda-tanda dini masalah kesehatan melalui kontak yang terus menerus dangan klien sebagai penerapan metode epidemiologis. Contoh: perawat , menerapkan hubungan saling percaya kepada klien dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dalam mengkaji masalah yang ada pada klien dapat ditemukan secara dini. 4. Pendidik (Edukator)

Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. Selama belajar perawat mengevaluasi umpan balik dari klien. 5. Advokat

Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya perawat juga memberikan pelindungan kepada klien untuk mendapat hak yang sama dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan klien yang lain nya. Pelayanan yang diberikan merupakan upaya bersama dengan disiplin lain dan klien mulai dari penentuan tujuan penyusunan rencana dalam mencapai tujuan yang diharapkan.6. Kolaborator

Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal. Kolaborasi dimulai dengan menjalin penerimaan kepercayaan, saling bertukar informasi, menyusun tujuan bersama, mengontrol diri dan interdependent sebagai bagian klien. 7. Konselor

Perawat sebagai narasumber bagi klien didalam mengatasi masalah kesehatan. Perawat memberikan alternative pemecahan masalah berkaitan dengan masalah yang dihadapi klien tanpa harus ikut serta dalam pemberian keputusan. 8. Panutan (role model)

Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai peran yang diharapkan. Dapat menjalankan kegiatannya dengan baik apabila perbuatan nya sesuai dengan apa yang dikatakannya. Perawat dituntut berprilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari. 9. Peneliti

Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari suatu keperawatan. Penelitian juga dapat menunjang pengembangan metode dan teknik baru dalam pemberian asuhan keperawatan. Keperawatan kesehatan komunitas juga turut serta dalam penelitian atau studi kesehatan masyarakat yang ada kaitannya dengan tugas keperawatan kesehatan komunitas 10. Pembaharu (Change Agent)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan agent pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok,dan masayarakat terutama dalam merubah prilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan pemeliharaan kesehatan.contoh:terdapat perubahan prilaku dimsayrakat dan individu seperti

LAPORAN KASUS

1. Terbatasnya air bersih di Jakarta

Jakarta mendadak krisis air bersih. Kondisi sulit mendapatkan air bersih ini diakibatkan jebolnya tanggul Buaran, Jakarta Timur, sepanjang 10 meter pada 31 Agustus 2011. Dampak dari gangguan ini sekira 60-65 persen atau lebih dari 250.000 pelanggan Palyja tidak dapat menerima suplai air bersih. Bahkan Istana Kepresidenan pun kena imbas krisis air. Sejumlah kamar mandi di dalam kompleks Istana kosong, termasuk di ruang wartawan. Tak ayal, pihak rumah tangga Istana meminta pasokan air kepada Palyja agar memasok air bersih melalui mobil tangki.

Air memang kebutuhan yang paling banyak berpengaruh bagi kehidupan mahluk hidup. Tidak tersedianya kebutuhan air bersih berdampak luas, tak hanya membuat warga kesulitan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lainnya. Namun ada ancaman yang lebih serius, yakni menyebarnya penyakit akibat sanitasi buruk

Akibat tidak ada air, tentunya banyak toilet dan closet di fasilitas umum yang tidak disiram. Kotoran manusia dan limbah rumah tangga berserakan di mana-mana, lalu dihinggapi lalat yang berterbangan akan menyebarkan penyakit. Masyarakat pun terancam wabah penyakit diare akibat ketidaktersediaan air bersih di tempat-tempat umum.

Data dari Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia menyebutkan, 80-90 persen air tanah dangkal di Jakarta sudah tercemar bakteri pencernaan atau E-Coli. "Seluruh sungai yakni 13 sungai di Jakarta tercemar bakteri E-Coli, baik tercemar berat maupun sedang, ungkap Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Program Pascasarjana UI Setyo Sarwanto Moersidik dalam sebuah diskusi, beberapa waktu lalu.

Hasil penelitian Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menemukan pencemaran masuk dalam kategori sangat tinggi dan melampui ambang batas pada sungai-sungai di Jakarta. Berdasarkan hasil pantauan BPLHD DKI Jakarta, pada periode Maret hingga Mei 2010 persentase status mutu air sungai yang masih baik adalah 0 persen, sedangkan yang tercemar ringan 7-9 persen, tercemar sedang 10-20 persen, selebihnya tercemar berat sekitar 71-82 persen.

2. Terbatasnya jumlah Toilet di Bali

Bali memiliki ratusan tempat tujuan wisata yang terdiri dari Pura (tempat ibadah umat

Hindu), pantai, pegunungan, danau, lokasi peninggalan sejarah, keindahan alam, daerah konservasi alam dan pusat kerajinan. Beberapa tempat tujuan wisata di Bali merupakan tempat wisata yang terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan. Pada tempat-tempat tersebut, umumnya tersedia toilet umum yang cukup dan dikelola dengan cukup baik oleh pemerintah daerah setempat maupun bekerjasama dengan organisasi masyarakat. Namun untuk beberapa tempat tujuan wisata yang tidak terlalu ramai, dan sebagian besar pura pura di Bali dapat dikatakan bahwa jumlah fasilitas toilet yang tersedia di tempat tersebut sangat rendah dengan kualitas yang kurang baik atau bahkan tidak tersedia.

Bali yang terkenal dengan island with thousands of temple, memang menjadikan pura

(temple) sebagai pusat aktivitas agama yang kaya budaya dan seni dan sering kali dijadikan sebagai atraksi wisata. Namun fasilitas sanitari di pura justru sering terabaikan baik ketersediaannya maupun kualitas kebersihannya. Pada saat perayaan di pura, umumnya tempat tersebut akan sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat umat Hindu dan sering kali jugadikunjungi oleh wisatawan yang tertarik untuk melihat ritual agama. Kebutuhan fasilitas toilet sewaktu acara tersebut biasanya terpenuhi oleh toilet-toilet yang disediakan oleh warga masyarakat setempat di tempat tinggalnya masing-masing. Kondisi toilet-toilet di rumah warga tersebut umumnya sangat sederhana dan dengan ruangan yang sempit. Biasanya untuk menggunakan toilet tersebut, pemilik toilet meminta biaya sebesar Rp. 1000,-. Penyewaan toilet oleh warga tidak hanya membantu pengunjung, tetapi juga merupakan sumber pemasukan yang lumayan terutama pada saat jumlah kunjungan tinggi di tempat tersebut. Untuk di beberapa pura yang telah dilengkapi dengan fasilitas toilet, permasalahan yang muncul adalah rendahnya tingkat kebersihan akibat pengelolaan yang kurang baik maupun buruknya prilaku pengguna toilet, khususnya pada saat acara perayaan di pura tersebut

Di lain pihak, tempat wisata alam seperti pantai dan danau di Bali sudah mendapatkan

perhatian dari pemerintah setempat dalam hal penyediaan toilet. Sebagai contoh di tempat tujuan wisata Pantai Sanur yang terletak disekitar lokasi Hotel Bali Beach telah disediakan toilet umum oleh pemerintah desa setempat. Toilet ini telah menyediakan toilet dengan jumlah 4 closet dan 1 shower untuk toilet wanita, sedangkan tersedia 1 closet, 1 shower dan 3 urinal untuk toilet pria. Jumlah yang cukup untuk sebuah tempat kunjungan wisata. Sistem pengelolaannya mengandalkan tarif pemakaian toilet untuk biaya pengelolaan dan pemeliharaan kebersihan. Dengan sistem ini, desa adat setempat memperoleh pemasukan bersih yang lumayan dari penyediaan fasilitas toilet. Hanya saja lokasi toilet ini cukup jauh dari pantai (>200 m) sehingga pengunjung yang berada di pantai dan ingin menggunakan fasilitas toilet ataupun ingin membersihkan diri sehabis beraktivitas di laut, menjadi kesulitan menjangkau fasilitas tersebut.