Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover...
Transcript of Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover...
Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG
KABUPATEN NIAS (PULAU-PULAU HINAKO)
TAHUN 2008
Koordinator penelitian : ANNA MANUPUTTY
Disusun oleh : HENDRIK A.W. CAPPENBERG
DJUWARIAH JOHAN PICASOUW
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
A. PENDAHULUAN
Kabupaten Nias secara geografis terletak di Samudera Hindia, sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan karakteristik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia. Topografi perairannya agak landai sekitar 25-50 m dari pantai, lalu curam baik di sisi yang menghadap Samudera Hindia maupun pada sisi yang menghadap daratan Sumatera.
Dalam program COREMAP yang sudah berjalan sampai Fase II saat ini, telah dilakukan kegiatan studi baseline ekologi (ecological baseline study) di perairan Pulau Nias, pada bulan Mei tahun 2007. Hasil pengamatan telah disajikan dalam laporan Baseline Ekologi Nias (Pulau-pulau Hinako) pada tahun yang sama. Kegiatan baseline tersebut difokuskan pada studi ekologi karang, ikan karang dan biota megabentos di perairan Pulau Nias, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara, yang meliputi Pulau Asu, P. Imanah, P. Hinako dan P. Basawa.
Kegiatan kali ini adalah melakukan pemanatuan kembali kesehatan terumbu karang di lokasi transek permanen yang telah dibuat pada waktu studi baseline. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode “Line Intercept Transect (LIT) untuk pengamatan karang dan biota bentik lainnya; metoda “Reef check” untuk pengamatan megabentos dan “Underwater Fish Visual Census” (UVC) untuk pengamatan ikan karang. Tujuan pengamatan ialah melihat apakah ada penambahan atau penurunan persentase tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang maupun kelimpahan megabentos pada masing-masing lokasi transek permanen.
B. HASIL Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan
analisa data. Hasil dan pembahasannya adalah sebagai berikut:
• Dari hasil transek permanen dengan menggunakan metoda LIT berhasil ditemukan sebanyak 59 jenis karang batu yang masuk dalam 11 suku.
ii
• Hasil pengamatan terumbu karang yang dilakukan di 5 stasiun transek permanen dicatat persentase tutupan karang hidup antara 7,47% - 38,70%, dengan tutupan tertinggi terdapat di stasiun NIAL50, yaitu 38,70% dan terendah di stasiun NIAL46 (7.47%). Nilai-nilai ini menunjukan bahwa tutupan karang hidup berada pada kondisi “jelek” hingga “sedang”.
• Kelimpahan megabentos di setiap stasiun didominasi oleh Diadema setosum (bulu babi). Dengan kelimpahan tertinggi terdapat di st. NIAL45, yaitu sebanyak 64 individu/transek. Untuk kelompok Fungia spp., dan Drupella sp., dicatat memiliki kelimpahan individu yang sangat rendah, yaitu kurang dari 15 individu/transek.
• Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan di 5 Stasiun transek permanen ditemukan sebanyak 153 jenis ikan karang yang termasuk dalam 26 suku, dengan kelimpahan ikan karang sebesar 1388 individu. Jenis Chrysiptera cyanea merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi yaitu sebesar 95 individu.
• Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti Acanthurus nigricans (suku Acanthuridae) yaitu 51 individu, dan diikuti olah Scarus ghoban (suku Scaridae) yaitu 29 individu. Selama penelitian berlangsung di stasiun transek permanen, ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) tidak dijumpai.
C. SARAN Dari hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian di
lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
• Hasil yang diperoleh dalam pengamatan ini mungkin tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi perairan di pantai barat Pulau Nias secara keseluruhan, mengingat pengamatan ini hanya difokuskan pada beberapa stasiun transek permanen pada beberapa pulau yang berada diperairan pantai Kecamatan Sirombu (Pulau-pulau Hinako), Kabupaten Nias. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada pengamatan berikutnya perlu diperhatikan jumlah stasiun serta waktu pengamatan.
iii
• Walaupun secara umum kualitas perairan di lokasi penelitian dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya, tapi keadaan seperti ini perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih ditingkatkan lagi. Pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya hayati tetap terjaga dan lestari.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk obyek penelitian ilmiah.
Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini beberapa penelitian telah dilakukan, dengan penyandang dana dari ”Asian Development Bank” (ADB). Salah satu di antaranya penelitian ekologi terumbu karang untuk mendapatkan data dasar (baseline) di lokasi-lokasi COREMAP yang kemudian dilanjutkan dengan pemantauan (monitoring). Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah membaik atau tidak. Hasil monitoring dapat dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi keberhasilan program COREMAP.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2008
Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Prof.Dr.Ir.Ono Kurnaen Sumadhiharga, M.Sc.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………. i A. PENDAHULUAN ……………………………………... i B. HASIL ……………………………………………......... i C. SARAN ……………………………………………....... ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………... iv DAFTAR ISI ………………………………………………………. v DAFTAR TABEL ……………………………………………......... vii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..... viii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. ix BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………... 1 I.1. LATAR BELAKANG ……………………….... 1 I.2. TUJUAN PENELITIAN ……………………… 2 I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN ………….. 2 BAB II. METODE PENELITIAN ……………………………… 3 II.1. LOKASI PENELITIAN ………………………. 3 II.2. WAKTU PENELITIAN ………………………. 3 II.3. PELAKSANAAN PENELITIAN …………….. 3 II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN
ANALISA DATA ...........................................
4 II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) . 4 II.4.2. Karang .......................................... 4 II.4.3. Megabentos .................................. 4 II.4.4. Ikan Karang .................................. 5 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................... 7 III.1. KARANG ...................................................... 7 III.1.1. Hasil pengamatan karang ............. 8 III.1.2. Hasil analisa karang ..................... 12 III.2. MEGABENTOS ........................................... 14 III.2.1. Hasil pengamatan karang ............. 14 III.2.2. Hasil analisa karang ..................... 16 III.3. IKAN KARANG ............................................ 18 III.3.1. Hasil pengamatan karang ............. 19
vi
III.3.2. Hasil analisa karang ..................... 22 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................... 25 IV.1. KESIMPULAN .............................................. 25 IV.2. SARAN ........................................................ 26 UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 27 LAMPIRAN .............................................................................. 28
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan.
Tanda *) berarti Ho ditolak.....................................
13
Tabel 2. Kelimpahan biota megabentos hasil monitoring dengan metode “Reef Check” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.....................
15
Tabel 3. Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan....................................
17
Tabel 4. Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/transek megabentos (data ditransfor-masikan ke dalam bentuk y’=√(y+0.5)....................
18
Tabel 5. Tiga belas jenis ikan karang yang mempunyai kelimpahan yang tinggi, hasil monitoring, dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008............................................
20
Tabel 6. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku, hasil monitoring, dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008........................................................................
21
Tabel 7. Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 5 stasiun tersebut yang diamati pada 2007 dan 2008..................................
22
Tabel 8. Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan karang [data ditransformasikan ke dalam bentuk y’= ln (y+1)].............................................................
23
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau-pulau
Hinako, Kabupaten Nias, Sumatera Utara..........
3
Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2007............................
8
Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil studi baseline dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.........................................
8 Gambar 4. Peta persentase tutupan karang kategori biota
dan substrat hasil monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008...........................................................
10
Gambar 5. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.......
12
Gambar 6. Plot interval nilai rerata biota dan substrat berdasarkan nilai kesalahan bakunya................
12
Gambar 7. Peta kelimpahan biota megabentos hasil
monitoring dengan metode “Reef Check” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.....................................................................
16
Gambar 8. Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008............................
19
Gambar 9. Plot efek faktor waktu dan faktor kelompok ikan terhadap kelimpahan ikan karang (individu/ transek). Data ditransformasi y’= √(y+0,5).........
24
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi transek permanen di perairan Pulau-
pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Povinsi Sumatera Utara.
28 Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di
stasiun transek permanen di perairan Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, 2008
29 Lampiran 3. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di
stasiun transek permanen di perairan Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, 2008
32
1
BAB I. PENDAHULUAN
Kabupaten Nias secara geografis terletak di Samudera Hindia, yang secara administratif masuk ke dalam propinsi Sumatera Utara. Dengan banyaknya pulau besar dan kecil, memungkinkan tingginya keragaman sumberdaya hayati di perairan ini.
Dalam program COREMAP, yang sudah berjalan sampai ke Fase II saat ini, telah dilakukan kegiatan studi baseline di perairan bagian barat Pulau Nias, pada tahun 2007, dan hasil pengamatan telah disajikan dalam Laporan Baseline Ekologi Nias pada tahun yang sama. Kegiatan baseline tersebut difokuskan pada studi ekologi karang, ikan karang dan biota megabentos yang berada di perairan di bagian barat Pulau Nias (Pulau-pulau Hinako), Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan kali ini ialah pemantauan kesehatan terumbu karang di lokasi baseline, tepatnya di lokasi transek permanen yang dibuat pada waktu studi baseline. I.1. LATAR BELAKANG
Pengamatan ekologi terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP adalah salah satu kegiatan yang merupakan tugas utama CRITC COREMAP-LIPI. Kegiatan ini telah dilakukan sejak program Fase I. Setelah dilakukan evaluasi oleh pihak penyandang dana yaitu “Asian Development Bank” (ADB), maka disepakati adanya lokasi-lokasi tambahan, seiring dengan pemekaran wilayah oleh pemerintah daerah setempat.
Salah satu lokasi baru pada kegiatan COREMAP Fase II, adalah Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, yang secara administratif masuk ke dalam Propinsi Sumatera Utara. Kegiatan studi baseline pada daerah ini telah dilakukan pada bulan Mei tahun 2007, dan hasil pengamatan disajikan dalam laporan Baseline Ekologi Nias (Pulau-pulau Hinako) pada tahun yang sama.
Dengan berjalannya waktu, tidak menutup kemungkinan telah terjadi perubahan di perairan Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias dan daerah sekitarnya. Hasil pengamatan baseline perlu dibandingkan dengan pemantauan tahun berikutnya. untuk memperoleh data terbaru, maka dilakukan pemantauan di lokasi transek permanen, dan kegiatan ini telah dilakukan pada tahun 2008.
2
I.2. TUJUAN PENELITIAN Pengamatan ini bertujuan untuk melihat apakah ada
peningkatan atau penurunan persentase tutupan karang hidup, kelimpahan megabentos maupun ikan karang pada lokasi transek permanen, di perairan Pulau Nias (Pulau-pulau Hinako), Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias.
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Pengamatan ekologi terumbu karang untuk pengambilan data dasar di lokasi tambahan di perairan bagian barat Pulau Nias (Kepulauan Hinako), Kecamatan Sirombu, telah dilakukan pada tahun 2007. Untuk monitoring kesehatan terumbu karang kali ini, juga melibatkan disiplin ilmu yang sama dengan pada waktu kegiatan baseline, yaitu ekologi karang dan ikan karang, dan dibantu oleh bidang SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk penyedian peta dasar dan peta tematik. Data hasil pengamatan disajikan dalam tabel, grafik maupun peta tematik.
Bebarapa tahapan yang dilakukan pada waktu penelitian, guna kelancaran kegiatan ini meliputi :
• Tahapan persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat. Pengadaan dan mobilisasi peralatan penelitia serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.
• Tahapan pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan, meliputi data tentang terumbu karang, ikan karang dan beberapa megabentos yang memiliki nilai ekonomis penting serta menjadi indikator kesehatan terumbu karang.
• Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif.
• Tahap pelaporan, yang meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir.
3
BAB II. METODE PENELITIAN II.1. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di perairan bagian barat Pulau Nias (Pulau-pulau Hinako), Kecamatan Sirombu. Lokasi ini termasuk dalam Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1) dan Lampiran 1.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau-pulau Hinako,
Kabupaten Nias, Sumatera Utara. II.2. WAKTU PENELITIAN
Kegiatan lapangan di lokasi tersebut penelitian dilakukan pada bulan September 2008.
II.3. PELAKSANA PENELITIAN Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf CRITC
(Coral Reef Information and Training Centre) Jakarta dibantu oleh para peneliti dan teknisi Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, beberapa staf dari daerah setempat yang berasal dari CRITC daerah.
4
II.4. METODE PRNARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA Penelitian monitoring kesehatan terumbu karang ini
melibatkan beberapa kelompok penelitian yaitu : SIG, karang, ikan karang dan megabentos. Persiapan peta dan metode penarikan sampel dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing kelompok penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
II.4.1. Sistem Informasi Geografis
Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan sampel, pertama-tama disiapkan peta lokasi studi baseline yang menampilkan posisi transek permanen. Juga tabel posisi transek permanen untuk pencocokan posisi dilapangan nanti (Lampiran 1). Hasil pengamatan akan ditampilkan dalam bentuk peta tematik sehingga lebih informatif.
II.4.2. Karang
Pengamatan di stasiun penelitian yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 3 - 5 meter, data dicatat dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997), dengan beberapa modifikasi. Teknik pelaksanaan sama dengan beberapa modifikasi. Teknik pelaksanaan sama dengan pada waktu kegiatan baseline. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebqanyak 3 kali. Untuk memudahkan pekerjaan di bawah air, seorang penyelam meletakkna pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di bawah meter tersebut dicatat dengan ketelitian dengan centimeter.
Dari data hasil LIT tersebut, kemudian dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain itu, beberapa analisa lanjutan dilakukan dengan bantuan program statistik seperti analisa Multi Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke, 2001).
II.4.3. Megabentos
Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan dapat dijadikan indikator dari kesehatan terumbu karang,
5
dilakukan pengamatan kelimpahan megabentos dengan metode ”Reef Check Benthos” (RCB) pada setiap stasiun transek permanen dimana posisi stasiunnya sama dengan stasiun untuk terumbu karang dengan metode LIT. Dengan dilakukannya pengamatan megabentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan di waktu-waktu mendatang bisa dilakukan pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya. Teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah ditentukan, tersebut diletakkan pita berukuran (roll meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua biota megabentos yang berada 1 m sebelah kiri dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap stasiunnya sebesar (2m x 70m) = 140 m2. Adapun biota megabentos yang dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdiri dari :
• Lobster (udang karang) • ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang
hidup di sela cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Serriatopora spp.)
• Acanthaster planci (bintang bulu seribu) • Diadema setosum (bulu babi hitam) • “Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) • “Large Holothurian” (teripang ukuran besar) • “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil) • “Large Giant Clam” (kima ukuran besar) • “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil) • Trochus niloticus (lola) • Drupella sp. ( sejenis Gastropoda / keong yang
hidup di atas atau di sela-sela karang terutama karang bercabang)
• “Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.)
II.4.3. Ikan Karang Pengamatan ikan karang pada setiap titik transek
permanen, digunakan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), di mana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.
6
Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske & Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall & Heemstra (1991) dan Heemstra & Randall (1993). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu : kelompok ikan target, kelompok ikan indikator dan kelompok ikan major. Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu :
• Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh suku Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);
• Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh suku Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);
• Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh sukui Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
7
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan pada setiap lokasi akan diuraikan berdasarkan metode yang dilakukan pada masing-masing substansi yang diteliti, dan ditampilkan dalam bentuk grafik, peta tematik maupun dalam bentuk tabel dan lampiran. III.1. KARANG
Pengamatan terumbu karang terdiri dari karang Acropora, non-Acropora, kategori bentik lainnya serta kategori abiotik. Hasil pengamatan pada masing-masing stasiun ditemukan karang hidup sebanyak 11 suku dengan 59 jenis, cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan tahun 2007, yang hanya terdiri dari 44 jenis mewakili 9 suku. Sebaran jenis karang hasil monitoring pada masing-masing stasiun ditampilkan pada Lampiran 2.
III.1.1. Hasil pengamatan karang
Persentase tutupan karang hidup yang dicatat pada setiap lokasi transek permanen berkisar antara 7,47% - 38,70%, dengan tutupan tertinggi terdapat di stasiun NIAL50, yaitu 38,70% dan terendah di stasiun NIAL46 (7.47%). Nilai-nilai ini menunjukan bahwa tutupan karang hidup berada pada kondisi “jelek” hingga “sedang”.
Umumnya karang yang dicatat dalam pengamatan ini, didominasi oleh karang jenis non-Acropora. Pertumbuhan karang batu di 5 lokasi transek permanen didominasi oleh Acropora sp., Pocillopora verrucosa, Pocillopora sp. dan Montipora sp. Hasil pengamatan karang, biota bentik lainnya serta kondisi substrat hasil monitoring pada masing-masing stasiun permanen tahun 2007 dan 2008 disajikan dalam bentuk histogram dalam Gambar 2 dan 3.
8
Nias 2007
0%
20%
40%
60%
80%
100%
NIAL 39 NIAL 42 NIAL 45 NIAL 46 NIAL 50
S t a s i u n
SpongeSoft coralSiltSandRubbleRockOthers FaunaFleshy seaweedDCADCNon AcroporaAcropora
Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori biota dan
substrat hasil LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2007.
Nias 2008
0%
20%
40%
60%
80%
100%
NIAL 39 NIAL 42 NIAL 45 NIAL 46 NIAL 50
S t a s i u n
SpongeSoft CoralSiltSandRubbleRockOther FaunaFleshy SeaweedDCADC Non-Acropora Acropora
Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan
substrat hasil studi baseline dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
Dari kedua gambar tersebut diatas, terlihat bahwa pada pengamatan tahun 2008 ada peningkatan persentase tutupan karang hidup pada stasiun NIAL42, NIAL45 dan NIAL50 sedangkan pada stasiun NIAL39 dan NIAL46 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (2007). Tingginya nilai persentase tutupan karang hidup (LC) pada masing-masing stasiun tersebut, dipengaruhi oleh meningkatnya persentase tutupan karang dari kelompok non-Acropora secara bersamaan. Sebaliknya karang dari kelompok Acropora cenderung menurun.
9
Dibandingkan pengamatan tahun 2007 (t0), persentase tutupan DCA pada tahun 2008 (t1), cenderung meningkat, dimana stasiun NIAL39 dan NIAL46 memiliki peningkatan nilai persentase tutupan yang sangat signifikan. Sebaliknya stasiun NIAL50 mengalami penurunan nilai persentase tutupan. Hasil pengamatan pada masing-masing lokasi diuraikan selanjutnya.
St. NIAL 39 (Pulau Asu)
Pulau Asu terletak pada sisi barat laut Pulau Hinako. Pantai berpasir putih dengan vegetasi pohon kelapa. Pada pulau ini terdapat bungalow atau resort untuk tempat wisata yang dikelola oleh swasta. Pengamatan karang dilakukan di sebelah timur laut Pulau Asu. Panjang rataan terumbu sekitar 50 m kearah laut yang berupa pasir putih dan pecahan karang. Lereng terumbu mempunyai kemiringan sekitar 20°. Pertumbuhan karang hanya sampai kedalaman 7 meter dan setelah itu didominasi oleh hamparan pasir. Karang tumbuh secara bergerombol pada substrat keras, dan didominasi oleh jenis Acropora sp. dan Pocillopora sp.. Karang mati (Dead Coral Algae) dengan persentase tutupan 49,17% pada pengamatan tahun 2007 (t0), meningkat menjadi 63,83% pada pengamatana tahun 2008 (t1). Dari hasil LIT (Line Intercept Transect) diperoleh persentase tutupan karang hidup relatif rendah yaitu 10,03%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan pengamatan tahun 2007 (t0) sebesar 18,03%. Kondisi karang hidup seperti ini dikategorikan ”jelek”.
St. NIAL42 (Pulau Imanah)
Pengamatan dilakukan disisi bagian selatan pulau, vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Pantai berbatu, terlihat bekas pengangkatan yang mencapai 1,5 m dari permukaan air. Bongkahan-bongkahan karang yang terangkat tersebut sudah mulai ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Pengamatan karang dilakukan sekitar 50 m ke arah laut. Substrat atau dasar perairan terdiri dari karang mati yang ditumbuhi alga, pasir dan pecahan karang (rubble). Pertumbuhan karang bercabang (branching) didominasi oleh Acropora sp, dan untuk pertumbuhan seperti jari (sub massive) didominasi oleh Pocillopora verrucosa. Pada lokasi ini juga dijumpai Heliopora coerulea atau karang biru. Pertumbuhan karang masih dijumpai hingga kedalaman 12 meter, setelah itu substrat perairan didominasi oleh pasir. Kategori bentik
10
lainnya didominasi oleh ”Dead Coral With Algae” (DCA) yaitu 65,30%. Dari hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 24,03 %. Kondisi karang hidup seperti ini dikategorikan ”jelek”. Persentase tutupan kategori biota dan substrat ditampilkan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Peta persentase tutupan karang kategori biota
dan substrat hasil monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
St. NIAL 45 (Pulau Hinako)
Pengamatan kondisi karang dilakukan di sebelah timur Pulau Hinako. Pantai berbatu yang terdiri dari bongkahan-bongkahan karang akibat dari pengangkatan tsunami. Vegetasi pantai juga didominasi oleh pohon kelapa. Pengamatan dilakukan sekitar 50 m kearah laut. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 5 meter dengan lereng terumbu landai yaitu sekitar 25o. Dasar perairan terdiri dari karang mati, pasir dan rubble. Bentuk pertumbuhan seperti bongkahan didominasi dari jenis Porites lutea, dan bentuk pertumbuhan bercabang didominasi oleh Acropora sp. Pada bagian karang yang mati ditumbuhi oleh spong yang persentasenya mencapai 5,60%. Dari hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 26,77%. Kondisi karang hidup seperti ini dapat dikategorikan ”sedang”.
11
St. NIAL46 (Pulau Hinako) Pantai terdiri dari bongkahan karang mati akibat dari
pengangkatan. Vegetasi pantai didominasi oleh pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Pengamatan dilakukan sekitar 75 m kearah laut. Kondisi karang pada lokasi ini jauh berbeda dengan lokasi NIAL45, begitu juga dengan tipe substrat dasar perairannya. Pada lokasi banyak ditemukan karang mati yang ditutupi alge (DCA), dengan persentase tutupan sebesar 63.07%. Heliopora coerulea juga terlihat mendominasi daerah ini. Dari hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup yang sangat rendah yaitu 7,47 %. Nilai ini tidak berbeda jauh dengan yang didapatkan pada pengamatan tahun 2007 (t0) yaitu 8,17%. Lokasi ini memiliki nilai persentase tutupan karang hidup yang terendah dibandingkan empat stasiun lainnya. Pertumbuhan karang di lokasi ini dikategorikan ’jelek’.
St. NIAL50 (Pulau Bawa Sawa)
Pengamatan dilakukan pada sisi bagian barat Pulau Bawa Sawa. Vegetasi pohon kelapa mendominasi daerah pantai lokasi ini. Pengamatan dilakukan sekitar 40 m kearah laut. Karang tumbuh secara bergerombol pada substrat keras dengan keragaman yang cukup tinggi. Karang yang mendominasi daerah ini adalah dari jenis Acropora sp, Pocillopora verrucosa dan Millepora platyphylla. Sedangkan pertumbuhan seperti bongkahan (bolder) didominasi oleh jenis Porites lobata. Kategori bentik lainnya didominasi oleh Dead Coral Alga (DCA) dengan persentase tutupan mencapai 43,43%. Dari hasil LIT dicatat persentase tutupan karang hidup sebesar 38,70%. Pada stasiun ini persentase tutupan karang Non-Acropora dicatat sebesar 34,73% jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok karang Acropora yang hanya sebesar 3,97%. Nilai persentase tutupan karang hidup yang dicatat pada stasiun ini adalah yang tertinggi dibandingkan 4 stasiun lainnya. Kondisi karang di stasiun ini dikategorikan “sedang”. Persentase tutupan karang hidup pada setiap stasiun pengamatan ditampilkan pada Gambar 5.
12
Gambar 5. Peta persentase tutupan karang hidup hasil
monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
III.1.2. Hasil Analisa Karang
Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Nias (Kepulauan Hinako) pada tahun 2008 ini (t1), berhasil dilakukan pengambilan data pada 5 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian tahun 2007 (t0).
Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 6.
WAKTURKSISROBFSSPSCDCADCNAACLCt1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0
70
60
50
40
30
20
10
0
Pers
enta
se t
utup
an (
%)
NIAS (Kepulauan Hinako)Plot interval untuk nilai rerata biota dan substrat beserta nilai kesalahan bakunya
Gambar 6. Plot interval nilai rerata biota dan substrat
berdasarkan nilai kesalahan bakunya.
13
Sedangkan hasil uji t-berpasangan yang dilakukan terhadap data biota dan substrat setelah dilakukan transformasi arcsin akar pangkat dua dari data (y’=arcsin√y) diperoleh nilai p, atau nilai kritis untuk menolak Ho. Jadi dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak bila nilai p <0,05, yang artinya bahwa persentase tutupan untuk kategori tersebut berdasarkan pemantauan tahun 2007 (t0) berbeda nyata dengan persentase tutupan berdasarkan pemantauan 2008 (t1).
Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan.
Tanda *) berarti Ho ditolak.
Kategori Nilai p
Karang hidup 0,857
Acropora 0,439
Non Acropora 0,886
Karang mati Tidak diuji
Karang mati dgn alga 0,887
Karang lunak 0,641
Sponge 0,404
Fleshy seaweed 0,353
Biota lain 0,861
Pecahan karang 0,009 *)
Pasir 0,215
Lumpur Tidak diuji
Batuan Tidak diuji
Untuk kategori Karang mati (DC), Lumpur (SI) dan Batuan (RK) tidak dilakukan uji statistic karena ketiga kategori tersebut tidak dijumpai selama pengamatan. Dari Tabel 1, terlihat bahwa perbedaan persentase tutupan dari tahun 2007 ke 2008 terjadi hanya untuk kategori Pecahan karang (R). Sedangkan untuk kategori lainnya tidak berbeda secara nyata. Dari tahun 2007 ke 2008, terjadi penurunan persentase tutupan yang signifikan untuk kategori R, dimana pada tahun 2007 rerata persentase
14
tutupannya sebesar 22,77% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 8,48%.
Untuk karang hidup (LC), terlihat kecenderungan peningkatan penutupan meskipun tidak berbeda secara signifikan. Persentase tutupan LC pada tahun 2007 sebesar 12,61% sedangkan pada tahun 2008 hanya sebesar 21,40%.
III.2. Megabentos Dari hasil pencatatan megabentos dengan metode ”Reef
check” diperoleh sebanyak 7 kelompok biota, yang terdiri dari Fungia spp. (CMR); Diadema setosum, Drupella sp., “Large Giant Clam”, “Small Giant Clam”, “Large Holoturian” dan Trochus sp. Beberapa kelompok biota megabentos mungkin tidak dijumpai pada saat pengamatan berlangsung karena luas pengamatan yang dibatasi (luasan bidang pengamatan = 140 m2/transek), sehingga tidak menutup kemungkinan akan dijumpai pada lokasi di luar transek. III.2.1. Hasil pengamatan megabentos
Megabentos yang ditemukan pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan pesisir pantai Pulau Nias, berkisar antara 1-5 jenis (kelompok), dari total 7 kelompok biota dengan jumlah sebanyak 158 individu/transek. Jumlah jenis ini sama dengan yang ditemukan pada pengamatan tahun 2007, yaitu sebanyak 7 kelompok biota. Kondisi ini menggambarkan bahwa jumlah biota megabentos pada daerah pengamatan hanya tersusun dari jenis-jenis tersebut.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, keragaman tertinggi megabentos ditemukan di St. NIAL 39 dan NIAL45, masing-masing sebanyak 5 kelompok biota, diikuti St. NIAL42 (3 kelompok), dan terendah di St. NIAL50 (1 kelompok).
Kelimpahan megabentos pada setiap stasiun didominasi oleh Diadema setosum (bulu babi). Dengan kelimpahan tertinggi terdapat di St. NIAL45, yaitu sebanyak 64 individu/transek. Untuk kelompok Fungia spp., dan Drupella sp., dicatat memiliki kelimpahan individu yang sangat rendah, yaitu < dari 15 individu/transek. Hal ini juga terjadi pada kelompok ekonomis penting seperti “Large Giant Clam”, “Small Giant Clam”, “Large Holothurian” dan
15
Trochus sp. Sedangkan Acanthaster planci, “Small Holoturian”, “Lobster” dan “Pencil Sea urchin” tidak ditemukan pada pengamatan kali ini. Rendahnya kelimpahan biota ekonomis penting yang dicatat dalam pengamatan ini, terutama yang berukuran besar, lebih disebabkan oleh eksploitasi berlebihan dari penduduk setempat ataupun nelayan dari luar wilayah tersebut. Kelimpahan jenis biota megabentos pada masing-masing stasiun disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 7.
Tabel 2. Kelimpahan biota megabentos hasil monitoring dengan metode “Reef Check” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
Megabentos NIAL39 NIAL42 NIAL45 NIAL46 NIAL50
Acanthaster planci 0 0 0 0 0 Banded coral shrimp 0 0 0 0 0 CMR 1 5 2 4 0 Diadema setosum 55 0 64 0 0 Drupella sp. 0 6 0 0 3 Large Giant Clam 1 1 3 0 0 Small Giant Clam 3 0 5 0 0 Large Holoturian 0 0 1 2 0 Small Holoturian 0 0 0 0 0 Lobster 0 0 0 0 0 Pencil sea Urchin 0 0 0 0 0 Trochus sp. 2 0 0 0 0
16
Gambar 7. Peta kelimpahan biota megabentos hasil monitoring
dengan metode “Reef Check” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
III.2.2. Hasil Analisa Megabentos
Pada penelitian yang dilakukan di Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias pada tahun 2008 ini (t1), berhasil dilakukan pengambilan data pada 5 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian tahun 2007 (t0).
Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan disajikan pada Tabel 3.
17
Tabel 3. Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan.
Kelompok Jumlah Individu/transek
2007 2008 Acanthaster planci 0,00 0,00 CMR 5,00 2,40 Diadema setosum 0,20 23,80 Drupella 0,00 1,80 Large Giant clam 1,20 1,00 Small Giant clam 0,20 1,60 Large Holothurian 0,00 0,60 Small Holothurian 0,40 0,00 Lobster 0,00 0,00 Pencil sea urchin 7,20 0,00 Trochus sp. 1,20 0,40
Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori
megabentos tidak berbeda nyata untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2007 dan 2008), maka dilakukan uji t-berpasangan. Berdasarkan data yang ada, uji tidak dilakukan terhadap kategori megabentos Acanthaster planci dan Lobster karena kategori tersebut tidak dijumpai selama pengamatan pada tahun 2007 dan 2008. Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asusmsi-asumsi yang diperlukan dalam penggunaan uji t-berpasangan ini, data ditransformasikan terlebih dahulu menggunakan transformasi akar pangkat dua, sehingga datanya menjadi y’=√(y+0.5). Nilai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuji disajikan pada Tabel 4. Bila nilai p tersebut lebih kecil dari 5% (=0,05), maka berarti Ho ditolak, yang berarti bahwa jumlah individu/transek kategori megabentos tersebut berbeda anatara pengamatan tahun 2007 (t1) dan tahun 2008 (t1).
18
Tabel 4. Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/transek megabentos (data ditransformasikan ke dalam bentuk y’=√(y+0.5).
Kategori Nilai p
Acanthaster planci Tidak diuji
CMR 0,618
Diadema setosum 0,178
Drupella 0,192
Large Giant clam 0,460
Small Giant clam 0,227
Large Holothurian 0,196
Small Holothurian 0,178
Lobster Tidak diuji
Pencil sea urchin 0,220
Trochus sp. 0,567
Dari Tabel 4 tersebut terlihat bahwa tak ada perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk megabentos yang diamati pada tahun 2007 dan 2008. Meskipun secara rata-rata terlihat kecenderungan peningkatan kelimpahan untuk Diadema setosum dari tahun 2007 ke 2008, tetapi peningkatan tersebut tidak terjadi di seluruh stasiun yang diamati. Peningkatan Diadema setosum hanya dijumpai pada St. NIAL39 dan NIAL45.
III.3. IKAN KARANG
Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode “Underwater Fish Visual Census” (UVC) di masing-masing stasiun transek permanen, dicatat sebanyak 153 jenis ikan karang yang termasuk dalam 26 suku. Jumlah jenis dan suku yang dicatat dalam pengamatan ini lebih tinggi dari pengamatan tahun 2007, yang dicatat sebanyak 96 jenis dan 24 suku. Sebaran jenis ikan karang pada masing-masing stasiun ditampilkan pada Lampiran 3.
19
III.3.1. Hasil pengamatan ikan karang
Pengamatan ikan karang yang dilakukan di 5 stasiun transek permanen, St. NIAL46 memiliki jumlah jenis yang terbanyak, yaitu sebanyak 66 jenis, dan diikuti St. NIAL42 (63 jenis). Sedangkan jenis yang terendah dicatat pada St. NIAL39 (40 jenis). Kelimpahan individu ikan karang yang dicatat dalam pengamatan ini adalah sebanyak 1388 individu, terdiri dari kelompok ikan major sebanyak 758 individu, ikan target 554 individu dan ikan indikator 76 individu. Ketiga kelompok tersebut memiliki nilai perbandingan sebesar 10 : 7 : 1. Artinya dari 18 individu ikan karang yang dicatat, peluang untuk mendapatkan kelompok ikan major adalah sebanyak 10 individu, 7 individu ikan target dan 1 individu ikan indikator. Persentase kelompok ikan major, ikan target dan ikan indikator pada masing-masing lokasi transek permanen ditampilkan dalam Gambar 8.
Gambar 8. Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
Dari jenis ikan yang dicatat, jenis Chrysiptera cyanea merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 95 individu, diikuti oleh Chromis iomelas (65
20
individu) dan Dascyllus trimaculatus (58 individu). Ketiga jenis ikan tersebut masuk dalam suku Pomacentridae merupakan kelompok ikan major, yang bukan merupakan ikan konsumsi. Acanthurus nigricans yang merupakan ikan target yang biasa dijadikan ikan konsumsi, berada pada urutan kelima dengan kelimpahan 51 individu. Sedangkan Scarus ghoban dan Ctenochaetus striatus (ikan target), dicatat sebanyak 29 individu dan 28 individu. Kedua jenis ini hanya berada pada urutan sembilan dan sepuluh. Untuk ikan indikator, yaitu jenis-jenis ikan yang digunakan sebagai indikator kesehatah karang, hanya diwakili oleh Chaetodon vagabundus, jenis ini dicatat sebanyak 26 individu. Tiga belas besar jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi ditampilkan dalam Tabel 5, sedangkan kelimpahan jenis pada masing-masing suku ditampilkan dalam Tabel 6.
Tabel 5. Tiga belas jenis ikan karang yang mempunyai kelimpahan
yang tinggi, hasil monitoring, dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
No. Jenis Jmlh indv./
transek Kategori
1 Chrysiptera cyanea 95 Major 2 Chromis iomelas 55 Major 3 Dascyllus trimaculatus 58 Major 4 Odonus niger 53 Major 5 Acanthurus nigricans 51 Target 6 Dascyllus aruanus 45 Major 7 Chromis ternatensis 36 Major 8 Pomacentrus bankanensis 33 Major 9 Scarus ghoban 29 Target
10 Ctenochaetus striatus 28 Target 11 Dascyllus reticulatus 28 Major 12 Chaetodon vagabundus 26 Indikator 13 Acanthurus leucosternon 22 Target
21
Tabel 6. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku, hasil monitoring, dengan metode “UVC” di perairan Pulau-pulau Hinako, Kabupaten Nias, 2008.
No. Suku Jmlh.indv. /transek
Rata-rata /transek
1 Pomacentridae 431 89 2 Acanthuridae 211 42 3 Labridae 134 27 4 Scaridae 98 20 5 Balistidae 81 16 6 Chaetodontidae 76 15 7 Pomacanthidae 55 11 8 Siganidae 40 8 9 Mullidae 36 7
10 Scolopsidae 36 7 11 Caesionidae 35 7 12 Lutjanidae 33 7 13 Serranidae 33 7 14 Zanclidae 19 4 15 Carangidae 12 2 16 Holocentridae 11 2 17 Monacanthidae 7 1 18 Nemipteridae 6 1 19 Cirrhitidae 5 1 20 Ostraciidae 4 1 21 Pomadasydae 4 1 22 Tetraodontidae 3 1 23 Gobiidae 2 0 24 Lethrinidae 2 0 25 Microdesmidae 2 0 26 Pinguipedidae 2 0
22
III.3.2. Hasil Analisa Ikan Karang Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Nias
(Kepulauan Hinako) pada tahun 2008 (t1) ini, berhasil dilakukan pengambilan data pada 5 stasiun penelitian yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian tahun 2007 (t0).
Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 5 stasiun tersebut yang diamati pada 2007 dan 2008 seperti Tabel 7 dibawah:
Tabel 7. Rerata jumlah individu ikan per transeknya
berdasarkan data ke 5 stasiun tersebut yang diamati pada 2007 dan 2008.
Kategori Jumlah Individu
2007 2008 Ikan Major 262,00 149,60
Ikan Target 92,40 110,80
Ikan Indikator 7,00 15,20
Total 361,40 275,60
Selanjutnya dilakukan Analisa variansi (ANOVA= Analysis of Variance) dengan 2 faktor dimana Faktor pertama merupakan Waktu (yaitu tahun 2007 dan 2008) dan Faktor kedua merupakan kelompok ikan karang (yaitu kelompok Major, Target dan Indikator). Sebelum ANOVA dilakukan, data jumlah individu (y) terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk akar pangkat dua sehingga datanya menjadi y’=√(y+0,5). Hal ini dilakukan agar asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melakukan ANOVA terpenuhi. Tabel ANOVA terlihat seperti Tabel 8 di bawah ini:
23
Tabel 8. Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan karang [data ditransformasikan ke dalam bentuk y’= ln (y+1)].
Data : Ln ( jumlah individu ikan karang per transek +1)
Sumber DF SS MS F p
Waktu 1 3,32 3,32 0,78 0,385 Kelompok 2 606,27 303,13 71,34 0,000 *) Waktu*Kelompok 2 42,75 21,38 5,03 0,015 *) Sesatan 24 101,98 4,25 Total 29 754,32 Catatan : *) = Ho bahwa reratanya sama ditolak dengan tingkat
kesalahan 5 %
Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan kelimpahan ikan karang antar selang waktu pengamatan (Gambar 9).
Adanya perbedaan yang nyata terjadi antar kelompok ikan karang serta interaksi waktu dan kelompok (Tabel 8). Rerata jumlah individu ikan major merupakan yang tertinggi, diikuti oleh ikan target, kemudian ikan indikator (Gambar 9). Untuk ikan major, terjadi penurunan kelimpahan dari tahun 2007 ke 2008, sedangkan untuk ikan target dan indikator terjadi peningkatan kelimpahan dari tahun 2007 ke 2008 (Gambar 10).
24
t1t0
14
12
10
8
6
4
2IndikatorTargetMajor
W aktu
Jum
lah
indi
vidu
/tra
nsek
[tr
ansf
orm
asi y
'= (
y+1)
^0.
5]
Ke lom pok
Rerata kelim pahan ikan karang ( indiv idu/transek)
T ransform asi data y ’= (y+0,5)^0.5N IAS (Hinako)
Gambar 9. Plot efek faktor waktu dan faktor kelompok ikan terhadap kelimpahan ikan karang (individu/ transek). Data ditransformasi y’= √(y+0,5).
IndikatorTargetMajor
15
10
5
t1t0
15
10
5
Waktu
Kelompok
t0t1
Waktu
MajorTargetIndikator
Kelompok
Rerata kelimpahan ikan karang (individu/transek)
Transformasi data y’=(y+0,5)^0.5NIAS (Hinako)
Gambar 10. Rerata jumlah individu kelompok ikan karang terhadap waktu penelitian. Data ditransformasi y’= √(y+0,5)
25
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN IV.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
• Dari hasil transek permanen dengan menggunakan metoda LIT berhasil ditemukan sebanyak 59 jenis karang batu yang masuk dalam 11 suku. Persentase tutupan karang hidup yang dicatat berkisar antara 7,47% - 38,70%. Nilai-nilai ini menunjukan bahwa tutupan karang hidup berada pada kondisi “jelek” hingga “sedang”.
• Hasil analisa memperlihatkan bahwa perbedaan persentase tutupan dari tahun 2007 ke 2008 terjadi hanya untuk kategori pecahan karang (R), dimana pada tahun 2007 rerata persentase tutupannya sebesar 22,77% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 8,48%. Untuk karang hidup (LC), terlihat kecenderungan peningkatan penutupan meskipun tidak berbeda secara signifikan.
• Kelimpahan megabentos pada setiap stasiun didominasi oleh Diadema setosum (bulu babi). Dengan kelimpahan tertinggi terdapat di st. NIAL45, yaitu sebanyak 64 individu/transek. Untuk kelompok Fungia spp., dan Drupella sp., dicatat memiliki kelimpahan individu yang sangat rendah, yaitu kurang dari 15 individu/transek.
• Keanekaragaman ikan karang cukup tinggi yaitu tercatat sebanyak 153 jenis dan 26 suku, dengan total kelimpahan sebanyak 1388 individu. Chrysiptera cyanea (ikan major) merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu 95 individu. Kelimpahan ikan-ikan ekonomis (ikan target), hanya diwakili oleh Acanthurus nigricans, sebanyak 51 individu. Sedangkan kehadiran ikan-ikan indikator cenderung rendah.
• Hasil analisa menunjukan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan kelimpahan ikan karang antar selang waktu pengamatan, namun ada perbedaan yang nyata terjadi antar kelompok ikan karang serta interaksi waktu dan kelompok.
26
IV.2. SARAN
Dari hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
• Hasil yang diperoleh dalam pengamatan ini mungkin tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi perairan di pantai barat Pulau Nias secara keseluruhan, mengingat pengamatan ini hanya difokuskan pada beberapa stasiun transek permanen di beberapa pulau yang berada diperairan pantai Kecamatan Sirombu (Pulau-pulau Hinako), Kabupaten Nias. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada pengamatan berikutnya perlu diperhatikan jumlah stasiun serta waktu pengamatan.
• Walaupun secara umum kualitas perairan di lokasi penelitian dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya, tapi keadaan seperti ini perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih ditingkatkan lagi. Pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya hayati tetap terjaga dan lestari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada : tim survei (Agus Budiyanto, Hendrik A.W. Cappenberg, Rio Hariyanto, John Picasouw, Yahmantoro, Abdullah Salatalohi, Djuwariah, tim CRITIC Nias).
27
DAFTRA PUSTAKA English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for
Tropical Marine Resources. Second edition. Australia Institute of Marine Science. Townsville: 390 p.
Heemstra, P.C. and Randal, J. E. 1993. FAO Species Cataloque. Vol. 16 Grouper of the World (Family Serrenidae; Sub Family Epinephelidae).
Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Westren Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.
Lieske, E, & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p.
Matsuda, A.K.; Amoke, C. Uyeno, T. and Yoshjro, T. 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press.
Randall, J. E. and Heemstra, P. C. 1991. Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes; Serrinidae; Epinephe.idae). With Description of Five New Species.
Warwik, R. M. and K. P. Clark, 2001. Change in marine communities: an approach to statistical analysis and interpretation, 2nd edition. PRIMER_E:Plymouth.
28
LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi transek permanen di perairan Pulau-pulau
Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Povinsi Sumatera Utara.
STASIUN LONG LAT LOKASI NIAL-39 97.27794 0.912630 Hinako NIAL-42 97.32516 0.844755 Hinako NIAL-45 97.35497 0.874922 Hinako NIAL-46 97.34581 0.862712 Hinako NIAL-50 97.33181 0.832545 Hinako
29
Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, 2008.
NO. SUKU / JENIS NIAL39 NIAL42 NIAL45 NIAL46 NIAL50 I ACROPORIDAE
1 Acropora cytherea - - + - - 2 Acropora divaricata - + - + - 3 Acropora gemifera - + + - - 4 Acropora gemmifera - - - - + 5 Acropora humilis + + + - + 6 Acropora hyacinctus - - - - + 7 Acropora latistella + - + - - 8 Acropora millepora - - + - + 9 Acropora palifera - - - - +
10 Acropora prostrata - - - - + 11 Acropora sp. + - + + - 12 Acropora yongei + - - - - 13 Montipora grisea + - + - - 14 Montipora incrassata - + + - + 15 Montipora informis + + + + + 16 Montipora millepora - + - - + 17 Montipora sp. - + - - + 18 Montipora turgescens - + - + + 19 Montipora venosa - + - - -
II AGARICIIDAE
20 Coeloseris mayeri - + - - + 21 Pavona varians - + - - + 22 Pavona venosa - + - - -
III FAVIIDAE
23 Cyphastrea chalcidicum - + - + - 24 Favia favus - + - - - 25 Favia matthaii + - - - + 26 Favia pallida - - - - + 27 Favia rotumana - - - + + 28 Favia rotundata - + - - - 29 Favia stelligera + - + - -
30
30 Favia veroni - - - - + 31 Favites abdita - + + - + 32 Favites complanata - + - - + 33 Favites flexuosa - + - - - 34 Favites halicora - + - - + 35 Favites pentagona - - - - + 36 Favites sp. + - + - - 37 Goniastrea aspera - - + - - 38 Goniastrea edwardsi + - - - - 39 Goniastrea retiformis - + - - - 40 Goniastrea sp. - - + - - 41 Montastrea curta - - + - -
IV HELIOPORIDAE
42 Heliopora coerulea - - - + - V MERULINIDAE
43 Hydnophora microconos - + - - + 44 Hydnophora sp. - - + - - 45 Hydnophora exesa + - - - -
VI MILLEPORIDAE
46 Millepora tenella - - - + - VII MUSSIDAE
47 Symphyllia recta - + - - - VIII OCULINIDAE
48 Galaxea astreata - - + + - 49 Galaxea fascicularis + - + - +
IX POCILLOPORIDAE
50 Pocillopora damicornis - - + + - 51 Pocillopora eydouxi - + + - + 52 Pocillopora meandrina + + + - + 53 Pocillopora verrucosa + + + + + 54 Pocillopora woodjonesi - - + - -
31
X PORITIDAE 55 Porites lobata + + - + + 56 Porites lutea - + - - + 57 Porites rus - - - - - 58 Porites sp. + - - - -
XI SIDERASTREIDAE
59 Psammocora digitata - + - - - Jumlah jenis 16 28 23 12 28 Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan
32
Lampiran 3. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau-pulau Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, 2008.
NO. SUKU / JENIS NIAL 39
NIAL 42
NIAL 45
NIAL 46
NIAL 50 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Acanthurus grammoptilus - + - + + Target
2 Acanthurus leucosternon - + + + + Target
3 Acanthurus lineatus + + + - + Target
4 Acanthurus nigricans + - - + + Target
5 Acanthurus nigricauda - - - - + Target
6 Acanthurus olivaceus - - + - - Target
7 Acanthurus pyroferus - + - + + Target
8 Acanthurus triostegus - - - - + Target
9 Ctenochaetus striatus - + + + + Target
10 Ctenochaetus strigosus - + - - - Target
11 Naso brevirostris - + - + + Target
12 Naso lituratus - + + + + Target
13 Naso sp. + - - - - Target
14 Naso unicornis - + - + - Target
15 Paracanthurus hepatus + - + - - Target
16 Zebrasoma scopas - - + - - Major
II BALISTIDAE
17 Melichthys niger - - - - + Major
18 Melichthys vidua + - - - - Major
19 Odonus niger - + - + + Major
20 Rhinecanthus verrucosus + - - - - Major
21 Suffamen chrysopterus - + - + + Major
22 Suflamen verucosus - + - - - Major
III CAESIONIDAE
23 Caesio lunaris - + - - - Target
24 Caesio pisang - + - - - Target
25 Pterocaesio tile - + - - - Target
33
IV CARANGIDAE
26 Carangoides ferdau - + - - - Target
27 Carangoides sp. - - - + - Target
28 Caranx sp. + - - - - Target
V CHAETODONTIDAE
29 Chaetodon auriga - - + - + Indicator
30 Chaetodon citrinellus - + - - + Indicator
31 Chaetodon guentheri + - + - - Indicator
32 Chaetodon guttatissimus - + - - - Indicator
33 Chaetodon mertensii - - - - + Indicator
34 Chaetodon punctatofasciatus - - - - + Indicator
35 Chaetodon trifascialis - - + - + Indicator
36 Chaetodon trifasciatus - - - - + Indicator
37 Chaetodon vagabundus + + + - + Indicator
38 Forcipiger longirostris - - + - - Indicator
39 Heniochus varius + - + - - Indicator
VI CIRRHITIDAE
40 Cirrhitichthys falco - + - - - Major
41 Paracirrhites fosteri - + - - + Major
VII GOBIIDAE
42 Gobiid + - - - - Major
VIII HOLOCENTRIDAE
43 Holocentrus rubrum - - - - + Target
44 Myripristis kuntee - - + - - Major
45 Sargocentron caudimaculatus - - - - + Target
46 Sargocentron spiniferum - - - - + Target
IX LABRIDAE
47 Bodianus mesothorax - + + - - Major
48 Cheilinus chlorurus - - - - + Target
49 Cheilinus fasciatus + + + - + Target
50 Cheilinus trilobatus - - + - - Target
51 Coris batuensis - + - - - Major
34
52 Gomphosus varius - + + - - Major
53 Halichoeres argus + + + - + Major
54 Halichoeres hortulanus - + - + + Major
55 Halichoeres margaritaceous + - - - - Major
56 Halichoeres melanurus - - - - + Major
57 Halichoeres ornatissimus - - - + + Major
58 Halichoeres sp. + - - - - Major
59 Halichoeres trimaculatus - + - - - Major
60 Hemigymnus fasciatus - + - - - Target
61 Hemigymnus melapterus - + - - - Target
62 Labrichthys unilineatus - - - + - Major
63 Labroides bicolor - + - - - Major
64 Labroides dimidiatus + + + + - Major
65 Labroides pectoralis - + - - - Major
66 Leptojulis sp. - + - - - Major
67 Macropharyngodon ornatus - + - - - Major
68 Novaculichthys taeniurus - + - - - Major
69 Thalassoma amblycephalus - - - + - Major
70 Thalassoma hardwickei + + + + - Major
71 Thalassoma janseni + + - + + Major
72 Thalassoma lunare + - + + - Major
73 Thalassoma lutescens - - - - + Major
X LETHRINIDAE
74 Lethrinus harak - - - + - Target
XI LUTJANIDAE
75 Lutjanus decussatus - + + + + Target
76 Lutjanus fulviflamma - - + + - Target
77 Lutjanus fulvus - - - + + Target
78 Lutjanus gibbus - - + - - Target
79 Lutjanus lineolatus - - - + - Target
80 Lutjanus vitta - - - + - Target
XII MICRODESMIDAE
81 Ptereleotris evides - + - - - Major
35
XIII MONACANTIDAE
82 Amanses scopas - - - + + Major
83 Alutera sp. - - - + + Major
84 Paraluteres prionurus - - - + - Major
XIV MULLIDAE
85 Parupeneus barberinus + - + + - Target
86 Parupeneus bifasciatus - + - + + Target
87 Parupeneus cyclostomus - + - + + Target
88 Parupeneus flavo - - - + - Target
89 Parupeneus multifasciatus - + - - + Target
90 Upeneus vittatus + - + - - Target
XV NEMIPTERIDAE
91 Pentapodus caninus + - + - - Target
XVI OSTRACIIDAE
92 Ostracion meleagris - - - + + Major
93 Ostracion sp. + - - - - Major
XVII PINGUIPEDIDAE
94 Parapercis sp. - - - - + Major
XVIII POMACANTHIDAE
95 Apolemichthys trimaculatus - + + + - Major
96 Centropyge bispinosus - + - - + Major
97 Centropyge tibicen - - - - + Major
98 Centropyge vroliki - + + - + Major
99 Pomacanthus imperator - - - + - Major
100 Pomacanthus navarchus - + - - - Major
101 Pomacentrus milleri - + - - + Major
XIX POMACENTRIDAE
102 Amphiprion ocellaris - - + - - Major
103 Amphiprion sandaracinos - + - - - Major
104 Chromis analis + - - - - Major
105 Chromis iomelas - + - + - Major
36
106 Chromis ternatensis + - + - - Major
107 Chromis weberi - + - - - Major
108 Chrysiptera cyanea - + - + + Major
109 Dascyllus aruanus + - + + - Major
110 Dascyllus reticulatus - - + + - Major
111 Dascyllus trimaculatus + - - + - Major
112 Neopomacentrus azysron - - - + - Major
113 Plectroglyphidodon lacrymatus - - + + + Major
114 Pomacentrus bankanensis + + - + - Major
115 Pomacentrus moluccensis - - - - + Major
116 Pomacentrus sp. + - - - - Major
XX POMADASYDAE
117 Pomadasis sp. + - - - - Major
XXI SCARIDAE
118 Scarus bicolor - + - - + Target
119 Scarus bleckeri - + - + + Target
120 Scarus dimidiatus + + - - - Target
121 Scarus forsteni - + - - - Target
122 Scarus ghoban + + + + + Target
123 Scarus oviceps - - + - - Target
124 Scarus prasiognathus - + - + + Target
125 Scarus rubroviolaceus - + - - + Target
126 Scarus schlegeli - - - + - Target
127 Scarus sordidus + - + - - Target
XXII SCOLOPSIDAE
128 Scolopsis auratus - - - + - Target
129 Scolopsis bilineatus - - - + + Target
130 Scolopsis ciliatus + - + + - Target
131 Scolopsis margaritifer + - + - - Target
132 Scolopsis monogramma - + - + - Target
133 Scolopsis sp. - + - - - Target
XXIII SERRANIDAE
134 Cephalopholis argus - - - + + Target
37
135 Cephalopholis boenak + - + - - Target
136 Cephalopholis cyanostigma - - - + - Target
137 Cephalopholis miniata - - + + - Target
138 Cephalopholis urodeta - - + - - Target
139 Diploprion bifasciatum - - + - - Major
140 Epinephelus areolatus - - - + - Target
141 Epinephelus fasciatus - - - + + Target
142 Epinephelus merra + - + + - Target
143 Variola louti - - + + - Target
XXIV SIGANIDAE
144 Siganus canaliculatus - - - + - Target
145 Siganus corallinus - - + - - Target
146 Siganus javus - - - + - Target
147 Siganus puellus - - - + - Target
148 Siganus spinus + - - - - Target
149 Siganus vermiculatus - - - + - Target
150 Siganus virgatus + - + + - Target
XXV TETRAODONTIDAE
151 Arothron nigropunctatus - - - + - Major
152 Canthigaster valentini - - - + - Major
XXVI ZANCLIDAE
153 Zanclus cornutus + + + + + Major
Jumlah jenis 40 63 49 66 57
Keterangan :
+ = ditemukan
- = tidak ditemukan
38