Sampling Design

10
Sampling design Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Noto Atmojo, 1993 :75). Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu Populasi target, yaitu seluruh unit populasi dan populasi survey, yaitu sub unit dari populasi target. Sub unit dari populasi survei untuk selanjutnya menjadi sampel penelitian. Sedangkan menurut Dr. Siswojo, mengatakan definisi dari populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Disini peneliti dapat menentukan sendiri kriteria- kriteria yang ada pada populasi yang akan ditelit. Misalnya semua klien laki-laki yang berobat ke Poli Paru atau semua remaja yang kecanduan Narkotika di Surabaya sebagai populasi. Dengan menetapkan populasi ini dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan kasusnya, dan tidak akan berlebihan populasi yang diacu. Peneliti keperawatan atau peneliti sosial pada umumnya harus menentukan populasi secara jelas, baik populasi wilayah maupun populasi subyek yang akan menjadi sumber data. Perlu pula diingat oleh peneliti bahwa yang diteliti sesungguhnya bukan subyek, wilayah, atau bendanya, melainkan segenap karakteristik yang terkandung didalamnya. Pilihan populasi tentu saja bisa beragam, seperti, bidan, dokter, tokoh masyarakat, atau masyarakat pilihan. Pilihan itu secara

description

mpo

Transcript of Sampling Design

Sampling designPopulasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Noto Atmojo, 1993 :75). Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu Populasi target, yaitu seluruh unit populasi dan populasi survey, yaitu sub unit dari populasi target. Sub unit dari populasi survei untuk selanjutnya menjadi sampel penelitian. Sedangkan menurut Dr. Siswojo, mengatakan definisi dari populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Disini peneliti dapat menentukan sendiri kriteria-kriteria yang ada pada populasi yang akan ditelit. Misalnya semua klien laki-laki yang berobat ke Poli Paru atau semua remaja yang kecanduan Narkotika di Surabaya sebagai populasi. Dengan menetapkan populasi ini dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan kasusnya, dan tidak akan berlebihan populasi yang diacu. Peneliti keperawatan atau peneliti sosial pada umumnya harus menentukan populasi secara jelas, baik populasi wilayah maupun populasi subyek yang akan menjadi sumber data. Perlu pula diingat oleh peneliti bahwa yang diteliti sesungguhnya bukan subyek, wilayah, atau bendanya, melainkan segenap karakteristik yang terkandung didalamnya. Pilihan populasi tentu saja bisa beragam, seperti, bidan, dokter, tokoh masyarakat, atau masyarakat pilihan. Pilihan itu secara teoritis akan menjadi sederhana, jika populasi dimaksud dipilih menjadi beberapa sub populasi.

Dalam pemilihan suatu topik, hendaknya peneliti melihat apakah topik tersebut pada saat ini masih relevan. Dalam kegiatan survei terdapat dua populasi yang dipertimbangkan (Parel et al., 1973); yaitu populasi sasaran (the target population) dan populasi sampling (the sampling population). Populasi sasaran adalah populasi yang mewakili informasi yang diinginkan. Sedangkan populasi sampling ialah populasi dari suatu yang akibat dari kerangka contoh. Contoh (sample) yang representatif dapat menggambarkan populasi; sebaliknya gambaran populasi tidak akurat bila sample yang digunakan bias (Maylor dan Blackmon, 2005). Dalam Tulls (1993) dijelaskan terdapat tujuh tahapan dalam proses penentuan contoh

Pada tahap pertama adalah mendifisikan populasi. Secara lengkap, suatu populasi harus didefinisikan dalam bentuk unsurnya (element), unit penarikan contoh, cakupan (extent) dan waktu (time). Pada kegiatan survei agen pembelian, Tulls dan Hawkin (1993) menetapkan populasi dengan pengertian sebagai berikut: (element) agen pembelian (sampling unit) perusahaan atau agensi pemerintah (extent) pembeli produk kami (time) dalam tiga tahun terakhir. Penetapan kerangka contoh secara spesifik merupakan tahap kedua dalam proses penentuan contoh dalamsuatu penelitian. Kerangka contoh merupakan alat yang mewakili elemen populasi. Jika pendekatan probabilitasyang dipilih, maka kerangka contoh harus tersedia. Sedangkan pada pendekatan non-probability tidak diperlukankerangka contoh (Tulls dan Hawkin, 1993). Pada penelitian pemasaran dapat menggunakan daftar telepon dandaftar yang lain. Peta dapat juga dipergunakan sebagai kerangka contoh untuk menentukan contoh wilayah. Kerangka contoh yang sempurna adalah daftar yang memuat setiap elemen populasi mewakili sekali (Tulls danHawkin, 1993). Sedangkan, menurut Mantra dan Kasto (1995) syarat kerangka contoh yang baik adalah: (a) harusmeliputi seluruh elemen populasi (tidak ada satu unsurpun yang tertinggal), (b) tidak ada elemen populasi yangdihitung dua kali, (c) harus up to date, (d) Batas-batasnya harus jelas (misalnya batas wilayah, rumahtangga siapayang menjadi anggota rumahtangga), (e) harus dapat dilacak di lapangan; hendaknya tidak terdapat beberapa desadengan nama yang sama. Sementara itu, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada masa transisi, seorang petaniyang mempunyai lahan lebih dari satu lokasi bisa menamam apel organik dan non-organik Pada kondisi ini penelitiharus menetapkan secara tegas siapa yang menjadi populasi.Pada tahap ketiga dalam proses penentuan contoh adalah menetapkan secara spesifik unit contoh. Dalam Tullsdan Hawkin (1993) diuraikan bahwa unit penarikan contoh (sampling unit) adalah unit dasar yang berisi elemenpopulasi yang menjadi contoh. Lebih lanjut dikemukanan bahwa Sampling unit bisa identik dengan unit yang diteliti,dan bisa berbeda. Sebagai contoh bahwa sampling unit identik dengan unit yang diteliti adalah kerangka contohdengan elemen populasi penduduk laki-laki berumur 13 tahun. Dengan demikian penduduk dengan karakteristiktersebut sebagai sampling unit dan sekaligus sebagai unit yang akan diteliti. Apabila rumahtangga sampling unit danseorang peneliti menginginkan unit yang diteliti adalah anggota rumahtangga laki-laki yang berumur 13 tahun, makasampling unit tidak dapat dijadikan unit yang diteliti secara langsung; Dalam Mantra dan Kasto (1995) dicontohkanbahwa rumahtangga petani merupakan sampling unit dan anggota rumahtangga yang bekerja sebagai petani sebagaiunit yang diteliti.Pada tahap keempat ialah memilih metode penarikan contoh. Metode penarikan contoh adalah suatu caramemilih unit contoh (sample units) Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 66). Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Arikunto, 1998: 196 ). Pembagian jenis sampling secara umum ada dua yaitu :1. Probability sampling, yaitu teknik yang memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.2. Non probability sampling, yaitu teknik yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1. Probability samplingTeknik yang memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini antara lain adalah :a. Simple random samplingYaitu pengambilan sample dilakukan secara acak. Cara ini dipakai jika anggota populasi dianggap homogen. Caranya dimasukkan semua nama orang yang termasuk dalam populasi diletakkan dikotak, setelah semuaanya terkumpul baru kita ambil 30 orang dari sejumlah populasi.b. Proportionate stratified random samplingTeknik ini digunakan bila populasi anggotanya tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Contoh :Suatu organisasi mempunyai pegawai dengan latar belakang pendidikan SI : 45, S2 : 30, STM : 800, SMEA : 400, SD : 300. Jumlah sample yang harus diambil adalah meliputi strata pendidikan diambil perwakilan sesuai kebutuhan.c. Disproportionaten stratified random samplingTeknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya :pegawai dari PT tertentu mempunyai : 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang S2 diambil semuanya sebagai sample, karena kedua kelompok itu paling kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP. d. Cluster sampling.Cluster berarti penegelompokan berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Teknik sampling yang digunakan jika obyek yang akan diteliti sangat luas. Sampling ini bisa dipakai dalam dua situasi, yaitu alasan jarak dan biaya serta peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti. Contoh : Satu kecamatan terdiri dari 28 desa, kemudian kita ambil hanya dua desa. Maka sampling ini juga sering disebut teknik sampling daerah.e. Sistematis samplingTeknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contoh : Ada populasi 100 orang kemudian diambil yang ganjil saja atau yang genap saja (1,3,5,7,99).2. Non probability samplingTeknik yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.a. Purposive samplingYaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Misalnya: akan melakukan penelitian tentang disiplin perawat, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang keperawatan saja.b. Consekutive samplingPemilihan sampel dengan consekutive (berurutan) yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Satroasmoro & Ismail, 1995 : 49)c. Quota sampling.Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Contoh: Akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sample ditentukan 100, dan jumlah anggota penelitin berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sebanyak 20 orang sesuai karakteristik yang ditentukan.d. Insidental samplingTeknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.Contoh jika kita ingin meneliti orang-orang yang berambut putih diseluruh kota, sampel kita cari disekeliling kota dimana dan kapan saja kita temui orang yang berambut putih kita ambil sebagai sampelnya.e. Sampling jenuh.Yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil. Misalnya kita mau meneliti tentang klien Aids, karena dulu baru sedikit sehingga semua jumlah klien diambil.f. Snowball samplingYaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sample ini disuruh memilih teman-temanya untuk dijadikan sampel, begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.DafpusMantra dan Kastro. 1995. Penentuan Sampel. dalam Singarimbun,M dan Sofian Effendi (Editor). Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.Babbie, E. 2007. . Practical of Social Research. Seven Edition, Thomson Higher Aducation, Belmont: Ch. 7 (p.179 186)Baker, T.L. 1988. Doing Social Research. McGraw-Hill Book Company. Singapore: chapter 6 (p.144 161)Henry, GT. 1990. Practical Sampling. Applied Social Research Methods Series. Volume 21. S AGEPUBLICATIONS. Newbury ParkMaylor H. and K. Blackmon. 2005. Researching Business & Management. Palgrave Macmillan, NewYork: chapter 6 (p.194 198)Parel, CP. et. al. 1978 . Sampling Design and Procedures. A/D/C Asia Office, TanglinTull, D.I and D.I. Hawkins. 1993. Marketing Research: Measurement & Method. Sixth Edition. MacmillanPublishing Company, New York : chapter 3 (p. 49 67) and chapter 15 (p. 533 563)