Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak...

16

Transcript of Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak...

Page 1: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera
Page 2: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Salam hangat para pembaca Geospasial,

Tidak terasa sudah memasuki tahun 2011 Geospasial memberikan berbagai macam informasi. Namun demikian kesedihan adanya bencana akibat tsunami di Jepang membuat para penduduk di pesisir tetap wasada karena bencana selalu datang tiba-tiba. Khusus Tsunami menjadi pukulan telak bagi bangsa Jepang, dimana nama tersebut dahulu kala merenggut banyak nyawa dan sekarang kembali terjadi. Belajar dari kejadian yang terulang maka pendataan dan dokumentasi kejadian perlu menjadi bagian dari pengetahuan umum.

Departemen Geografi terus berkolaborasi membangun Networking dengan Universitas luar negeri, setelah Twente (Belanda) dan Salburg Univ (Austria), pada tahun 2010-2011 bekerja sama dengan Univ. of Malaya (Malaysia) dan Univ. of Sydney (Autralia). Kerjasama dengan Malaysia bentuknya adalah pertukaran pelajar, Tahun 2010 Mahasiswa Malaysia kuliah di UI dan tahun 2011 Mahasiswa UI kuliah di Malaysia. Pada Januari 2011 Mahasiswa Geo Univ Sydney dan Geo UI mengadakan kuliah lapang bersama.

Berbagai informasi lain berkenaan dengan teknologi juga disajikan seprti openstreetma dan Google earth builder.

Demikian pengantar dari redaksi dan selamat membaca.

Salam Redaksi

DARI REDAKSI

Tsunami: Nama yang Menguncang Dunia 4

Kuliah Kerja Lapang III Bersama 6

Kuliah Kerja Lapang 3 (11 April – 14 April 2011) Kota Palembang – Sumatera Selatan Departemen Geografi FMIPA UI 8

Oleh-Oleh Dari Geospatial Technology Update Seminar (GTUS) 11

Pentingnya Pembakuan Nama-Nama Rupabumi 13

Perkembangan Data Spatial 14

Immanuel Kant Dan Konsep Space 15

Kesepadanan Skala Peta Dan Resolusi Spasial Citra 18

Dosen Geografi UI Mendapatkan Hibah Pengabdian Masyarakat 20

Hibah Mahasiswa 22

Rapat Penyusunan Dokumen Akreditasi Departemen Geografi UI 2011 23

Pertemuan Alumnni Geografi UI: Pembahasan UU Geospasial Ruang Seminar Lantai 1 Gedung Geografi, Depok 11 Mei 2011 24

Diskusi Panel: “Strategi Kebudayaan Untuk Kepemimpinan Masa Depan Bangsa Indonesia“ 26

Openstreetmap Workshop 28

Google Earth Builder : Geoprocessing Dan Penyimpanan Data Geospasial Berbasis Cloud Computing 30

PENASEHAT:Dr. Rokhmatuloh, M.Eng

REDAKSI:Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno, Rendy P.

STAF AHLI:Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang

ADMINISTRASI:Ashadi Nobo

ALAMAT REDAKSI:Gd. Departemen Geografi,FMIPA Universitas IndonesiaKAMPUS UI DEPOKTelp. (021) 7721 0658, 702 4405Fax. (021) 7721 0659

Diterbitkan oleh:Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia

Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisanke alamat redaksi atau email dengan disertakan nama, alamat lengkap, nomor teleponserta Biografi.

DAFTAR ISI

Page 3: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Dr. Eng Wanglin YAN Professor, Faculty of environmental and information studies, Keio universityFujisawa, Japan

Research fields: Environmental Sciences - Global Environmental Change GIS and Remote Sensing, urban/regional planning, sustainable development, social innovation and entrepreneurship for environment

Kuliah umum dari Prof. Wangli Yan dengan tema Urban Heat Island (UHI). Beliau menjelaskan bagaimana kenampakan penggunaan tanah bisa mempengaruhi pola UHI misalnya di perkotaan akan terlihat lebih merah (panas) didalam peta dibandingkan dengan daerah sub-urban dan pedesaan yang cenderung berwarna hijau (Gambar 1). Dengan contoh wilayah penelitian di Kota Tokyo yang terlihat di pusat kota berwarna merah dan makin menjauh dari pusat kota berwarna kehijauan. (Gambar 2)

Gambar 1. Skema UHI Gambar 2. UHI di Tokyo

Prof Wangling Yan menelaah penggunaan tanah mulai dari pusat Kota Tokyo dan makin menjauh dengan jarak radius 10 km, 20 km dan 30 km dengan pengumpulan data 10m x 10m. Hasil terlihat pada grafik UHI makin medekati kota maka nilai UHI makin meningkat. (Gambar 3)

Gambar 3. Perbedaan Landuse memperlihatkan makin jauh dari pusat kota maka semakin hijau.

Selain kuliah umum, Prof Wanglin Yan juga memberikan gambaran studi di tempatnya bekerja yakni di Environmental Bussiness, Social Enterpreneuralism, Enviromental Design, and Enviromental Planning and Policy. (Gambar 4),

Gambar 4. Program dan kurikulum di Keio University

Pada bagian penutup Prof Wanglin Yan menyatakan bahwa:1. Geographic information technologies are essential tools for understanding urban warming and

global warming. (GIS adalah alat penting untuk memahami pemanasan kota dan dunia) 2. Urban heat island is a critical issue of urban environment, a good test bed for climate change

mitigation and adaptation. (UHI adalah isu kritis dari lingkungan perkotaan, juga sekalgus menjadi alat ukur mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim)

3. Japan is a leading country in the transition to low-carbon society. Tens of Green City Programs for reducing GHG emissions have been implementing. (Jepang menjadi negara terdepan dalam transisi masyarakat penurun emisi carbon. Puluhan program utuk menurunkan emisi GHG telah dijalakan)

4. Fostering environmental leaders in Asia and Africa is another national strategy of Japan to the world. Tens of Programs are ongoing. (Mengembangkan pemimpin lingkungan di Asia da Afrika adalah strategi lain dari Japan utuk dunia. Puluhan program sudah berjalan.)

5. The Environmental Innovators Program at Keio University presents a unique framework for the design and practice of mitigation and adaptation to climate change. (Program Inovator Lingkungan Keio University disediakan dengan desain yang unik dan praktek dalam mitigasi dan adaptasi perubaha iklim)

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 5Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 114

Page 4: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Student Exchange Program 2011Departemen Geografi FMIPA UI – Universiti Malaya

Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) mengadakan kerjasama dengan Departemen Geografi Universiti Malaya dalam bentuk program Student exchange, dimana Departemen Geografi FMIPA UI mengirimkan 16 mahasiswanya untuk belajar di Departemen Geografi Universiti Malaya, Kuala Lumpur yang dilakukan pada tanggal 14 Juni- 12 Juli 2011.

Program pertukaran mahasiswa ini diikuti oleh 5 mahasiswa angkatan 2008 (Alvian Safrizal, Nurlatipah, Riangga Sujatmiko, Wika Ristya & Wenang Irmansyah) serta 11 mahasiswa angkatan 2009 (Ibnu Budiman, Wido Cepaka, Aisyah Bidara, Risky Kurniawan, Randhi Atiqi, Febriana Lestari, Aulia Baroroh, Danny Fitri, Annisa Hafidah, Ika Yuliawati&Silfia Oktaviani). Dalam program pertukaran mahasiswa ini, mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI melakukan kegiatan belajar mengajar di lingkungan kampus Departemen Geografi Universiti Malaya serta melakukan field work (kuliah lapang) di Batu Cave serta Shah Alam, Selangor. Selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, ke-16 mahasiswa tersebut bertempat tinggal di Tun Ahmad Zaidi, 10th Residential College.

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, ke-16 mahasiwa mendapatkan 2 jenis model kuliah. Jenis kuliah pertama yaitu ke-16 mahasiswa mendapatkan kuliah dengan digabungkan pada kelas eksternal semester pendek yang diadakan oleh Departemen Geografi Universiti Malaya, yaitu mata kuliah “Climate & Society”. Pada kelas mata kuliah ini, ke-16 mahasiwa Geografi UI tidak hanya bergabung dengan mahasiswa Geografi UM, tetapi juga dengan mahasiswa dari jurusan hukum maupun teknik dari UM dikarenakan banyak dari mahasiswa ke-2 jurusan tersebut yang mengambil mata kuliah kelas eksternal tersebut. Kelas Eksternal tersebut dilaksanakan

di ruang kuliah di lingkungan kampus Fakultas Sastera&Sains Sosial UM. Diakhir kegiatan belajar-mengajar mata kuliah ini, mahasiswa diharuskan membuat poster dengan terlebih dahulu melakukan survey yang tergabung dalam kelompok (3-4 orang) dengan tema “ Climate Change Threat on Urban Economies – a study of importance of energy and water amongst the low income urban commerce”.

Jenis kuliah yang ke-2, yaitu mahasiswa mendapatkan kuliah di kelas internal,dimana hanya 16 mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI yang menjadi peserta kuliah. Pada kuliah di kelas ini, mahasiswa mendapatkan kuliah dan pembekalan materi untuk melakukan field work (kuliah lapang) di Batu Cave dan kota Shah Alam, Selangor. Tema dari kuliah lapang yang dilakukan oleh ke-16 mahasiswa Departemen Geografi yaitu Urban Geography ( Kota Shah Alam, Selangor) & Tourism Geography (Batu Cave). Dalam melakukan kuliah lapang, mahasiswa mendapatkan bimbingan serta pembekalan materi dari pihak dosen Geografi UM yang berkompeten & sesuai dengan tema-tema pada kuliah lapang tersebut. Kuliah Lapang di Batu Cave yang bertemakan Tourism Geography dilakukan di bawah bimbingan Dr.Goh Hong Ching serta kuliah lapang dengan tema Urban Geography dibawah bimbingan Dr. Mariney. Selain dua tema kuliah internal tersebut, ke-16 mahasiswa Geografi UI mendapatkan materi kuliah Agricultural Geography yang diberikan oleh Dr.Firuza. Batu Cave merupakan objek wisata alam sekaligus religi bagi umat agama Hindu di Malaysia. Batu Cave merupakan gua yang terbentuk dari batuan kapur. Sedangkan kota Shah Alam merupakan ibukota dari Negara Bagian Selangor, kota ini memiliki keunikan tersendiri dikarenakan sering dilanda flash flood atau banjir kilat.

Kegiatan lainnya yang diikuti oleh ke-16 mahasiswa tersebut selama berada di Kuala Lumpur yaitu mengikuti undangan dari pihak KBRI di Kuala Lumpur untuk menghadiri seminar dengan tema Leadership Talk dan Deklarasi Kesatuan Mahasiswa Indonesia-Malaysia “Role of Student Toward Nation Glory in The Same Area Serumpun ” yang dihadiri juga oleh perwakilan mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Malaysia serta mahasiwa Malaysia itu sendiri.

Disela-sela aktivitas kuliah yang cukup padat, mahasiswa juga dibolehkan untuk melakukan “jalan-jalan” di tempat-tempat menarik di Tanah Melayu tersebut. Tempat-tempat menarik yang didatangi oleh ke-16 mahasiwa yaitu KLCC (Petronas Twin Tower), Putrajaya, Genting Highland, Sepang International Circuit, serta 10 dari 16 mahasiswa melakukan “jalan-jalan” ke negara Singapura via jalur darat dengan menggunakan bis, dimana perjalanan ini membutuhkan waktu 5-6 jam.

Batu Cave

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 7Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 116

Page 5: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Pada tanggal 20 Juni, rombongan dosen Departemen Geografi UI mengunjungi kampus Geografi UM untuk bersilaturahmi dengan dosen-dosen di Departemen Geografi UM, sekaligus juga memiliki agenda “jalan-jalan” di Malaysia. Rombongan dosen tersebut terdiri dari Pak Eko Kusratmoko, Ibu Widyawati beserta anaknya, Pak Tjiok Giok Pin, Pak Rudi Tambunan beserta istri & anaknya, Ibu Tuty Handayani beserta anaknya (Elgo), Ibu Astrid Damayanti, Ibu Dewi Susiloningtyas (Tyas), Ibu Dewi Susilowati, Pak Tarsoen Waryono berserta istri, Pak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera & Sosial Sains, Prof.Othman serta Ketua Departemen Geografi UM, Prof.Khairulmaini.

Diakhir masa student exchange program tersebut, ke-16 mahasiswa Departemen Geografi FMIPA

UI menghadiri “International Conference on Population Dynamism of Asia Issues and Challenges Ahead” di lingkungan kampus Departemen Geografi Universiti Malaya yang juga dihadiri oleh salah satu dosen Departemen Geografi FMIPA UI, Dra.Widyawati, M.SP serta di malam hari pada acara seminar tersebut,ke-16 mahasiswa menampilkan atraksi kebudayaan dengan melakukan tarian tradisional tari “tak ton tong” (Minangkabau), tari “gambyong” (Jawa) & tari “sajojo” (Papua).

Student Exchange Program tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari student exchange program tahun lalu (2010) yang dilakukan oleh Departemen Geografi FMIPA UI dengan Departemen Geografi Universiti Malaya,dimana pada saat itu Departemen Geografi Universiti Malaya mengirimkan 20 mahasiswanya untuk belajar di Departemen Geografi FMIPA UI.

KLCC/Petronas Twin Tower

Kegiatan BMKG: Pengamatan Parameter Meteorologi dan Kualitas UdaraDi Departemen Geografi FMIPA UI

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) punya kegaiatna rutin, salah satuanya adalah melakukan pengamatan kualitas udara di wilayah Indonesia. Selain Jakarta, sebagai data kontrol dipilih Depok yakni tepatnya di Lingkungan Universitas Indonesia. Untuk tempat sebagai bagian dari hubungan baik UI dan alumninya, maka dipilih lokasi tepat di Departemen Geografi FMIPA UI. Para peneliti (pegawai) di BMKG memang banyak mengambil S1, S2 da S3 di FMIPA UI, seperti Dept. Fisika dan Geografi, tetapi lebih banyak alumi S1 dan S2 di Dept. Geografi, sehingga Departemen Geografi lebih dipilih oleh BMKG sebagai lokasi pengamatan kualitas Udara (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Pengamatan di Depan Gedung Dept. Geografi FMIPA UI

Team ini untuk memenuhi kebutuhan mobilitas yang tinggi, berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain, dilengkapi dengan sebuah laboratorium bergerak yang disebut sebagai “Mobile Air Quality Laboratory”. (Gambar 2)

Gambar 2. Mobil Laboratorium di Lokasi Parkir Dept. Geografi FMIPA UI

KEGIATAN

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 9Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 118

Page 6: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Pada Gambar 3, terlihat suasana pengamatan kualitas udara dari berbagai aspek, sesuai dengan masing-masing laptop untuk memonitoring sebuah alat pemantau kualitas udara. Mulai dari arah angin hingga debu. (Gambar 3 dan 4).

Gambar 3. Berbagai peralatan pengamatan kualias Udara.

Gambar 4. Pemantau kualiats udara diatas permukaan tanah

Kelompok Studi Geografi UI (KSG UI) On ProgramPelatihan Internal : “Pemanfaatan Data Radar (Alos Palsar) untuk identifikasi hutan”

Kelompok Studi Geografi Universitas Indonesia (KSG UI) melalui Biro Pendalaman & Penelitian Geoteknologi melaksanakan salah satu program kerjanya dengan mengadakan pelatihan internal pada hari senin tanggal 24 Juli 2011 di laboratorium SIG Departemen Geografi. Tema pelatihan kali ini yaitu “Pemanfaatan Data Radar (Alos Palsar) untuk identifikasi hutan” yang dipandu oleh Ardiansyah, S.si, mahasiswa geografi angkatan 2007 yang baru saja menyelesaikan jenjang pendidikan sarjananya. Pelatihan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ketrampilan dalam mengenal dan mengolah data citra digital bagi anggota aktif KSG UI maupun pihak eksternal dari KSG UI.

Alos merupakan satelit dari Jepang yang diluncurkan pada tahun 2006, dan Palsar merupakan salah satu sensornya (Radar). Selain untuk monitoring kehutanan, Citra Alos Palsar juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi hal yang berkaitan dengan pertanian, tumpahan minyak (oil spill), mineral, kandungan biomassa,

analisis interferometry untuk mendapatkan informasi pergeseran tanah, dan sebagainya.

Alos Palsar sendiri dibandingkan citra Landsat ETM yang biasa digunakan serta berkaitan dengan citra identifikasi sumber daya alam, memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah, dapat tembus awan dalam proses perekamanan data, mampu dioperasionalkan pada malam hari, dan tidak bergantung pada sumber energi. Citra Alos Palsar cocok digunakan di Indonesia, karena sebagai negara tropis,Indonesia sering tertutupi awan di lapisan atmosfernya.

Kedepannya, pelatihan dari Biro Pendalaman dan Penelitian Geoteknologi yang diharapkan pelaksanaannya setiap bulan akan diadakan, lebih bermanfaat untuk anggota aktif KSG UI sendiri maupun masyarakat luas dengan menerbitkan publikasi berupa modul di setiap tema pelatihan dan juga melibatkan masyarakat diluar anggota aktif KSG UI untuk ikut dalam programpelatihannya.

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 11Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1110

Page 7: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Suasana pada saat pelatihan berlangsung

Penyerahan Sertifikat

Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines-East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). BIMP-EAGA dibentuk di Davao, Filipina pada tanggal 26 Maret 1994 oleh para kepala negara Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Keanggotaan BIMP-EAGA terdiri atas provinsi-provinsi dan negara bagian, yang meliputi:1. Seluruh wilayah Brunei Darussalam;2. Seluruh provinsi di Sulawesi, Kalimantan,

Maluku dan Irian Jaya, Indonesia;3. Wilayah negara bagian Sabah, Sarawak dan

Labuan, Malaysia;4. Wilayah Mindanao dan Palawan, Filipina.

Kerjasama BIMP-EAGA memiliki karakteristik-karakteristik market driven, penekanan kepada peran sektor swasta, struktur organisasi desentralistik, tanpa sekretariat pusat, dan tidak diperlukan konsensus empat pihak. BIMP-EAGA tidak membatasi keputusan atau kesepakatan kepada hanya yang dicapai oleh keempat pihak, namun juga mengenali dan mengakui pengaturan kerjasama bilateral dan trilateral termasuk kerjasama dengan negara atau organisasi di luar BIMP-EAGA. Kesepakatan kerjasama tersebut akan dipertimbangkan menjadi program BIMP-EAGA.

Cakupan kerjasama BIMP-EAGA dikelompokkan dalam empat cluster dan satu Task Force, yaitu:Natural Resources Development (Cluster NRD, diketuai oleh Indonesia, membawahi kerjasama di bidang agro-industri, perikanan, kehutanan, lingkungan hidup, energi dan sumber daya mineral). Working Group yang berada di bawah Cluster ini adalah: • WG on Forestry and Environment• WG on Agro Industry• WG on Energy and Mineral Resources• WG on Fishery

Transport, Infrastructures and Information/Communication Technology Development (Cluster TIICTD, diketuai oleh Brunei Darussalam, membawahi kerjasama telekomunikasi, perhubungan udara, laut, dan udara serta konstruksi). Working Group yang berada di bawah Cluster ini adalah: • WG on Construction and Construction

Materials;• WG on Air Linkage• WG on Sea Linkage• WG on Information and Communication

Technology• Interim WG on Land Transport

Joint Tourism Development (Cluster JTD, diketuai oleh Malaysia, membawahi kerjasama bidang pariwisata, termasuk keterkaitan sektor pariwisata dengan angkutan wisata, pergerakan wisatawan antar perbatasan serta keamanan perjalanan wisatawan).

Small & Medium Enterprises Development (Cluster SMED diketuai oleh Filipina, membawahi kerjasama pengembangan UKM, termasuk keterkaitan sektor UKM dengan pergerakan pebisnis dan barang dagang antar perbatasan serta keamanan aktifitas bisnis).

Task Force on Custom, Imiigration, Quarnatine and Secutiry (CIQS TF, diketuai oleh Filipina dan berkoordinasi dengan seluruh Cluster dan Working yang ada dalam rangka fasilitasi pergerakan orang dan barang)

Bersamaan dengan Senior Official Meeting dan Ministerial Meetings (SOM/MM) ke 14 di Kota Kinabalu, Malaysia tahun 2006, juga telah dibentuk forum pemerintah daerah BIMP EAGA dengan nama BIMP EAGA Governors’, Chief Ministers and Local Government Forum yang

Selayang Pandang Tentang Hubungan Inter-regional Ekonomi:Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR)

IMT-GT DAN BIMP EAGA (Lanjutan-Bagian 2)

Raldi Hendro Koestoer , Edward Sibarani dan Kahfi Heriyanto

BERITA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 13Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1112

Page 8: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

pada tahun 2008 ini juga telah menyelenggarakan pertemuannya yang ke-3 bersamaan dengan SOM/MM ke 17 di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Pada pertemuan Forum Gubernur BIMP EAGA yang ke-2, Indonesia telah menyampaikan usulan tentang peranan pemerintah daerah dalam mekanisme kerjasama BIMP EAGA sekaligus pentingnya keterlibatan seluruh daerah dalam kegiatan Cluster dan Working secara teknis. Hal ini dikhususkan dalam mendorong dan menfasilitasi kegiatan dan kerjasama sektor swasta yang pada prakteknya dilakukan antar daerah-daerah yang masuk dalam kawasan EAGA dan juga untuk mendorong peran aktif pelaku swasta daerah. Sementara pada Forum Gubernur terakhir BIMP EAGA ke-3, selain paparan potensi dan tawaran produk dan kerjasama antara daerah/provinsi/Negara bagian di BIMP EAGA, juga telah diadakan dialog bilateral antara daerah/provinsi/Negara bagian di keempat Negara anggota untuk secara intensif menginisiatifkan kegiatan dan aktifitas sebagai bentuk tindak lanjut di periode tahun 2009.

Perkembangan BIMP EAGA : Capaian dan Tantangan Untuk Working Group on Construction and Constructions Materials (CCM), Project platform dari partisipasi sektor swasta EAGA, yaitu :• Proyek perumahan di Rambungan, Kuching,

Sarawak dan Miri, Sarawak;• Bitung International Hub Port bersamaan

dengan strategi pengembangan economic corridor (Greater Sulu-Sulawesi Triangle) dari Rencana pengembangan ADB Transport

• Davao Food Exchange Complex dan dukungan bagi pengembangan komponen perumahan

Pada tahun 2008 telah ditandatangani kesepakatan dalam bentuk MoU on Expansion on Air Linkage BIMP EAGA yang secara khusus menyepakati pemberian hak penerbangan kelima dengan rekomendasi dari kesepakatan ASEAN tentang Open Sky Policy. Sesuai dengan kesepakatan tersebut akan ditambahkan entry point untuk Fifth Freedom Traffic Rights di beberapa pelabuhan udara EAGA (kecual Brunei

DS) sebagai berikut:• Indonesia (Manado & Tarakan)• Malaysia (Labuan & Miri)• Philippines (Puerto Princesa & General

Santos)

Pada tanggal 2 November 2007 ditandatangani 2 Memorandum of Understanding (MoU) antar negara BIMP EAGA, bersamaan dengan pertemuan Menteri Transport ASEAN ke-13 di Singapore. Kedua Mou tersebut adalah: (i) MoU on Establishing an Efficient and Integrated Sea Linkages in BIMP-EAGA; dan (ii) MoU on Cross-Border Movement of Commercial Buses and Coaches.

Saat ini implementasi dari MoU on Cross-Border Movement of Commercial Buses and Coaches telah memasuki tahap implementasi dengan uji coba pertama pada tanggal 26 September 2008 operasional inter-state bus antara Pontianak ke Bandar Seri Begawan melalui Kuching dan Miri di Sarawak, Malaysia. Untuk Indonesia, ijin operasional bis komersial telah diberikan kepada DAMRI. Bis antara Negara tersebut akan dioperasionalkan secara komersial dengan harga Rp 500.000 dan di Brunei dengan nominal yang sama dalam mata uang Dollar Brunei Darussalam.

Review dari Action Plan berkaitan dengan BIMP-EAGA Roadmap dan telah menyetujui beberapa hal sebagai berikut:• Mengaktifkan kembali Shipping Association

(SA) dan menggunakannya sebagai forum bagi shipping operators untuk mendukung inisiatif perhubungan laut

• Mempercepat pengembangan infrastruktur seperti fasilitas penanganan kontainer di pelabuhan Kariangau di Balikpapan dan pembuatan serta pengembangan dermaga di pelabuhan Jayapura, Indonesia dan Pelabuhan Terminal Kontainer Sepanggar, Sabah, Malaysia.

• Revitalisasi rute General Santos – Bitung. • Menghapus pelabuhan Tahuna dari

daftar pelabuhan yang ditunjuk karena pelabuhan belum dibuka untuk perdagangan internasional

Flagship project yang masihberjalan di BIMP

EAGA adalah Palm Oil, VCO, Hahal Poultry. Selain itu dalam tahun 2008, Indonesia menginisiatifkan pengembangan produk (yang selanjutnya untuk diperdagangkan) yaitu Temu Lawal/Wild Ginger. Dalam program pelestarian lingkungan dan sumber daya alam, Coral triangle merupakan proyek lanjutan dari SSME, dimana inisiatif proyek ini akan melibatkan wilayah perairan bagian timur BIMP EAGA. Semua Negara juga telah menyetujui untuk mempelajari terlebih dahulu program ini sebelum diadopsi menjadi program BIMP EAGA.

Atas pertimbangan hasil Summit ke 3 BIMP EAGA tahun 2006, deklarasi Heart of Borneo HOB) telah ditandatangani pada tanggal 12 Februari 2007 yang lalu di Bali, Indonesia oleh masing-masing Menteri Kehutanan Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Program ini menjadi terkait dengan BIMP EAGA karena berada di wilayah kerjasama BIMP EAGA. Program ini dalam proses finalisasi dokumen nasional, yaitu dokumen rencana tindak masing-masing negara dalam rangka implementasi inisiatif HOB.

BIMP EAGA telah menyetujui studi ADB tentang sektor energi dan telah disusun “Strategic Action Plan of BIMP EAGA Energy Sector”. Untuk kerjasama di bidang migas, pada umumnya kemajuan proyek-proyek kilang minyak swasta masih pada tahap studi kelayakan, penyusunan AMDAL, penjajakan pendanaan dan penyediaan minyak mentah.

Perkembangan electricity interconnection project yaitu masih dalam tahap akan dilakukannya finalisasi kesepakatan antara PLN dengan SESCO Sabah tentang transmisi listrik di Kalimantan dan listrik pedesaan di daerah perbatasan. Berkaitan dengan kerjasama pembangunan transmisi kelistrikan di Kalimantan, pembicaraan dengan SESCO masih dalam konteks komersialisasi yang sangat ditentukan oleh kebutuhan listrik. Sementara itu untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Kalimantan barat, direncanakan pembangunan PLTU sebesar 2 x 25 MW di Singkawang. Perubahan-perubahan kebutuhan konsumsi ini sangat berpengaruh di dalam negosiasi bisnis antara PLN dan SESCO.

Dalam kaitan dengan Cooperation on Bio Fuel Development and Production, program bio fuel di Indonesia khusunya pada 4 komoditas utama yaitu minyak kelapa sawit, Jathropha, Cassava dan Tebu. Indonesia akan mengembangkan Nipa sebagai bentuk lain dari Bio Fuel.

CIQS (Custom, Immigration, Quarantine and Security) BIMP EAGA akan membuat suatu pengukuran yang jelas untuk meningkatkan intensitas kerjasama regional dalam memberikan fasilitas bagi perdagangan lintas batas, pariwisata dan investasi dengan mendirikan one-stop CIQS facilities pada point yang telah ditentukan. Pada bulan November 2008, keempat negara sedang menyusun dokumen kesepakatan harmonisasi dan simplifikasi peraturan CIQS di beberapa point partner di BIMP EAGA yaitu:• Brunei Darussalam: Muara/Labuan• Indonesia: Entikong-Tebedu; Bitung-General

Santos• Malaysia: Sandakan-Zamboanga; Tebedu-

Entikong• Philippines: Zamboanga-Sandakan; General

Santos-Bitung

Development partner BIMP EAGA saat ini adalah Pemerintah Northern Territory (Australia) dan dua negara lain yang sedang dalam proses penjajakan untuk menjadi Development Partner BIMP EAGA adalah Cina dan Jepang. Framework of Economic Cooperation antara BIMP EAGA dengan China masih dalam finalisasi dan direncanakan untuk ditandatangani pada tanggal 14 Desember 2008 di Chiang Mai, Thailand atau 1 hari sebelum Summit agar dapat dilaporkan pada pertemuan 5th BIMP EAGA Summit di Chiang Mai, Thailand.

Di samping itu, tantangan-tantangan lain yang harus dihadapi oleh BIMP EAGA terutama dalam melaksanakan proyek kerjasamanya, antara lain: (i) Kendala umum dalam proyek oil and gas yang dihadapi sejumlah perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha sementara umumnya adalah masalah kesulitan membuat kesepakatan dengan investor, mendapatkan lokasi/lahan yang sesuai dan mengharapkan insentif/dukungan dari pemerintah seperti tax holiday, pembebasan bea masuk impor

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 15Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1114

Page 9: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

barang proyek, fasilitas KAPET/Bonded Zone, dll., dan (ii) Keterbatasan infrastruktur dan sarana dasar pelabuhan lainnya baik, termasuk fasilitasi perdagangan di pelabuhan seperti bea dan cukai yang sering dianggap menjadi kendala bagi lalu lintas barang antar perbatasan.

BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006 - 2010BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006 – 2010 ditetapkan pada saat KTT ke-2 BIMP-EAGA di Kuala Lumpur, 11 Desember 2005. Tujuan dari penetapan roadmap tersebut adalah untuk memberikan arah kerjasama BIMP-EAGA untuk periode lima tahun guna mewujudkan tujuan pembangunannya, khususnya dalam peningkatan perdagangan, investasi dan pariwisata baik antar Negara BIMP maupun dengan negara-negara lainnya. Implementasi Roadmap tersebut memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, pemerintah, pihak swasta maupun seluruh komunitas di seluruh sub-kawasan.

Dalam hal ini, peran pemerintah memiliki peran yang paling penting untuk mendukung dan mengkoordinasikan mekanisme kerjasama, memastikan adanya kerjasama yang saling menguntungkan, dan dapat menyelesaikan perbedaan yang ada sekaligus memfasilitasi hal-hal yang diperlukan untuk mendorong kerjasama tersebut.

Roadmap BIMP-EAGA juga memuat berbagai program dan rencana kegiatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan EAGA. Secara spesifik, Roadmap BIMP-EAGA mencantumkan bahwa tujuan pembangunan BIMP-EAGA adalah untuk mempersempit celah pembangunan antar negara-negara EAGA dan dengan negara ASEAN lainnya. Sasaran jangka pendek BIMP-EAGA adalah untuk meningkatkan perdagangan, investasi dan pariwisata di dalam EAGA. Secara khusus, Roadmap BIMP-EAGA ditujukan untuk (i) meningkatkan perdagangan antar dan inter EAGA sebesar 10% sampai dengan tahun 2010; (ii) meningkatkan investasi di kawasan EAGA sebesar 10% sampai dengan tahun 2010; (iii) meningkatkan investasi pariwisata di kawasan EAGA sebesar 20% sampai dengan tahun 2020; (iv) mewujudkan Roadmap, (v) meningkatkan

perdagangan, investasi, pariwisata antar negara EAGA dan negara lain, khususnya dalam sektor-sektor terpilih yang meliputi: agroindustri, sumber daya alam, pariwisata, perhubungan, infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi, dengan penekanan khusus kepada pengembangan UKM pada tiap-tiap sektor; (vi) mengkoordinasikan pengaturan sumber daya alam bagi pembangunan berkelanjutan di kawasan EAGA; (vii) mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk mendukung integrasi ekonomi dengan peran aktif sektor swasta.

Dari seluruh kelompok tersebut, terdapat beragam program implementasi untuk mendorong tujuan pertumbuhan ekonomi kawasan EAGA. Sesuai dengan arahan para kepala negara BIMP EAGA pada pertemuannya yang ke 4 di Singapura tahun 2007, Mid Term Review Roadmap telah dilakukan yang memberikan beberapa rekomendasi untuk tujuan memprioritaskan dan menfokuskan kembali berbagai program dan proyek pembanguna di kawasan kerjasama BIMP EAGA.

Langkah ke depan ‘Wilayah Tampalan’Pada dasarnya, kerjasama ekonomi sub-regional ini memberi kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan perdagangan, investasi dan turisme. Hal ini sejalan dengan program pengembangan pemerintah di mana kegiatan ekonomi dengan metoda desentralisasi diharapkan akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana program pemerintah melanjutkan strategi pro-growth, pro poor and pro-environment

Beberapa rekomendasi menuju perkembangan ke depan antara lain:1. Mempercepat implementasi kesepakatan di

bidang perhubungan dan berbagai ukuran untuk fasilitasi perdagangan.

2. Menformulasikan kesepakatan untuk implementasi Facilitation of Goods in Transit (AFAGIT) dengan basis test-bed

3. Menginisiatifkan langkah kerja untuk mengembangkan EAGA sebagai sumber penghasil makanan dengan istilah “Food

Basket” untuk wilayah ASEAN dan wilayah Asia lainnya

4. Mengimplementasikan langkah kerja untuk meningkatkan daya saing EAGA sebagai suatu tujuan wisata

5. Mengintensifkan aktifitas Business Matching 6. Memperkuat pengaturan implementasi

proyek dan mekanisme monitor. Dalam menindak-lanjuti kepentingan percepatan dan implementasi kegiatan IMT GT dan BIMP EAGA, maka acara pertemuan tingkat puncak (Summit) diadakan sejalan dengan kegiatan Summit ASEAN. Pada tahun 2011 dimana Indonesia sebagai tuan-rumah penyelenggaraan Summit ASEAN (bulan Mei dan November 2011), Summit BIMP EAGA secara pertemuan ‘back-to-back’ diselenggarakan bersamaan dengan Summit ASEAN bulan Mei 2011, sementara untuk IMT GT diselenggarakan pada bulan November 2011; sekuensial ini diselenggarakan dengan pertimbangan kesiapan dan pencapaian kegiatan yang perlu diperhatikan oleh masing-masing negara anggota KESR. Tidak lepas dari kesibukan masing-masing dalam ‘working groups’ dan ‘clusters’, kegiatan ekonomi daerah cenderung menggeliat dan pada gilirannya

kapasitas sumberdaya manusia perlu mendapat perhatian.

Menyikapi posisi regionalisasi kedua ‘wilayah ekonomi’, terjadi suatu ‘wilayah tampalan’ yang sangat menjanjikan bagi wilayah Indonesia dan Malaysia. Pertama, IMT GT dan BIMP EAGA memiliki wilayah ‘over-lap’ di Indonesia dan Malaysia. Kedua, posisi Indonesia lebih menguntungkan, dimana keseluruhan propinsi di Sumatra tercakup dalam IMT GT dan 14 propinsi di Kawasan Timur Indonesia atau propinsi di empat wilayah makro (Kalimantan, Sulawesi, Irian dan Maluku tengah dan Utara) diliputi dalam BIMP-EAGA; sejalan dengan itu, Indonesia telah memulai strategi pengembangan desentralisasi. Ketiga, posisi Malaysia relatif terbatas, karena penyelenggaraan desentralisasi belum demikian jelas; kondisi Malaysia Barat dicakup dalam IMT GT dan Malaysia Timur (Sabah, Serawak dan Kota Kinabalu) ke kawasan BIMP EAGA, dimana antara barat dan timur secara pengelolaan relatif memiliki keterbatasan mendasar, yaitu sistem negara bagian. Dalam kaitan tersebut, Indonesia memiliki peluang yang sangat sinergis bagi pengembangan wilayah baik di Kawasan Barat maupun Timur.

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 17Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1116

Page 10: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Kelompok Studi Geografi UI (KSG UI) On Program“Learning of Urban Trip & KSG’ers Gathering”

Sabtu 23 Juli 2011, Kelompok Studi Geografi (KSG) 2011 melalui kerjasama antara Biro Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) dan Biro Pendalaman dan Penelitian Geografi Teoritis (Geoteori) melakukan jalan-jalan internal pengurus KSG. Kegiatan ini paling tidak mewakili dua tujuan utama, pertama sebagai wujud konsolidasi internal pengurus dan kedua sebagai pengenalan ilmu geografi yang pada kesempatan kali ini dispesifikan pada transportasi di perkotaan. Kegiatan ini dikoordinatori oleh Putri Mardina (mahasiswi geografi angkatan 2010) dari Biro PSDM.

Biro PSDM mengakomodasi hal-hal yang bekaitan dengan konsolidasi pengurus untuk mempererat kekeluargaan sesama pengurus KSG dan memupuk kembali semangat dan niat untuk tetap berkontribusi pada keilmuan geografi melalui KSG. Bentuk konsolidasi yang dilakukan melalui jalan-jalan bersama pengurus ini juga disisipi konsep keilmuan geografi oleh Biro Geoteori yang mengkaji esensi-esensi kegiatan dari sudut pandang keilmuan geografi yang mempelajari suatu fenomena secara holistik.

Sesuai tema kajian, trip kali ini mempraktekan salah satu konsepsi dari geografi transportasi yaitu berkaitan dengan Modal Split (pemilihan moda). Secara teoritis modal split ini merupakan salah satu dari variabel-variabel yang dipakai dalam perencanaan transportasi yang merupakan strategi untuk melakukan kajian, analisis, dan perencanaan sistem transportasi perkotaan dengan tujuan memproyeksikan permintaan (demand) perjalanan pada masa yang akan datang dan mendesain perubahan dan permintaan (demand) tambahan. Selain Modal Split, variabel lain yang digunakan diantaranya adalah Trip Generation (bangkitan perjalanan), Trip Distribution (distribusi perjalanan), dan Route Assignment (penentuan jalur).

Dalam kajian ini, peserta dibagi kedalam tiga kelompok yang akan melakukan simulasi perjalanan dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination) yang sama namun menggunakan rute dan moda transportasi yang berbeda. Origin dan destination (O-D) telah ditentukan yaitu tempat asal Margonda menuju Kota Tua. Ketiga kelompok melakukan perjalanan sebagai berikut:• Kelompok pertama: melakukan perjalanan

dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan KRl Ekonomi (st. Pondok Cina-st. Jakarta Kota, jalan kaki)

• Kelompok kedua: melakukan perjalanan dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan moda Trans Jakarta (Angkot Depok-Ps. Rebo, Trans Jakarta (transit dibeberapa tempat),

jalan kaki)• Kelompok ketiga: melakukan perjalanan

dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan moda Patas AC (Depok-Ps.Senen, angkot Ps. Senen-Kota, jalan kaki)

Setiap kelompok diharuskan untuk mencatat waktu pejalanan, biaya dan fenomena-fenomena yang dijumpai selama perjalanan seperti titik-titik kemacetan, titik titik dimana banyak penumpang naik, titik-titik dimana banyak penumpang turun, karakteristik penumpang, kenyamanan dan lain-lain yang dianggap relevan dengan tema.

Setelah semua kelompok berkumpul di tempat tujuan (Kota Tua), peserta diarahkan untuk berdiskusi mengenai temuan-temuan selama perjalanan dan menyampaikannya kepada seluruh peserta sebagai perbandingan antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Perbandingan antara tiga kelompok menunjukkan bahwa perjalanan yang mengalami pergantian moda transportasi memerlukan waktu tempuh dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan perjalanan tidak mengalami pergantian moda. Data-data dari simulasi diatas merupakan salah satu dari sekian banyak data yang dipakai dalam perencanaan transportasi sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memproyeksikan permintaan (demand) perjalanan pada masa yang akan datang dan mendesain perubahan dan permintaan (demand) tambahan.

Kepala Biro Pendalaman & Penelitian Geografi Teoritis, Sesa Wiguna, sedang mem-berikan penjelasan teori mengenai “urban trip” kepada peserta kegiatan.

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 19Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1118

Page 11: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

INDONESIA-MALAYSIA-THAILAND GROWTH-TRIANGLE:SEVERAL NOTES ON THE IMT-GT SPECIAL SENIOR OFFI-

CIALS’ MEETING (SOM) 2011RALDI HENDRO KOESTOER

SENIOR OFFICIAL INDONESIA

11JULY 2011, BANDUNG, INDONESIA

INTRODUCTION

The Special Senior Officials’ Meeting (SSOM) 2011 of the Indonesia-Malaysia-Thailand Growth-Triangle (IMT-GT) was convened in Asmila Boutique Hotel in Bandung, Indonesia on 11 July 2011. The Indonesian Delegation was led by Raldi Hendro Koestoer, Senior Official Indonesia. The Malaysian Delegation was led by Mr. Razali Che Mat, Director for Regional Development, Economic Planning Unit (EPU), Prime Minister’s Department. The Thailand Delegation was led by Mr. Pairote Potivong, Senior Advisor on Policy and Planning, the National Economic and Social Development Board (NESDB). The Meeting was also attended by delegates from the Joint Business Council (JBC), the Centre for IMT-GT Subregional Cooperation (CIMT), and from Asian Development Bank (ADB).

The Senior Official of Indonesia, Dr. Raldi Hendro Koestoer, welcomed all delegates to Bandung, Indonesia as this is the first time IMT-GT having their meeting here. He also informed that the selection of Bandung is to introduce Bandung to most delegates from Malaysia and Thailand, as they have never been to this city before, and to bring back nostalgia to the Director of CIMT who studied in Bandung Institute of Technology for five-and-a-half years in the early 1970’s. He mentioned that the Meeting was necessary to follow-up with a number of important agenda that transpired during the 5thLeaders’ Summit in Hanoi, Vietnam in October 2010, the 17th Senior

Officials Meeting in Krabi, Thailand in August 2010, and the 4th Post-Summit Planning Meeting in Koh Samui, Thailand in January 2011. Mr. Pairote Potivong, Senior Advisor on Policy and Planning, Office of National Economic and Social Development Plan (NESDB), Thailand, delivered his Opening Remarks. In his Opening Remark, the Chairman stated that the first Special SOM in 2011 is timely to discuss the status on the follow-up to the directives of the Leaders from the previous Summit. The directives have been recognised and discussed in the 4th Post-Summit Planning Meeting in Koh Samui, Thailand early this year and since then a lot of work and progress have been made. Nonetheless, a lot more work still need to be undertaken before a meaningful deliverable could be presented at the forthcoming Summit to be convened in less than 4 months. The Chairman expressed his hope for a productive discussion for SOM to agree on the necessary steps in ensuring deliverables to the Summit.

SENIOR OFFICIAL GUIDANCE FOR THE 6TH SUMMIT

The Director of CIMT, Dr. Hassan Ibrahim, presented the preparation of the 6th IMT-GT Summit for the Senior Officials’ guidance and direction. The Meeting considered and discussed the pros and cons to realign the IMT-GT Summit schedule with the internal ASEAN Leaders Summits, which are usually held in mid-year, around April or May. Taking into account the

around April or May. Taking into account the views by all Member States, the Meeting agreed to recommend to the IMT-GT Ministers to convene the next IMT-GT Summit back-to-back with the 20th ASEAN Summit, in mid-2012, in Cambodia. With this decision, the Meeting agreed that the bullets and points for inclusion in the 6thLeaders’ Summit Joint Statement prepared by Dr. Hassan being to early to discuss.

Malaysia highlighted that Malaysia had agreed to support the operation cost for CIMT from 1st August 2007 to 31stJuly 2012. Malaysia further highlighted that without the completion of ratification on the legal status of CIMT by 31st July 2012, it would be difficult for Malaysia to justify the extension of its support to CIMT beyond the said date. Malaysia also reminded the Meeting that starting on 1stAugust 2012, the three IMT-GT countries should cover the CIMT’s operational budget by equal contribution.

Thailand informed the Meeting that it is still difficult to determine the specific date for the completion of ratification of CIMT legalisation at this point of time, as Thailand had just formed its new Government after a General Election in early July 2011.Nonetheless, Thailand assured the Meeting that they are undertaking their best effort to expedite the ratification of the legal status of CIMT to be finalised before the next IMT-GT Summit.

Indonesia viewed that once the CIMT is legalised and that equal contribution for its operational budget is implemented, the opportunity to host CIMT should be opened to other IMT countries. They also viewed that there may be a need to undertake a review on the performance of CIMT in undertaking its intended role, such as its role in facilitating IMT-GT engagement with its potential Development Partners. Such review could lead to determination on the best arrangement for CIMT to maximize its role and function. They also viewed that given the important role of the private sector as the driving force of the IMT-GT cooperation, it maybe worth considering to assign JBC to take the role and function as CIMT.

Responding to the view of Indonesia, JBC indicated

that it is undertaking measures to strengthen the JBC’s institution, and it would be premature for JBC to undertake such significant role as the secretariat for IMT-GT. Malaysia highlighted that in line with the decision of 2nd IMT-GT Summit in 2007 in Cebu, Philippines, Malaysia agreed to shoulder the operational cost for the first five years of CIMT with the condition that the CIMT will have its permanent seat in Malaysia. The internal approval process for the budget allocation was therefore submitted based on the said decision. Malaysia further indicated that if the IMT-GT revisit the said decision it would be difficult for them to obtain positive response from their capital to continue supporting CIMT beyond 31stJuly 2012, even with equal contribution from all IMT-GT Member Countries. As such, Malaysia urged all Member Countries to hold the earlier decision for CIMT to have permanent seat in Malaysia.

The Meeting noted the intended resignation of Dr. Hassan Ibrahim, Director of CIMT, which will be effective on 30thSeptember 2011. The Meeting expressed its appreciation to Dr. Hassan for all his hard work and dedication to make IMT-GT be more effective and successful in achieving its vision and mission.

The Meeting also noted that with the resignation of Dr. Hassan, the tenure of Directorship of CIMT would only have 10 months remaining, and that it would be difficult to find replacement for such short tenure period. During the said 10-month gap, the following possible arrangements in the role and function of the CIMT were discussed, namely:Option1:ADB to take the role and function of the IMT-GT Secretariat in the absence of a CIMT’s Director. Responding to this, ADB indicated that it is willing to positively consider as and when the request is made.ADB further indicated that while it is willing to assist, this arrangement would not be an optimum option for the long run, as IMT-GT is moving toward legalising the CIMT. As such, ADB would only be assisting up to 31st July 2012, and the IMT-GT Member Countries would need to agree on a permanent arrangement beyond the said date.Option 2:The NS of the Technical Host Country of the IMT-GT meetings would serve as

BERITA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 21Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1120

Page 12: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

the Secretariat of the specific meeting being convened.

After a long deliberation, the Meeting agreed for Option 2, with ADB assisting as suggested in Option 1. The staff of the CIMT would still be supporting the role of the Secretariat in all tasks.

PREPARATION OF IMPLEMENTATION BLUEPRINT 2012-2016

ADB presented a progress report on the preparation of Implementation Blueprint 2012- 2016 (IB). The report indicated that a moderate progress has been made in identifying projects for inclusion in the IB as only three Working Groups (WGs) have met, and only two of these three have started the process of identifying projects for the IB. Only a few project profiles have been submitted and most of them have limited or incomplete information.

Taking into account the exchange of views among the SOM, the Meeting agreed on the following course of actions, as recommended in the progress report:

1. Call on the WGs that have not met, i.e. WG on Tourism, WG on Agriculture and Agro-based Industry and Environment, and WG on Human Resources Development, to convene their respective meetings not later than mid-August 2011 with the specific objective of identifying candidate projects for the IB. The Meeting also called on the WGHAPAS, although it has already met, to do the same. For these meetings to generate concrete results, the Meeting requested CIMT to circulate the guidelines, criteria and templates as provided in Appendix F of the progress report by the ADB, to be circulated in advance especially to project proponents and the Chairs, with the request that completed project concepts be prepared for discussion at the meetings. The Meeting also encouraged the NS to proactively offer to assist the project proponents in preparing the project concepts. The Meeting reminded the WGTI and ITWG to submit the project concepts, with complete

information, as agreed to in their respective meetings.

2. As for the difference of views on the hosting of the three WGs (WGT, WGAAE and WGHRD) that were yet to conduct their meetings, CIMT explained that the WGs should not regard the previous hosting of all six parallel WG meetings during the Special Consultation Meeting in June/July 2010, Penang, Malaysia, as Malaysia’s turn as it was then a special event. The WGs should continue the rotation basis that they left off from 2009. The three WGs that had already conducted their meetings (WGHAPAS, WGIT and WGTI) had in fact continued the rotation basis that they left off from 2009. That means WGHRD and WGT should be hosted in Indonesia, and WGAAE in Malaysia. During the WGT Parallel Session at the 4th Post-Summit Planning Meeting in January 2011 in Koh Samui, however, the WGT Chairperson had agreed to host the WGT Meeting in 2011 in Thailand. The Meeting agreed to CIMT’s explanation and requested CIMT to remind the three WGs to conduct their meetings well in time for the next SOM and MM.

3. Request the WG Chairs to identify the person(s) responsible for completing and submitting the Project Concept and other requirements for each candidate project and their names and contact details should be submitted to CIMT so that targeted follow-up can be initiated by CIMT. The WG Chair should also ascertain the timelinesfor completing the requirements;

4. Request the WG Chairs to review the Project Concept for completeness and accuracy; they may request the assistance of the relevant National Secretariate (NS) and the CIMT in undertaking the review. In the course of developing the Project Concept, direct the NS, in coordination with the concerned line agency or project sponsor to:• coordinate with the planning and finance

ministries to validate the link between the project and the national plans/programmes and the budget (in the case of public-sector funded projects); and

• assist in coordinating the consultation process with the relevant stakeholders,

including local governments, as needed.5. Provide WG Chairs and members with a note

explaining the results monitoring framework, together with examples, such those provided for in appendix F of the progress report by ADB.

6. Direct the CIMT, in collaboration with the NS, and with ADB assistance, to organize a workshop with the specific objectives of: (i) assisting project proponents (both from the public and private sectors) in developing and completing the project concepts; and (ii) providing a venue for clarifying the guidelines, criteria and templates. The Meeting agreed to convene the workshop by mid-September 2011 in Melaka, Malaysia. The specific date for the workshop would be informed in due course by Malaysia as host country. To ensure optimum results, the Meeting stressed that national consultations should be convened prior to the regional workshop to provide a venue for identifying candidate IB projects, and addressing relevant issues among the agencies concerned, including with agencies responsible for planning and finance/ budget.

With regard to the need to include IMT-GT’s operational mechanism as part of the IB, the Meeting recalled its earlier decision at the Post Summit Strategic Planning Meeting held in January 2011 in KohSamui, for each country to conduct an internal consultation on the operational mechanism, focusing on the functions and structure of the WGs, guided by the Business Process Review (BPR) recommendations. The Meeting tasked the NS to proceed with the internal consultations, with assistance of ADB, and to come up with proposed options for improving the operational mechanism to ensure proper management and operations of all stages of the project cycle. The proposed new mechanism should be ready for discussion at the 18th SOM/MM in October 2011.

On the priority connectivity projects, (PCPs) the Meeting agreed that all PCPs should, in principle, be included in the IB, subject to their possible realization within the timeframe of the IB (2012-2016). The Meeting noted that all countries would undertake internal consultations to ensure the

level of preparedness of the PCP projects for them to be included in the IB, including identifying the focal point for each project, securing the funds, and determining their linkage with the national development plan.Thailand informed the Meeting that she is also considering to substitute the Southern Ports Development Project with a new project for an Inland Container Depot (ICD) at Tung Song in the IB and that consultations between the NS and Ministry of Transport and Communication as the proponent are ongoing.

The JBC indicated its interest on three PCP projects namely, the ICD at Tung Song in Thailand, the Bukit KayuHitam CIQ Facility in Malaysia, and the Banda Aceh-Kuala Simpang Road in Indonesia. The project in BukitKayuHitam involves the construction of two additional lanes in the duty free area to be dedicated specifically for tourist and tourists vehicles. The specific proposal from JBC would be submitted at the forthcoming SOM/MM in October 2011. The JBC sought confirmation from Indonesia on whether the project is included in the Blue Book as part of the national program. If the project is not part of the national program, the JBC would explore the possibility of participating in the Medan-Kuala Namu New Airport Project instead.

Responding to JBC’s query, Indonesia clarified that the Banda Aceh-Kuala Simpang Toll Road was proposed by the Provincial Government of Banda Aceh. Indonesia will revert as soon as possible to confirm whether the project is included in the Blue Book (publicly-funded projects) or the Green Book (potential public-private partnership projects). Indonesia further clarified that if the JBC is interested to have a 100% private sector investment for the Banda Aceh- Kuala Simpang Toll Road, the JBC could submit its proposal for government approval regardless of its inclusion in the Blue or Green Book of Indonesia.

PREPARATION FOR BIMP-EAGA AND IMT-GT HIGH VALUE AGRICULTURE BUSSINESS CONFERENCE AND EXPO IN MELAKA, MALAYSIA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 23Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1122

Page 13: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Malaysia briefed the Meeting on the preparations for the BIMP-EAGA and IMT-GT High- Value Agriculture Business Conference and Expo to be held in Melaka, Malaysia on 1 – 4 December 2011. In his presentation, Malaysia requested Member Countries to:

• identify prominent agro-based companies to be the speaker for the topic on successful cases of HVA businesses;

• identify prominent agro based companies/SMEs to participate in business matching session;

• identify traders to participate in the trade expo/food fair; and

• identify dance group for cultural show.

Malaysia mentioned that a special letter from the Malaysia’s IMT-GT Minister would be sent to his counterpart Ministers in Indonesia and Thailand around the end of July 2011 requesting the above support.

The Meeting congratulated Malaysia for the initiatives to organise the event, and noted the following suggestions by Member Countries:• the need to have a detailed arrangement of the

event, such as the rate of rental of the booths in the expo;

• invitation for the event be directly addressed to the concerned line Ministries in IMT countries with a copy to the SOM and NS;

• the event to be used to promote champion products of IMT-GT and BIMP-EAGA sub-region;

• to invite experts from outside the two sub-regions to share their experience and also academics to share their latest technology and findings in their relevant Research and Development; and

• to have ASEAN Secretariat instead of ERIA as one of the organisers supporters.

Indonesia particularly remarked that Indonesia would support the HVA Conference and Expo as it a directive of the IMT-GT and BIMP-EAGA Leaders during the respective Summits in October 2010 and May 2011, respectively. However, on the issue of HVA as a flagship programme in IMT-GT and BIMP-EAGA, Indonesia viewed

that HVA was more a Malaysia’s initiative, and should not be considered yet as an IMT-GT and BIMP-EAGA programme, but could be related in some way or other to IMT-GT and BIMP-EAGA. Indonesia also suggested that the various support as requested above should be directed to the Ministry of Agriculture and Ministry for Marine and Fishery.

The Meeting noted that Malaysia would be circulating more detailed information on the event and issuing the invitation accordingly as soon as possible.

FRAMEWORK OF COOPERATION ON CIQ OPERATIONS DRAFTED BY THE CIQ TASK FORCE The Meeting noted and commended the CIQ Task Force on the progress in developing a framework of cooperation on CIQ operations. The Meeting viewed that the CIQ cooperation in IMT-GT should at this stage focus on facilitation measures rather than harmonisation of rules and regulations. The Meeting tasked the CIQ Task Force to focus on practical issues that would address immediate need of the private sector in doing business in IMT-GT sub-region. As such, the Meeting tasked the CIQ task force to convene regular consultation with JBC to identify the issues. The Meeting also viewed that the IMT-GT could also serve as a test site for ASEAN level initiatives in trade facilitation, which are currently facing obstacles in implementation given the bigger number of Member Countries involved.

The Meeting deliberated the issue raised by the CIQ Task Force on the possibility of not having the framework signed by the Leaders and endorsed by SOM/MM. The Meeting viewed that the issue could be only considered once the content of the Framework is clear and finalised. In this regard, the Meeting tasked the CIQ Task Force to deliberate further the content of the document and to finalise the draft as soon as possible.

SOM’S GUIDANCE ON A STUDY ON THE IMPACT OF IMT-GT COOPERATION UTILIZING THE IMT-GT TRADE INVESTMENT AND TOURISM DATABASE (ITITD)

The Meeting noted the progress made in the development of the IMT-GT Trade, Investment and tourism database, which covers the compilation of data in two phases. Phase 1 covers key economic indicators at the national level and Phase 2 covers key trade, investment and tourism indicators at sub-regional level. At the 5th Working Group on Trade and Investment (WGTI) Meeting held in Bangkok on 30 May 2011, ADB was requested to draft the Terms of Reference (TOR) of a study that would utilize the database to assess development trends in the subregion as well as the impact of IMT-GT cooperation at the subregional level.

In discussing the draft TOR, the Meeting raised the following issues: (i) whether the conduct of the study might be premature and should be conducted only after a more comprehensive set of data has been collected; and (ii) whether the WGTI had already endorsed the draft TOR. ADB explained that the WGTI and the IMT-GT Trade, Investment, and Tourism Database Task Force (ITITD TF) have recognized that a study could help validate the usefulness, as well as the limitations of, the existing data and identify other datasets that could inform a more meaningful analysis at a later stage. For this reason, ITITD and WGTI agreed to recommend to SOM to conduct a study to analyze the trade, investment and tourism patterns in IMT-GT utilizing the compiled dataset, and requested ADB to develop the TOR and consider providing technical assistance for such study.

The Meeting endorsed in principle the recommendation of the ITITD TF and WGTI to conduct a study on the impact of IMT-GT Cooperation and noted the draft TOR for the study that has been prepared by ADB in response to the request of the two committees. The Meeting requested the ITITD Task Force to deliberate on and finalize the draft TOR for consideration of the SOM through the WGTI.

The Meeting noted the daft Framework of Economic Cooperation (FOEC) between IMT-GT and Japan as prepared by CIMT. The Meeting viewed that before deliberating the draft FOEC and sent to Japan for consideration, there is a need to better understand Japan’s expectation from the cooperation. In this regard, the Meeting requested CIMT to meet with Japan and seek further clarification from Japan, and revert to SOM on the outcomes of the consultation.

PREPARATIONS FOR 18TH SOM/MM & 8THCMGF MEETINGIN MEDAN, INDONESIA

Indonesia briefed the Meeting on the preparations for the 18th SOM/MM and 8th CMGF Meetings, which is tentatively scheduled to be held on 6 – 8 October 2011 in Medan, Indonesia. The date and venue of the said meetings would be confirmed by no later than 31st July 2011.

The Meeting noted the draft agenda of the SOM/MM and its related meetings prepared by CIMT. In line with the common practice, the draft agendas will be reviewed by Indonesia as the host country and subsequently circulated to other Member Countries for their comments. ADB would also be given the opportunity to comment on the agenda items under its purview.

Recalling its earlier decision to convene the Leaders’ Summit in mid-2012 at the sideline of internal ASEAN Summit, the Meeting viewed that there may be a need to convene a special SOM/MM as preparatory meeting for the Summit, particularly to deliberate and finalise the Implementation Blueprint prior to the endorsement by the Leaders. Recalling further its earlier decision on the interim arrangement in the absence of the CIMT director, the Meeting agreed that the National Secretariat of the Host Country, in this case, Indonesia, would take the role and function of the CIMT for the forthcoming 18th SOM/MM and its related meetings.

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 25Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1124

Page 14: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Pelatihan Guru Geografi SMA Kota Depok Sesi IITahun 2011

Setelah sesi pertama pelatihan membaca peta dijital dengan pemahaman dasar yakni membaca peta hardcopy dari Bakosurtanal, maka pada sesi ke 2 lebih fokus kepada penggunaan peta dijital. Peta dijital yag digunakan dibeli dari Bakosurtanal untuk digunakan oleh Dinas Pendidikan Kota Depok, sehingga bisa digunakan oleh SMA di Kota Depok.

Gambar 1. Tiap peserta satu orang 1 komputer

Perangkat lunak yang digunakan adalah ILWIS. Perangkat lunak ini digunakan karena pertama per-angkat lunak ILWIS tidak berbayar atau lisensi milik publik, kedua peragkat lunak ILWIS tidak perlu diinstalasi sehigga bisa langsung digunakan, bahkan memorinya sangat ringan sehingga dari flashdisk sekalipun sudah bisa digunakan.

Gambar 2. Peserta didampigi saat berpraktek.

Hasil dari pelatihan ini diharapkan para guru mampu menjelaskan tentang kegunaan peta dengan lebih baik lagi serta dalam penggunaan teknologi SIG.

Pekan Ilmiah Mahasiswa Tahun 2011,Universitas Hasanuddin, Makassar

Riset bisa dimulai sejak mulai duduk di bangku sekolah mulai dari level SD hingga kuliah. Di bangku kuliah ajang tertinggi adalah Pekan Ilmiah Mahasiswa. Tahun 2011 diselenggarakan oleh Dikti di Kota Makassar dan bisa berbangga karena tim mahasiswa dari Geo diminta mewakili UI untuk bertanding di ajang PIMNAS 2011.

Sebelumnya tim ini sudah berhasil berkompetisi dan mendapatkan dana hibah penelitian mahasiswa dari Dikti tahun 2011. Tema yang diambil cukup menarik: Identifikasi lokasi potensial panas bumi berupa manifestasi yakni kolam air panas, mata air panas, kolam lumpur,

kolam air panas bercampur lumpur, uap panas, batuan dan tanah panas, aliran lumpur. Area fokus penelitian adalah Kawah Anjing dengan pembanding lokasi berdekatan yakni Kawah Citaman dan Kolam Air Panas. Area ini tidak jauh dari Kebun Teh Parakan Salak, Sukabumi.

Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dengan teknis tambahan pengolahan dan interpretasi citra. Kelebihan penelitian ini bagi mahasiswa adalah peneletian yang komprehesif sesuai mata kuliah yang ada. Ada penggunaan teknologi terkini (citra satelit), data primer langsung di lapangan (suhu dan pH, serta GPS) serta penggunaan laboratorium kimia (sampel kandungan mineral dalam air).Semua berjalanan dengan baik, paling tidak para mahasiswa menikmati proses bagaimana mulai menemukan ide riset, membuat proposal, medapatkan dana penelitian, pelaksanaan, manajemen

dan laporan kegiatan. Hasilnya bisa diapresiasi dalam even nasional yakni PIMNAS, termasuk pengalaman presentasi.

Terlepas UI tidak menang dalam PIMNAS (jumlah proposal yang masuk ke PIMNAS hanya 8 dengan hanya 1 PKM Penelitian, bila dibandingkan dengan UGM jumlah proposal yang masuk 39 proposal dan mendapatkan 7/8 emas, sehingga menjadi juara umum), melihat para calon peneliti presentasi dan mengeluarkan produk hasil penelitian yang ajaib-ajaib , hati ini sudah cukup terhibur.

Jika mereka jadi orang yang on the track dan penelitian mereka terserap ke industri kreatif maka Indonesia akan lebih maju. 230-juta penduduk menjadi target market yang menggiurkan.Bravo peneliti muda semoga tak lekang dimaka Zaman.....

KAMPUSIANA KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 27Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1126

Page 15: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) saat ini sedang bekerja dalam sebuah pilot project di Indonesia bersama BNPB, PNPM Support Facility (PSF), Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Mercy Corps, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) dan Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR Labs) untuk melakukan uji coba penggunaan teknologi OpenStreetMap beserta penerapan dan pelatihannya untuk meningkatkan akurasi dan aksesibilitas dari data pemetaan komunitas. Untuk mendampingi pilot project ini HOT membutuhkan dua intern untuk membantu dengan pengetahuan lokal tentang Indonesia, membantu untuk memandu jalannya workshop, serta penerjemahan informasi ke dalam Bahasa Indonesia. Masa internship terhitung dari tanggal 20 Juni - 29 Juli 2011. Jadi selama sebulan saya & Vasanthi mengunjungi berbagai daerah untuk membantu jalannya workshop sebagai interpreter (penerjemah) maupun membantu hal-hal teknis terkait dengan tools OpenStreetMap. Untuk melihat update perkembangan bagaimana jalannya workshop dapat dilihat di http://hot.openstreetmap.org

Perlu diketahui bahwa OpenStreetMap ini merupakan tools yang sangat bermanfaat untuk mengumpulkan data dimana data disimpan dalam platform yang sama dan server yang sama serta menggunakan proyeksi yang sama (WGS'84). Data yang dikumpulkan tersebut dapat didownload ke dalam bentuk SHP untuk selanjutnya digunakan dalam analisis menggunakan software GIS lainnya (karena OSM bukan tools untuk analisis)

Dalam kegiatan ini, HOT bersama intern mengadakan workshop di beberapa kota dan area rural di Indonesia. Untuk pemetaan wilayah urban, diadakan kompetisi pemetaan

untuk kalangan mahasiswa. Kompetisi ini berlangsung di 5 perguruan tinggi di kota besar seperti Universitas Indonesia (Jakarta), Institut Teknologi Bandung (Bandung), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Institut Teknologi Sepuluh November (Surabaya), dan Universitas Andalas (Padang). Sebelum kompetisi dimulai tentu saja peserta akan mendapatkan workshop satu hari mengenai metode pengumpulan data dengan teknologi OpenStreetMap. Tujuan diadakan kompetisi adalah untuk melakukan pemetaan bangunan sebanyak-banyaknya beserta atributnya yaitu: fungsi bangunan, struktur bangunan, jenis dinding, jenis atap, dan jumlah tingkat. Outputnya adalah data tersebut akan dimanfaatkan untuk aplikasi RISIKO (Risk-in-a-Box, http://riskinabox.org), yaitu sebuah aplikasi berbasis web dan open source untuk mengetahui dampak suatu bencana. Dengan mengumpulkan data bangunan maka dapat diketahui tingkat kerusakan bangunan di lokasi-lokasi tertentu apabila terjadi bencana seperti gempa bumi dan gunung berapi. Kompetisi berlangsung dari tanggal 26 Juni 2011 hingga 7 Agustus 2011. Pemenang dari setiap perguruan tinggi yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak (5 poin untuk bangunan, 1 poin tambahan untuk point of interest) berhak menjadi pemenang dengan hadiah berupa perjalanan ke Denver, Colorado, USA untuk mengikuti konferensi OpenStreetMap tahunan State of the Map dan konferensi Free OpenSource Software for Geospatial (FOSS4G) pada tanggal 9-16 September 2011. Data ini nantinya digunakan untuk pengembangan software OpenSource Risiko (kerjasama AIFDR, BNBP, BPPT) yaitu software kalkulasi tingkat kerusakan pada saat terjadi bencana di wilayah urban.

Untuk pemetaan wilayah rural, dilakukan workshop selama 2 hari bekerja sama dengan ACCESS-AusAID dan PNPM-WorldBank. Workshop pertama dilakukan di Bima (Pulau Sumbawa), setelah itu tim HOT dibagi

Kegiatan Humanitarian OpenStreetMap Team di IndonesiaOleh Emir H

menjadi dua. Vasanthi dengan Kate Chapman mengunjungi Takalar, Bau-Bau, Waingapu, dan Lombok. Sedangkan Emir dengan Jeff Haack mengunjungi Lombok, Waingapu, Bantaeng, Kupang. Workshop yang kami lakukan di lingkungan rural mengalami beberapa kendala yaitu masalah infrastruktur berupa internet. Dan juga kader-kader mereka kebanyakan tidak terlalu paham dengan komputer dan penggunaan internet. Untuk membuka email saja perlu dibantu. Bahkan ironisnya mereka hanya membuat email untuk mendaftar Facebook dan tidak pernah digunakan. Namun, walaupun demikian, mereka sangat tertarik untuk menggunakan OSM dalam mengumpulkan data sosial agar pemerintah dan pengambil keputusan dapat mengontrol dan mengakses langsung data tersebut tanpa perlu jauh-jauh datang ke lokasi. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi pembangunan di tingkat rural. Satu masalah lagi, karena data OSM bersifat "open" (terbuka), dan mungkin bagi beberapa orang data sosial sangat sensitif, nanti kedepannya akan dibangun server dan domain http://openstreetmap.or.id dimana hanya yang berkepentingan saja yang dapat mengakses data-data sensitif tersebut. Selain itu juga saat ini sedang dilakukan lokalisasi terkait dengan simbol-simbol untuk objek-objek yang hanya ada di Indonesia. Lokalisasi juga dilakukan dengan menerjemahkan segala tools dan dokumentasi

(panduan) ke dalam Bahasa Indonesia.

Di pertengahan periode training, tim HOT juga kedatangan seorang desain grafis yaitu Chris Blow yang bertugas mendesain simbol-simbol untuk lokalisasi atribut di Indonesia yang belum ada di OpenStreetMap. Kemudian tim HOT juga kedatangan Rob Baker yang bertugas untuk membangun server dan membuat website http://openstreetmap.or.id.

Website tersebut pada nantinya akan berisi repository OpenStreetMap Indonesia mulai dari peta OpenStreetMap, dokumen seperti panduan (yang saat ini masih dalam tahap akhir penyusunan), data shapefile seluruh Indonesia dari OpenStreetMap yang bisa diunduh dengan bebas, dan dalam pengembangannya kemungkinan dari web tersebut user dapat melayout dan mencetak peta.

Selama kurang lebih dua bulan kegiatan pilot project ini, lebih dari 30.000 bangunan telah terpetakan dan juga HOT menerima banyak sekali masukan dari teman-teman peserta workshop. Pada bulan Oktober yang akan datang, tim HOT akan kembali lagi ke Indonesia untuk membicarakan tindak lanjut dari pilot project ini.

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 29Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1128

Page 16: Salam hangat para pembaca Geospasial, REDAKSI: STAF · PDF filePak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera

Hasil Penelitian/Skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Geografi UI semester genap 2010/2011:

1 Pola Keruangan Belanja Penduduk Kampung Pedalaman dan Penduduk Kampung Pesisir di Pulau Rote (Hasil Penelitian). PURNAMA RISMAULI 2007 2 Perubahan Kegiatan Ekonomi disektar Industri Pariwisata Kab. Samosir. LOKITA M 2007 3 Perubahan Penggunaan Tanah Gumuk Pasir tahun 1972, 1992, 2002, dan 2006 di Pantai Parang Tritis Kec Kretek, Kab. Bantul, Prov. DIY. IKE YULI 2007 4 Jangkauan Pelayanan FO berdasarkan karakterisktik FO dan Konsusmen di Kota Bogor. LISAYOESTI 2007 5 Wilayah Rawan Longsor di Unit-Unit Geomorfologi di DAS Luk Ulo Provinsi Jawa Tengah. ADINDA CEMPAKA 2007 6 Pola Curah Hujan di Pulau Jawa Periode Normal, El Nino dan La Nina. RENDY PRATAMA 2007 7 Pola Aglomerasi Industri Manufaktur di Kabupaten Bekasi Tahun 2002 dan 2007. DWITYAS ISNAENI 2007 8 Pola Spasial Pencemaran Udara dari PLTU dan PLTGU Muara Karang. ANITA D P 2007 9 Kemacetan Pada Pusat-Pusat Keramaian di Kota Jakarta Pusat. HARI P 2007 10 Kerentanan Terhadap Gempa Bumi di Tasikmalaya. TIARA RAMADHANTI 2007 11 Keterkaitan Polutan Udara dan Suhu Permukaan serta Distribusinya di DKI Jakarta. NURKHAMILA RISALAH 2007 12 Pergeseran Pola Spasial Migrasi T enaga Kerja dan Konsentrasi Industri di P Jawa. KARINA AJENG 2007 13 Model Spasial Kualitas Penerimaan Layanan Sinyal Komunikasi di Kota Bukit Tinggi. ALHAMDI YOSSEF HERMAN 2007 14 Pemenuhan Kebutuhan Sekunder di Permukiman Kumuh Kec. Penjaringan, Jak-Ut. ALFARIS 2006 15 Jumlah Penduduk dan Pola Permukiman di Kota Cilegon tahun 1997-2009. ALDI TIANDI 2007 16 Perubahan Penggunaan Tanah dan Pengaruhnya Terhadap perluasan Wlayah Banjir di Kota Banjar. IRMA HANDAYANI 2007 17 Wilayah Beban Tanggungan Di Pulau Jawa. MENTARI D C 2007 18 Persebaran Industri Kecil Pangan dan Sandang di Kota Bukit Tinggi. METHA FITRINA 2007 19 Deforestasi Pulau Kalimantan Tahun 2007-2009. ARDIANSYAH 2007 20 Karakteristik Lokasi Usaha Futsal di Kota Jakarta Selatan. HARIS P 2005 21 Distribusi Penduduk dan Aktifitas Pertanian Menurut Ketinggian di P Jawa. DESTY PRATITA M 2007 22 Pola Area Tangkapan Park & Ride Stasiun Depok dan Depok Baru. LAILA AMIRAH 2006 23 Hubungan Wilayah Subur Perairan Laut Dengan Produksi Ikan Tangkap di Selatan Jawa Barat. NOVITA M 2007 24 Wilayah tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten Cirebon. FIFIK ZULFIKAR 2007 25 Tahap Perkembangan Obyek Wisata di Kab Banyumas. NIKI K 2007 26 Wilayah Budidaya Rumput Laut di Kec. Sumur, Kab. Pendeglang. HILMAN QISTI 2007 27 Pola TBD di Kota Semarang. JUPRIYADI 2007 28 Pemodelan Wilayah Banjir di Kota Solo. ANINDITO A N 2007 29 Alur Distribusi Batik Tulis di Kota Yogyakarta Tahun 2009. DIAH PRASETYA 2005

30 Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitar TPA Cipayung, Kota Depok. YULI NURAINI 2007 31 Unit Geomorfologi dan Tutupan Lahan Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. YUDO ASMORO 200632 Deforestasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Hubungannya dengan Perubahan Bersaran Erosi Tahun 1999 – 2009. ABDULLAH RIZKI 2005 33 Usia Perkawinan Pertama Wanita Berdasarkan Struktur Wilayah di Kab. Bogor. DINI RISYA 2006 34 Pola Jajan Anak Sekolah Dasar di Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur. FAKHRUL WADAD 2006 35 Faktor Pengaruh Pertumbuhan Kota di Jabodetabek. AVID W 2005 36 Pola Distribusi Aerosol Di Pulau Jawa Bagian Barat. SINTA LESTARI 2007 37 Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Berdasarkan Penggunaan Tanah di Kel. Ancol, Jak-Ut. DANANG ARIBOWO 2006 38 Biomassa Tegakan Hutan Rakyat di Kec. Cibingbin, Kab. Kuningan. DICKY ARVIANZA 2007 39 Wilayah Persaiangan Air Minum Dalam Kemasan di Tingkat Retail di Kec. Pademangan. RYALDI ARIES 2006 40 Hub. Karakteristik Bangunan, Lokasi, Aksesibilitas, dan Pesaing Hypermart Carrefour di Jakarta Selatan dengan Wilayah Konsumennya DANI VINA 2007 41 Prakiraan Wilayah Terkena Dampak Lingkungan dan Kesesuian Pelaksanaan Corporet So sial Respponsibility PT. Karakatau Steel di Kota Cilegon DEA AMELIA 2007 42 Cluster Industri Mebel Klender ESTRIASTUTI N A 2007 43 Pola Persebaran Fasilitas Wisata Non Primer Di Sekitar Baturraden, Kab Banyumas, Jateng. SUNAN JUNDA 2007 44 Pusat Kota di DKI Jakarta. BANDUNINGSIH 2007 45 Tingkat Perkembangan Wilayah Kota Serang . TRI WORO 2006 46 Keterkaitan Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air Sunga di D.A Citanduy. RADITIA PRATAMA 2007 47 Tingkat Daya Tarik Wisata Pantai di Kaw. Karst Kab. Gunungkidul. DEVINA 2007 48 Wilyah Kerentantanan Terhadap Gempa Bumi di Kab. Pandeglang. DELIYANTI GANESHA 2007 49 Pola Pergerakan Penduduk dan Hirarki Pusat Perbelanjaan Kota Bogor. FITRIA W 2007 50 Pola Persebaran Tingkat Erosi Penggunaan Tanah Pertanian Tanah Kering di DA Ci Kapundung. JEFRI F 2007 51 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Berdasarkan Pola Permukiman Linier dan Mengelompok di Sungai Ogan. SHELLA N 2007

KAMPUSIANA

Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11 31Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 1130