Salah Kaprah Mengenai Acuan Asumsi Harga Per m2 Bangunan
-
Upload
pungge-prima-huwa -
Category
Documents
-
view
218 -
download
3
description
Transcript of Salah Kaprah Mengenai Acuan Asumsi Harga Per m2 Bangunan
Salah Kaprah Mengenai Acuan Asumsi Harga Per m2 Bangunan
posted Mar 5, 2012, 10:37 PM by Casumayutacon Management [ updated Mar 5, 2012, 10:51 PM ]
Banyak asumsi sederhana yang berkembang di masyarakat mengenai harga per m2
bangunan. Misal, di wilayah jakarta, asumsi per m2 bangunan adalah maksimal Rp.
3.000.000,-/m2. Bahkan dibeberapa lokasi ada yang berasumsi dengan harga Rp.
2.200.000,-/m2 atau 2.800.000,-/m2. Hal ini tentunya tidak sepenuhnya benar dan dapat
menjadi kebimbangan dalam menentukan persepsi. Mari kembali ke logika berpikir kita
dari sisi perhitungan matematika sederhana. Nilai per m2 tersebut didapat dari total
biaya pembangunan sebuah bangunan dibagi dengan luasan bangunan itu sendiri.
Rumusnya :
Sebagai contoh, bilamana sebuah bangunan seluas 225 m2 dibangun dengan total biaya
Rp. 607.525,400,-, maka :
Bila dibulatkan, harga per m2 bangunan tersebut berada di angka sekitar Rp.
2.700.000,-/m2.
Namun hal ini tidak dapat dijadikan acuan yang dapat digeneralisir atau disamaratakan
untuk semua jenis dan bentuk bangunan, dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Kualitas Bangunan
Kualitas Bangunan dengan spesifikasi material yang cukup mewah, mungkin akan
menghasilkan harga per m2 bangunan yang lebih tinggi. Misal lantai digunakan marmer
atau batu alam kualitas A, Sanitair menggunakan produk mewah, keberadaan basement,
ornamen-ornamen arsitektural yang cukup mendapatkan perhatian dari sisi biaya, dan
lain-lain. Maka harga per m2 bisa mencapai Rp. 4.000.000,-/m2 hingga Rp.
6.000.000,-/m2. Ataupun harga per m2 tersebut dapat menjadi terlalu tinggi bilamana
bangunan seluas 225 m2 tersebut dibangun dengan kualitas standard, tidak
menggunakan ornamen-ornamen arsitektural berlebih, tidak diperhitungkan sebagai
bangunan tumbuh (kemungkinan adanya penambahan lantai bangunan di kemudian
hari) sehingga dimensi tulangan cukup digunakan untuk menopang struktur yang
terbangun saat ini saja.
Banyak dari brosur-brosur perumahan yang menampilkan harga murah. Seperti dengan
Rp. 50.000.000,- sudah memiliki rumah dengan tipe 36 m2. Namun, bilamana anda teliti
dan paham tentang kualitas bangunan, maka anda sudah mempertimbangkan bangunan
yang sekedar dapat berdiri.
Berdasarkan hasil survey saya di sebuah wilayah perumahan murah dengan kisaran
harga Rp. 50.000.000,-, saya menemukan rumah contoh yang belum selesai di bangun
untuk area perumahan tersebut. Kondisi hasil pekerjaan pada pembetonan kolom dan
balok sangat memprihatinkan karena besi tulangan terlihat tidak terbungkus beton
sepenuhnya, dimensi besi tulangan utama digunakan besi dengan diameter 6 mm dan
besi sengkang (gelang) digunakan diameter yang hampir serupa dengan kawat. Kondisi
ini tentunya sangat mengkhawatirkan untuk tinggal didalamnya. Karena besi tulangan
yang tidak terbungkus sempurna dapat menyebabkan terjadinya korosi (karat) pada besi
tulangan tersebut yang dapat menyebabkan perubahan luas penampang besi tulangan
sehingga terjadi penurunan daya tahan terhadap gaya tarik akibat beban yang bekerja
pada bangunan. Karena perlu diketahui bahwa struktur beton dapat terbentuk dan
menopang beban karena adanya kombinasi kerja antara besi tulangan dan beton. Maka,
bilamana salah satunya sudah tidak bekerja dengan baik, maka struktur beton tersebut
akan hancur atau runtuh. Sehingga, tidak perlu dibahas kembali umur bangunan anda
akan bertahan hingga berapa lama dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut.
Kemudian, dengan dimensi yang terlalu kecil tersebut, anda tidak dapat menjadikan
rumah dengan spesifikasi tersebut sebagai rumah tumbuh atau menambah lantai
(tingkat) di kemudian hari. Dengan maksud bahwa bilamana anda ingin merenovasi
rumah anda menjadi 2 lantai atau menambah dak di atasnya, maka anda harus
merobohkan bangunan rumah tersebut dan mendirikan kembali sesuai dengan
spesifikasi struktur untuk 2 lantai dengan benar.
Kasus yang sama juga saya temukan pada perumahan dengan harga kisaran Rp.
150.000.000,- hingga 250.000.000,- dengan tipe bangunan 45, 60, 72. Mereka
cenderung lebih mengandalkan sisi arsitektural atau keindahan dibandingkan sisi
kekuatan strukturnya. Sehingga anda dapat dipastikan membeli bangunan yang cukup
riskan untuk lamanya umur bangunan dikemudian hari.
Sehingga bilamana anda tetap ingin mengacu pada angka per m2, maka sebaiknya anda
sudah lebih pintar dalam menilai kualitas bangunan anda dengan angka per m2. Karena
bilamana anda tetap berpegang teguh pada nilai per m2 sebagai acuan, maka anda harus
siap dengan konsekuensi penurunan spesifikasi bangunan anda.
Oleh karena itu, saya lebih menyarankan untuk lebih melihat pertimbangan terhadap
item pekerjaan dan harga satuan pekerjaan pada RAB untuk menilai bangunan anda
memang layak dan pantas seperti harapan anda dan bukan menetapkan acuan per m2
pada awal pertimbangan,
Luasan Bangunan
Asumsi harga per m2 bangunan tidak dapat digeneralisir antara bangunan dengan luasan
besar dan bangunan luasan lebih kecil. Bilamana anda berpendapat bahwa asumsi per
m2 bangunan dengan luasan 225 m2 dapat digunakan untuk bangunan dengan luasan 45
m2, maka pendapat anda salah besar. Mari gunakan kembali logika perhitungan
matematika anda setelah memahami rumus mendapatkan asumsi per m2 bangunan di
atas. Bilamana anda memiliki luas bangunan 225 m2 dengan spesifikasi material yang
sama dengan yang anda terapkan pada bangunan 45 m2, maka anda akan mendapatkan
nilai per m2 pada bangunan 45 m2 jauh lebih besar dibandingkan pada bangunan seluas
225 m2. Alasannya adalah luasan adalah pembagi pada rumus tersebut. Semakin kecil
luasan, maka semakin besar angka yang anda dapat sebagai asumsi per m2 bangunan.
Sebagai contoh pembanding sederhana, anda memiliki 2 buah kotak kardus. Mari kita
sebut kardus yang pertama adalah kardus A dan kardus yang kedua adalah kardus B.
Kardus-kardus tersebut memiliki ukuran seperti gambar berikut :
Sebelumnya kita hitung luas alas kardus tersebut yaitu :
Kedua kardus tersebut akan kita masukkan barang-barang yang sama dengan daftar
rincian harga masing-masing barang sebagai berikut :
Maka bila diterapkan pada kardus-kardus tersebut :
Maka bila kita bandingkan terhadap luas alas kardus, maka didapat asumsi per m2
sebagai berikut :
Terlihat bahwa perbedaan asumsi per m2 dari kedua kardus tersebut terlihat berbeda
berdasarkan tiap luasannya. Dapat kita anggap konsep luas alas kardus tersebut adalah
konsep luas bangunan. Maka konsep asumsi per m2 bangunan sekali lagi tidak dapat
menjadi acuan. Karena luas yang lebih kecil akan menghasilkan angka asumsi per m2
yang lebih besar dikarenakan luasan bangunan yang lebih kecil.
Lokasi Bangunan
Lokasi bangunan tersebut berada juga dapat mempengaruhi harga per m2 bangunan
tersebut. Karena lokasi bangunan tersebut akan didirikan akan terkait dengan :
Perbedaan harga material
Harga material pada lokasi wilayah A dengan lokasi wilayah B dapat berbeda. Misal,
harga material pada wilayah Jakarta dengan wilayah Depok, Bogor, Bekasi, Cibubur,
Bandung, dan wilayah-wilayah lain. Sehingga akan berpengaruh terhadap harga satuan
pekerjaan dan total biaya pembangunan.
Kondisi tanah
Kondisi tanah mempengaruhi jenis pondasi bangunan dan material dasar area lantai
bangunan pada lantai dasar. Kondisi tanah yang lunak dan memiliki settlement
(penurunan) tanah yang besar harus memiliki perlakukan khusus pada jenis pondasi
yang akan diterapkan (Pondasi mini pile, Pondasi telapak). Namun untuk tanah dengan
kondisi cukup baik dengan pondasi batu kali, maka tentunya akan mempengaruhi total
biaya pembangunan. Area lantai dasar pada bangunan pun ikut terpengaruh dengan
kondisi tanah. Kondisi tanah yang lunak dan nilai settlement yang besar, bila tidak
menggunakan pelat beton bertulang, akan memiliki kemungkinan penurunan tanah yang
akan dikuti dengan pecahnya keramik. Terlihat pada area jakarta utara terjadi penurunan
perbedaan level lantai karena adanya Gaya Selimut Pondasi (Negative Skin Friction).
Dimana tanah ikut mengalami penurunan karena adanya gaya friksi pondasi tiang dalam
waktu yang berbeda diikuti dengan penurunan tanah.
Pada bangunan yang memiliki area basemen, biasanya dinding yang kontak langsung
dengan tanah umumnya menggunakan dinding penahan tanah (DPT) yang terbuat dari
beton bertulang. Apalagi untuk kasus tanah lunak atau tanah yang mudah longsor. Hal
ini tentunya berpengaruh terhadap total biaya pembangunan.
Prosedur Perizinan
Prosedur perizinan terkait IMB bangunan. Untuk wilayah yang berbeda, biaya untuk
pengurusan perizinan menentukan anggaran yang anda keluarkan untuk mendirikan
bangunan adakalanya berbeda. Kemudian prosedur perizinan berikutnya terkait dengan
KDB bangunan. KDB bangunan yang memungkinkan kita untuk membangun bangunan
seluas persentase bangunan terhadap luas lahan sesuai dengan perizinan yang berlaku.
Adakalanya masih banyak dari area wilayah yang seharusnya tidak diizinkan karena
melebihi KDB, tetap dibangun dengan adanya dana tambahan. Indonesia memang
penuh dengan KKN. Maka mau tidak mau kita harus paham dengan permainan seperti
itu.
Semoga artikel di atas dapat menjelaskan dan merubah pemikiran anda mengenai
asumsi harga per m2 bangunan yang selama ini berkembang di masyarakat. Karena
salah kaprah tersebut yang menjadi salah satu alasan kekecewaan karena bangunan-
bangunan dengan kualitas buruk, kasus-kasus runtuhnya bangunan, dan terbentuknya
anggapan miring terhadap kontraktor. Karena sudah seharusnya kita sebagai masyarakat
lebih memahami dan lebih pintar dalam melihat serta menghindari keadaan-keadaan
yang dapat merugikan kita pada saat prosesnya bukan setelah mendapatkan hasilnya.