SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS€¦ · luar Nusantara seperti Hindu dan Buddha dari...

87
SAKRA AMEN PE ENGAKU UAN DO OSA DAN N RELIG GIUSITA AS (StudiKa UNIV Diajukan JURU ERSITAS asusJemaa nuntukMeme SarjanaT ItaS 11 USAN PE FAKULT S ISLAM N atGerejaKa atedral Jaka arta Pusat) Skripsi enuhiPersyar ratanMempe erolehGelar Theologi Isla am (S.Th.I) Oleh: SitiNurhal limah 110032100 0012 RBANDIN NGAN AG GAMA TAS USHU ULUDDIN N NEGRI SY JAKART YARIF HI TA IDAYATU ULLAH 2015

Transcript of SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS€¦ · luar Nusantara seperti Hindu dan Buddha dari...

  • SAKRAAMEN PEENGAKUUAN DOOSA DANN RELIGGIUSITAAS

    (StudiKa

    UNIV

    Diajukan

    JURU

    ERSITAS

    asusJemaa

    nuntukMeme

    SarjanaT

    ItaS

    11

    USAN PE

    FAKULT

    S ISLAM N

    atGerejaKaatedral Jakaarta Pusat)

    Skripsi

    enuhiPersyarratanMempeerolehGelar

    Theologi Islaam (S.Th.I)

    Oleh:

    SitiNurhallimah

    1100321000012

    RBANDINNGAN AGGAMA

    TAS USHUULUDDINN

    NEGRI SY

    JAKART

    YARIF HI

    TA

    IDAYATUULLAH

    2015 

  • SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS

    (Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

    Oleh

    Ita Siti Nurhalimah NIM: 1110032100012

    Diperiksa dan disetujui,

    JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2015 M /1436 H

  • Pr . Dr. Masri Mansoer, MA

    LEMBARPENGESAHAN

    Skripsi berjudul Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas: Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat telah diajukan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah-satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi (S.Th.!) pada Program Stud; Perbandingan Agama.

    Jakarta, 06 Januari 2015

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangakap Anggota

    c:Ik~ Dra. Halimah SM, M.Ag

    NIP. 19621006 199003 1 002 NIP. ]9590413 1996032001

    Anggota

    Penguji I Penguji II

    ~~ .. J Y Ismatu Ropi, MA., Ph.D NIP. 19691] 15 ]99503 1 002

    edia Zainul Bahri MA NIP. 19751019200312 1 003

    Dosen Pembimbing

  • SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    Dengan ini saya:

    Nama : Ita Siti Nurhalimah

    NIM : I I ]0032 1000 I2

    Fak/Jur : UshuluddiniPerbandingan Agama

    Judul Skripsi :"Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas

    (Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat) "

    Dosen Pembimbing : Drs. M. Nuh Hasan, MA

    Menyatakan Bahwa:

    I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

    memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Strata I (S I) di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang beriaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bukan hasil karya saya atau hasil jiplakan dari

    karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • MOTTO

    Manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya.

    Terus Berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik.

    Berusaha bermanfaat untuk keluarga

    Berusaha bermanfaat untuk Lingkungan Sekitar

    Berusaha Bermanfaat untuk Agama

    Berusaha Bermanfaat untuk Negara Tercinta

    (Nurhalimah Salim Ataraxia)

  • i

    ABSTRAK

    Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki

    pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang

    memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dalam segi agama rakyat Indonesia bebas

    memeluk agama yang mana saja yang menurutnya benar. Akan tetapi agama yang

    diakui secara yuridis oleh pemerintah hanya ada 6 agama yaitu Islam, Kristen,

    Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Semua agama tersebut mengajarkan

    kebenaran dan cinta kasih. Semua agama mengenal istilah dosa dan cara

    membersihkan dosa tersebut.

    Dalam agama Kristen lebih tepatnya Katolik cara untuk menyucikan dosa

    disebut sakramen pengakuan dosa. Setiap prilaku seseorang dalam hal agama biasa

    disebut religiusitas seseorang, religiusitas merupakan bentuk ketaatan penganut

    agama terhadap agama yang dianutnya yang dibuktikan dengan hubungan manusia

    dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan

    bumi. Yang menjadi masalah disini adalah bagaimana keterkaitan antara sakramen

    pengakuan dosa terhadap religiusitas. Penelitian ini merupakan jawaban atas

    kegelisahan penulis ketika berkunjung ke Gereja dan melihat kamar-kamar yang

    terletak dibagian pinggir gereja, ternyata itu adalah kamar pengakuan dosa. Penelitian

    ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana keterkaitan sakramen pengakuan dosa

    terhadap tingkat religiusitas para jemaat gereja.

    Dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif, analisis dilakukan

    langsung terjun ke lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pendeta dan

    penyebaran questioner ke Jemaat gereja. Yang menjadi objek dalam penelitian ini

    adalah jemaat gereja katedral Jakarta pusat. Kemudian data-data tersebut ditelaah dan

    dideskripsikan supaya bisa diketahui keterkaitan dari sakramen pengakuan dosa

    tersebut terhadap tingkat religiusitas jemaat gereja katedral Jakarta tersebut. Tingkat

    religiusitas jemaat Gereja katedral Jakarta pusat tersebut ternyata meningkat pasca

    melakukan sakramen pengakuan dosa. Sakramen pengakuan dosa juga memiliki

    keterkaitan dengan religiusitas, karena ada perubahan sikap dan pemahan yang

    signifikan pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tersebut. Ini berdasar kan

    tujuh dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Kendler dengan jawaban setuju

    untuk pernyataan Favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorable.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Tiada kata yang pantas penulis ucapkan melainkan memanjatkan Puji dan

    Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya

    sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan Salam semoga

    selamanya tercurah limpahkan kepada baginda tercinta, Nabi akhir zaman, yang

    membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju alam yang terang berderang ini

    yakni Nabi Muhamad SAW.

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini adalah hanya karya kecil yang tidak ada

    harganya bila dibandingkan dengan karya-karya besar dari para Penulis yang hebat.

    Penulis merasa berhutang banyak kepada pihak-pihak yang telah direpotkan oleh

    penulis, baik memberikan dukungan secara moril dan materinya, motivasi,

    bingbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang Mamah

    Ooh dan Bapak Salim, mohon maaf anak sulungmu ini belum bisa membahagiakan

    kalian, Terimakasih atas segala perhatian, doa dan pengorbanan selama ini yang tidak

    bisa penulis ungkapkan karena terlalu banyak pengorbanan yang tidak ada batasnya.

    Terimakasih kepada ade tercinta Nining Ratnasari yang selama ini selalu setia

    menemani hidupini, selalu menemani saat melaksanakan penelitian, jangan sia-siakan

    waktu, isilah waktu dengan hal yang bermanfaat dan jangan sampai menyesal

    dikemudian hari. Terimakasih kepada Kedua Nenek yaitu Ema Aop dan Ema Enok

  • iv

    atas doa-doanya. Terimakasih kepada Keluarga besar dari Mamah dan Bapak atas

    segalanya selama ini.

    Tak lupa Penulis haturkan Terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-

    pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini antara lain:

    1. Drs. M. Nuh Hasan, MA., selaku dosen pembimbing yang tidak pernah jemu

    memberikan bingbinganya sehingga Penulis bisa menyelesaikan tulisan ini.

    2. Prof. Dr. H. Zainun Kamaludin Fakih, MA. Dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA

    selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

    3. Keluarga Besar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

    segenap dosen terutama Ibu Hj Siti Nadroh dan Bapak Ismatu Ropi, karyawan

    dan seluruh staf yang telah memberikan ilmu dan memberikan fasilitas kepada

    penulis dalam melaksanakan study ini terutama om Toto Tohari yang selalu setia

    menemani dan membantu dari mulai proses masuk sampai selesai, semoga semua

    kebaikan dibalas oleh Allah SWT.

    4. Keluarga Besar Pondok Pesantren RAUDATUL MUTA’ALIMIN CILENDEK

    Kota Tasikmalaya yang tidak pernah penulis temukan di tempat lain, guru-guru

    yang luar biasa, tidak bisa diungkapkan dengan seribu ungkapan namun penulis

    bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar ini.

    5. Keluarga besar paroki Gereja katedral Jakarta terutama Mas Hendrik, Romo

    Cesar Yanto dan para jemaat atas bantuanya selama ini.

  • v

    6. Sahabat-sahabat tersayang Sonia, Miftahulma’wah dan Ema yang selalu

    memberikan bantuan moril dan materinya, terimakasih banyak atas semuanya

    selama ini.

    7. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Agama angkatan 2010 yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu. Sahabat Elita dan Rita terimakasih atas kebersamaan

    selama ini. Dan yang memiliki cerita indah diakhir perjuangan penulisan ini

    bersama Fatma Utami Jauharah dan Rizky Yazid.

    8. Keluargabesar IMM cabang Ciputat dan keluarga besar Himalaya Jakarta.

    9. Keluarga besar kaukus muda ponpes Raudatul mutaalimin cilendek Kota

    Tasikmalaya.

    10. Seseorang yang selalu menemani penulis hamper 7 tahun semoga kita diberikan

    kesempatan untuk terus hidup bersama menjalankan Syariat Allah SWT dan

    mengikuti sunnah Nabi SAW.

    11. Sahabat-sahabat terkasih Ina nurjanah, Epin kurniasih, Nina nurmilah, Ai

    nurfatwa, Dini Fitriani, Miftah Farid dan Wandi Riswandi yang telah berjuang

    bersama untuk terus melaksanakan Tholabulilmi, ayo semuanya semangat tinggal

    beberapa langkah lagi.

    12. Kelompok KKN TOA terimakasih untuk kebersamaan walau hanya 1 bulan tetapi

    sangat berkesan.

    Alhamdulillah dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis bisa

    menyelesaikan pendidikan jenjang S1 ini dan penulis haturkan Terimakasih yang

  • vi

    sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah memberikan bantuan dan

    dukunganya selamaini.

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK………………………………………………………………………. i

    KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………..VI

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1

    B. Rumusan Masalah……………………………………………...4

    C. Tujuan Penelitian………………………………………………4

    D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 5

    E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori…………………………5

    F. Metodologi Penelitian………………………………………… 7

    G. Sistematika Penulisan…………………………………………..8

    BAB II PEMBAHASAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN

    RELIGIUSITAS

    A. Konsep Dosa……………………………………………………9

    B. Konsep Dosa Waris……………………………………………13

    C. Konsep Sakramen Pengakuan Dosa………………………….. 18

    D. Konsep Penebusan Dosa………………………………………20

    E. Tata Cara Pengakuan Dosa…………………………………….22

    F. Konsep Religiusitas…………………………………………….25

  • vii

    BAB III GEREJA KATEDRAL JAKARTA DAN JEMAATNYA

    A. Sejarah Gereja ……………….………………………………28

    B. Struktur Organisasi Paroki Gereja………………..………….39

    D. Jemaat Gereja………………..……………………………… 41

    BAB IV KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP

    RELIGIUSITAS

    A. Temuan-Temuan dalam Penelitian dan Analisa Penulis……..42

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan……………………………………………………58

    B. Saran-saran………………………….........................................59

    DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….60

    LAMPIRAN………………………………………………………………………63

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki

    pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang

    memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dilihat dari sejarahnya agama maka agama

    memiliki dua jenis yang dapat dikategorikan menjadi duajenis yaitu: 1) agama lokal

    seperti agama Parmalim di Sumatra Utara, agama Kaharingan pada masyarakat

    Dayak, agama Alattodolo di Tana Toraja dan yang lainya; 2) agama yang datang dari

    luar Nusantara seperti Hindu dan Buddha dari India; Khonghucu dan Tao dari

    Tiongkok; Kristen dan Katolik dari Eropa; dan Islam dari Timur Tengah.

    Semua agama yang datang dari Nusantara itu mempunyai sejarah panjang

    untuk bisa diakui dan diterima oleh warga Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian

    yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2005 pemeluk agama Islam

    87,20%, Kristen 6,20%, Katolik 3,32%, Hindu 2,20% dan Buddha1,07%.1

    Dari data di atas terbukti bahwa agama yang dianut di Indonesia bukan hanya

    agama Islam saja melainkan agama-agama yang lain termasuk agama Kristen. Kristen

    berasal dari kata Kristus, yang artinya gelar kehormatan keagamaan untuk Yesus dari

    Nazareth, Kristus dari bahasa Yunani yang berarti“diurapi”.

    1Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-

    Undangan Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang

    dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 2.

  • 2

    Dalam tradisi gereja ada istilah sakramen, namun ada perbedaan antara tradisi

    Gereja Katolik dan Protestan. Dalam Gereja Katolik ada tujuh sakramen yaitu:

    sakramen baptis suci, peneguhan iman, pengakuan dosa, Ekaristi, pengurapan minyak

    akhir, imamat kudusdan pernikahan, sedangkan dalam Protestan ada dua sakramen

    yaitu sakramen baptis suci dan sakramen ekaristi.2

    Istilah Katolik berasal dari bahasa Yunani “Katholikos” yang maksudnya

    adalah ajaran terbesar di seluruh dunia atau dapat diterima diseluruh dunia, yang

    pertama memakai istilah Katolik adalah “Ignatius dari Antiokia”. Lebih lanjut dari

    kata Katolik dianggap sebagai nama ajaran gereja yang dipandang besar sebagai

    lawan dari ajaran yang muncul di zaman permulaannya. Agama Katolik ini tumbuh

    pada awal abad keempat Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari

    Kaisar Romawi Konstantin Agung.3

    Yesus Kristus adalah pendiri dari agama Kristen, tepatnya Katolik. Nama

    “Yesus” berasal dari bahasa Yunani “lesous” yang berasal dari bahasa Ibrani

    “yehosyua” dalam bahasa Indonesia dipakai kata Yosua yang artinya Yahweh adalah

    penyelamat. Dia adalah orang yang dijanjikan sebagai Messiah yang diuraikan dalam

    Perjanjian Lama dengan perantaraan para Nabi. Yesus Kristus berasal dari Nazaret

    yang dilahirkan sekitar tahun 7-5 SM atau tahun ke-4 M. Pada usia 27 tahun Ia mulai

    mengajarkan ajarannya di Galelia dan kemudian ajarannya menyebar di kalangan

    2Anastigitra, “Perbedaan Katolik dan Protestan,” artikel diakses pada 7 September 2014 dari

    http://anastigitra.blogspot.com/2011/11/apa-sih-sebenarnya-yang-membedakan.html 3Desi Miharlina, “Konsep Dosa Dalam Pandangan Agama Katolik dan Pandangan

    Islam,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, IAIN Wali Songo Semarang, 2010), h.2.

  • 3

    orang-orang Palestina. Yesus dipercaya pengikutnya sebagai pembawa kabar

    gembira, yaitu dengan penebusan dosa.

    Dalam setiap agama mengenal istilah dosa, karena setiap manusia yang lahir

    kedunia ini tidak luput dari kesalahan dan dosa, konsep ini dalam sebuah hadits yang

    artinya ”manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa.”Dalam konteks ini setiap

    agama memberikan cara atau jalan untuk memperbaiki atau menghapus dosa-dosa

    tersebut. Itulah konsep dasar yang berkembang dalam beberapa agama. Dalam Islam

    dikenal dengan adanya taubat dan dalam Katolik dikenal dengan istilah sakramen

    pengakuan dosa.

    Karena Katolik memandang penting tentang sakramen pengakuan dosa

    sehingga jelas dalam Perjanjian Baru terdapat bahasan tentang hal ini. Pada awal

    pelayananya Yohanes pembaptis mengkhotbahkan suatu baptisan pertobatan untuk

    penghapuasan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam Alkitab Injil markus pasal 1 ayat

    4.

    Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan:

    “Bertobatlah dan biarlah dibaptis dan Allah akan mengampunimu.”

    Dalam Katolik dikenal adanya dosa waris dan dosa perbuatan. Dosa waris

    merupakan hukuman dari Allah untuk Adam dan Hawa karena telah melanggar

    perjanjian dengaNya. Dosa waris menurut keyakinan orang Katolik ditebus oleh

    Yesus Kristus, sedangkan dosa perbuatan ditebus oleh manusia itu sendiri dengan

    cara melakukan sakramen pengakuan dosa. Panggilan untuk bertobat dan janji

    pengampunan menonjol dalam pengajaran Yesus. Menurut Paulus “jadi ketahulailah

  • 4

    hai saudara-saudara, oleh karena Dia maka diberitakan kepadamu pengampunan

    dosa.4

    Dalam agama sikap atau perilaku seseorang bisa tergambar dari keseharian

    penganut agama tersebut. Sehingga sikap tersebut biasa disebut tingkat religiusitas

    seseorang. Yang dimaksud religiusitas adalah prilaku seseorang yang

    menggambarkan ketaatan terhadap agama yang dianutnya.

    Karena penulis melihat adanya keunikan dalam tradisi Gereja Katolik yang

    berkaitan dengan hal sakramen maka penulis tertarik untuk membahas dan

    menelitinya secara lebih lanjut. Penelitian ini berjudul Sakramen Pengakuan Dosa

    dan Religiusitas, dengan Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk meneliti

    tentang dosa dalam agama Katolik, pengakuan dosa dan religiusitas. Dalam penelitian

    ini penulis membuat rumusan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah.

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana

    kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas jemaat Gereja Katedral

    Jakarta?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    4Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001), h.

    128-129.

  • 5

    a. Untuk mengetahui kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas para

    jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat.

    b. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) Theologi Islam

    dan ilmu Ushuluddin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Menjadi bahan rujukan baik secara akademis atau non akademis tentang dosa dalam

    agama Katolik untuk kalangan mahasiswa yang membutuhkan atau kalangan lainya.

    E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

    Untuk melengkapi penelitian ini, penulis melakukan penelitian awal dari

    karya-karya sebelumnya yang berkaitan dengan pokok bahasan dan beberapa

    diantaranya adalah skripsi tentang “Konsep Dosa dalam Pandangan Agama Katolik

    dan Pandangan Islam” yang disusun oleh Desi Miharlina IAIN Semarang. Dalam

    tulisan ini dijelaskan konsep dosa dan penebusana, persamaan dan perbedaan, akibat

    melakukan dosa menurut pandangan Katolik dan Islam. Penelitian tersebut sifatnya

    perbandingan dua agama yaitu Katolik dan Islam, Harun Hadiwijono, dalam bukunya

    yang berjudul Iman Kristen, buku ini menjelaskan tentang pengertian dosa menurut

    Kristen Katolik yang ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagaimana

    dalam Alkitab ini menceritakan manusia jatuh ke dalam dosa yaitu dengan perantara

    penggodaan Iblis dan mendapat hukuman dari Allah karena perbuatannyayang telah

    melanggar larangan-Nya.Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus pada sakramen

    pengakuan dosa dan religiusitas.

  • 6

    Selain tinjauan pustaka penulis juga mencantumkan landasan teori dalam

    penelitian ini, supaya penulisannya tidak kabur dan lebih terarah, dengan

    memfokuskan pada tema sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.

    Sakramen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah. Sedangkan dalam sumber

    lain sakramen merupakan perayaan iman yang menggunakan tanda atau lambang

    konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan rohani.

    Dosa adalah kejahatan, kesalahan, kekeliruan atau kekhilafan. Menurut

    pandangan agama Kristen dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang

    dengan sadar tidak taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak

    kebaikan dan cinta Ilahi.Injil Yohanes memandang dosa sebagai ketidakpercayaan

    terhadap kristus, kecenderungan memilih kegelapan dari pada cahaya dunia.

    Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak

    hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek

    perasaan, motivasi dan aspek batiniah manusia. Dengan demikian religiusitas

    memiliki makna yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan

    peribadatan seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam

    kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang

    menaungi kehidupan manusia.

    Dari uraian diatas jelas bahwa sakramen pengakuan dosa dan religiusitas

    berarti ingin mengetahui pengertian dosa, cara penebusan dosa dan keterkaitan antara

    sakramen pengakuan dosa terhasap religiusitas.

  • 7

    F. Metodologi Penelitian

    F.1. Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data library

    research, wawancara mendalam kepada Pastor dan penyebaran Quesioner kepada 20

    Jemaat Gereja Katedral Jakarta.

    F.2. Pengolahan Data

    Setelah data-data terkumpul, langkah yang diambil peneliti adalah mengolah

    data-data yang sudah ada. Proses pengolahan data akan menggambarkan data-data

    yang ada. Dari data tersebut berupa pemikiran maupun peristiwa, maka peneliti bisa

    menguraikan data-data yang ada supaya bisa dipahami dengan jelas.

    F.3. Analisa Data

    Analisis pembahasan penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan

    metode deskriftif-analisis. Penulis menganalisa dari sumber data terkumpul, setelah

    pengumpulan dan pengolahan data terhadap data-data yang didapat, maka sangat

    penting untuk menganalisa data. Dengan melakukan analisa data peneliti dapat kritis

    terhadap data-data yang didapat.

    G. Sistematika Penulisan

    Secara garis besar penulisan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima

    pembahasandengan uraian sebagai berikut:

    Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan

    landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan

  • 8

    pembahasan tentang konsep sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.Terdiri dari

    konsep dosa, konsep sakramen pengakuan dosa, tata cara pengakuan dosa dan

    konsep religiusitas. Bab III merupakan pembahasan tentang Gereja Katedral Jakarta

    dan Jemaatnya, terdiri dari sejarah gereja, letak, struktur organisasi Paroki Gereja dan

    jemaat gereja. Bab IV merupakan temuan-temuan dalam penelitian dan analisis

    penulis tentang kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas pada jemaat

    gereja katedral Jakarta Pusat. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan

    saran.

  • 9

    BAB II

    SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS

    A. Pengertian Dosa

    Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah. Perbuatan dosa tampak

    dalam melawan hukum Allah, yaitu hukum yang tertulis di dalam hukum Taurat.

    Orang yang melanggar hukum Allah disebut orang berdosa. Seluruh tabiat orang

    berdosa menjadi jahat, rusak dan binasa.Akal, kasih dan kehendak dikuasai dan

    dikendalikan oleh dosa sehingga senantiasa perbuatanya melawan hukum Allah.5

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dosa adalah perbuatan

    yang melanggar hukum Tuhan atau agama.6Sedangkan dalam pandangan agama

    Katolik dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang dengan sadar tidak

    taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak kebaikan dan cinta

    Ilahi.7

    Dalam Perjanjian Lama ditemukan beberapa kata yang berhubungan dengan

    dosa, diantaranya adalah Hatta berasal dari bahasa Ibrani yang berarti jatuh dan

    mengurangi standar dari Tuhan yang suci. Allah telah menetapkan suatu standar bagi

    manusia. Pada saat manusia diusir dari Eden, dengan itu pula manusia turun dari

    standar yang ditetapkan oleh Allah, itulah yang disebut dengan hatta. Dosa

    merupakan fakta pelanggaran manusia terhadap Allah yang menyebabkan mereka

    5Wellem F.D, Injil dan Marapu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 307.

    6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1988), h. 212. 7Becker Dieter, Pedoman Dogmatika; Suatu Konpendium Singkat (Jakarta: BPK Gunung

    Mulia, 2012), h. 102.

  • 10

    terusir dari Eden. Adapun standar yang diberikan Allah untuk manusia sebelum

    mereka diusir dari Eden merupakan standar hidup yang penuh dengan berkat materi.

    Hatta standar hidup mereka yang penuh dengan berkat berlimpah berubah menjadi

    penderitaan dan kutukan dalam kehidupan.

    Kata yang kedua yang berhubungan dengan dosa adalah Avon berasal dari

    bahasa Ibrani juga adalah berarti sesuatu "guilty" (kesalahan) atau suatu hal yang

    mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini merupakan penjelasan dari

    suatu perasaan di dalam diri yang menganggap bahwa dirinya cacat, atau

    menganggap bahwa dirinya tidak benar, sehingga selalu diselimuti perasaan bersalah

    di dalam diri tersebut. Hal ini berkaitan dengan fungsi dari hati nurani yang dimiliki

    oleh manusia yang berfungsi untuk selalu mengoreksi perbuatan dirinya. Tentunya

    avon hanya dimiliki oleh manusia sebagai gambaraan penciptaan-Nya. Dengan

    adanya avon di dalam diri manusia, sebagai sarana bagi manusia untuk selalu

    mengintrospeksi segala perbuatan yang telah diperbuatnya.

    Ketiga adalah Pesha berarti semacam pelanggaran, pelanggaran berarti ada

    suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi tetap melewatinya atau sudah ada suatu

    standar namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga tetap mau melawan atau

    melanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang

    jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Mengetahui apa itu baik, tetapi

  • 11

    sengaja melawan. Mengetahui batas sudah di situ, tetapi sengaja mau melewatinya.

    Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".8

    Beberapa sarjana Katolik berpendapat mengenai maksud dari dosa,

    diantaranya adalah Paulus. Menurut Paulus dosa dikenal dengan ketidak patuhan dan

    keinginan yang tidak benar. Dosa bagi Paulus adalah sesuatu yang harus

    dipertanggung jawabkan oleh diri sendiri karena kesalahan yang dilakukan oleh

    dirinya. Paulus menyebut orang berdosa sebagai musuh dan pembenci Allah.

    Manusia sebagai orang yang berdosa tidak hanya melanggar hukum Allah tetapi ingin

    merebut tahta Allah dan melampaui batas antara Allah dengan ciptaanya. Dosa juga

    dipahami sebagai malapetaka yang berarti bukan manusia yang menjadi subyek tetapi

    dosa yang berdiam diri dalam diri manusia. Karakter dosa yang transsubyektif

    berpandangan bahwa dosa manusia diakibatkan oleh dosa Adam.

    Menurut Pelagius manusia sejak lahir bersih dari dosa seperti halnya Adam

    sebelum kejatuhanya, karena ia masih memiliki kehendak yang bebas maka ia dapat

    memilih yang baik dan yang jahat sehingga ia masih mampu berbuat baik. Sarjana

    yang lain adalah Thomas Aquinas mengemukakan bahwa dosa dibedakan menjadi

    lima bagian diantaranya adalah Peccatum Veriale (dosa yang dapat diampuni),

    Peccatum Mortale (dosa berat yang tidak bisa diampuni), Peccatum in Deum, In

    Seipsum et in Proximum (dosa terhadap Allah, diri sendiri dan sesama), Peccatum

    originale (dosa asali), Peccatum Actuale (dosa perbuatan).9

    8Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 101.

    9Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 103-104.

  • 12

    Sedangkan Karl Barth sebagai sarjana Kristen modern memandang dosa

    hanya bisa dikenal dalam pernyataan Allah melalui Kristus, bukan sebelum atau

    diluarnya, maka dalam kajian Kristologi kajian tentang dosa adalah salah satu

    bahasannya. Hanya dalam diri Kristus kita diberi cermin untuk mengenal diri kita

    sebagai orang-orang berdosa. Karl Barth menggelari Kristus dengan nama-nama

    berikut: Allah yang benar yaitu Allah yang merendahkan diri dan yang memberi

    kedamaian, manusia yang benar yaitu manusia yang telah dinaikan Allah dan yang

    memberi kedamaian dan Penjamin dan saksi perdamaian kita.

    Karl Barth menyimpulkan adanya tiga bentuk dosa manusia yakni

    keangkuhan, kemalasan dan kebodohan. Menurutnya Keangkuhan adalah bentuk

    kongkret dari ketidaktaatan dan ketidakpercayaan manusia. Sedangkan Karl Barth

    memahami Kemalasan berarti Allah sendiri tidak hanya menunjukan jalan kepada

    manusia, tetapi tidak menerobosnya, sehingga sebenarnya manusia tidak boleh

    melepaskan diri demi keinginanya sendiri, tidak boleh mencari jalan-jalan yang kabur

    dan penuh kecerobohan, kesedihan dan keputusan dengan menentang anugerah yang

    telah menghadap, menuntun dan mengatur jalanya.

    Lebih lanjut Karl Barth memahami Kebohongan merupakan penghancuran

    diri sendiri karena manusia yang berada dibawah kekuasaan dosa dan membohongi

    Allah serta diri sendiri mengalami kehancuran personalitas. Dosa tidak dapat

  • 13

    mengatakan “ya” melaikan hanya kata “tidak”. Dosa tidak dapat membangun

    melainkan menghancurkan dan mengakibatkan penderitaan atau maut.10

    Secara sedehana dapat disimpulkan bahwa dosa perbuatan manusia muncul

    akibat dari adanya dosa waris, yang menjadi hukuman untuk Adam dan Hawa karena

    melanggar hukum Allah.

    B. Dosa Waris

    Dalam beberapa literatur dosa waris adalah dosa yang harus ditanggung setiap

    anak manusia akibat kesalahan Adam dan Hawa sebagai bapak manusia semasa di

    surga.

    B.1. Asal Usul Dosa

    Manusia mendapat tugas menjaga Taman Eden (Kejadian 2:15), tetapi tugas

    tersebut tidak dijalankannya, karena musuh tidak diusirnya, malah menyerahkan

    dirinya kepada kekuasaan musuh itu. Iblis datang kepada manusia untuk menggoda,

    sebagai alat untuk menggoda manusia dipakainya binatang ular yang menyampaikan

    perkataannya. Ular adalah binatang yang paling cerdik dari segala binatang yang

    dijadikan Allah, ular itu mula-mula pergi kepada perempuan itu, lalu berkata:

    tentunya Allah berfirman, “Segala pohon dalam taman ini janganlah kamu makan

    buahnya, bukan?” ular itu tidak pergi kepada laki-laki tetapi kepada perempuan ini

    disengaja oleh iblis.

    Lalu sahut perempuan itu kepada ular : ”Buah pohon-pohonan dalam taman

    ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah, Allah

    10

    Dieter, Pedoman Dogmatika, h.105-107.

  • 14

    berfirman:”Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati”, tetapi ular itu

    berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidah akan mati, tetapi Allah

    mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu

    akan menjadi, seperti Allah tentu tentang yang baik dan yang jahat”. Perempuan itu

    melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya lagi pula

    pohon itu menarik hati karena memberi pengertian, lalu ia mengambil dari buahnya

    dan memakannya dan diberikan kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia dan

    suaminya pun memakannya.11

    Kemudian Allah menghukum Adam, Hawa dan Iblis dengan cara

    mengusirnya dari Taman Firdaus. Sedangkan menurut F.l Bakker hukuman bagi

    mereka dikutip dari Firman Allah dalam Perjanjian Lama, dalam Kejadian 3 ayat 1

    sampai 3 adalah sebagai berikut:

    “Kepada perempuan yang berbunyi: “Bahwa aku akan menambahi segala

    kesusahanmu pada masa engkau mengandung, maka dengan kesusahan pun

    engkau akan beranak dan engkau akan tekluk pada lakimu dan iapun akan

    memerintahkan dikau”.Kepada laki-laki yang berbunyi: “Bahwa sebab engkau

    telah mendengar akan kata istrimu, serta memakan buah pohon, yang telah ku

    pesan kepadamu jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi ini karena

    engkau akan memakan hasilnya seumur hidupmu”.Kepada ular yang

    berbunyi: “Karena engkau telah berbuat demikian, terkutuklah engkau

    diantara segala ternak dan diantara segala binatang hutan, dengan perutmulah

    engkau akan menjalar, dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu.

    B.2. Kesalahan Warisan

    Kesalahan warisan ini berawal dari Adam dijadikan oleh Tuhan sebagai

    kepala manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perjanjian dengan Tuhan

    11

    F.I Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004),

    h. 24-28.

  • 15

    dan sebagai kepala umat manusia juga ia melanggar perjanjian itu. Perjanjian

    perdamaian tentu hanya dilakukan dengan dua pemimpin bangsa, akan tetapi kedua

    bangsa segenapnya itu dianggap menetapkan sendiri perjanjian itu. Maka dari itu

    kalau salah satu pemimpin bangsa itu tidak setia pada perjanjian perdamaian itu maka

    otomatis bangsanya pun dianggap tidak setia.

    Allah dan Adam adalah pihak yang mengadakan perjanjian perdamaian itu

    tetapi Adam tidak setia terhadap perjanjianya maka seluruh umat manusia jatuh

    kedalam dosa. Paulus berkata”karena seorang dosa masuk kedalam dunia, maka

    karena itulah kalian semua berbuat dosa.Allah menghitung kesalahan kita, jadi

    dengan langsung inilah yang dinamakan kesalahan warisan”.12

    B.3. Kerusakan Warisan

    Kerusakan warisan dikarenakan Adam yang dijadikan benih yang akan

    mengeluarkan pohon yang besar. Sudah sendirinya keadaan benih menentukan

    keadaan pohon kelak. Kalau benihnya baik tentu akan menghasilkan pohon yang

    baik. Adam berbuat dosa dijatuhi hukuman, hukuman ini juga berisi kerusakan jiwa

    dan tubuh. Orang-orang yang menjadi turunanya juga dilahirkan dengan kerusakan

    jiwa dan tubuh. Tidak hanya sakit keadaan manusia sekarang dan tidak sama sekali

    sehat melainkan mati. Tidak dapat berbuat baik dan cenderung terus berbuat jahat.

    Sudah jelas bahwa segala hidup tidak dapat timbul dari manusia sendiri,

    hanya Allah yang dapat memberikan, manusia sendiri sudah mati, manusia sudah

    rusak, berarti sudah kehilangan kemuliaan yang telah diberikan Allah (Rm 3:23).

    12

    Soedarmo, Ichtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), h. 156.

  • 16

    Kerusakan warisan menjalar dengan kelahiran orang. Tidak langsung dilanjutkan oleh

    Allah tetapi ada alatnya yaitu kelahiran.

    Dosa warisan dapat menimbulkan pikiran, adakah Allah itu adil kalau

    demikian? maka jawabanya jelas Allah itu maha adil, Adam dijadikan sebagai kepala

    umat manusia maka segala tindakan dan akibatnya terhitung sebagai tindakan kita

    semua yang dikepalai Adam.13

    B.4. Hukuman Dosa

    Dalam kitab suci dijelaskan bahwa Allah menghukum dosa. Dalam kejadian 2

    dan 3, Roma 5:12. hal ini jelas bahwa Allah itu Maha Kasih tetapi Maha Suci tidak

    dapat membiarkan dosa. Allah bersifat kebenaran maka tidak dapat mengabaikan

    Firman-Nya sendiri.

    “Sebab pada hari engkau memakanya pastilah engkau mati”14

    Dari penjelasan diatas berati hukuman adalah upah bagi perbuatan yang tidak

    baik. Keadilan Allah yang harus menjatuhkan hukuman. Memurnikan yang akan

    bergaul dengan Allah, kesuciaan Allah yang memerlukan hal ini.

    Kemudian Allah menjelaskan hukuman untuk orang berdosa yang tertulis

    jelas dalam Kel 2 ayat 1-7. Hukuman tersebut adalah maut dan hidup manusia

    menjadi rusak. Yang dimaksud maut disini ialah perceraian antara apa yang

    13

    Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 157. 14

    Alkitab, Kejadian 2:17.

  • 17

    dihubungkan oleh Allah. Maka perceraian tersebut dapat dibedakan menjadi tiga

    bagian di antaranya sebagai berikut:

    Pertama Perceraian antara jiwa dengan tubuh. Allah menjadikan manusia

    sebagai kesatuan antara jiwa dan tubuh. akan tetapi karena dosa kesatuan ini terpecah.

    Tubuh akan kembali pada debu, jiwa akan kembali ke kerajaan jiwa. inilah yang

    dinamakan maut badani. Maut badani tidak langsung datang kepada manusia setelah

    jatuh kedalam dosa. ini sudah menunjukan anugrah Allah. Allah masih hendak

    menyelamatkan manusia, memberi kemungkinan untuk bertobat, dengan demikian

    tidak segenap makhluk akan lenyap tetapi inti makhluk akan diselamatkan.15

    Kedua Maut adalah perceraian Allah dengan manusia, tidak ada hubungan

    yang harmonis lagi.Allah melemparkan manusia karena Allah maha suci sedangkan

    manusia adalah berdosa.inilah yang disebut maut rohani. Maut rohani adalah

    hukuman terhadap dosa, tiap-tiap manusia merasakan hukuman ini, ia merasakan

    perceraian maka merasakan keinginan untuk kembali lagi, tetapi merasa takut karena

    yang dicari akan melemparkan manusia lagi, yang dicari ini yaitu Allah dan perasaan

    mencari dan takut ini ada pada semua diri manusia.

    Ketiga Maut adalah perceraian yang kekal antara Allah dan manusia, jika

    manusia terus menerus menolak Allah, kemungkinan yang diberikan Allah untuk

    bertobat itu berakhir, kemudian manusia akan ditolak oleh Allah dan dijatuhi

    hukuman yang kekal. inilah yang disebut maut yang kekal.16

    15

    Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 158.

  • 18

    Sedangkan hukuman untuk dosa yang selanjutnya adalah Hidup manusia

    menjadi rusak. Ini berawal dari dosa mengubah hidup manusia. dulu manusia itu

    berada pada zona enak dan kepuasaan, manusia ditempatkan di Taman Eden tetapi

    setelah dosa datang manusia harus bekerja susah payah. dalam fakta yang lain, dalam

    perkawinan cinta perempuan menjadi keinginan nafsu, melahirkan akan menjadi

    penuh penderitaan, kasih seorang laki-laki kepada perempuan menjadi lebih keras

    disebut memerintahkan. singkatnya adalah hidup yang sempurna menjadi hidup yang

    penuh kesukaran dan kesusahan. 17

    Menurut Penulis Dosa adalah segala sesuatu baik ucapan atau perbuatan yang

    melanggar Hukum Tuhan, baik disengaja atau tidak.Akibat dari dosa harus

    ditanggung oleh dirinya sendiri.

    C. Sakramen Pengakuan Dosa

    Sakramen dalam tradisi Kristen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah.

    Sedangkan dalam sumber lain sakramen merupakan perayaan Iman yang

    menggunakan tanda atau lambang konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan

    rohani.

    Dalam hal sakramen ada perbedaan antara tradisi Gereja Katolik dan

    Protestan. Dalam Gereja katolik ada tujuh sakramen yaitu: sakramen baptis suci,

    peneguhan Iman, pengakuan dosa, ekaristi (Perjamuan Kudus), pengurapan minyak

    Akhir, Imamat Kudus (Pengangkatan Pejabat Gerejawi) dan Pernikahan.Sedangkan

    dalam tradisi Gereja Protestan hanya ada dua sakramen yaitu sakramen baptis suci

    17

    Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 159-160.

  • 19

    dan sakramen ekaristi.Tujuh sakramen gereja tidak hanya menunjuk pada suatu

    kenyataan (rahmat atau keselamatan), melainkan menghantarkannya kepada orang

    yang beriman.18

    Sedangkan yang dimaksud sakramen pengakuan dosa adalah suatu tradisi

    Gereja Katolik dimana Yesus telah memberikan kuasa kepada murid- muridnya untuk

    melakukan pengampunan dosa, sebagai pelantara manusia dan Allah.Sakramen

    sangat perlu dilakukan karena menjadi mediator untuk menghubungkan manusia

    dengan Allah. inilah urutan pemberian kuasa dari Yesus kepada murid-muridnya.

    Skema 1

    18

    Adolf Heuken S, Ensiklopedia Gereja IV (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995), h.

    143.

    Yesus

    Petrus

    Paus

    Uskup

  • 20

    19

    D. Penebusan Dosa

    Penebusan dosa dianggap penting dalam teologi Perjanjian Baru. Doktrin

    penebusan dosa juga dianggap sangat penting bagi para penganutnya. penebusan dosa

    adalah istilah teologi yang menunjukkan doktrin atau ajaran-ajaran tentang perlunya

    suatu cara untuk suatu bentuk pemuasan atau pemilihan dosa yang membawa

    perdamaian antara Tuhan dan manusia. Menurut teori ini hubungan antara Tuhan dan

    manusia (Adam) adalah baik dan menyenangkan sebelum Adam membuat

    pelanggaran memakan buah larangan di surga itu, yang menyebabkan ia berdosa dan

    harus mati. Dalam Perjanjian Baru penebusan dibedakan menjadi tiga penjelasan

    diantaranya sebagai berikut:

    Pertama keadaan yang membutuhkan penebusan, hal ini dipahami dari

    perhambaan yang pada zaman Perjanjian Baru dikenal secara luas, budak-budak

    dapat dibebaskan dari belenggu dengan cara pembayaran harga tukar yang

    setara.20

    wawasan Perjanjian Baru mengenai perhambaan dalam arti rohani, yaitu di

    bawah kuasa dosa. Kedua tindakan penebusan, Perjanjian Baru dengan tegas

    menghubungkan harga penebusan itu kepada kematian Kristus.KetigaPercaya kepada

    orang yang ditebus, kini menjadi milik Allah dan keadaan ini membawa serta

    kewajiban-kewajiban moral yang baru dalam Perjanjian Baru.wawasan “Dibebaskan

    19

    Wawancara Pribadi dengan Romo Yustinus Cesar Yanto, Jakarta, 10 November 2014. 20

    Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 : Misi, Kristen, Roh Kudus, Kehidupan

    Kristen(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 103-104.

    Pastor

  • 21

    untuk Allah” semua ini dihubungkan dengan gagasan kembarnya yakni “Dibebaskan

    dari dosa”21

    Dari sejarah dosa ini Allah akan membangkitkan, seorang penyelamat yang

    akan mengubahnya menjadi sejarah keselamatan, dengan cara yang mirip dalam

    memunculkan manusia, Allah kini membawa evolusi manusia lewat perencanaan

    baru Roh Kudus, Allah mempersiapkan penjelamaan Putra-Nya dalam umat manusia

    yang jatuh. manusia baru ini akan menjadi penyelamat dunia dengan pertama-tama

    menjadi penyelamat manusia, rekapitulasi ini akan mengangkat dan menyelamatkan

    dunia.22

    Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan jelas mengatakan bahwa semua

    orang adalah orang berdosa. Kita berdosa terhadap Allah Yang Kudus dan Yang

    Maha, penebusan harus dilakukan supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan

    Allah. karena dosa telah merusak sampai kepada tindakan kita yang paling baik,

    maka kita tidak dapat memberikan persembahan korban yang memadai atau

    memenuhi syarat, sebab persembahan korban kita pun sudah tercemar dan

    membutukan korban persembahan yang lain untuk menutupi cacatnya23

    .

    Kata kunci dalam Alkitab yang berkaitan dengan penebusan dosa adalah

    “untuk kita/ atas nama kita”. Tuhan Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri, Dia

    mengambil tempat kita dengan menggenapi peran-Nya sebagai Anak Domba.Allah

    yang menghapuskan dosa dunia. 64 Penebusan dosa melalui penyaliban Yesus

    21

    Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, h. 105. 22

    Kosmos Tanda Keagungan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 134-135. 23

    Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Literatur Saat, 2000), h. 231.

  • 22

    bertalian erat dengan doktrin yang mengatakan bahwa Yesus itu „manusia sebenar-

    benar manusia‟ dan sekaligus „Tuhan yang sebenar-benar Tuhan‟ seperti dirumuskan

    dalam konseli Nicea yang menetapkan Ketuhanan Tritunggal.24

    Setiap orang katolik diharuskan mengakui dosa 1 kali dalam 1 tahun. Namun

    dalam fakta dan kebiasaanya orang-orang katolik mengakui dosanya 2 kali dalam 1

    tahun yaitu ketika hari Pascah dan Natal.

    E. Tata Cara Sakramen Pengampunan Dosa

    Dalam istilah lain sakramen pengampunan dosa dikenal dengan sakramen

    rekonsilasi. Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan

    persahabatan kita dengan dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat adalah

    Rekonsiliasi yakni agar kita kembali mengasihi Allah, kita kembali berdamai dengan

    Bapak yang lebih dulu mengasihi kita, berdamai dengan Kristus yang telah

    menyerahkan diri bagi kita dan berdamai dengan roh kudus yang bersemayam dalam

    diri kita.

    A.1. Tata cara Rekonsiliasi

    Gereja menawarkan tiga cara untuk mendamaikan pentobat dengan Allah.

    Yaitu sebagai berikut:

    Pertama Tata cara rekonsilisasi Jemaat dengan pengakuan dan Absolusi

    Perorangan. Yang dimaksud rekonsilisasi jemaat dengan pengakuan dan absolusi

    perorangan yakni pola pengakuan perorangan yang didahului dengan ibadat tobat

    24

    M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa, Dimata Agama Purba, Yahudi, Kristen

    dan Islam (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h.251.

  • 23

    bersama.Dalam hal ini gereja menganjurkan kalau sejumlah petobat berkumpul untuk

    melaksanakan Rekonsiliasi tepat sekali kalau disiapkan untuk sakramen Rekonsiliasi

    dengan perayaan sabda.25

    Perayaan ini menunjukan lebih jelas bahwa jemaat dari rekonsiliasi. Kaum

    beriman bersama sama mendengarkan sabda, yang memaklumkan kerahiman Allah

    dan mengundang mereka untuk bertobat. Bersama sama membandingkan hidupnya

    dengan sabda Allah dan saling membantu lewat doa bersama. Setelah para petobat

    mengaku dosa dan menerima ampun masing-masing kemudian mereka memuji Allah

    karena pengampunan yang sudah di terima.

    Kedua Tata Cara Rekonsiliasi Perorangan. Pengakuan dosa dengan absolusi

    perorangan merupakan satu-satunya cara yang lazim bagi kaum beriman untuk

    berdamai dengan Allah dan gereja. Hanya ketidak mampuan fisik dan moral dapat

    membebaskan mereka dari cara pengakuan tersebut. Rekonsiliasi perorangan

    dilaksanakan dalam ibadat singkat sebagai berikut:

    Tanda Salib

    Setelah masuk ke tempat pengakuan, petobat langsung berlutut atau duduk

    lalu membuat tanda salib.

    Salam dari imam

    Liturgi Tobat

    Bapa berkatilah saya supaya dapat mengaku dosa dengan baik.

    Pengakuan saya yang terakhir sejak ............yang lalu.

    25

    Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur (Jakarta: Obor Anggota IKAPI, 2010), h. 115.

  • 24

    Dosa-dosa saya ialah...................................................

    Itulah dosa-dosa saya dan mungkin masih ada dosa- dosa yang lain

    yang saya lupakan, saya menyesal atas dosa-dosa saya dan dengan rendah hati mohon

    ampun dan penitesi yang berguna bagi saya.

    ( imam memberikan nasehat dan penitensi lalu dilanjut doa tobat dan solusi )

    DOA TOBAT

    Allah yang maha Rahim aku menyesal atas semua dosaku sebab patut aku

    engkau hukum terutama karena telah menghina engkau yang maha baik dan maha

    murah bagiku. Aku benci akan semua dosaku dan aku berjanji dengan pertolongan

    rahmatmu dan hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah

    kasihilah orang berdosa ini. Amin

    Sesudah mendengarkan Nasihat Imamdan diberi tahu mengenai laku tobat

    yang harus dilakukan petobat adalah membaca doa tobat. Sesudah diberi absolusi,

    petobat membuat tanda salib, mengucapkan terimakasih kepada bapak pengakuan

    lalu mengundurkan diri untuk bersyukur atas pengampunan.

    Ketiga Tata cara Rekonsiliasi Jemaat dengan Pengakuan dan Absolusi umum.

    Ibadat tobat ini tanpak pengakuan perorangan, mengaku dosa secara umum lalu

    mendapat pengampunan.Dalam kondisi terdesak imam dapat bahkan perlu

    memberikan absolusi umum kepada sejumlah petobat tanpa harus didahului

    pengakuan perorangan, misalnya dalam kasus bahaya mati.26

    26

    Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur, h. 116.

  • 25

    F. Religiusitas dalam studi Agama

    Religiusitas adalah prilaku seseorang yang mencerminkan ketaatanya kepada

    agama yang dianutnya, yang dibuktikan dengan hubungan manusia dengan Tuhan,

    manusia dengan manusia dan manusia dengan bumi.

    Salah satu Psikolog terkenal yang bernama Kendler mengemukakan bahwa

    religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya

    pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan,

    motivasi dan aspek batiniah manusia.dengan demikian religiusitas memiliki makna

    yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan

    seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya

    sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi

    kehidupan manusia.27

    Lebih lanjut menurut Kendler religiusitas terdiri dari beberapa aspek yaitu

    sebagai berikut:

    1. Religius Umum (General Religiosity)

    Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal

    yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka

    selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan

    sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah.

    2. Religius Sosial (Sosial Religiosity)

    27

    Kenneth S Kendler, dkk.,“Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime

    Psychiatric and Substance Use Disorders.”(Am J Psychiatry 160:3, 2003), h.498.

  • 26

    Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu

    religius lainnya.hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat beribadah

    sehingga dimensi ini disebut social religiosity.Social religiosity dianggap sama

    dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support.

    3. Keterlibatan Tuhan (Involve God)

    Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara

    aktif dan positif dalam urusan manusia sehari-hari.

    4. Sikap memaafkan (Forgiveness)

    Kendler dkk menggambarkan forgiveneess sebagai sikap perhatian, cinta

    kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan

    istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu.

    5. Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge).

    Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan

    memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal

    baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan

    Tuhan akan memberikan hukuman.

    6. Rasa Tidak Dendam (Unvengefulness)

    menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu

    perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.

    7. Bersyukur (Thankfulness)

  • 27

    Bagaimana individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness),

    merefleksikan perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap

    kehidupan dan Tuhan.28

    28

    Kendler, “Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and

    Substance Use Disorders,” h.499.

  • 28

    BAB III

    JEMAAT GEREJA KATEDRAL JAKARTA PUSAT

    Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang multikurtural, Jakarta memiliki

    luas wilayah 661,52 km2 (lautan 6.977,5 km2), dengan penduduk 10.187.595 jiwa

    (2011). Jakarta termasuk kota Metropolitan, wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek)

    yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa. Merupakan metropolitan terbesar di Asia

    Tenggara atau urutan kedua di dunia.

    Gereja Katedral terletak di Jl. Gereja Katedral no 7B Jakarta Pusat 1070,

    sebelah barat bersebrangan dengan masjid Istiqlal, sebelah utara Jl. Pos, sebelah

    Timur Gedung Prima Graha Persada, Jl Gedung kesehatan dan sebelah selatan

    bersebrangan dengan lapangan Banteng.

    A. Sejarah Gereja Katedral

    A.1. Sejarah Gereja di Indonesia

    Dengan adanya perubahan politik di Belanda khususnya tahta Raja Lodewijk

    seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif dimana kebebasan umat

    beragama mulai diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan gereja

    Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan

    Prefektur Apostolik Hindia Belanda.29

    29

    Prefektur Apostolik adalah suatu wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah

    pimpinan Gereja Katolik di Roma, yang dipimpin bukan oleh seorang Uskup, melainkan oleh seorang

    Imam biasa yang ditunjuk oleh Paus, yang disebut Prefek Apostolik, Lihat: Sejuta Pesona Gereja

    Katedral Jakarta (Jakarta: Paroki St Maria diangkat ke Surga Katedral, 2005), h. 17.

  • 29

    Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di

    Jakarta, yaitu Pastor Yacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prinsen, Pr. yang

    diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr. Setelah

    sekitar dua abad perayaan ekaristi dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April

    1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan misa secara terbuka di Batavia di

    rumah Dokter F.C.H Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. dokter Assmuss

    bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan

    sebagian besar adalah tentara. upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat

    yang kurang memadai. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah

    dokter Assmuss.

    Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang

    dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan

    katolik. letaknya di asrama tentara di pojok barat daya Buffelsveld atau Lapangan

    Banteng (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah

    yang saat ini ditempati oleh Departemen Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808,

    perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir

    Masjid Istiqlal). pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana

    Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik J. Nelissen sebagai ketua, dengan anggota-

    anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer dan Liesart.30

    Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa

    keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat

    30

    Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 17-19.

  • 30

    yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang

    tua yang sah status perkawinannya.

    A.2. Penyerahan Kapel Protestan Pada Umat Katolik

    Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk

    mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor J. Nelissen, Pr mendapat

    sumbangan sebuah kapel dari Gubernur Jenderal Meester Herman Daendels, yaitu

    sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah Senen,

    menuju Istana Weltevreden (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun

    oleh Cornelis Chasteleijn (+ 1714) dan sebelumnya dipakai oleh jemaat Protestan

    yang berbahasa Melayu dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah.Kapel ini

    merupakan milik Gubernur yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi

    dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan.karena kondisi bangunan yang

    kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi.

    Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dibawah

    pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi

    Gereja Katolik I di Batavia.dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di

    Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih Santo Ludovikus. gedung itu

    memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat

  • 31

    menampung 200 umat. di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran

    sederhana yang terbuat dari bambu. 31

    Pada tanggal 10 Mei 1812 Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur Pulau

    Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford

    Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna

    Emilie Gerische Conjugum.

    Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr

    Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan

    Tanah Abang. digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di

    Semarang. meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang

    ke dua, beliau lebih sering berada di Semarang. .

    Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di segitiga Senen.Pastoran turut

    lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja

    selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.

    Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah Leonardus

    Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies, seorang ningrat yang juga

    beragama Katolik, berasal dari daerah Vlaanderen di Belgia.ia memiliki wewenang

    penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal.

    selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, Gereja Katolik Indonesia bisa

    bernapas lega. ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. ia

    31

    Adolf Heuken SJ, Gereja-gereja Tua Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003),

    h. 153-154.

  • 32

    juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia

    waktu itu. Salah satu jasanya adalah Regeringsreglement yang dibuatnya, pada pasal

    97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia

    juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.32

    Melihat kebutuhan umat yang mendesak akan adanya gereja untuk tempat

    ibadah, Ghisignies mengusahakan tempat untuk mendirikan Gereja baru. ia memberi

    kesempatan kepada Dewan Gereja Katedral untuk membeli persil bekas istana

    Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein) yang

    waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. pada waktu itu, di atas

    tanah tersebut berdiri bangunan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock.

    umat Katolik saat itu diberi kesempatan untuk membeli rumah besar tersebut dengan

    harga 20.000 gulden. pengurus gereja mendapat pengurangan harga 10.000 gulden

    dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden yang harus dilunasi selama 1

    tahun tanpa bunga.

    Pada tahun 1826 Ghisignies memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan

    "Gedung Putih" yang dimulai oleh Daendels (1809) dan kini dipakai Departemen

    Keuangan di Lapangan Banteng.Ir. Tromp diminta juga membangun kediaman resmi

    untuk komandan Angkatan Bersenjata (1830) dan sekarang dikenal sebagai Gedung

    Pancasila di Jl. Pejambon. Order ketiga pada Ir. Tromp adalah merancang Gereja

    Katolik pertama di Batavia. tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.

    32

    Heuken Sj, Gereja-Gereja Tua di Jakarta, h. 155.

  • 33

    Atas desakan Komisaris Jenderal Du Bus De Ghisignies, Ir. Tromp

    merancang gereja baru berbentuk salib sepanjang 33 x 17 meter.ruang altar dibuat

    setengah lingkaran, sedang dalam ruang utama yang panjang dipasang 6 tiang. gaya

    bangunan ini bercorak barok gotik klasisisme, jendela bercorak neogotik, tampak

    muka bergaya barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak klasisistis. menara

    tampak agak pendek dan dihiasi dengan kubah kecil di atasnya. maka gaya

    bangungan itu disebut eklektisistis. ditambah lagi dua gedung untuk pastoran yang

    mengapit gereja di kanan kiri serta deretan kamar-kamar dibelakangnya.

    rupanyarancangan Ir. Tromp ini membutuhkan dana yang cukup besar dan

    melampaui kemampuan finansial gereja waktu itu. maka rancangan ini tidak pernah

    terlaksana.33

    Oleh karena itu, gedung yang diperoleh umat Katolik tersebut, atas usul Ir.

    Tromp dirombak sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk gereja.bangunan

    ini sebenarnya adalah gedung dengan sebuah ruangan luas di antara dua baris pilar.

    dikedua sisi panjangnya dilengkapi dengan gang. di tengah atap dibangun sebuah

    menara kecil enam persegi. di sebelah timur sebagian dari rumah asli tetap

    dipertahankan untuk kediaman pastor dan di sebelah barat untuk koster. altar

    agungnya merupakan hadiah dari Komisaris Jenderal du Bus Ghisignies. Gereja yang

    panjangnya 35 meter dan lebarnya 17 meter ini pada tanggal 6 November 1829

    diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.

    33

    Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 21.

  • 34

    Gereja itu cukup membantu para imam dalam menjalankan misi pelayanannya

    di Batavia.umat yang mengikuti misa semakin banyak.untuk pertama kalinya, pada

    tanggal 8 Mei 1834, empat orang pribumi suku Jawa dibaptis di gereja ini.

    Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak

    kerusakan.perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja.kemudian pada

    tahun 1859 diadakan renovasi yang cukup besar. menurut pengamatan seorang ahli

    bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan

    dan kebocoran. menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga

    menekan tembok dan menimbulkan kebocoran dimana-mana. oleh karena itu

    diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan

    sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. akhirnya pada

    tanggal 31 Mei 1880 gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai direnovasi.

    Hampir sepuluh tahun kemudian, 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian

    gereja yang mulai rusak, Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah

    pilar.keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pater Kortenhorst yang

    pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. pada hari yang sama

    sekitar pukul 09.00 pagi, Pastor Kortenhorst dan Pastor Luypen memeriksa situasi

    gereja. salah satu pilar nampak mengkhawatirkan. pada pukul 10.30 keadaan pilar

    tampak lebih buruk dan semakin memprihatinkan. banyak kapur mulai terlepas lagi.

    tidak lama kemudian, ketika para pastor memasuki sakristi, bangunan gereja ambruk

    disertai suara gemuruh yang mengerikan. Seluruh pekarangan ditutupi debu sehingga

  • 35

    orang tidak dapat melihat lebih dari lima langkah. Jam saat itu menunjukkan pukul

    10.45 pagi. Hari itu tepat 3 hari sesudah perayaan Paskah.

    Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai nampak

    jelas.Atapnya menganga.Sebelum peristiwa ini, masih ada 68 bangku terbuat dari

    kayu jati dan kini tinggal 10, sisanya rusak berat.Selain itu, yang masih berdiri utuh

    adalah altar, pelataran imam dan ruang sakristi serta menara.

    Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk

    penyelenggaraan misa.Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi

    kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.

    Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang

    baru.Tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur

    Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya

    harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5

    sen sebuah. Mulai tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan

    70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran.Jumlah batu bata yang retak dan

    pecah tidak boleh melebihi 10%.dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja

    dilakukan secara lebih professional.

    Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek

    pembangunan gereja ini adalah Pastor Antonius Dijkmans, SJ seorang ahli bangunan

    yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di Violet-le-Duc di Paris, Perancis

    serta Cuypers di Belanda.Pastor Antonius Dijkmans SJ yang sudah tiba di Jakarta dua

  • 36

    tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda.ia

    juga merancang dan membangun kapel Susteran Jl. Pos 2, pada tahun 1891.

    Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk

    memulai pembangunan gereja tersebut.setelah kurang lebih setahun berjalan

    pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun

    1894 Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan

    akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922.pekerjaan pembangunan macet dan misa

    tetap dilaksanakan di garasi Pastoran.

    Uskup baru, Mgr E.S. Luypen SJ (1898-1923) mengumpulkan dana di

    Belanda dan Insinyur M.J. Hulswit memulai pembangunan lagi. Batu "pertama"

    diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya lagi

    pembangunan gereja ini.pada bulan November balok-balok atap di pasang.

    Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja.

    Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali

    sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai.karena

    subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan

    obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik

    maupun diluarnya ditingkatkan.

    Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik.

    Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai bouwheer.Konstruksi

    besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.11 tahun sesudah

    keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja

  • 37

    selesai.perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena

    kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.

    A.3. Sejarah Nama Gereja Katedral

    "De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming Gereja Santa Maria

    Diangkat Ke Surga" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus

    Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal 21 April 1901. dalam

    upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen

    berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat di antara dua pintu utama, lalu

    tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan

    memerciki dengan air suci sambil diiringi paduan suara Santa Sesilia, yang pada

    tanggal 22 November 1865 didirikan oleh C.G.F. can Arcken. Prosesi terdiri dari

    pembawa salib, putra altar, para imam dan akhirnya sang Vikaris Apostolik. di muka

    altar semua berlutut dan menyanyikan Litani Orang Kudus. Misa Pontifikal dengan

    liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima

    imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan

    iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.Mulai sejak itu gereja utama di

    Jakarta itu layak disebut Katedral, karena didalamnya terdapat cathedra, yakni Tahta

    Uskup.34

    A.4. Gereja Katedral Jakarta Pada Masa Sekarang

    Berbagai peristiwa mewarnai lebih dari 100 tahun berdirinya Gereja Katedral

    ini. pada tahun 1924 untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja

    34

    “Sejarah Gereja Katedral,” artikel diakses pada 11 Juli 2014 dari www.katedraljakarta.or.id

    http://www.katedraljakarta.or.id/

  • 38

    Katedral, yaitu Mgr A. Van Velsen SJ dan tahun berikutnya sidang pertama Majelis

    Wali-wali Gereja Indonesia diadakan dalam Pastoran Katedral.

    Kardinal Agaginian, seorang Armenia, mengunjungi Jakarta pada tahun 1959

    dan diterima dengan meriah oleh Gereja dan pimpinan Negara RI. Pembicaraannya

    dengan para waligereja dan pembesar ordo yang berkarya di seluruh Indonesia

    penting bagi masa depan. hasilnya diumumkan pada tahun 1961 Gereja di Indonesia

    bukan daerah misi lagi, melainkan Gereja Bagian yang berdiri sendiri.

    Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra, yang ditahbiskan di

    Katedral Jakarta oleh Duta Besar Vatikan pada tanggal 23 April 1953, sepuluh tahun

    tahun kemudian diangkat menjadi Uskup Agung. pada saat itu 1962, Keuskupan

    Agung Jakarta mencakup 14 Paroki dengan jumlah umat 32.599 orang. Propinsi

    Gereja ini Jakarta mencakup juga keuskupan lain yaitu Keuskupan Bogor dan

    Keuskupan Bandung.

    Pada tahun 1963/1965.para Uskup Indonesia ikut serta dalam konsili Vatikan

    II, yang membawa banyak perubahan dalam pastoral dan liturgi Gereja.waktu para

    Uskup masih berada di Roma, di Jakarta pecah G30S PKI, sehingga Katedral perlu

    dijaga oleh para Pemuda Katolik dan tentara.

    Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan

    Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus II (1989) ke Indonesia yang

    disambut oleh Mgr Leo Soekoto. ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus

    VI bersama banyak Uskup di Katedral. pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus

    II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.

  • 39

    Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun 1988 dilakukan pemugaran

    untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan

    ulang. disamping itu juga dibangun gedung Pastoran dan gedung pertemuan yang

    baru dibagian belakang gereja. Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja

    Katedral diresmikan oleh Bapak Soepardjo Roestam yang pada saat itu beliau

    menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir

    mewakili Presiden Soeharto. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh bapak Hub

    Wolfs, organis dari basilica Santo Servatius di kota Maastricht dan oleh Pastor Alfons

    Kurris Pr, dosen di konservatorium pada kota yang sama. Mgr Leo Soekoto

    memberkati orgel pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15

    register dan diperlengkapi dengan 1000 buah pipa.berselang-seling kedua organis

    yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-

    komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen

    rajawi itu.

    Pada tahun 2002 juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang

    pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di

    dinding. ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan

    zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden

    rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat

    struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik.

    maka dari sekarang sampai 100 tahun sesudahnya gereja Katolik utama di Jakarta

    tetap berdiri tegak.

  • 40

    B. Struktur Organisasi

    Sebelum membahas stuktur organisasi penulis terlebih dahulu membahas

    pengertian Gereja secara umum. Gereja berasal dari bahasa Portugis (igreja) dan

    dalam bahasa latin (ecclesia) sedangkan bahasa yunaninya (ekklesia). kata inilah yang

    sering kita jumpai dalam Perjanjian Baru, Ekklesia diterjemahkan dengan Jemaat. di

    dunia Yunanai kata Ekklesia berasal dari kata kerja “Kaleo” yang berarti mereka yang

    dipanggil keluar dari bangsa-bangsa, keluar dari kegelapan menuju yang terang. 35

    Struktur Organisasi di Gereja Katedral antara lain:

    PENGURUS DP/ PGDP

    GEREJA KATEDRAL JAKARTA

    2013-2016

    Ketua Umum/ Pastor Kepala :Pastor St. Bratakartana, SJ

    Ketua I/ Pastor Rekan :Pastor Y. Sigit Prasadja, SJ

    Ketua II/ Pastor Rekan :Pastor A. Toto Yulianto, SJ

    Pastor Rekan :Pastor Y. Maryana, SJ

    Pastor Rekan :Pastor RD Y Kesaryanto

    Wakil Ketua :Bapak Azis Chandra, SH

    Sekreataris I :Ibu Maria Celestina Paramita

    Bendahara I :Bapak Paulus Lie Liandra Riady

    Bendahara II :Ibu Kristina Susilawati

    35

    Van nitric dan Boland,Dogmatika masa kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) , h. 359-

    360

  • 41

    Anggota :Bapak Budiawan Suwandi

    :Ibu Lorentia Lily Pudjawati

    :Bapak Tay Thomas Gunawan

    :Bapak Hans Alvianto Hon

    :Bapak Husen Widjaja

    :Bapak Louis Suryawan Kurnia

    C. Jemaat Gereja Katedral

    Para Jemaat yang menjadi objek penelitian Penulis dari mulai anak-anak,

    Remaja, Dewasa dan orang tua.dengan profesi yang berbeda-beda.dari mulai pelajar,

    wiraswasta, karyawan biasa dan Ibu Rumah Tangga.Jumlah Jemaat Gereja Katedral

    yang terdaftar dalam KK saat ini berjumlah 5.225 jiwa, 2.323 laki-laki dan 2.902

    perempuan.

    Karena bahasan tentang Jemaat dianggap hal privasi maka tidak banyak yang

    bisa dipaparkan, Jemaat yang pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tidak

    ada data tertulis karena itu termasuk rahasia pengakuan.

  • 42

    BAB IV

    KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP

    RELIGIUSITAS

    A. Temuan-temuan Dalam Penelitian dan Hasil Analisa Penulis

    Dengan Berpedoman Pada skala yang mengadaptasi dari skala religiusitas

    Kendler, et al. Dalam skala ini terdapat tujuh sub skala yang bertujuan untuk

    mengukur dimensi General religiosity, Social support; Forgiveness, God as

    judge,Thankfulness, Unvengefulnessdan Involve god. Maka temuan dalam Penelitian

    ini Penulis sesuaikan dengan Tujuh dimensi religiusitas Kendler dari Quesioner yang

    disebar ke Jemaat Gereja Katedral yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan

    dosa dikumpulkan menjadi 61 pernyataan. 21General Religiusity, 7 Social Support, 7

    Forgiveness, 6 God as Judge, 4 Thankfulness, 10Unvengefulness dan 6 Involve God.

    Berikut ini adalah analisa data ketujuh dimensi keterkaitan sakramen

    pengakuan dosa terhadap religiusitas Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat yang

    diperoleh melalui penyebaran Quesioner ke 20 responden yang sudah melakukan

    sakramen pengakuan dosa.

    1. General Religiusity

    Bagian ini menggambarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Spiritual,

    seperti keterlibatan aktif dengan Tuhan.Berikut adalah pernyataan yang termasuk

    General Religiusity.

    1 Indikator Favo Unfavo Jumlah

    1

    .

    General

    religiosi

    Menggambarkan

    hubungan Indivdu

    1. Saya berusaha

    menjalani hidup

    42.Saya

    mempertanyakan

    8

  • 43

    ty dengan Tuhan seperti yang

    Tuhan

    perintahkan

    2. Saya memohon

    kepada Tuhan

    untuk membantu

    saya membuat

    keputusan-

    keputusan penting

    4.Tanpa Tuhan,

    hidup saya tanpa

    tujuan

    11.Saya

    merasakan

    kehadiran Tuhan

    14. Saya berusaha

    mengakui

    kesalahan dan

    meminta ampun

    pada Tuhan atas

    apa yang telah

    saya lakukan

    16.Saya

    merasakan cinta

    Tuhan baik secara

    langsung maupun

    melalui perantara

    orang lain

    17.Saya

    mengandalkan

    Tuhan dalam

    segala hal

    kehadiran Tuhan

    Keterlibatan aktif

    dengan Tuhan

    dalam sehari-hari

    5. Setiap hari

    saya

    menyempatkan

    untuk berdoa

    kepada Tuhan

    43. Setiap

    hari saya hanya

    mengandalkan

    diri sendiri

    dalam segala hal

    5

  • 44

    6. Keyakinan

    kepada Tuhan

    membentuk

    bagaimana saya

    berpikir dan

    bertindak setiap

    hari

    10. Saya merasa

    puas dengan

    kehidupan

    religiusitas saya

    13. Setiap hari

    saya melihat

    buti-bukti

    kekuasaan

    Tuhan

    Keterlibatan aktif

    dengan Tuhan

    dalam masa krisis

    / menghadapi

    kesulitan

    7.

    Keyakinan pada

    Tuhan

    membantu saya

    melalui kesulitan

    8. Dalam

    menjalani masa

    sulit, saya

    berusaha

    menemukan

    pembelajaran

    dari Tuhan

    9. Saat

    menghadapi

    situasi sulit,

    agama

    membantu saya

    memahami

    situasi tersebut

    44.

    Tuhan

    meninggalkan

    saya dalam

    masa-masa sulit

    yang saya hadapi

    45. Saat bertemu

    masalah saya

    merasa mampu

    menyelesaikanny

    a sendiri tanpa

    meminta

    pertolongan

    Tuhan

    5

    Perhatian

    dan keterlibatan

    3. Saya

    menemukan

    - 3

  • 45

    individu dengan

    hal-hal yang

    berkaitan dengan

    spiritual maupun

    keagamaan

    kekuatan dalam

    agama yang saya

    yakini

    12. Saya

    berusaha untuk

    menjadi

    seseorang yang

    taat beragama

    15. Saya percaya

    bahwa agama

    dapat

    memberikan

    arahan hidup

    Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dan hasil analisa penulis.

    N

    NO

    Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

    1

    1

    Sangat Setuju 5 25%

    2

    2

    Setuju 15 75%

    3

    3

    Tidak Setuju -

    4

    4

    Sangat Tidak Setuju -

    5

    5

    Jumlah 20 100%

    Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 point pernyataan tentang

    General Religiusity. ke 20 Jemaat Gereja Katedral menjawab setuju untuk pernyataan

    Favorable dalam hal perhatian dan keterlibatan Individu dengan hal spiritual seperti

    berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan, memohon bantuan Tuhan

    dalam memutuskan sesuatu dan yang lainya. Sedangkan untuk pernyataan

  • 46

    Unvaforable menjawab tidak setuju.Ini menunjukan bahwa jemaat Gereja Katedral

    setelah melakukan sakramen pengakuan dosa tingkat religiusitasnya meningkat.Ini

    menunjukan adanya keterkaitan antara sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.

    2. Social Support

    Bagian ini menggambarkan tentang membina hubungan antara sesama

    penganut dan non penganut.

    Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Social Support

    2

    .

    Social

    support

    Membina

    hubungan

    dengan

    individu

    sesame

    manusia

    maupun

    sesama

    penganut

    agama

    18. Saya menjalin

    hubungan baik

    dengan setiap orang

    19. Kebanyakan

    teman saya adalah

    orang yang religius

    20. Bertukar pikiran

    tentang agama

    merupakan hal yang

    penting bagi saya

    46.Menurut saya,

    menjalin

    hubungan baik

    dengan orang lain

    bukan lah hal

    yang penting

    4

    4

    Kehadiran di

    tempat

    beribadah

    21. Beribadah dan

    berdoa bersama

    merupakan hal yang

    menyenangkan bagi

    saya

    22. Saya mengikuti

    berbagai kegiatan

    keagamaan di

    tempat ibadah

    47. Saya tidak

    suka mengikuti

    berbagai kegiatan

    di tempat ibadah

    3

    3

    Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dari ke 20 responden dan

    hasil analisa penulis.

  • 47

    NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

    1 Sangat Setuju 4 20%

    2 Setuju 16 80%

    3 Tidak Setuju - -

    4 Sangat Tidak Setuju - -

    Jumlah 20 100%

    Dari Tabel di atas jelas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral yang

    sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki hubungan yang baik dengan

    sesama penganut atau non penganut lainya.Ini terbukti dari jawaban para responden

    yang menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju

    untuk pernyataan unfavorabledengan pernyataan yang diajukan Penulis.Para Jemaat

    juga merasakan Kenyamanan ketika melaksanakan ibadah bersamadan memiliki jiwa

    solidaritas yang sangat tinggi.

    3. Forgiveness

    Bagian ini menggambarkan sikap memaafkan sesama penganut.Dibuktikan

    dengan sikap perhatian dan cinta kasih.

    Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Forgivenees

    3. Forgiveness Memaafkan

    orang lain dan

    diri sendiri

    27. Saya

    mencoba untuk

    memaafkan

    orang lain

    - 3

  • 48

    28. Meskipun

    sulit, saya akan

    berusaha untuk

    memaafkan

    orang lain yang

    telah menyakiti

    perasaan saya

    29. Saya

    memaafkan diri

    sendiri

    Merasakan

    kepedulian,

    rasa kasih

    sayang dan

    saling

    memaafkan

    pada dunia

    30. Saya

    mencoba hidup

    dengan selalu

    mencintai orang

    lain sebagaimana

    saya mencintai

    diri sendiri

    31. Saya yakin

    bahwa saya

    harus peduli

    terhadap orang

    lain seburuk

    apapun

    perlakuan

    mereka terhadap

    saya

    50. Saya

    merasakan

    56. Saya tidak akan

    memperdulikan

    orang-orang yang

    telah menyakiti

    saya

    4

  • 49

    kepedulian yang

    mendalam

    terhadap dunia

    dan isinya

    Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban-jawaban 20 responden dan

    hasil analisa penulis.

    NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

    1 Sangat Setuju 4 20%

    2 Setuju 16 80%

    3 Tidak Setuju - -

    4 Sangat Tidak Setuju - -

    Jumlah 20 100%

    Dari Tabel di atas menunjukan Bahwa Jemat Gereja Katedral Jakarta yang

    sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki sifat saling memaafkan,

    berusaha untuk memaafkan diri sendiri, memaafkan kesalahan orang lain dan mereka

    memiliki kepedulian terhadap alam semesta ini.Pandangan tersebut berdasarkan

    pernyataan yang diajukan penulis kepada responden dengan jawaban setuju untuk

    pernyataan favorable dan tidak setuju untuk unfavorable.

    4. God as Judge

    Bagian ini menunjukan Bahwa Tuhan sebagai Penetap Takdir, ditunjukan

    dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran dari apa yang kita

    perbuat

  • 50

    God as

    judge

    Mempercayai

    tuhan sebagai

    penetap takdir

    32. Saya percaya bahwa

    Tuhan lah sang penetap

    takdir

    33. Saya percaya segala

    yang terjadi adalah

    ketetapan dari Tuhan

    - 2

    2

    Mempercayai

    hukum dan nilai-

    nilai dari Tuhan

    34. Saya percaya Tuhan

    mempunyai/memberi

    banyak peraturan yang

    dapat membantu

    kelangsungan hidup

    hambanya

    35. Saya percaya bahwa

    kitab suci adalah kalimat

    dari Tuhan

    36. Saya percaya Tuhan

    akan memberikan

    balasan yang adil

    51. Saya merasa situasi

    yang penuh tekanan

    merupakan cara Tuhan

    untuk menghukum saya

    atas dosa-dosa dan

    kelalaian saya

    - 4

    4

    Inilah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan God as Judge

    NO Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

  • 51

    1 Sangat Setuju 5 25%

    2 Setuju 15 75%

    3 Tidak Setuju - -

    4 Sangat Tidak Setuju - -

    Jumlah 20 100%

    Dari Tabel Diatas jelas bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta yang sudah

    melaksakan sakramen pengakuan dosa memiliki Kepercayaan yang sangat tinggi

    kepada Tuhan Sebagai Penetap Takdir, mempercayai Kitab Suci adalah Firman

    Tuhan dan PercayaTuhan itu Maha Adil.Ini semua terbukti dari pernyataan-

    pernyataan yang diajukan oleh penulis kepada Responden dengan jawaban setuju dan

    sangat setuju untuk pernyataan favorable dan jawaban tidak setuju untuk pernyataan

    unfavorable.

    5. Thankfulness

    Bagian ini menggambarkan rasa syukur setiap individu kepada Tuhan.Inilah

    pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Thankfulness.

    Thankfulness Merasakan

    bersyukur

    39. Saya merasa

    diberkati Tuhan

    setiap hari

    41. Saya

    bersyukur

    terhadap apapun

    yang terjadi

    - 2

    2

  • 52

    dalam hidup ini

    Menggambarkan