Sakit Perut Pada Anak
-
Upload
ncek-ridwan-kukuselamanya -
Category
Documents
-
view
35 -
download
2
description
Transcript of Sakit Perut Pada Anak
Bagian : SMFIlmuKesehatanAnak RSUD dr. Soekardjo KotaTasikmalaya
Tanggal : 18 Januari 2015
Pembimbing : dr. RaddiMoekdas, SpA.,Mkes.
Oleh : Suhendra Rhomadona
Kepustakaan : 13
1. LatarBelakangSakit perut pada bayi dan anak, baik akut ataupun kronik, sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang
paling berat. Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempa, tetapi dapat pula
diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ditempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya
berupa nyeri tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula
seperti dililit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-
guling. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut
sendiri atau diluar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh.1
Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri
intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang
pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat
ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri dalam perut.2
Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun, belum dapat mengutarakan nyeri
yang dialaminya, sehingga menimbulkan persoalan mengenai tanda-tanda yang dapat
dianggap sebagai manifestasi nyeri pada bayi dan anak tersebut.
Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh anak-
anak diseluruh dunia dan menyebabkan tingginya tingkat absensi anak di sekolah
serta penggunaan sumber daya kesehatan. Kondisi yang tidak kunjung membaik dan
mengganggu menimbulkan ketidakpastian diagnosis, kronisitas dan tingginya
kecemasan orangtua. Hal inilah yang menyebabkan manajemen oleh dokter umum
maupun spesialis anak menjadi sangat sulit, menghabiskan banyak waktu dan mahal.3
Di indonesia data pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada anak masih
belum ada sedangkan di Inggris kejadian pada anak sekolah 10-15% dan Amerika
utara sebesar 20%.4
1
2. Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.
Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit.
Sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang berlangsung
minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.1,4,5
3. Epidemiologi
Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara
frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi
pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu.Anak
perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki
(Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5
tahun dan di atas 15 tahun. Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang
terdapat pada 5-15,6% kasus sedangkan 80% kasus disebabkan kelainan fungsional
saluran cerna. Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran
terutama endoskopi dan diketahuinya penyakit gastroduodenum yang disebabkan
Helicobacter pylori , maka diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat
ditemukan. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik,
sedangkan pada anak besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab
terbanyak.6
4. Etiologi
Etiologi sakit perut akut biasanya dibagi menurut usia ataupun menurut
perlunya tindakan bedah atau tidak, ataupun menurut asalnya.
Pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun, penyebab sakit perut yang memerlukan
tindakan bedah, ada yang berasal dari dalam abdomen seperti perforasi tukak
lambung, obstruksi usus karena intususepsi, volvulus dan malrotasi, ada pula yang
berasal dari luar perut seperti hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi,
apendisitis dan enterokolitis nekrotikan.3
Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penyebab sakit perut
dari dalam abdomen bisa karena obstruksi, peradangan, trauma dan perdarahan. Sakit
perut akibat obstruksi usus akibat perlekatan atau volvulus dan malrotasi serta
terjadinya perforasi akibat obstruksi usus. Peradangan yang dapat mengakibatkan
sakit perut yaitu apendisitis, peritonitis primer, peritonitis akibat perforasi
divertikulum meckeli, perforasi ulkus duodeni atau perforasi akibat demam tifoid,
divertikulosis meckeli, kolesistitis dengan/ tanpa batu empedu dan megakolon toksik
dengan perforasi. Trauma seperti ruptura limpa, buli-buli atau organ visera yang lain
dan hematoma subserosa serta pendarahan ke dalam kista ovarium, merupakan
penyakit-penyakit dari dalam abdomen yang menimbulkan sakit perut. Penyebab lain
yang juga bisa mengakibatkan sakit perut yaitu pada daerah tropis ditemukan
perforasi yang berhubungan dengan askariasis, strongiloidiasis, perforasi abses
amuba. Torsio testis dan hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi menjadi
penyebab sakit perut yang berasal dari luar abdomen.3
Penyebab non-bedah sakit perut akut pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun
yang berasal dari dalam abdomen yaitu infeksi intestinal yang disebabkan Salmonella,
Shigella, Campylobacter, dll. Sedangkan penyebab dari luar abdomen adalah
pneumonia dan infeksi traktus urinarius. 3
Pada anak di atas usia 2 tahun penyebab sakit perut yang tidak memerlukan
tindakan bedah juga ada yang berasal dari abdomen dan luar abdomen. Penyebab dari
intestinal, biasanya karena infeksi yang disebabkan oleh salmonella, shigella dan
yersinia enterocolitica, keracunan makanan karena toksin Staphylococcus, penyakit
crohn, kolitis ulseratif, kolitis amuba, purpura henoch-schonlein, obstipasi, sickle cell
anemia, adenitis mesentrika, dan ileus mekonium. Penyebab yang berasal dari hati
dan percabangan bilier yaitu Hepatitis A dan B, mononukleosis infeksiosa dan
kolelitiasis. Sakit perut karena penyakit dari pankreas seperti pankreatitis akut karena
infeksi, trauma, akibat lesi bilier dan idiopatik. Sedangkan penyebab sakit perut dari
renal adalah infeksi traktus urinarius, batu dan nefritis. Penyebab karena metabolik
seperti porfiria, hiperlipidemia, ketoasidosis diabetik, familial mediterranean fever.
Dan penyebab karena masalah ginekologis adalah salpingitis.3
Sementara itu penyebab sakit perut pada anak usia diatas 2 tahun ini yang
berasal dari luar abdomen adalah pneumonia, limfadenitis inguinalis, osteomielitis
(vertebrae, pelvis), hematoma otot abdomen, herpes zoster dan kompresi saraf spinal.3
Pada sakit perut berulang, beberapa ahli mencoba untuk mengelompokkan
sakit perut berulang pada beberapa golongan. Konsep pertama yaitu konsep klasik 3
yang membagi sakit perut berulang kedalam dua golongan, yaitu organik dan
psikogenik (fungsional dan psikosomatik). Pada anak dibawah umur 2 tahun,
gejalanya sering dikaitkan dengan penyebab organik. Namun padaanak yang lebih
besar, hanya 10 % kasus yang disebabkan oleh penyebab organik.3
Konsep kedua diajukan oleh Barr, yaitu membagi menjadi tiga kelompok,
yaitu organik, disfungsional dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu
penyakit. Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi normal dan dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyeri
diketahui) dan sindrom nyeri non spesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas dan
tidak diketahui). Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau
psikososial tanpa adanya kelainan organik.3
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport, yang menekankan adanya
penyebab multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari empat faktor
yaitu (1) predisposisi somatik, disfungsi atau penyakit, (2) kebiasaan dan cara hidup,
(3) watak dan pola respon dan (4) Lingkungan dan peristiwa pencetus. Faktor-faktor
tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.3
4.1Peran Helicobacter pylori terhadap sakit perut pada anak
Helicobacter pylori adalah bakteri yang dapat berkoloni pada saluran cerna
manusia dan merupakan salah satu penyebab ulkus duodenum dan gaster, atau salah
satu faktor penyebab keganasan lambung. Infeksi didapatkan secara per oral dan
sebagian besar ditularkan antar anggota keluarga pada saat masa anak-anak.
Prevalensi Helicobacter pylori pada anak berkisar antar 30-80% dan di negara maju
diperkirakan sebesar 10%. Kuman ini ditemukan hampir di seluruh dunia. Prevalensi
infeksi bervariasi menurut umur, latar belakang, etnik dan status sosioekonomi. Pada
negara berkembang 70-90% populasi pada gasternya terdapat kuman ini, dan
sebagian besar mendapatkan infeksinya saat usia kurang dari 10 tahun.2,7 Infeksi
Helicobacter pylori dilaporkan dalam beberapa studi memiliki peranan dalam
terjadinya sakit perut berulang. Dalam penelitian yang dilakukan Iqbal a.memon dkk
didapatkan bahwa 31% penderita mempunyai nilai serologis terhadap kuman ini
positif.8
4.1.1 Patogenesis
Mukosa gaster sebenarnya sangat terlindungi dari infeksi bakteri. Tetapi
kuman Helicobacter pylori sangat pandai melakukan adaptasi terhadap hal ini,
dengan caranya yang unik, yaitu dapat masuk ke dalam lapisan mukus, kemudian
melakukan perlengketan dengan sel epitel, evasi respon imun, dan akhirnya terjadi
kolonisasi dan transmisi persisten.9
Setelah masuk gaster, bakteri ini harus melawan aktivitas asam untuk masuk
ke lapisan mukus. Faktor-faktor virulen yang memungkinkan organisme beradaptasi
dengan lingkungan lambung adalah produksi amonia yang diperantarai urease untuk
menetralisasi pH asam, morfologi spiral dan flagella yang memungkinkannya
menembus lapisan mukosa protektif dan menahan peristaltik, dan adhesin yang
memungkinkan organisme melekat pada epitel gastrik. Faktor virulen lain adalah
produksi sitotoksin dan mediator radang.7,9
4.1.2 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi H.pylori pada anak sebagian besar asimptomatis atau
memperlihatkan gejala saluran cerna yang tidak spesifik. Manifestasi utama infeksi
Helicobacter pylori yang bergejala adalah gastritis, ulkus peptikum dan
kemungkinan keganasan karsinoma lambung. Keluhan lain yang sering disampaikan
oleh anak adalah nyeri di daerah epigastrium, terbangun pada malam hari, dan sering
muntah. Sakit perut berulang pada anak dianalogikan dengan dispepsia non-ulkus
pada orang dewasa. Gastritis sering memperlihatkan keluhan sakit perut berulang
pada anak. Oleh karena itu, sakit perut berulang pada anakoleh beberapa peneliti
dianggap sebagai gejala klinis yang berhubungan dengan infeksi H.pylori. 30% anak
dengan sakit perut berulang ditemukan bakteri H.pylori dalam antrumnya, sedangkan
hanya 10% anak yang ditemukan bakteri H.pylori didalam korpusnya.7
Walaupun Helicobacter pylori ditemukan pada 50-80% orang dewasa dengan
ulkus lambung, perannya pada ulkus lambung pada anak tidak jelas. Tanda klinis
penyakit ulkus peptikum pada anak bervariasi. Tanda klasik nyeri epigastrik yang
diperburuk dengan puasa dan berkurang dengan makan tidak lazim pada anak yang
lebih muda, walaupun tanda ini ditemukan pada anak yang lebih tua dan remaja.
Kurang dari 20% anak dengan penyakit ulkus peptikum mengalami hematemesis dan 5
melena. Helicobacter pylori ditemukan pada 25% anak dengan ulkus lambung dan
86% pada ulkus duodenum.7
4.1.3 Diagnosis
Metode non invasif
Tes serologi merupakan teknik non-invasif pertama yang dipakai untuk
mendeteksi anti Helicobacter pylori IgG pada serum penderita. Adanya infeksi
mukosa lambung karena Helicobacter pylori terjadi peningkatan spesifik kadar IgG
dan IgA dalam serum dan peningkatan kadar sekretori IgA dan IgM dalam perut.
Dengan tes ini kita dapat mendeteksi paparan bakteri ke host tetapi kita tidak dapat
mendeteksi secara pasti adanya infeksi yang sedang berlangsung. Kadar antibodi
menetap dalam darah dalam jangka waktu panjang sehingga masih dapat dideteksi
meskipun sudah diobati.
Uji C-urea nafas didasarkan pada kenyataan bahwa kuman Helicobacter pylori
memproduksi urease yang memecah urea menjadi amonia dan CO2. Uji C-urea napas
merupakan ui diagnostik yang reliabel dan merupakan pilihan pertama dan dapat
digunakan sebagai evaluasi terapi. Kedua cara ini mempunyai nilai sensitivitas dan
spesifisitas 98-100%.7,9,10
Stool antigen test adalah pemeriksaan enzimatik (ELISA) yang dapat
mengidentifikasikan antigen Helicobacter pylori pada feses. Stool antigen test terdiri
dari metode poliklonal dan monoklonal untuk mendeteksi infeksi juga untuk
monitoring pasca terapi Helicobacter pylori. Keuntungan pemeriksaan Stool antigen
adalah membedakan infeksi aktif Helicobacter pylori dengan paparan, pemeriksaan
non-invasif, penderita lebih nyaman lebih murah daripada metode lain, mendeteksi
antigen secara langsung, dapat digunakan sebagai alat untuk monitoring sebelum dan
sesudah terapi dan akurasi >95%.7,9,10
Uji antibodi urine yang mengandung antibodi Helicobacter pylori pada anak-
anak memiliki sensitifitas 94,4% dan spesifisitas 96,9% dan keakuratan 96%, dari
beberapa studi yang mengevaluasi anak-anak dengan uji C-urea nafas dan uji ELISA
positif.10
Metode invasif
Pemeriksaan endoskopi direkomendasi untuk dikerjakan pada kasus dengan
gejala saluran cerna atas yang dicurigai suatu kelainan organik dan bila ditemukan
Helicobacter pyloripada pemeriksaan endoskopi, maka pasien harus segera mendapat
terapi. Endoskopi merupakan tindakan untuk mendapatkan jaringan untuk
pemeriksaan histologi, biakan, atau uji urease. PCR juga digunakan sebagai uji
diagnostik cepat untuk Helicobacter pylori, spesimen dari PCR dapat diambil dari
spesimen biopsi, asam lambung, saliva.7,9,10
5. Manifestasi klinik
Sakit perut pada anak biasanya mempunyai durasi dan intensitas yang berbeda
walaupun nyerinya biasa berlokasi di periumbilikal nyeri pada daerah yang jauh dari
umbilikus tidak menyingkirkan kemungkinan itu adalah sakit perut berulang.3Sakit
yang dirasakan bisa terjadi siang ataupun malam dan sakit yang dirasakan sering kali
dihubungkan dengan reaksi yang berlebihan seperti tangan yang melilit perut atau
bahkan menjatuhkan diri.11
Pada bayi dan anak manifestasi klinik sakit perut tergantung pada umur
penderita. Pegangan yang dipakai untuk mengatakan seorang bayi atau anak sakit
perut dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Manifestasi kli nis sakit perut pada anak berdsarkan umur :3
0-3 bulan Umumnya digambarkan dengan adanya muntah
3 bulan – 2 tahun Muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat menerapkannya
2 tahun – 5 tahun Dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat
> 5 tahun Dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut
Anak dengan sakit perut akut biasanya terlihat sangat sakit, menangis, keringat
dingin, dengan posisi meringkuk atau membungkuk seperti ingin melindungi perutnya
dengan memendekkan otot rektus abdominalis. Disamping sakit perut kadang-kadang
ada pula gejala-gejala lainnya yang menyertai seperti nausea, muntah, anoreksia, diare
danpanas.3
7
6. Patofisiologi
Sakit perut akut atau berulang umumnya mempunyai 5 sumber, yaitu visera
perut, organ lain di luar perut, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, dan
psikosomatik:3
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini
disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan
lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.3
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan
serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls
aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke
talamus, kemudian ke konteks serebri.3
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan habat ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera
abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai
medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium.Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke
labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.3
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya.Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional
(tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan
ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang
rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai
mediator dari sakit perut berulang fungsional.12
Faktor yang berperan dalam sakit perut berulang terdiri dari faktor psikologik
dan fisiologik. Faktor psikologik dapat terjadi karena stress, depresi, ikatan keluarga,
operant condition, somatisasi sedangkan faktor fisiologik yaitu adanya intoleransi,
dismotilitas usus, konstipasi, ketidakstabilan otonom.3
Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional
dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin
sempurna. Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan
psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel.3
7. Patogenesis3
1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, okulasi akibat torsi atau
penekanan. Kejadian ini misalnya, terjadi pada putaran kista ovarium dan
jepitan usus pada inavaginasi.
2. Peradangan. Peradangan organ di dalam organ peritonium menimbulkan rasa
sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis.
Mekanismenya sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan
melalui persyarafan somatik.
3. Gangguan pasase. Gangguan pasase atau obtruksi organ yang berbentuk
pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun
retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan
timbul rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian
proksimal sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan
punyak nyeri yang hebat (kolik).
4. Penarikan, peregangan dan pembentanganperitoneumviseralis.
Dalamprakteknya,
keempatmekanismetimbulnyasakitperutjarangditemukansendiri-sendiri,
tapiumumnyamerupakanprosescampuran.
8. Kriteria Diagnosis
Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah
karena kriteria diagnosis yang digunakanbelumseragam, terutama untuknyeriperut
non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah
9
kriteria Rome III. KomiteRome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam
beberapa hal, yaitu:13
1. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang
menjelaskan mengenai gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu
dalam mengidentifikasi patofisiologi. Hal ini menyebabkan sensitifitas dan
spesifitas criteria Rome II lebih rendah dari pada Rome III.
2. Penjelasankriteria Rome II untuksakitperutfungsionallebihluas.
3. Analisisfaktorterhadapgejalasakitperutfungsional yang
berhubungandenganmakanantidak di perhitungkandalamkriteria Rome II.
Kriteria diagnosis gangguanfungsional gastrointestinal pada anak-anakmenurutkriteria
Rome III
G. Functional disorders : neonates and toddlers
G1. Infant regurgitation
G2. Infant rumination syndrome
G3. Cyclic vomiting syndrome
G4. Infant colic
G5. Functional diarrhea
G6. Infant dyschezia
G7. Functional constipation
H. Functional disorders : children and adolescents
H1. Vomiting and aerophagia
H1a. Adolescent rumination syndrome
H1b. Cyclic vomiting syndrome
H1c. Aerophagia
H2. Abdominal pain-related FGIDs
H2a. Functional dyspepsia
H2b. Irritable bowel syndrome
H2c. Abdominal migraine
H2d. Chidhood functional abdominal pain
H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome
H3. Constipation and incontinence
H3a. Functional constipation
H3b. Non retentive fecal incontinence
9. Pemeriksaan Penunjang
Harus diingat dalam membuat diagnosis pada anak dengan sakit perut akut,
anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, sedangkan pemeriksaan
laboratorium dan penunjang hanya membantu.3
Pemeriksaanlaboratoriumdanpenunjangadalah :1
- Pemeriksaan laboratorium rutin darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap
sangat penting.
- Ureum dan elektrolit darah penting pada diare dehidrasi.
- Biakan tinja penting untuk menegakkan ada tidaknya enteropatogen, terutama
Salmonella, Shigella , Campilobacter dan Yersinia. Amebiasis, infeksi cacing
(Ascaris, Trichuris) dengan mudah dapat didiagnosis.
- Mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja untuk intoleransi laktosa.
- Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut dan pielografi intravena
penting untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan batu di dalam
saluran kemih.
- Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya
obstruksi dan kelainan di luar traktus digestivus.
- Foto toraks diperlukan bila diduga ada pneumonia.
- USG bila diduga ada kelainan perut dan hepatobilier.
- EKG dan EMG untuk diagnosis spasmofili.
- Endoskopi untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.
11
10. Penatalaksanaan
Apabila seorang anak menderita sakit perut akut, maka yang penting
dilakukan adalah menentukan apakah penyakitnya memerlukan tindakan bedah atau
tidak. Kalau kita sudah dapat membuat keputusan bahwa anak itu tidak memerlukan
tindakan bedah, maka kita harus mencari penyebab sakit perut dan diberikan
pengobatan sesuai etiologinya. Terapi simptomatis perlu juga diberikan seperti
istirahat serta pengawasan cairan dan diet. Pada keadaan dimana anak sangat
kesakitan dapat diberikan sedatif ataupun analgetika.
Pada sakit ringan dan sedang, obat-obatan yang dapat diberikan seperti aspirin
(dosis 10 mg/kg/dosis), acetaminofen (10 mg/kg/dosis), codein (3 mg/kg/dosis),
Naproksen (10-18 mg/kg/hari), axycodome (0,08 mg/kg/dosis), dan tolmetin (18-50
mg/kg/hari). Sedangkan pada nyeri yang sifatnya berat, dapat diberikan Obat-obatan
yang diberikan dapat seperti morfin (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis), metadon (0,1 - 0,2
mg/kg/dosis), meperidin (0,75 – 2 mg/kg/dosis) dan hidromorfin (0,015 – 0,3
mg/kg/dosis) 2.
Keberhasilan penatalaksanaan sangat tergantung pada akurasi melakukan
pendekatan diagnosis. Untuk penatalaksanaan sakit perut berulang ini sangat sulit. Hal
ini diakibatkan karena sakit perut berulang sering memberikan penampilan klinis yang
tidak spesifik. Tidak ada panduan pasti, oleh karena itu penilaian klinis yang
dilakukan harus secara menyeluruh, sehingga dapat menentukan diagnosis dan terapi
yang tepat. Memberikan penjelasan kepada orang tua, merupakan hal yang sangat
penting. Orang tua harus mendapatkan penjelasan bahwa keadaan ini sering dijumpai
pada anak. 4
Penanganan selanjutnya, tergantung dari keadaan spesifik yang menyebabkan
keluhan sakit perut berulang. Keluhan konstipasi dapat diberikan obat golongan
lakasan (lactulose), meningkatkan konsumsi serat, toilet training (5 menit setelah
makan pagi dan sore). Pada keadaan irritable bowel syndrome yang paling penting
adalah memberikan penjelasan serta mengantisipasi pencetus psikososial yang
mungkin dapat sebagai pencetus timbulnya keluhan serta meningkatkan diet tinggi
serat. Pada umumnya dengan metode ini akan memberikan hasil yangbaik dalam
waktu antara 6-12 bulan. 4
Prinsip pengobatan Helicobacter pylori pada anak :4
1. Tidak dianjurkan pemberian antibiotika tunggal
2. Dianjurkan penggunaan 2 macam antibiotika dan kombinasi preprat bismut
3. Pilihan selanjutnya adalah 3 macam antibiotika + PPI
4. Pilihan lini ke 2 dan ke 3, apabila terjadi resistensi.
Dua macam antibiotika mempunyai tujuan agar terjadi efek sinergis di antara
antibiotika yakni agar efek intraluminal bekerja baik, shingga antibiotika lainnya
dapat bekerja secara sistemik. Penggunaan PPI mempunyai manfaat untuk
menurunkan keasaman lambung agar antibiotika dapat bekerja lebih optimal.4
Terapi lini pertama4
PPI + amoksisislin +Klaritromisin
RBC (Ranitidin Bismuth Compleks +amoksisilin + Klaritromisin
Terapi lini kedua4
PPI + Bismuth + Metronidazole + Tetrasiklin terapi penyelamatan
PPI + amoksisilin Rifabutin (LAR)
Anak yang menderita infeksi Helicobacter pylori disertai ulkus diberikan terapi
PPI ditambah dua jenis antibiotik selama 14 hari.
13
Tabel 2.2. Terapi eradikasi Helicobacter pylori pada anak-anak9
Pilihan Obat-obatan DosisLini 1
1
2
3
AmoxicilinClarithromycinPPI (omeprazole)
AmoxicilinMetronidazolePPI (omeprazole)
ClarithromycinMetronidazolePPI (omeprazole)
50 mg/kg/hari, sampai 1 gr perhari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari
50 mg/kg/hari,sampai 1 gr perhari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari
15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari
Lini 24
5
Bismuth subsaliysilateMetronidazolePPI (omeprazole)
Antibiotiktambahan : Amoxicilin Tetrasiklin Clarithromycin
RanitidinebismuthcitrateChlarithromycinMetronidazole
1 tablet (262 mg) 4x sehariatau 15 ml (17,6 m 4x sehari)20 mg /kg, 2x seharisampai 500 mg 2x sehari1 mg/kg/hari max 20 mg 2x sehari
50 mg/kg/hari,sampai 1 gr perhari15 mg/kg/hari sampai 500 mg 2xsehari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari
1 tablet 4 x sehari15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari
Tabel 2.3. Terapi infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak9
Study year Eligible children
Treatment Regimen Duration(D)
Eradication Rate(%)
93%CI(if Stated)
Gottrand et al266
2001 31
32
Omeprazole 10-20 mg bidAmoxicilin 25 mg/kg
Chlaritromycin 7,5 mg/kg
Amoxicilin 25 mg/kgChlaritromycin 7,5 mg/kg
7 23/31 (74,2) ITT
20/25 PP
3/32 (9,4) ITT
3/28 (10,7) PP
39-90
46-83
Tiren et al261
1999 38 Omeprazole 0,3 mg/kgAmoxicilin 50 mg/kg
Chlaritromycin 15 mg/kg
14 24/32 (75) 60-90
Behrens et al263
1999 63
73
Omeprazole 1 or 2 mg/kgAmoxicillin 50 mg/kg
Omeprazole 1 or 2 mg/kgAmoxicillin 50 mg/kg
Clarithromycin 20 mg/kg
14
14
27/52 (52)
44/53 (83)
Casswall et al262
1998 32 Omeprazole 10 or 20 mg/d 7Clarithromycin 7.5 mg/kgMetronidazole 7.5 mg/kg/d
7 28/32 (87)
Moshkowitz et al263
1998 35 Omeprazole 20 mg bidClarithromycin 250 mg bidMetronidazole 500 mg bid
7 25/35 (71)*
Walsh et al260
1997 28 Bismuth 480 mg/1.73 m2
Clarithromycin 15 mg/kgMetronidazole 20 mg/kg
7 21/22 (95) 77-100
Kato et al264
1997 22 Omeprazole 0.6 mg/kg Amoxicillin 30 mg/kg
Omeprazole 0.6 mg/kg Amoxicillin 30 mg/kg
Clarithromycin 15 mg/kg
14
14
15/22 (70)
11/12 (92
ITT = intention-to-treat analysis; PP = per protocol analysis.*Eight children had received previous eradiaction therapy.
15
Gambar 2.1 Algoritma diagnosis sakitperutmendadak pada anak1.
SAKIT PERUT MENDADAK
1. Anamnesis2. Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan laboratorium-Darahlengkap-Urinlengkap-Tinjalengkap
3. DerajatPeny
akit
Manifestasidariusushalus-diare-tinjaberdarah-obstipasi- muntah-hematemesis- sakit pinggul
4. Manifestasi di luar usus halus
ringan sedang berat
5. Lokasidanjenisnya Tanda peritoneal, kuadran atas kanan, hilang
timbul
-rawatinap-terapisuportif-antibiotik
Menyebar ,sekitarpusar, sebelahkiri
epigastrik Kuadrankananatas
6. Foto abdomen 3 posisi ,konsulbedah
NormalObservasi 1-
2 hari
AbnormalKasuspediat
rik
AbnormalKasusbedah
Observasi 1-2 hari
amilase -test faalhati-USG
Pancreatitis
Abnormal
Antasid
Normal Penyakithepatobilier
-esofagitis-ulkuspeptikum
endoskopi
ResponjelekResponbaik-pneumonia-Batu ginjal-radang usus-osteomielitis-keganasan
-apendisitis-invaginasi-volvulus-laserasihati/limpa-kehamilanek
Infeksi penyakit sistemik
Gambar 2.2 Algoritma diagnosis sakitperutberulang pada anak1.
17
SAKIT PERUT BERULANG
A. AnamnesisB. Pemeriksaan fisik
F. Lokasi
D. Manifestasipenyerta dari usus halus
-diarekronik-tinjaberdarah-obstipasi- muntah- ikterus
E. Manifestasi luar usus halus
Infeksi radang usus penyakit ginjal keganasan
Antasid
Epilepsiperut
Responbaik
Intoleransilaktosa
Adneksitis
KhasTidakkhas
Obstipasi radangusus psikis
Spasmofilia
EEG EMG
Responjelek
Tesfaalhati, USG
Sakitpinggul Menyebarsekitarpusar / sebelahkiri
Epigastrik Kuadrankananatas
Penyakithepatobilier
Esofagitisulkus Amilase
AbnormalPankreatitis
Normal
Endoskopi
C. Pemeriksaanlaboratorium darahlengkap urinlengkap tinjalengkap
1.1 Kesimpulan
Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria
diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.
Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome
III. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ
di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik.
Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant
regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infantcolic,
functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting dan
aerophagia,abdominal pain-related FGID, constipation dan
incontinence.Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah
lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah,
biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan
abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan diberikan sesuai etiologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. MarkumAH. Buku ajar ilmu kesehatan anak.Vol 1.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. p. 493-6
2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak. In: Suraatmaja S, editor. Kapita selekta gastroenterologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 2007. p. 189-203.
3. Boediarso A. Sakit perut pada anak. In: Jufri M, editor. Buku ajar gastroenterologi hepatologi. 1st ed. Jakarta: IDAI; 2010. p. 149-65.
4. Ranuh R, Fardah A, Subijanto MS. Kongres Nasional III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia; 2007 Dec 6-8 Surabaya; 2007. p. 101-9.
5. Vlieger AM, Benninga MA. Chronic abdominal pain including functional abdominal pain, irritable bowel syndrome, and abdominal migraine. In: Kleinman RE, Goulet OJ, Vergani GM, Sanderson IR, Sherman P, Shneider BL, editors. Pediatric gastrointestinal disease. 5th ed. Vol 1. India: International Print-O-Pac-Limited; 2008. p. 715-25.
6. Suharsono, Boediharso A, Halimun MA. Gastroenterologianakpraktis. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI; 1988. p. 219-29.
7. Atkins JT, Cleary TG. Helicobacter. In:Bishop, Warren P, editors. Essential of pediatric. 5th ed. Piladelphia: Elsevier Saunders; 2006. p. 988-89.
8. Memon IA, LAL MN, Murtaza G, Jamal A, Bhatti RN, Tariq S. Reccurent abdominal pain in children. Pak J Med Sci. 2009;25:26-30.
9. Walters D, Jones NL. Helicobacter pylori in childhood. In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rded. United StatesAmerica: Saunders Elsevier; 2006. p. 409-27.
10. Gold BD. Helicobacter pylori infection. In: Bell LM, editor. Pediatric gastroenterology. United States of America: Mosby Elevier; 2008. p. 98-109.
11. William HJ, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR. Current diagnosis & treatment pediatrics.New York: The Mc Grow Hill Companies; 2009. p. 599-600.
12. Mahajan LA, Kaplan B. Chronic abdominal pain of childhood and adolescence. In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rd ed. United StatesAmerica: Saunders Elsevier; 2006. p. 111-23.
13. Kari KF, Anderson J, Puzanovova M, Walker LS.Rome II versus Rome III classification of functional gastrointestinal disorder in pediatric cronic abdominal pain. JPGN. 2008;47:299-302.
19