Safety Management Guidelines_ep-chapter i

10
MANUAl QHSM-xxxxx Dibuat : Revisi : 00 SAFETY MANAGEMENT MANUAL Disahkan : Tanggal : 4/3/2013 Halaman : 1/10 Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx BAGIAN 1 1. INTRODUKSI 1.1. UMUM Konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak dan besar aktifitasnya, termasuk didalamnya adalh menyangkut dalam hal peralatan, teknologi, pekerja dan metode kerjanya. Proses business tersebut tidak bisa berjalan dan berkembang dengan baik tanpa diimbangi dalam usaha pengkontrolan dan pengurangan resiko-resiko akibat adanya bahaya-bahaya yang sifatnya alami dari aktivitas-aktivitas dalam usaha tersebut. Dalam berbagai cara dan kondisi aktivitas dalam usaha ini bisa mengakibatkan injuri atau kerusakan, yang pada masa- masa awal ini proses bisnis terjadi pada perusahaan-perusahaan yang tidak begitu memberikan atensinya pada pencegahan kecelakaan (accident). Melalui aplikasi disiplin dan kontinyu dalam mengimplemen- tasikan safety management, frekuensi dan tingkat keparahan incident yang terjadi dalam usaha ini sudah berkurang dengan signifikan. 1.2. KONSEP SAFETY 1.2.1. Dalam rangka memahami Manajemen SAFETY adalah perlu untuk mempertimbangkan apakah yang dimaksud dengan “keselamatan (safety)”. Tergantung dari perspektif masing-masing orang, konsep safety mempunyai berbagai macam konotasi atau makna, seperti: a. zero accident/serious incident, pandangan ini dipergunakan oleh banyak pihak;

description

Guidelines untuk mengelola management safety

Transcript of Safety Management Guidelines_ep-chapter i

Page 1: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 1/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

BAGIAN 1

1. INTRODUKSI

1.1. UMUM

Konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak dan besar

aktifitasnya, termasuk didalamnya adalh menyangkut dalam hal

peralatan, teknologi, pekerja dan metode kerjanya. Proses business

tersebut tidak bisa berjalan dan berkembang dengan baik tanpa

diimbangi dalam usaha pengkontrolan dan pengurangan resiko-resiko

akibat adanya bahaya-bahaya yang sifatnya alami dari aktivitas-aktivitas

dalam usaha tersebut. Dalam berbagai cara dan kondisi aktivitas dalam

usaha ini bisa mengakibatkan injuri atau kerusakan, yang pada masa-

masa awal ini proses bisnis terjadi pada perusahaan-perusahaan yang

tidak begitu memberikan atensinya pada pencegahan kecelakaan

(accident). Melalui aplikasi disiplin dan kontinyu dalam mengimplemen-

tasikan safety management, frekuensi dan tingkat keparahan incident

yang terjadi dalam usaha ini sudah berkurang dengan signifikan.

1.2. KONSEP SAFETY

1.2.1. Dalam rangka memahami Manajemen SAFETY adalah perlu untuk

mempertimbangkan apakah yang dimaksud dengan “keselamatan

(safety)”.

Tergantung dari perspektif masing-masing orang, konsep safety

mempunyai berbagai macam konotasi atau makna, seperti:

a. zero accident/serious incident, pandangan ini dipergunakan

oleh banyak pihak;

Page 2: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 2/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

b. tidak adanya bahaya atau resiko, yaitu faktor-faktor yang

menyebabkan atau mungkin bisa menyebabkan celaka;

c. cara pandang pekerja terhadap tindakan tidak aman dan

kondisi tidak aman (yang merupakan refleksi dari “safe

corporate culture”);

d. suatu tingkat dimana resiko-resiko dalam proses kerja bisa

diterima;

e. suatu proses identifikasi bahaya dan manajemen resiko; dan

f. suatu pengontrolan kerugian kecelakaan (baik itu orang,

property, dan kerusakaan lingkungan).

1.2.2. Meskipun eliminasi kecelakaan (insiden serius) menjadi upaya yang

umum dilakukan, adalah tidak mungkin mencapai safety rate 100%.

Kesalahan dan kegagalan akan muncul, yang merupakan bagian

tidak diinginkan dari usaha-usaha terbaik untuk menghilangkannya.

Tidak ada aktivitas manusia atau suatu sistem buatan manusia yang

bisa digaransi menjadi “absolutely safe” yaitu bebas dari segala

resiko. Keselamatan (safety) adalah sebuah konsep yang relative

dimana resiko-resiko yang muncul dapat diterima dalam sebuah

sistem yang aman.

1.2.3. Keamanan/keselamatan (safety) sekarang dipandang sebagai

suatu manajemen resiko. Oleh karena itu untuk menunjang tujuan

dari manual ini, maka safety dipertimbangkan dengan pengertian

sebagai berikut:

Page 3: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 3/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

1.3. KEBUTUHAN AKAN SEBUAH MANAJEMEN SAFETY

1.3.1. Pekerjaan Konstruksi merupakan bidang-bidang usaha yang

mempunyai tingkat resiko kerja yang cukup tinggi. Dengan tidak

mengindahkan perlunya suatu manajemen safety akan muncul

berbagai macam resiko yang akan meningkatkan jumlah

kecelakaan kerja.

1.3.2. Kecelakaan dan insiden akan membutuhkan biaya. Meskipun

dengan menggunakan asuransi bisa menanggulangi hal tersebut,

sebuah kecelakaan bisa menciptakan “bad business sense”.

Sebuah lembaga asuransi bisa meng-cover resiko-resiko yang

spesifik, tetapi masih banyak lagi biaya-biaya yang tidak masuk

program asuransi. Sebagai tambahan, ada beberapa komponen

biaya yang mempunyai sifat less tangible (tetapi tidak kalah

pentingnya) seperti hilangnya kepercayaan dari rekan kerja atau

dunia usaha yang berkaitan. Sebuah pemahaman mengenai total

biaya dari sebuah kecelakaan merupakan fundamental untuk

mengerti dari nilai ekonomi sebuah safety system.

1.3.3. Usaha bidang konstruksi di Indonesia kedepannya diprediksikan

akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memenuhi

standar-standar yang bersifat global. Oleh karena itu manajemen

SAFETY adalah sebuah pernyataan dimana resiko cidera terhadap manusia atau kerusakan properti dikurangi, dan dijaga dibawah atau pada level yang diterima melalui sebuah proses yang berkelanjutan terhadap identifikasi bahaya dan manajemen resiko.

Page 4: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 4/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

K3 (safety) merupakan suatu keharusan untuk memenangkan

kompetisi bisnis dalam bidang.

1.4. SAFETY PROGRAM dan SAFETY MANAGEMENT SYSTEM

1.4.1. Perbedaan antara Safety Program dan Safety Management System

adalah sebagai berikut:

a. Safety Program merupakan integrasi dari sejumlah peraturan dan

aktifitas-aktifitas untuk meningkatkan safety.

b. Safety Management System (SMS) merupakan pendekatan yang

terorganisasi untuk me-manage safety, termasuk di dalamnya

yaitu struktur organisasi, tangung jawab, kebijakan-kebijakan dan

prosedur-prosedur.

1.4.2. Sebuah safety program akan cukup luas cakupannya, termasuk di

dalamnya bakyaknya kegiatan safety untuk memenuhi target dan

tujuan dari program tersebut, seperti: incident reporting, safety

investigation, safety audit dan masih banyak yang lainnya. Untuk

mengimplementasikan hal tersebut secara terintergrasi diperlukan

SMS yang konsisten.

1.4.3. Sebuah SMS minimum harus:

a. Mengidentifikasi resiko dan bahaya

b. Memastikan bahwa tindakan perbaikan untuk mengurangi resiko

dan bahaya dilakukan dengan baik

c. Memberikan monitoring yang berkelanjutan dan evaluasi dan

penilaian secara regular terhadap tingkatan safety yang dicapai

Page 5: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 5/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

1.4.4. SMS juga harus secara jelas mendefinisikan lini tanggung jawab

safety, termasuk tanggung jawab langsung terhadap safety yang

merupakan bagian dari senior management.

1.4.5. Dalam sistem apapun, adalah penting untuk menentukan target

dan pengukuran kinerja dalam rangka untuk mengetahui apakah

sistem bekerja sesuai dengan yang diharapkan, dan untuk

mengidentifikasi diperlukannya tindakan untuk meningkatkan

kinerja untuk mencapai tingkat yang diinginkan.

1.4.6. Konsep acceptable level of safety (ALOS) merupakan usaha untuk

mengharmonisasi antara pendekatan manajemen safety sekarang

yang berdasarkan pada pemenuhan peraturan dengan

pendekatan berdasarkan kinerja.

1.4.7. Dalam prakteknya, konsep acceptable level of safety (ALOS)

diekspresikan dengan dua pengukuran (safety performance

indicators/SPI dan safety performance targets/SPT) dan diimplemen-

tasikan dalam berbagai macam safety requirements/SR. Berikut

adalah penjelasan dari istilah-istilah diatas:

a. Safety Performance Indicators: sebuah ukuran kinerja safety dari

sebuah perusahaan atau institusi. Safety indicators sebaiknya

mudah untuk diukur dan dihubungkan dengan komponen

utama dari safety program dan SMS.

b. Safety Performance Targets dihasilkan dengan mempertimbang-

kan level dari safety performance yang diinginkan dan realitas

Page 6: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 6/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

dari kondisi organisasi perusahaan. Safety targets harus terukur,

dapat diterima dan konsisten dengan safety program yang ada.

c. Safety Requirements diperlukan untuk mencapai safety

performance indicators dan safety performance targets. Di

dalamnya termasuk prosedur operasional, teknologi, sistem, dan

program-program.

1.4.8. Hubungan antara ALOS, SPI, SPT dan SR adalah sebagai berikut:

ALOS merupakan arah konsep, SPI adalah ukuran yang digunakan

untuk menentukan bahwa ALOS sudah tercapai, SPT adalah suatu

bentuk quantitative berkaitan dengan ALOS; dan SR adalah alat

atau cara yang diperlukan untuk mencapai ST.

1.5. PENDEKATAN TERHADAP SAFETY MANAGEMENT

1.5.1. Dengan perkiraan industri konstruksi kedepan akan semakin

kompleks dan berkembang sesuai globalisasi, maka metode

tradisional untuk mengurangi resiko sesuai dengan level yang

diinginkan sekarang ini tidaklah cukup. Metode baru perlu dipelajari

untuk me-manage safety.

1.5.2. Oleh karena itu safety management perlu dipertimbangkan dalam

dua perspektif yang berbeda – traditional dan modern.

1.5.3. Pada pendekatan tradisional perusahaan hanya menfokuskan

pada kepatuhan dengan peraturan yang ada baik dari pemerintah

maupun client. Pendekatan ini bekerja baik selama belum adanya

tekanan dari pihak luar tentang pemenuhan standar-standar safety

yang lebih diterima secara global.

Page 7: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 7/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

1.5.4. Pada pendekatan safety secara tradisional lebih bereaksi pada

suatu kejadian yang tidak diinginkan kemudian dilakukan

perbaikan/perubahan pengukuran untuk mencegah hal itu terjadi

lagi, dari pada melakukan tindakan mendefinisikan metode kerja

terbaik atau standar yang diinginkan.

1.5.5. Untuk menjaga resiko safety pada level yang dapat diterima pada

level dari aktifitas yang meningkatan, modern safety management

melakukan perubahan dari “purely reactive” menjadi “more

proactive”. Berikut ini merupakan tindakan atau cara-cara yang

dilakukan dalam modern safety management:

a. Menggunakan metode scientifically-based risk management;

b. Komitmen dari senior management terhadap safety

management;

c. Sebuah corporate safety culture yang akan menimbulkan sistem

kerja aman, mendukung komunikasi safety, dan secara aktif me-

manage safety dengan perhatian sama seperti terhadap

manajemen keuangan;

d. Secara efektif melaksanakan standard operating procedures

(SOPs), termasuk didalamnya penggunaan checklist dan

briefing;

e. Menciptakan budaya pelaporan insiden dan bahaya yang

efektif;

Page 8: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 8/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

f. Membuat sistem untuk mengumpulkan, menganalisa dan

berbagi pengalaman safety berkaitan dengan data yang

muncul dari operasional normal;

g. Investigasi accident/serious incident dilakukan oleh orang yang

kompeten;

h. Mengidentifikasi kesalahan safety secara systemic (dari pada

hanya mengejar target untuk disalahkan);

i. Pelatihan safety secara terintegrasi bagi personel-personel

operasional.

1.6. TANGGUNG JAWAB MENGELOLA SAFETY

1.6.1. Tanggung jawab terhadap safety dan safety management yang

efektif di-share diantara management personnel. Secara umum,

tanggung jawab tersebut terbagi atas beberapa area:

a. Mendefinisikan kebijakan dan standar yang berkaitan dengan

safety;

b. Mengalokasikan sumber daya untuk kelangsungan aktifitas

manajemen resiko;

c. Mengidentifikasi dan mengevaluasi safety hazard;

d. Melakukan tindakan untuk mengeliminasi bahaya atau

mengurangi tingkat resiko dengan dasar acceptable level of risk;

e. Melakukan supervise safety dan evaluasi safety program;

f. Investigasi accident/serious incident;

g. Mengadopsi “the most appropriate best industry practice”;

Page 9: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 9/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

h. Updating peraturan-peraturan safety pada bidang-bidang

usaha terkait.

1.6.2. Prosedur-prosedur sistematik untuk safety management secara

umum dikenal sebagai sebuah Safety Management Safety (SMS).

1.6.3. Team Manajemen mempunyai tanggung jawab khusus terhadap

safety management. Dalam studi kasus dari berbagai macam

usaha, ditemukan bahwa perusahaan yang paling safety adalah

perusahaan yang mempunyai sebuah misi safety yang jelas, dimulai

dari bagian top of organization dan memberikan pedoman

tindakan ke bawah sampai level operasional.

1.6.4. Perusahaan yang safety seringkali merupakan perusahaan yang

paling efesien. Meskipun implementasi safety management

membutuhkan biaya, pihak manajemen harus mengetahui biaya

yang tersembunyi dari sebuah kecelakaan dan safety adalah baik

bagi kelangsungan sebuah usaha. Dengan menggunakan

pendekatan sistematik terhadap proses pengambilan keputusan

perusahaan dan manajemen resiko, kerugian-kerugian akibat

kecelakaan bisa dikurangi.

1.6.5. Manajemen mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

mengelola resiko-resiko safety dalam perusahaan. Hal ini tercapai

dengan membangun sebuah metode sistematik untuk

mengidentifikasi bahaya-bahaya, menilai resiko-resiko, menetapkan

prioritas terhadap resiko-resiko tersebut dan kemudian

mengeliminasi atau mengurangi bahaya-bahaya tersebut yang

Page 10: Safety Management Guidelines_ep-chapter i

MANUAl

QHSM-xxxxx

Dibuat : Revisi : 00

SAFETY MANAGEMENT MANUAL

Disahkan :

Tanggal : 4/3/2013

Halaman : 10/10

Status Dok.: No. Salinan: No. Dok.: QHSM-xxxxxx

bisa menyebabkan potential loss terbesar. Manajemen sendiri

mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dalam

struktur organisasi, staffing, peralatan, kebijakan dan prosedur.

1.6.6. Di atas hal itu semua, manajemen membangun sebuah iklim

perusahaan yang safety. Tanpa semuanya berkomitmen terhadap

safety, safety management akan menjadi sangat tidak efektif dan

efesien. Dengan mendukung tindakan safety, manajemen mengirim

pesan kepada seluruh staff bahwa manajemen sangat concern

terhadap safety dan mereka juga seharusnya demikian.

1.6.7. Manajemen perlu membuat safety sebagai sebuah nilai yang

penting bagi perusahaan. Hal tersebut hanya bisa dipenuhi dengan

menentukan tujuan dan maksud dari safety, kemudian secara

bersama-sama manajer dan para pegawai bertanggungjawab

untuk mencapainya. Staff menginginkan dari manajemen:

a. Clear direction, dalam bentuk kebijakan yang bagus, tujuan,

sasaran, standar, dsb;

b. Adequate resources, termasuk didalamnya waktu yang cukup,

untuk memenuhi tugas secara aman dan efesien; dan

c. Expertise, dalam istilah mendapatkan pengalaman melalui

literature safety, training, seminar, dsb.