SABTU, 16 APRIL 2011 Belajar dari Sinema Prancis, Yuk filebaca secara penuh naskah yang mereka...

1
HAMPIR enam tahun lalu, Wes Craven, sutradara lm horor yang sukses dan melegenda, Scream, mengira bukanlah se- suatu hal yang bijak kalau dia bakal membuat sekuel keempat lm tersebut. Pasalnya, semua kisahnya yang dapat dicerita- kan telah diuraikan. Namun, saat lm baru Scream 4 hadir di bioskop pada Jumat (15/4), Wes mengatakan de- ngan semua tokoh utama--ter- masuk Courteney Cox, David Arquette dan Neve Campbell sebagai pemeran utama perem- puan yang dibantu Sydney Prescott-- “Penggemar akan merasa senang.” Karena itulah, dia mau membuat kembali se- kuel keempatnya. Film Scream menjadi bagian dari cerita rakyat Hollywood ketika diluncurkan pada 1996 dengan kisah tentang seorang maniak yang memakai topeng hantu saat membunuhi anak remaja di satu kecil California. Anak-anak berusaha mengung- kap pembunuh tersebut de- ngan memikirkan ‘peraturan’ yang menjadi alur cerita lm horor. Nyawa Sydney Prescott ada- lah sasaran terakhir pembunuh itu, yang secara tepat dicap Ghostface. Courteney Cox me- merankan seorang reporter TV yang meliput aksi kejahatan tersebut, dan David Arquette menjadi pejabat polisi. Versi pertamanya mendapat tinjauan bagus dan US$173 juta di box ofce global. Film berikut- nya, Scream 2 (1997), mendapat reaksi bagus di kalangan peng- gemarnya sehingga mengan- tongi US$172 juta. Namun, tiga tahun kemudi- an, Scream 3, yang melukiskan pembunuhan terjadi di lokasi pembuatan lm dengan dasar pembunuh fiksi, mendapat reaksi suram penonton. Mes- kipun Scream 3 meraup US$163 juta dari penjualan tiket di se- luruh dunia, banyak kritikan datang dan mengatakan lm tersebut telah kehilangan kese- garannya. Nah, disebut-sebut pada se- kuel keempatnya, lm tersebut kembali menemui kesegaran- nya. Film mengangkat kisah kembalinya teror pembunuh berantai bertopeng hantu ke warga kota kecil Woodsboro. Turut tampil yakni Mary McDonnell, Alison Brie, Lucy Hale, Kristen Bell, Aimee Tee- garden, dan Anna Paquin. Yang jelas, ada kisah menarik di balik penggarapan lm horor Scream 4. Pasalnya, tim produk- si yang dikomandani sutradara Wes Craven itu telah diminta untuk berhati-hati dan harus menjaga kerahasiaan lm itu. Baik pemain senior seperti David Arquette, Courteney Cox, Neve Campbell, maupun pemain baru Emma Roberts dan Hayden Panettiere, sama- sama tak diizinkan untuk mem- baca secara penuh naskah yang mereka dapat. “Saya tak menerima naskah- nya secara lengkap, tidak,” ujar David kepada MTV. “Anda tak benar-benar tahu apa yang ter- jadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya serta bagaimana hal itu bisa berhasil. Ketika saya melihat lmnya, banyak komentar-komentar seperti ‘Oh mereka masih menggunakan trik itu? Wow, ternyata berhasil. Oh menakutkan’.” Pengalaman ini juga dialami Emma. Bahkan mulai dari au- disi hingga menjalani syuting, keponakan Julia Roberts itu tak henti-hentinya dibuat terkejut oleh cara kerja Wes Craven. “Saya berada di rumahnya (Wes Craven) dan mereka me- ngatakan kalau audisi akan dilakukan via video skype yang menurut saya sangat aneh. Sebab, asistennya ada di sana, casting director-nya juga ada, dan hadir pula Wes yang terli- hat lewat video di laptop,” kata Emma. “Saya melakukan audisi dan saya baru tahu setelahnya kalau saya mendapat peran itu dan dijadwalkan syuting dua minggu kemudian. Sebuah pe- kerjaan tercepat yang pernah saya dapatkan.” Emma juga mengungkapkan menjaga kerahasiaan proyek lm tersebut lebih menyeramkan ketimbang berhadapan dengan pembunuh berantai Ghostface. Ia mengaku paranoid ketika secara tak sengaja beberapa lembar halaman naskahnya sempat ter- bang tertiup angin. Nah, apakah lm ini akan menakutkan dan kembali mendulang sukses? Tunggu saja. (Eri/M-1) MESKI waktu itu usianya sudah tak muda lagi, almar- hum Rosihan Anwar akrab dengan artis-artis muda di perlman. Ia sering meng- hadiri acara-acara lm sam- pai akhir hayatnya. Beberapa tahun lalu, mi- salnya, dia selalu hadir da- lam acara syukuran di kan- tor Rapi Films, di kawasan Cikini. Bahkan, ia sering selonjoran bersama artis-ar- tis muda lain yang hadir di sana dan menyantap nasi tumpeng yang biasa dipo- tong saat syukuran sebuah lm. Ia pun selalu diminta memberikan sambutan. “Yah, seringnya sih menasi- hati kami yang muda-mu- da,” ungkap Gope Samtani, dari Rapi Film. Menurutnya, kalau Pak Ros, sapaannya di kalangan artis, sudah bicara lamanya tak hanya 1 atau 2 menit, tapi bisa setengah jam lebih. “(Kebiasaan Pak Ros) Mulai dari zaman dulu, sampai sekarang. Yah, dia memang senang sekali ber- cerita soal sejarah,” ungkap Gope. Almarhum yang wafat di usia 89 tahun, pada 16 April lalu itu, memang dekat dengan dunia film. Bersa- ma Usmar Ismail, Pak Ros mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perni) pada 1950. Dalam lm pertama mere- ka Darah dan Doa, Pak Ros sekaligus menjadi guran. Ia pun menjadi produser lm Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, ia aktif mempromosikan lm Indo- nesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus lm sampai akhir hayatnya. “Dia pun aktif mem- promosikan lm Indonesia di luar negeri. Meski kun- jungannya sering kali tidak berkaitan dengan lm, dia selalu senang bercerita dan mempromosikan lm Indo- nesia,” ujar Ilham Bintang, Pemimpin Redaksi tabloid dan tayangan Cek&Ricek yang merasa sangat kehi- langan atas kepergian pria kelahiran 10 Mei 1922 itu. Meski sudah tidak lagi bekerja tetap di media mas- sa, Ilham Bintang memberi- kan halaman khusus kepada Rosihan untuk menulis da- lam sebuah rubrik kolom. Hal itu disebabkan kekagu- man dan kedekatannya de- ngan almarhum. “Beliau bisa berkisah ten- tang apa saja. Mulai dari kritiknya tentang masalah sosial, pertemuan dengan seseorang plus sejarah orang yang ditemui, penilaian tentang film, dan lainnya. Tulisan-tulisannya masih diminati orang. Buktinya, ketika beliau sempat ber- henti, banyak pembaca yang menanyakan tulisan-tulisan- nya,” ungkap Ilham. Menurut Ilham, banyak pelajaran penting bisa diam- bil dari sosok Pak Ros, yakni peran pers dalam menum- buhkan industri perlman di Indonesia. “Pers amat terkait dengan lm Indonesia. Karena itu, sampai akhir hayat beliau selalu mendukung perfil- man nasional,” kata dia. (Eri/M-1) Belajar dari Sinema Prancis, Yuk Festival ini adalah kegiatan kebudayaan tempat penonton Indonesia dapat berinteraksi dengan kebudayaan Prancis melalui film. Selalu Kampanyekan Film Nasional ERI ANUGERAH A LEX (Romain Du- ris), seorang pria tampan, dituduh sebagai perusak hu- bungan pasangan orang lain berdasar pesanan. Ia dibantu adik perempuannya, Mélanie (Julie Ferrier), dan suaminya, Marc (François Damiens). Reputasinya itu terkenal di mana-mana dan menarik mi- nat seorang pria kaya, Jacques Frantz (Van Der Berq). Dia ingin merusak hubungan cinta kasih anaknya, Juliette van der Becq (Vanessa Paradis), dengan Andrew Lincoln (Jonathan Al- cott) yang akan menikah dalam satu minggu ke depan. Ia pun meminta bantuan Alex dan kawan-kawan. Bisa- kah Alex, Melanie, dan Marc melakukan misi tersebut dalam waktu hanya satu minggu? Film berjudul L’Arnacoeur (The Heartbreaker) ini salah satu lm yang diputar di Festival Sinema Perancis 2011, yang di- mulai pekan silam hingga awal Mei mendatang. Dengan difasilitasi Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, para penggemar lm Prancis akan dimanjakan dengan tontonan lm-lm terbaru yang sedang ngetop di negara mode itu. “Festival ini adalah kegiatan kebudayaan tempat penonton Indonesia dapat berinteraksi dengan kebudayaan Prancis melalui lm-lm. Tahun ini ka- mi menyoroti tiga gaya Prancis dalam komedi romantis untuk memperlihatkan bahwa lm- lm Prancis juga segar, lucu, dan menghibur,” kata Atase Audiovisual Kedutaan Prancis Fréderic Alliod. Tahun ini Festival Sinema Perancis 2011 sudah memasuki tahun yang ke 16. Sebanyak 21 film dari berbagai genre akan ambil bagian. Jakarta, sebagai ibu kota negara, akan mengawali ajang ini pada 8 April hingga 1 Mei 2011, yang kemudian disusul kota-kota besar lain seperti Balikpapan, Yogyakarta, Denpasar, Sura- baya, dan Bandung. Selain lm L’Arnacoeur (The Heartbreaker) , beberapa film Prancis yang akan diputar di antaranya Potiche (Trophy Wife) yang dibintangi Catherine De- neuve & Gérard Depardieu, L’Âge de Raison (With Love from the Age of Reason) yang dibin- tangi Sophie Marceau, juga lm Tout ce qui brille (All that Glitters) yang dibintangi aktris muda berbakat Leila Bekhti yang baru saja menerima penghargaan Aktris Muda Paling Menjanji- kan di ajang festival lm The César 2011. Di tengah derasnya lm-lm Hollywood masuk ke Indone- sia--meski sempat tersiar kabar belakangan bakalan menurun gara-gara persoalan pajak-- lm Prancis memang memberi pengalaman yang berbeda bagi penikmat lm ketika menyaksi- kannya. Film produksi Prancis memang sangat berbeda dari Hollywood atau lm kebanyak- an. Baik dari segi plot, alur, dan sudut pandang. Ubah pola pikir Dahulu ketika awal-awal lm Prancis masuk ke Indonesia, banyak yang mengecap film produk ‘Negeri Mode’ hanya- lah film-film yang mengum- bar adegan nudity (telanjang). Apalagi lm-lm itu diputar di tempat-tempat terbatas se- hingga sering kali tanpa mela- lui pemotongan oleh lembaga sensor lm. Tidak mengherankan kalau film-film Perancis dikatakan diminati karena penontonnya hanya ingin melihat gambar- gambar nudity pemainnya. Namun, jika melihat kecen- derungan film ini dan juga film-film yang akan diputar di Festival Sinema Perancis, sepertinya masyarakat film Prancis ingin mengubah pola pikir masyarakat dunia tentang lmnya. Seperti lm L’Arnacoeur atau Welcome, yang membuktikan bahwa plot dan alur cerita me- reka bisa diikuti dengan baik. Bahkan boleh dibilang mem- punyai gaya bertutur yang menarik. Di Welcome, misalnya, yang merupakan film drama ten- tang perjuangan cinta, ada pesan yang sangat kuat dan ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Yaitu tentang kritik kepada pemerintahan Prancis. “Boleh dibilang per- filman Prancis era sekarang ini cukup berhasil mengubah stereotip masyarakat umum tentang film Prancis. Kini ia lebih mudah dikenal dunia, tetapi tetap tidak mengurangi idealisme,” ujar pemerhati lm, Afzan Raja. Menurutnya, Festival Sinema Perancis dan festival lm dari negara lain di luar Ameri- ka memang penting untuk memberikan pencerahan dan gambaran kepada publik lm Indonesia mengenai lm-lm non-Hollywood. “Kita bisa belajar bagaima- na lm dengan cara bertutur yang baik lewat lm Prancis,” ujarnya. Perubahan itu pada dasarnya memang tak lebih dari keingin- an para sineas Prancis untuk menjaring pasar penonton di Indonesia. Termasuk dengan melibatkan artis Indonesia un- tuk menilai lm-lm Prancis atau penilaian mereka terhadap lm-lm Indonesia. “Tujuan festival ini tidak muluk-muluk. Hanya meng- inginkan masyarakat Indonesia kenal dengan lm Prancis,” ka- ta Fréderic Alliod. (M-1) miweekend @mediaindonesia.com Tujuan festival ini tidak muluk- muluk. Hanya menginginkan masyarakat Indonesia kenal dengan film Prancis.” PEDULI FILM: Almarhum Rosihan Anwar, dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap perfilman nasional. ANTARA/FANNY OCTAVIANUS DOK SCREAM KANAL INTERNET: Cuplikan film L’Arnacoeur (The Heartbreaker), salah satu film yang diputar dalam ajang Festival Sinema Perancis 2011. Melalui festival ini diharapkan terjadi interaksi budaya melalui film antara Prancis dan Indonesia. DOK HEARTBREAKER 16 SABTU, 16 APRIL 2011 F I LM Mengulang Keseraman dan Kesuksesan Scream MENGULANG KESUKSESAN: Setelah sukses di sekuel pertama sampai ketiga, film Scream mencoba menuai hal sama di sekuel keempatnya.

Transcript of SABTU, 16 APRIL 2011 Belajar dari Sinema Prancis, Yuk filebaca secara penuh naskah yang mereka...

HAMPIR enam tahun lalu, Wes Craven, sutradara fi lm horor yang sukses dan melegenda, Scream, mengira bukanlah se-suatu hal yang bijak kalau dia bakal membuat sekuel keempat fi lm tersebut. Pasalnya, semua kisahnya yang dapat dicerita-kan telah diuraikan.

Namun, saat fi lm baru Scream 4 hadir di bioskop pada Jumat (15/4), Wes mengatakan de-ngan semua tokoh utama--ter-masuk Courteney Cox, David Arquette dan Neve Campbell sebagai pemeran utama perem-puan yang dibantu Sydney Pres cott-- “Penggemar akan me rasa senang.” Karena itulah, dia mau membuat kembali se-kuel keempatnya.

Film Scream menjadi bagian dari cerita rakyat Hollywood ketika diluncurkan pada 1996 dengan kisah tentang seorang maniak yang memakai topeng hantu saat membunuhi anak remaja di satu kecil California. Anak-anak berusaha mengung-kap pembunuh tersebut de-

ngan memikirkan ‘peraturan’ yang menjadi alur cerita fi lm horor.

Nyawa Sydney Prescott ada-lah sasaran terakhir pembunuh itu, yang secara tepat dicap Ghostface. Courteney Cox me-merankan seorang reporter TV yang meliput aksi kejahatan ter sebut, dan David Arquette men jadi pejabat polisi.

Versi pertamanya mendapat tinjauan bagus dan US$173 juta di box offi ce global. Film berikut-nya, Scream 2 (1997), mendapat reaksi bagus di kalangan peng-gemarnya sehingga mengan-tongi US$172 juta.

Namun, tiga tahun kemudi-an, Scream 3, yang melukiskan pembunuhan terjadi di lo kasi pembuatan fi lm dengan dasar pembunuh fiksi, mendapat reaksi suram penonton. Mes-kipun Scream 3 meraup US$163 juta dari penjualan tiket di se-luruh dunia, banyak kritikan da tang dan mengatakan fi lm ter sebut telah kehilangan kese-garannya.

Nah, disebut-sebut pada se-kuel keempatnya, fi lm tersebut kembali menemui kesegaran-nya. Film mengangkat kisah

kembalinya teror pembunuh berantai bertopeng hantu ke warga kota kecil Woodsboro.

Turut tampil yakni Mary

McDonnell, Alison Brie, Lucy Hale, Kristen Bell, Aimee Tee-garden, dan Anna Paquin.

Yang jelas, ada kisah menarik

di balik penggarapan fi lm horor Scream 4. Pasalnya, tim produk-si yang dikomandani sutradara Wes Cra ven itu telah diminta untuk berhati-hati dan harus menjaga kerahasiaan fi lm itu.

Baik pemain senior seperti David Arquette, Courteney Cox, Neve Campbell, maupun pemain baru Emma Roberts dan Hayden Panettiere, sama-sama tak diizinkan untuk mem-baca secara penuh naskah yang mereka dapat.

“Saya tak menerima naskah-nya secara lengkap, tidak,” ujar David kepada MTV. “Anda tak benar-benar tahu apa yang ter-jadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya serta bagaimana hal itu bisa berhasil. Ketika sa ya melihat fi lmnya, banyak komentar-komentar seperti ‘Oh mereka masih menggunakan trik itu? Wow, ternyata berhasil. Oh menakutkan’.”

Pengalaman ini juga dialami Emma. Bahkan mulai dari au-disi hingga menjalani syuting, keponakan Julia Roberts itu tak

henti-hentinya dibuat terkejut oleh cara kerja Wes Craven.

“Saya berada di rumahnya (Wes Craven) dan mereka me-ngatakan kalau audisi akan di la kukan via video skype yang menurut saya sangat aneh. Se bab, asistennya ada di sana, cas ting director-nya juga ada, dan hadir pula Wes yang terli-hat lewat video di laptop,” kata Emma. “Saya melakukan audisi dan saya baru tahu setelahnya ka lau saya mendapat peran itu dan dijadwalkan syuting dua minggu kemudian. Sebuah pe-kerjaan tercepat yang pernah sa ya dapatkan.”

Emma juga mengungkapkan menjaga kerahasiaan proyek fi lm tersebut lebih menyeramkan ketimbang berhadapan de ngan pembunuh berantai Ghost face. Ia mengaku paranoid ketika secara tak sengaja beberapa lembar halaman naskahnya sempat ter-bang tertiup angin. Nah, apakah fi lm ini akan me nakutkan dan kembali mendulang sukses? Tunggu saja. (Eri/M-1)

MESKI waktu itu usianya sudah tak muda lagi, almar-hum Rosihan Anwar akrab dengan artis-artis muda di perfi lman. Ia sering meng-hadiri acara-acara fi lm sam-pai akhir hayatnya.

Beberapa tahun lalu, mi-salnya, dia selalu hadir da-lam acara syukuran di kan-tor Rapi Films, di kawasan Cikini. Bahkan, ia sering se lonjoran bersama artis-ar-tis muda lain yang hadir di sana dan menyantap nasi tumpeng yang biasa dipo-tong saat syukuran sebuah fi lm.

Ia pun selalu diminta mem berikan sambutan. “Yah, seringnya sih menasi-hati kami yang muda-mu-da,” ungkap Gope Samtani, dari Rapi Film. Menurutnya, kalau Pak Ros, sapaannya di kalangan artis, sudah bicara lamanya tak hanya 1 atau 2 menit, tapi bisa setengah jam lebih. “(Kebiasaan Pak Ros) Mulai dari zaman dulu, sampai sekarang. Yah, dia memang senang sekali ber-cerita soal sejarah,” ungkap Gope.

Almarhum yang wafat di usia 89 tahun, pada 16 April lalu itu, memang dekat dengan dunia film. Bersa-ma Usmar Ismail, Pak Ros mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfi ni) pada 1950. Dalam fi lm pertama mere-ka Darah dan Doa, Pak Ros sekaligus menjadi fi guran. Ia pun menjadi produser fi lm Terimalah Laguku.

Sejak akhir 1981, ia aktif mempromosikan fi lm Indo-nesia di luar negeri dan tetap

menjadi kritikus fi lm sampai akhir hayatnya.

“Dia pun aktif mem-promosikan fi lm Indonesia di luar negeri. Meski kun-jungannya sering kali tidak berkaitan dengan fi lm, dia selalu senang bercerita dan mempromosikan fi lm Indo-nesia,” ujar Ilham Bintang, Pemimpin Re daksi tabloid dan tayangan Cek&Ricek yang merasa sa ngat kehi-lang an atas kepergian pria kelahiran 10 Mei 1922 itu.

Meski sudah tidak lagi bekerja tetap di media mas-sa, Ilham Bintang memberi-kan halaman khusus kepada Rosihan untuk menulis da-lam sebuah rubrik kolom. Hal itu disebabkan kekagu-man dan kedekatannya de-ngan almarhum.

“Beliau bisa berkisah ten-tang apa sa ja. Mulai dari kritiknya ten tang masalah sosial, pertemuan dengan seseorang plus sejarah orang yang di temui, penilaian tentang film, dan lainnya. Tulisan-tulisannya masih diminati orang. Buktinya, ketika beliau sempat ber-henti, banyak pembaca yang menanyakan tulisan-tulisan-nya,” ungkap Ilham.

Menurut Ilham, banyak pelajaran penting bisa diam-bil dari sosok Pak Ros, yakni peran pers dalam menum-buhkan industri perfi lman di Indonesia.

“Pers amat terkait dengan fi lm Indonesia. Karena itu, sampai akhir hayat beliau selalu mendukung perfil-man nasional,” kata dia. (Eri/M-1)

Belajar dari Sinema Prancis, Yuk

Festival ini adalah kegiatan kebudayaan tempat penonton Indonesia dapat berinteraksi dengan kebudayaan Prancis melalui film.

Selalu Kampanyekan Film Nasional

ERI ANUGERAH

ALEX (Romain Du-ris), seorang pria tampan, dituduh se bagai perusak hu-

bung an pasangan orang lain berdasar pesanan. Ia dibantu adik perempuannya, Mélanie (Julie Ferrier), dan suaminya, Marc (François Damiens).

Reputasinya itu terkenal di mana-mana dan menarik mi-nat seorang pria kaya, Jacques Frantz (Van Der Berq). Dia ingin merusak hubungan cinta kasih anaknya, Juliette van der Becq (Vanessa Paradis), dengan Andrew Lincoln (Jonathan Al-cott) yang akan menikah dalam satu minggu ke depan.

Ia pun meminta bantuan Alex dan kawan-kawan. Bisa-kah Alex, Melanie, dan Marc me lakukan misi tersebut dalam waktu hanya satu minggu?

Film berjudul L’Arnacoeur (The Heartbreaker) ini salah satu fi lm yang diputar di Festival Sinema Perancis 2011, yang di-mulai pekan silam hingga awal Mei mendatang.

Dengan difasilitasi Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, para penggemar fi lm Prancis akan dimanjakan dengan tontonan fi lm-fi lm terbaru yang sedang ngetop di negara mode itu. “Fes tival ini adalah kegiatan ke budayaan tempat penonton Indonesia dapat berinteraksi dengan kebudayaan Prancis melalui fi lm-fi lm. Tahun ini ka-mi menyoroti tiga gaya Prancis dalam komedi romantis untuk

memperlihatkan bahwa fi lm-fi lm Prancis juga segar, lucu, dan menghibur,” kata Atase Audiovisual Kedutaan Prancis Fréderic Alliod.

Tahun ini Festival Sinema Perancis 2011 sudah memasuki tahun yang ke 16. Sebanyak 21 film dari berbagai genre akan ambil bagian. Jakarta, se bagai ibu kota negara, akan mengawali ajang ini pada 8 April hingga 1 Mei 2011, yang kemudian disusul kota-kota besar lain seperti Balikpapan, Yogyakarta, Denpasar, Sura-baya, dan Bandung.

Selain fi lm L’Arnacoeur (The Heartbreaker), beberapa film Prancis yang akan diputar di an taranya Potiche (Trophy Wife) yang dibintangi Catherine De-neuve & Gérard Depardieu, L’Âge de Raison (With Love from the Age of Reason) yang dibin-tangi Sophie Marceau, juga fi lm Tout ce qui brille (All that Glitters) yang dibintangi aktris muda berbakat Leila Bekhti yang baru saja menerima penghargaan Aktris Muda Paling Menjanji-kan di ajang festival fi lm The César 2011.

Di tengah derasnya fi lm-fi lm

Hollywood masuk ke Indone-sia--meski sempat tersiar kabar belakangan bakalan menurun gara-gara persoalan pajak--fi lm Prancis memang memberi pengalaman yang berbeda bagi penikmat fi lm ketika menyaksi-kannya. Film produksi Prancis memang sangat berbeda dari Hollywood atau fi lm kebanyak-an. Baik dari segi plot, alur, dan sudut pandang.

Ubah pola pikirDahulu ketika awal-awal fi lm

Prancis masuk ke Indonesia, banyak yang mengecap film pro duk ‘Negeri Mode’ hanya-lah film-film yang mengum-bar adegan nudity (telanjang). Apalagi fi lm-fi lm itu diputar di tempat-tempat terbatas se-hingga sering kali tanpa mela-lui pemotongan oleh lembaga sensor fi lm.

Tidak mengherankan kalau film-film Perancis dikatakan diminati karena penontonnya hanya ingin melihat gambar-gambar nudity pemainnya. Na mun, jika melihat kecen-derungan film ini dan juga film-film yang akan diputar di Festival Sinema Perancis, sepertinya masyarakat film Prancis ingin mengubah pola pikir masyarakat dunia tentang fi lmnya.

Seperti fi lm L’Arnacoeur atau Welcome, yang membuktikan bahwa plot dan alur cerita me-reka bisa diikuti dengan baik. Bahkan boleh dibilang mem-punyai gaya bertutur yang me narik.

Di Welcome, misalnya, yang merupakan film drama ten-tang perjuangan cinta, ada pe san yang sangat kuat dan ingin disampaikan kepada ma syarakat luas. Yaitu tentang kritik kepada pemerintahan Prancis. “Boleh dibilang per-filman Prancis era sekarang ini cukup berhasil mengubah stereotip masyarakat umum tentang film Prancis. Kini ia lebih mudah dikenal dunia, tetapi tetap tidak mengurangi idealisme,” ujar pemerhati fi lm, Afzan Raja.

Menurutnya, Festival Sinema Perancis dan festival fi lm dari negara lain di luar Ameri-ka memang penting untuk mem berikan pencerahan dan gambaran kepada publik fi lm Indonesia mengenai fi lm-fi lm non-Hollywood.

“Kita bisa be lajar bagaima-na fi lm dengan cara bertutur yang baik lewat fi lm Prancis,” ujarnya.

Perubahan itu pada dasarnya memang tak lebih dari keingin-an para sineas Prancis untuk menjaring pasar penonton di Indonesia. Termasuk dengan melibatkan artis Indonesia un-tuk menilai fi lm-fi lm Prancis atau penilaian mereka terhadap fi lm-fi lm Indonesia.

“Tujuan festival ini tidak mu luk-muluk. Hanya meng-inginkan masyarakat Indonesia kenal dengan fi lm Prancis,” ka-ta Fréderic Alliod. (M-1)

[email protected]

Tujuan festival ini tidak muluk-muluk. Hanya menginginkan masyarakat Indonesia kenal dengan film Prancis.”

PEDULI FILM: Almarhum Rosihan Anwar, dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap perfilman nasional.

ANTARA/FANNY OCTAVIANUS

DOK SCREAM

KANAL INTERNET: Cuplikan film L’Arnacoeur (The Heartbreaker), salah satu film yang diputar dalam ajang Festival Sinema Perancis 2011. Melalui festival ini diharapkan terjadi interaksi budaya melalui film antara Prancis dan Indonesia.

DOK HEARTBREAKER

16 SABTU, 16 APRIL 2011FILM

Mengulang Keseraman dan Kesuksesan Scream

MENGULANG KESUKSESAN: Setelah sukses di sekuel pertama sampai ketiga, film Scream mencoba menuai hal sama di sekuel keempatnya.