KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

15
57 Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Arus globalisasi dan revoluasi industri 4.0 yang melanda dunia, termasuk Indonesia berdampak pada perubahan sosial dan budaya masyarakat. Intervensi produk teknologi modern dan massalisasi media massa memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kecenderungan baru di kalangan masyarakat Indonesia, terutama terkait dengan daya apresiasi seni tradisi (wayang). Berbagai alternatif seni, seperti seni populer dan seni industri kreatif, membentuk minat baru sehingga menggeser kesadaran mereka untuk mencintai dan menghargai keseniannya sendiri dalam perspektif modern. Di sisi lain, lunturnya minat masyarakat terhadap wayang disebabkan pola transmisi seni tradisi dari generasi satu kepada generasi berikutnya mengalami kemandegan (Rustopo, 1991). Beberapa faktor mendasar yang menyebabkan masyarakat kurang apresiatif terhadap wayang, yaitu: aspek kebahasaan, muatan cerita, dan durasi pertunjukannya. Bahasa Jawa dengan struktur rumit KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA RUCI Sunardi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta [email protected] I Nyoman Murtana Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta Sudarsono Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This paper aims to describe the basic concepts of wayang cinema performance Dewa Ruci play as an alterna- tive to the development of Indonesian puppets. Wayang Cinema is an innovative wayang performance in a wide-screen film. The problems examined are: (1) what lies behind the creation of wayang cinema Dewa Ruci play; and (2) what is the basic concept and structure of wayang cinema performance Dewa Ruci play. The study was conducted by applying the methods of art creation, namely exploration, design, creation, and presentation. The results showed that: first, the creation of wayang cinema Dewa Ruci play was motivated by the decreasing of younger generation’s interest in wayang. The wayang life is marginalized, responding to the challenges of the era namely the industrial era 4.0., And as a continuation of puppet show experiments. Secondly, the basic concept of wayang cinema Dewa Ruci play is to emphasize the work on the play and the presence of the song as a driver of plot, characterization, and strengthening the atmosphere, in addition to being packaged in the form of widescreen films. Third, the structure of wayang cinema Dewa Ruci play emphasizes the portrayal of the Bima figure in achieving tirta pawitra with a new style. Keywords: basic concepts, wayang cinema, Dewa Ruci’s play, young generation’s interest. menjadi kendala bagi masyarakat, terutama generasi muda untuk memahami dan menangkap makna cerita. Jika dicermati, muatan cerita wayang lebih berorientasi pada pola pikir orang tua karena cerita yang dibeberkan mengandung pesan yang hanya dipahami orang tua dari pada generasi muda. Pada persoalan lain, masyarakat disuguhi pertunjukan wayang berdurasi lama menyebabkan kejenuhan dan kurang responsif dengan wayang. Mereka tidak memiliki ketahanan untuk berlama-lama mengapresiasi wayang, karena faktor pekerjaan ataupun rutinitas sekolah. Kondisi eksternal dan internal inilah yang menjadi tantangan bagi upaya pengem-bangan wayang Indonesia agar diminati masyarakat berbagai kalangan dan menyesuaikan perkembangan zaman di era industri digital dewasa ini. Wayang sinema menjadi alternatif bagi upaya pengembangan wayang Indonesia dengan memadukan unsur tradisional dan teknologi modern. Wayang sinema adalah bentuk pertunjukan wayang konvensional klasik yang dikemas dalam bentuk film atau sinema. Wayang ini mengangkat cerita wayang

Transcript of KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

Page 1: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

57

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Arus globalisasi dan revoluasi industri 4.0 yangmelanda dunia, termasuk Indonesia berdampak padaperubahan sosial dan budaya masyarakat. Intervensiproduk teknologi modern dan massalisasi mediamassa memil iki pengaruh besar terhadappembentukan kecenderungan baru di kalanganmasyarakat Indonesia, terutama terkait dengan dayaapresiasi seni tradisi (wayang). Berbagai alternatifseni, seperti seni populer dan seni industri kreatif,membentuk minat baru sehingga menggeserkesadaran mereka untuk mencintai dan menghargaikeseniannya sendiri dalam perspektif modern.

Di sisi lain, lunturnya minat masyarakatterhadap wayang disebabkan pola transmisi senitradisi dari generasi satu kepada generasi berikutnyamengalami kemandegan (Rustopo, 1991). Beberapafaktor mendasar yang menyebabkan masyarakatkurang apresiatif terhadap wayang, yaitu: aspekkebahasaan, muatan cerita, dan durasipertunjukannya. Bahasa Jawa dengan struktur rumit

KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMALAKON DEWA RUCI

SunardiFakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

[email protected]

I Nyoman MurtanaFakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

SudarsonoFakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

ABSTRACT

This paper aims to describe the basic concepts of wayang cinema performance Dewa Ruci play as an alterna-tive to the development of Indonesian puppets. Wayang Cinema is an innovative wayang performance in awide-screen film. The problems examined are: (1) what lies behind the creation of wayang cinema Dewa Ruciplay; and (2) what is the basic concept and structure of wayang cinema performance Dewa Ruci play. Thestudy was conducted by applying the methods of art creation, namely exploration, design, creation, andpresentation. The results showed that: first, the creation of wayang cinema Dewa Ruci play was motivated bythe decreasing of younger generation’s interest in wayang. The wayang life is marginalized, responding to thechallenges of the era namely the industrial era 4.0., And as a continuation of puppet show experiments.Secondly, the basic concept of wayang cinema Dewa Ruci play is to emphasize the work on the play and thepresence of the song as a driver of plot, characterization, and strengthening the atmosphere, in addition tobeing packaged in the form of widescreen films. Third, the structure of wayang cinema Dewa Ruci playemphasizes the portrayal of the Bima figure in achieving tirta pawitra with a new style.

Keywords: basic concepts, wayang cinema, Dewa Ruci’s play, young generation’s interest.

menjadi kendala bagi masyarakat, terutama generasimuda untuk memahami dan menangkap makna cerita.Jika dicermati, muatan cerita wayang lebih berorientasipada pola pikir orang tua karena cerita yang dibeberkanmengandung pesan yang hanya dipahami orang tuadari pada generasi muda. Pada persoalan lain,masyarakat disuguhi pertunjukan wayang berdurasilama menyebabkan kejenuhan dan kurang responsifdengan wayang. Mereka tidak memiliki ketahananuntuk berlama-lama mengapresiasi wayang, karenafaktor pekerjaan ataupun rutinitas sekolah. Kondisieksternal dan internal inilah yang menjadi tantanganbagi upaya pengem-bangan wayang Indonesia agardiminati masyarakat berbagai kalangan danmenyesuaikan perkembangan zaman di era industridigital dewasa ini.

Wayang sinema menjadi alternatif bagi upayapengembangan wayang Indonesia denganmemadukan unsur tradisional dan teknologi modern.Wayang sinema adalah bentuk pertunjukan wayangkonvensional klasik yang dikemas dalam bentuk filmatau sinema. Wayang ini mengangkat cerita wayang

Page 2: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

58

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

purwa dalam bingkai film layar lebar. Boneka wayangkulit dipadukan dengan komposisi musik gamelanyang dikreasi dengan pendekatan modern, yaknipenggunaan teknologi komputer, sinematografi, danpemakaian teks bahasa Indonesia sebagai pengantarcerita. Wayang sinema menjadi model pengembanganwayang Indonesia untuk masyarakat dewasa ini.Inovasi pertunjukan wayang sinema sebagai responsterhadap era industri 4.0, dengan mengeksplorasikekuatan seni tradisi yang dikemas dengan teknologimodern untuk menghasilkan produk seni budaya yangdapat memenuhi selera pasar. Di sinilah pentingnyaberkreasi wayang dengan paradigma industri kreatif.Pertunjukan wayang sinema dapat dijadikan produkindustri kreatif untuk menjangkau segmen masyarakatsecara luas.

Pertunjukan wayang sinema lakon Dewa Rucimemiliki urgensi bagi pengembangan seni pertunjukanwayang Indonesia dalam menghadapi era industridewasa ini. Wayang sinema dapat dijadikan referensibagi pemajuan kebudayaan untuk pembangunanketahanan bangsa, terutama mewujudkan manusiaIndonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.Wayang sinema lakon Dewa Ruci dengan muatan nilai-nilai budi pekerti menjadi wahana edukasi bagimasyarakat untuk membentuk moralitas bangsa.Dalam kerangka keilmuan, model pertunjukan wayangsinema mengandung dimensi metodologi penciptaanseni untuk membangun disiplin ilmu seni. Metodologipenciptaan seni memuat berbagai konsep, sepertikonsep estetika, konsep etika, konsep kreativitas, dankonsep artistik. Model pertunjukan wayang sinemadapat diimplementasikan sebagai: (1) produk inovasiseni untuk menjawab tantangan zaman; (2) materiapresiasi seni pertunjukan wayang bagi masyarakatIndonesia; serta (3) media pengajaran nilai-nilai budipekerti.

II. KAJIAN LITERATUR

Inovasi dan kreasi pertunjukan wayang telahdilakukan beberapa kreator bidang seni pedalangan.Trisno Santoso mencipta pertunjukan wayang golekbaru dengan judul “Wayang Boneka Wong AgungJayengrana” (2016). Substansi dari karya ini adalahmenciptakan format pertunjukan wayang golek baruyang memiliki perbedaan dengan wayang golek padaumumnya. Santoso menekankan pada kebaharuandalam proses dan penyajian, boneka wayang, tatapanggung, struktur adegan, pemain, durasi penyajian,dan musik pertunjukan. Tujuan penciptaan karya iniagar wayang golek dapat lebih menarik, efisien, dan

multiguna sebagai apresiasi seni dan mediapembelajaran.

Model penciptaan pertunjukan wayang jugadapat diketahui dari hasil inovasi Dwi Suryantodengan judul “Wayang Terawang Lakon Anoman SangMaha Satya” (2007). Suryanto menekankanpentingnya inovasi tampilan wayang pada layar,sehingga mencipta variasi layar dan tata lampunya.Melalui karya ini Suryanto mengajak publik untukmelihat wayang dengan perspektif yang berbeda.Walaupun cerita bersumber dari lakon Anoman Duta(pakeliran klasik), namun telah digubah dalam nuansaberbeda, yakni pada desain panggung, layar, tatalampu, musik, dan gaya penceritaan. Wayangterawang memberikan pemahaman ketika orangmelihat wayang seolah-olah melihat negatif filmdengan cara menerawang.

Beberapa karya inovatif lainnya dapat dilihatpada karya Blacius Subono yang menyajikan karyaberjudul “Wayang Lingga-Yoni Lakon PengakuanSeorang Pradana” (2002). Konsep penciptaan wayanglingga-yoni mengacu pada makna kesuburan yaitupersatuan hubungan manusia dalam mencapaikeselarasan hidup yang disimbolisasikan melaluihubungan antara pria dan wanita. Wayang lingga yonidikemas dalam pertunjukan multimedium denganmenampilkan kekuatan panggung pertunjukan, efekbayangan, tata lampu, dan lakon yang disampaikan.Inovasi wayang juga telah dilakukan oleh FrankFosdahl dengan karya berjudul “Lakon Wayang WahyuBinuka Wahyu Jati Manunggal” (2004). Dalam hal ini,Fosdahl membeberkan cerita wayang yang bersumberdari Kitab Injil, yakni kelahiran Yesus sang juru selamatdi dunia. Konsep penciptaan didasarkan padakekuatan wayang untuk presentasi syiar agama. Karyaini menampilkan desain panggung wayang, teknikmemainkan wayang, karawitan, dan lakon yangdisajikan dengan mengacu pada pakeliran sandosa.

Penelitian mengenai inovasi pertunjukanwayang telah dilakukan oleh penulis denganmenghasilkan kreasi pertunjukan wayang dalambeberapa genre. Model pertunjukan wayang kulitinovatif, telah dilakukan Sunardi, Kuwato, danZulkarnaen Mistortoify dalam penelitian berjudul“Wayang Transparan: Wayang EksperimenBerbahasa Indonesia sebagai Sarana TransmisiPendidikan Budi Pekerti bagi Siswa SLTA di Surakarta”(2009). Tulisan ini mengupas tentang konseppenyusunan wayang transparan, yang meliputi konsepartistik, seperti: lakon, bahasa wayang, gerak wayang,musik wayang, tata rupa panggung, dan bentuk bonekawayang; dan konsep estetikanya, yaitu menarik,

Page 3: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

59

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

spektakuler, dan mengungkapkan nilai-nilai budipekerti bagi generasi muda.

Model kreasi dan inovasi pertunjukan wayangjuga termuat pada tulisan berjudul Buku PanduanPraktik Pakeliran Golek Padat (2010) susunan JakaRianto, Sunardi, dan Titin Masturoh. Buku inimengupas mengenai tiga lakon wayang golek garapanbaru, yaitu Timun Emas, Amir Meguru, dan MaktalTobat. Secara substantif buku ini disusun untukmenghasilkan model panduan praktik mendalangpakeliran golek padat bagi anak-anak usia sekolahdasar. Misi utama dari buku ini terkait denganpenanaman pendidikan budi pekerti bagi siswa sekolahdasar yang dikemas dalam lakon wayang golek. Dalambuku ini dilengkapi sinopsis cerita, panduan praktikantawecana, sulukan, gending, keterangan gerakwayang, tokoh yang tampil, dan gambar-gambaradegan dalam pergelaran.

Kreasi model pertunjukan wayang, jugadilakukan penulis yaitu karya seni pertunjukan wayanggedog, wayang babad, dan wayang perjuangan.Sunardi, Bambang Suwarno, dan Bagong Pujionodalam buku berjudul Revitalisasi dan Inovasi WayangGedog (2014) telah menyusun model pertunjukanwayang gedog garap ringkas sebagai upayapelestarian dan pengembangan wayang langka. Padaprinsipnya penelitian ini dilakukan dengan proseskreasi dan inovasi pertunjukan wayang gedog yangsiap dipergelarkan dalam berbagai even. Padapengkajian tentang Wayang Babad Nusantara MediaPengajaran Nilai Kebangsaan (2016), Sunardi, SugengNugroho, dan Kuwato berhasil menciptakan modelpertunjukan wayang untuk media pembelajaran sejarahbangsa Indonesia bagi siswa sekolah dasar. Kreasidan inovasi yang dilakukan dapat diperlihatkan daribentuk boneka wayang, gending, bahasa pengantar,dan tampilan pertunjukan. Wayang babad memilikimuatan pengajaran sejarah para raja di Nusantara,diantaranya tercermin pada lakon Sumpah Palapa danlakon Pangeran Diponegoro.

Upaya inovasi juga dilakukan Sunardi, Kuwato,dan Sudarsono dalam buku berjudul EstetikaPertunjukan Wayang Perjuangan (2017). Buku inimemaparkan tentang inovasi pertunjukan wayangperjuangan sebagai pengajaran pendidikan bela negarabagi generasi muda. Dalam paparannya dikemukakanmengenai konsep estetika, proses kreasi dan inovasi,serta bentuk pertunjukan wayang perjuangan.Pengajaran bela negara tercermin dari pertunjukanwayang perjuangan lakon Gerilya Jenderal Soedirman.Penelitian yang akan dilakukan ini berorientasi padakreasi dan inovasi pertunjukan wayang sinema lakon

Dewa Ruci sebagai alternatif pengembangan wayangIndonesia. Atas dasar karya cipta dan literaturtersebut, dapat dinyatakan bahwa dalam proseskekaryaan seni pedalangan diperlukan adanya konsepataupun teori penciptaan seni.

III. METODE PENELITIAN

Lokasi peneli t ian di Kota Surakarta,Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten,Kabupaten Sukoharjo, dan Daerah IstimewaYogyakarta, dengan alasan: (1) lima wilayah inimerupakan lokus budaya wayang yang sangat kuatditunjang infrastruktur pendukung, yaitu: KeratonKasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, TamanBudaya Jawa Tengah, dan lainnya; (2) tersedia SDMseniman dalang, budayawan, kreator wayang,sastrawan, sineas, peneliti, praktisi seni yang memilikipengetahuan mendalam mengenai seni pertunjukanwayang Indonesia.

Sumber data berupa: (1) pustaka, yangmemuat tentang wayang Indonesia. Sumber data inidiperoleh dari berbagai perpustakaan; (2) audio-visual,meliputi berbagai rekaman pertunjukan wayang Indo-nesia, yang digali dari Perpustakaan pandang-dengarISI Surakarta dan sumber internet (youtube.com); dan(3) narasumber, terdiri atas para dalang, kreatorwayang, sastrawan, budayawan, sineas.

Pengumpulan data dilakukan dengan studipustaka, wawancara, observasi, rekam audio visual,dan pemotretan. Studi pustaka digunakan untukmengidentifikasi wayang Indonesia. Wawancaramendalam didukung dengan rekam suara dilakukanterhadap narasumber utama untuk menggali genrewayang, boneka wayang, lakon wayang, kreasiwayang, inovasi wayang dan sebagainya. Teknikobservasi untuk mengamati beberapa bentuk inovasipertunjukan wayang untuk dieksplorasi menjadi bentukbaru. Rekam audio-visual dan pemotretan untukmelengkapi data hasil observasi yang tidak tertangkappeneliti.

Proses inovasi dilakukan dengan caraeksplorasi, perancangan, kreasi, dan presentasi.Pertama, eksplorasi dilakukan untuk menemukanmateri utama terhadap alat dan bahan serta data-datayang telah ada. Kedua, perancangan dilakukan untukmenemukan konsep pertunjukan wayang sinema lakonDewa Ruci yang memiliki kebaharuan. Ketiga, kreasipertunjukan untuk menemukan format pertunjukanwayang sinema yang menarik dan berkualitas.Keempat, presentasi hasil inovasi pertunjukan wayangsinema lakon Dewa Ruci kepada masyarakat.

Page 4: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

60

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pertunjukan Wayang SinemaWayang sinema merupakan inovasi

pertunjukan wayang dalam kemasan film layar lebar.Pertunjukan wayang dengan beberapa unsurnya,seperti: pelaku pertunjukan (dalang, pengrawit,pesinden, penggerong, dan kru pertunjukan); peralatanpertunjukan (wayang, kelir, kothak, cempala, keprak,gamelan, lampu, dan pengeras suara); dan unsur garappertunjukan (lakon, sabetan, antawecana, dan iringanpakeliran) dikemas dengan menerapkan teknologikomputer dan sinematografi. Pertunjukan wayangsebagai materi utama yang diedit dan dikemasmenjadi film. Oleh karena itu, perlu kehadiran materilain (stock shoot), seperti hutan, deburan ombak,samodera, langit, hujan, matahari, binatang, dansebagainya yang dipadukan dengan pertunjukan lakonwayang.

Jika dicermati, embrio dari pertunjukanwayang sinema sesung-guhnya sudah ada semenjaktahun 1980-an, yaitu Pakeliran Sandosa (Sunardi,2004). Bentuk pakeliran sandosa adalah pertunjukanwayang dengan layar lebar, diiringi musik gamelan,dengan tekanan pada penggunaan bahasa Indonesiasebagai pengantar cerita. Pakeliran Sandosa pernahdipertunjukan dalam even Festival Film Indonesia diBandung. Hal ini didasarkan pada kemiripanpenggunaan layar sebagai media utama, selain fokusperhatian penonton juga tertuju pada layar. Baik filmmaupun Pakeliran Sandosa mendudukkan layarmenjadi signifikan untuk wahana komunikasi antaraseniman atau sineas dengan penontonnya.

Setelah Pakeliran Sandosa menggejala dimasyarakat pedalangan, muncul berbagai kreasi daninovasi wayang dengan berbagai bentuk, sepertipakeliran layar panjang, pakeliran tiga layar, wayangtelevisi (termasuk kala sinema dan cempala), danwayang sinema. Bentuk-bentuk pakeliran ataupertunjukan wayang ini sesungguhnya memberikanalternatif tontonan wayang dalam berbagai format.Aneka ragam wayang ini diperuntukkan bagimasyarakat secara luas dengan kreasi lakon yangmenarik masyarakat pada umumnya.

Pakeliran layar panjang merupakan satubentuk pertunjukan wayang dengan menggunakanlayar panjang. Pakeliran ini menampilkan tiga dalangutama yang duduk berjajar dengan posisi di sebelahkiri, posisi tengah, dan posisi sebelah kanan. Ketigadalang bermain wayang secara bersamaan maupunbergantian sesuai dengan skenario yang telah disusunsutradara. Pergantian adegan, layar, dan dalang

ditunjukkan dengan permainan lampu sebagaikodenya. Apabila ketiga lampu hidup berarti ketigadalang bermnain bersamaan, jika hanya lampu kiri,atau tengah, atau kanan berarti hanya dalang tertentuyang memainkan wayang. Pakeliran layar panjangmenggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawasebagai pengantar cerita. Adapun lakon yang disajikanadalah lakon wayang konvensional yang telahdisanggit dengan paradigma baru yakni mengacu padakonsep dramaturgi. Pakeliran layar panjang telah adasemenjak zaman Orde Lama, dan dihidupkan kembalioleh para mahasiswa Jurusan Pedalangan angkatan1989. Tokoh pembaharu pertunjukan pakeliran layarpanjang yaitu Slamet Gundono dan kawan-kawan.Pakeliran layar panjang pentas perdana pada tahun1993 di Taman Budaya Jawa Tengah di Surakartadengan lakon Dewabrata” dengan dalang Ki Purwoto,Ki Nyoman Pramono, dan Ki Sunardi. Pentas perdanaini mendapat sambutan positif dari para senimandalang di Surakarta. Pada perkembangan berikutnya,pakeliran layar panjang diikutsertakan dalam FestivalRepublika di Jakarta pada tahun 1994 denganmemperoleh predikat sebagai penyajian terbaik.Pakeliran layar panjang pada perkembanganberikutnya dikreasi oleh para mahasiswa JurusanPedalangan yang terhimpun pada HimpunanMahasiswa Jurusan Pedalangan untuk dipentaskanpada karya kreativitas mahasiswa di akhir tahunpelajaran. Pertunjukan pakeliran layar panjangmengandung aspek sinematografi, hal ini terlihatpada penggunaan layar panjang seperti layar film; danfokus perhatian penonton pada bayangan di ataslayar. Ini artinya bahwa orang melihat pertunjukanpakeliran layar panjang layaknya menyaksikan filmlayar lebar.

Munculnya pakeliran layar panjangmenginspirasi para dalang tradisional untuk menyajikanpertunjukan wayang dengan tiga dalang atau lebihdengan menggunakan layar panjang. Salah satubentuk pakeliran yang menggejala pada tahun 1995-an adalah pakeliran pantap. Pakeliran Pantap adalahsingkatan dari pakeliran apresiasi tetap, yang digagasoleh Ir. Sudjadi dan dipergelarkan tiap tanggal 17 padatiap bulannya di halaman kantor Gubernur Jawa Tengah(Kuwato, 2001). Pada perkembangannya pakeliran inidipentaskan di berbagai tempat, bahkan pada masaini telah muncul gejala penjamakan wayang.Supanggah menyatakan bahwa wayang telah dikreasidalam bentuk yang spektakuler dan serba besar ataudiistilahkan dengan fenomena penjamakan wayang.Estetika wayang telah berubah menjadi estetika yangentertainment sifatnya dengan memberikan nuansa

Page 5: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

61

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

ramai dan spektakuler pada setiap pertunjukan paradalang.

Perkembangan wayang sinema dapat diamatiketika pertunjukan wayang dikemas dalam formattelevisi. Model wayang televisi ditengarai sebagaibentuk pengembangan wayang dengan menggunakanmedia dan sistem yang berlaku di dunia televisi. Modelini mendudukkan wayang sebagai objek yang dikemasmenjadi satuan mata acara televisi. Dengan durasisingkat, wayang televisi dilengkapi teks diharapkanmampu menarik minat generasi muda terhadappertunjukan wayang. Beberapa stasiun televisisemenjak tahun 1990-an hingga dewasa ini telahmenayangkan pertunjukan wayang di layar kaca, yaituIndosiar, TVRI, TATV, dan sebagainya. Programtayangan pertunjukan wayang di televisi padaumumnya hanya mengalihkan layar nyata ke dalamlayar kaca, yang artinya belum dilakukan editing untukkebutuhan acara atau format televisi. Bahasa visualyang ditampilkan belum memenuhi kualitas sebagaiwayang dalam format televisi, karena pada umumnyaproduser hanya menampilkan wayang apa adanyadengan fokus visual yang kadang-kadang kurangrelevan dengan aspek auditifnya, seperti ketikapembicaraan tokoh penting, tidak muncul tokoh yangberbicara tetapi yang muncul v isual wajahpesindennya. Kelemahan lain terletak padapemotongan adegan atau segmen untuk selingan iklandilakukan semena-mena dan kurang memahamikeutuhan adegan dalam lakon wayang.

Salah satu acara pertunjukan wayang dalamformat televisi yang telah dilakukan dengan editingyang baik yaitu Kala Sinema produksi oleh Gelar danSenawangi Jakarta pada tahun 2000. Produksi KalaSinema telah menghasilkan beberapa lakon wayangyang layak untuk konsumsi siaran televisi. Lakon yangdisajikan seperti Dewa Ruci, sangat menarik untukditonton karena dikemas dengan mempertimbangkanformat televisi. Kala Sinema menayangkan pertunjukanwayang padat atau ringkas dari beberapa dalangpopuler seperti Ki Manteb Soedharsono, Ki PurboAsmoro, Ki Sudjiwo Tedjo dan lain-lain. Sebagai produkuntuk tayangan televisi, pertunjukan wayang KalaSinema dilengkapi dengan credit title dan running textberbahasa Indonesia untuk mempermudah komunikasidengan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Selain Kala Sinema, terdapat program acaradi TVRI Jakarta yaitu “Cempala” juga menyajikanpertunjukan wayang durasi pendek untuk apresiasimasyarakat dengan membawakan lakon yang terkaitdengan propaganda program pemerintah, sepertikesehatan masyarakat, pemilu, pertanian dan

sebagainya. Program Cempala ini menyuguhkanpertunjukan wayang dengan tema tertentu, selanjutnyadilakukan dialog interaktif antara penonton dengan parakreator secara live. Beberapa lakon yang disajikandiantaranya lakon Tirta Rasa Kundha untukmenggambarkan program kesehatan masyarakat,lakon Dewi Sri dan Pandawa Tani untuk merepresen-tasikan tema ketahanan pangan dan pertanian, dansebagainya. Pertunjukan wayang Cempala ini telahdikemas dengan format wayang televisi, melalui praproduksi, produksi, dan pasca produksi. Editing daribeberapa stock shoot dipadukan menjadi kemasanwayang televisi dengan durasi pendek, sekitar tujuhmenit.

Beberapa kreasi dan inovasi pertunjukanwayang tersebut memberi-kan stimulan bagi penulisuntuk melakukan inovasi pertunjukan wayang dalambentuk wayang sinema. Wayang sinema merupakanperpaduan antara pertunjukan wayang dengan sinemaatau film. Intinya wayang sinema adalah kreasi lakonwayang klasik yang dikemas dalam format sinema,atau dapat dikatakan sebagai film wayang. Pertunjukanwayang dialihwahanakan menjadi pertunjukan filmdengan mengambil lakon wayang purwa yaitu DewaRuci. Ini artinya wayang sinema dapat dikatakansebagai bentuk pertunjukan wayang dengan media filmlayar lebar.

B. Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema1. Konsep Pertunjukan

Konsep pertunjukan wayang sinemamerupakan perpaduan wayang klasik dengan disiplinsinematografi. Wayang klasik yakni wayang kulitpurwa Jawa dijadikan sebagai materi atau bahan yangdikemas dengan cara pembuatan f i lm atausinematografi. Pertunjukan wayang dengan lakontertentu dimainkan dalang, diiringi pengrawit danpesinden, serta penggerong. Konsep dasarpertunjukan adalah perpaduan bentuk pertunjukanwayang purwa Jawa yang dialihkan dalam wahana filmlayar lebar. Aspek gerak dan bayangan wayangmenjadi signifikan untuk mencirikan wayang sinemaini, selain kehadiran iringan atau musik pakeliran danrunning text sebagai penguat pertunjukan wayangsinema.

Pertunjukan wayang sinema tidak dapatdipisahkan dari peran seniman (dalang, pengrawit,penggerong, pesinden), sutradara, editor, dankameraman. Masing-masing memiliki kontribusi dalamkreasi dan inovasi wayang sinema. Dalang memilikiperan sebagai peraga wayang pada keseluruhan alurlakon. Ia bertanggungjawab untuk menghidupkan dan

Page 6: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

62

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

memberikan daya hidup pada tiap tokoh wayang yangdigerakkannya. Pengrawit berperan sebagai orangyang memainkan intrumen gamelan, adapunpenggerong dan pesinden bertugas melantunkan vokal,baik gerongan, tembang, sulukan, maupun sindhenan.Hasil instrumentasi gamelan dan vokal adalah rasamusikal untuk mendukung suasana adegan ataupunperistiwa dalam alur lakon pada pertunjukan wayangsinema. Dalang, pengrawit, penggerong, dan pesindenmenjadi pelaku utama pada proses kreasi dan inovasipertunjukan wayang sinema. Untuk mengemaspertunjukan wayang kulit menjadi film layar lebardibutuhkan peran sutradara, kameraman, dan editor.Sutradara memimpin jalannya produksi film, yakniketika pertunjukan wayang dari dalang dishooting olehkameraman. Sutradara memberikan arahan kepadakameraman, dalang, dan pelaku pertunjukan lainnyasesuai dengan skenario yang telah ditentukan.Kamera-man bertugas mengambil gambar ketikapertunjukan wayang berlangsung maupun padabeberapa objek untuk mendukung produksi film layarlebar. Pemahaman kameraman terhadap lakon wayangsangat signifikan untuk menghasilkan visual-auditifyang berkualitas. Pada tahapan produksi filmdiperlukan kehadiran editor. Ia menjadi penentukualitas film yang dibuat. Editor dalam pertunjukanwayang sinema setidaknya memiliki kemampuansebagai editor yang baik dan memahami lakon wayangkulit purwa, sehingga hasil editingnya akan memilikikualitas tinggi.

Pertunjukan wayang sinema membutuhkandukungan alat dan bahan, baik untuk pertunjukanwayang kulit maupun untuk pembuatan film. Peralatanpertunjukan wayang menggunakan boneka wayangkulit purwa, kelir, blencong, gamelan, kothak, cempala,keprak, gedebog, gamelan, dan pengeras suara.Adapun peralatan pada pembuatan film menggunakankamera, handycam, komputer editing, dan lampu.Peralatan pertunjukan wayang kulit dipergunakanketika mempergelarkan lakon wayang, adapunperalatan handycam, kamera, dan komputer untukediting film.

Seniman dalam melakukan kreasi dan inovasipertunjukan wayang sinema dihadapkan pada segmenmasyarakat atau penonton wayang. Tanggapanpenonton terhadap kualitas pertunjukan wayangsinema menjadi masukan penting bagi senimannya.Oleh karena itu, kreator perlu mempertimbangkanbeberapa hal, yaitu: pertama, segmen penontondijadikan dasar untuk mengkreasi pertunjukanwayang; kedua, dinamika perubahan zaman sebagaitolok ukur mengenai trend seni. Pertunjukan wayang

sinema dipersiapkan untuk menumbuhkan minatgenerasi muda terhadap wayang, sehingga segmenpenonton anak muda menjadi orientasi garapannya.Selain itu, era revolusi industri 4.0 perlu disikapi denganmengkreasi pertunjukan wayang sinema yang dapatdinikmati secara massal, baik melalui pemutaran filmdi gedung bioskop atau tempat yang representatifmaupun melalui media internet.

Atas dasar pembahasan ini dapat ditekankanbahwa konsep dasar pertunjukan wayang sinematerletak pada: (a) perpaduan antara pertunjukan wayangkulit purwa dengan disiplin sinema-tografi; (b) terdapatkonsep alihwahana dari pertunjukan wayang kulitmenjadi pertunjukan film layar lebar; (c) memerlukankompetensi kreator dan inovator yang memahamilakon wayang kulit maupun teknologi sinematografi;(d) membutuhkan peralatan yang memadahi, yaituperalatan pertunjukan wayang dan peralatanpembuatan film layar lebar; dan (e) kemasanpertunjukan wayang sinema memperhitungkansegmentasi penonton sesuai dinamika perubahanzaman.

2. Konsep Lakon Wayang SinemaPemahaman lakon dalam seni pedalangan

adalah cerita yang ditampilkan di atas kelir oleh dalang.Jika dicermati, pengertian lakon wayang dapat dirunutdari pertanyaan tentang lakone sapa (siapa peranutama dalam cerita), lakone apa (apa permasalahandalam cerita), dan lakone piye (ceritanya seperti apa)(Kuwato, 1990). Baik tokoh utama, permasalahan,maupun peristiwa selalu menjadi orientasi dari lakon,sehingga persoalan tentang penokohan, konflik, danalur cerita menjadi satu kesatuan dalam membentukcerita wayang. Dalam disiplin dramaturgi, ketika or-ang menyoal mengenai lakon akan menemukan for-mula dramatik, yaitu alur, penokohan, setting, dantema-amanat.

Pada pertunjukan wayang sinema, lakon yangdipilih yaitu Dewa Ruci. Cerita atau lakon ini tergolonglakon wayang klasik yang selanjutnya dikombinasikandengan beberapa sanggit dari para dalang, acuanliteratur, maupun pengembangan gagasan dan idepencipta wayang sinema. Lakon Dewa Ruci padaumumnya dimulai dari peristiwa ketika Bima bergurukepada Durna hingga berakhir pada kembalinya Bimadari samodera menuju negara Astina. Intisari lakonadalah perjalanan Bima ketika mencari air kehidupan,dengan berguru kepada Pendeta Durna, sehinggadapat berjumpa dengan Dewa Ruci dan men-dapatkanpencerahan mengenai air kehidupan. Dalam literaturseperti Serat Dewa Ruci karangan Yasadipura maupun

Page 7: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

63

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

Tanaya, mengisahkan perjalanan Bima, sejak bergurukepada Durna hingga berjumpa dengan Dewa Rucidan kembali ke Astina. Ini berbeda dengan literaturlain seperti Nawa Ruci karangan Prijohoetomo, bahwasetelah Bima berhasil menemui Dewa Ruci sertamendapatkan air kehidupan, ia tidak kembali ke Astinaatau Amarta namun mendirikan Padepokan di SumurJalatunda bergelar Begawan Bima Suci.

Berbeda halnya dengan konsep lakon daritradisi pedalangan yang dilakukan para dalang.Walaupun pada umumnya memiliki garis cerita yangsama yakni perjalanan Bima mencari air kehidupan,namun ada beberapa pembeda. Ganda Maktal,misalnya menampilkan adegan kadang bayu yangmenghadang perjalanan Bima. Dalam sangit dan garapGanda Maktal, Bima mendapatkan rintangan sekaligusbantuan dari kadang bayu (Anoman, GajahSetubanda, Jajakwreka, dan Maenaka), yangmemberikan variasi alur lakon Dewa Ruci. Berbedapula dengan garapan dari Nartosabdo yangmenyuguhkan adegan tepi samodera ketika Bimamengalami keraguan, tiba-tiba dikuatkan oleh tekaddua orang suami istri yang menyeberangi lautan untukmenuju pasar. Pada garap alinnya, seperti yangdiungkapkan Suyati dari Wonogiri, bahwa keberanianBima memasuki samodera dan tidak tenggelamkarena memiliki ajian druhendra pemberian dewa Indra.

Konsep lakon wayang mengacu pada strukturdramatiknya, yaitu alur, penokohan, setting, serta temadan amanat (Satoto, 1989). Dalam hal ini, hubunganatau relasi antara alur, penokohan, setting, serta temadan amanat mampu membentuk struktur dramatikyang sesungguhnya. Kehadiran alur lakon didalamnyamemuat penokohan, setting dan tema-amanat. Alurmerpakan urutan peristiwa yang terjadi dalam lakon,sehingga terdapat alur yang sifatnya linear ataupunmemiliki relasi kausalitas. Alur linear menggambarkanperistiwa yang satu merupakan kelanjutan peristiwasebelumnya yang terjadi secara berurutan atau lin-ear. Adapun alur kausalitas dimaknai bahwa peristiwayang satu menjadi penyebab peristiwa berikutnya, baiksecara berurutan maupun tidak berurutan. Konsep alurlakon pada pertunjukan wayang sinema adalah: (1)terdapat tingkatan alur, mulai dari tahap pengenalan,klimaks, hingga penyelesaian yang tercermin padaadegan-adegan tertentu; (2) dominan pada penggunaanalur kausalitas, dimana satu peristiwa menjadipenyebab dari peristiwa yang lainnya; dan (3) bangunanalur ketat, karena peristiwa berjalan secara simultandengan peristiwa yang saling terhubung namun dalamsatu kesatuan, atau dikatakan sebagai alur yangkompleks dan utuh.

Konsep penokohan ditunjukkan pada tokohdan karakterisasi dalam pertunjukan wayang. Tokohyang dihadirkan adalah tokoh utama (protagonis, yaituBima, Durna, dan Dewa Ruci), tokoh lawan (antagonis,seperti Rukmuka, Rukmakala, kadang bayu, danNemburnawa), serta tokoh tritagonis, seperti,Duryudana, Puntadewa, Kresna, Kunti dansebagainya). Pada lakon Dewa Ruci, dominasi tokohBima terlihat pada kehadirannya dalam keseluruhanalur lakon, mulai dari prolog hingga akhir cerita. Bimamendapatkan porsi terbesar sebagai tokoh yangmenggerakkan alur dan konflik lakon Dewa Ruci.Karakterisasi Bima sebagai manusia perkasa yangmemiliki kemauan keras untuk mewujudkan cita-citanya. Karakterisasi ini dipahami dari aspeksosiologis (hubungannnya dengan tokoh lain), aspekfisiologis (bentuk tubuh dan kegiatan fisik), serta aspekpsikologis (hubungannya dengan suasana hati). Jikadicermati, konsep penokohan pada wayang sinematerindikasi dari: (1) dominasi tokoh Bima pada setiapalur, peristiwa, dan konflik cerita; (2) terdapat tiga tokohinti yang menggerakkan keutuhan cerita yaitu, Bima,Durna, dan Dewa Ruci; (3) munculnya tokoh lawanyang dirancang sebagai penghalang perjalanan Bima,seperti kadang bayu, Rukmuka, Rukmakala,Nemburnawa; dan (4) ada keterkaitan antara satutokoh dengan tokoh lainnya.

Konsep setting pada wayang sinema lakonDewa Ruci jika diperhatikan sesungguhnya memilikilatar belakang, background atau setting sangat variatif,baik setting ruang dan waktu. Pada setting tempatditemukan beberapa alam, yaitu alam kandung, alammarcapada (dunia), dan alam bawah sadar (maya).Ketika bagi, Bima berada di dalam plasenta atau alamkandung; setelah dewasa berada pada alam duniamanusia; dan ketika berjumpa Dewa Ruci, berada dialam maya. Dalam satu kesatuan lakon, terdapatbeberapa setting, di antaranya, plasenta, WanaMinangsraya, Negara Astina, Gunung Reksamuka,Negara Amarta, tengah marga, tepi samodera, dalamlaut, dasar laut, dan alam maya. Adapun setting waktumengacu pada perputaran hari, yaitu waktu pagi,siang, sore, dan malam hari. Konsep setting padawayang sinema diindikasikan dari: (1) variasi tempatyang dipilih kaitannya dengan peristiwa yang dialamiBima; dan (2) mengambil waktu sepanjang hari,mengikuti peredaran waktu.

Apabila dikaji secara mendalam, lakon DewaRuci dalam pertunjukan wayang sinema ini memilikikonsep lakon yang sangat kompleks, yaitu: (1)merupakan perpaduan antara berbagai sanggit lakon,baik dari literatur, tradisi pedalangan dari para dalang,

Page 8: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

64

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

maupun inovasi dari tim peneliti; (2) memusatkanperhatian pada garap tokoh Bima dalam keseluruhanlakon, sehingga Bima selalu dihadirkan pada setiapadegan; (3) menggunakan alur ketat denganpenekanan pada hubungan linear dan kausalitas antaraadegan satu dengan adegan lainnya; (4) seting yangdihadirkan seperti halnya pada garapan lakontradisional, yaitu Negara Astina, Gunung Reksamuka,Negara Amarta, dan Samodra Minangkalbu; dan (5)tema-amanat yang disampaikan terkait dengan usahamanusia untuk mencapai manunggaling kawulagusti.

3. Konsep Sabetan Wayang SinemaSabetan dimaknai sebagai ekspresi gerak

boneka wayang secara visual yang dilakukan dalangdalam pertunjukan wayang (Sunardi, 2013). Sabetanmemiliki cakupan materi yaitu: cepengan, tancepan,bedholan, solah, serta penampilan dan entas-entasan.Materi inilah yang membentuk satu kesatuan sabetanwayang. Sabetan dibentuk dari kemampuan dalangdalam menghidupkan boneka wayang melalui gerak-gerik, pola lantai/blocking, dan kreasi bayanganwayang.

Material sabetan adalah boneka wayang yangdibuat dari kulit kerbau dengan pola tertentu, dipahatdan disungging serta diberi tangkai. Konsep bonekawayang menggunakan tokoh wayang klasik denganbeberapa pengembangan. Boneka wayang memilikibentuk dan pola wayang purwa gaya Surakarta.Boneka wayang menjadi pusat perhatian penontonuntuk memahami perjalanan alur ceritanya. Bonekawayang dipilih wayang berkualitas tinggi dan memilikiaspek kebaharuan bentuk.

Boneka wayang dapat menjadi hidup danbermakna di dalam pertunjukan apabila dalang mampumenguasai teknik sabetan, seperti mampu memegangwayang dengan benar, mampu menyusun tancepanwayang dengan baik, memahami urutan pencabutantokoh wayang, mampu menggerakkan bonekawayang, dan mampu membuat bayangan wayangsecara hidup dan menjiwai. Pada intinya dalangmenguasai cepengan, tancepan, bedholan, solah,serta penampilan dan entas-entasan wayang.

Cepengan merupakan teknik dalang dalammemegang boneka wayang. Konsep cepenganberorientasi pada kekuatan dalang dalam memegangwayang secara lulut, yaitu menyatunya tangan dalangdengan gapit (tangkai) wayang sehingga terkesanhidup, berjiwa, dan enak dilihat (Murtiyoso, 2007).Cepengan lulut memberikan petunjuk bahwa dalangbenar-benar mampu menguasai dan menghidupkan

boneka wayang hanya dengan memegang bonekawayang. Cepengan menjadi kunci pertama akankemampuan dalang untuk menghidup-kan bonekawayang di dalam pertunjukan wayang.

Para dalang seringkali menyatakan bahwacepengan yang baik adalah cepengan cek dadi, artinyaketika dalang memegang wayang langsung dapatdigunakan atau digerakkan di kelir. Cek dadimemberikan petunjuk akan kemampuan dan refleksdalang ketika memegang wayang tanpa harus menataterlebih dahulu. Di sini boneka wayang dalam kondisiapapun dapat dipegang dalang dengan cekatan danbaik. Ekspresi cepengan dari dalang berorientasi padatekanan, atau dapat dikatakan bahwa kuat lemahnyatangan dalang memegang cempurit wayang menjadidaya hidup dari boneka wayang. Tekanan padacepengan dipengaruhi oleh gaya berat boneka wayangdan besar kecilnya cempurit (Sunardi, 2013). Tokohwayang seperti bayen, putren, memerlukan tekananlemah karena ukuran wayang kecil dan gapit yangkecil pula, sebaliknya tokoh ukuran besar sepertiRukmuka, Werkudara, Bayu, Duryudana dan lain-lainmembutuhkan tekanan kuat.

Dalam pertunjukan wayang dikenal adanyatancepan, yaitu pola pencacakan wayang padagedebog yang menggambarkan adegan atau peristiwatertentu. Konsep dasar tancepan wayang adalahwijang, yaitu pencacakan boneka wayang padagedebog dapat terlihat indah karena kejelasan maksudadegan atau peristiwa yang digambarkan. Tancepanmemberikan petunjuk mengenai gambaran posisiboneka wayang, variasi atau pola adegan, serta sta-tus dan peranan tokoh wayang dalam lakon. Dalampertunjukan tari, tancepan dikenal dengan istilah polalantai, atau blocking pada pertunjukan teater. Dalamtancepan wayang memperhatikan jarak, kerapatan,dan posisi tiap-tiap boneka wayang dalam membentukpola adegan tertentu.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikandalam penyusunan tancepan wayang, seperti: ukuranwayang (besar-kecil); status tokoh wayang (raja,brahmana, ksatria, senapati, abdi, dll); peristiwa(peristiwa adegan, suasana hati tokoh); keseimbangan(tancepan kiri-kanan); posisi tokoh (gedebog bawah-gedebog atas); dan bayangan wayang. Denganmengacu pada hal-hal tersebut, dalang dapatmenyusun tancepan wayang dengan berkualitas danestetik. Tancepan wayang mereferen terhadap etikaJawa, yaitu konsep udanegara, yang di dalamnyatermuat konsep rukun, hormat, dan harmoni.Udanegara atau kemungguhan dalam tancepanwayang memberikan petunjuk bahwa ada hubungan

Page 9: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

65

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

signifikan antara budaya Jawa dengan seni pertunjukanwayang.

Sabetan dalam pertunjukan wayang jugaditentukan oleh bedholan yang dilakukan dalang.Bedholan yang berarti cara mencabut wayang darigedebog serta urutan tokoh yang dicabut. Konsepestetika bedholan wayang mengacu tokoh danperistiwa pada suatu adegan di dalam lakon. Padaadegan kerajaan, urutan bedholan yaitu: raja, dayang-dayang, pendeta, patih, dan punggawa lainnya; yangberbeda dengan adegan paseban jawi dengan urutan:tumenggung, senapati, patih, dan raja atau pimpinanlainnya. Ada kalanya bedholan untuk adegan tertentudengan tokoh yang setara derajatnya atau perannyadalam lakon dilakukan secara bersamaan.

Unsur sabetan lainnya dinamakan solah, yaitugerak-gerik tokoh wayang pada kelir. Pada estetikasolah wayang mempertimbangkan konsep urip, yaitugerakan wayang seolah-olah hidup sesuai peristiwaadegan, suasana hati tokoh wayang, ataupunkarakteristik tokoh wayang (Sunardi, 2013). Untukmencapai ekspresi solah yang berkualitas diperlukanpemahaman karakter boneka wayang, vokabuler gerakwayang, dan teknik menggerakkan wayang. Dalamsatu kotak wayang, atau setidaknya dalam satu lakonmemiliki beragam karakter tokohnya. Pemahamanterhadap karakter tokoh membantu dalang dalammengekspresikan pola gerak tokoh yang dimainkan.Pola gerak didasarkan dari rangkaian vokabuler gerakwayang, maka dalang seyogyanya menguasaiberbagai ragam gerak. Untuk menghasilkan gerakwayang yang berkualitas atau urip diperlukanpenguasaan teknik dari dalang. Teknik menggerakkanwayang menjadi bagian penting untuk menghasilkansolah wayang sesuai karakter, peristiwa, dan suasanahati tokoh wayang.

Ekspresi solah wayang memperhitungkantekanan, tempo, komposisi, dan sambung rapet gerak(Sunardi, 2013). Tekanan pada solah adalah kuat danlamahnya gerak wayang untuk menggambarkantindakan atau peristiwa tertentu. Tempo solah wayangmengacu pada cepat lambatnya gerakan tokohwayang. Komposisi solah adalah susunan gerak ataupola gerak yang membentuk satu kesatuan makna.Adapun sambung rapet terkait dengan kecepatan danketepatan pergantian antara gerak satu dengan geraklainnya. Dalam satu komposisi gerak terdapatsambung rapet antara vokabuler gerak satu denganyang lain.

Satu lagi unsur sabetan yang tak kalah pentingkehadirannya dengan unsur yang lain, yaitupenampilan dan entas-entasan. Penampilan

merupakan kemunculan tokoh wayang pada kelir,sedangkan entas-entasan adalah gerak bonekawayang meninggalkan kelir, atau dalam istilah lain,wayang muncul dan wayang exit. Penampilan lebihmenggambarkan hadirnya tokoh pada kelir, adapunentas-entasan menggambarkan keluarnya tokohwayang dari kelir. Masuk-keluarnya tokoh wayangmemiliki makna mendalam dalam estetika sabetwayang. Estetika penampilan mengacu pada kesanhidup atau berjiwa pada tokoh ketika tampil di kelir,atau dikenal konsep greg dalam dunia pedalangan.Greg mengandung maksud tekanan gerak pada saatwayang tampil dan berhenti. Adapun estetika entas-entasan mengacu pada konsep resik, yakni bersihatau lancarnya gerakan wayang ketika meninggalkankelir (Sunardi, 2013).

Menurut Bambang Suwarno, pengekspresianpenampilan dan entas-entasan ini dapat diukurberdasarkan tekanan dan tempo. Tekanan berarti kuatdan lemahnya penampilan dan entas-entasan tokohwayang. Pada waktu tokoh wayang tampil di kelir dansaat meninggalkan kelir memiliki tekanan yangberbeda-beda (wawancara, 2019). Tentang cepat danlambat penampilan dan entas-entasan mengacu padatempo yang digunakan. Tempo penampilan dan entas-entasan didasarkan pada karakter, suasana hati, danperistiwa lakon.

4. Konsep Narasi Wayang SinemaPada umumnya, pertunjukan wayang memiliki

unsur garap yang disebut sebagai catur danantawecana. Catur diartikan sebagai pengungkapanbahasa yang digunakan dalam pertunjukan wayang,terdiri dari dialog, monolog, dan narasi atau dalamistilah pedalangan disebut ginem, ngudarasa, janturan,dan pocapan. Adapun antawecana adalah ekspresiverbal pada janturan, pocapan, dan ginem dalampertunjukan wayang (Sunardi, 2013). Jika caturmenekankan pada aspek kebahasaan dalampertunjukan wayang, sedangkan antawecanamenekankan pada teknis pengekspresian catur yangdilakukan oleh dalang.

Catur dan antawecana tidak dipergunakandalam pertunjukan wayang sinema. Hal ini disebabkanbahwa wayang sinema digarap dengan orientasi padaaspek visual dan auditif yakni sabetan wayang danmusik wayang. Aspek verbal yaitu bahasa tidakdiwujudkan dalam janturan, pocapan, dan ginem,namun diwujudkan dalam teks bahasa Indonesia danbahasa Inggris. Teks bahasa ini merupakanterjemahan dari syair dalam tembang, gerongan, dansulukan yang dibawakan oleh sinden dan wiraswara.

Page 10: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

66

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Kehadiran teks bahasa Indonesia dan bahasaInggris ini disebut sebagai perwujudan narasi dalampertunjukan wayang sinema. Teks-teks inimengungkapkan alur cerita Dewa Ruci dari babak awalhingga akhir cerita. Teks-teks ini merupakanalihbahasa dari syair atau cakepan tembang, gerongan,dan sulukan. Teks-teks yang ditampilkan beruparuning text yang ada pada layar film. Teks atau yangdianggap sebagai narasi ini menggantikan peranantawecana dari dalang, sehingga dalang hanyabertugas memainkan sabetan wayang sedangkan dia-log dan narasi digantikan dengan runing text.

Konsep narasi menyelipkan teks bahasa In-donesia sebagai penguat komunikasi kepada publik.Lakon disampaikan dengan tembang, gerongan, dansulukan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indo-nesia melalui penyusunan credit title atau runing textpada pertunjukan wayang sinema lakon Dewa Ruci.Narasi berupa runing text dihadirkan pada setiapadegan yang merupakan terjemahan dari syairtembang, gerongan, dan sulukan. Pola terjemahanmengacu pada interpretasi secara bebas, artinyaterjemahan yang didasarkan pada tafsir terhadapsubstansi syair gerongan, tembang, dan sulukan. Olehkarena bahasa tembang, gerongan, dan sulukanmemiliki aturan khusus maka teknik terjemahandilakukan dengan cara memahami pola dan bentuknyaserta memahami isi atau kontennya. Pemahaman daninterpretasi sangat menentukan kuali tas dariterjemahan dan perwujudannya dalam runing text. Iniartinya konsep narasi pada pertunjukan wayangsinema diwujudkan melalui kekuatan interpretasiterhadap syair tembang, gerongan, dan sulukan.

5. Konsep Musik Wayang SinemaPada pertunjukan wayang sinema, musik

memiliki peranan vital dalam membangun suasana,memperkuat gambaran peristiwa, dan menjadipetunjuk alur cerita. Musik mengacu pada pembagianwilayah nada atau dikenal pathet dalam tradisikarawitan maupun pedalangan Jawa, sehingga adapathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura.Suasana yang terjadi dalam lakon wayang dibangunkekuatan musikal dari gending, sulukan, tembang,maupun gerongan. Aneka ragam suasana, sepertisedih, gembira, agung, jenaka, dan sebagainyatermuat dalam rasa musikal dari musik wayang sinemaini. Musik juga menjadi penguat gambaran peristiwadalam lakon wayang. Adegan kerajaan, adeganpeperangan, adegan di dalam lautan dan sebagainyadidukung dengan musik baik secara instumentalmaupun vokal. Jalinan musik yang satu dengan

lainnya dari prolog hingga tancep kayon memberikanpetunjuk gambaran alur lakon. Pada intinya dalampertunjukan wayang sinema, musik berfungsi menjadipengantar cerita menggantikan kedudukan teksbahasa (dialog dan narasi). Hal ini tercermin dalamsyair-syair yang terdapat pada tembang, gerongan,sindenan, dan sulukan.

Musik yang dipergunakan adalah gamelanJawa yang di dalamnya terdapat pola-pola gending,sulukan, gerongan, dan tembang, mengantarkan alurlakon melalui suara yang dilantunkan para penggerong,pesinden, dalang, suara gamelan, dan suaradhodhogan-keprakan. Musik menjadi kuncipergerakan alur lakon dari awal hingga akhir lakon.Inilah sebabnya ekspresi musikal dari pengrawit,pesinden, penggerong, dan dalang menjadi signifikanuntuk memperkuat alur lakon pada pertunjukanwayang sinema.

Secara sederhana, gending dimaknai sebagaiinstrumentalia, yakni lagu yang diungkapkan melaluinada-nada. Pada pertunjukan wayang sinemamenggunakan gending Jawa yang di dalamnyaterdapat beragam instrumen, seperti kendang, rebab,gender, gong, kenong, bonang, siter, gambang, sarondan sebagainya. Gending ini dimainkan oleh pengrawitdengan diperkuat penggerong dan pesinden di bawahkomando dalang melalui dhodhogan-keprakan.Berbagai pola gending yang digunakan, yaitu: polaladrang, ketawang, ketawang gending, lancaran, ayak-ayak, srepeg, sampak, palaran dan lainnya. Pemilihanpola gending menyesuaikan dengan adegan atauperistiwa dan suasana yang dipergelarkan dalampertunjukan wayang sinema.

Selain gending, terdapat tembang yangdipergunakan untuk memperkuat dan mempertegasalur lakon wayang sinema. Di dalam tembang terdapatsyair yang menggambarkan adegan atau peristiwayang terjadi dikombinasikan dengan sabetan wayang.Tembang dapat dilantunkan oleh dalang, pesinden,ataupun penggerong secara mandiri atau bersamaan(koor). Jenis tembang pada pertunjukan wayangsinema yaitu sekar macapat (dhandhanggula, sinom,pangkur, asmarandana, gambuh, kinanthi, durma,megatruh) maupun sekar ageng (sardula wikridhita).

Pertunjukan wayang sinema jugamenggunakan sulukan sebagai penguat suasanamaupun gambaran peristiwa yang terjadi. Sulukandilantunkan oleh dalang, pesinden, ataupunpenggerong, baik secara mandiri maupun koor.Beberapa jenis sulukan yang terdapat dalampertunjukan wayang sinema, yaitu pathetan, ada-ada,dan sendhon. Pathetan memperkuat adegan dengan

Page 11: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

67

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

suasana agung, bebas, santai, dan sejenisnya; ada-ada lebih berorientasi untuk menguatkan adegandengan suasana greget, marah, licah, dan sejenisnya;adapun sendhon lebih signifikan untuk mendukungadegan dengan suasana sedih, bimbang, dansejenisnya. Sulukan dilantunkan mengikuti tata aturanpathet, sehingga ada sulukan pathet nem, sulukanpathet sanga, dan sulukan pathet manyura.

Hal yang tak kalah penting untuk membangundan memperkuat peristiwa, penokohan, dan suasanaadegan adalah dhodhogan-keprakan dari dalang.Dhodhogan-keprakan menjadi penanda dan penguatadegan pada keseluruhan alur lakon. Dhodhogan-keprakan menuntun pada musik untuk memulai,memperl irih, mempercepat, ataupunmenghentikannya. Dhodhogan-keparakan adalah bunyicempala dan keprak yang dilakukan dalang untukmenuntun jalannya musik wayang sinema.

Pada praktiknya, penggunaan tembang,sulukan, gerongan, dan sindenan yang difungsikanuntuk mengantarkan alur lakon memiliki persamaandengan langendriyan (drama tari denganmengandalkan tembang sebagai pengganti dialog)ataupun opera pada pertunjukan teater. Konseplangendriyan untuk mengekspresikan musik wayangsinema menjadi hal yang urgen yang mencirikan modelpertunjukan wayang sinema.

C. Struktur Pertunjukan Wayang Sinema LakonDewa Ruci

Lakon Dewa Ruci memuat perjalanan hiduptokoh Bima dalam usaha mencari tirta pawitra, yangditandai kemanunggalannya dengan Dewa Ruci.Dalam pedalangan Jawa dikenal beraneka ragam versimaupun garapan lakon Dewa Ruci. Sumber utamaSerat Dewa Ruci menjabarkan perjalanan tauhid Bimameraih predikat sebagai insan khamil. Lakon DewaRuci memuat laku mistik dari tokoh Bima dalammencapai kemanunggalan dengan Tuhan. Bimasebagai tokoh sentral selalu hadir dalam keseluruhanalur lakon. Pada tahap awal, Bima berniat bergurukepada Druna untuk mendapatkan petunjuk caramenemukan air kehidupan. Tahapan berikutnya, Bimamelakukan perjalanan panjang untuk mendapatkan citacitanya. Mula-mula Bima pergi ke hutan untukmendapatkan tirta pawitra, selanjutnya ia memasukisamodera. Perjalanan Bima mendapatkan rintangandari keluarga, dua raksasa penunggu hutan, danseekor naga penjaga lautan. Pada akhirnya Bimamampu mencapai keinginannya dengan mendapatkananugerah tirta pawitra dari Dewa Ruci. Peristiwapertemuan antara Bima dengan Dewa Ruci sangat

menarik karena terkait dengan gambaran pengalamanreligius dalam usaha menyatu dengan Illahi. Prosespersatuan antara manusia dan khalik dalam pandanganJawa dinyatakan sebagai manunggaling kawula-gusti.

Usaha Bima untuk menuju padakesempurnaan hidup dilalui dengan berbagai tingkatan.Tingkatan demikian dinamakan laku atau mistikisme.Dalam lakon Dewa Ruci tahap-tahap penting yangdilalui Bima adalah: berguru kepada pandita Durna;patuh dan teguh dalam melaksanakan perintah guru;menghancur-kan hutan Tikbrasara serta mampumenyingkirkan penghalangnya; meruwat Dewa Bayusebagai amal kebaikan; kembali berguru pada Durnaatau tidak putus asa untuk bertanya; menyingkirkandan meninggalkan saudaranya yang merintangi tujuan;terjun ke samodra Minangkalbu; membunuh NagaNemburnawa atau nafsu duniawi; mati sajroning uripdan menyerah dengan iklas pada kuasa Tuhan;bertemu Dewa Ruci untuk menerima cahayatuntunannya; manunggal dan berdialog untukmenerima air hidup (Mulyono, 1979:61; Tanaya,1979:1—24; Mangkuna-goro, 1933:23—24).

Untuk memahami perjalanan Bima hinggamenemukan air kehidupan dapat ditelusuri melaluistruktur dramatik lakon. Dalam hal ini, alur lakonmemberikan gambaran yang jelas mengenai usahaBima menjumpai Dewa Ruci. Pada pertunjukanwayang sinema lakon Dewa Ruci ini, memiliki aluryang lebih padat dengan penekanan pada adegan-adegan penting. Adapun alur lakon Dewa Ruci sebagaiberikut.1. Bima dilahirkan dalam wujud plasenta (bungkus).

Peristiwa kelahiran Bima menggegerkan dunia,sehingga Batara Bayu memerintah-kan kepadaGajahsena untuk memecahkan bungkus. Padaakhirnya bungkus dapat pecah dan Gajahsenamerasuk ke dalam diri Bima.

2. Bima digambarkan sebagai manusia perkasa.Inilah Bima, manusia perkasa, putra Pandu danKunti, memiliki banyak julukan, Bratasena,Werkudara, Kusumadilaga, Balawa, Bayusiwi,Harya Sena, manusia sakti mandraguna, sukamenolong kepada sesama.

3. Bima merenungkan berbagai peristiwa sebagairefleksi diri.Bima bercita-cita menjadi insan kamil, sebagaiksatria sekaligus berjiwa brahmana, berguna baginegara, mampu menjadi taladan hidup, menjadisumber petunjuk akan keilahian, ingin menyatudengan mikro dan makro kosmos.

4. Bima bertekad mencari guru yang memilikikemampuan luar biasa.

Page 12: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

68

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Bima ingin mencari manusia yang penuh ilmupengetahuan dan ilmu kanoragan, seorang gurusejati yang memberi petunjuk kebaikan dankemaslahatan dunia, Bima mengungkap orangsakti di dunia, yakni Resi Durna.

5. Bima memutuskan berguru kepada Pendeta Durnauntuk ilmu kesempurnaan hidup.Bima memutuskan untuk berguru pada Resi Durna,ia ingin mencari air kehidupan menuju insan kamil.Bima melakukan perjalanan menuju Sokalima, iaseorang diri tanpa ditemani siapapun, hanya anginbesar yang menyertai kepergiannya, perjalananBima mampu menggetarkan dunia, membuat takutmasyarakat pedesaan yang dilaluinya, akhirnyaBima sampai di Padepokan Sokalima dengansemangat membara.

6. Bima menjumpai Durna di Negara Astina, danmengutarakan niatnya untuk mencarikesempurnaan hidup.Bima bersimpuh dihadapan Resi Durna, iamengutarakan niatnya untuk berguru kepada ResiDurna, ia menginginkan kesempurnaan hidup demimenjaga keselarasan dunianya, Resi Durnamenyambut hangat keinginan muridnya.

7. Resi Durna memberikan petunjuk tentang airkehidupan (tirta pawitra) yang harus ditemukanBima.Resi Durna memberikan petunjuk kepada Bimamengenai jalan menuju kesempurnaan hidup, iadiminta untuk mencari tirta pawitra (air kehidupan),air yang memberi daya hidup dan daya suci kepadainsan kamil.

8. Pada tahap pertama Bima mendapat petunjukuntuk pergi ke hutan mencari kayu gung susuhingangin.Resi Durna memberikan petunjuk pertama bahwapersyaratan memperoleh air kehidupan dimulaidengan mencari kayu gung susuhing angin, kayuini berada di pusat Gunung Reksamuka, Bimaberpami-tan menuju hutan.

9. Bima memasuki hutan Candramuka (Reksamuka).Perjalanan Bima menuju ke hutan denganniat untuk menemukan kayu gung susuhing angin,ia mengandalkan kekuatan spiritualnya denganajian sepi angin, bagaikan gerakan angin taufanperjalanan Bima sampai di hutan, ia mulai mencarikayu gung susuhing angin dengan merobohkanpepohonan, memindahkan bebatuan, memasukigoa, menuruni lem-bah curam, bahaya alamtak dihiraukannya. Kekacauan di hutanmembangkitkan kemarahan sang penunggu yaitu

Rukmuka dan Rukmakala, segera merekamenghampiri Bima.

10.Bima berseteru dengan Rukmuka-Rukmakala.Bima dihadang dua raksasa, Rukmuka danRukmakala, keduanya marah atas perilaku Bimamerusak hutan, membuat hewan hutan ketakutan.Bima hanya menjalankan perintah guru untukmenemukan kayu gung susuhing angin, terjadiperseteruan dengan dua raksasa, akhirnya Bimadikeroyok dua raksasa hingga terjadi peperangansengit.

11. Bima mampu membinasakan dua raksasa jelmaanBayu yang memberikan anugerah kepada Bimaberupa gelung minangkara.Bima mampu menguasai lawan, bahkanmembunuh kedua raksasa. Tiba-tiba kedatanganDewa Bayu menghampiri Bima, Bima mendapatanugerah dewata karena telah menolong keduadewa yang tengah menjalani hukuman, Dewa Bayumemberikan anugerah berupa gelung minangkara,hingga tampilan Bima berubah menggunakangelung. Dewa Bayu memberikan saran agar Bimakembali menemui Durna, karena apa yang dicaritidak ada di hutan.

12.Bima keluar hutan untuk menemui Durna diSokalima.Setelah mendapat petunjuk dari dewata, Bimakeluar hutan memilih jalan pintas dengan menurunilembah curam dan menyeberangi anak sungai,perjalanan Bima semakin dipercepat demi meng-hadap pada gurunya di Sokalima, Bima telahsampai di padepokan dan segera mencari Durna.

13.Bima telah menghadap Durna, dan diberi petunjukkedua, untuk mencari tirta pawitra di samodera.Dihadapan sang guru, Bima menyampaikanperistiwa yang dialaminya, ia tak mendapatkankayu gung susuhing angin, namun mendapatanugerah dari Dewa Bayu dan Dewa Indra. Durnamemberikan petunjuk kedua bahwa air suci ada disamodera selatan. Bima diminta untuk melakukanperjalanan panjang ke samodera demimendapatkan tujuannya. Bima berpamitan untukmelaksanakan petunjuk gurunya, dengan gejolakjiwa yang besar karena harus berhasil mewujudkanimpiannya, ia akan pulang dahulu minta restuorang tua dan saudaranya.

14.Bima menjadi bahan pembicaraan saudaranya diAmarta.Bima menjadi bahan pembicaraan orang tua dansaudaranya, bahkan Puntadewa menghadirkanKresna untuk membantu menghentikan niatan

Page 13: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

69

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

Bima, Kresna hadir di Amarta, ia menyampaikanpesan bahwa Bima akan mampu mengatasipermasa-lahannya sendiri, Kresna menasihati agarPandawa bersabar untuk menunggu kepulanganBima.

15.Bima menuruti petunjuk Durna, namun dia kembalike Amarta dulu untuk minta restu ibu dansaudaranya. Bima tidak diperbolehkan kesamodera oleh keluarga besarnya, namun tetapnekad menuruti nalurinya.Bima hadir di Amarta menggegerkan suasanapersidangan, orang tua dan saudaranya merasalega atas kepulangan Bima, Bima menyampaikanniatannya untuk pergi ke samodera, ia minta pamitdan doa restu dari orang tua dan saudaranya, niatanBima dicegah orang tua dan saudaranya, namunBima tetap pada keinginannya untuk menemukanair kehidupan di samodera.

16.Bima melakukan perjalanan ke samodera untukmencari air kehidupan.Bima melesat dari kerajaan Amarta, ia memulailagi perjalanan panjang menuju samodera,perjalanan bagaikan angin, telah sampai di hutanbelantara, Bima mencari jalan terdekat untuksampai di samodera, ia menaiki gunung, menurunilembah, masuk keluar hutan belantara, danmenyusuri bibir sungai yang panjang.

17.Bima bertemu dengan Anoman, Maham-bira,Setubanda, dan Jajakwreka hingga terjadiperkelahian, namun Bima tetap mampu meloloskandiri.Di tengah perjalanan, Bima dihadang kadang bayu,mereka terlibat pembicaraan, Para kadang bayumenyarankan agar Bima mengurungkan niatnyamenuju samodera karena hanya diperdaya Durnadan Kurawa, Bima teguh dalam pendirian, dan tetapmelanjutkan niatannya untuk menemukan airkehidupan. Terjadi dorong mendorong, namunkadang bayu kalah oleh kekuatan Bima, segeraBima melesat jauh meninggalkan kadang bayu.

18.Bima sampai di tepi samodera, memandangikeganasan air samodera.Perjalanan Bima sampai di tepian samodera, iamemandangi samodera nan luas, terlihat jelaskeganasan ombak bergulung-gulung menerjangbatu karang, Bima merasa ragu untuk memasukisamodera.

19.Bima mendapatkan penguatan dari burung perkutut,gemak, dan platuk bawang.Keraguan hati Bima diberi penguatan olehpembicaraan tiga burung yang ingin mencari

kehidupan yang lebih baik dengan cara bertekadbulat dalam hati.

20.Bima dengan tekad membara memasuki samoderahingga mendapat gangguan dari NagaNemburnawa.Bima menceburkan diri ke samodera disambutgulungan ombak, Bima terlarut dalam balutanombak besar, ia telah berada di tengah samodera,badannya terombang-ambing derasnya air laut, iamenyelam ke dalam hingga mencapai dasarsamodera, kelebat Naga Nembur-nawa mendekatmencium aroma tubuh Bima, Bima menghindar dariterjangan Naga, semakin menghindar makasemakin ganas pula Naga ingin memangsa Bima.

21.Bima lemas tiada daya akibat lilitan dan gigitanNemburnawa, namun Bima menemukankesadarannya kembali dan berhasil membunuhNemburnawa.Bima terlena, Naga Nemburnawa menyibakkanekornya mengenai tubuh Bima, Bima terpental jauhdi dasar samodera, Naga semakin mengganas,Naga melilit sekujur tubuh Bima, Bima lemas tiadadaya, ia terlena dalam cengkeraman NagaNemburnawa. Sang Naga menggigit tubuh Bima,dalam kesadaran akhir Bima memegang mulutnaga, dengan Kuku Pancanaka, Bima merobekleher naga, Nemburnawa melepaskan lilitannya,Bima mengejar dan menyobek mulut naga hinggatewas. Darah membasahi lautan hinggamenghilangkan kesadaran Bima, ia seolahterlempar ke dunia yang tak dikenalnya.

22.Bima tertelan air samodera dan telah bersimpuhdi hadapan Dewa Ruci.Bima terbawa aliran dalam air samodera, ia telahberada di hadapan Dewa Ruci, Bima tersadarnamun terheran menyaksi-kan adanya sosok kecildirinya di hadapannya, sosok Dewa Ruci telahmembukakan tabir perjalanan Bima, Bima segerabersimpuh dan menyembah kepada Dewa Ruci,Bima menyatukan hati dan pikirannya denganDewa Ruci.

23.Bima mendapatkan tirta pawitra dari Dewa Ruci.Dalam keheningan Bima mendapatkan pencerahanbatin dari Dewa Ruci, Bima merasakanmendapatkan kenikmatan luar biasa karena beradadi sisi Dewa Ruci, Bima mendapatkan wejanganPancamaya, ia mendapat pula wejanganJatitunggal saliring warna, berikutnya wejanganPramana, wejangan Reh pepingitaning jagat, danjuga mendapat wejangan Pungkasan.

Page 14: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

70

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

24.Bima diminta kembali lagi ke negara Amarta.Bima telah menerima berbagai ilmu kesempurnaanhidup dari Dewa Ruci, Bima telah menerima airkehidupan, Bima merasakan kenikmatan tiada taradan memilih untuk berada di alam walikan, DewaRuci menyarankan agar Bima segera kembali kedunia nyata untuk mengabdikan diri, untukmengamalkan ilmu kesempurnaan hidup yang telahdiberikan, Bima berpamitan dengan Dewa Ruci,Bima melesat keluar dari dasar samodera, Bimatelah berada di tepian samodera, ia meninggalkansamodera.

25.Bima menuju Padepokan SokalimaBima tidak pulang ke Amarta, ia menuju kePadepokan Sokalima menemui gurunya Durnauntuk menyampaikan rasa terima kasih yangmendalam atas petunjuk sang guru. Bimaberkumpul kembali dengan saudara dan ibunya.

V. KESIMPULAN

Pertunjukan wayang sinema merupakan salahsatu corak estetika pertunjukan wayang dari perpaduanantara wayang klasik dengan teknologi modern.Wayang sinema mengangkat lakon Dewa Ruci yangsyarat dengan nilai pengajaran budi pekerti masyarakatIndonesia. Wayang sinema menjadi modelpengembangan wayang Indonesia dalam dinamikaindustri 4.0. Ini artinya wayang telah melebur denganperkembangan zaman sehingga mampu hidup danbertahan serta dapat menjembatani minat generasimuda terhadap wayang.

Pertunjukan wayang sinema didasarkan padakonsep utama, yakni konsep pertunjukan, konsepsabetan wayang, konsep narasi, dan konsep musik.Konsep pertunjukan adalah wayang dalam bentuk layarlebar atau film sehingga menarik bagi masyarakatsecara umum. Konsep sabetan menerapkan gerakanwayang yang representatif mewakili maksud dantujuan para tokoh dalam rangkaian alur lakon. Konsepnarasi memberi pemahaman mengenai penggunaannarasi dan dialog wayang melalui runing teks ataupunsyair tembang. Konsep musik memberikanpemahaman tentang penggunaan gending, sulukan,sindhenan, gerongan, dan tembang untuk menguatkansuasana adegan dan batin tokoh wayang dalam alurlakon.

Konsep dasar pertunjukan wayang sinemadiimplemntasikan menjadi garap pertunjukan wayangsinema lakon Dewa Ruci. Garap pertunjukan wayangsinema membutuhkan penggarap, yakni sutradara,

penulias naskah, dalang, pengisi vokal; peralatangarap, yaitu gamelan, wayang, lampu, handycam danlain-lain; sarana garap terdiri atas vokal-instrumental,sabetan, antawecana, gending, wayang, dansebagainya. Hasil garap pertunjukan wayang sinemalakon Dewa Ruci berupa film layar lebar mengenailakon Dewa Ruci.

DAFTAR PUSTAKA

Fosdhal, Frank. 2004. “Lakon Wayang Wahyu BinukaWahyu Jati Manunggal” Kertas PenciptaanSeni pada Program Pascasarjana ISISurakarta.

Kuwato. 1990. “Tinjauan Pakeliran Padat PalgunaPalgunadi Karya Bambang Murtiyoso DS”Laporan Penelitian STSI Surakarta.

———————. 2001. “Pertunjukan Wayang Kulit diJawa Tengah Suatu Alternatif Pembaruan:Sebuah Studi Kasus”. Tesis UGMYogyakarta.

Mangkunegoro VII, KGPAA. 1933. “On the WayangKulit (Puwa) and Its Symbolic and MysticalElements”. Terjemahan Claire Holt Originaltext published in Jawa. Vol. XIII,

Mulyono, Sri. 1975. Wayang Asal-usul Filsafat danMasa Depannya. Jakarta: Alda.

Murtiyoso, Bambang, Sumanto, Suyanto, Kuwato.2007. Teori Pedalangan: Bunga RampaiElemen-elemen Dasar Pakeliran. Surakarta:ISI Surakarta Press dan CV Saka Produc-tion.

Musbikin, Imam. 2010. Serat Dewa Ruci (Misteri AirKehidupan). Jogjakarta: Diva Press.

Rianto, Jaka, Sunardi, Titin Masturoh. 2010. BukuPanduan Praktik Pakeliran Golek Padat.Surakarta: ISI Press Surakarta.

Santoso, Trisno. 2016. “Wayang Boneka Wong AgungJayengrana. Disertasi Pascasarjana ISISurakarta.

Satoto, Soediro. 1989. Pengkajian Drama I. Surakarta:Sebelas Maret University Press.

Page 15: KONSEP DASAR PERTUNJUKAN WAYANG SINEMA LAKON DEWA …

71

Konsep Dasar Pertunjukan Wayang Sinema Lakon Dewa Ruci - Sunardi, I Nyoman Murtana dan Sudarsono

Volume 2 Tahun 2019

Subono, B. 2002. “Wayang Lingga-Yoni LakonPengakuan Seorang Pradana”. KertasPenciptaan Seni pada ProgramPascasarjana ISI Surakarta.

Sunardi. 2013. Nuksma dan Mungguh: Konsep DasarEstetika Pertunjukan Wayang. Surakarta:ISI Press.

————. 2004. “Pakeliran Sandosa dalam PerspektifPembaharuan Pertunjukan Wayang. TesisSTSI Surakarta.

Sunardi, Bambang Suwarno, Bagong Pujiono. 2014.Revitalisasi dan Inovasi Wayang Gedog.Surakarta: ISI Press.

Sunardi, Kuwato, Sudarsono. 2017. EstetikaPertunjukan Wayang Perjuangan.Surakarta: ISI Press.

Sunardi, Kuwato, Zulkarnaen Mistortoify. 2009.“Wayang Transparan: Wayang EksperimenBerbahasa Indonesia sebagai SaranaTransmisi Pendidikan Budi Pekerti bagiSiswa SLTA di Surakarta” Laporan PenelitianDirjen Dikti Kementerian Pendidikan danKebuda-yaan.

Sunardi, Sugeng Nugroho, Kuwato. 2016. WayangBabad Nusantara Media Pengajaran NilaiKebangsaan. Surakarta: ISI Press.

Suryanto, Dwi. 2007. “Wayang Terawang LakonAnoman Sang Maha Satya”. KertasPenciptaan Seni pada Program Studi SeniPedalangan.

Tanaya, R. 1962. Serat Dewa Ruci Kidung. Surakarta:Toko Buku Pelajar

Tanaya, R. 1979. Bima Suci. Jakarta: Balai Pustaka.