S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

6
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu daerah. Hal ini menuntut peningkatan sarana transportasi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tuntutan perkembangan lalulintas. Dari segi kualitasnya ternyata dituntut adanya kualitas jalan dengan konstruksi perkerasan yang memadai, yaitu yang memenuhi persyaratan aman, nyaman, dan ekonomis sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya. Kondisi jalan baik ditunjang dari perencanaan perkerasan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Perkerasan jalan di Indonesia harus dapat tahan terhadap cuaca dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi. Perkerasan jalan di Indonesia pada saat ini umumnya menggunakan jenis perkerasan kaku dan perkerasan fleksibel. Perkerasan fleksibel berupa perkerasan dengan campuran aspal. Perkerasan fleksibel pada umumnya memberikan layanan yang nyaman, lebih cepat dibuka untuk lalulintas dan tidak menimbulkan suara gesekan antara roda dan perkerasan. Dalam beberapa kasus yang terjadi, banyak konstruksi jalan yang mengalami masa kerusakan dalam masa pelayanan tertentu, padahal tujuan akhir adalah tersedianya jalan dengan standar baik sesuai dengan fungsinya. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan umur pelayanan adalah dengan meningkatkan fungsi aspal sebagai bahan pengikat dengan menggunakan bahan tambah / additive. Dalam hal ini penyusun mencoba untuk menggunakan crumb rubber yang berasal dari limbah karet ban yang tidak terpakai lagi.

Transcript of S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

Page 1: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prasarana jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan

suatu daerah. Hal ini menuntut peningkatan sarana transportasi, baik dari segi

kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tuntutan perkembangan lalulintas. Dari

segi kualitasnya ternyata dituntut adanya kualitas jalan dengan konstruksi

perkerasan yang memadai, yaitu yang memenuhi persyaratan aman, nyaman, dan

ekonomis sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu

lintas sesuai dengan fungsinya.

Kondisi jalan baik ditunjang dari perencanaan perkerasan yang sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Perkerasan jalan di Indonesia harus dapat

tahan terhadap cuaca dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi. Perkerasan

jalan di Indonesia pada saat ini umumnya menggunakan jenis perkerasan kaku

dan perkerasan fleksibel. Perkerasan fleksibel berupa perkerasan dengan

campuran aspal. Perkerasan fleksibel pada umumnya memberikan layanan yang

nyaman, lebih cepat dibuka untuk lalulintas dan tidak menimbulkan suara gesekan

antara roda dan perkerasan.

Dalam beberapa kasus yang terjadi, banyak konstruksi jalan yang

mengalami masa kerusakan dalam masa pelayanan tertentu, padahal tujuan akhir

adalah tersedianya jalan dengan standar baik sesuai dengan fungsinya. Untuk

mencapai tujuan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

umur pelayanan adalah dengan meningkatkan fungsi aspal sebagai bahan pengikat

dengan menggunakan bahan tambah / additive. Dalam hal ini penyusun mencoba

untuk menggunakan crumb rubber yang berasal dari limbah karet ban yang tidak

terpakai lagi.

Page 2: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

2  

  

Menurut Mc Quillen and Hicks, (1987), dibandingkan aspal konvensional,

crumb rubber asphalt memiliki kelebihan yaitu memiliki viskositas yang lebih

tinggi pada suhu 60oC, lebih tahan lama dan mempunyai permukaan yang lebih

elastis. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pemakaian crumb

rubberasphaltpada perkerasan jalan raya telah terbukti dapat mengurangi

reflective cracking pada overlay, mengurangi biaya pemeliharaan, meningkatkan

ketahanan terhadap cracking dan rutting pada perkerasan baru, meningkatkan skid

resistance dan umur perkerasan, serta mengurangi tingkat kebisingan.Berdasarkan

hasil penelitian Sugiyanto (2008) penggantian agregat dengan serbuk ban bekas

mampu menambah ketahanan campuran aspal terhadap air, sehingga dapat

mengurangi kerusakan jalan.

Penggunaan crumb rubber pada campuran lapis tipis aspal beton untuk

mendaur ulang atau memberikan manfaat kembali limbah karet pada karet

kendaraan di lingkungan. Limbah karet kendaraan tidak dapat dipakai kembali

dan tidak larut di dalam tanah maupun air tanah, sehingga sangat membahayakan

bagi lingkungan. Penggunaan crumb rubber pada umunya hanya sebagai aspal

binder.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian perancangan laboratorium campuran perkerasan

lapisan AC-BC dengan memanfaatkan crumb rubber sebagai bahan tambah pada

campuran ini dimaksudkan adalah :

1. Mengetahui karakteristik aspal modifikasi crumb rubber 5%, 10%, dan 12%.

2. Mengetahui karakteristik campuran AC-BC yang menggunakan crumb

rubber 40’’ lolos saringan 200 sebagai additif.

3. Mengetahui komposisi optimum penggunaan crumb rubber dalam aspal

modifikasi polimer yang sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

Page 3: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

3  

  

C. ManfaatPenelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini nantinya diharapkan

dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memanfaatkan crumb rubber sebagai additif pada campuran Lapis AC-BC

untuk meningkatkan kualitas perkerasan.

2. Mendapatkan informasi mengenai performa crumb rubber sebagai additif.

3. Sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

D. Hipotesis

Pada penelitian ini diperlukan suatu hipotesis awal untuk bisa memberikan

gambaran hasil akhir yang akan diperoleh. Hipotesis akan diterima atau ditolak

berdasarkan hasil akhir penelitian ini serta membandingkan dengan campuran

konvensional. Hipotesis dalam penelitian ini, antara lain:

1. Persentase crumb rubber dalam campuran laston lapis pengikat (AC-BC )

sebanding dengan meningkatnya kebutuhan aspal dalam campuran; serta

2. Semakin banyak crumb rubber dalam campuran laston lapis pengikat ( AC-

BC ) berbanding terbalik dengan kekuatan campuran dalam menahan beban

lalulintas.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya terkait

dengan penggunan crumb rubberantara lain:

1. Herlina, N (2008), melakukan penelitian mengenai Karet Alam Sebagai

bahan Dasar Tambah Aspal Pada Campuran Beraspal Panas. Penelitian ini

memanfaatkan latek sebagai filler pada campuran aspal, dengan tujuan

campuran aspal dengan lateks dapat memperkecil deformasi pada campuran

aspal dan dapat menggantikan debu batu sebagai filler. Penelitian ini dapat

kesimpulan bahwa lateks sebagai filler dapat memenuhi standar teknik

Page 4: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

4  

  

perkerasan jalan raya, serta debu batu yang digunakan sebagai fillerdapat

digantikan oleh lateks dengan fungsi yang sama. Ditinjau dari pengujian

Marshall Immersion dan Wheel Tracking mempunyai nilai stabilitas yang

lebih tinggi dibandingkan tanpa lateks.

2. Sugiyanto, G (2008), melakukan kajian Karakteristik Campuran Hot Rolled

Asphalt Akibat Penambahan Limbah Serbuk Ban Bekas. Penelitian ini

memanfaatkan limbah ban bekas yang diolah menjadi serbuk, kemudian

digunakan sebagai pengganti agregat fraksi 50 pada campuran HRA. Tujuan

dialkukan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik campuran HRA

yang mengandung serbuk ban bekas dan membandingkan dengan campuran

aspal tanpa serbuk ban bekas. Hasil dari penelitian tersebut dapat

dsimpulkan bahwa campuran optimum diperoleh pada campuran yang

mengandung serbuk ban bekas sebagai pengganti fraksi no. 50 sebanyak 50

%, serta penambahan serbuk ban bekas mampu menambah ketahanan

campuran HRA terhadap air, sehingga menguarangi kerusakan jalan.

3. Purnomo, W (2012), melakukan penelitian mengenai Perancangan

laboratorium Campuran Perkerasan HRS-WC Dengan Crumb Rubber

Sebagai Filler. Penelitian ini memanfaatkan crumb rubbersebagai

pengganti debu batu sebagai filler.crumb rubber dipilih sebagai pengganti

debu batu, karena memiliki keunggulan menambah ketahanan campuran

aspal terhadap air, menahan beban lalu lint yang berat, serta lebih flexibel.

Campuran aspal yang digunakan di Indonesia pada umumnya berupa

campuran panas dengan gradasi senjang, yang disebut degan lapis tipis aspal

beton (Lataston). Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu mengetahui pengaruh

crumb rubbersebagai bahan pengganti debu batu pada bahan pengisi (filler)

campuran lapisan aus lataston (HRS-WC). Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan dapat dsimpulkan bahwa crumb rubber dapat

digunakan sebgai pengganti debu batu pada filler campuran perkerasan lapis

aus lataston (HRS-WC) yang menggunakan crumb rubber memiliki nilai

stabilitas, pelelehan, stabilitas sisa, keawetan (durabilitas), fleksibelitas dan

Page 5: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

5  

  

kehilangan berat beban roda diatas atau lebih baik dari campuran lapis aus

lataston lataston (HRS-WC) konvensional.

F. Batasan Penelitian

Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini tidak

meninjau proses kimiawi yang terjadi pada campuran, tetapi hanya dibatasi pada

penelitian pengaruh penggunaan crumb rubber pada campuran lastonlapis

pengikat (AC-BC).

Penelitian ini mliputi :

1. Pencampuran mengguanakan Rancangan Spesifikasi Umum Bina Marga,

Divisi VI Perkerasan Aspal Kementrian Pekerjaan Umum Edisi Tahun 2010

Revisi II yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian

Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

2. Bahan dalam campuran berasal dari;

a. Aspal Pen 60/70 dari PT. Pertamina;

b. Agregat halus dan agregat kasar dari Clereng;

c. Crumb Rubber ukuran #40dari PT. Pura Agung Surabaya

3. Crumb Rubber digunakan sebagai bahan tambah pada bahan lapis aus laston

(AC-BC).

4. Persyaratan dan pengujian yang dilakukan pada bahan penyusun campuran

berdasarkan Standar nasional Indonesia (SNI);

5. Penentuan kadar aspal optimum (KAO), rongga dalam campuran (VIM),

persen rongga di dalam mineral agregat (VMA), rongga berisi aspal (VFA),

serta karakteristik Marshall berdasarkan pada persyaratan dan pengujian yang

terdapat pada Standar Nasional Indonesia dan Spesifikasi yang dikeluarkan

Kemen PU;

6. Pengujian dan persyaratan penentuan kuat tarik tidak langsung (ITS)

berdasarkan pada SNI 03-6753-2008 dan rasio kuat tarik (TSR) berdasarkan

pada AASHTO T-283

Page 6: S2-2014-341439-chapter1_2.pdf

6  

  

7. Lokasi penelitian/pengujian bahan terbatas di Laboratorium Transportasi

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.