S1-2014-297935-introduction_2

5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi, berlalu lintas merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan hampir setiap hari. Aktifitas berlalu lintas di jalan raya tentunya tidak dilakukan sendiri namun juga ada interaksi dengan pengendara lain, sehingga perlu adanya etika berkendara. Sebagai pengguna kendaraan bermotor, kita harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang berlaku agar keselamatan dan kelancaran selama berkendara tetap dapat dijaga dengan baik. Salah satu rambu lalu lintas yang paling banyak ditemui adalah lampu lalu lintas (traffic light). Di kota kota besar di Indonesia termasuk di Yogyakarta, traffic light merupakan rambu utama pengatur lalu lintas. Hampir di setiap persimpangan dapat kita jumpai lampu lalu lintas, terutama di persimpangan yang berpotensi menimbulkan kemacetan ataupun kecelakaan. Lampu lalu lintas yang ada saat ini umumnya terdiri dari 3 fase, yaitu merah, kuning, dan hijau. Namun sejak tahun 2008, Dinas Perhubungan selaku otoritas yang berkepentingan terhadap pengaturan rambu lalu lintas menambahkan alat penghitung mundur (countdown timer) pada seluruh traffic light secara bertahap dan saat ini seluruh persimpangan di Kota Yogyakarta telah terpasang countdown timer. Menurut Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, jumlah traffic light di Kota Yogyakarta saat ini sebanyak 58 titik yang seluruhnya telah terpasang countdown timer dan pembangunannya sudah dilakukan sejak tahun 2008. Lampu countdown timer, seperti pada Gambar 1.1 akan menyala saat menunjukkan lampu merah dan lampu hijau. Namun ada pula beberapa countdown timer telah dimodifikasi dengan menambahkan display pada 10 detik terakhir dengan running text yang berisi kalimat peringatan. Dengan dipasangnya countdown timer, maka dapat mengurangi ketidaktahuan pengendara atas waktu yang tersedia pada setiap fase

description

-introduction

Transcript of S1-2014-297935-introduction_2

Page 1: S1-2014-297935-introduction_2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi, berlalu lintas

merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan hampir setiap hari. Aktifitas berlalu

lintas di jalan raya tentunya tidak dilakukan sendiri namun juga ada interaksi

dengan pengendara lain, sehingga perlu adanya etika berkendara. Sebagai

pengguna kendaraan bermotor, kita harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang

berlaku agar keselamatan dan kelancaran selama berkendara tetap dapat dijaga

dengan baik.

Salah satu rambu lalu lintas yang paling banyak ditemui adalah lampu lalu

lintas (traffic light). Di kota kota besar di Indonesia termasuk di Yogyakarta,

traffic light merupakan rambu utama pengatur lalu lintas. Hampir di setiap

persimpangan dapat kita jumpai lampu lalu lintas, terutama di persimpangan yang

berpotensi menimbulkan kemacetan ataupun kecelakaan. Lampu lalu lintas yang

ada saat ini umumnya terdiri dari 3 fase, yaitu merah, kuning, dan hijau. Namun

sejak tahun 2008, Dinas Perhubungan selaku otoritas yang berkepentingan

terhadap pengaturan rambu lalu lintas menambahkan alat penghitung mundur

(countdown timer) pada seluruh traffic light secara bertahap dan saat ini seluruh

persimpangan di Kota Yogyakarta telah terpasang countdown timer.

Menurut Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, jumlah traffic light di Kota

Yogyakarta saat ini sebanyak 58 titik yang seluruhnya telah terpasang countdown

timer dan pembangunannya sudah dilakukan sejak tahun 2008. Lampu countdown

timer, seperti pada Gambar 1.1 akan menyala saat menunjukkan lampu merah dan

lampu hijau. Namun ada pula beberapa countdown timer telah dimodifikasi

dengan menambahkan display pada 10 detik terakhir dengan running text yang

berisi kalimat peringatan. Dengan dipasangnya countdown timer, maka dapat

mengurangi ketidaktahuan pengendara atas waktu yang tersedia pada setiap fase

Page 2: S1-2014-297935-introduction_2

2

sehingga dapat mengambil keputusan kapan akan berjalan, memperlambat laju

kendaraan, dan kapan akan berhenti. Pada saat lampu hijau, pengendara dapat

mengetahui waktu krusial sebelum berganti fase merah dan pada saat lampu

merah, pengendara dapat bersiap siap sebelum lampu hijau (Lu dkk, 2007). Selain

itu, countdown timer juga dapat mengurangi kejenuhan pengendara saat

menunggu lampu merah (Zhang dkk, 2009).

Gambar 1.1 Traffic Light dengan Countdown Timer

Li, dkk (2009) mengungkapkan bahwa dengan dipasangnya countdown

timer pada setiap traffic light, maka dapat mengurangi delay atau berkurangnya

start-up lost time, yaitu waktu yang hilang antara mulainya lampu hijau dengan

kendaraan pertama yang melintas. Selain itu jumlah kendaraan yang melintas

pada satu siklus traffic light dapat bertambah. Namun belakangan ini, pemasangan

countdown timer justru dimaknai berbeda oleh sebagian pengendara. Waktu yang

tertera pada countdown timer tidak digunakan sebagai mana mestinya namun

justru banyak yang diabaikan. Berdasarkan data yang dimuat di harian Tribun

Jogja pada tanggal (10/02/2012) bersumber dari Satlantas Polresta Yogyakarta,

menyebutkan sejak November 2011 hingga Januari 2012 jumlah pelanggaran

kategori lampu merah tercatat menempati peringkat ketiga dengan persentase 14,9

% yaitu sebanyak 568 kasus. Data mengenai proporsi jenis pelanggaran di Kota

Yogyakarta disajikan pada Tabel 1.1.

Page 3: S1-2014-297935-introduction_2

3

Tabel 1.1 Proporsi Jenis Pelanggaran di Kota Yogyakarta (Nov 2011-Jan 2012)

Jenis Pelanggaran Jumlah Pelanggaran Persentase %

Rambu Rambu 2073 54.2

Pelanggaran Helm 1006 26.3

Lampu Merah 568 14.9

Melawan Arus 176 4.6

*Sumber: Harian Tribun Jogja (10/02/2012)

Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Purnomo Rahardjo

mengungkapkan, terdapat perbedaan pemaknaan di masyarakat mengenai

pemasangan alat hitung mundur. Menurutnya, fungsi countdown timer adalah

memberikan keterangan kepada pengguna jalan kapan kendaraan harus berhenti,

memperlambat laju kendaraan, atau mulai jalan. Namun saat ini, para pengguna

jalan cenderung memanfaatkan penghitungan mundur tersebut sebagai

kesempatan mempercepat laju kendaraan, akibatnya banyak terjadi pelanggaran

maupun konflik lalu lintas.

Cong, dkk (2012) mengungkapkan beberapa dampak yang disebabkan

oleh pemasangan countdown timer, misalkan pada akhir lampu merah ketika

memasuki 3 detik terakhir seharusnya digunakan untuk mempersiapkan diri

sebelum mulai berjalan. Namun faktanya banyak pengendara yang berada di

barisan depan traffic light melakukan early start (berjalan lebih dulu) walaupun

lampu masih merah. Selain itu, pada akhir fase hijau ketika waktu yang tertera

kurang dari 3 detik seharusnya pengendara berhati hati dan memperlambat laju

kendaraan. Namun fakta yang terjadi di lapangan ada sebagian pengendara yang

justru mempercepat laju kendaraan, bahkan ada juga ketika detik pada lampu

hijau menunjukkan angka 0 dan memasuki awal fase merah pengendara tetap

melaju melewati persimpangan.

Dinamika tersebut dapat terjadi karena persepsi seseorang terhadap adanya

countdown timer berbeda-beda, selain itu driving behavior juga sangat

berpengaruh dalam permasalahan tersebut. Sementara itu ada beberapa faktor

yang mempengaruhi driving behavior, yaitu fisik dan mental dari masing-masing

Page 4: S1-2014-297935-introduction_2

4

pengendara. Seseorang akan mengalami kejenuhan pada saat menunggu lampu

merah terlalu lama. Begitupun sebaliknya jika lampu hijau sangat cepat, maka

pengendara akan terburu-buru untuk melintas. Kejadian seperti itu dapat berakibat

pada near miss sehingga dapat membahayakan diri sendiri maupun pengendara

lain. Untuk menghindari hal hal tersebut maka perlu adanya perbaikan terhadap

sistem countdown timer ataupun traffic light yang sudah ada, serta melakukan

evaluasi terhadap driving behavior.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa

terdapat tiga jenis traffic light yang umum digunakan sebagai alat bantu lalu

lintas, yaitu non countdown timer, countdown timer tanpa running text, dan

countdown timer dengan running text. Oleh karena adanya variasi jenis

countdown timer di traffic light, maka perlu untuk dilakukan analisis mengenai

keefisienan lampu countdown timer sebagai alat bantu lalu lintas terhadap

perilaku pengendara yang merupakan faktor utama terjadinya pelanggaran di

simpang bersinyal. Selain itu, juga perlu adanya pemilihan desain countdown

timer yang sesuai diterapkan di Kota Yogyakarta.

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi yang diambil pada penelitian kali ini adalah:

1. Total durasi waktu pada setiap siklus traffic light nilainya sama.

Sementara, batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan pada traffic light dengan volume yang cukup

padat, dan disesuaikan dengan izin dari Dinas Perhubungan Kota

Yogyakarta.

2. Karena pada satu simpang hanya bisa dilakukan 2 skenario countdown

timer, maka pengambilan data dilakukan pada 2 jenis traffic light

dalam waktu 4 hari untuk masing-masing simpang karena keterbatasan

izin dari Dinas Perhubungan.

3. Kondisi cuaca saat dilakukan penelitian dalam kondisi tidak hujan.

Page 5: S1-2014-297935-introduction_2

5

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan countdown timer pada

traffic light.

2. Melakukan analisis terhadap driving behavior khususnya di

persimpangan dengan traffic light.

1.5 Manfaat Masalah

Manfaat yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian kali ini adalah

dapat menjadi masukan bagi otoritas terkait, dalam hal ini adalah Dinas

Perhubungan ataupun kepolisian dalam memilih rambu rambu lalu lintas yang

sesuai dengan driving behavior orang Indonesia khususnya di Kota Yogyakarta.