skripsipendidikanhome.files.wordpress.com · Web view2019-03-17 · MENINGKATKAN KEMAMPUAN...
Transcript of skripsipendidikanhome.files.wordpress.com · Web view2019-03-17 · MENINGKATKAN KEMAMPUAN...
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DI PAUD AL-IKHLAS MELALUI PENDEKATAN BIDANG
PENGEMBANGAN KOGNITIF
Yati Sugiati821887988
Abstrak
Berdasarkan observasi di PAUD Al – Ikhlas Kaduhejo Pandeglang, anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam aspek kognitifnya dalam kegiatan berhitung permulaan yang ditandai dengan kurang terampilnya siswa dalam pengembangan kemampuan kognitif dalam pembelajaran.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach) yaitu suatu penelitian yang bersifat meningkatkan praktek pembelajaran dikelas secara profesional guru. Data penelitian yang diperoleh melalui hasil observasi, catatan anekdot dan wawancara. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus 1 menunjukkan 20%, kemudian siklus 2 berubah signifikan menjadi 90%.Sekarang dapat peneliti simpulkan melalui kegiatan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pembelajaran Berhitung pemrulaan pada anak dalam rangka meningkatkan kemampuan kognitif di TK Al – Ikhlas Kaduhejo – Pandeglang mengalami peningkatan sekitar 90% menjadi acuan bagi peneliti untuk menerapkan kegiatan pembelajaran berhitung pemrulaan di kelas secara maksimal dalam rangka meningkatkan antusiasme anak juga kemampuan kognitif anak.
Kata Kunci : Kemampuan, Berhitung Permulaan, Kognitif
PENDAHULUAN
Kemampuan berhitung sangat penting bagi kehidupan manusia, berhitung sebagai
salah satu ilmu pengetahuan yang mampu mengembangkan pola pikir baik secara logika
maupun praktek. Dalam kemampuan berhitung tidah mudah diperoleh secara instan tetapi
berhitung membutuhkan proses sejak dini dan sebuah proses yang berkelanjutan.
Oleh sebab itu kegiatan pengembangan berhitung harus ditanamkan dan diajarkan
sejak dini, karena usia dini merupakan masa golden age dimana pada masa ini anak masih
peka terhadap rangsangan yang kita berikan. Dan pendidikan usia dini merupakan pondasi
awal atau pertama bagi pendidikan anak ke tingkat selanjutnya.
Pengembangan kegiatan berhitung permulaan pada anak usia dini bukanlah
kegiatan yang sukar dan membosankan apabila guru atau pendidik mampu mengemasnya
dengan baik, misalnya melalui beragam permainan dan beragam media yang variatif
sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
2
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat anak yang belum mampu berhitung dan
mendapatkan kesulitan dalam kegiatan berhitung dikarenakan cara mengajar atau metode
yang dipilih pendidik kurang tepat sehingga anak merasa tidak tertarik dan enggan untuk
belajar berhitung.
Dengan adanya permasalahan diatas maka peneliti mengadakan perbaikan baik
perbaikan metode atau media pembelajaran. Dalam mengembangkan berhitung
permulaan 1-10 pendidik menggunakan cara yang dikuasai oleh anak menempel bentuk
sesuai dengan jumlah, menebalkan angka, dan bermain kartu angka seingga anak-anak
mampu belajar berhitung dengan permulaan 1-10 dengan senang dan sesuai dengan
tingkat perkembangan usianya.
Berdasarkan permasalahan tersebut yang akan dijadikan bahan perbaikan dalam
kegiatan berhitung permulaan 1-10, maka dapat didapatkan perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berhitung permulaan 1-10?
2. Bagaimana hasil belajar anak pada kegiatan berhitung permulaan 1-10?
Berdasarkan permasalahan tersebut yang akan dijadikan bahan perbaikan dalam
kegiatan berhitung permulaan 1-10, maka dimaksudkan untuk tujuan yaitu sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan 1-10 melalui bidang
pengembangan kognitif.
Maka, penulis berharap perbaikan ini bermanfaat bagi :
1. Bagi Sekolah
Sekolah PAUD Al-Ikhlas meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berhitung
permulaan 1-10.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru agar lebih kreatif dalam memilih media
pembelajaran dan metode pembelajaran berhitung permulaan 1-10.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua agar lebih memahami pentingnya belajar berhitung sejak dini, sehingga
orang tua menyadari dan menitipkan anak-anaknya di sekolah TK.
3
Kajian PustakaMatematika permulaan memiliki pengertian yang beragam tergantung dari sisi
mana orang memandang, seperti pandangan yang dikemukakan Watson bahwa
matamatika adalah :
1. Aritmatika
2. Bahasa Sains
3. Logika, sains, ruang dan bilangan.
Pengertian Matamatika menurut pendapat Watson ini adalah matamatika kajian
darri struktur yang bersifat abstrak, matamatika adalah alat bantu dan pelayanan ilmu lain,
baik untuk kepentingan teoritis atau kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matamatika.
Menurut G.W. Leibniz (Dasar-dasar matamatika dan sains universitas terbuka)
Merupakan matamatikawan pertama yang mempelajari logika simbolik mengatakan
bahwa matamatika dapat dipelajari dengan menggunakan simbol-simbol yang mudah
dimengerti dan dipahami terutama oleh anak usia dini yang pola berpikirnya masih
membutuhkan simbol yang kongkret.
NAEYC (National Education For Young Children) mengemukakan bahwa anak
usia dini merupakan sekelompok individu yang berada pada usia 0-8 tahun (metode
pengembangan kognitif Universitas Terbuka)
Menurut definisi, anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini tumbuh dan berkembang
unik sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya meliputi aspek fisik, kognitif,
sosio emosional, bahasa dan seni.
Oleh karena itu kemampuan matamatika sangat dianjurkan dikenakan pada anak
usia dini karena pada masa ini anak masih dalam masa golden age atau masa keemasan
sehingga anak akan tumbuh dengan optimal.
Selain itu matamatika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasioanal yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan ( Balai
pustaka 2007)
Artinya matamatika ilmu tentang bilangan, matamatika merupakan ilmu
pengetahuan tentang bilangan atau angka yang berhubungan dengan konsep berhitung,
mengurutkan konsep bilangan atau mengelompokan bentuk geometri.
4
Definisi tersebut diatas, matamatika permulaan lebih memfokuskan pada
pemahaman dan memberikan pengalaman berhitung yang menyenangkan, matamatika
permulaan merupakan dasar perkembangan kognitif pada anak-anak usia dini yang
mengutamakan belajar seraya bermain, matamatika merupakan ilmu yang menarik bukan
ilmu yang membosankan.
Matematika permulaan adalah ilmu tentang bilangan. Dalam memberikan materi
matamatika permulaan pada usia dini haruslah kita memberikannya dengan media yang
bervariasi, metode yang menarik bagi anak, matamatika merupakan materi yang
menyenangkan.
Selain ilmu tentang bilangan matematika berhubungan erat dengan bidang kognitif
dan sains, meliputi mengelompokan bentuk geometri, mengenal panjang-pendek,
mengetahui nama-nama hari dan bulan, juga menunjukan dua kumpulan benda yang sama-
tidak sama, lebih banyak-lebih sedikit, (kurikulum TK 2004), contoh : mengelompokan
bentuk segi tiga yang jumlahnya 5 (lima).
Dalam memberikan kegiatan berhitung permulaan hendaknya guru memilih metode
dan media yang variatif yang mudah dipahami anak, diantaranya:
1. Media yang lebih variasi sehingga menarik minat belajar anak.
2. Metode yang diberikan tepat, sehingga dalam belajar anak-anak merasa bermain,
artinya bermain sambil belajar.
3. Pemberian tugas harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, contoh : Dalam
materi tema diri sendiri minggu pertama kita memberikan tugas menebalkan
angka.
2. Pengelolaan kelas harus tepat, sehingga anak merasa aman dan nyaman ketika
sedang kegiatan pembelajaran.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,
yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak
usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
5
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini
yaitu:
1. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga
memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1
adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
a. Infant (0-1 tahun)
b. Toddler (2-3 tahun)
c. Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)Early Primary School (SD Kelas Awal)
(6-8 tahun)
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf
pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara
bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf.Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan
kognitif ini adalah teori Piaget.Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun
1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah
seorang yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif.
Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran
struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya
tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang
ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari
6
pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif
melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk
membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan
lingkungan di sekitarnya.Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau
skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur
berpikir secara logis, kemudian berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan
umum).
Fase-fase Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Menurut Piaget “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif.
Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan
kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi
konkret, dan fase operasi formal”.
1. Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun)
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya,
terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan
mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan
dengan sensoris tersebut.Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah
sensorimotor.Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki
anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai
membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor,
seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai
menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat
dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.
Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya
terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran,
sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang
bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya
7
(menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengan tujuan yang
berbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya.
Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu
kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara
empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun)
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang
benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor,
akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini
rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses
berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang
memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun
kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat
clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara
egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia
2 - 4 tahun.
Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu
objek yang secara fisik tidak hadir.Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan
balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan
lainnya.Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara
sederhana.Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir
secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan
oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.Subfase berpikir
secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara
intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti
menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak
8
mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah.
Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang
apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun)
Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah
berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir
secara konkret.Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai
dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan
kemampuan berpikir secara deduktif.
4. Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara
berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan
proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk
membuktikan kebenaran hipotesis.
Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif
tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD
berada dalam fase praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya.
9
METODE PENELITIAN
A. Siklus Penelitian
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini dipilih subjek penelitian yaitu:
1. Lokasi : Komp.Ciputri, Kel. Ciputri, Kec. Kaduhejo, Kab. Pandeglang
Nama Sekolah : PAUD Al-Ikhlas
Kelompok : B
10
Tema : Diri Sendiri
Waktu : 08:00 s/d 10:00
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus mengikuti
tahapan perencanaan dan dilaksanakan dikelompok B PAUD Al-Ikhlas. Siklus
pertama mulai tanggal 25-29 Agustus 2014, adapun siklus ke kedua mulai tanggal
01-05 September 2014.
B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1. Pra siklus
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Peneliti membuat
rencana kegiatan pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat berhasil
dengan baik dan sesuai dengan harapan.
b. Melakukan Tindakan
Kegiatan Pra – Siklus dilaksanakan pada Hari Senin, 14 Juli 2014 peneliti
mengadakan kegiatan pengembangan dengan upaya mempersiapkan media
pembelajaran sesuai dengan perencanaan dimana dilakukan kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, istirahat dan kegiatan penutup.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan pada kegiatan pengembangan,
d. Refleksi
Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari observasi tentang kegiatan yang terjadi,
dimana peneliti dan teman sejawat melakukan diskusi dan evaluasi tentang
kegiatan pengembangan.
2. Siklus I
Pada tahapan Siklus I ini dilaksanakan pada Hari / Tanggal : Senin – Jum’at, 25
– 29 Agustus 2014, merupakan langkah untuk memulai penelitian berdasarkan
temuan masalah dan hasil refleksi prasiklus pada tahapan orientasi hasil menjadi
perencana pada siklus ini. “.
11
a. Rencana Pelaksanaan
Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam
melaksanakan langkah – langkah pembelajaran, Lembar evaluasi untuk
mengukur kemampuan siswa, Lembar Analisis untuk mencatat nilai, Lembar
Skenario Perbaikan untuk digunakan sebagai acuan dalam langkah – langkah
kegiatan dan Lembar Refleksi digunakan peneliti untuk merefleksi diri sesudah
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sebelum melaksanakan PTK, peneliti membuat rencana kegiatan
pembelajaran agar dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan dapat
berhasil dengan baik sesuai harapan.
Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan langkah
– langkah pembelajaran, Lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa, Lembar
Analisis untuk mencatat nilai, Lembar Skenario Perbaikan untuk digunakan sebagai acuan
dalam langkah – langkah kegiatan dan Lembar Refleksi digunakan peneliti untuk
merefleksi diri sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. ng permulaan 1 – 10 pada
anak PAUD Al-Ikhlas Kel B?
Rencana Kegiatan:
SKH
KePembukaan Inti Penutup
I 1. Menyebut nama
diri, orang tua,
dan alamat
rumah.
2. Menyanyikan
lagu “satu –
satu”.
1. Mengenal angka 1
dengan menggunakan
gambar yang jumlahnya
satu (satu).
2. Bermain plastisin
membuat orang
3. Mewarnai yang besar.
1. Mengulas
kegiatan hari
ini.
2. Tanya jawab.
II 1. Praktek
langsung senam
cerdas ceria.
1. Menggambar bebas.
2. Mewarnai gambar
rumah.
3. Mengenal angka 2
menggunakan kartu
1. Evaluasi.
2. Bernyanyi.
1 2 1 2
1 2 3 54
12
angka secara berurutan.
III 1. Praktek
langsung
menunjukan
gerakan
sederhana
seperti duduk,
jongkok,
berdiri.
1. Melipat satu tangan dari
kertas origami.
2. Menempel bentuk
segiempat yang
jumlahnya ada tiga.
3. Mewarnai gambar.
1. Evaluasi
kegiatan hari
ini.
2. Tanya jawab.
IV 1. Praktek
langsung
berjalan maju
pada garis lurus.
2. Menyanyikan
lagu satu – satu.
1. Mengenal konsep
bilangan dengan
lambang bilangan 1 –
4.
2. Mewarnai jari tangan.
3. Menempel bentuk
geometri menjadi orang.
1. Bercakap –
cakap.
2. Tanya jawab.
V 1. Tanya jawab
alamat rumah
dan sekolah.
1. Meronce dengan
menggunakan kertas.
2. Menempel bentuk segi
tiga yang jumlahnya 5.
Misal :
3. Bermain balok – balok.
1. Evaluasi
kegiatan hari
ini.
13
RANCANGAN SATU SIKLUS
SIKLUS : KEDUA
TEMA : DIRI SENDIRI
KELOMPOK : B
TANGGAL : 01 s/d 05 SEPTEMBER 2014
Tujuan Perbaikan : Meningkatkan kemampuan berhitung 1 – 10, melalui kegiatan
berhitung permulaan melalui Bidang Pengembangan Kognitif.
Identifikasi masalah:
1. Hasil belajar anak yang tidak sesuai dengan harapan guru, keengganan anak – anak
dalam kegiatan berhitung.
2. Media yang kurang variatif sehingga anak tidak bersemangat dalam belajar berhitung.
3. Tidak semua kemampuan berhitung pada diri anak sama.
4. Kurangnya konsentrasi ketika sedang belajar, terutama dalam kegiatan belajar
berhitung.
Analisa Maslah:
Dari ke-empat masalah yang teridentifikasi, maslah yang akan dipecahkan kurangnya
kemampuan anak dalam kegiatan belajar berhitung. Penyebab masalah tersebut kurnagnya
media dan tingkat perkembangan berhitung pada anak yang berbeda.
Perumusan Masalah :
Bagaimanakah upaya mengembangkan kemampuan berhitung permulaan 1 – 10 pada anak
PAUD Al-Ikhlas Kel B?
14
Rencana Kegiatan:
SKH
KePembukaan Inti Penutup
I 3. Praktek langsung
membaca syair
“satu – satu”.
4. Melipat kertas koran
membuat baju.
5. Menebalkan angka 6.
6. Mewarnai gambar segi
tiga yang besar.
3. Tanya jawab
4. Evaluasi.
II 2. Tanya jawab
fungsi anggota
tubuh.
Contoh: mata
untuk melihat.
4. Merobek dan
menempel kertas
origamipada gambar
buah jeruk.
5. Menebalkan angka 7.
6. Menggambar bebas.
3. Bernyanyi,
menyanyikan
lagu dua
mata saya.
4. Evaluasi.
III 2. Praktek langsung
menyanyikan
lagu “dua mata
saya”
4. Menebalkan angka 8.
5. Meronce dengan kertas
origami.
6. Membuat berbagai
bentuk dari plastisin.
3. Evaluasi
IV Praktek langsung
3. Berhitung 1 – 10
dengan
menggunakan jari
tangan.
4. Menggunting segi
empat
5. Menebalkan angka 9.
6. Mewarnai gambar.
3. Evaluasi.
V 2. Praktek 4. Menebalkan angka 10. 2. Evaluasi
15
langsung tanya
jawab fungsi
anggota tubuh.
5. Menjiplak gambar
lingkaran.
6. Menyusun balok –
balok.\
Komponen – Komponen Perencanaan
No Komponen Keterangan
1 RKH 1 (satu) set
2 Lembar Pengamatan Dibuat untuk siswa dan guru
3 Lembar Evaluasi Dibuat sejumlah siswa
4 Lembar Analisis Dibuat untuk siswa
5 Lembar Skenario Perbaikan Langkah – langkah kegiatan
6 Lembar Refleksi Digunakan sesudah pembelajaran
* Komponen – komponen yang dipersiapkan dalam siklus I dan siklus 2
Agar rencana perbaikan dapat terlaksana dengan baik, peneliti
menentukan langkah – langkah perbaikan pembelajaran pada lembar skenario
perbaikan untuk kegiatan mewarnai gambar dengan media sederhana, adapun
langkah – langkah perbaikan adalah sebagai berikut :
a) Peneliti membuat rencana perbaikan kegiatan sesuai dengan indikator dan
menyiapkan media.
b) Peneliti mengkondisikan posisi duduk anak yang disesuaikan dengan materi
kegiatan.
c) Peneliti menjelaskan judul kegiatan pada anak bahwa hari ini akan mewarnai
gambar yang disesuaikan dengan tema / subtema dan media yang bervariasi
setiap hari selama siklus 1.
d) Peneliti menggunakan media sebagai contoh dalam penjelasan materi
kegiatan pada anak untuk menstimulus antusiasme anak.
e) Peneliti membagikan media pada anak.
f) Peneliti menugaskan anak untuk melaksanakan kegiatan.
16
g) Peneliti melakukan penilaian proses kegiatan belajar anak dengan lembar
analisis.
h) Peneliti memberikan motivasi dan penguatan kepada anak yang memerlukan
bimbingan.
i) Peneliti memberikan reward sebagai umpan balik dan
mendokumentasikannya kedalam lembar evaluasi.
Pelaksanaan dalam meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 dilaksanakan
dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari lima hari
1. Siklus pertama dilaksanakan dikelompok B PAUD Al-Ikhlas mulai dari
hari Senin tanggal 25 Agustus 2014 sampai dengan hari jum’at tanggal 29
Agustus 2014.
a. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari pertama tanggal 25 Agustus
2014 adalah sebagai berikut :
1) Peneliti memberitahukan kepada anak-anak, bahwa hari ini akan diadakan
kegiatan berhitung 1-10 dan hari ini mengenal angka 1
2) Peneliti memperlihatkan contoh angka 1 yang ditulis di papan tulis.
3) Anak-anak memperhatikan penjelasan guru
4) Peneliti mengenalkan angka 1 dengan menggunakan media lingkaran.
5) Peneliti membuat lingkaran yang jumlahnya 1 lalu menulis angka 1
6) Anak-anak memperhatikan cara membuat lingkaran dan angka 1
7) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
nilai saran perbaikan.
8) Metode yang digunakan pada hari ini adalah pemberian tugas dan
instrument pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
9) Kekuatan peneliti dalam perbaikan berhitung hari ini adalah penguasaan
materi, penyebabnya adalah peneliti terlebih dahulu mempelajari materi
yang akan disampaikan.
b. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari kedua tanggal 26 Agustus
2014 adalah sebagai berikut:
17
1) Peneliti seperti biasa memberitahukan terlebih dahulu pada anak-anak
kegiatan pada hari ini yaitu masih kegiatan berhitung.
2) Peneliti menjelaskan bahwa pada hari ini belajar mengenal angka 2
dengan menggunakan media kartu angka.
3) Anak-anak memperhatikan penjelasan peneliti.
4) Peneliti memperlihatkan kartu angka 1 dan 2 lalu menempel kartu tersebut
secara berurutan 1-2-1-2.
5) Peneliti meminta salah satu anak untuk mengerjakan kegiatan menempel
didepan kelas.
6) Anak-anak menerima tugas mengenal angka 2
7) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
saran perbaikan.
8) Metode yang digunakan pada hari ini adalah metode pemberian tugas dan
instrument pengumpulan data adalah observasi studi dokumentasi.
9) Kekuatan saya karena telah mempersiapkan SKH dan kegiatan media
pembelajaran, sedangkan kelemahan peneliti dalam hal komunikasi
dengan anak.
c. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari ketiga rabu tanggal 27
Agustus 2014 adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberitahukan bahwa hari ini akan belajar berhitung angka 3
dengan menggunakan media bentuk segi 4 yang jumlahnya 3.
2) Anak-anak mendengarkan penjelasan peneliti.
3) Peneliti memperlihatkan bentuk segi 4 yang jumlahnya 3 lalu berhitung
bersama.
4) Setelah dihitung peneliti menempel bentuk segi 4 yang jumlahnya 3 pada
kertas HVS
5) Peneliti meminta salah satu anak untuk mengerjakan didepan kelas.
6) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
saran perbaikan.
7) Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan instrument
pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
18
8) Kekuatan peneliti karena dalam membuat SKH indikatornya sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, sedangkan kelemahan peneliti dalam
penggunaan media dan sumber belajar
d. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada hari keempat, kamis
tanggal 28 Agustus 2014.
1) Seperti biasa guru menjelaskan hari ini masih belajar berhitung dan
mengenal angka 4, dengan kegiatan menghubungkan lambang bilangan
dengan konsep bilangan.
2) Peneliti menulis kegiatan hari ini dipapan tulis.
3) Anak-anak memperhatikan.
4) Peneliti menghitung gambar lalu menghubungkan ke angka yang sesuai.
5) Peneliti meminta satu anak untuk menyelesaikan tugas dipapan tulis.
6) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
saran perbaikan.
7) Metode yang digunakan pemberian tugas dan instrument pengumpulan data
adalah observasi dan studi dokumentasi.
8) Kekuatan peneliti adalah telah menyediakan media pembelajaran, sedangkn
kelemahan peneliti adalah dalam mengelola kelas.
e. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari kelima jum’at tanggal 29
Agustus 2014 adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menjelaskan bahwa hari ini belajar berhitung mengenal angka 5
dengan menggunakan media segi tiga yang jumlahnya 5
2) Peneliti memperlihatkan bentuk segi 3 yang jumlahnya 5 dan berhitung
bersama.
3) Peneliti menempel bentuk segi 3 yang jumlahnya 5 pada kertas HVS.
4) Anak-anak menerima tugas menempel segi 3 yang jumlahnya 5.
5) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
saran perbaikan.
6) Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan instrument
pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
7) Kekuatan peneliti telah menyediakan SKH, sedangkan kelemahan peneliti
adalah dalam media pembelajaran.
19
2. Siklus ke-2 dilaksanakan dikelompok A PAUD Al-Ikhlas mulai hari Senin
tanggal 01 September 2014 sampai dengan hari jum’at tanggal 05 September
2014.
a. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari pertama senin tanggal 01
September 2014 adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberitahukan kepada anak-anak bahwa hari ini masih belajar
berhitung dan akan diadakan kegiatan belajar menebalkan angka 6.
2) Sebelum menebalkan peneliti mengulas kembali angka 1-5.
3) Anak-anak memperhatikan
4) Peneliti membuat angka 6 yang putus-putus atau belum sempurna
dipapan tulis.
5) Peneliti memberitahukan cara menebalkan angka 6 yang belum
sempurna.
6) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan memberikan
saran perbaikan.
7) Metode yang saya gunakan pada hari ini adalah pemberian tugas dan
instrument pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
8) Kekuatan peneliti ialah telah mempersiapkan SKH dan media
pembelajaran sesuai dengan indikator, adapun kelemahan peneliti yaitu
dalam hal komunikasi dengan anak.
b. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 02 September
2014 adalah sebagai berikut:
1) Peneliti seperti biasa memberitahukan bahwa hari ini akan belajar
berhitung angka 7
2) Peneliti mengulas kembali angka 1-6 yang sudah dipelajari.Anak-anak
mendengarkan penjelasan.
3) Peneliti membuat angka 7 yang putus-putus dipapan tulis.
4) Peneliti meminta salah satu anak untuk menebalkan angka 7 dipapan
tulis.
5) Tugas penilai satu dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan
memberikan saran perbaikan.
20
6) Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan instrument
pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
7) Kekuatan peneliti adalalah dalam merancang pembelajaran yaitu dengan
menyediakan media pembelajaran, adapun kelemahan peneliti adalah
dalam media dan sumber belajar.
c. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 03 September
2014
1) Peneliti memberitahukan bahwa hari ini belajar berhitung dengan
kegiatan menebalkan angka 8.
2) Peneliti mengulas kembali angka 1-7
3) Peneliti mebuat angka 8 yang belum sempurna.
4) Peneliti memberitahukan cara menebalkan angka
5) Anak-anak memperhatikan
6) Peneliti meminta salah satu anak untuk menebalkan angka 8.
7) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan
memberikan saran perbaikan.
8) Metode yang saya gunakan pemberian tugas dan instrument
pengumpulandata adalah observasi dan studi dokumentasi.
9) Kekuatan peneliti adalah telah menyediakan SKH dan media
pembelajaran, adapun kelemahannya adalah dalam penggunaan media
dan sumber belajar.
d. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 04
September 2014
1) Peneliti memberitahukan bahwa hari ini masih belajar berhitung dengan
kegiatan menebalkan angka 9.
2) Peneliti mengulas kembali angka 1-8
3) Peneliti mebuat angka 9 yang putus-putus dipapan tulis.
4) Peneliti memberitahukan cara menebalkan angka 9
5) Anak-anak memperhatikan
6) Peneliti meminta salah satu anak untuk menebalkan angka 8.
7) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan
memberikan saran perbaikan.
21
8) Metode yang saya gunakan pemberian tugas dan instrument
pengumpulandata adalah observasi dan studi dokumentasi.
9) Kekuatan peneliti adalah peneliti telah menyusun SKH dengan baik,
adapun kelemahannya adalah dalam pengelolaan kelas.
e. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 05
September 2014
1) Peneliti memberitahukan bahwa hari ini belajar berhitung dengan
kegiatan menebalkan angka 10.
2) Peneliti mengulas kembali angka 1-9 untuk melatih daya ingat anak-
anak
3) Peneliti mebuat angka 10 yang belum sempurna.
4) Peneliti memberitahukan cara menebalkan angka 10
5) Anak-anak memperhatikan
6) Peneliti meminta salah satu anak untuk menebalkan angka 10
7) Tugas penilai 1 dan 2 adalah menilai kegiatan berhitung dan
memberikan saran perbaikan.
8) Metode yang saya gunakan pada hari ini adalah pemberian tugas dan
instrument pengumpulan data adalah observasi dan studi dokumentasi.
9) Kekuatan peneliti adalah telah menyediakan sumber belajar, adapun
kelemahannya adalah kurang tersedianya media dan sumber belajar.
PEMBAHASAN
A. Deskripsi persiklus
Langkah-langkah yang ditempuh dalam scenario perbaikan dalam kegiatan berhitung
permulaan 1-10 siklus 1 dan 2 :
1. Guru memberitahukan pada anak-anak akan diadakan belajar berhitung 1-10
2. Guru mengenalkan angka 1-10 dipapan tulis
3. Guru menyediakan media pembelajaran untuk mengenal konsep angka, yaitu dengan
media bentuk gambar dan
4. Anak-anak duduk klasikal dikelompok masing-masing ketika pembelajaran
berlangsung.
5. Memberikan penilaian yang sesuai dengan perkembangan dan hasil yang dicapai
anak.
22
Pada hari pertama anak-anak masih belum memahami tentang angka hanya 30 % anak
yang mengetahui dan memahami angka, sisanya 70 % masih bingung belum memahami
angka, apalagi guru menggunakan media anak-anak masih belum paham.
Karena pada siklus pertama merupakan minggu pertama diawal tahun ajaran baru
maka pada siklus ke 2 peneliti mencoba mengadakan perbaikan pembelajaran. Pada siklus
ke-2 hampir 90 % anak-anak mampu menyelesaikan tugas dan mulai memahami angka 1-
10.
Keberhasilan pada siklus ke-2 karena pendidik :
a. mempelajari kesalahan siklus 1 dan memperbaikinya pada siklus ke-2.
b. Mengadakan perbaikan pengenalan angka yaitu selalu mengulas kembali angka-angka
yang sudah dipelajari sebelumnya.
c. Mengganti kegiatan belajar dengan menebalkan angka sehingga sehingga anak-anak
lebih focus.
d. Menciptakan suasana kelas yang nyaman.
23
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus
Pada hari pertama siklus pertama peneliti mengajarkan angka 1
menggunakan gambar lingkaran, karena ini merupakan awal sekolah, jadi anak-anak
belum memahami walaupun angka 1.
Pada hari ke-2 peneliti kembali menggunakan metode praktek langsung
mengurutkan angka 1-2-1-2 secara berurutan tetapi ada anak yang belum rapih dan betul
dalam menggunakan angka masih ada yang mengurutkan 1-1-2-2
Pada hari ke-3 anak-anak menempel bentuk segi empat yang jumlahnya
3.alhamdulilah ada sedikit peningkatan.
Pada hari ke-4 peneliti memberikan tugas menghubungkan konsep bilangan dan
lambing bilangan, pada hari ini ada penurunan karena anak masih belum memahami
konsep bilangan dengan lambang bilangan.
Pada hari ke-5 peneliti memberikan tugas menempel bentuk segi tiga yang
jumlahnya 5, alhamdulilah kembali ada peningkatan anak-anak yang menguasai.
Karena pada siklus pertama yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan peneliti,
kegiatan berhitung 1-10 akan dilanjutkan kembali pada siklus kedua.
Hasil Pengamatan pada siklus pertama, peneliti memperoleh data sebagai berikut :
100
80
70
60
50
40
30
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
24
Hari senin kemampuan anak untuk kegiatan berhitung permulaan 1-10 berkisar 30
%, hari selasa meningkat 40 %, hari rabu anak menunjukan peningkatan 20 % menjadi 60
%, Hari kamis ada penurunan menjadi 50 %, Alhamdulillah pada hari jum’at ada
peningkatan menjadi 70 %.
Karena hasil penelitian siklus pertama belum berhasil maka guru mengadakan
penelitian pada siklus ke-2, langkah-langkah yang ditempuh :
i. Guru memberikan penjelasan bahwa hari ini masih belajar berhitung.
ii. Metode yang diberikan pemberian tugas.
iii. Selalu mengulas kembali angka-angka sebelumnya.
Pada hari pertama siklus ke-2 diadakan pemberian tugas menebalkan angka 6,
masih sedikit anak yang mampu menyelesaikan tugas
Pada hari ke-2 pemberian tugas menebalkan angka 7 alhamdulillah ada sedikit
perubahan dan ada peningkatan anak-anak yang menguasai.
Hari ke-3 pemberian tugas menebalkan angka 8, Alhamdulillah ada sedikit
meningkat anak yang menguasai.
Hari ke-4 pemberian tugas menebalkan angka 9, alhamdulilah ada peningkatan.
Hari ke-5 pemberian tugas menebalkan angka 10, Alhamdulillah hampir seluruh
anak menguasai menebalkan angka 10.
Alhamdulillah pada hari ke-5 siklus ke-2 hampir semua anak mampu
melaksanakan tugas, mungkin selama 2 siklus anak-anak dilatih berhitung 1-10
alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan.
25
Adapun hasil data pada siklus ke 2, yaitu :
100
90
85
80
70
60
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
Hari senin kemampuan anak untuk kegiatan berhitung permulaan berkisar 60 %,
hari selasa peningkatan menjadi 70 %, hari rabu ada peningkatan 80 % hari kamis 85 %
dan hari jum’at Alhamdulillah telah mencapai 90 %.
Dengan melihat data diatas Alhamdulillah setelah diadakan perbaikan pada siklus
ke-2 harapan peneliti sudah tercapai walaupun belum sempurna.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi
dalam seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi
sosial, dimensi emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada
faktor lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia
dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa
ini masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang
paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan
pengalaman anak selanjutnya.
26
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 2 siklus maka diperoleh rata-
rata perkembangan kemampuan berhitung permulaan sebagai berikut :
Pada siklus 1 diperoleh rata-rata 70 % dan pafa siklus ke-2 diperoleh rata-rata 90
%, hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus kedua mengalami peningkatan.
Melihat hasil akhir dari perkembangan kemampuan berhitung permulaan pada
siklus ke-2 mencapai 90 %, anak-anak mampu menyelesaikan dan memahami berhitung
permulaan 1-10.
B. Saran-saran
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengalami hambatan sehingga penulis
memberikan saran yang diharapkan berguna baik bagi penulis maupun pembaca.
Selanjutnya saran yang bisa penulis sampaikan diantaranya:
A. Guru harus bisa atau mampu mengelola kelas dengan baik, agar anak merasa nyaman
dan senang ada di dalam kelas.
B. Guru harus mampu memilih media dan metode yang tepat dan variatif.
C. Untuk anak-anak, pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan tingkat usia dan
tingkat perkembangannya.
D. Diharapkan kepada kita semua untuk dapat memehami tentang kognitif
perkembangan anak usia dini, dan dapat menganalisis tentang perkembangan pada
anak usia dini.
E. Setiap anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahapannya. Dan
sebagai orang tua juga harus dapat memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Zaman, Badru, dkk. (2011). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka
Aisyah, Siti, dkk. (2010). Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
27
Departemen Pendidikan Nasional. (2006) kurikulum 2004 Standar Kompetensi
Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta :Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Wardhani, I.G.A.K, Kuswara Wihardit (2008). Peneliti Tindakan Kelas Cetakan
keempat. Modul IDIK 4008. Jakarta. Universitas Terbuka.