S-Mega Yolanda.pdf

103
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN PARENTING SELF-EFFICACY PADA IBU BEKERJA (The Relationship between Family Functioning and Parenting Self- Efficacy among Working Mothers) SKRIPSI MEGA YOLANDA 0806345146 FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM STUDI SARJANA REGULER DEPOK JULI 2012 Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Transcript of S-Mega Yolanda.pdf

Page 1: S-Mega Yolanda.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN

PARENTING SELF-EFFICACY PADA IBU BEKERJA

(The Relationship between Family Functioning and Parenting Self-

Efficacy among Working Mothers)

SKRIPSI

MEGA YOLANDA

0806345146

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI SARJANA REGULER

DEPOK

JULI 2012

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 2: S-Mega Yolanda.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN

PARENTING SELF-EFFICACY PADA IBU BEKERJA

(The Relationship between Family Functioning and Parenting Self-

Efficacy among Working Mothers)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

MEGA YOLANDA

0806345146

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI SARJANA REGULER

DEPOK

JULI 2012

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 3: S-Mega Yolanda.pdf

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 4: S-Mega Yolanda.pdf

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 5: S-Mega Yolanda.pdf

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala

kelancaran yang diberikan-Nya sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik.

Sangat banyak pihak-pihak yang telah membantu saya dalam meyelesaikan skripsi

ini. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dra. Erida Rusli M.Si dan Dra. Sugiarti A. Musabiq M.Kes sebagai

pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan yang sangat

berarti selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Patricia S.Psi.,M.Psi dan Stepahie Yuanita S.Psi.,M.Psi sebagai

pembimbing akademik yang telah banyak membantu saya selama

perkuliahan di Psikologi.

3. Prof. Hera L.Mikarsa dan Fivi Nurwianti S.Psi.,M.Psi sebagai penguji

yang telah banyak memberi masukan.

4. Kedua orangtua yang telah membesarkan saya, memberikan dukungan,

dan doa yang tidak putus-putusnya bagi saya, serta dua orang kakak

saya, Da Niko dan Uni Riri, yang telah membantu saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Uni Nensi dan Uni Nadia yang telah banyak

membantu. Teman-teman sepayung Rinda, Fitri, Asih, Cendra, Selvina,

Usie, Junisi.

5. Kawan-kawan yang selama ini menjalani suka dan duka bersama di

psikologi Zi, Puput, Rika, Prisil, Kak Ewit, Kak Staniah, Kak Muti dan

teman-teman Psikomplit lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per

satu.

6. Teman-teman Urwatul Wutsqa yang saling mendukung untuk berjuang

menggapai mimpi-mimpi kita bersama.

Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada banyak orang dan bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 02 Juli 2012

Mega Yolanda

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 6: S-Mega Yolanda.pdf

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 7: S-Mega Yolanda.pdf

vi

ABSTRAK

Nama : Mega Yolanda Program Studi : Psikologi Judul : Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga dan Parenting

Self-efficacy pada Ibu Bekerja

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Partisipan penelitian ini adalah sebanyak 128 orang ibu bekerja yang tersebar di Jabodetabek. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) berdasarkan The McMaster Model of Family Functioning yang dikembangkan oleh Epstein et al. (1983). Parenting self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur Parenting Sense of Competence (PSOC) subskala efficacy yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja ( r = 0.203, p = 0.022, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin efektif keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi parenting self-efficacy pada ibu bekerja.

Kata Kunci : Keberfungsian Keluarga, Parenting Self-efficacy, The McMaster Model of Family Functioning

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 8: S-Mega Yolanda.pdf

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Mega Yolanda Program of Study : Psychology Title : Relationship Between Family Functioning and Parenting

Self-Efficacy among working Mothers

This research was conducted to investigate relationship between family functioning and parenting self-efficacy among working mothers. Paticipants of this research were 128 working mothers in Jabodetabek. Family Functioning was measured using Family Assessment Device (FAD) based on The McMaster Model of Family Functioning who developed by Epstein et.al (1983). Parenting Self-Efficacy was measured by efficacy subscale of Parenting Sense of Competence (PSOC) who developed by Johnston dan Mash (1989). The result of this research showed that family functioning positively correlated significantly with parenting self-efficacy among working mothers ( r = 0.203, p = 0.022, significant at L.o.S 0.05). This result mean, the more effective family functioning, the higher parenting self-efficacy among working mothers. Key words : Family Funtioning, Parenting Self-efficacy, The McMaster Model of Family Functioning

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 9: S-Mega Yolanda.pdf

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………............ HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………. ABSTRAK ………………………………………………………………… ABSTRACT ………………………………………………………………. DAFTAR ISI …………………………………………………………........ DAFTAR TABEL ………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………..

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1.2 Masalah Penelitian …………………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………..

1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………… 1.4.2 Manfaat Praktis ……………………………………….............

1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………….. BAB 2 LANDASAN TEORI ……………………………………………. 2.1 Keberfungsian Keluarga ……………………………………………. 2.1.1 Definisi Keberfungsian Keluarga ……………………………. 2.1.2 Faktor-faktor yang Terkait dengan Keberfungsian Keluarga... 2.1.3 Pengukuran Keberfungsian Keluarga ……………………….. 2.1.4 McMaster Model of Family Functioning ……………………. 2.1.5 Dimensi Keberfungsian Keluarga…………………………….. 2.1.5.1 Penyelesaian Masalah ………………………………… 2.1.5.2 Komunikasi …………………………………………… 2.1.5.3 Peran ……………………………………………........ 2.1.5.4 Responsivitas Afektif ……………………………….. 2.1.5.5 Keterlibatan Afektif …………………………………. 2.1.5.6 Kontrol Perilaku ………………………………………

2.2 Parenting Self-Efficacy …………………………………………………….. 2.2.1 Definisi Parenting Self-Efficacy ………………………………. 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Parenting Self-Efficacy….. 2.2.3 Peran Parenting Self-efficacy terhadap Perilaku Pengasuhan …

2.2.4 Pengukuran Parenting Self-efficacy………………………………. 2.3 Ibu Bekerja ………………………………………………………….. 2.3.1 Alasan Ibu Bekerja …………………………………………… 2.3.2 Peran Ganda Ibu Bekerja …………………………………….. 2.3.3 Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Anak ………………………..

i ii iii iv v vi vii viii xi xii 1 1 7 7 7 7 7 8 9 9 9 10 11 12 13 14 15 15 16 17 18 19 19 20 23 24 25 25 26 28

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 10: S-Mega Yolanda.pdf

ix Universitas Indonesia

2.3.4 Ibu Bekerja dan Keluarga ……………………………………. 2.4 Dinamika Hubungan Keberfungsian Keluarga dan Parenting

Self-Efficacy……………………………………………………………….. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 3.1 Masalah Penelitian ………………………………………………….. 3.1.1 Masalah Konseptual…………………………………………… 3.1.2 Masalah Operasional………………………………………….. 3.2 Hipotesis Penelitian…………………………………………………… 3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)……………………………………… 3.2.2 Hipotesis Null (Ho) …………………………………………… 3.3 Variabel Penelitian ………………………………………………….. 3.3.1 Variabel Pertama: Keberfungsian Keluarga …………………... 3.3.1.1 Definisi Konseptual ……………………………............ 3.3.1.2 Definisi Operasional ………………………………….. 3.3.2 Variabel Kedua: Parenting Self-Efficacy ……………………… 3.3.2.1 Definisi Konseptual ………………………………….. 3.3.2.2 Definisi Operasional …………………………………... 3.4 Tipe dan Desain Penelitian ………………………………………….. 3.4.1 Tipe Penelitian ………………………………………………… 3.4.2 Desain Penelitian ……………………………………………… 3.5 Partisipan Penelitian ………………………………………………… 3.5.1 Karakteristik Partisipan Penelitian ……………………………. 3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel …………………………………. 3.5.3 Jumlah Sampel ………………………………………………… 3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………………… 3.6.1 Alat Ukur Keberfungsian Keluarga…………………………… 3.6.1.1 Metode Scoring ………………………………………. 3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur ………………………………….. 3.6.2 Alat Ukur Parenting Self-efficacy …………………………… 3.6.2.1 Metode Scoring …………………………………………….

3.6.2.2 Uji Coba Alat Ukur …………………………………… 3.7 Data Partisipan ………………………………………………………

3.8 Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 3.8.1 Tahap Persiapan ………………………………………………. 3.8.2 Tahap Pelaksanaan ……………………………………………. 3.8.3 Tahap Pengolahan Data ………………………………………

3.9 Metode Pengolahan Data …………………………………………… 3.9.1 Metode dan Teknik Statistik yang Digunakan ………………. 3.9.2 Rencana Analisis Statistik …………………………………….

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA ………………………………… 4.1 Gambaran Umum Penelitian …………………………………………. 4.1.1 Gambaran Penyebaran Demografis Partisipan Penelitian …….. 4.1.2 Gambaran Keberfungsian Keluarga ………………………….. 4.1.3 Gambaran Parenting Self-Efficacy ……………………………….. 4.2 Hubungan Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-Efficacy pada

Ibu Bekerja..........................................................................................

30 31 34 34 34 34 34 34 35 35 35 35 35 35 35 35 36 36 36 36 36 37 38 38 38 40 41 43 44 44 45 45 45 46 46 47 47 47 49 49 49 52 55 56

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 11: S-Mega Yolanda.pdf

ix Universitas Indonesia

4.3 Gambaran Variabel Berdasarkan Data Demografis Partisipan……… BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ……………………..

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 5.2 Diskusi Hasil Penelitian ……………………………………………… 5.3 Saran ………………………………………………………………..

5.3.1 Saran Metodologis …………………………………………… 5.3.2 Saran Praktis ………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… LAMPIRAN ……………………………………………………………….

57 59 59 60 63 63 64 65 69

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 12: S-Mega Yolanda.pdf

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Dimensi Alat Ukur Family Assessment Device (FAD) ……….. Tabel 3.2 Pembagian item favorable dan item unfavorable ……………….. Tabel 3.3 Rencana Analisis Statistik …………………………………….. Tabel 4.1 Gambaran Demografis Partisipan Penelitian …………………. Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Keberfungsian Keluarga ………………….. Tabel 4.3 Kategori Tingkat Keberfungsian Keluarga ……………………. Tabel 4.4 Kategori Setiap Dimensi keberfungsian Keluarga ……………. Tabel 4.5 Deskriptif Statistik Parenting Self-Efficacy …………………… Tabel 4.6 Kategori Tingkat Parenting Self-efficacy ……………………… Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Korelasi antara Keberfungsian Keluarga

dan Parenting Self-Efficacy ……………………………………. Tabel 4.8 Gambaran Hubungan Variabel dengan Data DemografisPartisipan…………………………………………..

39 41 48 49 52 53 53 55 55 56 57

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 13: S-Mega Yolanda.pdf

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A ………………………………………………………......

A.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Keberfungsian Keluarga…………………………………………………………….

A.1.1 Hasil uji reliabilitas dan validitas uji coba 1…………………. A.1.2 Hasil uji reliabilitas dan validitas uji coba 2 …………………

A.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Parenting Self-Efficacy …………….. LAMPIRAN B ……………………………………………………………

B.1 Hasil Korelasi antara Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-Efficacy pada Ibu Bekerja …………………………..

LAMPIRAN C …………………………………………………………… C.1 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Data Partisipan ………………………………………………………….

C.1.1 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Usia………. C.1.2 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Urutan Kelahiran ……………………………………………..

C.1.3 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Pendidikan ……………………………………………………

C.1.4 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Pekerjaan …………………………………………………….. C.1.5 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Penghasilan …………………………………………………… C.1.6 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Usia Pernikahan ………………………………………………. C.1.7 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak …………………………………………………… C.1.8 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ……………………………………………. C.1.9 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jam Kerja/Minggu …………………………………………….

C.1.10 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Anggota Keluarga …………………………………………

C.2 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Data Partisipan……… C.2.1 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Usia ………...

C.2.2 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Urutan Kelahiran …………………………………………… C.2.3 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Pendidikan …………………………………………………… C.2.4 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan

Pekerjaan ………………………………………………........ C.2.5 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Penghasilan ………………………………………………….

69 69 69 71 73 74 74 75 75 75 76 76 77 78 78 79 79 80 80 81 81 82 83 84 84

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 14: S-Mega Yolanda.pdf

xiii Universitas Indonesia

C.2.6 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Usia Pernikahan ……………………………………………..

C.2.7 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jumlah Anak ………………………………………………… C.2.8 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Anak …………………………………………

C.2.9 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jam Kerja/Minggu …………………………………………….

C.2.10 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Anggota Keluarga ………………………………………….

85 86 86 87 87

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 15: S-Mega Yolanda.pdf

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 16: S-Mega Yolanda.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan pendidikan saat ini, selain

sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah

tangga, banyak wanita yang juga bekerja di luar rumah. Selama abad ke-20,

terjadi peningkatan pada jumlah wanita yang berkerja. Jumlah wanita yang

bekerja di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 40,74 juta jiwa, dengan jumlah

pekerja pada usia reproduktif sekitar 25 juta jiwa (Kompas, September 2011).

Pada masa awal dimana wanita mulai masuk ke dunia kerja, alasan utama mereka

adalah untuk mendapatkan tambahan penghasilan bagi keluarga. Namun

demikian, seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan wanita saat ini,

mencari nafkah bukanlah satu-satunya alasan yang membuat seorang wanita

memilih untuk bekerja di luar rumah. Dengan bekerja, seorang wanita bisa

memenuhi kebutuhannya untuk beraktualisasi, mengembangkan pertemanan lebih

banyak dan mengisi waktu ketika anak mulai sekolah, serta bisa menambah biaya

untuk kebutuhan pribadi mereka tanpa harus tergantung pada suami (Bird &

Melville, 1994; Hoffman & Nye, 1984; Jiwa, 1997; Papalia,Olds, & Feldman,

2009; Veigh,2006).

Ketika seorang wanita memilih untuk tetap bekerja disamping menjadi

ibu rumah tangga, peran yang harus diemban menjadi lebih banyak dibandingkan

ibu yang tidak bekerja. Sebagai seorang wanita yang bekerja, mereka juga

memiliki tanggung jawab sebagai seorang istri, sebagai ibu dari anak-anak, dan

mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya. Tanggung jawab-tanggung jawab yang

harus dijalani ibu menjadi lebih banyak dan bisa melebihi kapasitas yang

dimiliknya, baik itu kapasitas waktu maupun tenaga. Selain itu, seorang ibu

bekerja juga rentan dalam mengalami konflik peran yang harus dijalaninya,

misalnya ketika ibu harus bekerja sampai larut malam pada waktu dimana ibu

harusnya menemani anaknya belajar.

Seorang ibu yang bekerja, sering merasa khawatir tidak bisa menyediakan

waktu yang cukup untuk anak-anak mereka. Ibu merasa bahwa perannya sebagai

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 17: S-Mega Yolanda.pdf

2

Universitas Indonesia

seorang yang bekerja akan mengganggu perkembangan anak dan menghasilkan

pengasuhan anak yang tidak adekuat (Bird & Melville, 1994). Ketika ibu bekerja,

waktu yang disediakan untuk anak memang menjadi lebih sedikit dibandingkan

ibu yang tidak bekerja. Beberapa penelitian yang ada, seperti yang dilakukan oleh

National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) dan

National Longitudinal Survey of Youth (NLSY) menunjukkan hasil bahwa

terdapat efek negatif pada perkembangan kognitif anak yang ibunya kembali

bekerja secara penuh pada tahun-tahun pertama setelah melahirkan (Papalia,Olds,

& Feldman, 2009).

Tidak semua ibu bekerja menimbulkan efek yang negatif kepada anak

karena peran ganda yang harus dijalaninya. Beberapa ibu bisa menjalankan peran

gandanya sekaligus dengan baik. Saat ini banyak ibu yang sukses di pekerjaannya

dan sukses mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang yang hebat. Ibu-ibu

tersebut mampu memberikan pengasuhan yang adekuat pada anak-anak di tengah

kesibukannya bekerja di luar rumah dengan menyediakan lingkungan yang

terstimulasi, menjaga komunikasi yang baik dengan anak-anak, menjadikan

dirinya contoh dan teladan bagi anak-anak dalam berperilaku dan

bertanggungjawab, serta melakukan pendelagasian tanggungjawab pada anak-

anak yang lebih besar untuk melatih mereka menjadi pribadi yang bertanggung

jawab (“Profil Alm Yoyoh Yusroh”, 2011). Terkadang, ibu bekerja yang

memperhatikan kualitas waktu bersama anak merupakan orangtua yang lebih baik

dibandingkan ibu yang selalu berada di rumah (Aiken, 2002).

Adanya ibu bekerja yang sukses dalam menjalankan peran gandanya

tersebut menunjukkan bahwa dampak dari ibu bekerja tidak selalu negatif.

Kemampuannya untuk bisa mengasuh anak-anaknya bisa dipengaruhi oleh

keyakinan yang dimilikinya dalam menjalankan peran sebagai ibu. Seorang

psikolog bernama Lois Hoffman (1989, dalam Bird & Melville, 1994), telah

melakukan studi tentang pengaruh pekerjaan ibu terhadap anak selama lebih dari

30 tahun. Dia menyimpulkan bahwa ketika orangtua sensitif terhadap kebutuhan

anak, memberikan kasih sayang yang konsisten, dan menyediakan pengasuh

pengganti, perkembangan anak tidak menjadi terganggu. Kapasitas ibu yang

mampu beradaptasi dengan keterampilan-keterampilan menjadi orangtua seperti

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 18: S-Mega Yolanda.pdf

3

Universitas Indonesia

responsif terhadap kebutuhan anak, menyediakan stimulasi, dan menyediakan

lingkungan pengasuhan yang mendukung perkembangan anak, sangat berkaitan

erat dengan adanya parenting self-efficacy yang tinggi (Coleman & Karraker,

2000).

Parenting self-efficacy merupakan keyakinan yang merujuk kepada

perasaan kompetensi dalam peran sebagai orangtua, atau persepsi orangtua atas

kemampuannya untuk memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku dan

perkembangan anak (Coleman & Karraker, 2000). Berbagai penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa, parenting self-efficacy yang tinggi

dapat memprediksi tingkat kepekaan orangtua terhadap kebutuhan anak,

keterikatan dalam interaksi langsung sebagai orangtua, kemampuan coping yang

aktif sebagai orangtua (Coleman & Karraker, 2000), dan berhubungan dengan

persepsi yang tidak berlebihan terhadap masalah perilaku pada anak (Johnston &

Mash, 1989). Orangtua dengan parenting self-efficacy yang tinggi memiliki

kemungkinan yang lebih besar untuk melihat proses membesarkan anak sebagai

tantangan dibandingkan sebagai ancaman, percaya kepada kemampuan yang

dimilikinya, menunjukkan ketekunan dalam menghadapi kesulitan, dan lebih

jarang mengalami stres dalam menghadapi tuntutan sebagai orangtua (Sansom,

2010). Sedangkan parenting self-efficacy yang rendah berhubungan dengan

tingkat depresi pada orangtua (Cutrona & Troutman, 1986), persepsi orangtua

terhadap anak yang sulit, tingginya tingkat stres pada orangtua (Coleman &

Karraker, 2000) dan keyakinan orangtua tentang adanya masalah perilaku pada

anak (Johnston & Mash, 1989).

Sehubungan dengan ibu yang bekerja, masih sedikit penelitian yang

melihat parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki peran ganda (Osman,

2009). Ketika seorang ibu memiliki peran sebagai wanita yang bekerja dan ibu

rumah tangga sekaligus, parenting self-efficacy dapat memberikan pengaruh pada

kemampuan ibu untuk menjalankan kedua peran ini. Ibu bekerja yang memiliki

keyakinan atas kemampuannya untuk menjalankan perannya sebagai orangtua

memiliki pengaturan rumahtangga yang baik dan dapat memberikan pengaruh

yang positif terhadap kemampuannya dalam mengasuh anak. Selain itu, adanya

parenting self-efficacy, akan membuat ibu bekerja tidak mudah stres dalam

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 19: S-Mega Yolanda.pdf

4

Universitas Indonesia

menjalankan perannya sebagai orangtua (Coleman & Karraker, 1997). Bandura

(1997, dalam Salonen, Kaunonen, Astedt-Kurki, Jarvanpaa, Isoaho, & Tarkka,

2009) juga mengatakan bahwa parenting self-efficacy yang tinggi dapat

mendorong dan menuntun orangtua dalam menjalankan peran tersebut sehingga

membuat mereka terus berusaha dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Sifat orangtua, kondisi anak, dan kondisi lingkungan merupakan beberapa

faktor yang memiliki pengaruh terhadap tingkat parenting self-efficacy (Salonen

et al., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salonen et al (2009)

kepada ibu yang baru melahirkan, keberfungsian keluarga merupakan bagian dari

lingkungan yang berpengaruh secara signifikan kepada parenting self-efficacy ibu.

Penelitian ini selanjutnya menemukan bahwa keberfungsian keluarga yang lebih

baik dan kesehatan keluarga berhubungan dengan parenting self-efficacy yang

lebih tinggi (Salonen et al., 2009). Selain itu, keberfungsian keluarga merupakan

salah satu faktor yang dapat memprediksi parenting self-efficacy pada ibu maupun

ayah.

Keberfungsian keluarga adalah sejauh mana interaksi keluarga dalam

menjalankan tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan kesejahteraan dan

perkembangan sosial, fisik, dan psikologis masing-masing anggotanya. Konsep

keberfungsian keluarga yang dikemukakan oleh Epstein, Baldwin, dan Bishop

(1983) yang dikenal dengan The McMaster Model of Family Functioning,

menyatakan bahwa keberfungsian keluarga sangat berhubungan dengan perangkat

sistematis dan transaksional dibandingkan dengan karakteristik intrapsikis

masing-masing individu anggota keluarga. Struktur keluarga dan proses interaksi

yang terjadi di antara anggota dalam keluarga merupakan sesuatu yang penting

yang mempengaruhi keberfungsian keluarga tersebut.

Menurut Gage et al. (2006, dalam Salonen et al., 2009), keluarga

merupakan institusi sosial utama dimana proses parenting berlangsung.

Selanjutnya, Ferketisch & Mercer (1995, dalam Salonen et al., 2009) mengatakan

bahwa keluarga merupakan sebuah sumber dari proses parenting, tetapi situasi

keluarga juga bisa menjadi sumber dari stres. Oleh karena itu, kesejahteraan

keluarga merupakan prediktor yang potensial pada parenting self-efficacy. Di

dalam keluarga yang berfungsi dengan baik, terjalin interaksi yang baik antara

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 20: S-Mega Yolanda.pdf

5

Universitas Indonesia

anggota keluarga. Terlebih lagi bagi keluarga dimana suami dan istri bekerja,

dukungan yang diberikan dalam keluarga berpengaruh kepada parenting self-

efficacy mereka sebagai orangtua maupun kepada kemampuan mereka menjaga

kesejahteraan keluarga. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan keluarga pada

ibu bekerja adalah bantuan dari suami dalam mengerjakan pekerjaan rumah

tangga. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan

bahwa bantuan suami sangat membantu ibu bekerja dalam menjalankan tanggung

jawabnya dengan baik (Osman, 2009). Keterlibatan suami yang lebih banyak

dalam mengasuh anak ketika ibu bekerja merupakan salah satu contoh konkret

dukungan dalam keluarga.

Selain itu, keberfungsian keluarga memberikan pengaruh kepada

perkembangan self-efficacy seseorang (Lian & Lin, 2010). Penelitian yang

dilakukan oleh Robitschek dan Kashubeck (1999, dalam Lian & Lin, 2010)

menemukan bahwa keberfungsian keluarga yang efektif menghasilkan self-

efficacy yang lebih baik dan lebih tinggi. Sebuah keluarga yang kuat akan selalu

memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarganya dalam menghadapi

kejadian-kejadian yang mereka lalui sepanjang hidup dan bisa menyelesaikan

konflik dengan menggunakan keterampilan penyelesaian masalah yang baik

daripada saling meyalahkan (Lian & Lin, 2010). Keberfungsian keluarga yang

efektif ini bisa menghasilkan keyakinan yang kuat pada ibu bekerja terhadap

kemampuannya sebagai orangtua.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Salonen et al(2009), masih

terbatas pada hubungan keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada

ibu yang baru melahirkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat hubungan

keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Seperti yang

telah dijelaskan diatas, banyak faktor yang mempengaruhi parenting self-efficacy

pada ibu, termasuk pada ibu bekerja. Terdapat beberapa kasus dimana ibu bekerja

merasa tidak percaya diri dan rendah diri dalam melaksanakan perannya dalam

pengasuhan. Hal ini bisa disebabkan karena ibu seringkali membandingkan

dirinya dengan ibu lain dalam peran pengasuhan. Seorang tokoh bernama

Elizabeth Pantley yang menulis buku Perfect Parenting menyatakan bahwa

merupakan hal yang biasa jika seorang ibu sering membandingkan dirinya dengan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 21: S-Mega Yolanda.pdf

6

Universitas Indonesia

ibu lain yang dilihatnya di tempat umum (“Bersaing Positif dalam Mengasuh

Anak”, 2009), salah satunya adalah di tempat kerjanya sendiri. Proses

membanding-bandingkan inilah yang terkadang bisa menyebabkan ibu merasa

rendah diri. Ibu merasa tidak bisa melakukan perannya sebagai orangtua sebaik

yang dilakukan oleh teman di tempat kerjanya. Parenting self-efficacy juga

sangat berkaitan dengan pribadi individu orangtua, sedangkan untuk membentuk

sebuah keluarga yang berfungsi dengan baik dibutuhkan interaksi yang baik

antara anggota dalam keluarga. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, bisa

terlihat adanya ibu yang merasa memiliki keyakinan yang tinggi terhadap

kemampuannya dalam mengasuh anak, tetapi interaksi antara suami dan istri tidak

begitu lancar karena keduanya sama-sama sibuk bekerja. Hal seperti ini bisa saja

kita temukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keberfungsian

keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, ibu yang bekerja

memiliki peran yang lebih banyak dari pada ibu yang tidak bekerja, yaitu sebagai

ibu rumahtangga dan sebagai wanita yang bekerja di luar rumah. Hal ini bisa

menyebabkan stres pada ibu dan kekhawatiran tidak bisa memberikan pengasuhan

yang adekuat kepada anaknya. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengurus

rumah tangga dan mengasuh anak pun menjadi berkurang. Tetapi, beberapa

penelitian sebelumnya menemukan bahwa jika ibu bisa beradaptasi dengan

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan sebagai orangtua seperti responsif

terhadap kebutuhan anak, menyediakan stimulasi, dan mengembangkan

lingkungan yang mendukung, maka ibu yang bekerja tetap bisa memberikan

pengasuhan yang baik untuk perkembangan anaknya. Hal ini berkaitan erat

dengan parenting self-efficacy, yang merupakan keyakinan yang dimiliki oleh

orangtua untuk memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak.

Parenting self-efficacy pada orangtua bisa dipengaruhi oleh keadaan keluarga di

mana proses pengasuhan tersebut berlangsung. Keluarga yang berfungsi efektif

akan membantu ibu bekerja dalam meningkatkan keyakinannya dalam perannya

sebagai orangtua. Akan tetapi, banyak hal yang bisa mempengaruhi self efficacy

sebagai orangtua, termasuk bagi ibu yang bekerja. Keluarga yang berfungsi efektif

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 22: S-Mega Yolanda.pdf

7

Universitas Indonesia

belum tentu bisa meningkatkan parenting self efficacy pada ibu, sehingga

penelitian ini perlu untuk dilakukan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti akan melihat hubungan

antara keberfungsian keluarga dengan parenting self-efficacy pada ibu yang

bekerja. Untuk mengukur keberfungsian keluarga, peneliti menggunakan alat ukur

Family Assessment Device (FAD) yang dikembangkan oleh Epstein,et al. (1983).

Untuk mengukur parenting self-efficacy, peneliti menggunakan alat ukur

Parenting Sense of Competence (PSOC) subskala efficacy yang direvisi dan

diadaptasi oleh Johnston dan Mash (1989).

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, permasalahan

yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

“ Apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan parenting

self-efficacy pada ibu yang bekerja? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian

keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu yang bekerja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai

konsep keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy.

2. Penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan mengenai hubungan

antara keberfungsian keluarga dengan parenting self-efficacy.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi ibu bekerja: memberi masukan tentang pentingnya parenting self-

efficacy dan menyeimbangkan peran sebagai ibu bekerja yang memiliki

peran ganda agar keluarga dapat berfungsi dengan efektif.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 23: S-Mega Yolanda.pdf

8

Universitas Indonesia

2. Bagi konselor: memberi informasi mengenai aspek-aspek parenting

self-efficacy dan membantu ibu bekerja meningkatkan keberfungsian

keluarga.

1.5 Sistematika penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Penjelasan mengenai kisi-kisi

dari setiap bab dijelaskan sebagai berikut:

Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang yang membahas

fenomena ibu bekerja dan kaitannya dengan parenting self-efficacy serta

keberfungsian keluarga, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 merupakan landasan teori. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai

teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan antara

lain teori yang membahas tentang ibu bekerja, parenting self-efficacy, dan

keberfungsian keluarga.

Bab 3 berisi tentang metode penelitian.Pada bab ini akan dibahas

mengenai metode penelitian yang digunakan berupa masalah, hipotesis, variabel,

tipe dan desain, partisipan, dan instrument penelitian. Selain itu akan dijelaskan

juga mengenai alat ukur yang digunakan dalam penelitian dan prosedur penelitian.

Bab 4 merupakan analisis data. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai

hasil penelitian berupa gambaran umum tentang partisipan penelitian, hubungan

antara keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy, dan hasil tambahan lain

yang didapat dari penelitian.

Bab 5 merupakan kesimpulan, diskusi, dan saran. Pada bab 5 akan

dijelakan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi data, serta

diskusi mengenai hasil penelitian yang didapat dan saran-saran untuk penelitian

yang akan datang.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 24: S-Mega Yolanda.pdf

9 Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Teori-teori tersebut mencakup variabel keberfungsian keluarga,

McMaster Model of Family Functioning (MMFF), variabel parenting self-

efficacy, serta seputar ibu bekerja dan peran gandanya.

2.1 Keberfungsian Keluarga

2.1.1 Definisi Keberfungsian Keluarga

Selama lebih dari dua dekade, ketertarikan para ahli terhadap terapi

keluarga semakin meningkat, terbukti dengan semakin banyaknya publikasi

penelitian-penelitian yang berhubungan dengan terapi keluarga dan keberfungsian

keluarga (Epstein, Baldwin, & Bishop, 1983). Perspektif sistem keluarga telah

mendominasi penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti untuk

mencoba mengkonseptualisasikan dan mengukur keberfungsian keluarga (Sabateli

& Bartle, 1995).

Di dalam kerangka sistem keluarga, keluarga didefinisikan sebagai sebuah

struktur kompleks yang terdiri dari sekelompok individu yang saling bergantung

dimana memiliki latar belakang yang sama, memiliki keterikatan secara emosi,

dan memiliki strategi untuk memenuhi kebutuhan individu anggota keluarga

maupun keluarga secara keseluruhan (Anderson & Sabatelli, 1995; Hess &

Handel, 1985; Kantor & lehr, 1975 dalam Sabatelli & Bartle, 1995). Struktur

keluarga yang kompleks tersebut memiliki tujuan yang akan dicapai, tugas-tugas

yang harus dipenuhi, dan strategi-strategi untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.

Beberapa peneliti yang melakukan penelitian terhadap keberfungsian

keluarga memberikan definisi masing-masing. Walsh (2003) menjelaskan

keberfungsian keluarga sebagai konstruk multidimensional yang merefleksikan

aktivitas dan interaksi keluarga dalam menjalankan tugas penting yaitu menjaga

pertumbuhan dan kesejahteraan dari masing-masing anggotanya dan dalam

mempertahankan integrasinya. DeFrain, John, Asay, dan Olson (2009)

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 25: S-Mega Yolanda.pdf

10

Universitas Indonesia

menjelaskan bahwa keberfungsian keluarga mengacu pada peran yang dimainkan

oleh anggota dalam keluarga serta sikap dan perilaku yang ditampilkan saat

bersama anggota keluarga. Sementara itu, Epstein, Ryan, Bishop, Miller, &

Keitner (2003) menjelaskan keberfungsian keluarga sebagai sejauh mana interaksi

dalam keluarga memiliki dampak terhadap kesehatan fisik dan emosional anggota

keluarga. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

keberfungsian keluarga merupakan sejauh mana interaksi keluarga dalam

menjalankan tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan kesejahteraan dan

perkembangan sosial, fisik, dan psikologis masing-masing anggotanya.

2.1.2 Faktor-faktor yang Terkait dengan Keberfungsian Keluarga

Di dalam sebuah keluarga sering terjadi perubahan-perubahan yang bisa

dipredikasi maupun yang tidak bisa diprediksi. Seiring dengan perjalanan waktu,

keluarga menghadapi perubahan-perubahan dalam setiap tahapan kehidupan,

sehingga dibutuhkan definisi yang jelas mengenai kebutuhan normal dalam setiap

tahapan. Selain itu hubungan-hubungan dalam keluarga tidak bisa dilepaskan dari

konteks budaya dan etnis yang mempengaruhi daur hidup keluarga dan proses-

proses yang terjadi dalam kelompok keluarga.

Bray (1995) mengemukakan empat kategori yang disarankan untuk

mengorganisasi faktor-faktor yang sangat banyak terkait dengan keberfungsian

keluarga, antara lain:

1. Faktor komposisi keluarga, termasuk keanggotaan (misalnya, hanya

pasangan suami istri, pasangan degan anak, keluarga orangtua tunggal)

dan struktur dari keluarga (misalnya, keluarga inti, keluarga bercerai,

keluarga tiri) komposisi keluarga ini merupakan kunci utama untuk

menentukan aspek-aspek lainnya dari keberfungsian keluarga.

2. Faktor proses keluarga, mencakup tingkah laku dan interaksi yang

membentuk karakteristik hubungan keluarga. Proses-proses ini

mencakup faktor-faktor seperti konflik, perbedaan, komunikasi,

penyelesaian masalah, dan kontrol.

3. Faktor afek keluarga, mencakup ekspresi emosional diantara anggota

keluarga. Afek dan emosi biasanya menentukan karakter dan konteks

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 26: S-Mega Yolanda.pdf

11

Universitas Indonesia

dari proses keluarga. Afek memiliki pengaruh yang besar terhadap

bagaimana anggota keluarga berkomunikasi.

4. Faktor organisasi keluarga, mengacu pada peran dan peraturan di dalam

keluarga dan harapan-harapan akan tingkah laku yang berkontribusi

kepada keberfungsian keluarga.

2.1.3 Pengukuran Keberfungsian keluarga

Beberapa peneliti telah merumuskan konsep mengenai keberfungsian

keluarga dilengkapi dengan alat ukur berdasarkan konsep tersebut. Seluruh

pengukuran mengenai keberfungsian keluarga dibuat berdasarkan konstruksi yang

dibuat oleh masing-masing peneliti mengenai bagaimana terlihatnya sebuah

keluarga yang berfungsi dengan efektif (Sabatelli & Bartle, 1995). Pengembangan

teori mengenai keberfungsian keluarga merupakan tahap awal yang harus

dilakukan dalam merancang pengukuran keberfungsian keluarga.

Keberfungsian keluarga yang sangat erat kaitannya dengan sistem tugas

dan strategi, dikonseptualisasikan dengan konstruk multidimensional (Sabatelli &

Bartle, 1995). Pengukuran keberfungsian keluarga meliputi teori-teori yang

berhubungan dengan tugas-tugas umum yang harus dipenuhi oleh sebuah keluarga

dan strategi-strategi yang dikembangkan untuk pelaksanaan tugas-tugas tersebut

(Sabateli & Bartle, 1995). Beberapa model yang mengukur keberfungsian

keluarga seperti FACES III yang mengkonseptualisasikan dua dimensi

keberfungsian keluarga yaitu kohesi dan kemampuan adaptasi yang

dikembangkan oleh Olson, Portner, dan Lavee (1985, dalam Sabatelli & Bartle,

1995); McMaster Family Assessment Device yang dikembangkan oleh Epstein et

al (1983) dengan dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran, responsivitas

afektif, keterlibatan afektif, kontrol perilaku, dan keberfungsian umum; Family

Environment Scale yang dikembangkan oleh Moos (1974, dalam Sabatelli &

Bartle, 1995) memiliki 10 subskala; Beavers Systems Model yang mengajukan

dua konstruk utama yaitu kompetensi keluarga dan corak keluarga (Beavers &

Hampson, 2003).

Para peneliti yang tertarik dengan keberfungsian keluarga telah banyak

melakukan penelitian pada beberapa model di atas yang mengkonseptualisasikan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 27: S-Mega Yolanda.pdf

12

Universitas Indonesia

keberfungsian keluarga, baik itu secara konsep yang digunakan maupun secara

psikometri. Dalam penelitian ini, model keberfungsian keluarga yang digunakan

adalah McMaster Model of Family Functioning dengan alat ukurnya Family

Asessment Device (FAD) karena memiliki dimensi-dimensi yang bisa

memberikan gambaran yang lebih detail tentang keluarga dibandingkan alat ukur

lainnya.

2.1.4 McMaster Model of Family Functioning

McMaster Model of Family Functioning (MMFF) merupakan

konseptualisasi dari keluarga didasarkan kepada klinis. Model MMFF ini

mendeskripsikan perangkat struktur dan organisasi dari kelompok keluarga dan

pola-pola transaksi antara anggota keluarga yang dapat membedakan antara

keluarga yang sehat dan keluarga yang tidak sehat ( Epstein et al., 1983).

Model MMFF tidak melingkupi seluruh aspek dari keberfungsian

keluarga, tetapi lebih berfokus pada dimensi keberfungsian yang dapat dilihat

sebagai aspek yang memiliki pangaruh paling kuat terhadap kesehatan emosional

dan fisik atau masalah-masalah pada anggota keluarga. Dalam perkembangannya,

MMFF telah melalui proses pengembangan lebih dari 40 tahun. Model ini telah

digunakan secara luas oleh berbagai klinik psikiatri dan keluarga, serta oleh para

terapis yang menangani masalah keluarga ( Epstein et al., 2003).

Aspek-aspek yang mendasari sistem teori dari Mc Master Model of Family

Functioning ( MMFF) adalah sebagai berikut:

1. Setiap bagian dari keluarga saling berhubungan satu sama lain

2. Satu bagian dari keluarga tidak bisa dipahami jika dipisahkan dari

sistem keluarga yang lain.

3. Keberfungsian keluarga tidak bisa dipahami secara utuh hanya dengan

memahami satu bagian saja dari sistem keluarga.

4. Struktur dan organisasi keluarga merupakan faktor penting yang

menentukan perilaku dari setiap anggota keluarga.

5. Pola transaksional dari sistem keluarga merupakan aspek penting yang

dapat membentuk perilaku dari setiap anggota keluarga.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 28: S-Mega Yolanda.pdf

13

Universitas Indonesia

Pengembangan dari MMFF mengasumsikan bahwa fungsi utama dari

keluarga adalah untuk menyediakan segala sarana yang dapat mengembangkan

dan menjaga aspek sosial, psikologis, dan biologis dari semua anggota keluarga

(Epstein, Levin, & Bishop, 1976). Menurut Epstein et al. (2003), untuk memenuhi

fungsi ini, keluarga harus menghadapi variasi masalah dan tugas yang tercakup

dalam tiga area yaitu area tugas dasar, area tugas perkembangan, dan area tugas

resiko.

Area tuga dasar merupakan area yang terkait dengan kebutuhan dasar

keluarga seperti bagaimana keluarga harus menyediakan makanan, uang,

transportasi, dan tempat tinggal.

Area tugas perkembangan merupakan aspek yang berhubungan dengan

proses perkembangan dalam keluarga yang biasanya terjadi secara bertahap.

Perkembangan ini bisa dilihat secara individu dalam keluarga seperti

perkembangan anak dari bayi hingga dewasa. Selain itu, perkembangan juga

terjadi dalam keluarga secara keseluruhan seperti awal dari pernikahan, kehamilan

pertama, hingga anak yang terakhir dalam keluarga meninggalkan rumah.

Area tugas resiko merupakan permasalahan yang melibatkan kondisi krisis

dalam keluarga seperti ada anggota keluarga yang sakit, kecelakaan, dan

kehilangan pekerjaan.

Keluarga yang tidak bisa menghadapi permasalahan dan memenuhi

kebutuhan yang tercakup dalam tiga area di atas, maka akan mengalami masalah

atau fungsi maladaptif pada satu atau beberapa area dari keberfungsian keluarga.

2.1.5 Dimensi Keberfungsian Keluarga

Terdapat enam dimensi dari keberfungsian keluarga yaitu pemecahan

masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif, keterlibatan afektif , dan

kontrol perilaku. The McMaster Model menggunakan seluruh dimensi tersebut

untuk menilai dan memahami bagian dari keluarga yang kompleks (Miller et al.,

2000). Dalam alat ukur Family Asessment Device (FAD), terdapat tambahan satu

dimensi yaitu dimensi keberfungsian umum yang mengukur kesehatan atau

patologi dari sebuah keluarga secara keseluruhan.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 29: S-Mega Yolanda.pdf

14

Universitas Indonesia

2.1.5.1 Pemecahan Masalah

Dimensi ini merujuk kepada kemampuan keluarga untuk memecahkan

masalah pada setiap level sehingga dapat menjaga keberfungsian keluarga dengan

efektif. Isu-isu dalam keluarga yang menjadi masalah dapat mengancam keutuhan

dari keluarga (baik secara fisik maupun secara emosional dari setiap anggota

keluarga), sehingga keluarga yang memiliki keberfungsian keluarga yang efektif

dapat menyelesaikan masalah tersebut. Setiap keluarga bisa memiliki tingkat dan

jumlah masalah yang berbeda-beda. Keluarga yang berfungsi dengan efektif dapat

menyelesaikan permasalahan yang ada, sementara itu keluarga yang tidak

berfungsi secara efektif hanya memperhatikan sebagian masalah dari semua

masalah yang keluarga mereka hadapi ( Epstein et al., 2003).

Masalah yang dihadapi dalam keluarga secara konseptual dibagi menjadi

dua tipe, yaitu masalah instrumental dan masalah afektif. Masalah instrumental

berkaitan dengan masalah teknis dalam kehidupan sehari-hari seperti pengaturan

keuangan atau memutuskan lokasi tempat tinggal. Masalah afektif merupakan

masalah yang berhubungan dengan pengalaman emosi dan perasaaan (Miller et

al., 2000).

Dalam McMaster Model of Family Functining, terdapat 7 tahapan dalam

proses menyelesaikan masalah ( Epstein et al., 2003), yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah

2. Mengkomunikasikan masalah dengan orang yang tepat dalam keluarga

3. Mengembangkan alternatif solusi yang mungkin untuk dilakukan

4. Memutuskan untuk melakukan salah satu alternatif solusi

5. Melaksanakan keputusan

6. Melakukan monitoring terhadap langkah yang telah dilaksanakan

7. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan proses pemecahan masalah

Keluarga yang berfungsi dengan sehat akan membuat langkah-langkah

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu, mendiskusikan

permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu sama lain, dan

memutuskan tindakan yang tepat (Epstein et al., 2003).

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 30: S-Mega Yolanda.pdf

15

Universitas Indonesia

2.1.5.2 Komunikasi

Komunikasi dalam keberfungsian keluarga didefinisikan sebagai

pertukaran informasi secara verbal di dalam keluarga (Epstein et al., 2003).

Komunikasi disini difokuskan pada komunikasi secara verbal yang lebih dapat

diukur. Bukan berarti komunikasi nonverbal dalam keluarga menjadi tidak

penting, hanya saja komunikasi nonverbal memiliki kemungkinan yang lebih

besar untuk mengalami kesalahpahaman. Selain itu, komunikasi nonverbal secara

metodologis sulit diukur menjadi data dalam penelitian (Miller et al., 2000).

Fokus pada MMFF adalah melihat pola komunikasi dalam keluarga (Epstein et

al., 2003).

Komunikasi dalam keluarga juga dibagi menjadi dua area, yaitu

komunikasi instrumental dan komunikasi afektif. Ada dua aspek lain yang bisa

dilihat dalam komunikasi yaitu jelas atau terselubung, dan langsung atau tidak

langsung. Pada komunikasi yang jelas atau terselubung dapat dilihat apakah isi

dari pesan tersbut disampaikan melalui pernyataan yang jelas atau hanya sebagai

pernyataan kamuflase, samar-samar, atau ambigu. Pada komunikasi yang dilihat

dalam kontinum langsung atau tidak langsung dapat dilihat apakah pernyataan

tersebut langsung ditujukan pada orang yang tepat atau dialihkan kepada orang

lain.

Berdasarkan pembagian area komunikasi yang dijelaskan di atas, dapat

diidentifikasikan 4 cara berkomunikasi yaitu, jelas dan langsung, jelas dan tidak

langsung, terselubung dan langsung, terselubung dan tidak langsung. Pada

keluarga yang sehat, komunikasi dilakukan secara langsung dan jelas pada kedua

area instrumental dan afektif. Sedangkan komunikasi yang tidak efektif adalah

komunikasi yang kurang jelas dan tidak langsung (Epstein et al., 2003).

2.1.5.3 Peran

Peran di dalam keluarga didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki pola

berulang yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk memenuhi fungsi keluarga

(Epstein et al., 2003). Terdapat beberapa fungsi dimana seluruh anggota keluarga

dapat memahami fungsi tersebut untuk menciptakan keluarga yang sehat. MMFF

menemukan adanya lima peran dasar keluarga, yaitu:

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 31: S-Mega Yolanda.pdf

16

Universitas Indonesia

1. Penyediaan sumber daya, meliputi fungsi dan tugas yang berkaitan

dengan penyediaan uang, makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

2. Perawatan dan dukungan, meliputi penyediaan kenyamanan,

kehangatan, rasa aman, dan dukungan untuk anggota keluarga.

3. Kepuasaan seksual dewasa, pasangan suami istri secara personal

merasakan kepuasan dalam hubungan seksual satu sama lain.

4. Pengembangan pribadi, merupakan tugas dan fungsi keluarga untuk

mendukung anggota keluarga dalam mengembangkan keterampilan

pribadi, termasuk perkembangan fisik, emosi, sosial, dan pendidikan

anak-anak, serta pengembangan karir dan perkembangan sosial dewasa.

5. Pemeliharaan dan pengelolaan sistem keluarga, meliputi berbagai

fungsi yang melibatkan teknik dan tindakan yang dibutuhkan untuk

mempertahankan standar keluarga seperti pengambilan keputusan,

batasan dan fungsi keanggotaan dalam keluarga, implementasi dan

kontrol perilaku, pengaturan keuangan rumah tangga, dan hal-hal yang

berkaitan dengan pengasuhan dan kesehatan keluarga.

Dalam menjelaskan dimenai peran, terdapat dua konsep yaitu alokasi

peran dan akuntabilitas peran (Epstein et al., 1978). Alokasi peran dilihat dari

bagaimana sebuah keluarga melakukan proses alokasi atau penyebaran tanggung

jawab bagi seluruh anggota keluarga. Akuntabilitas peran dilihat dari bagaimana

anggota keluarga bisa menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan secara

penuh dan berkomitmen dalam melaksanakannya.

Keluarga yang sehat adalah keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi

kebutuhan keluarga. Selain itu, keluarga yang sehat adalah keluarga yang

memiliki proses penyebaran dan pelaksanaan tanggung jawab yang jelas dan tepat

(Epstein et al., 1978) .

2.1.5.4 Responsivitas Afektif

Responsivitas afektif didefinisikan sebagai kemampuan berespon terhadap

stimulus yang ada dengan kualitas dan kuantitas perasaan yang tepat (Epstein et

al., 2003). Pada dimensi ini terdapat aspek kuantitatif yang berfokus pada derajat

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 32: S-Mega Yolanda.pdf

17

Universitas Indonesia

respon afektif berdasarkan kontinum dari ketiadaan respon sampai respon yang

wajar, atau respon yang cukup dapat diterima sampai respon yang berlebihan.

Sedangkan pada aspek kualitatif dapat dilihat apakah anggota keluarga dapat

berespon dengan menggunakan berbagai macam variasi emosi yang ada dan

respon yang ditampilkan sesuai dengan stimulus dan konteks situasi yang terjadi

(Miller, 2000).

Dimensi ini tidak dimaksudkan untuk melihat cara anggota keluarga

menyampaikan perasaan mereka, tetapi apakah mereka memiliki kapasitas untuk

merasakan emosi (Epstein et al., 2003).Afek dapat dibagi menjadi dua kategori

yaitu emosi sejahtera dan emosi darurat. Emosi sejahtera terdiri dari afeksi,

kehangatan, kelembutan, dukungan, cinta, dan kesenangan. Emosi darurat terdiri

dari marah, takut, sedih, kecewa, dan depresi.

Pada keluarga yang sehat, seluruh anggota keluarga memiliki kemampuan

untuk mengekspresikan berbagai macam emosi, emosi yang ditampilkan sesuai

dengan konteks situasi, dan memiliki kesesuaian dalam intensitas dan durasi.

2.1.5.5 Keterlibatan Afek

Keterlibatan afek merupakan sejauh mana anggota keluarga menunjukkan

ketertarikan dan penghargaan kepada aktivitas dan minat anggota keluarga lainnya

(Epstein et al., 2003). Dimensi ini memfokuskan kepada seberapa banyak

ketertarikan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga satu sama lain. Berdasarkan

hal tersebut, terdapat 6 tipe keterlibatan dalam anggota keluarga:

1. Kurang terlibat: tidak ada keterlibatan satu sama lain

2. Keterlibatan tanpa perasaan: melibatkan hanya sedikit ketertarikan satu

sama lain, hanya sebatas untuk pengetahuan saja

3. Keterlibatan narsistik: keterlibatan dengan anggota keluarga lain hanya

sebatas perilaku atau aktivitas tersebut memiliki manfaat bagi dirinya

sendiri

4. Keterlibatan empatik: mau terlibat dengan anggota keluarga lain demi

kepentingan anggota keluarga lain

5. Keterlibatan yang berlebihan: keterlibatan yang terlalu berlebihan pada

anggota keluarga lain

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 33: S-Mega Yolanda.pdf

18

Universitas Indonesia

6. Keterlibatan simbiotik: keterlibatan yang ekstrem dan patologis satu

sama lain terlihat mengganggu hubungan. Pada keluarga yang seperti

ini, terdapat kesulitan yang jelas dalam membedakan satu anggota

keluarga dengan yang lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, pada keluarga yang sehat, tipe keterlibatan

yang terjadi adalah keterlibatan empatik. Keterlibatan yang efektif bukan berarti

seluruh anggota mengerjakan kegiatan bersama-sama, tetapi lebih kepada derajat

keterlibatan antara anggota keluarga (Miller et al., 2000).

2.1.5.6 Kontrol Perilaku

Dimensi ini menjelaskan mengenai pola yang diadopsi oleh keluarga untuk

menangani perilaku anggota keluarga dalam tiga area berikut ini yaitu, situasi

yang membahayakan secara fisik, situasi yang melibatkan pemenuhan kebutuhan

dan dorongan psikobiologis, situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi

interpersonal baik diantara anggota keluarga maupun dengan orang lain di luar

keluarga (Epstein et al., 2003).

Setiap keluarga memiliki aturan standar masing-masing tentang perilaku

yang bisa diterima pada setiap anggota keluarga. Terdapat empat kategori kontrol

perilaku dalam keluarga yang didasarkan pada variasi standar dan perilaku yang

dapat diterima:

1. Kontrol perilaku yang kaku : terdapat standar yang sempit dan kaku

sehingga sangat sedikit negosiasi tentang berbagai situasi

2. Kontrol perilaku yang fleksibel: menetapkan standar yang logis, ada

kesempatan untuk berubah dan melakukan negosiasi sesuai konteks

situasi.

3. Kontrol perilaku laissez-faire: tidak memiliki standar, setiap perubahan

diperbolehkan tanpa melihat konteks.

4. Kontrol perilaku tidak beraturan: adanya perubahan yang terjadi secara

random dan tak terduga antara tipe 1-3, sehingga anggota tidak

mengetahui standar apa yang berlaku dan seberapa banyak negosiasi

dimungkinkan terjadi.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 34: S-Mega Yolanda.pdf

19

Universitas Indonesia

Berdasarkan penjelasan di atas, keluarga yang paling sehat dan efektif

adalah keluarga yang menerapkan kontrol perilaku yang fleksibel, sedangkan

keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga dengan tipe kontrol perilaku

yang tidak beraturan.

2.2. Parenting Self-Efficacy

2.2.1 Definisi Parenting Self- Efficacy

Parenting self-efficacy merupakan salah satu bagian spesifik dari konsep

self-efficacy secara umum yang dikemukakan oleh Bandura (Sansom, 2010). Self-

efficacy sendiri didefinisikan oleh Bandura (1977) sebagai:

“…belief in one’s ability to successfully perform a particular behavior”

Self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang

terhadap kemampuan dirinya dalam menampilkan suatu perilaku dengan baik.

Beberapa peneliti telah memberikan definisi parenting self-efficacy. Menurut

Coleman dan Karraker (2000), parenting self-efficacy merupakan keyakinan yang

merujuk kepada perasaan kompetensi dalam peran sebagai orangtua, atau persepsi

orangtua atas kemampuannya untuk memberikan pengaruh yang positif terhadap

perilaku dan perkembangan anak. Secara umum, Coleman dan Karraker (1998)

mengemukakan definisi parenting self-efficacy yaitu:

“…parents' self-referent estimations of competence in the parental role.”

Parenting self-efficacy merupakan penilaian diri orangtua terhadap

kompetensinya dalam peran pengasuhan. Pengertian parenting self-efficacy ini

sejalan dengan konsep self-efficacy yang berhubungan dengan kognisi berupa

pengetahuan tentang perilaku pengasuhan yang tepat dan keyakinan pada

kemampuan diri sendiri untuk melakukan hal tersebut (Bandura, 1989). Jonhston

dan Mash (1989) juga memberikan definisi parenting self-efficacy, yaitu sejauh

mana orangtua merasa mampu dan yakin dalam menangani permasalahan-

permasalahan anak.

Parenting self-efficacy merupakan elemen kognitif yang penting bagi

pembentukan kompetensi dalam peran sebagai orangtua. Selain itu, parenting self-

efficacy merupakan faktor kognitif yang memunculkan pengalaman-pengalaman

pengasuhan dan membantu orangtua untuk menentukan apa yang dilakukan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 35: S-Mega Yolanda.pdf

20

Universitas Indonesia

berdasarkan pengalaman tersebut (Kim, 2007). Menurut Coleman (1998),

parenting self-efficacy meliputi pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku

pengasuhan dan tingkat kepercayaan terhadap kemampuan orangtua dalam

menjalankan perannya tanpa perasaan frustrasi atau tidak kompeten. Berdasarkan

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa parenting self-efficacy merupakan

keyakinan orangtua terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam peran

pengasuhan.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting Self-efficacy

Bandura (1977) menjelaskan bahwa personal efficacy bisa dipengaruhi

oleh empat sumber, yaitu: (1) pengalaman pencapaian pribadi, yaitu pengalaman

sukses dan gagal yang pernah dialami; (2) pengalaman vicarious, yaitu observasi

yang dilakukan terhadap perilaku seseorang; (3) Persuasi verbal, bisa berupa

umpan balik yang diberikan oleh orang lain mengenai perilaku yang ditampilkan;

(4) kondisi emosional, dimana ketika individu merasakan rasa takut, maka akan

menurunkan self-efficacy- nya, sebaliknya jika individu merasakan energi positif,

maka dapat meningkatkan self-efficacy yang dimilikinya. Parenting self-efficacy

juga dapat dijelaskan dengan empat sumber di atas (Sansom, 2010).

Pengalaman pribadi tentang kesuksesan dan kegagalan adalah sumber

yang paling kuat dalam mempengaruhi self-efficacy, begitu juga dengan parenting

self-efficacy. Pengalaman orangtua yang pernah mengasuh anak, baik itu anak

sendiri secara biologis maupun bukan anaknya secara biologis, sangat

mempengaruhi parenting self-efficacy orangtua ketika melakukan pengasuhan

kepada anak-anaknya. Pengalaman seseorang ketika mengasuh adiknya sendiri

juga bisa mempengaruhi parenting self-efficacy individu tersebut ketika menjadi

orangtua (Kim, 2007). Sesuai dengan teori belajar sosial, pengamatan terhadap

pengalaman sukses dan gagal orang lain juga dapat mempengaruhi parenting self-

efficacy orangtua. Persuasi verbal bisa didapatkan individu dari orang-orang

disekitarnya, contohnya seperti seorang ibu yang mendapatkan umpan balik dari

orang sekitarnya tentang pengasuhannya terhadap anak-anak. Kondisi emosional

atau keadaan psikologis orangtua bisa mempengaruhi parenting self-efficacy.

Ketika orangtua takut dalam melakukan tanggungjawabnya sebagai orangtua,

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 36: S-Mega Yolanda.pdf

21

Universitas Indonesia

maka orangtua akan merasa tidak percaya diri dan mudah panik dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialaminya.

Penelitian yang dilakukan Salonen (2009) menyimpulkan bahwa parenting

self-efficacy dipengaruhi oleh kondisi dan sifat orangtua, kondisi dan sifat anak,

dan kondisi lingkungan. Diantara kondisi dan sifat orangtua yang juga diteliti

memiliki pengaruh kepada parenting self-efficacy adalah coping, perubahan dalam

hidup, pendidikan, usia, status pernikahan, dan penghasilan keluarga. Selain itu,

Holloway dan Behrens (2002) mengatakan bahwa urutan kelahiran ibu dalam

keluarganya berhubungan dengan parenting self-efficacy. Ibu yang merupakan

anak yang lebih tua dalam keluarga memiliki peran dan tanggung jawab dalam

membantu orangtuanya menjaga adik-adiknya sehingga diharapkan memiliki

keyakinan yang lebih baik ketika menjadi orangtua. Beberapa penelitian

menghasilkan bahwa kondisi dan sifat anak yang mempengaruhi parenting self

efficacy adalah temperamen anak, usia anak, serta kesehatan dan kematangan

anak. Lingkungan yang memberikan motivasi dan dukungan kepada orangtua

juga bisa mempengaruhi parenting self-efficacy, salah satu contohnya adalah

keluarga yang sehat.

Parenting self-efficacy yang tinggi memiliki hubungan yang kuat dengan

kemampuan orangtua untuk menyediakan lingkungan yang adaptif, terstimulasi,

dan lingkungan pengasuhan yang baik (Coleman & Karraker, 2000). Penelitian

yang dilakukan oleh Coleman dan Karraker (2000) menunjukkan hasil bahwa

parenting self-efficacy yang tinggi berhubungan dengan persepsi ibu terhadap

temperamen anak yang lebih mudah, ibu yang memiliki banyak pengalaman

dengan anak-anak baik anak sendiri maupun anak orang lain, tingkat pendidikan

ibu yang lebih tinggi, ibu dengan anak yang lebih mudah bersosialisasi, dan ibu

dengan keluarga yang memiliki penghasilan lebih tinggi. Hal ini juga didukung

oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana parenting

self-efficacy yang tinggi ditemukan dapat memprediksi responsivitas orangtua

terhadap perkembangan anak (Donovan&Leavit, 1985; Donovan, Leavitt&

Walsh, 1997; Unger&Wandersman, 1985, dalam Coleman & Karraker, 2000),

orientasi coping orangtua yang aktif (Wells-Parker, Miller, & Topping, 1990

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 37: S-Mega Yolanda.pdf

22

Universitas Indonesia

dalam Coleman & Karraker, 2000), dan persepsi yang tidak berlebihan terhadap

masalah perilaku anak (Johnston & Mash, 1989).

Sebaliknya, parenting self-efficacy yang rendah berhubungan dengan

perilaku orangtua yang defensive (Donovan,Levitt &Walsh, 1990 ), tingkat stress

yang tinggi pada orangtua (Wells-Parker et al., 1990 dalam Coleman & Karraker,

2000), strategi coping yang pasif dalam menjalankan peran sebagai orangtua

(Wells-Parker et al., 1990 dalam Coleman & Karraker, 2000), kecenderungan

orangtua untuk fokus kepada kesulitan yang dihadapinya, orangtua yang mudah

merasa putus asa, dan penggunaan teknik disiplin yang menghukum (Bugental,

Blue, & Lewis, 1989, dalam Mash & Johnston, 1989; Bugental & Cortez, 1988;

Bugental & Shennum, 1984, dalam Coleman & Karraker, 2000). Johnston dan

Mash (1989) juga menemukan bahwa parenting self-efficacy yang rendah

berhubungan dengan persepsi orangtua yang lebih banyak terhadap anak yang

sulit dan adanya masalah perilaku pada anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Teti dan Gelfand (1991) menunjukkan

bahwa self-efficacy pada ibu sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial dalam

pernikahan, persepsi terhadap temperamen anak, dan depresi yang berat.

Berdasarkan teori self-efficacy, dukungan sosial dalam pernikahan mempengaruhi

self-efficacy pada ibu secara langsung melalui persuasi sosial dan observasi yang

dilakukan kepada perilaku pengasuhan dari orang-orang terdekat yang

memberikan dukungan kepadanya. Sebagai contoh, keluarga atau orang-orang

terdekat bisa menguatkan ibu bahwa dia adalah ibu yang baik. Selain itu, seorang

ibu juga bisa melihat model pengasuhan anak yang baik dari keluarga dan orang-

orang terdekatnya. Self-efficacy pada ibu juga dipengaruhi oleh persepsi ibu

terhadap temperamen anak. Ibu yang memiliki self-efficacy tinggi memiliki

persepsi bahwa anaknya merupakan anak yang mudah untuk ditenangkan, mudah

untuk mengenali tanda-tanda yang diberikan anak, serta mudah untuk

memprediksi tingkah laku anak. Depresi yang dimiliki ibu bisa membuatnya

memiliki self-efficacy yang rendah, serta menampilkan tingkah laku yang tidak

adekuat dalam pengasuhan. Hal ini terjadi karena pengaktifan ingatan terhadap

pengalaman gagal ibu.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 38: S-Mega Yolanda.pdf

23

Universitas Indonesia

Coleman dan Karraker (1997) mengemukakan hal-hal yang harus dimiliki

oleh orangtua dengan parenting self-efficacy yang baik, yaitu (1) pengetahuan

tentang pengasuhan anak yang tepat, (2) kepercayaan diri terhadap

kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

pengasuhan, (3) keyakinan bahwa anak mereka akan memberikan respon terhadap

pengasuhan yang diberikan, (4) lingkungan sosial seperti keluarga dan teman-

teman yang akan mendukung usaha-usaha yang mereka lakukan.

2.2.3 Peran Parenting Self-efficacy terhadap Pengasuhan

Coleman dan Karraker (1997) menyimpulkan bahwa parenting self-

efficacy diyakini memiliki peran instrumental dalam menghubungkan faktor-

faktor berikut, yaitu: (1) faktor orangtua, seperti pengalaman orangtua dengan

anak-anak, tingkat depresi yang dimiliki orangtua, kepribadian orangtua, tingkat

stress yang dimiliki orangtua, keyakinan yang dimiliki orangtua tentang

pengasuhan, serta keinginan untuk menjadi orangtua ; (2) faktor karakteristik dari

anak, seperti temperamen dan kesehatan fisik anak; (3) faktor situasional, seperti

status sosial ekonomi dan dukungan sosial dari lingkungan keluarga, dengan

kualitas pengasuhan.

Orangtua dengan self-efficacy yang tinggi lebih menganggap proses

membesarkan anak sebagai sebuah tantangan dibandingkan sebuah ancaman,

lebih memiliki kepercayaan kepada kemampuan dirinya sendiri, lebih gigih saat

menghadapi kesulitan dalam menjalankan peran menjadi orangtua, dan tidak

mudah mengalami stress dalam menghadapi tuntutan-tuntutannya sebagai

orangtua (Sansom, 2010).

Berdasarkan teori dasar self-efficacy Bandura (1989), parenting self-

efficacy berhubungan dengan penggabungan antara pengetahuan yang dimiliki

oleh orangtua tentang bagaimana mengasuh anak dengan kepercayaan diri

orangtua terhadap kemampuannya dalam melakukan hal tersebut. Orangtua yang

kurang memiliki parenting self-efficacy sulit untuk merealisasikan pengetahuan

yang dimilikinya sebagai orangtua ke dalam tindakan, menjadi terpusat pada

dirinya sendiri, sering mengalami derajat ketegangan emosional yang tinggi, dan

mudah putus asa dalam menjalankan perannya sebagai orangtua (Grusect,et al,

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 39: S-Mega Yolanda.pdf

24

Universitas Indonesia

1994, dalam Coleman, 1998). Ibu yang memiliki self-efficacy dalam menjalankan

perannya sebagai orangtua lebih bisa membentuk hubungan yang hangat dan

dekat dengan anak mereka. Sedangkan ibu yang kurang memiliki self-efficacy

lebih banyak mengalami kesulitan. Selain itu, ibu yang kurang memiliki self-

efficacy menjadi kurang yakin, kurang sensitif, dan merasa lebih canggung dalam

berinteraksi dengan anaknya karena mereka mungkin kurang memiliki

keterampilan memecahkan masalah (Teti & Gelfand, 1991).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa parenting self-efficacy yang tinggi berhubungan kuat dengan

kemampuan ibu untuk menyediakan lingkungan pengasuhan yang sehat dan

menyenangkan untuk membantu perkembangan anak-anak mereka (Coleman &

Karraker, 1997). Donovan et al. (1990) juga mengatakan bahwa orangtua dengan

self-efficacy yang tinggi menganggap kesulitan-kesulitan dalam mengasuh anak

sebagai tantangan yang membutuhkan usaha yang besar dan menerapkan

kemampuan menjadi orangtua dengan cara yang kreatif. Sedangkan orangtua

dengan self-efficacy yang rendah lebih memiliki kemungkinan untuk menganggap

kesulitan-kesulitan dalam mengasuh anak sebagai ancaman yang berada di luar

kemampuannya sebagai orangtua.

2.2.4 Pengukuran Parenting Self-Efficacy

Terdapat tiga tingkatan parenting self-efficacy sesuai dengan tingkatan

self-efficacy menurut Bandura (1977). Tingkatan yang pertama adalah pendekatan

task-spesific yang berfokus kepada persepsi orangtua terhadap kompetensinya

dalam tugas tertentu seperti mengetahui tanda-tanda jika anak sakit. Tingkatan

yang kedua adalah domain-specific yang melibatkan persepsi orangtua terhadap

kemampuannya dalam melakukan beberapa aspek pengasuhan, contohnya

orangtua diminta untuk memperkirakan persepsi terhadap kompetensi mereka

yang berhubungan dengan sejumlah penerapan disiplin pada anak, lebih umum

dibandingkan tingkatan pertama. Tingkatan berikutnya adalah domain-general

yang mengukur persepsi orangtua terhadap keyakinannya secara umum dalam

peran sebagai orangtua, contohnya adalah keyakinan orangtua telah menjalankan

perannya dengan baik sebagai orangtua.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 40: S-Mega Yolanda.pdf

25

Universitas Indonesia

Berdasarkan tingkatan parenting self-efficacy yang telah dijelaskan di atas,

sudah ada beberapa alat ukur parenting self-efficacy yang telah dikembangkan

oleh beberapa tokoh. Alat ukur yang yang mengukur domain-specific dari

parenting self-efficacy adalah The Maternal-Efficacy Questionnaire yang di

kembangkan oleh Teti dan Gelfand (1991) dan Self-Efficacy for Parenting Stress

Index (SEPTI) yang terdiri dari 36 item yang dikembangkan oleh Coleman dan

Karraker (2000). Salah satu alat ukur yang mengukur domain-general adalah

Parenting Sense of Competence (PSOC) subskala efficacy yang dikembangkan

oleh Gibaud-Wallston dan L.P. Wandersman (1978) dan diadaptasi serta direvisi

kembali oleh Johnston dan Mash (1989) yang terdiri dari 7 item.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur domain-general

parenting self-efficacy yaitu Parenting Sense of Competence (PSOC) subskala

efficacy karena sudah banyak digunakan penelitian-penelitian sebelumnya pada

orangtua yang memiliki anak dengan variasi usia yang lebih besar. Subskala

efficacy pada Parenting Sense of Competence (PSOC) merefleksikan dimensi

kompetensi, kemampuan menyelesaikan masalah, dan kemampuan dalam peran

pengasuhan. Berdasarkan 3 dimensi tersebut terdapat 7 indikator tingkah laku

yaitu menganggap masalah mudah, mejadi contoh yang baik, mampu mengatur,

memenuhi harapan, mampu menemukan jawaban, mengenal peran, dan memiliki

keterampilan dalam peran pengasuhan.

2.3 Ibu Bekerja

2.3.1 Alasan Ibu Bekerja

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan seorang wanita tetap

memillih untuk bekerja (Bird & Melville, 1994; Hoffman & Nye, 1984; Jiwa,

1997; Papalia,Olds & Feldman, 2009; Veigh,2006), beberapa diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk membantu perekonomian keluarga.

Para ibu bekerja dengan alasan menghindarkan keluarga dari

kemiskinan, memenuhi kebutuhan keluarga seperti membeli atau

mengontrak rumah, membayar tagihan transportasi, dan membiayai

pendidikan anak-anak mereka. Beberapa penelitian menunjukkan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 41: S-Mega Yolanda.pdf

26

Universitas Indonesia

bahwa ekonomi merupakan alasan yang kuat bagi wanita untuk kembali

bekerja setelah memiliki anak.

2. Keinginan untuk pencapaian karir

Dengan semakin tingginya pendidikan yang ditempuh wanita dalam

berbagai bidang, maka semakin tinggi keinginan untuk bekerja

mencapai karir yang diinginkan sesuai dengan bidang yang mereka

tekuni.

3. Kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pembentukan

identitas

Wanita bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi akan aktualisasi diri

dan mengembangkan identitas dirinya. Selain itu, dengan bekerja

wanita bisa mengembangkan kemampuan kompetensi yang dimilikinya.

4. Membantu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga membuat

wanita menjadi lebih mandiri. Selain itu, bekerja juga memberi mereka

kesempatan untuk memiliki daya ekonomi dan mengurangi

ketergantungan kepada laki-laki.

5. Mengisi waktu ketika anak-anak berada di sekolah

Pekerjaan rumah tangga yang semakin lama semakin membosankan,

tidak memuaskan, dan membutuhkan sedikit waktu untuk

mengerjakannya, menyebabkan ibu rumah tangga memiliki waktu luang

yang banyak. Terlebih lagi ketika anak terkecil mulai masuk sekolah,

ibu mulai mencari pekerjaan di luar rumah untuk mengisi waktu.

2.3.2 Peran Ganda Ibu Bekerja

Ketika seorang wanita menikah dan memiliki keluarga, mereka pun tidak

bisa sepenuhnya meninggalkan dunia pekerjaan (Jiwa, 1997). Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh O’Connell&Bloom (1987, dalam

Jiwa, 1997), banyak wanita yang mengurangi jam kerja mereka dari yang bekerja

penuh menjadi bekerja paruh waktu ketika mereka harus mengasuh anak, tetapi

hanya sebagian kecil yang benar-benar meninggalkan pekerjaan mereka untuk

mengurus keluarga. Dengan demikian, bagi para ibu yang memilih untuk

menjalankan karir dalam pekerjaan dan ibu rumah tangga sekaligus, mereka harus

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 42: S-Mega Yolanda.pdf

27

Universitas Indonesia

bisa menyeimbangkan diri untuk pemenuhan kedua peran tersebut (Elman &

Gillbert, 1984).

Walaupun semakin banyaknya ibu yang bekerja, peran yang diharapkan

dilaksanakan oleh seorang ibu tidaklah banyak berubah (Setiadi, 2006; Veigh,

2006). Ibu yang bekerja tetap diharapkan untuk bertanggung jawab terhadap

pekerjaan rumah tangga. Terlepas dari berbagai alasan dan keadaan yang

menyebabkan seorang ibu bekerja, tuntutan-tuntutan yang diberikan kepada ibu

bekerja bisa mengarahkan mereka kepada ketegangan yang sering mengakibatkan

konflik peran (Jiwa, 1997).

Wanita yang mengambil tanggung jawab pekerjaan dan keluarga harus

memiliki kemampuan untuk melaksanakan peran orangtua, istri, dan pekerja

sekaligus (Jiwa, 1997). Konflik antara pekerjaan dan keluarga sering terjadi ketika

terjadi tekanan pada kedua lingkungan ini (Greenhaus & Beutell, 1985). Tuntutan

yang harus dipenuhi oleh seorang ibu dalam keluarga bisa berkonflik dengan

tuntutan sebagai pekerja pada waktu yang bersamaan. Tekanan yang disebabkan

oleh tuntutan-tuntutan itu saling berkaitan dan mengarah pada konflik waktu,

energi, komitmen, dan sumber daya lainnya (Jiwa, 1997).

Konflik-konflik yang dialami oleh ibu bekerja tersebut semakin diperparah

ketika tidak adanya bantuan dari pasangan (Jiwa, 1997; Veigh,2006; Siegel &

Hass, 1963). Bantuan dari pasangan sangat berarti signifikan untuk mengurangi

konflik-konflik yang terjadi ketika ibu harus dalam menjalankan peran-perannya.

Bentuk bantuan yang bisa diberikan pasangan adalah dengan pendistribusian tugas

yang baik dalam pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Sebuah penelitian

yang dilakukan oleh Mederer (1993) menunjukkan bahwa semakin banyak dan

kurang adilnya pendistribusian pekerjaan rumah tangga antara pasangan, maka

akan semakin banyak konflik yang mereka hadapi.

Akibat dari konflik dan banyaknya tanggung jawab berat dalam menjalani

peran ganda tersebut, mengarahkan mayoritas ibu bekerja kepada stres (Jiwa,

1997). Ketegangan dan konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja bisa

berhubungan dengan tingkat stress yang tinggi (Hoffman, 1984). Penelitian di

beberapa area tentang stres menemukan bahwa ibu yang bekerja paling banyak

mengalami stres dibandingkan wanita lainnya, terutama karena tanggung jawab

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 43: S-Mega Yolanda.pdf

28

Universitas Indonesia

mereka terhadap keluarga. Selain itu, jam kerja yang kaku, tuntutan kerja yang

berat, dan jadwal kerja yang tidak fleksibel semakin membuat ibu bekerja sangat

rentan terhadap stres (Bird & Melville, 1994; Jiwa, 1997; Veigh,2006).

Selain disebabkan oleh konflik dalam peran ganda yang harus dijalani oleh

ibu bekerja, harapan sosial juga berkontribusi terhadap stres yang dialami oleh ibu

bekerja (Jiwa, 1997). Harapan sosial tentang ibu bekerja berhubungan dengan

pandangan masyarakat yang mengganggap bahwa ibu seharusnya lebih

mementingkan perannya dalam keluarga dibandingkan peran-peran yang lain.

Tekanan sosial yang ada seringkali membuat konflik antara pekerjaan dan

keluarga bagi ibu bekerja (Gorman & Fritzsche, 2002, dalam Veigh,2006).

2.3.3 Pengaruh Ibu Bekerja terhadap Anak

Studi longitudinal yang dilakukan oleh National Institute of Child Health

and Human Development (NICHD) menunjukkan adanya efek negatif dalam

perkembangan kognitif anak usia 15 bulan hingga 3 tahun, ketika ibu mereka

bekerja selama 30 jam atau lebih setiap minggu pada tahun pertama

perkembangan anak. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh National

Longitudinal Survey of Youth ( NLSY) memperlihatkan hasil dimana ibu yang

bekerja secara penuh pada tahun pertama setelah melahirkan mengakibatkan efek

negatif kognitif dan perilaku pada anak yang berumur 3-8 tahun

(Papalia,Olds&Feldman, 2009).

Ibu yang bekerja seringkali merasa bersalah karena tidak bisa

menyediakan waktu sepenuhnya bagi anak-anak mereka (Bird & Melville, 1994;

Jiwa, 1997). Selama beberapa tahun, stereotip yang berlaku dalam masyarakat

bagi ibu bekerja adalah bahwa pekerjaan ibu memberikan dampak buruk bagi

perkembangan anak (Bird & Melville, 1994).

Selama beberapa tahun, para peneliti sudah melakukan berbagai penelitian

untuk mengetahui dampak pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak. Berbagai

penelitian tersebut menunjukkan hasil yang beragam. Tidak semua penelitian

mengatakan bahwa ibu yang bekerja berdampak negatif bagi perkembangan anak.

Setelah melakukan penelitian selama 50 tahun terhadap ibu bekerja, National

Academy of Science menemukan bahwa pekerjaan ibu hanya merupakan salah

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 44: S-Mega Yolanda.pdf

29

Universitas Indonesia

satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak (Kamerman & Hayes, 1984,

dalam Bird & Melville, 1994). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

dampak negatif ibu bekerja terhadap perkembangan anak.

Seorang psikolog bernama Lois Hoffman juga telah melakukan penelitian

selama lebih dari 30 tahun tentang pengaruh pekerjaan ibu terhadap anak. Dia

menyimpulkan bahwa ketika orangtua sensitif terhadap kebutuhan anak,

memberikan kasih sayang yang konsisten, dan menyediakan pengasuh pengganti,

perkembangan anak tidak menjadi terganggu (Hoffman, 1984). Kualitas hubungan

antara orangtua dan anak lebih tergantung kepada apakah seorang wanita ingin

menajdi orangtua dan seberapa puas dia dengan pekerjaannya dibandingkan

sekedar ketidakhadiran di rumah karena bekerja (Bird & Melville, 1994).

Menurut Park dan Buriel (1998, dalam Papalia et al., 2009), dampak dari

ibu bekerja terhadap perkembangan anak tergantung dari beberapa faktor seperti

usia, jenis kelamin, temperamen dan kepribadian anak, apakah ibu bekerja penuh

atau paruh waktu, alasan ibu bekerja dan kepuasan terhadap pekerjaannya,

dukungan suami, status sosial ekonomi keluarga, dan jenis pola asuh yang

diterapkan kepada anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Hoffman (1984) menemukan dampak

positif pekerjaan ibu terhadap anak. Ibu yang bekerja mempengaruhi persepsi

anak terhadap peran perempuan karena anak belajar tentang peran gender dengan

melakukan observasi terhadap orangtuanya. Anak-anak dengan ibu yang bekerja

lebih merasa bahwa peran perempuan dan laki-laki sama, memiliki sikap yang

positif terhadap perempuan yang bekerja, dan memandang perempuan memiliki

kompetensi dalam pekerjaan maupun dalam rumahtangga. Selain itu, anak

perempuan dari ibu yang bekerja lebih memiliki keinginan yang tinggi untuk

meraih pendidikan dan karir yang matang saat dewasa, lebih memiliki

kepercayaan diri, dan memiliki self esteem yang lebih baik dibandingkan anak

dengan ibu yang tidak bekerja.

Anak dengan ibu yang bekerja tidak terlalu dipengaruhi oleh stereotip

peran gender di lingkungan rumah. Ibu yang bekerja bisa meningkatkan

kemandirian anak karena anak diberi kesempatan untuk memiliki tanggungjawab

seperti membantu melakukan pekerjaan rumah tangga (Hoffman, 1984). Dengan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 45: S-Mega Yolanda.pdf

30

Universitas Indonesia

demikian, anak akan memiliki self esteem yang lebih tinggi ketika mereka diberi

kesempatan untuk membantu keluarga serta merasa bahwa bantuannya tersebut

merupakan sesuatu hal yang penting dan berpengaruh terhadap keluarga (Bird &

Melville, 1994).

Ibu yang merasa nyaman dan mendapatkan kepuasan pribadi dari

pekerjaannya tidak terlalu banyak memiliki rasa bersalah dan memiliki pengaturan

rumah tangga yang baik (Hoffman, 1984). Hal ini berkaitan dengan keadaan

emosi yang dimiliki oleh ibu. Ketika ibu merasa puas dengan apa yang telah

dilakukannya maka dia dapat melakukan pengaturan yang lebih baik terhadap

kedua tuntutan peran yang dimilikinya yaitu sebagai wanita yang bekerja dan

sebagai ibu rumahtangga. Ibu yang merasa puas dan menyukai pekerjaannya bisa

meminimalkan konflik peran ganda sehingga akan berdampak positif pada anak.

Ibu yang bekerja berusaha untuk menyiapkan rencana aktivitas bersama

anak untuk mengkompensasikan waktunya yang berkurang dengan anak

(Hoffman, 1984). Salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas membaca

bersama anak. Penelitian yang dilakukan Hoffman (1984) juga menunjukkan

bahwa kemampuan membaca anak dengan ibu yang bekerja sebagai seorang

profesional lebih baik daripada ibu yang sepenuhnya berada di rumah. Hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan ibu biasanya lebih tinggi dan menghabiskan

waktu membaca lebih banyak dengan anak.

Semakin meningkatnya jumlah ibu yang bekerja juga berakibat pada

keterlibatan ayah dalam rumahtangga. Ibu yang bekerja bisa meningkatkan

keterlibatan ayah dalam mengasuh anak dan membantu pekerjaan rumah tangga

(Bird & Melville, 1994; Hoffman, 1984). Di dalam keluarga, terdapat kesepakatan

bersama antara istri dan suami bahwa pengasuhan anak dan tanggung jawab

pekerjaan rumah tangga lainnya harus dibagi antara suami dan istri (Bird &

Melville, 1994).

2.3.4 Ibu Bekerja dan Keluarga

Jika seorang ibu memutuskan untuk bekerja, terjadi perubahan kondisi

dalam keluarga dibandingkan jika ibu tidak bekerja. Waktu yang seharusnya

dihabiskan ibu bersama keluarga menjadi berkurang. Beberapa pekerjaan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 46: S-Mega Yolanda.pdf

31

Universitas Indonesia

rumahtanggapun harus dibagi bersama dengan suami, anak yang lebih besar, atau

menggunakan jasa pembantu rumahtangga.

Pada pasangan dengan ibu yang juga bekerja, merupakan hal yang wajar

jika mereka merasakan kelelahan ketika pulang ke rumah dan merasa bersalah

karena terlalu lelah ketika keluarga membutuhkan mereka (Bird & Melville,

1994). Ketika pasangan merasa terlalu lelah dan kehabisan tenaga untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga karena bekerja, ketegangan dalam

rumah tangga hampir tidak dapat dielakkan. Untuk meminimalkan hal tersebut,

keluarga dengan ibu bekerja harus dapat menegosiasikan kembali peran-peran

yang ada dalam rumah tangga.

Ibu yang bekerja bisa menyebabkan hubungan yang lebih setara antara

suami dan istri, self esteem yang lebih baik pada istri, dan hubungan yang lebih

dekat antara ayah dan anak (Gilbert, 1994 dalam Papalia, 2009). Beberapa

keluarga berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi ibu bekerja. Salah satunya

adalah dengan meningkatkan keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam

memecahkan masalah dilema yang melibatkan keluarga dan pekerjaan (Bird &

Melville, 1994). Keluarga dengan suami istri yang bekerja harus menegosiasikan

kembali peran-peran yang ada dalam keluarga untuk mencapai kesepakatan

bersama serta saling mendukung untuk mencapai pernikahan yang sukses.

Pasangan yang saling medukung lebih dapat meminimalkan stres yang

berhubungan dengan keluarga maupun pekerjaan (Bird & Melville, 1994).

2.4. Dinamika Hubungan Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-

efficacy pada Ibu Bekerja

Ibu yang bekerja memiliki peran ganda, yaitu sebagai pekerja dan sebagai

ibu rumah tangga. Walaupun semakin banyaknya ibu yang bekerja di luar rumah,

peran yang diharapkan dilaksanakan oleh seorang ibu dalam rumah tangga

tidaklah banyak berubah (Setiadi, 2006; Veigh, 2006). Tidak jarang, tuntutan-

tuntutan yang harus dilakukan ibu pada kedua peran ini bisa menimbulkan

konflik, baik itu konflik peran, komitmen, energi, dan sumber daya lainnya (Jiwa,

1997). Ketegangan dan konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja bisa

menyebabkan stres (Hoffman, 1984). Seorang ibu yang bekerja, sering merasa

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 47: S-Mega Yolanda.pdf

32

Universitas Indonesia

khawatir tidak bisa menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anak mereka. Ibu

merasa bahwa perannya sebagai seorang yang bekerja akan mengganggu

perkembangan anak dan menghasilkan pengasuhan anak yang tidak adekuat (Bird

& Melville, 1994). Akibat dari konflik dan stres ini bisa menyebabkan ibu tidak

bisa menjalankan tanggung jawab-tanggung jawabnya dalam kedua peran tersebut

dengan baik.

Tidak semua ibu bekerja mengalami kecemasan dan stres dalam

menjalankan peran gandanya. Terbukti banyak ibu yang sukses dalam pekerjaan

serta bisa memberikan pengasuhan yang adekuat terhadap anak-anaknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Lois Hoffman (1984) juga menyimpulkan bahwa

ketika orangtua sensitif terhadap kebutuhan anak, memberikan kasih sayang yang

konsisten, dan menyediakan pengasuh pengganti, perkembangan anak tidak

menjadi terganggu walaupun ibu bekerja di luar rumah. Kemampuan ibu untuk

beradaptasi dengan keterampilan mejadi orangtua yang responsif terhadap

kebutuhan anak serta mampu memberikan pengasuhan yang adekuat sangat

berkaitan erat dengan parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 2000). Ibu

yang memiliki parenting self-efficacy yang tinggi akan memandang proses

mengasuh anak sebagai sebuah tantangan dibandingkan sebagai ancaman

(Sansom, 2010). Oleh karena itu, walaupun ibu bekerja, mereka tidak mudah

rentan terhadap stres, tidak mudah putus asa, serta memiliki ketekunan yang tinggi

dalam menjalani peran sebagai orangtua. Kepercayaan yang dimiliki ibu bekerja

bahwa dia memiliki kemampuan dalam peran pengasuhan sebagai orangtua bisa

mempengaruhi perilaku kompetensinya dalam menjalankan peran tersebut. Selain

itu, penelitian yang dilakukan Osman (2009) menunjukkan bahwa parenting self-

efficacy memiliki peranan yang penting di dalam keluarga dimana kedua orangtua

bekerja.

Penelitian yang dilakukan Salonen (2009) pada ibu yang baru melahirkan

menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga dan keberfungsian keluarga yang

efektif dapat meningkatkan parenting self-efficacy ibu. Hal ini bisa disebabkan

karena sebuah keluarga yang kuat akan selalu memberikan dukungan kepada

setiap anggota keluarga dalam menghadapi kejadian-kejadian yang mereka lalui

sepanjang hidup. Selain itu, keluarga yang kuat juga mampu menyelesaikan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 48: S-Mega Yolanda.pdf

33

Universitas Indonesia

konflik dengan menggunakan keterampilan penyelesaian masalah yang baik

daripada saling menyalahkan (Lian & Lin, 2010), sehingga hal ini dapat

meningkatkan parenting self-efficacy ibu.

Menurut dugaan peneliti, ibu yang merasa keluarganya berfungsi efektif

akan meningkatkan parenting self-efficacy pada ibu bekerja karena adanya

interaksi dan dukungan dari anggota keluarga dalam menjalankan perannya

sebagai ibu. Walaupun ibu bekerja memiliki peran ganda, ibu tidak mudah stres

dan memiliki keyakinan yang tinggi dalam melakukan pengasuhan anak. Hal ini

bisa memberikan kontribusi pada ibu bekerja untuk sukses sebagai ibu dan

sebagai wanita karir.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 49: S-Mega Yolanda.pdf

34 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah penelitian, hipotesis, dan

variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Selain itu akan dijelaskan juga

mengenai tipe dan desain penelitian yang digunakan, partisipan dalam penelitian

ini, alat ukur yang digunakan, dan bagaimana prosedur penelitian.

3.1. Masalah Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara

keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu yang bekerja.

3.1.1 Masalah Konsepual

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keberfungsian keluarga

dengan parenting self-efficacy pada ibu bekerja?

3.1.2. Masalah Operasional

Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara skor total keberfungsian

keluarga dari alat ukur family assessment device dan skor total parenting self-

efficacy dari alat ukur parenting sense of competence subskala efficacy pada ibu

bekerja?

3.2. Hipotesis penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

3.2.1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat korelasi yang signifikan antara skor total keberfungsian keluarga

dari alat ukur family assessment device dengan parenting self-efficacy dari alat

ukur parenting sense of competence subskala efficacy pada ibu bekerja.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 50: S-Mega Yolanda.pdf

35

Universitas Indonesia

3.2.2. Hipotesis Null (Ho)

Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara skor total keberfungsian

keluarga dari alat ukur family assessment device dengan parenting self-efficacy

dari alat ukur parenting sense of competence subskala efficacy pada ibu bekerja.

3.3. Variabel penelitian

Variabel merupakan sebuah gambaran, persepsi, atau konsep yang dapat

diukur (Kumar, 2005).

3.3.1. Variabel Pertama: Keberfungsian Keluarga

3.3.1.1 Definisi Konseptual

Keberfungsian keluarga adalah sejauh mana interaksi keluarga dalam

menjalankan tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan kesejahteraan dan

perkembangan sosial, fisik, dan psikologis masing-masing anggotanya

3.3.1.2 Definisi Operasional

Skor total keberfungsian keluarga dari adaptasi alat ukur The McMaster

Family Assessment Device (Epstein et al., 1983) sesuai dengan model The

McMaster Model of Family Functioning yang dikemukakan oleh Epstein et al.

(1978).

3.3.2. Variabel Kedua : Parenting Self-efficacy

3.3.2.1 Definisi Konseptual

Parenting self-efficacy adalah keyakinan orangtua terhadap kemampuan

yang dimilikinya dalam peran pengasuhan.

3.3.2.2. Definisi Operasional

Skor total subskala efficacy dari alat ukur Parental Sense of Competence

Scale (PSOC Scale) yang dikembangkan oleh Gibaud-Wallston dan L.P.

Wandersman (1978) dan diadaptasi serta direvisi kembali oleh Johnston dan Mash

(1989).

3.4. Tipe dan Desain Penelitian

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 51: S-Mega Yolanda.pdf

36

Universitas Indonesia

3.4.1 Tipe Penelitian

Berdasarkan perspektif aplikasi, tujuan, dan tipe informasi yang diperoleh,

penelitian ini termasuk kepada penelitian terapan, korelasional, dan kuantitatif.

Pada penelitian terapan, prosedur dan metodologi penelitian diaplikasikan untuk

mengumpulkan informasi mengenai fenomena dari variabel penelitian sehingga

bisa menjadi panduan untuk memahami fenomena tersebut.Penelitian korelasional

bertujuan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih aspek dari suatu situasi

atau fenomena. Pada penelitian kuantitatif, segala sesuatu yang dibutuhkan dalam

membentuk proses penelitian seperti objek, desain, sampel, dan pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada responden, sudah ditentukan terlebih dahulu. Penelitian

kuantitatif lebih sesuai untuk melihat fenomena secara meluas. Pemilihan

penelitian kuantitaif juga sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat

hubungan antara dua variabel.

3.4.2 Desain Penelitian

Berdasarkan periode referensi (reference period), penelitian ini termasuk

pada kelompok penelitian retrospektif karena penelitian dilakukan untuk meneliti

fenomena, situasi,dan masalah yang sudah terjadi. Selain itu, penelitian

retrospektif biasanya dilakukan berdasarkan data yang sudah tersedia atau

berdasarkan ingatan responden terhadap situasi yang dialaminya.

Berdasarkan sifat penelitian (nature of investigation), penelitian ini

termasuk pada kelompok penelitian noneksperimental, dimana peneliti tidak

melakukan manipulasi terhadap variabel-variabel yang ada.

3.5. Partisipan Penelitian

3.5.1 Karakteristik Partisipan Penelitian

Populasi penelitian ini adalah wanita menikah yang bekerja dan telah

memiliki anak, yang disebut juga dengan ibu bekerja. Jumlah wanita yang bekerja

sangatlah banyak. Berdasarkan data statistik pada bulan September tahun 2011,

jumlah wanita yang bekerja di Indonesia mencapai 40,74 juta jiwa dengan jumlah

pekerja wanita pada usia produktif adalah 25 juta jiwa. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan sampel. Sampel penelitian yang

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 52: S-Mega Yolanda.pdf

37

Universitas Indonesia

peneliti gunakan adalah ibu bekerja yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, dan Bekasi. Adapun karakteristik partisipan yang akan digunakan

sebagai sampel adalah sebagai berikut:

1. Wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki setidaknya satu orang

anak. Dengan karakteristik ini berarti wanita tersebut memiliki peran

ganda dan kewajiban mengurus keluarga dan bekerja

2. Berada dalam rentang usia 20-45 tahun dimana merupakan masa

penting seseorang membangun karir, keluarga, dan gaya hidup.

3. Ibu bekerja di luar rumah dengan waktu penuh , yaitu minimal 30 jam

per minggu.

4. Memiliki anak yang berumur di bawah 17 tahun. Hal ini untuk

mengurangi efek dari pengasuhan yang berhubungan dengan tahap

perkembangan anak ketika dewasa.

3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

Metode sampling digunakan dimana peneliti memilih sebagian kecil

sampel dari kelompok populasi sebagai dasar untuk mengestimasi atau

memprediksi informasi atau situasi yang ada di populasi. Keuntungan dalam

penggunaan metode sampling ini adalah menghemat waktu, biaya, dan sumber

daya manusia. Sedangkan kekurangannya adalah tidak ditemukannya karakteristik

dari populasi yang sebenarnya, namun hanya perkiraan atau prediksi dari

populasi. Oleh karena itu bisa terjadi kemungkinan eror dalam prediksi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode non-probability

sampling, dimana kemungkinan individu untuk dipilih sebagai sampel tidak sama.

Selain itu metode sampling didasarkan pada faktor-faktor seperti common sense

dan kemudahan dengan adanya upaya untuk tetap mempertahankan

representativeness dan menghindari bias Non-probability sampling juga

digunakan karena jumlah individu dalam populasi tidak diketahui secara pasti.

Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling.

Peneliti memilih individu sebagai sampel dalam penelitian berdasarkan

ketersediaan saat itu dan kemudahan dalam memperoleh, serta kesediaan mereka

untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 53: S-Mega Yolanda.pdf

38

Universitas Indonesia

3.5.3 Jumlah sampel

Minimal jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30

orang. Menurut Guilford dan Fruchter (1981) jumlah sampel tersebut merupakan

syarat batas minimal untuk mendapatkan penyebaran distribusi normal.

Penggunaan sampel yang semakin besar dapat meminimalkan bias yang terjadi

ketika menggunakan sampel dalam jumlah kecil (Guilford & Fruchter, 1981).

3.6. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah kuesioner. Dalam menggunakan kuesioner, responden akan membaca,

menginterpretasikan maksud dari pertanyaan, dan kemudian menuliskan

jawabannya. Untuk menghindari bias pada kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang

ada dibuat sejelas mungkin untuk dimengerti oleh responden. Penggunaan

kuesioner lebih mudah digunakan pada responden yang tersebar meluas secara

geografis, seta lebih efisien dalam hal waktu dan biaya.

Pada kuesioner ini terdapat dua bagian pertanyaan. Bagian pertama untuk

mengukur variabel keberfungsian keluarga, sedangkan bagian kedua untuk

mengukur variabel parenting self-efficacy. Format pertanyaan yang digunakan

dalam kuesioner ini adalah skala Likert. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai

dua alat ukur yang digunakan pada penelitian ini akan dijelaskan pada bagian

berikutnya.

3.6.1. Alat Ukur Keberfungsian Keluarga

Alat ukur keberfungsian keluarga yang digunakan pada penelitian ini

adalah Family Assessment Device (FAD) yang dikembangkan berdasarkan konsep

McMaster Model of Family Functioning (Epstein et al., 1983). Konsep ini

mendeskripsikan perangkat organisasi dan struktural dari kelompok keluarga serta

pola-pola transaksi antara anggota keluarga dalam menjalankan tugas-tugasnya,

sehingga bisa digunakan untuk membedakan antara keluarga yang sehat dan

keluarga yang tidak sehat.

Alat ukur ini telah duji cobakan oleh Epstein et al. (1983) pada 503 orang

responden yang berusia di atas 12 tahun dengan berbagai kondisi keluarga yang

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 54: S-Mega Yolanda.pdf

39

Universitas Indonesia

berbeda-beda, seperti keluarga pasien penderita stroke maupun beberapa keluarga

pasien yang menderita gangguan psikologis. Hasil uji reliabilitas yang

menghasilkan nilai koefisien alpha 0,7 menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki

reliabilitas yang baik. Selain itu, alat ukur ini juga sudah dinyatakan valid untuk

membedakan antara keluarga yang sehat dan keluarga yang tidak sehat (Epstein et

al., 1983).

Family Assessment Device (FAD) dibuat sebagai alat ukur yang

mengidentifikasi adanya masalah pada beberapa area tertentu dalam keluarga

(Epstein et al., 1983). Seperti kebanyakan instrumen yang mengukur tentang

keluarga lainnya, alat ukur ini juga mengukur persepsi seseorang terhadap

keluarga mereka (Epstein et al., 1983). Pada alat ukur FAD ini terdapat 7

dimensi, dimana 6 dimensi berdasarkan MMFF yaitu, penyelesaian masalah,

komunikasi, peran, responsivitas afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku,

sedangkan satu dimensi tambahan lainnya yaitu keberfungsian umum yang

mengukur kesehatan atau patologi dari sebuah keluarga secara keseluruhan.

Jumlah item mencakup seluruh dimensi adalah 53 item dengan rentang jumlah

item setiap dimensi berjumlah 5-12 item. Pembagian dimensi dan jumlah item

setiap dimensi dapat dilihat pada table 3.1.

Tabel 3.1.

Dimensi Alat Ukur Family Assessment Device (FAD)

No Dimensi No. item Contoh item

1 Pemecahan

Masalah

1,8,15, 22, 29 Kami mencoba memikirkan berbagai

cara untuk menyelesaikan masalah (29)

2 Komunikasi 2, 9, 16, 23,

30, 36

Di dalam keluarga, kami berterusterang

terhadap satu sama lain (23)

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 55: S-Mega Yolanda.pdf

40

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 (lanjutan)

Dimensi Alat Ukur Family Assessment Device (FAD)

No Dimensi No. item Contoh item

3 Peran 3, 10, 17, 24,

31, 37, 42, 46

Kami memastikan setiap anggota

keluarga menjalankan tanggung

jawabnya masing-masing (10)

4 Responsivitas

Afektif

4, 11, 18, 25,

32, 38

Saya merasa, keluarga saya sulit

menunjukkan kasih sayang kepada satu

sama lain (4)

5 Keterlibatan

Afektif

5, 12, 19, 26,

33, 39, 43

Menurut saya, anggota keluarga saya

terlalu memikirkan diri sendiri (19)

6 Kontrol

Perilaku

6, 13, 20, 27,

34, 40, 44, 47,

51

Di dalam keluarga saya, kami dapat

dengan mudah melanggar aturan (6)

7 Keberfungsian

Umum

7, 14, 21, 28,

35, 41, 45, 48,

49, 50, 52, 53

Dalam keluarga saya, setiap individu

diterima apa adanya (28)

3.6.1.1 Metode Scoring

Alat ukur Family Assessment Device (FAD) ini menggunakan format skala

Likert dengan 4 pilihan jawaban. Hal ini sesuai dengan alat ukur asli yang

dikembangkan oleh Epstein et al. (1983). Pilihan jawaban yang digunakan adalah

SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Item-item yang ada pada alat ukur ini terdiri dari item favorable dan item

unfavorable. Pemberian skor bagi item-item favorable dilakukan dengan

memberikan nilai 1 untuk pilihan “Sangat Tidak Sesuai (STS)” hingga nilai 4

untuk pilihan “Sangat Sesuai (SS). Sedangkan bagi item-item unfavorable

diberikan nilai 1 untuk pilihan “Sangat Sesuai (SS)” hingga 4 untuk pilihan

jawaban “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Setelah melakukan uji coba, skor total

minimum alat ukur Family Assessment Device (FAD) adalah 47 dan skor total

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 56: S-Mega Yolanda.pdf

41

Universitas Indonesia

maksimum adalah 188. Pembagian item-item favorable dan item unfavorable

dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2

Pembagian item favorable dan item unfavorable

Item unfavorable Item favorable

4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 17, 18, 19, 20, 21,

24, 25, 26, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 43,

44, 45, 46, 47, 49, 52

1, 2, 3, 5, 8, 10, 14, 15, 16, 22, 23, 27,

28, 29, 32, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 48,

50, 51, 53

3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan adaptasi alat ukur FAD bersama anggota payung

penelitian keberfungsian keluarga. Sebelum dilakukan uji coba, alat ukur FAD

diadaptasi dengan cara diterjemahkan dari alat ukur aslinya. Setiap item

diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Penerjemahan dilakukan

dengan menyesuaikan setiap item menjadi bahasa Indonesia yang mudah

dipahami tanpa mengubah makna aslinya. Setelah dilakukan penerjemahan,

peneliti meminta bantuan orang yang ahli dalam bahasa Inggris untuk memeriksa

hasil terjemahan dan melakukan penerjemahan kembali dari bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur terjemahan

sudah setara dengan alat ukur yang asli. Selanjutnya, peneliti melakukan expert

judgment alat ukur hasil terjemahan kepada dosen pembimbing dan dua dosen

lainnya sebagai perbandingan. Setelah beberapa proses tersebut dilakukan,

beberapa item di revisi agar tidak mengubah makna asli dan lebih dapat dipahami

dalam bahasa Indonesia.

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji keterbacaan dan uji coba untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji keterbacaan dan uji coba yang

pertama dilakukan kepada mahasiswa dan menghasilkan 111 data yang

merupakan data gabungan yang didapatkan seluruh anggota payung penelitian.

Pada uji keterbacaan dihasilkan beberapa item yang perlu diperbaiki bahasanya

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 57: S-Mega Yolanda.pdf

42

Universitas Indonesia

sehingga mudah untuk dimengerti. Sebelum melakukan revisi, selain melihat hasil

uji keterbacaan peneliti juga melihat hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur

serta item-itemnya.

Uji reliabilitas alat ukur secara keseluruhan menghasilkan nilai koefisien

alpha sebesar 0.927. Sedangkan nilai reliabilitas masing-masing dimensi di

dapatkan nilai untuk dimensi pemecahan masalah 0.583, dimensi komunikasi

0.605, dimensi peran 0.478, dimensi responsivitas afektif 0.682, dimensi

keterlibatan afektif 0.678, dimensi kontrol perilaku 0.535, dan dimensi

keberfungsian umum 0.890. Menurut Kerlinger (2000), pada beberapa keadaan

nilai reliabilitas alpha cronbach 0.5 atau 0.6 dapat diterima. Oleh karena itu

berdasarkan uji coba yang dilakukan terdapat satu dimensi yang memiliki nilai

reliabilitas yang belum mencukupi yaitu dimensi roles.

Uji validitas yang dilakukan adalah dengan menggunakan validitas

construct-identification procedures dengan metode konsistensi internal. Menurut

Anastasi dan Urbina (1997), konsistensi internal pada dasarnya mengukur derajat

homogenitas suatu tes dan relevansinya dengan validitas konstruk. Konsistensi

internal dihitung dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total yang

sudah dikurangi dengan item tersebut (corrected item-total correlation). Menurut

Aiken dan Marnat (2006), batasan minimal nilai corrected item-total correlation

yang dianggap baik adalah 0.2. Uji validitas FAD dengan metode konsistensi

internal menunjukkan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0.004

hingga 0.675, sehingga didapatkan 9 item di bawah 0.2 yaitu, item nomor

3,22,24,29,33,40,42,43,44. Oleh karena itu, peneliti melakukan revisi bahasa pada

item-item tersebut dan selanjutnya melakukan uji coba kembali.

Uji coba yang kedua dilakukan dengan partisipan 60 orang ibu bekerja.

Koefisien reliabilitas keseluruhan naik dari 0.927 menjadi 0.937. Sedangkan

koefisien reliabilitas untuk dimensi pemecahan masalah 0.524, dimensi

komunikasi 0.635, dimensi peran 0.647, dimensi responsivitas afektif 0.601,

dimensi keterlibatan afektif 0.676, dimensi kontrol perilaku 0.629, dan dimensi

keberfungsian umum 0.887. Uji validitas dengan menggunakan konsistensi

internal menghasilkan nilai corrected item-total correlation yang berkisar antara

0.038 sampai 0,745. Berdasarkan hal itu, 6 buah item yang memiliki nilai

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 58: S-Mega Yolanda.pdf

43

Universitas Indonesia

corrected item-total correlation dibawah 0.2 dihilangkan yaitu, item nomor

11,22,33,42,43,44 sehingga item yang digunakan untuk pengambilan data

menjadi 47 item.

3.6.2. Alat Ukur Parenting Self-efficacy

Pada penelitian ini, alat ukur parenting self-efficacy yang digunakan

adalah Parenting Sense of Competence Scale (PSOC Scale ) yang dikembangkan

oleh Gibaud-Wallston dan L.P. Wandersman (1978). Alat ukur ini kemudian

diadaptasi dan divalidasi kembali oleh Johnston dan Mash (1989). Alat ukur

PSOC ini terdiri dari dua subskala yaitu subskala efficacy dan subskala

satisfaction. Kedua subskala ini dapat digunakan dan diskor secara terpisah.

Jumlah item yang ada dalam alat ukur ini adalah 16 item.

Alat ukur ini memiliki nilai koefisen alpha yang baik ketika dilakukan uji

coba oleh Gibaud-Wallston dan L.P. Wandersman (1978, dalam Johnston &

Mash, 1989) ataupun ketika diadaptasi dan direvisi kembali oleh Johnston dan

Mash (1989). Nilai koefisien alpha yang didapatkan oleh Gibaud-Wallston dan

L.P. Wandersman (1978, dalam Johnston & Mash, 1989) untuk subskala

satisfaction adalah 0,82, sedangkan untuk skala efficacy adalah 0,70. Johnston dan

Mash (1989) yang melakukan revisi dan adaptasi alat ukur ini mendapatkan hasil

reliabilitas alat ukur secara keseluruhan dengan nilai koefisien alpha 0,79,

subskala satisfaction 0,75, dan subskala efficacy 0,76.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan subskala efficacy

sebanyak 7 item yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu parenting self-

efficacy. Subskala efficacy ini terdiri dari 3 dimensi yaitu kompetensi, kemampuan

menyelesaikan masalah, dan kemampuan dalam peran pengasuhan. Dari 3

dimensi tersebut terdapat 7 indikator tingkah laku , yaitu menganggap masalah

mudah , menjadi contoh yang baik , mampu mengatur, memenuhi harapan,

mampu menemukan jawaban, mengenal peran, dan memiliki keterampilan.

Seluruh item dalam subskala efficacy merupakan item-item favorable.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 59: S-Mega Yolanda.pdf

44

Universitas Indonesia

3.6.2.1 Metode Scoring

Alat ukur Parental Sense of Competence Scale (PSOC Scale) subskala

efficacy yang digunakan pada penelitian ini menggunakan format skala Likert

dengan 6 pilihan jawaban. Pemilihan format ini sesuai dengan alat ukur yang telah

direvisi dan diadaptasi kembali oleh Johnston dan Mash (1989). Pilihan jawaban

yang digunakan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), AS (Agak Setuju), ATS

(Agak Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Seluruh item

pada alat ukur ini merupakan item favorable. Pemberian skor pada item dilakukan

dengan memberikan nilai 1 untuk pilihan “STS (Sangat Tidak Setuju)” hingga

nilai 6 untuk pilihan “SS (Sangat Setuju)”. Skor total minimum yang bisa

didapatkan dari alat ukur ini adalah 7, sedangkan skor total maksimum yang bisa

didapatkan adalah 42.

3.6.2.2 Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur PSOC yang digunakan pada penelitian ini sudah pernah

digunakan dalam skripsi sebelumnya. Peneliti mendapatkan informasi mengenai

proses adaptasi PSOC subskala efficacy yang dilakukan oleh Puspitarani (2010)

yang sebelumnya telah menggunakan alat ukur ini. Alat ukur PSOC subskala

efficacy diterjemahkan terlebih dahulu dari bahasa inggris ke dalam bahasa

Indonesia. Selanjutnya hasil terjemahan bahasa Indonesia tersebut diterjemahkan

kembali ke dalam bahasa Inggris dengan bantuan seorang ahli bahasa Inggris.

Kemudian, alat ukur tersebut dikonsultasikan kepada pembimbing untuk melihat

apakah alat ukur hasil terjemahan tersebut sudah setara dengan alat ukur aslinya

dan hasil adaptasinya sudah cukup baik. Selanjutnya, dilakukan uji keterbacaan

dan uji coba pada alat ukur tersebut. Hasil dari uji keterbacaan menunjukkan

bahwa partisipan sudah cukup mengerti dengan item-item yang ada. Sedangkan

uji coba menghasilkan nilai reliabilitas yang belum mencukupi batas minimal 0,7

menurut Kaplan dan Sacuzzo (2009). Selain itu, uji validitas dengan konsistensi

internal menghasilkan item 1 dan item 5 memiliki nilai corrected item total-

correlation dibawah 0,2, sedangkan batasan minimal corrected item-total

correlation menurut Aiken dan Marnat (2006) adalah 0,2. Hal ini menyebabkan

alat ukur PSOC subskala efficacy diuji cobakan kembali setelah direvisi. Hasil uji

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 60: S-Mega Yolanda.pdf

45

Universitas Indonesia

coba memperlihatkan nilai koefisien alpha naik menjadi 0,729 dan kedua item

yang direvisi memiliki nilai corrected item- total correlation di atas 0,2.

Peneliti kemudian tetap melakukan uji coba kembali untuk melihat

reliabilitas dan validitas alat ukur ini pada partisipan penelitian. Selain itu peneliti

juga berusaha mencocokkan hasil terjemahan dengan alat ukur yang asli. Uji coba

dilakukan kepada 30 orang ibu bekerja. Hasil uji reliabilitas menggunakan alpha

cronbach menghasilkan nilai koefisien reliabilitas 0,860. Nilai koefisien

reliabilitas tersebut dianggap baik sesuai dengan batasan minimal koefisien

reliabilitas menurut Kaplan dan Sacuzzo (2009), yaitu 0,7. Uji valliditas

menggunakan teknik konsistensi internal menunjukkan nilai corrected item-total

correlation semua item di atas 0,2 (berkisar antara 0,422 sampai 0,817). Hal ini

menunjukkan bahwa semua item sudah memiliki nilai corrected item-total

correlation yang baik sesuai dengan batasan minimal corrected item-total

correlation menurut Aiken dan Marnat (2006), yaitu 0,2.

3.7 Data Partisipan

Pada bagian akhir kuesioner, peneliti mencantumkan isian data demografis

partisipan. Data partisipan yang dicantumkan adalah usia, urutan kelahiran,

pendidikan terakhir, pekerjaan, lama jam kerja, penghasilan, usia pernikahan,

jumlah anak, jenis kelamin anak, dan anggota keluarga yang tinggal di rumah.

Data-data tersebut diperlukan untuk melihat persebaran partisipan dan melihat

gambaran keberfungsian keluarga maupun parenting self-efficacy ditinjau

berdasarkan kategori data partisipan.

3.8. Prosedur Penelitian

3.8.1. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan.

Peneliti menentukan alat ukur apa yang akan digunakan untuk mengukur

keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy. Berdasarkan payung

penelitian yang diikuti oleh peneliti, teori keberfungsian keluarga yang digunakan

adalah The McMaster Model of Family Functioning dari Epstein, et al. (1978)

dan alat ukur yang digunakan adalah Family Assessment Device (FAD) yang

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 61: S-Mega Yolanda.pdf

46

Universitas Indonesia

dikembangkan oleh Epstein et al. (1983). Untuk variabel parenting self-efficacy

peneliti menggunakan subskala efficacy pada alat ukur Parenting Sense of

Competence Scale (PSOC) yang dikembangkan pertama kali oleh Gibaud-

Wallston dan L.P. Wandersman (1978). Alat ukur ini kemudian diadaptasi dan

direvisi oleh Johnston dan Mash (1989).

Peneliti bersama anggota payung penelitian keberfungsian keluarga

melakukan adaptasi terhadap alat ukur FAD dengan melakukan penerjemahan,

back translation, dan expert judgment. Alat ukur parenting self-efficacy berupa

subskala efficacy dari PSOC didapatkan dari peneliti lain yang telah melakukan

penelitian sebelumnya. Peneliti juga mendapatkan deskripsi mengenai proses

adaptasi alat ukur tersebut. Alat ukur yang telah diadaptasi dibentuk menjadi

sebuah kuesioner. Selanjutnya, alat ukur FAD dan PSOC subskala efficacy

kemudian diuji coba. Peneliti mencari partisipan uji coba melalui beberapa orang

kenalan. Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan revisi pada beberapa item

dan melanjutkan ke tahap pengambilan data.

3.8.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 22 April 2012 hingga 11

Mei 2012. Peneliti menyebarkan sekitar 160 kuesioner dengan menggunakan

booklet dan online melalui email dan milist, sedangkan kuesioner yang kembali

dan dapat diolah dalam penelitian ini adalah sebanyak 128 data. Partisipan dipilih

berdasarkan kemudahan untuk ditemui dan kesediaan untuk menjadi partisipan

dalam penelitian ini. Selain itu peneliti juga menitipkan kuesioner kepada kenalan

yang bekerja dan memiliki rekan kerja yang sesuai dengan kriteria penelitian.

3.8.3. Tahap Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data secara

kuantitatif dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0. Data yang dapat diolah

adalah data yang diisi secara lengkap, sedangkan yang tidak diisi secara lengkap

tidak dapat dimasukkan dalam pengolahan data. Pada pengolahan data

demografis, partisipan yang tidak mengisi data demografis tidak dimasukkan

dalam deskripsi penyebaran data partisipan.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 62: S-Mega Yolanda.pdf

47

Universitas Indonesia

3.9 Metode Pengolahan Data

3.9.1 Metode dan Teknik Statistik yang Digunakan

Setelah semua data terkumpul, peneliti menggunaka metode dan teknik

statistik berikut untuk mengolah data:

1. Statistik Deskriptif: digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dan persentase data partisipan yang telah diperoleh. Hasilnya dapat

digunakan untuk melihat gambaran umum partisipan penelitian.

2. Pearson Correlation: digunakan untuk melihat hubungan dua variabel

yang dalam penelitian ini adalah keberfungsian keluarga dan parenting

self-efficacy.

3. Analisis Varian Satu Arah (one-way ANOVA): digunakan untuk

mengetahui perbedaan rata-rata antara dua kelompok atau lebih dalam

satu variabel.

4. Independent sample t-test: digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-

rata antara dua kelompok.

3.9.2 Rencana Analisis Statistik

Berikut ini merupakan rencana analisis statistik yang digunakan dalam

pengolahan data untuk mendapatkan hasil penelitian yang terangkum dalam tabel

3.3.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 63: S-Mega Yolanda.pdf

48

Universitas Indonesia

Tabel 3.3

Rencana Analisis Statistik

Teknik Analisis Statistik

Analisis Deskriptif Pearson

Correlation

one-way

ANOVA

Independent

sample t-test

Hubungan Keberfungsian

Keluarga dan Parenting

Self-Efficacy

V

Gambaran Keberfungsian

keluarga

V

Gambaran Parenting

Self-Efficacy

V

Keberfungsian Keluarga

dihubungkan dengan data

partisipan

V V

Parenting Self_Efficacy

dihubungan dengan data

partisipan

V V

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 64: S-Mega Yolanda.pdf

49 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan mengenai hasil yang diperoleh

dari pengambilan data dan pengolahan data secara statistik. Hasil penelitian yang

akan diuraikan adalah gambaran umum partisipan, hubungan antara dua variabel,

dan gambaran variabel yang dihubungkan dengan data partisipan. Partisipan

dalam penelitian ini berjumlah 128 orang.

4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Gambaran umum partisipan penelitian berisi tentang gambaran demografis

penyebaran partisipan penelitian, gambaran keberfungsian keluarga, dan

gambaran parenting self-efficacy pada partisipan penelitian.

4.1.1 Gambaran Penyebaran Demografis Partisipan Penelitian

Gambaran penyebaran demografis partisipan diperolah dari data diri

mereka yang dicantumkan dalam kuesioner. Gambaran demografis partisipan

penelitian yang akan dideskripsikan dari data diri adalah usia, urutan kelahiran,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, usia pernikahan, jumlah anak, jenis kelamin

anak, anggota keluarga yang tinggal di rumah, dan lama jam kerja per minggu.

Hasil penghitungan distribusi frekuensi dari gambaran demografis penyebaran

partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Gambaran Demografis Partisipan Penelitian

Karakteristik

Partisipan

Data Partisipan Frekuensi Persentase

Usia Dewasa Muda

Dewasa Madya

113

14

88,3%

10,9%

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 65: S-Mega Yolanda.pdf

50

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 (lanjutan)

Gambaran Demografis Partisipan Penelitian

Karakteristik

Partisipan

Data Partisipan Frekuensi Persentase

Urutan Kelahiran

Partisipan

Anak Sulung

Anak Tengah

Anak Bungsu

Anak Tunggal

41

45

29

6

32 %

35,2%

22,7%

4,7%

Pendidikan SMA

D1

D2

D3

S1

S2

31

1

1

32

55

7

24,2%

0,8%

0,8%

25%

43%

5,5%

Pekerjaan Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

Guru

Bidang Jasa

Wiraswasta

Lainnya

23

89

6

1

2

5

18%

69,5%

4,7%

0,8%

1,6%

3,9%

Jumlah Anak 1-3

4-6

7-9

122

3

1

95,3%

2,3%

0,8%

Jenis kelamin Anak LK

PR

LK dan PR

42

39

44

32,8%

30,5%

34,4%

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 66: S-Mega Yolanda.pdf

51

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 (lanjutan)

Gambaran Demografis Partisipan

Karakteristik

Partisipan

Data Partisipan Frekuensi Persentase

Usia Pernikahan 1-5 tahun

6-10 tahun

11-15 tahun

16-20 tahun

21-25 tahun

52

37

19

11

2

40,6%

28,9%

14,8%

8,6%

1,6%

Penghasilan/bulan Rp500.000-1.000.000

Rp1.000.001-2.500.000

Rp2.500.001-5.000.000

> Rp5.000.000

8

24

69

26

6,3%

18,8%

53,9%

20,3%

Anggota Keluarga di

Rumah

Hanya Keluarga Inti

Tidak Hanya Keluarga

Inti

42

78

32,8%

60,9%

Lama jam

kerja/minggu

30 - 35 jam

36 – 40 jam

41 – 45 jam

> 45 jam

3

78

17

24

2,3%

60,9%

13,3%

18,8%

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa partisipan penelitian

ini sebagian besar adalah ibu bekerja yang berada pada tahapan umur dewasa

muda yaitu 20-40 tahun dengan jumlah 113 orang (88,3%). Di dalam keluarganya,

sebagian besar partisipan merupakan anak dengan urutan kelahiran ditengah,

artinya partisipan memiliki saudara yang lebih tua (kakak) dan saudara yang lebih

muda (adik) dengan jumlah 45 orang (35,2%). Mayoritas partisipan berpendidikan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 67: S-Mega Yolanda.pdf

52

Universitas Indonesia

S1 sebanyak 55 orang (33%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas partisipan

penelitian ini merupakan pegawai swasta sebanyak 89 orang (69,5%). Mayoritas

ibu bekerja yang merupakan partisipan penelitian ini memiliki anak 1-3 orang,

dengan jumlah 122 orang (95,3%). Berdasarkan jenis kelamin anak yang dimiliki

oleh partisipan, sebagian besar memiliki anak laki-laki dan perempuan dalam

keluarga, dengan jumlah partisipan 44 orang (34,4%). Usia pernikahan mayoritas

partisipan dalam penelitian ini berada pada rentang 1-5 tahun, yaitu sebanyak 52

orang (40,6%). Penghasilan sebagian besar partisipan penelitian ini berada pada

rentang Rp2.500.000 - Rp5.000.000 sebanyak 69 orang (53,9%). Sebagian besar

partisipan penelitian ini di rumah tidak hanya tinggal bersama keluarga inti, tetapi

juga bersama anggota keluarga lainnya seperti orangtua, saudara, atau pembantu.

Partisipan yang tidak hanya tinggal bersama keluarga inti ada sebanyak 78 orang

(60,9%). Mayoritas partisipan memiliki waktu bekerja dalam rentang 36-40

jam/minggu, yaitu sebanyak 78 orang (60,9%).

4.1.2 Gambaran Keberfungsian Keluarga

Gambaran keberfungsian keluarga pada partisipan dilihat dari nilai mean,

nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi yang didapatkan dari

pengisian kuesioner FAD. Nilai mean keberfungsian keluarga yang didapatkan

pada partisipan ini adalah sebesar 146,5 (SD = 14,23), nilai maksimum 188, dan

nilai minimum 109. Hasil deskripsi keberfungsian keluarga yang didapatkan

dalam penelitian ini dirangkum dalam tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Deskriptif Statistik Keberfungsian Keluarga

N M Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum

SD

128 146,5 188 109 14,23

Gambaran keberfungsian keluarga pada partisipan juga dikategorikan

rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian dilakukan berdasarkan nilai mean dan

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 68: S-Mega Yolanda.pdf

53

Universitas Indonesia

standar deviasi yang didapatkan atau norma berdasarkan z-score. Kategori

keberfungsian keluarga dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Kategori Tingkat Keberfungsian Keluarga

Tingkat Skor Frekuensi Persentase

Rendah 109-131 14 10,9%

Sedang 132-161 95 74,2%

Tinggi 162-188 19 14,8%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan

penelitian ini memiliki tingkat keberfungsian keluarga sedang, yaitu sebanyak 95

orang (74,2%). Partisipan yang memiliki tingkat keberfungsian keluarga rendah

adalah 14 orang (10,9%), sedangkan partisipan yang memiliki tingkat

keberfungsian keluarga tinggi ada sebanyak 19 orang (14,8%).

Berikut ini juga disajikan pengkategorian setiap dimensi dari keberfungsian

keluarga pada partisipan penelitian berdasarkan alat ukur FAD, yaitu penyelesaian

masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif, keterlibatan afektif, kontrol

perilaku, dan keberfungsian umum. Pengkategorian dilakukan berdasarkan nilai

mean dan standar deviasi yang didapatkan atau norma berdasarkan z-score.

Kategori dari setiap dimensi dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Kategori Setiap Dimensi Keberfungsian Keluarga

Dimensi Kategori Skor Frekuensi Persentase

Penyelesaian

Masalah

Rendah

Sedang

Tingggi

9-10

11-14

15-16

9

102

17

7%

79,2%

13,2%

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 69: S-Mega Yolanda.pdf

54

Universitas Indonesia

Tabel 4.4 (lanjutan)

Kategori Setiap Dimensi Keberfungsian Keluarga

Dimensi Kategori Skor Frekuensi Persentase

Komunikasi Rendah

Sedang

Tinggi

10-14

15-20

21-24

9

104

15

7%

81,2%

12%

Peran Rendah

Sedang

Tinggi

16-17

18-23

24-28

4

110

14

3,1%

85,9%

10,9%

Responsivitas

Afektif

Rendah

Sedang

Tinggi

10-12

13-17

18-20

7

97

24

5,4%

75,8%

18,8%

Keterlibatan

Afektif

Rendah

Sedang

Tinggi

9-13

14-18

19-20

12

99

17

9,4%

77,3%

13,2%

Kontrol

Perilaku

Rendah

Sedang

Tinggi

16-20

21-27

28-32

10

97

21

7,8%

75,8%

16,4%

Keberfungsian

Umum

Rendah

Sedang

Tinggi

29-33

34-42

43-48

5

96

27

4%

75%

21%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan

penelitian berada pada kategori sedang untuk semua dimensi keberfungsian

keluarga, yaitu penyelesaian masalah (79,2%), komunikasi (81,2%), peran

(85,9%), responsivitas afektif (75,8%), keterlibatan afektif (77,3%), kontrol

perilaku (75,8%), dan keberfungsian umum (75%). .

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 70: S-Mega Yolanda.pdf

55

Universitas Indonesia

4.1.3 Gambaran Parenting Self-efficacy

Gambaran parenting self-efficacy pada partisipan dilihat dari nilai mean,

nilai maksimum, dan nilai minimum yang didapatkan dari pengisian alat ukur

PSOC subskala efficacy. Nilai mean parenting self-efficacy partisipan penelitian

ini adalah sebesar 29,2 (SD = 5,82), nilai maksimum 42, dan nilai minimum

adalah 16. Hasil deskripsi parenting self-efficacy yang didapatkan pada penelitian

ini dirangkum dalam tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Deskriptif Statistik Parenting Self-Efficacy

N M Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum

SD

128 29,2 42 16 5,82

Gambaran parenting self-efficacy pada partisipan juga dikategorikan

dalam kategori rendah, tinggi, dan sedang. Pengkategorian dilakukan berdasarkan

nilai mean dan standar deviasi yang didapatkan dalam penelitian ini atau norma

berdasarkan z-score. Kategori parenting self-efficacy dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut ini:

Tabel 4.6

Kategori Tingkat Parenting Self-efficacy

Tingkat Skor Frekuensi Persentase

Rendah 16-22 20 15,6%

Sedang 23-35 90 70,3%

Tinggi 36-42 18 14,1%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas partisipan dalam

penelitian ini berada pada kategori parenting self-efficacy sedang, yaitu sebanyak

90 orang (70,3%). Partisipan yang berada pada kategori parenting self-efficacy

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 71: S-Mega Yolanda.pdf

56

Universitas Indonesia

rendah berjumlah 20 orang (15,6%), sedangkan yang berada pada kategori tinggi

ada 18 orang (14,1%).

4.2 Hubungan Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-Efficacy pada

Ibu Bekerja

Hasil penelitian ini adalah mengenai hubungan antara keberfungsian

keluarga dengan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Pengolahan data untuk

mendapatkan hasil korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment. Hasil korelasi yang didapatkan dapat dilihat pada tabel

4.7.

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Korelasi antara Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-

Efficacy

Variabel R Sig(p) r²

Keberfungsian Keluarga dan

Parenting Self-Efficacy

0,203* 0,022 0,041

*Signifikansi L.o.S .05

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa korelasi yang didapatkan

sebesar r = 0,203 dan p = 0,022, artinya signifikan pada L.o.S .05. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara keberfungsian keluarga dengan parenting self-efficacy pada ibu

bekerja. Semakin tinggi keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi parenting

self-efficacy pada ibu bekerja. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah

keberfungsian keluarga, maka semakin rendah parenting self-efficacy pada ibu

bekerja. Hasil dari r² = 0,041 atau 4,1 % dapat dinterpretasikan bahwa variasi

skor parenting self-efficacy 4,1% dapat dijelaskan dari skor keberfungsian

keluarga.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 72: S-Mega Yolanda.pdf

57

Universitas Indonesia

4.3 Gambaran Variabel Berdasarkan Data Demografis Partisipan

Peneliti melihat hubungan variabel dengan data partisipan penelitian

dengan menggunakan teknik independent sample t-test untuk perbandingan dua

kelompok dan one-way ANOVA untuk perbandingan lebih dari dua kelompok.

Hasilnya terangkum dalam tabel integratif yang tersedia dalam tabel 4.8 berikut

ini.

Tabel 4.8

Gambaran Hubungan Variabel dengan Data Demografis Partisipan

Variabel

Demografis

Keberfungsian keluarga Parenting Self-Efficacy

Usia Tidak signifikan Tidak signifikan

Agama Tidak signifikan Tidak signifikan

Urutan Kelahiran Tidak signifikan Tidak signifikan

Pendidikan Signifikan Tidak signifikan

Pekerjaan Tidak signifikan Tidak signifikan

Jumlah Anak Tidak signifikan Tidak signifikan

Jenis Kelamin Anak Tidak signifikan Tidak signifikan

Usia Pernikahan Tidak signifikan Signifikan

Penghasilan per bulan Tidak signifikan Tidak signifikan

Anggota Keluarga di

Rumah

Tidak signifikan Tidak signifikan

Lama

Jam Kerja/Minggu

Tidak signifikan Tidak signifikan

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa data demografis partisipan yang

memiliki perbedaan mean skor yang signifikan pada variabel keberfungsian

keluarga adalah pendidikan, sedangkan yang memiliki perbedaan mean skor yang

signifikan pada variabel parenting self-efficacy adalah usia pernikahan. Hasil ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu bekerja berpengaruh terhadap

keberfungsian keluarga. Untuk parenting self-efficacy, usia pernikahan ibu

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 73: S-Mega Yolanda.pdf

58

Universitas Indonesia

bekerja berpengaruh terhadap parenting self-efficacy ibu. Sementara itu, tidak

terdapat perbedaan mean skor yang signifikan pada data demografis usia, urutan

kelahiran, pekerjaan, jumlah anak, jenis kelamin anak, penghasilan per bulan,

anggota keluarga di rumah, dan lamanya jam kerja per minggu untuk variabel

keberfungsian keluarga maupun parenting self-efficacy. Artinya, perbedaan usia,

urutan kelahiran, pekerjaan, jumlah anak, jenis kelamin, penghasilan, anggota

keluarga di rumah, dan lamanya jam kerja tidak berpengaruh kepada

keberfungsian keluarga maupun parenting self-efficacy pada ibu bekerja.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 74: S-Mega Yolanda.pdf

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan kesimpulan untuk menjawab

permasalahan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh. Peneliti

juga akan menjelaskan diskusi hasil penelitian Bagian terakhir akan dijelaskan

saran penelitian yang terdiri dari saran praktis dan saran metodologis.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, kesimpulan hasil utama

penelitian adalah terdapat hubungan yang signifikan antara keberfungsian

keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Artinya, semakin tinggi

keberfungsian keluarga, maka akan semakin tinggi tingkat parenting self-efficacy

pada ibu bekerja. Ibu bekerja yang memiliki keluarga yang sehat dan efektif maka

akan memiliki parenting self-efficacy yang lebih baik. Sebaliknya, semakin

rendah tingkat keberfungsian keluarga, maka akan semakin rendah tingkat

parenting self-efficacy. Ibu bekerja yang memiliki keluarga yang tidak sehat dan

tidak efektif maka akan memiliki parenting self-efficacy yang rendah.

Dari penelitian ini juga dihasilkan bahwa mayoritas partisipan pada

penelitian ini memiliki tingkat keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy

sedang. Gambaran keberfungsian keluarga ditinjau dari data partisipan

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan pada kategori

pendidikan. Sementara itu, gambaran parenting self-efficacy ditinjau dari data

partisipan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang sigifikan pada

kategori usia pernikahan. Analisis perbedaan mean untuk data demografis

partisipan usia, urutan kelahiran, pekerjaan, jumlah anak, jenis kelamin anak, usia

pernikahan, penghasilan per bulan, dan anggota keluarga di rumah, lamanya jam

kerja tidak menunjukkan adanya perbedaan mean yang signifikan pada

keberfungsian keluarga. Pada parenting self-efficacy tidak terdapat perbedaan

mean yang signifikan pada data demografis partisipan usia, urutan kelahiran,

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 75: S-Mega Yolanda.pdf

60

Universitas Indonesia

pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, jenis kelamin anak, penghasilan per bulan,

anggota keluarga di rumah, dan lamanya jam kerja.

5.2 Diskusi Hasil Penelitian

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa ada hubungan antara

keberfungsian keluarga dengan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Salonen (1999),

yang salah satunya melihat hubungan antara parenting self-efficacy dengan

lingkungan keluarga yaitu keberfungsian keluarga pada ibu yang baru saja

melahirkan. Kondisi keluarga dimana proses pengasuhan berlangsung

mempengaruhi keyakinan ibu untuk menjalankan perannya sebagai orangtua. Di

dalam penelitian ini yang melihat hubungan keberfungsian keluarga pada ibu

bekerja, dapat dilihat bahwa keberfungsian keluarga terkait dengan parenting self

efficacy ibu. Keluarga yang sehat dapat ditandai dengan adanya strategi

pemecahan masalah yang baik, komunikasi yang baik, pembagian peran yang

baik, responsivitas terhadap emosi, keterlibatan keluarga yang efektif, dan adanya

kontrol perilaku sesuai dengan The McMaster Model of Family Functioning.

Terdapat dukungan yang baik dari keluarga pada ibu bekerja dalam menjalani

tantangan-tantangannya dalam menjalani peran ganda. Keluarga yang efektif ini

dapat membantu ibu bekerja mengurangi stres yang dihadapinya dalam

menjalankan peran gandanya sebagai ibu dan sebagai wanita karir yang bekerja di

luar rumah, sehingga ibu merasa yakin dalam perannya sebagai orangtua.

Namun demikian, hubungan antara keberfungsian keluarga dan parenting

self-efficacy menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki nilai korelasi

yang kecil. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi parenting self efficacy seperti karakteristik ibu (Salonen, 2009),

temperamen anak (Teti & Gelfand, 1991), kondisi emosional ibu (Bandura, 1977),

dan lingkungan kerja yang dimilikinya. Faktor- faktor tersebut kemungkinan

memiliki pengaruh yang lebih besar dalam parenting self-efficacy pada ibu

bekerja pada penelitian ini. Untuk membentuk keberfungsian keluarga yang sehat

juga dibutuhkan interaksi yang baik dengan seluruh anggota keluarga, sedangkan

parenting self-efficacy sangat terkait dengan diri individu ibu. Selain itu,

Indonesia yang memiliki budaya kolektif menyebabkan banyak faktor-faktor yang

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 76: S-Mega Yolanda.pdf

61

Universitas Indonesia

berada di luar keluarga yang bisa mempengaruhi parenting self-efficacy ibu

bekerja, seperti harapan sosial yang ada dalam masyarakat (Setiadi, 2006).

Tuntutan dalam masyarakat yang begitu kuat bisa lebih besar mempengaruhi

parenting self-efficacy ibu bekerja daripada kondisi keluarga. Hal ini juga sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Johnston & Mash (1989) bahwa ibu seringkali

membandingkan kompetensi dirinya dalam peran pengasuhan dengan lingkungan

sosialnya. Terlebih lagi bagi ibu bekerja yang masih diharapkan oleh masyarakat

untuk mengutamakan perannya sebagai ibu dalam rumah tangga.

Hasil lainnya menunjukkan bahwa hanya data demografis pendidikan yang

memiliki perbedaan skor keberfungsian keluarga secara signifikan. Menurut

peneliti, hasil ini bisa terjadi karena salah satu dimensi keberfungsian keluarga

adalah penyelesaian masalah. Ibu bekerja yang memiliki pendidikan lebih tinggi

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah. Hasil ini

sesuai dengan Epstein et.al (2003) yang menyatakan bahwa keluarga yang

berfungsi dengan efektif dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Keberfungsian keluarga antara partisipan yang tinggal bersama keluarga

inti saja dan yang tinggal bersama anggota keluarga lain selain keluarga inti, tidak

memiliki perbedaan yang signifikan. Menurut Bray (1995), keberfungsian

keluarga terkait dengan komposisi keluarga, seperti keluarga inti, keluarga tiri,

atau anggota keluarga lainnya dalam keluarga. Keberadaan anggota keluarga bisa

mempengaruhi interaksi-interaksi yang terjadi antara anggota keluarga, misalnya

dengan adanya orangtua atau saudara yang tinggal serumah menyebabkan

pembagian peran yang berbeda dengan yang tinggal bersama keluarga inti saja.

Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keberfungsian

keluarga yang signifikan pada lamanya jam kerja ibu. Menurut peneliti, jam kerja

yang lebih sedikit dibandingkan yang lainnya bisa menyebabkan ibu bekerja

memiliki waktu yang lebih banyak bersama keluarga dibandingkan ibu yang

bekerja dengan waktu yang lebih lama, sehingga memiliki keberfungsian keluarga

yang lebih baik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bird & Melville (1994),

ibu yang bekerja sering merasa kelelahan ketika pulang ke rumah dan merasa

bersalah karena terlalu lelah ketika keluarga membutuhkan mereka. Ketika ibu

terlalu lelah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga karena bekerja,

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 77: S-Mega Yolanda.pdf

62

Universitas Indonesia

maka ketegangan dalam rumah tangga hampir tidak dapat dielakkan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Data demografis yang memiliki perbedaan skor parenting self-efficacy

secara signifikan adalah usia pernikahan. Peneliti menduga bahwa dengan

semakin lamanya partisipan menikah, maka akan semakin mengenal peran yang

harus dijalaninya dalam rumah tangga, termasuk sebagai ibu bekerja dengan

menjalankan peran gandanya. Selain itu, salah satu faktor yang mempengaruhi

self-efficacy adalah pengalaman pencapaian pribadi (Bandura, 1977). Ibu yang

memiliki usia pernikahan yang lebih lama memiliki pengalaman menjadi ibu yang

lebih lama juga. Hasil lainnya juga didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan

parenting self-efficacy yang signifikan pada usia ibu. Hal ini tidak sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim (2007). Ibu yang usianya semakin

matang biasanya lebih mengenal peran sebagai orangtua. Tidak terdapat

perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan pada urutan kelahiran ibu dalam

keluarganya. Hasil ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Holloway dan

Behrens (2002) bahwa ibu yang memiliki saudara yang lebih muda mempunyai

pengalaman menjaga adik-adiknya, sehingga diharapkan memiliki keyakinan

yang lebih baik ketika menjadi orangtua. Hasil ini mungkin disebabkan oleh

faktor lainnya selain urutan kelahiran. Pendidikan dan penghasilan ibu bekerja

pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada skor parenting

self-efficacy. Hasil ini tidak sesuai dengan yang ditemukan oleh Coleman dan

Karraker (2000), dimana ibu dengan pendidikan dan penghasilan yang lebih tinggi

memiliki tingkat parenting self-efficacy yang lebih tinggi. Data demografis jumlah

anak partisipan tidak memiliki perbedaan nilai parenting self-efficacy yang

signifikan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Holloway

dan Behrens (2002) yang menemukan bahwa parenting self efficacy ibu yang

memiliki satu orang anak saja lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang

memiliki lebih dari satu orang anak. Pada ibu bekerja hal ini bisa terjadi karena,

semakin banyak anak yang dimiliki maka ibu memiliki tanggungjawab yang lebih

banyak untuk membagi peran antara pekerjaan dan anak-anak.

Tidak terdapat perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan pada data

demografis jenis kelamin anak. Hasil ini, tidak sesuai dengan penelitian Holloway

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 78: S-Mega Yolanda.pdf

63

Universitas Indonesia

dan Behrens (2002) pada masyarakat Jepang dimana parenting self-efficacy ibu

yang memiliki anak laki-laki lebih besar. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan

budaya antara Indonesia dan Jepang, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Tidak terdapat perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan antara partisipan

yang hanya tinggal bersama keluarga inti dan yang tinggal bersama anggota

keluarga lain selain suami dan anak. Hasil ini tidak sesuai dengan dugaan peneliti

bahwa jika ibu bekerja memiliki orang yang dapat membantunya mengasuh anak

di rumah selama ibu bekerja, maka bisa menurunkan kekhawatiran ibu tidak bisa

memberikan stimulasi maupun perhatian terhadap pengasuhan anaknya. Selain

itu, orang lain yang tinggal di rumah seperti orangtua atau saudara bisa

memberikan dukungan sosial kepada ibu yang bekerja. Menurut Teti dan Gelfand

(1991), dukungan sosial dalam pernikahan merupakan salah satu faktor yang bisa

mempengaruhi parenting self-efficacy ibu. Di Indonesia, banyak pasangan yang

bekerja menitipkan pengasuhan anak pada orangtua mereka ketika mereka

bekerja. Hasil lainnya didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting self-

efficacy yang signifikan pada data demografis lama jam kerja ibu. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Teti dan Gelfand (1991) yang menemukan

bahwa lama jam kerja ibu tidak berhubungan secara signifikan dengan kompetensi

sebagai ibu.

Dalam pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan

yang dirasakan oleh peneliti. Pada tahap pelaksanaan penelitian, tidak semua

partisipan yang ditemui langsung oleh peneliti karena beberapa peneliti juga

menyebarkan kuesioner melalui email. Hal ini bisa menjadi kendala dalam

penelitian karena peneliti tidak bisa menjawab pertanyaan partisipan secara

langsung jika ada instruksi yang tidak dimengerti oleh partisipan, sehingga bisa

berpengaruh pada jawaban yang diberikan.

5.3 Saran

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai saran penelitian yang terbagi

menjadi dua, yaitu saran motodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Metodologis

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 79: S-Mega Yolanda.pdf

64

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, terdapat beberapa saran

yang dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Untuk memperkaya data yang diperoleh, sebaiknya peneliti juga

melakukan pengambilan data dengan wawancara atau observasi. Hal ini

dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih mendalam

tentang pemaknaan peran ganda yang dijalani oleh subjek dihubungkan

dengan keluarga dan pengasuhan anak.

2. Melakukan adaptasi alat ukur yang lebih baik lagi dengan teknik

validitas dan reliabilitas, sehingga sesuai dengan konteks budaya

Indonesia.

3. Karakteristik partisipan bisa lebih dispesifikkan lagi misalnya ibu

bekerja dengan pendidikan S1 saja atau ibu pada tahapan dewasa muda

saja, agar tidak terjadi variasi yang terlalu banyak pada data partisipan

dan mendapatkan analisis yang lebih tepat lagi.

5.3.2 Saran Praktis

Selain saran metodologis, terdapat beberapa saran praktis yang bisa

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk penelitian selanjutnya,

antara lain:

1. Sebaiknya ibu yang bekerja bisa menempatkan orang terdekat yang dapat

dipercaya untuk membantu ibu mengasuh anak ketika ibu bekerja,

sehingga keberfungsian keluarga dapat terjaga dengan baik dan ibu tidak

terlalu khawatir telah mengabaikan pengasuhan anaknya.

2. Pasangan yang sama-sama bekerja sebaiknya memiliki kesepakatan yang

baik tentang peran-peran mereka dalam keluarga agar keberfungsian

keluarga menjadi lebih baik dan pengasuhan anak tidak terganggu.

3. Perlunya adanya dukungan dari suami dan anggota keluarga lain pada ibu

bekerja sehingga ibu merasa yakin dalam menjalankan perannnya sebagai

ibu.

4. Pentingnya pembagian waktu yang baik oleh ibu bekerja, misalnya dengan

mengontrol waktu lembur.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 80: S-Mega Yolanda.pdf

65

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (2002). Human Development in Adulthood. New York: Kluwer Academic Publishers.

Aiken, L.R., & Groth-Marnat, G. (2006). Psychological Testing and Assessment. (12th ed.). Boston: Pearson Education.

Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84(2), 191-215.

Bandura, A. (1989). Regulation of cognitive processes through perceived self-efficacy. Developmental Psychology, 25(5), 729-735.

Beavers, R., & Hampson, R. B. (2003). Measuring family competence: The beavers system model. In Froma Walsh (Ed), Normal Family Process: growing diversity and Complexity (3rd ed.). New York : The Guilford press

Bersaing positif dalam mengasuh anak. (2009, Oktober). Ayah Bunda. Diunduh darihttp://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/bersaing.positif.dalam.mengasuh.anak/001/007/376/1/4

Bird, G. W., & Melville, K. (1994). Family and Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill.

Bray, J. H. (1995). Family assessment: Current issues in evaluating families. Family Relations, 44(4), 469-477

Coleman, P. K. (1998). Maternal self-efficacy beliefs as predictors of parenting competence and toddlers’ emotional, social, and cognitive development. Disertasi.

Coleman, P. K., & Karraker, K. H. (1997). Self-efficacy and parenting quality: Findings and future applications. Developmental Review, 18, 47-85.

Coleman, P. K., & Karraker, K. H. (2000). Parenting self-efficacy among mothers of school-age children: Conseptualization, measurement, and correlates. Family Relations: An Interdisciplinary Journal of Applied Family Studies, 49(1), 13-24.

Cutrona, C. E., & Troutman, B. R. (1986). Social support, infant temperament, and parenting self-efficacy: A mediatonal model of postpartum depression. Child Development, 57(6), 1507-1518.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 81: S-Mega Yolanda.pdf

66

Universitas Indonesia

DeFrain, John, Asay, S. M , & Olson, D. H. "Family Functioning." Encyclopedia of Human Relationships. Ed. . Thousand Oaks, CA: SAGE, 2009. 622-27.SAGE Reference Online. Web. 4 Mar. 2012.

Donovan, W. L., Leavitt, L. A., & Walsh, R. O. (1990). Maternal self-efficacy: Illusory control and its effect on susceptibility to learned helplessness. Child Development, 61(5), 1638-1647.

Elman, M. R., & Gilbert, L. A. (1984). Coping strategies for role conflict in married professional women with children. Family Relations,33, 317-327.

Epstein, N. B., Baldwin, L. M., & Bishop, D. S. (1983). The Mcmaster family assessment device. Journal of Marital and family Therapy, 9(2), 171-180.

Epstein, N. B., Bishop, D, S., & Levin, S. (1978). The Mcmaster model of family functioning. Journal of Marriage and Family Counseling, 4, 19-31.

Epstein, N. B., Levin, S. & Bishop, D. A. (1976). The family as a social unit. Canadian Family Psysician, 22, 1411-1413.

Epstein, N. B., Ryan, C. E., Bishop, D. S., Miller, I. W., & Keitner, G. I. (2003). The McMaster Model A View of Healthy Family Functioning. In Froma Walsh (Ed), Normal Family Process: growing diversity and Complexity (pp. 581-607). New York : The Guilford press.

Greenhaus, J. H., & Beutell, N.J. (1985). Sources of conflict between work and family roles. Academy of Management Review, 10(1), 76-88.

Guilford, J. P., & Fruchter, B. (1981). Fundamental Statistic in Psychology and Education. New York: McGraw-Hill.

Hoffman, L. W. (1984). Effects on Child. In L.W. Hoffman & F.I. Nye (Eds), Working Mothers (pp. 126-166). San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Holloway, S. D., & Behrens, K. Y. (2002). Parenting self-efficacy among japanese mothers: qualitative and quantitative perspectives on its association with childhooh memories of family relations. New Directions for Child and Adolescent Development, 96, 27-43.

Jiwa, S. (1997). Maternal employment : Exploring the relationship between maternal stress, child factors and daily routines. Tesis. UMI (proquest) database.

Johnston, C., & Mash, E. J. (1989). A measure of parenting satisfaction and efficacy. Journal of Clinical Child Psychology, 18(2), 167-175.

Kaplan, R. M., & Sacuzzo, D. P. (2009). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues.

Kerlinger, F. N. (2000). Foundations of Behavioral Research 4th ed. USA: Harcourt College Publishers.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 82: S-Mega Yolanda.pdf

67

Universitas Indonesia

Kim, J. (2007). Mothers’ depression on parenting efficacy among economically disadvantaged Korean woman: Test of a mediation model. Disertasi

Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step By Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.

Lian, T. C., & Lin, T. E. (2010). Effect of family functioning and family hardiness on self-efficacy among college students. Sunway Academic Journal 4

Mederer, H. J. (1993). Division of labor in two-earner homes: Task accomplishment versus household management as critical in perceptions about family work. Journal of Marriage and the Family, 55, 133-145

Mikail, B., & Candra. A. (2011, September 27). Optimalkan ASI eksklusif di tempat kerja. Kompas. Diunduh dari http://www.kompas.com

Miller, I. W., Ryan, C. E., Keitner, G. I., Bishop, D. S., & Epstein, N. B. (2000). The McMaster approach to families: Theory, assessment, treatment and research. Journal of Family Therapy, 22, 168-189.

Osman J. (2009). Maternal employment and child adjustment in two-parent household : The mediating role of fathers’ parenting self-efficacy. Disertasi. (UMI No. 1463758).

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development. (11th ed.). New York: McGraw-Hill.

Puspitarani, R. (2010). Hubungan Antara Religious Coping dan Parenting Self-Efficacy pada Orangtua yang Memiliki Anak dengan Gangguan Spektrum Disorder. Depok: Skripsi.

Profil Alm Yoyoh Yusroh. (2011, Mei). Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera. Diunduh dari http://pkssukoharjo.org

Sabateli, R. M., & Bartle, S. E. (1995). Survey approaches to the assessment of family functioning: Conceptual, operational, and analytical issues. Journal of Marriage and Family, 57(4), 1025-1039.

Salonen, A. H., Kaunonen, M., Astedt-Kurki, P., Jarvanpaa, A., Isoaho, H., & Tarkka, M. (2009). Parenting self-efficacy after childbirth. Journal of Advance Nursing, 65(11), 2324-2336.

Sansom, L. (2010). Confident parenting-A book proposal. Tesis

Setiadi, Bernadette. N. (2006). Indonesia: Traditional family in a changing society. In J. Georgas, J. Berry, F. Vijver, C. Kagitcibasi, & Y. Poortinga (Eds), Families Across Cultures: A 30 Nation Psychological Study (pp. 370-377). New York: Cambridge University Press.

Siegel, A. E., & Hass, M. B. (1963). The working mother: A review of research. Child Development, 34(3), 513-542.

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 83: S-Mega Yolanda.pdf

68

Universitas Indonesia

Teti, D. M., & Gelfand, D. M. (1991). Behavioral competence among mothers of infants in the first year: The meditational role of maternal self-efficacy. Child Development, 62(5), 918-929.

Veigh, W. M. (2006). Employed mothers: Understanding role balance, role overload, and coping. Tesis.

Walsh, F. (2003). Changing families in a changing world: Reconstructing family normality. In Froma Walsh (Ed), Normal Family Process: growing diversity and Complexity (pp. 3-26). New York : The Guilford press

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 84: S-Mega Yolanda.pdf

69

Universitas Indonesia

LAMPIRAN A

A.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Keberfungsian Keluarga

A.1.1 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Uji Coba 1

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.927 53

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

a1 148.4054 289.280 .473 .925

a2 148.4955 290.180 .355 .926

a3 148.4414 298.085 .050 .928

a4 148.5405 281.342 .561 .924

a5 147.9910 288.536 .492 .925

a6 148.2613 286.431 .491 .925

a7 148.3694 286.871 .502 .925

a8 148.6486 282.303 .629 .923

a9 148.3514 292.139 .280 .926

a10 148.0631 293.660 .279 .926

a11 148.7928 287.566 .430 .925

a12 148.3423 287.482 .470 .925

a13 148.0631 290.205 .411 .925

a14 147.9910 286.536 .560 .924

a15 148.8108 285.282 .538 .924

a16 148.4775 287.415 .434 .925

a17 148.6847 286.145 .539 .924

a18 148.2342 283.490 .568 .924

a19 148.2072 282.020 .652 .923

a20 148.3153 288.145 .421 .925

a21 148.5225 280.543 .657 .923

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 85: S-Mega Yolanda.pdf

70

Universitas Indonesia

a22 148.7117 294.752 .186 .927

a23 148.7928 284.457 .581 .924

a24 148.2072 295.057 .168 .927

a25 148.6847 287.818 .426 .925

a26 148.3153 280.091 .671 .923

a27 148.2162 290.426 .409 .925

a28 148.1171 283.595 .675 .923

a29 148.2432 299.222 -.004 .928

a30 149.0000 287.618 .446 .925

a31 148.3423 294.409 .217 .927

a32 148.6396 285.233 .563 .924

a33 148.7928 298.711 .007 .929

a34 148.2432 288.458 .396 .925

a35 148.5856 288.481 .455 .925

a36 148.3333 293.842 .204 .927

a37 148.6937 290.033 .327 .926

a38 149.0270 287.936 .363 .926

a39 148.2162 287.080 .570 .924

a40 148.8829 293.959 .134 .929

a41 148.6036 283.769 .600 .924

a42 148.3874 300.221 -.055 .928

a43 148.3604 297.378 .053 .928

a44 149.2793 300.330 -.060 .928

a45 148.3243 283.403 .653 .923

a46 148.3784 288.728 .517 .925

a47 148.4414 287.503 .540 .924

a48 148.1171 284.359 .628 .924

a49 148.4054 283.116 .695 .923

a50 148.3423 288.554 .523 .925

a51 148.5856 291.663 .339 .926

a52 148.0360 281.471 .622 .923

a53 148.1441 283.706 .685 .923

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 86: S-Mega Yolanda.pdf

71

Universitas Indonesia

A.1.2 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Uji Coba 2

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.937 .942 53

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 160.7000 248.451 .271 .938

item2 161.3000 247.908 .271 .938

item3 161.0000 247.390 .350 .937

item4 160.6500 242.909 .496 .936

Item5 160.6333 245.287 .480 .936

Item6 160.6833 246.356 .388 .937

Item7 160.7833 240.851 .679 .935

Item8 160.7500 243.174 .601 .935

Item9 161.0333 239.253 .667 .935

Item10 160.8000 248.298 .330 .937

Item11 161.5000 250.186 .164 .939

Item12 161.1333 243.101 .559 .936

Item13 160.7500 240.597 .710 .935

Item14 160.5667 245.097 .542 .936

Item15 161.0833 245.095 .441 .936

Item16 160.8333 243.023 .619 .935

Item17 161.2000 246.129 .459 .936

Item18 160.5667 245.640 .396 .937

Item19 160.5333 241.473 .719 .935

Item20 160.7333 239.860 .681 .935

Item21 160.8167 241.068 .627 .935

Item22 161.3000 251.976 .088 .939

Item23 160.8500 247.689 .326 .937

Item24 161.0167 245.678 .541 .936

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 87: S-Mega Yolanda.pdf

72

Universitas Indonesia

Item25 161.0000 240.441 .612 .935

Item26 160.8000 241.925 .556 .936

Item27 160.9167 247.400 .347 .937

Item28 160.7000 243.773 .656 .935

Item29 160.6000 245.498 .557 .936

Item30 161.4333 243.267 .516 .936

Item31 161.3167 246.152 .348 .937

Item32 160.8000 242.332 .674 .935

Item33 161.3833 251.935 .075 .940

Item34 160.9000 242.566 .488 .936

Item35 161.1833 242.084 .608 .935

Item36 160.8833 244.308 .718 .935

Item37 160.8833 245.732 .525 .936

Item38 161.2833 245.427 .388 .937

Item39 161.0833 245.501 .348 .937

Item40 161.0167 248.796 .341 .937

Item41 160.8667 245.846 .587 .936

Item42 161.1167 253.529 .044 .939

Item43 161.3500 253.011 .063 .939

Item44 161.6833 261.101 -.311 .942

Item45 160.6833 243.339 .600 .935

Item46 160.9000 242.329 .636 .935

Item47 160.9000 242.329 .670 .935

Item48 160.7000 243.163 .695 .935

Item49 160.9500 242.625 .595 .935

Item50 160.7833 244.376 .519 .936

Item51 161.2000 246.807 .420 .937

Item52 160.5167 241.508 .680 .935

Item53 160.6833 244.966 .538 .936

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 88: S-Mega Yolanda.pdf

73

Universitas Indonesia

A.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Parenting Self-Efficacy

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.860 .859 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

a1 23.53 30.257 .422 .446 .865

a2 23.83 28.144 .590 .525 .847

a3 25.40 24.662 .680 .553 .833

a4 25.40 24.041 .718 .585 .827

a5 24.50 24.672 .817 .799 .814

a6 24.53 24.740 .741 .727 .824

a7 24.80 27.614 .457 .520 .866

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 89: S-Mega Yolanda.pdf

74

Universitas Indonesia

LAMPIRAN B

B.1 Hasil Korelasi antara Keberfungsian Keluarga dan Parenting Self-

Efficacy pada Ibu Bekerja

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

FF 146.5078 14.22928 128

PSE 29.2031 5.82333 128

Correlations

FF PSE

FF Pearson Correlation 1 .203*

Sig. (2-tailed) .022

N 128 128

PSE Pearson Correlation .203* 1

Sig. (2-tailed) .022

N 128 128

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 90: S-Mega Yolanda.pdf

75

Universitas Indonesia

LAMPIRAN C

C.1 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Data Partisipan

C.1.1 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Usia

Group Statistics

usia N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

FF Dewasa

Muda

113 145.8938 14.41500 1.35605

Dewasa

Madya

14 152.4286 11.52065 3.07902

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

FF Equal

variances

assumed

.291 .590 -1.631 125 .105 -6.53477 4.00680 -14.46472 1.39519

Equal

variances

not

assumed

-1.942 18.452 .068 -6.53477 3.36441 -13.59075 .52121

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 91: S-Mega Yolanda.pdf

76

Universitas Indonesia

C.1.2 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Urutan Kelahiran

FF Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 41 145.4390 13.52229 2.11183 141.1709 149.7072 114.00 170.00

2 45 145.7111 13.05691 1.94641 141.7884 149.6338 126.00 188.00

3 29 143.5172 13.59522 2.52457 138.3459 148.6886 109.00 167.00

4 6 158.8333 18.65922 7.61760 139.2517 178.4150 136.00 183.00

Total 121 145.7438 13.81637 1.25603 143.2569 148.2307 109.00 188.00

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1175.641 3 391.880 2.110 .103

Within Groups 21731.417 117 185.739

Total 22907.058 120

C.1.3 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Pendidikan

Descriptives

FF

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

1 31 146.2581 15.34051 2.75524 140.6311 151.8850 114.00 183.00

2 1 180.0000 . . . . 180.00 180.00

3 1 137.0000 . . . . 137.00 137.00

4 32 143.3125 10.60261 1.87429 139.4899 147.1351 120.00 170.00

5 55 146.5455 14.30465 1.92884 142.6784 150.4125 109.00 184.00

6 7 156.8571 16.81694 6.35621 141.3041 172.4102 140.00 188.00

Total 127 146.4173 14.24861 1.26436 143.9152 148.9195 109.00 188.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 92: S-Mega Yolanda.pdf

77

Universitas Indonesia

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2289.578 5 457.916 2.379 .043

Within Groups 23291.304 121 192.490

Total 25580.882 126

C.1.4 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Pekerjaan

Descriptives

FF

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

1 23 148.5652 14.90218 3.10732 142.1210 155.0094 122.00 184.00

2 89 146.1124 13.93038 1.47662 143.1779 149.0468 109.00 183.00

3 6 143.8333 10.51507 4.29276 132.7984 154.8682 135.00 163.00

4 1 139.0000 . . . . 139.00 139.00

5 2 148.5000 2.12132 1.50000 129.4407 167.5593 147.00 150.00

6 5 146.8000 24.56013 10.98362 116.3046 177.2954 125.00 188.00

Total 126 146.4603 14.18487 1.26369 143.9593 148.9613 109.00 188.00

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 218.640 5 43.728 .210 .958

Within Groups 24932.662 120 207.772

Total 25151.302 125

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 93: S-Mega Yolanda.pdf

78

Universitas Indonesia

C.1.5 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Penghasilan

FF Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 8 141.2500 14.12950 4.99553 129.4374 153.0626 124.00 163.00

2 24 141.3750 13.38985 2.73319 135.7210 147.0290 109.00 166.00

3 69 148.2609 13.57404 1.63412 145.0000 151.5217 122.00 183.00

4 26 148.7308 15.85827 3.11006 142.3255 155.1361 125.00 188.00

Total 127 146.6142 14.23446 1.26310 144.1145 149.1138 109.00 188.00

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1192.550 3 397.517 2.009 .116

Within Groups 24337.545 123 197.866

Total 25530.094 126

C.1.6 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Usia Pernikahan Descriptives

FF

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 52 145.3462 14.20009 1.96920 141.3928 149.2995 109.00 184.00

2 37 146.0000 15.80260 2.59793 140.7312 151.2688 122.00 188.00

3 19 149.4211 14.02900 3.21847 142.6593 156.1828 127.00 180.00

4 11 146.4545 10.35725 3.12283 139.4964 153.4126 133.00 168.00

5 2 140.5000 3.53553 2.50000 108.7345 172.2655 138.00 143.00

Total 121 146.2066 14.20206 1.29110 143.6503 148.7629 109.00 188.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 94: S-Mega Yolanda.pdf

79

Universitas Indonesia

FF ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 302.207 4 75.552 .367 .832

Within Groups 23901.628 116 206.049

Total 24203.835 120

C.1.7 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jumlah Anak

Descriptives

FF

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 122 146.7131 14.30915 1.29549 144.1484 149.2779 109.00 188.00

2 3 149.3333 16.16581 9.33333 109.1752 189.4914 140.00 168.00

3 1 138.0000 . . . . 138.00 138.00

Total 126 146.7063 14.25318 1.26977 144.1933 149.2194 109.00 188.00

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 96.509 2 48.255 .235 .791

Within Groups 25297.626 123 205.672

Total 25394.135 125

C.1.8 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

FF Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum

Maximu

m Lower Bound Upper Bound

1 42 146.8333 15.82205 2.44140 141.9028 151.7638 109.00 188.00

2 39 144.5385 13.76847 2.20472 140.0752 149.0017 114.00 168.00

3 44 148.8182 13.08163 1.97213 144.8410 152.7954 126.00 177.00

Total 125 146.8160 14.25708 1.27519 144.2920 149.3400 109.00 188.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 95: S-Mega Yolanda.pdf

80

Universitas Indonesia

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 378.697 2 189.348 .930 .397

Within Groups 24826.071 122 203.492

Total 25204.768 124

C.1.9 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Jam Kerja /Minggu

Descriptives

FF

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 3 155.0000 7.21110 4.16333 137.0866 172.9134 149.00 163.00

2 78 145.6410 13.62005 1.54217 142.5702 148.7119 114.00 188.00

3 17 144.1176 11.50479 2.79032 138.2024 150.0329 124.00 168.00

4 24 149.7917 18.07467 3.68948 142.1594 157.4239 109.00 184.00

Total 122 146.4754 14.27314 1.29223 143.9171 149.0337 109.00 188.00

ANOVA

FF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 630.754 3 210.251 1.033 .381

Within Groups 24019.672 118 203.557

Total 24650.426 121

C.1.10 Gambaran Keberfungsian Keluarga Berdasarkan Anggota Keluarga

Group Statistics

keluarga N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

FF 1 42 147.3810 13.48161 2.08026

2 78 146.2949 14.99273 1.69759

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 96: S-Mega Yolanda.pdf

81

Universitas Indonesia

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. T df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

FF Equal

variances

assumed

.841 .361 .392 118 .696 1.08608 2.77239 -4.40400 6.57616

Equal

variances

not

assumed

.404 92.052 .687 1.08608 2.68501 -4.24655 6.41871

C.2 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Data Partisipan

C.2.1 Gambaran Parenting Self-efficacy Berdasarkan Usia

Group Statistics

usia N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Eff 1 113 29.0265 5.99026 .56352

2 14 30.7857 4.33552 1.15872

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 97: S-Mega Yolanda.pdf

82

Universitas Indonesia

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

Eff Equal

variances

assumed

3.213 .075 -1.063 125 .290 -1.75917 1.65469 -5.03399 1.51566

Equal

variances

not

assumed

-1.365 19.748 .188 -1.75917 1.28848 -4.44908 .93075

C.2.2 Gambaran Parenting Self-efficacy Berdasarkan Urutan kelahiran

Eff Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 41 28.7073 5.21174 .81394 27.0623 30.3523 18.00 40.00

2 45 28.6667 6.17178 .92004 26.8125 30.5209 18.00 41.00

3 29 29.5517 6.02131 1.11813 27.2613 31.8421 16.00 42.00

4 6 30.5000 6.74537 2.75379 23.4212 37.5788 22.00 40.00

Total 121 28.9835 5.79940 .52722 27.9396 30.0273 16.00 42.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 98: S-Mega Yolanda.pdf

83

Universitas Indonesia

Eff ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 30.807 3 10.269 .300 .825

Within Groups 4005.160 117 34.232

Total 4035.967 120

C.2.3 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Pendidikan

Descriptives

Eff

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 31 28.3871 6.42743 1.15440 26.0295 30.7447 16.00 42.00

2 1 41.0000 . . . . 41.00 41.00

3 1 30.0000 . . . . 30.00 30.00

4 32 30.0313 4.93496 .87239 28.2520 31.8105 19.00 37.00

5 55 29.2182 5.34613 .72087 27.7729 30.6634 18.00 42.00

6 7 25.4286 7.61265 2.87731 18.3880 32.4691 19.00 40.00

Total 127 29.1102 5.75040 .51027 28.1004 30.1200 16.00 42.00

Eff ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 281.037 5 56.207 1.750 .128

Within Groups 3885.420 121 32.111

Total 4166.457 126

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 99: S-Mega Yolanda.pdf

84

Universitas Indonesia

C.2.4 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Pekerjaan

Descriptives

Eff

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 23 30.3913 4.70724 .98153 28.3557 32.4269 18.00 40.00

2 89 28.9551 6.14394 .65126 27.6608 30.2493 16.00 42.00

3 6 27.6667 3.55903 1.45297 23.9317 31.4016 21.00 31.00

4 1 37.0000 . . . . 37.00 37.00

5 2 34.5000 2.12132 1.50000 15.4407 53.5593 33.00 36.00

6 5 26.8000 7.52994 3.36749 17.4503 36.1497 19.00 36.00

Total 126 29.2222 5.86636 .52262 28.1879 30.2565 16.00 42.00

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 197.846 5 39.569 1.157 .334

Within Groups 4103.932 120 34.199

Total 4301.778 125

C.2.5 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Penghasilan

Eff Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 8 29.3750 4.89716 1.73141 25.2809 33.4691 22.00 36.00

2 24 29.2500 5.77288 1.17838 26.8123 31.6877 20.00 42.00

3 69 29.2899 5.65452 .68072 27.9315 30.6482 16.00 41.00

4 26 28.9615 6.90206 1.35361 26.1737 31.7493 18.00 42.00

Total 127 29.2205 5.84307 .51849 28.1944 30.2465 16.00 42.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 100: S-Mega Yolanda.pdf

85

Universitas Indonesia

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.287 3 .762 .022 .996

Within Groups 4299.539 123 34.956

Total 4301.827 126

C.2.6 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Usia Pernikahan

Eff Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 52 29.1154 5.90332 .81864 27.4719 30.7589 16.00 42.00

2 37 27.1892 5.55697 .91356 25.3364 29.0420 18.00 40.00

3 19 30.3684 5.90866 1.35554 27.5205 33.2163 21.00 41.00

4 11 33.4545 4.90640 1.47933 30.1584 36.7507 25.00 42.00

5 2 27.0000 1.41421 1.00000 14.2938 39.7062 26.00 28.00

Total 121 29.0826 5.87592 .53417 28.0250 30.1403 16.00 42.00

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 383.042 4 95.760 2.954 .023

Within Groups 3760.132 116 32.415

Total 4143.174 120

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 101: S-Mega Yolanda.pdf

86

Universitas Indonesia

C.2.7 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jumlah Anak

Descriptives

Eff

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 122 28.9918 5.77612 .52295 27.9565 30.0271 16.00 42.00

2 3 36.6667 4.72582 2.72845 24.9271 48.4062 33.00 42.00

3 1 28.0000 . . . . 28.00 28.00

Total 126 29.1667 5.83472 .51980 28.1379 30.1954 16.00 42.00

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 173.842 2 86.921 2.619 .077

Within Groups 4081.658 123 33.184

Total 4255.500 125

C.2.8 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

Descriptives

Eff

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 42 28.2619 5.90188 .91068 26.4227 30.1011 16.00 41.00

2 39 30.1795 5.19550 .83195 28.4953 31.8637 18.00 42.00

3 44 29.3182 6.21241 .93656 27.4294 31.2069 19.00 42.00

Total 125 29.2320 5.81175 .51982 28.2031 30.2609 16.00 42.00

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 102: S-Mega Yolanda.pdf

87

Universitas Indonesia

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 74.864 2 37.432 1.110 .333

Within Groups 4113.408 122 33.716

Total 4188.272 124

C.2.9 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Jam Kerja/Minggu

Descriptives

Eff

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 3 32.6667 1.52753 .88192 28.8721 36.4612 31.00 34.00

2 78 29.0256 5.79291 .65592 27.7195 30.3317 18.00 42.00

3 17 29.4118 6.02141 1.46041 26.3158 32.5077 20.00 42.00

4 24 29.1667 6.65724 1.35890 26.3556 31.9778 16.00 41.00

Total 122 29.1967 5.91068 .53513 28.1373 30.2561 16.00 42.00

ANOVA

Eff

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 39.212 3 13.071 .368 .776

Within Groups 4188.066 118 35.492

Total 4227.279 121

C.2.10 Gambaran Parenting Self-Efficacy Berdasarkan Anggota Keluarga

Group Statistics

keluarga N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Eff 1 42 28.7857 5.60721 .86521

2 78 29.1667 6.07190 .68751

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012

Page 103: S-Mega Yolanda.pdf

88

Universitas Indonesia

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

Eff Equal

variances

assumed

.587 .445 -.337 118 .737 -.38095 1.13199 -2.62260 1.86070

Equal

variances

not

assumed

-.345 90.013 .731 -.38095 1.10510 -2.57643 1.81453

Hubungan antara..., Mega Yolanda, FPsi UI, 2012